Karakteristik struktur skelet kaki biawak air (Varanus salvator)

KARAKTERISTIK STRUKTUR SKELET KAKI
BIAWAK AIR (Varanus salvator)

ELING PURWANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Struktur
Skelet Kaki Biawak Air (Varanus salvator) adalah benar karya saya dengan
arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014


Eling Purwanto
NIM B04100163

ABSTRAK
ELING PURWANTO. Karakteristik Struktur Skelet Kaki Biawak Air
(Varanus salvator). Dibimbing oleh NURHIDAYAT dan SAVITRI NOVELINA.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik skelet kaki
Varanus salvator dikaitkan dengan fungsi dan perilakunya. Anatomi skelet kaki
V. salvator dipelajari dengan melakukan pengamatan dan pengukuran pada
tulang-tulang penyusun ekstremitas dan bidang persendian. Penamaan tulang dan
bagian-bagiannya berdasarkan Nomina Anatomica Veterinaria 2012 dan atlas
komodo. Os scapula pada kaki depan memiliki bentuk konveks, dan memiliki
persendian yang luas dengan os humerus. Crista pectoralis ditemukan pada
bagian proksimal os humerus, dan bagian distal tulang ini melebar ke arah lateral.
Ossa radius et ulna memiliki spatium interosseum antebrachii sepanjang kedua
tulang tersebut. Kaki belakang terdiri atas os coxae memiliki bentuk konkaf, os
femoris memiliki tiga buah ossa articulatio genus pada persendian
femorotibiofibularis dan ossa tibia et fibula memiliki spatium interosseum cruris
sepanjang kedua tulang tersebut. Daerah telapak kaki depan dan belakang, terdiri

dari ossa carpi/tarsi, ossa metacarpalia/metatarsalia dan ossa phalanges
manus/pedis yang memiliki struktur kompak dan khas. Hal ini mendukung
kemampuan dalam memanjat pohon dan mencengkram mangsa. Struktur skelet
kaki tersebut menyebabkan fleksibilitas yang tinggi pada gerakan skelet kaki
depan dan belakang.
Kata kunci: ekstremitas, skelet kaki depan dan belakang, Varanus salvator

ABSTRACT
ELING PURWANTO. Morphological Characteristic of Appendicular Skeleton of
Water Monitor Lizard (Varanus salvator). Under direction by NURHIDAYAT
and SAVITRI NOVELINA.
This study was aimed to observe the marphological of appendicular skeleton
of Varanus salvator, associated with the function and behavior. Anatomy of
appendicular skeleton of V. salvator was observed and measured of length of
bones and joints. The bones and their parts of appendicular skeleton named base
on Nomina Anatomica Veterinaria 2012 and Atlas of Komodo Dragon. On the
forelimbs, os scapula has a convex shape, and has a broad joint with the
os humerus. In the proximal part of the os humerus was found crista pectoralis,
and the distal part of the bone is widened laterally. Ossa radius et ulna has
spatium interosseum antebrachii along both of the bones. The hindlimbs consists

of the os coxae has a concave shaped, os femoris which has three ossa articulatio
genus on femorotibiofibularis joints, ossa et tibia fibula has spatium interosseum
cruris along both of the bones. Soles area of the forelimbs and hindlimbs
composed of ossa carpi/tarsi, ossa metacarpalia/metatarsalia and ossa phalanges
manus/pedis which has compact structure and distinctive. This supports the ability
to climb trees and gripping prey. The skeletal structure of the limb causes a high
flexibility in the movement of the forelimbs and hindlimbs skeleton.
Keywords: appendicular skeleton, forelimbs and hindlimbs skeletons, Varanus
salvator

KARAKTERISTIK STRUKTUR SKELET KAKI
BIAWAK AIR (Varanus salvator)

ELING PURWANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian mengenai
Karakteristik Struktur Skelet Kaki Biawak Air (Varanus salvator) yang dilakukan
dari bulan Januari sampai Maret 2014. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr Drh Nurhidayat, MS PAVet, dan Dr Drh Savitri Novelina, MSi PAVet
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan
nasehat selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Keluarga besar Laboratorium Anatomi: Dr Drh Heru Setijanto, PAVet,
Prof Drh Srihadi Agungpriyono, Phd PAVet, Dr Drh Chairun Nisa’, MSi
PAVet, Drh Supratikno, MSi PAVet, dan Drh Danang Dwi Cahyadi.
3. Keluarga tercinta Bapak dan Ibu, Surtini, dan seluruh sanak saudara lain yang
telah memberi dukungan, semangat dan nasehat.
4. PT. KPC (Kal-Tim Prima Coal) yang telah bersedia memberikan beasiswa

selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
5. Nur Hidayah yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi.
6. Sahabat penelitian Rizal, Wiwit, Tita, Vian, Mas Hiro, Singgih, Nunu, dan
Suwardi.
7. Sahabat Papaya Ija, Talita, Ryan, dan M. Fajar.
8. Teman-teman dari Acromion 47, terima kasih atas kebersamaannya selama di
FKH IPB.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2014
Eling Purwanto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Metode Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tulang Gelang Bahu (Cingulum membri thoracici)
Tulang Lengan Atas (Skeleton brachii)
Tulang Lengan Bawah (Skeleton antebrachii)
Tulang Telapak Kaki Depan (Skeleton manus)
Tulang Gelang Panggul (Cingulum membri pelvini)
Tulang Paha (Skeleton femoris)
Tulang Kaki Bawah (Skeleton cruris)
Tulang Telapak Kaki Belakang (Skeleton pedis)
Pembahasan

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
1
1
2
5
5
5
6
6
6

6
6
7
7
10
10
10
11
14
17
17
17
17
20

DAFTAR GAMBAR
1 Biawak air di Lahugala National Park Sri Lanka
2 Ilustrasi perpindahan ekor biawak air saat menangkap ikan.
A. Tampak lateral B. Tampak dorsal
3 Biawak air sedang berenang

4 Biawak air yang sedang beristirahat di atas pohon
5 Rangkaian skelet kaki depan biawak air bagian kiri, os scapula, dan
os humerus
6 Struktur ossa radius et ulna, ossa carpi, ossa metacarpalia, dan
ossa phalanges manus biawak air bagian kiri
7 Struktur kaki belakang biawak air bagian kanan, os coxae, os femoris,
ossa tibia et fibula
8 Struktur ossa tibia et fibula dan persendian daerah digit biawak air
bagian kiri

