Hak Asasi Manusia – Bagian dari Pengalaman Kita

31 Lembar Rujukan 1 Kenapa Menggunakan Pendekatan Partisipatif untuk Pendidikan Hak Asasi Manusia? Oleh Dave Donahue Empat alasan mengapa pendekatan partisipatif sesuai dengan pelatihan hak asasi manusia: 1 Hak Asasi Manusia adalah bagian dari pengalaman kita 2 Hak Asasi Manusia adalah berdasarkan nilai-nilai yang mengandung konflik 3 Pendidikan Hak Asasi Manusia adalah mengenai transformasi sosial 4 Pendidikan Hak Asasi Manusia menghasilkan refleksi

1. Hak Asasi Manusia – Bagian dari Pengalaman Kita

Bila kita berfikir tentang hak asasi manusia, biasanya yang pertama terfikirkan adalah kehidupan kita sendiri. Hak Asasi Manusia bukan merupakan hal yang abstrak tetapi hak asasi manusia berkaitan langsung dengan hidup kita. Memahami hak asasi manusia dimulai dengan mempelajari kehidupan kita sendiri dan menyadari martabat kita dan martabat orang lain. Contohnya: bagaimana kita telah ditekan? Bagaimana kita telah menekan orang lain? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu perlu kita ajukan agar dapat membongkar sistem-sistem tekanan dan agar dapat memperbaiki kehidupan kita dan orang lain. Dengan melakukannya, kita akan mulai mengerti bahwa hak asasi manusia bukan sekedar sebagai sistem nilai, tetapi juga sebagai sebuah jalan hidup yang penuh arti untuk menjaga martabat kita serta untuk memajukan martabat orang lain. Kita harus menjadi peserta aktif hak asasi manusia, bukan sekedar penerima hak yang dijamin oleh orang lain. Coba renungkan pertanyaan berikut: “darimana hak asasi manusia berasal? Apakah datang dari dokumen? Apa dari tradisi? Apa dari pemerintah? Atau dari Tuhan? “ Hak Asasi Manusia tidak hanya untuk para “ahli”. Kita semua memiliki teori tentang hak asasi manusia. Dengan demikian, pendekatan partisipatif adalah pendekatan yang paling sesuai dalam pendidikan hak asasi manusia. Kita harus melihat hak asasi manusia berdasarkan realita kita masing-masing, berbagi perspektif yang beragam, mengembangkan kemampuan analitis untuk memahami, melatih, dan memajukan hak asasi manusia. “Partisipatif” tidak hanya sekedar membuat peserta tetap aktif, tetapi juga membantu mereka menjadi analitis 2. Berdasarkan Nilai-nilai yang mengandung Konflik Alasan lain mengapa pendekatan partisipatif digunakan dalam pendidikan hak asasi manusia adalah karena hak asasi manusia berisi norma-norma dan nilai-nilai. Nilai-nilai ini berkembang dan agak ambigu. Kerap kali nilai-nilai ini saling berkonflik contohnya, hak mendapatkan lingkungan yang bersih dengan hak mendapat pekerjaan, hak menjalankan keagamaan dengan hak akan identitas, hak menyatakan kebebasan dengan hak bebas dari penyiksaan. Ini semua merupakan dilema yang mendorong kita untuk refleksi. John Dewey 1 1 John Dewey, 1859-1952 adalah seorang filsuf dan pengajar Amerika yang sangat berpengaruh yang telah merubah praktik pendidikan yang berlaku pada jamannya dengan fokus pada “belajar dengan berbuat learning- by-doing”daripada belajar dengan menghafal rote learning. , dalam “Bagaimana kita berfikir: 32 Uraian tentang hubungan antara berfikir refleksi dengan proses yang bersifat mendidik” menguraikan bahwa belajar adalah sebagai sebuah proses untuk merefleksikan pengalaman- pengalaman yang membingungkan kita. Tidak ada jawaban yang pasti yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, sehingga kita perlu menjadi peserta yang aktif untuk mencari jawabannya. Kita perlu diskusi dan merefleksikan konflik terutama bila orang-orang yang tinggal di dalam satu kelompok dalam wilayah konflik setuju untuk resolusi. Kehidupan bukanlah sesuatu hal yang statis, pasrah dengan kenyataan tetapi kehidupan lebih merupakan sebuah persoalan yang harus dihadapi dan diselesaikan. Hak asasi manusia merupakan sistem nilai, sebuah peta untuk menciptakan suatu kehidupan masyarakat yang kita inginkan. Setiap orang mampu untuk melihat kehidupan secara kritis terutama ketika sedang berdialog dengan yang lain. Semua dapat mengambil manfaat dengan menganalisa hak asasi manusia. Kita berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda dimana jenis-jenis haknya disesuaikan menurut prioritas yang berbeda: hak kolektif pembangunan, lingkungan dengan hak individu membangun tempat tinggal sendiri, hak politik dan sipil memilih, berbicara, berserikat, hak sosial dan ekonomi pendidikan, pekerjaan, kesehatan. Kita perlu bertanya dan menganalisa asumsi- asumsi dari pertanyaan: Apa itu hak asasi manusia?

3. Pendidikan Hak Asasi Manusia- Transformasi Sosial