Studi Karakteristik Anatomi Skelet Aksial Biawak Air (Varanus salvator)

STUDI KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET AKSIAL
BIAWAK AIR (Varanus salvator)

RIZAL ARIFIN AKBARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi
Karakteristik Anatomi Skelet Aksial Biawak Air (Varanus salvator) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Rizal Arifin Akbari
NIM B04100037

ABSTRAK
RIZAL ARIFIN AKBARI. Studi Karakteristik Anatomi Skelet Aksial Biawak
Air (Varanus salvator). Dibimbing oleh NURHIDAYAT dan SAVITRI
NOVELINA.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik anatomi skelet
aksial biawak air (Varanus salvator) dikaitkan dengan fungsi dan kebiasaan
hidupnya. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati preparat skelet sumbu
tubuh biawak air dan membandingkannya dengan skeleton komodo maupun
literatur yang terkait dengan sistem skelet tubuh hewan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persendian yang dibentuk antara condylus occipitalis dengan
fovea articularis cranialis dari os atlas relatif sempit sehingga gerakan kepala
pada biawak air kurang fleksibel. Biawak air mempunyai fleksibilitas tulang
belakang yang baik saat berenang di air atau berlari karena karakteristik skelet
aksialnya yang mempunyai jumlah ossa vertebrae yang banyak, mempunyai
hyapophysis pada ossa vertebrae cervicalis, bentuk dada yang ramping karena

hanya tiga buah ossa costales yang terhubung pada os sternum, adanya tipe
persendian diarthrose pada ossa vertebrae lumbales, dan mempunyai ossa
chepron pada ossa vertebrae caudales. Fleksibilitas ekor yang dimiliki biawak air
digunakan untuk melindungi diri dari musuh dengan cara memecutkan ekor ke
arah lateral.
Kata kunci: skelet aksial, biawak air

ABSTRACT
RIZAL ARIFIN AKBARI. Characteristic Anatomy Study of Water Monitor’s
(Varanus salvator) Axial Skeleton. Supervised by NURHIDAYAT and SAVITRI
NOVELINA.
This research was aimed to study anatomy axial skeleton characteristic of
water monitor (Varanus salvator) compared to its function and behavior. This
study was conducted by observing speciment of water monitor axial skeleton and
the observation was compared with skeleton of komodo dragon and related
litelatures. The result showed that joints formed between condylus occipitalis with
fovea articularis cranialis from os atlas was relatively narrow, so that water
monitor’s head movement was less flexible. Water monitor has high flexibility
vertebrae when swimming or running because characteristic of axial skeleton has
presence of hyapophysis in ossa vertebrae cervicales, slim chest because it has

only three ossa costales which were connected to os sternum, presence of
diarthrose joints in ossa vertebrae lumbales, and the presence of ossa chepron in
ossa vertebrae caudales. Tail flexibility of water monitor is used to protect itself
from enemy by fawning laterally.
Keywords: axial skeleton, water monitor

STUDI KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET AKSIAL
BIAWAK AIR (Varanus salvator)

RIZAL ARIFIN AKBARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Studi Karakteristik Anatomi Skelet Aksial Biawak Air
(Varanus salvator)
Nama
: Rizal Arifin Akbari
NIM
: B04100037

Disetujui oleh

Dr Drh Nurhidayat, MS, PAVet
Pembimbing I

Dr Drh Savitri Novelina, MSi, PAVet
Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan September 2012 hingga November 2013 dengan judul
"Studi Anatomi Fungsional Skelet Aksial Biawak Air (Varanus salvator)".
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drh. Nurhidayat, MS,
PAVet selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Drh. Savitri Novelina, MSi,
PAVet selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan
dengan penuh keikhlasan dan kesabaran selama penelitian dan penulisan skripsi.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf dan pegawai Laboratorium
Anatomi FKH IPB yang telah membantu penulis dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
Terima kasih khususnya kepada Deni Oray dan komunitas reptilnya karena
telah membantu dalam penangkapan biawak air yang digunakan dalam penelitian
ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada paman Prof. Dr. Ir.
Cecep Kusmana, MS dan Prof. Dr. Drh. Umi Cahyaningsih, MS yang selalu

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan tiada
terhingga kepada Ayah Ir. H. Toni Herliantoni dan Ibu Dra. Lilis Mintarsih, serta
seluruh keluarga yang telah tulus memberikan doa, serta dukungan moril dan
materil selama penulis menempuh pendidikan. Penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat untuk
kemajuan ilmu pengetahuan, terutama di bidang medis veteriner. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Rizal Arifin Akbari

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE

4


Alat dan Bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

4
5
5

Ossa vertebrae cervicales

5

Ossa vertebrae thoracicae

7

Ossa costales dan Os sternum

8


Ossa vertebrae lumbales et sacrales et caudales
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

10
11
13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13


RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR GAMBAR
1 Morfologi tubuh luar biawak air
2 Rangkaian dan struktur detil ossa vertebrae cervicales
3 Rangkaian ossa vertebrae thoracicae dan struktur detil
os vertebrae thoracales XIII
4 Struktur detil os costale dan os sternum
5 Struktur detil os vertebrae lumbales dan ossa vertebrae sacrales
6 Struktur detil ossa vertebrae caudales