2
3
4
4
8
9
12
13

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki jenis kadal raksasa yang langka dan sangat dilindungi,
yaitu Varanus komodoensis atau yang biasa dikenal secara umum dengan nama
komodo. Komodo merupakan jenis kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau
Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Komodo banyak menjadi perhatian para peneliti karena statusnya yang
terancam punah. Selain itu, Indonesia memiliki jenis kadal lain yang belum
banyak mendapat perhatian yaitu biawak, yang berada dalam satu genus Varanus
(Koch et al. 2013).
Biawak dibedakan menjadi beberapa jenis yang tersebar di berbagai pulau
di Indonesia. Salah satu jenis biawak yang sering dijumpai adalah biawak air atau
Asian water monitor atau Varanus salvator (Koch et al. 2013). Biawak air telah
ratusan bahkan ribuan tahun diburu manusia untuk dimanfaatkan kulitnya sebagai
bahan industri kerajinan dan dagingnya sebagai bahan makanan atau obat
(Shine et al. 1996). Banyaknya eksploitasi yang dilakukan manusia mengancam
populasi jenis kadal raksasa ini. Biawak air masuk ke dalam Appendix II,
sedangkan komodo adalah Appendix I (CITES 2012).
Biawak dan komodo memiliki beberapa kemiripan dalam struktur tubuh,
dan perilakunya. Genus Varanus memiliki leher panjang, ekor, cakar yang kuat,
dan tungkai yang berkembang dengan baik. Biawak air didukung oleh dua pasang

kaki yang dilengkapi dengan cakar yang panjang dan kuat. Cakar ini dapat
digunakan untuk mencengkram mangsanya dan dapat pula digunakan untuk
mencengkram pohon saat memanjat dan turun dari pohon (Welton et al. 2010).
Biawak dan komodo merupakan jenis reptil besar yang dapat berlari hingga 20
kilometer per jam dan dapat berenang dengan baik. Untuk menangkap mangsa
yang berada di luar jangkauan, jenis reptil besar ini dapat berdiri menumpu
dengan kedua kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang
(Burnie dan Wilson 2001). Pengetahuan mengenai perilaku hewan ini berguna
dalam mengendalikan (restrain) hewan tersebut dan dapat menunjang upaya
konservasi yang dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai
struktur skelet kaki biawak air.

Tujuan Penelitian
Mempelajari karakteristik skelet kaki biawak air dikaitkan dengan fungsi
dan perilakunya.

Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenai struktur skelet kaki biawak air untuk
mendukung penelitian-penelitian yang berkaitan dengan fisiologi, perilaku, dan
adaptasi biawak air.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Distribusi Biawak Air
Menurut Koch et al. (2013), klasifikasi biawak air adalah sebagai berikut:
Kelas
: Sauropsida
Ordo
: Squamata
Famili
: Varanidae
Genus
: Varanus
Spesies
: Varanus salvator
Genus Varanus umumnya kadal berukuran besar, meskipun ada yang
berukuran panjang 20 cm. Genus ini memiliki leher panjang, ekor, cakar yang
kuat, dan tungkai yang berkembang dengan baik. Genus Varanus hingga saat ini
yang telah teridentifikasi berjumlah 73 jenis (Welton et al. 2010).
Menurut Koch dan Acciaioli (2007), biawak air tersebar mulai dari
Sumatera, Jawa sampai Sulawesi dan Maluku. Varanus indicus di Papua dan
Australia, sementara jenis yang lain adalah Varanus komodoensis (komodo) yang
mempunyai penyebaran di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur dan Varanus
auffenbergi tersebar di Pulau Roti.
Morfologi Biawak air
Taylor (1963) melaporkan bahwa biawak air yang ditemukan di Jawa
mencapai panjang 2.1 meter, sedangkan Khan (1969) menyatakan bahwa, biawak
air yang mencapai panjang hingga 3 meter pernah ditemukan di Malaysia.
Biawak air memiliki bentuk kepala yang lonjong dengan rahang atas dan
rahang bawah mengarah ke medial membentuk busur (Gambar 1). Konformasi
skelet rahang sangat kuat, dilengkapi dengan gigi bertingkat, kuat dan tajam untuk
menggigit atau mengoyak bangkai hewan (Jollie 1960).

Gambar 1 Biawak air di Lahugala National Park Sri Lanka
(Wickramasinghe et al. 2010)
Spesies Varanus yang memiliki bentuk lubang hidung oval, diklasifikasikan
sebagai Varanus salvator dan Varanus togianus, sedangkan spesies dengan
lubang hidung bulat diklasifikasikan menjadi beberapa spesies yaitu Varanus
indicus, Varanus kalabeck, Varanus gouldii, Varanus komodoensis, Varanus
prasinus, Varanus kordensis dan Varanus timorensis (Rooij 1915).
Auffenberg (1981) menyatakan bahwa jenis reptil besar ini memiliki organ
Jacobson sebagai organ penciuman paling penting. Organ ini berkembang dengan
baik dan terletak di dekat ujung moncongnya. Biawak menjulurkan lidahnya
untuk menangkap molekul bau di udara yang kemudian akan diterima oleh organ
Jacobson. Reptil ini dapat mencium keberadaan bangkai hewan hingga jarak
11 km.

3
Biawak air dilengkapi dengan ekor yang panjang dan sangat kuat, ekor
ini dapat membantunya dalam berenang dan melumpuhkan mangsa atau
musuhnya dengan kibasan ekornya (Gambar 2) (Wickramasinghe et al. 2010).
Burnie dan Wilson (2001) menyatakan bahwa biawak dapat menangkap mangsa
yang berada di luar jangkauan dengan berdiri menumpu pada kaki belakang dan
menggunakan ekornya sebagai penunjang.

Gambar 2 Ilustrasi perpindahan ekor biawak air saat menangkap ikan.
A. Tampak lateral B. Tampak dorsal (Wickramasinghe et al. 2010)
Biawak air memiliki dua pasang kaki. Kaki biawak air dilengkapi dengan
cakar yang panjang dan kuat. Cakar ini dapat digunakan untuk mencengkram
mangsanya dan dapat pula digunakan untuk mencengkram pohon saat memanjat
dan turun dari pohon (Gambar 4) (Welton et al. 2010). Bernnett (1995)
menyatakan bahwa hewan yang memiliki kemampuan memanjat dengan baik
cenderung memiliki jari kaki yang panjang dan fleksibel dan dilengkapi dengan
dengan cakar yang panjang, kuat, tajam, dan melengkung untuk mencengkram
saat memanjat dan saat turun dari pohon.
Habitat dan Perilaku Alamiah Biawak Air
Menurut Horn dan Gaulke (2004), biawak air memiliki habitat di daerah
semi akuatik dan berbagai habitat alam, seperti hutan primer, hutan sekunder dan
hutan bakau. Spesies ini juga banyak ditemui di lingkungan yang dekat dengan
manusia, seperti persawahan, perkebunan, dan saluran irigasi.
Biawak air melakukan kegiatan berjemur, mencari makan dan aktivitas
lainnya pada pagi dan siang hari, sedangkan pada malam hari digunakan untuk
berlindung dan tidur di pohon atau lubang persembunyian (Bernnett 1995).
Biawak sebagai hewan poikilotermik (berdarah dingin) harus menyesuaikan suhu
tubuh dengan lingkungan (Iyai dan Pattiselannof 2006).
Genus Varanus dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak
yang pendek dan memanjat pohon dengan cakarnya yang kuat. Reptil besar ini
mampu berenang dengan sangat baik (Gambar 3) (Burnie dan Wilson 2001).
Biawak merupakan hewan karnivora. Spesies Varanus indicus memilih pakannya
berupa serangga, kepiting, ikan, reptil dan telurnya, burung dan telurnya serta
mamalia kecil (De Lisle 1996). Biawak selain memakan jenis pakan yang segar
juga sangat menyukai pakan dalam bentuk bangkai (McCoy 1980), di Pulau
Mansinam ditemukan biawak yang memangsa burung Maleo (Megapodius)
(Iyai dan Faidiban 2003).

