Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta
[76]
MANAJEMEN SINERGITAS UNTUK PENGUATAN EKONOMI KERAKYATAN
Rutiana Dwi Wahyuningsih
Jurusan Ilmu administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Mar et Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta
E-mail: rutiana.unsgmail.com
ABSTRAK Artikel ini menyajikan inovasi pemerintah kota Surakarta dalam membangun sinergitas antara pilar pemerintah
dan masyarakat untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan. Prinsip yang dipakai adalah 1 product management, menghasilkan produk yang unggul, dan kompetitif; 2 branding management, mengelola
hasilproduk kota yang mencerminnkan karakter kota; 3 dan customer management, membuat orang ingin kembali ke kota Surakarta untuk membelanja kan uangnya . Inovasi cara berpikir untuk pengembangan kota
adalah 1
From top down to partnershipparticipatory, menekankan partisipasi stakeholder dibandingkan perintah dari pemerintah saja; 2
From bureaucratic style to entrepreneurial mindset, menekankan pola berpikir kreatif diantara para
SKPD dan pro aktif mengembangkan kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat; 3
From procedural attitude to end-result oriented, Perubahan dari cara berpikir yang lambat dan berbelit, kepada pola pikir yang responsif terhadap peluang dan berorientasi pada kemanfaatan yang diterima
masyarakat, 4 From partial handling to integrative solution, Perubahan dari cara berpikir yang sektoral,
parsial, kepada pemikiran yang komprehensif, sinergis. Hal yang dibangun adalah bagaimana memberikan kenyamanan pada orang datang kekota Surakarta, mulai dari pelayanan publiknya, transportasi, penginapan,
kuliner, dan keramahan masyarakatnya. Konsep lokal yang diyakini untuk mengelola kota adalah “saiyeg saekopraja
”, yaitu bersama-sama mengelola Kota, bukan hanya dari Walikota atau pemerintah, tetapi kota ini adalah milik bersama rakyat Surakarta
Kata Kunci: governance, sinergi, ekonomi kerakyatan
1.
KREATIVITAS MANAJEMEN KOTA DALAM KONTEKS OTONOMI DAERAH
1.1 Tujuan Otonomi Daerah
Otonomi daerah, atau yang sering disebut sebagai satu paket dengan desentralisasi daerah,
yaitu mempunyai tujuan administratif dan tujuan
ekonomis. Tujuan
administratif mendekatkan dan menyediakan pelayanan lebih
baik, dan memperbesar kedekatan dan kepemilikan masyarakat, sehingga memperbesar
akuntabilitas pemerintahan Sandee, 2009. Hal ini sejalan dengan perkembangan konsep
governance, yang dilansir oleh The United Nations tahun 1990-an Cheema dan Rondinelli,
2007:6 yaitu
“the exercise of political, economic, and administrative authority in the
management of a countr’s affairs”. Dalam konsep ini desentralisasi tidak berarti hanya
masalah transfer kekuasaan, otoritas dan responsibilitas di dalam pemerintahan, tetapi
juga sharing otoritas dan sumber daya untuk pembentukan kebijakan publik di masayrakat.
Cheema dan Rondinelli 2007:6 menyebut praktik desentralisasi dikategorikan setidaknya
dalam empat kategori:
1 Desentralisasi administratif,
termasuk dekonsentrasi
birokrasi dan
struktur pemerintah pusat, delegasi dari otoritas
pemerintah pusat dan responsibilitas kepada lembaga negara semi otonom, dan kerjasama
yang didesentralisasikan antara 2 Desentralisasi
politik, organisasi
dan prosedur peningkatan partisipasi warga
untuk memilih perwakilan politik, dan proses pengambilan keputusan publik dalam
rnagka penyediaan pelayanan yang memberi keuntungan sosial, mendorong aktivasi
sumber daya sosial dan finansial.
3 Desentralisasi fiskal, cara dan mekanisme kerjasama fiskal dalam sharing pendapatan
diantara level pemerintah 4 Desentralisasi
ekonomi, termasuk
deregulasi, dan bentuk-bentuk public-privat partnership
lainnya. Kesetimbangan keempat jenis desentralissi ini,
diyakini dapat membantu akselerasi ekonomi, peningkatan akuntabilitas politik, mendorong
partisipasi publik di proses kepemerintahan, bila dikelola dengan tepat dapat menjebol kemacetan
hirarkhi birokrasi sehingga pelayanan dan kerjasama pemerintah dengan pelaku ekonomi
swasta serta masyarakat dapat lebih lancar. Dengan demikian, sasaran akhir otonomi atau
desentralisasi seharusnya adalah kemandirian daerah dan masyarakat Warsito, 2011. Dalam
konteks ini, seharusnya otonomi daerah memberi ruang gerak berkreasi lebih besar bagi daerah
dalam
menyelenggarakan pelayanan
publik, peningkatan kesejahteraan rakyat dan peningkatan
daya saing. Ketiga indikator ini saat ini juga
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta
[77] menjadi ukuran evaluasi penyelenggaraan kinerja
pemerintah daerah di Indonesia, mulai dari perencanaan, pengendalian maupun evaluasinya
PP nomor 6 tahun 2008, Permendagri no. 73 tahun 2009, Permendagri no 54 tahun 2010
Gambar 1. Tujuan DesentralisasiOtonomi Daerah
1.2 Kreativitas Daerah