4

Gambar 3 Biawak air sedang berenang (Borden 2007)
Biawak air memiliki perilaku sosial saling mengenali langsung melalui
bau tubuh. Mereka dapat mengenali teman dan lawan melalui aroma tubuh,
sehingga mereka akan menghindar bila ada pemangsa yang mendekat
(Tasoulis 1983). Menurut Gaulke (1992), biawak air adalah makhluk soliter, dan
sering timbul perkelahian antar pejantan atau antar betina. Perkelahian lebih
sering terjadi pada musim kawin. Jantan yang memenangkan perkelahian akan
menjadi jantan dominan dan yang kalah akan menyingkir.

Gambar 4 Biawak air yang sedang beristirahat di atas pohon (Brown 2012)
Skelet Kaki Reptil
Bentuk kaki beserta ototnya pada setiap hewan secara keseluruhan
mengalami adaptasi sesuai dengan perilaku, fungsi dan kebiasaan hewan tersebut.
Hewan pelari dengan kecepatan tinggi berkaitan dengan tulang yang panjang, cara
menapak pada bidang tanah dan memiliki langkah yang panjang
(Hildebrand 1960).
Struktur kaki pada reptil cukup unik dengan konformasi skelet yang
kompak, dan terdiri dari banyak tulang kecil-kecil di daerah carpus, tarsus,
metacarpus dan metatarsus. Susunan tulang ini mendukung aktivitas reptil dalam
kehidupan dan perilaku alamiahnya. Reptil memiliki empat buah kaki yang sangat
kuat, masing-masing memiliki lima jari bercakar (Grzimek 1975).
Menurut Surahya (1989), biawak air memiliki os scapula dan
os coracoidea terpisah. Pada os coracoidea terdapat cavitas glenoidalis yang
memiliki radius (lengkungan) bidang sendi 130o terhadap facies articularis
humeri. Facies articularis humeri berbentuk elips dengan radius bidang sendi
pada bidang transversal 220o dan horizontal 110o. Watson (1917) menyatakan
bahwa reptil primitif memiliki corpus humerus, os radius dan os ulna berbentuk
silindris. Ossa carpi berjumlah sepuluh buah yang terdiri dari satu buah os carpi
radiale, os carpi intermedium, os carpi ulnare, os pisiforme, dua buah ossa carpi

5
centrale, dan empat buah ossa carpale distale. Menurut Romer (1956), reptil
primitif memiliki ossa metacarpalia dan digit yang masing-masing berjumlah
lima buah.
Reptil primitif memiliki os femoris dan os tibia yang membesar pada
bagian proksimal dan distal (Colbert 1955). Schaeffer (1941) menjelaskan bahwa
os tibia memilki facies articularis proximalis tibiae di bagian proksimal
dan facies articularis distal tibiae pada ujung distal. Os fibula memiliki
facies articularis distalis fibulae pada ujung distal yang bersendi dengan
os astragalocalcaneus.
Komodo memiliki empat buah ossa articulatio genus, yaitu ossa articulare
genus I–IV. Keempat tulang tersebut terletak di ujung distal os femoris dan
proksimal ossa tibia et fibula, serta saling dihubungkan oleh ligamenta yang kuat
(Surahya 1989).
Biawak air memiliki os calcaneus dan os astragalus tumbuh melekat
membentuk os astragalocalcaneus, tetapi batas antar tulangnya masih tampak
terlihat. Ossa tarsi terdiri atas os central tarsi, os tarsale distale III, dan os tarsale
distale IV et V yang bersatu dengan os metatarsus V. Reptil ini memiliki lima
buah digit (Surahya 1989). Ossa digitorum manus/pedis dibentuk oleh tiga tulang
yaitu os phalanx proximalis/os compedale (tulang pergelangan), os phalanx
media/os coronale (tulang tajuk), dan os phalanx distalis/os unguiculare (tulang
kuku) (Getty 1975, ICVGAN 2012).

METODE
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2014 di
Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi, dan Embriologi,
Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah satu set skelet kaki
biawak air jantan. Biawak air ditangkap dari Waduk Jati Gede Sumedang dengan
panjang tubuh ±2 meter dan berat 25 kilogram.
Alat
Alat yang diperlukan adalah sarung tangan, skalpel, pinset, kamera digital
Canon EOS 700D, kawat tembaga, busur sudut, alat tulis, penggaris, dan software
pengolah foto Adobe Photoshop CS3.

6
Metode Penelitian
Biawak air yang telah ditangkap, disembelih dan selanjutnya tulang-tulang
skelet kaki dipreparir. Skelet kaki biawak air dijemur dan dibersihkan, selanjutnya
tulang dilepas satu persatu dari rangkaiannya untuk dilakukan analisis bagianbagian tulang, dilakukan pengukuran pada beberapa kelengkungan bidang
persendian dengan menggunakan kawat tembaga dan busur sudut, dan dilanjutkan
dengan pemotretan dari arah dorsal, kranial, kaudal dan lateral dengan
menggunakan kamera Canon EOS 700D. Gambar yang diperoleh diolah dengan
menggunakan Adobe Photoshop CS3, kemudian struktur skelet dari masingmasing tulang penyusunnya dianalisis. Unsur-unsur skelet kaki biawak air diberi
nama berdasarkan atlas komodo (Surahya 1989) dan Nomina Anatomica
Veterinaria Fifth Edition (ICVGAN 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Biawak air memiliki struktur skelet kaki depan dan belakang yang kokoh
dan kompak. Skelet kaki depan terdiri atas os scapula, os humerus, os radius,
os ulna, ossa carpi, ossa metacarpalia dan ossa phalanges manus, sedangkan
skelet kaki belakang terdiri atas os coxae (os ilium, os pubis, os ischii), os femoris,
ossa articulatio genus, os tibia, os fibula, ossa tarsi, ossa metatarsalia, dan
ossa phalanges pedis.
Tulang Gelang Bahu (Cingulum membri thoracici)
Biawak air memiliki os scapula berbentuk konveks, dan terletak di
anterior dinding lateral thorax. Tulang ini di bagian dorsal memiliki suprascapula
yang bentuknya melebar menyerupai kipas dengan permukaan yang kasar. Bagian
ventral terdapat os coracoidea, yang terdiri atas metacoracoidea, fenestra
medialis, fenestra lateralis, procoracoidea dan epicoracoidea. Fenestra medialis
et lateralis merupakan sebuah lubang dengan bentuk lonjong tidak beraturan.
Epicoracoidea berbentuk segitiga, meruncing ke arah anterior dan akan bersendi
dengan clavicula pada os sternum. Os coracoidea memiliki cavitas glenoidalis
yang melengkung relatif dalam, dan membentuk radius bidang sendi 130o
terhadap facies articularis proximalis humeri. Persendian antara os scapula dan
os humerus membentuk sudut 140o (Gambar 5A).
Tulang Lengan Atas (Skeleton brachii)
Os humerus berbentuk silindris dengan panjang 11.5 cm, di bagian
proksimal memiliki satu crista pectoralis dengan permukaan kasar, dan di bagian
distal melebar ke arah lateral. Tulang ini pada bagian proksimal terdapat satu
lubang kecil, dan di distal terdapat dua lubang kecil. Bidang persendian dengan
os scapula adalah facies articularis proximalis humeri berbentuk ellips dengan
permukaan licin, dan radius bidang sendi terhadap bidang transversal sebesar 220o

7
dan horizontal sebesar 110o (Gambar 5D). Os humerus dibagian distal terdapat
condylus ulnaris dan condylus radialis yang permukaannya halus. Condylus
ulnaris terhadap bidang transversal membentuk radius bidang sendi 200o dan
bersendi dengan os ulna, condylus radialis terhadap bidang transversal
membentuk radius bidang sendi 110o dan bersendi dengan os radius. Persendian
antara os humerus dan os radius membentuk sudut 90o, sedangkan dengan os ulna
membentuk sudut 110o (Gambar 5A).
Tulang Lengan Bawah (Skeleton antebrachii)
Biawak air memiliki ossa radius et ulna yang khas, os radius berbentuk
silindris dengan panjang 9 cm dan os ulna berbentuk pipih dengan panjang 10 cm.
Selain itu, os ulna berukuran lebih besar dibandingkan os radius. Persendian
dengan os humerus tulang ini tampak menyatu, tetapi dengan ossa carpi tampak
terpisah. Sehingga ossa radius et ulna tampak seperti huruf “V” (Gambar 6A). Os
ulna bagian proksimal terdapat olecranon yang relatif kurang berkembang, facies
articularis proximalis radii et ulnae yang berbentuk cekungan dengan permukaan
yang licin. Ossa radius et ulna memiliki suatu celah pemisah yaitu spatium
interosseum antebrachii sepanjang kedua tulang tersebut. Bagian distal os ulna
terdapat caput ulnae yng berbentuk konveks hampir setengah lingkaran dengan
permukaan licin, sedangkan os radius bidang persendian dengan os carpi
intermedius bergelombang dan kasar (Gambar 6A dan 6B).
Tulang Telapak Kaki Depan (Skeleton manus)
Biawak air memiliki sepuluh buah ossa carpi dengan bentuk menyerupai
kubus tidak beraturan dan ukuran yang relatif kecil. Tulang-tulang ini tersusun
menjadi baris proksimal dan distal. Pada baris proksimal yaitu os pisiforme,
os carpi ulnare, os carpi centrale, os carpi intermedius, ossa carpale I et II. Pada
bagian distal os carpale distale I, os carpale distale II, os carpale distale III,
os carpale distale IV, dan os carpale distale V. Os carpi ulnare memiliki ukuran
lebih besar dibandingkan dengan sembilan ossa carpi lainnya. Os carpale distale I
tumbuh bersatu dengan os metacarpale I, tetapi tampak ventral terlihat jelas
perbedaan tulangnya (Gambar 6C dan C').
Biawak air mempunyai lima buah ossa metacarpalia berbentuk silindris,
yaitu os metacarpale I, II, III, IV et V. Os metacarpale I dan os metacarpale V
berukuran lebih pendek, dengan panjang 2.5 cm dan 2 cm. Bagian distal
ossa metacarpalia bersendi dengan ossa phalanges manus berbentuk konkaf
hampir setengah lingkaran dengan permukaan yang licin (Gambar 6B).
Ossa digitorum manus terdiri dari lima digit, yaitu digit I, digit II, digit III,
digit IV, dan digit V, dengan panjang masing-masing 2.5 cm, 4.2 cm, 5.3 cm,
5.9 cm dan 3.3 cm. Setiap digit memiliki tiga buah tulang yaitu os phalanx
proximalis, os phalanx media, dan os phalanx distalis. Ossa phalanges manus
berbentuk silindris pendek dengan persendian antar tulang yang memungkinkan
terjadinya gerakan yang luas. Digit I-V kaki depan biawak air memiliki jumlah os
phalanx media yang berbeda, masing-masing 0, 1, 2, 3, dan 1. Os phalanx distalis
pada bagian distal terdapat cakar yang relatif panjang dan melengkung
(Gambar 6B).

8
B

A

4
1
3

5

૚૜૙⁰

2

10

8

6

7

9

D

C
11
12

11

12

13

E

૛૛૙⁰
14

14

11૙⁰
15

Gambar 5 Rangkaian skelet kaki depan biawak air bagian kiri, os scapula, dan
os humerus
A.
B.
C.
D.

Rangkaian skelet kaki depan bagian kiri tampak dorsal
Os scapula tampak dorsal
Os humerus tampak lateral
Inset C tampak proksimolateral, dan E tampak mediodistal: radius bidang sendi
facies articularis proximalis humeri, condylus ulnaris dan condylus radialis
1. Cavitas glenoidalis, 2. Os scapula, 3. Suprascapula, 4. Os coracoidea,
5. Metacoracoidea, 6. Fenestra medialis, 7. Fenestra lateralis, 8. Procoracoidea,
9. Epicoracoidea, 10. Syndesmosis, 11. Facies articularis proximalis humeri,
12. Crista pectoralis, 13. Corpus humeri, 14. Condylus ulnaris, 15. Condylus radialis
(bar: 1 cm).

9
A

B

3

III

IV

2

1

II
16
V

15
I

14

1
12 11
10

13
4

9

5

6

8

7

5 6 4

7
8

C

1
3 2

̍
C̍̍ '

111

12

21

23
24

25

17

18

C’

21

13

23
22

24

8

22

12

9

9
13

11

20
20

25

18
17

19

19

8
8

26
7
6

7

6

Gambar 6 Struktur ossa radius et ulna, ossa carpi, ossa metacarpalia, dan
ossa phalanges manus biawak air bagian kiri
A. Ossa radius et ulna tampak lateral
B. Ossa radius et ulna, ossa carpi, ossa metacarpalia dan ossa phalanges manus
tampak dorsal
C. Inset A:Gambaran persendian ossa radius et ulna, ossa carpi, dan ossa metacarpalia
tampak dorsal
C'. Ossa carpi tampak ventral
1. Facies articularis proximalis radii, 2. Facies articularis proximalis ulnae,
3. Olecranon, 4. Corpus radii, 5. Corpus ulnae, 6. Spatium interosseum antebrachii
7. Os radius, 8. Caput ulnae, 9. Os metacarpale I, 10. Os metacarpale II,
11. Os metacarpale III, 12. Os metacarpale IV, 13. Os metacarpale V,
14. Os phalanx proximalis, 15. Os phalanx media, 16. Os phalanx distalis
17. Os carpi ulnare, 18. Os carpi centrale, 19. Os carpi intermedius, 20. Ossa carpi
centrale I et II, 21. Os carpale distale I, 22. Os carpale distale II, 23. Os carpale
distale III, 24. Os carpale distale IV, 25. Os carpale distale V, 26. Os pisiforme,
I. Digit I, II. Digit II, III. Digit III, IV. Digit IV, V. Digit V (bar: 1cm).

10
Tulang Gelang Panggul (Cingulum membri pelvini)
Os coxae pada biawak air tampak dorsal berbentuk konkaf. Os coxae kiri
dan kanan menyatu pada symphysis pubis dan symphysis ischiadica (Gambar 7C).
Os coxae memiliki foramen diazonale berupa lubang kecil dengan diameter 2 mm
dan foramen puboischiadicum yang ukurannya jauh lebih besar dengan diameter
4 cm (Gambar 7B). Tulang ini terdiri atas os pubis, os ischii, dan os ilium dengan
batas-batas yang jelas antar tulang-tulang tersebut. Os pubis dan os ischii
menghadap ke ruang pangul, berbentuk pipih dengan aspek permukaan licin.
Kedua tulang ini dipisahkan oleh foramen puboischiadicum. Os ilium memiliki
bentuk yang khas. Tulang ini berbentuk silindris dan menjulur ke kaudal dengan
panjang 7.5 cm. Os ilium bidang medial (facies articularis ossis ilii) akan bersendi
dengan os sacrum. Facies articularis ossis ilii berukuran pendek sekitar sepertiga
os ilium, relatif dangkal dengan permukaan licin. Tempat pertemuan dari os ilium,
os ischii dan os pubis adalah acetabulum. Acetabulum biawak air berbentuk
seperti mangkuk dengan permukaan licin, yang membentuk radius bidang sendi
kraniokaudal 90o dan dorsoventral 70o terhadap caput ossis femoris (Gambar 7D).
Tulang Paha (Skeleton femoris)
Os femoris berbentuk menyerupai “stick golf terbalik” dengan panjang
11 cm. Bagian proksimal tulang ini terdapat caput ossis femoris, collum ossis
femoris, dan trochanter mayor et minor. Caput ossis femoris merupakan bungkul
relatif besar berbentuk konveks, dengan permukaan licin dan terletak di sisi
medial (Gambar 7E). Caput ossis femoris memiliki radius bidang sendi pada
bidang transversal 60o dan horizontal 140o, terhadap acetabulum. Caput ossis
femoris dihubungkan oleh collum ossis femoris dengan corpus femoris.
Trochanter mayor terletak di sisi lateral dan ukurannya lebih berkembang
dibandingkan trochanter minor di sisi medial. Os femoris bagian distal memiliki
condylus lateralis et medialis dengan permukaan licin, dan trochlea ossis femoris
yang relatif dangkal (Gambar 7F).
Os patella pada biawak air berbentuk segiempat tidak beraturan dengan
panjang 1 cm dan lebar 0.8 cm. Facies articularis os patella melakukan
persendian dengan trochlea ossis femoris yang berbentuk konkaf (Gambar 7F).
Biawak air memiliki tiga buah ossa articulatio genus, yaitu ossa
articulatio genus I-III. Tulang ini termasuk tulang sesamoid, berbentuk seperti
segitiga, dengan permukaan pipih beraspek licin mengarah ke bidang persendian
lutut. Os articulare genus I berada di sisi lateral, sedangkan ossa articulatio genus
II et III berada di sisi medial, bidang persendian (Gambar 7F dan F').
Tulang Kaki Bawah (Skeleton cruris)
Tulang kaki bawah terdiri dari ossa tibia et fibula berbentuk silindris
dengan panjang 8.6 cm dan 9 cm. Os tibia berukuran lebih besar dibandingkan
dengan os fibula, dan antara kedua tulang tersebut terdapat spatium interosseum
cruris sepanjang kedua tulang tersebut. Os tibia bagian proksimal terdapat facies
articularis proximalis tibiae berbentuk datar dengan permukaan licin. Os tibia
bagian distal terdapat facies articularis distalis tibiae berbentuk lekukan tidak
terlalu dalam dengan permukaan licin dan akan bersendi dengan os astragalus,
sedangkan facies articularis distalis fibulae berbentuk konveks dengan
permukaan licin, dan bersendi dengan os calcaneus (Gambar 8A dan B).

11
Tulang Telapak Kaki Belakang (Skeleton pedis)
Biawak air memiliki empat buah ossa tarsi dan tersusun menjadi baris
proksimal dan distal. Baris proksimal terdapat os astragalocalcaneus yang
merupakan persatuan antara os astragalus dan os calcaneus. Tulang ini berbentuk
persegi panjang tidak beraturan, dengan panjang 5.4 cm (Gambar 8C). Baris distal
terdiri atas os tarsi centrale, os tarsale distale III, dan ossa tarsale distale IV et V
yang bersatu dengan os metatarsale V. Os tarsi centrale berbentuk kubus tidak
beraturan dengan panjang 3 cm (Gambar 8C).
Ossa metatarsalia biawak air berjumlah lima buah berbentuk silindris,
yaitu ossa metatarsale I, II, III, IV et V. Os metatarsale I dan os metatarsale V
berukuran lebih pendek, dengan ukuran panjang masing-masing 3.5 cm. Bagian
distal ossa metacarpalia bersendi dengan ossa phalanges pedis (Gambar 8B).
Ossa digitorum pedis terdiri dari lima digit, yaitu digit I, digit II, digit III,
digit IV, dan digit V, dengan panjang masing-masing 2.5 cm, 4 cm, 5.2 cm,
6.5 cm, dan 5.4 cm. Setiap digit tersusun oleh tiga buah tulang yaitu os phalanx
proximalis, os phalanx media, dan os phalanx distalis. Ossa phalanges pedis
secara umum memiliki struktur yang mirip dengan kaki depan, dengan jumlah os
phalanx media sama dengan kaki depan (Gambar 6B).

12
A

B
2
3
5

7
9

C

D

E

11

10

1
2

2

3

12

3

5

5

4

� ⁰

6
7
7

� ⁰
4

13

8
8
9
14

9

F

F'

13

G

13

11
17
15
19

16

16
20

20

23
24

18
10
22

21

25

22

21
25

26

Gambar 7 Struktur kaki belakang biawak air bagian kanan, os coxae, os femoris,
dan ossa tibia et fibula
A. Struktur kaki belakang kiri tampak dorsal
B. Os coxae tampak dorsal
C. Os coxae tampak ventral
D. Os coxae tampak lateroventral
E. Os femoris tampak medial
F. Persendian femorotibiofibularis tampak lateral
F'. Persendian femorotibiofibularis tampak medial
G. Inset E: Perbesaran radius bidang sendi caput ossis femoris
1. Symphysis pubis, 2. Os pubis, 3. Foramen diazonale, 4. Acetabulum,
5. Foramen puboischiadicum, 6. Symphysis ischiadica, 7. Os ischii,
8. Facies articularis ossis ilii, 9. Os ilium, 10. Caput ossis femoris,
11. Trochanter mayor, 12. Collum ossis femoris, 13. Corpus ossis femoris,
14. Condylus medialis, 15. Trochlear ossis femoris, 16. Condylus lateralis,
17. Os patella, 18. Os articulare genus II, 19. Facies articularis proximalis tibiae,
20. Facies articularis proximalis fibulae, 21. Os tibia, 22. Os fibula,
23.
Os
articulare
genus
I,
24.
Os
articulare
genus
III,
25. Spatium interosseum cruris, 26. Trochanter minor (bar: 1cm).

13
A

2

B

1

IV
III

II
V

20
19

I
18

4

3

7

16

15
14

17

13

12

11

10
9

8

4
3
2
1

5

6

C

C'

15

16

14

15

16

14
13

13

17

17

10
10
11
11
12

9
8

9

12
8

Gambar 8 Struktur ossa tibia et fibula dan persendian daerah digit biawak air
bagian kiri
A. Ossa tibia et fibula tampak lateral
B. Struktur ossa tibia et fibula dan persendian daerah digit kiri tampak dorsal
C. Inset A: Persendian tarsus tampak dorsal
C'. Ossa tarsi tampak ventral
1. Facies articularis proximalis fibulae, 2. Facies articularis proximalis tibiae,
3. Corpus fibulae, 4. Corpus tibiae, 5. Facies articularis distalis tibiae,
6. Facies articularis distalis fibulae, 7. Spatium interosseum cruris,
8. Os calcaneus, 9. Os astragalus, 10. Os tarsale distale III, 11. Os tarsi centrale,
12. Ossa tarsi distale IV et V, 13. Os metatarsale I, 14. Os metatarsale II,
15. Os metatarsale III, 16. Os metatarsale IV, 17. Os metatarsale, V,
18. Os phalanx proximalis, 19. Os phalanx media, 20. Os phalanx distalis,
I. Digit I, II. Digit II, III. Digit III, IV. Digit IV, V. Digit V (bar: 1cm).

14
Pembahasan
Biawak air merupakan hewan quadrupedal. Reptil ini memiliki empat
buah kaki yang sangat kuat, masing-masing memiliki lima jari bercakar dan terdiri
dari banyak tulang kecil-kecil pada daerah carpus, tarsus, metacarpus, dan
metatarsus. Susunan tulang ini mendukung aktivitas reptil ini dalam kehidupan
dan perilaku alamiahnya (Grzimek 1975). Perbedaan bentuk kaki beserta ototnya
pada setiap hewan secara keseluruhan mengalami modifikasi sesuai dengan
perilaku, fungsi, dan kebiasaan hewan tersebut (Hildebrand 1960).
Menurut Getty (1975), os scapula memiliki bentuk yang telah beradaptasi
sesuai dengan permukaan dinding dada. Biawak air memiliki os scapula
berbentuk konveks dengan struktur yang unik. Tulang ini memiliki cavitas
glenoidalis dengan radius bidang sendi sebesar 130o terhadap facies articularis
humeri. Bentuk dan struktur os scapula pada biawak air ini diduga berfungsi
mendukung pergerakan dan penopang tubuh bagian depan.
Bagian proksimal, os humerus hanya memiliki satu crista pectoralis,
sedangkan pada komodo terdapat dua crista pectoralis dan satu crista deltoidea
(Surahya 1989). Facies articularis proximalishumeri ini berbentuk ellips, radius
bidang sendi terhadap bidang transversal sebesar 220o dan horizontal 110o. Hal
tersebut diduga menyebabkan gerakan ekstensor dan fleksor os humerus cukup
luas. Menurut Heaines (1952), kondisi tersebut menyebabkan os humerus lebih
mudah bergerak ke kranial dan kaudal. Persendian os scapula dan os humerus
memungkinkan gerakan ekstensor, fleksor, sedikit pergerakan abduksi, adduksi,
dan pergerakan rotasi (Skerritt dan Lelland 1984). Os humerus bagian distal
meluas ke lateral dan terdapat condylus ulnaris dan condylus radialis yang
masing-masing memiliki radius bidang sendi 220o dan 110o terhadap bidang
transversal. Hal ini menyebabkan sendi siku biawak air memiliki gerakan
ekstensor dan fleksor cukup luas. Menurut Surahya (1989) biawak air memiliki
gerakakan kaki depan ke kranial dan kaudal lebih luas, dibandingkan pada
komodo.
Ossa radius et ulna biawak air memiliki celah pemisah (spatium
interosseum antebrachii) sepanjang kedua tulang tersebut. Celah pemisah antara
os radius dan os ulna yang panjang, memungkinkan terjadinya gerakan supinasio
dan pronasio. Gerakan tersebut sangat penting bagi biawak air pada saat berjalan,
memanjat, menggali tanah, dan gerakan lain yang memerlukan fleksibilitas tinggi.
Karnivora memiliki celah pemisah lebih panjang, sedangkan pada babi dan kuda
celah ini sangat sempit (Dyce et al. 2002).
Os ulna biawak air, pada ujung proksimal terdapat olecranon yang relatif
kurang berkembang, sedangkan olecranon pada komodo relatif berkembang
(Surahya 1989). Biawak air memiliki kondisi olecranon relatif kurang
berkembang dan bagian distal os humerus yang melebar ke lateral, yang
memungkinkan reptil ini dapat melakukan ekstensio maksimum daerah brachium
tanpa tertahan oleh olecranon, dan pada saat fleksio maksimum, brachium dapat
berhimpit dengan daerah antebrachium. Kondisi ini diduga untuk mendukung
fleksibilitas biawak air dalam berjalan, berlari dan berenang. Reptil besar ini dapat
berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek dan berenang
dengan sangat baik (Burnie dan Wilson 2001). Menurut De Lisle (2007), biawak
air memiliki kemampuan berenang yang baik. Reptil ini berenang dengan kepala
berada di permukaan air dan pergerakan ekor sebagai pendorong.

15
Biawak air memiliki sepuluh buah ossa carpi, sedangkan pada komodo
ossa carpi berjumlah sebelas buah. Komodo memiliki dua buah os pisiforme
(Surahya 1989). Meskipun terdapat variasi jumlah ossa carpi antar spesies, pada
umumnya tetap memiliki os carpi radiale, os carpi ulnare, dan beberapa spesies
selalu memiliki os carpi intermedium (Colville 2002). Ujung distal os carpi
ulnare biawak air terdapat caput ulnare yang hampir membentuk setengah
lingkaran, sehingga memungkinkan persendian os ulna, dan os carpi ulnare lebih
fleksibel dalam melakukan gerakan ekstensor maupun fleksor persendian carpus.
Os coxae pada biawak air terdiri atas os ilium, os pubis, dan os ischii.
Menurut Colville (2002), os ilium merupakan tulang yang paling besar, bersendi
dengan os sacrum. Surahya (1989) menjelaskan bahwa, biawak air memiliki
facies articularis ossis ilii pendek sekitar sepertiga panjang os ilium. Persendian
sacroiliaca yang terbentuk tidak memungkinkan terjadi gerakan os sacrum,
sehingga kondisi ini mendukung dalam fleksibilitas daerah ekor biawak air.
Facies articularis ossis ilii komodo memanjang sampai ke kaudal dari os ilium,
berbentuk lekukan yang relatif dalam, yang menyebabkan os sacrum sama sekali
tidak dapat bergerak. Struktur acetabulum biawak air yang khas, berbentuk seperti
mangkuk memungkinkan terjadinya gerakan rotasi meskipun terbatas. Gerakan
rotasi ini pada komodo, tidak dapat dilakukan karena bentuk acetabulum bidang
karaniokaudal lebih dalam daripada bidang dorsoventral, sehingga gerakan
abduksi dan adduksi kaki belakang lebih luas dibandingkan gerakan ekstensor dan
fleksor.
Os femoris biawak air merupakan tulang panjang yang paling kokoh,
dengan caput ossis femoris membentuk radius bidang sendi terhadap bidang
transversal sebesar 60o dan horizontal 140o. Hal ini memungkinkan gerakan
abduksi dan adduksi kaki belakang lebih luas dibandingkan gerakan ekstensor dan
fleksor.
Os femoris biawak air di bagian distal terdapat trochlear yang relatif
dangkal, sedangkan pada komodo trochlear tersebut relatif dalam (Surahya 1989).
Kondisi ini memungkinkan biawak air melakukan gerakan ekstensor dan fleksor
yang lebih leluasa dibandingkan pada komodo. Ossa tibia et fibula pada
persendian os femoris memiliki tiga buah ossa articulatio genus yang terletak di
persendian femorotibiofibularis. Ossa articulatio genus tersebut dihubungkan
oleh ligamenta yang sangat kuat ke distal os femoris, dan diduga berfungsi
sebagai fiksator persendian lutut. Mengingat persendian tersebut sebagai titik
tumpu terbesar saat biawak air berdiri dan menumpu dengan kaki belakang.
Biawak dapat menangkap mangsa yang berada di luar jangkauan dengan
berdiri dengan kaki belakang dan menggunakan ekornya sebagai penunjang
(Burnie dan Wilson 2001).
Ossa tibia et fibula memiliki suatu celah pemisah, yaitu spatium
interosseum cruris sepanjang kedua tulang tersebut. Hubungan antar tulang
tersebut memungkinkan terjadinya gerakan supinasio dan pronasio
(Dyce et al. 2002). Ossa tibia et fibula di bagian distal bersendi dengan
os astragalocalcaneus. Persendian yang dibentuk antar tulang tersebut
memungkinkan terjadinya gerakan ekstensor dan fleksor yang luas, sedangkan
pada komodo permukaan persendian tersebut tidak rata, sehingga gerakan pada
persendian tersebut relatif terbatas (Surahya 1989).

16
Colville (2002) menyatakan bahwa ossa tarsi yang memiliki ukuran
terbesar adalah os talus (os tarsi tibiale) dan os calcaneus (os tarsi fibulare).
Biawak air memiliki os astragalus (setara os talus) dan os calcaneus menyatu
membentuk os astragalocalcaneus. Bagian distal tulang ini bersendi dengan os
centrale tarsi yang permukaan persendiannya berbentuk ellips. Persendian ini
memungkinkan terjadinya gerakan ekstensor dan fleksor yang cukup luas. Reptil
ini dapat mencengkram dengan kuat saat memanjat pohon dan turun dari pohon
(Welton et al. 2010).
Biawak air memiliki ossa metacarapalia dan ossa metatarsalia berbentuk
silindris, dan pada bagian distal permukaan persendian dengan ossa phalanges
manus/pedis berbentuk konveks dengan permukaan licin. Persendian ini
memungkinkan gerakan ektensor dan fleksor yang relatif luas pada daerah digit.
Biawak air memiliki lima buah digit pada kaki depan dan belakang, setiap digit
terdiri atas os phalanx proximalis, os phalanx media, dan os phalanx distalis.
Digit I memiliki dua os phalanx sedangkan yang lain memiliki tiga os phalanx
(Palastanga et al. 2002). Reptil ini pada digit III dan V memiliki lebih dua buah
os phalanx media, sedangkan pada digit IV memiliki tiga buah. Perbedaan
struktur digit kaki depan dan kaki belakang adalah ukurannya. Kaki belakang
memiliki digit yang lebih panjang dibandingkan kaki depan. Secara keseluruhan
struktur digit kaki depan dan belakang reptil ini memiliki struktur yang khusus
dan terusun secara kompak. Kondisi ini diduga terkait dengan perilaku biawak air
dalam memanjat, mencengkram mangsa, dan aktivitas lain yang memerlukan
struktur jari yang relatif panjang. Hewan yang memiliki kemampuan memanjat
dengan baik cenderung memiliki jari kaki yang panjang dan fleksibel serta
dilengkapi dengan dengan cakar yang panjang, kuat, tajam, dan melengkung
untuk mencengkram saat memanjat serta saat turun dari pohon (Bernnett 1995).
Os phalanx distalis bagian distal terdapat cakar yang relatif panjang, kokoh dan
melengkung. Cakar ini dapat digunakan untuk mencengkram mangsanya dan
dapat pula digunakan untuk mencengkram pohon saat memanjat dan turun dari
pohon (Welton et al. 2010).
Struktur skelet kaki depan dan belakang biawak air tersusun secara
kompak dan memiliki bidang persendian yang lebih luas. Hal ini mendukung
aktivitas reptil ini dalam berlari, berdiri, berenang, dan bertahan hidup di
lingkungannya. Struktur jari kaki yang relatif panjang dan fleksibel, dilengkapi
dengan cakar yang kuat, mendukung biawak air dalam memanjat, turun dari
pohon, dan mengoyak mangsanya.

17

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Struktur skelet kaki biawak air tersusun secara kompak dan kokoh. Skelet
kaki depan biawak air memiliki os scapula berbentuk konveks, os humerus
memiliki satu crista pectoralis di bagian proksimal dan di distal melebar ke
lateral, ossa radius et ulna terdapat spatium interosseum antebrachii relatif
panjang. Skelet kaki belakang terdiri atas os coxae berbentuk konkaf, os femoris
yang memiliki tiga buah ossa articulatio genus pada persendian
femorotibiofibularis, ossa tibia et fibula terdapat spatium interosseum cruris yang
relatif panjang. Ossa carpi/tarsi, ossa metacarpalia/metatarsalia, ossa phalanges
manus/pedis memiliki struktur yang hampir sama, tetapi tulang penyusun telapak
kaki belakang berukuran lebih panjang, dan setiap digit memiliki jumlah os
phalanx media yang berbeda.
Saran
Penelitian lanjutan mengenai struktur anatomi fungsional pada biawak air
masih perlu dilakukan terutama pada bagian struktur otot. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan data yang lebih lengkap mengenai anatomi fungsional biawak air.

DAFTAR PUSTAKA
Auffenberg W. 1981. The Behavioral Ecology of the Komodo Monitor.
Gainesville, Florida (US): University Press of Florida.
Bernnett D. 1995. A Little Book of Monitor Lizards. British (GB): Viper press.
Borden R. 2007. Varanus salvator (Asian Water Monitor) migration. Jurnal of
Varanid Biology and Husbandry 1(2).
Brown D. 2012. A Guide to Australian Monitors in Captivity. Burleigh (AU):
ABK Reptile Publications.
Burnie D, Wilson DE. 2001. Animal. New York (US): DK Publishing,
Inc. 417-420.
[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora. 2012. Convention on International Trade in Endangered Species
of Wild Fauna and Flora. [Internet]. [Diakses 12 September 2014].
Tersedia pada: http://www.cites.org/.
Colbert EH. 1955. Evolution of the Vertebrates. New York (US): John Wiley and
Sons Inc. 1 – 223.
Colville T. 2002. The Skeletal System. In: Colville T and Bassert JM. Clinical
Anatomy & Physiology for Veterinary Technicians. Philadelphia (US):
Mosby. 95-118.
De Lisle HF. 1996. Natural History of Monitor Lizards. Malabar, Florida (US):
Krieger Publ. Co.
De Lisle HF. 2007. Observations on Varanus salvator in North Sulawesi. Jurnal
of Varanid Biology and Husbandry 1(2): 59-66.

18
Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy.
3rd Ed. Philadelphia (US): W.B. Saunders.
Gaulke M. 1992. Taxonomy and biology of Philippine water monitor
(Salvanus salvator). Philippine Jurnal Science 12: 345 – 381.
Getty R. 1975. Sisson and Grossman the Anatomy of the Domestic Animal. 5th Ed.
Philadelphia (US): W. B. Saunders.
Grzimek B. 1975. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia. New York, Cinciannati,
Torono, London Malbourne (EN): Van Nostrand Reinhold Company.
Vol 6. 19 – 37:19 – 75: 321 – 337.
Heaines RW. 1952. The shoulder joint of lizards and the primitive reptilian
shoulder mechanism. Jurnal Anatomy. 86: 412-422.
Hildebrand M. 1960. How Animal Run. In: Hildebrand M and Goslow GE JR.
2001. Analysis of Vetebrate Structure. 5th Ed. United State of
Amerika (US): John Willey and Sons. 31-37.
Horn HG, Gaulke M. 2004. Varanus salvator (Subspecies). In: Pianka ER and
King DR (ED), Varanoid lizards of the world. Bloomington (US): Indiana
University Press. 258-271.
[ICVGAN] International Committee on Veterinary Gross Anatomical
Nomenclature. 2012. Nomina Anatomica Veterinaria. 5th Ed. Hannover
(DE): Editorial Commitee of WAVA.
Iyai DA, Faidiban OR. 2003. Studi bioekologi biawak (Varanus spp.) di pulau
mansinam kabupaten manokwari. [Skripsi]. Manokwari (ID): Fakultas
Peternakan, Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua.
Iyai DA, Pattiselannof F. 2006. Diversitas dan ekologi biawak (Varanus indicus)
di Pulau Pepaya Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Irian Jaya Barat.
Jurnal Biodeversitas. Vol 7. No 2. pp 181 – 186.
Jollie MT. 1960. The head skeleton of the lizards. Acta Zoologica 41: 1 – 64.
Khan MKM. 1969. A preliminary study of the water monitor Varanus salvator.
Malaysia Anatomy Jurnal. 22: 64 – 68.
Koch AM, Acciaioli G. 2007. The monitor twins: a bugis and makassarese
tradition from sulawesi, indonesia. Biawak. Quarterly Jurnal of
Varanid Biology and Husbandry 1(2): 77-82.
Koch AM, Ziegler T, Böhme W, Arida E, Auliya M. 2013. Pressing problems:
distribution, threats, and conservation status of the monitor lizards
(Varanidae: Varanus spp.) of southeast asia and the indo-australia
archipelago. Jurnal Herpetological Conservatiaon and Biology 8
(monograph 3):1-62.
McCoy M. 1980. Reptiles of Solomon Island. Hongkong (HK): Sheok Wah Tong
Printing Press Limited.
Palastanga N, Field D, Soames R. 2002. Anatomy and Human Movement.
Melbourne (AU): Butterworth Heinemann.
Romer AS. 1956. The Vertebrate Body. 2nd Ed. Philadelphia (US): W.B.
Saunders Company.1-590.
Rooij N De. 1915. The Reptiles of The Indo-Australia Archipelago (Seri
Lacertilia, Chelonia, Emydosauria). Leiden: E. J. Brill Ltd.
Schaeffer B. 1941. The morphological and functional evolution of the tarsus in
amphibians and reptiles. Bull. Amer. Mus. nat. Hist. 78: 395 – 472.

19
Shine R, Harlow PS, Koegh JS. 1996. The biology of water monitors Varanus
salvator in Southern Sumatra. Jurnal Biological Conservation.
77(2-3):125-134.
Skerritt GC, Lelland JM. 1984. An Introduction to the Functional Anatomy of the
Limbs of the Domestic Animals. England (GB): John Wright & Sons.
Surahya S. 1989. Komodo: Studi Anatomi dan Kedudukannya dalam Sistematika
Hewan. Yogyakarta (ID). Gadjah Mada University Press.
Tasoulis. 1983. Observations on the lace monitor Varanus varius.
Jurnal Herpetofauna 15 (1): 25.
Taylor EH. 1963. Lizars of Thailand. Univ. Kansas Sci. Bull. 44(14).
Watson LDMS. 1917. The evolution of the tetrapod shoulder girdle and forelimb.
Jurnal Anatomy. 52:1-63.
Welton LJ, Siler CD, Bennett D, Diesmos A, Duya MR, Dugay R, Rico ELB, van
Weerd M, and Brown RM. 2010. A spectacular new Philippine monitor
lizard reveals a hidden biogeographic boundary and a novel flagship
species for conservation. Biology Letters 6:654-658.
Wickramasinghe LJM, Kekulandala LDCB, Peabotuwage PIK, Karunarathna
DMSS. 2010. A Remarkable feeding behavior and a new distribution
record of Varanus salvator salvator (Laurenti 1768) in eastern Sri lanka.
Jurnal of Varanid Biology and Husbandry 4(3): 93-96.

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Eling Purwanto, lahir di Bantul,
07 November 1992 dari ayah Hadi Wiyanto dan ibu Painem. Penulis merupakan
putra kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
N1 Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
SMP N1 Rantau Pulung dan SMA N1 Rantau Pulung, Kutai Timur,
Kalimantan Timur. Penulis melanjutkan pendidikan S1di Institut Pertanian Bogor
pada tahun 2010 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
Selama masa perkuliahan, penulis pernah tergabung ke dalam HIMPRO
(Himpunan Minat dan Profesi) Ruminansia. Penulis juga aktif dalam Organisasi
Mahasiswa Daerah KPMKT (Keluarga Pelajar Mahasiswa Kalimantan Timur).
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Anatomi Veteriner II pada
tahun 2012.