3
6
8
9
10
11


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di wilayah
khatulistiwa dan dikaruniai kekayaan hayati yang sangat berlimpah, baik flora
maupun fauna. Salah satu jenis fauna yang tersebar secara luas di Indonesia
adalah biawak (Varanus). Di Indonesia ditemukan empat spesies biawak yaitu
biawak air atau water monitor (Varanus salvator), biawak mangrove (Varanus
indicus), komodo (Varanus komodoensis) dan Varanus auffenbergi. Biawak air
tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, sampai Sulawesi dan Maluku. Biawak
mangrove (Varanus indicus) daerah penyebarannya di Pulau Papua dan Benua
Australia, sementara jenis yang lain adalah komodo (Varanus komodoensis) di
Pulau Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur serta Varanus aufffenbergi di
Pulau Roti (Koch dan Acciaioli 2007).
Biawak air diklasifikasikan dalam Ordo Squamata dan Famili Varanidae
(Zug 1993). Hewan ini memiliki ciri-ciri fisik antara lain, kepala berbentuk oval,
kaki yang kuat. Selain itu, biawak air memiliki lidah panjang dan bercabang dua,
bersisik, berwarna dominan hitam dengan corak garis kuning pada bagian torak
dan berwarna kuning terang pada bagian ventral abdomen (De Lisle 1996).
Dalam suatu populasi, biawak air selalu mempunyai jantan dominan, yaitu
jantan yang mempunyai ukuran terbesar dalam populasinya. Hewan ini memiliki
perilaku antara lain berjemur di siang hari, mengibas dengan ekor untuk
melindungi diri dari musuh, dan berenang di air untuk mencari makan dengan
gerakan badan dan ekor yang sangat lentur ke arah lateral (Gaulke dan Horn
2004).
Perilaku biawak air diduga memiliki kaitan erat dengan skelet aksialnya
sehingga bagian tubuh ini menarik untuk dikaji. Sejauh ini kajian tentang struktur
skelet aksial biawak air yang dikaitkan dengan fungsi sumbu tubuh hewan
tersebut belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, studi tentang karakteristik
anatomi skelet aksial biawak air perlu dilakukan. Selain itu, biawak air memiliki
kemiripan bentuk tubuh dan perilaku dengan komodo sehingga bisa dijadikan
model untuk penelitian tentang komodo.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik skelet aksial biawak
air (Varanus salvator) yang dikaitkan dengan fungsi dan perilaku hidupnya.

Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenai struktur anatomi skelet aksial biawak air
sebagai model untuk penelitian tentang reptil lainnya terutama komodo.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Biawak Air
Pulau biawak merupakan pulau kecil di sekitar laut Jawa sebelah utara
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Populasi biawak air yang terdapat di pulau ini
sangat tinggi. Kontur tanah yang berpasir di pulau ini menjadi tempat yang ideal bagi
biawak air untuk membuat sarang dan menyimpan telur-telurnya (De Lisle 2007).
Habitat biawak air adalah di sungai atau danau. Hewan ini mempunyai sifat
agresif, sering menyerang manusia atau hewan lainnya dengan cara mengibaskan
ekornya dan mencakar dengan kukunya yang tajam (Traeholt 1993). Biawak air
merupakan jenis reptil dengan klasifikasi sebagai berikut:
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Sub Ordo
: Lacertilia
Famili
: Varanidae
Genus
: Varanus
Spesies
: Varanus salvator
Sumber: Zug (1993)
Famili Varanidae mempunyai ciri antara lain: berbadan besar dengan sisik
yang bulat di bagian dorsal, mempunyai lipatan kulit di leher dan badannya,
lehernya panjang dengan kepala tertutup oleh sisik yang berbentuk polygonal. Di
samping itu, Famili Varanidae mempunyai ciri lain yaitu lidah panjang bercabang
dengan tipe gigi pleurodont, pupil yang bulat dengan kelopak mata dan lubang
telinga yang nyata. Spesies dari Famili Varanidae antara lain biawak air (Varanus
salvator) dan komodo (Varanus komodoensis) yang panjangnya lebih dari 3 meter
(Zug 1993).
Biawak air merupakan spesies Varanus besar, yang panjangnya bisa
mencapai 2.5 meter dari kepala hingga ujung ekor. Hewan ini memiliki kulit
bersisik, berwarna hitam tebal pada bagian dorsal, dilengkapi dengan corak
bulatan atau garis kuning. Sementara kulit bagian ventral dilengkapi sisik yang
tebal berwarna kuning (Gambar 1). Kulit biawak air yang gelap berfungsi
menyerap cahaya panas matahari untuk mengatur fungsi fisiologis suhu tubuhnya
(Bartholomew 1982).

3

Gambar 1 Morfologi Tubuh Luar Biawak air
(sumber: Bundhitwongrut et al. 2008)
Perilaku Biawak Air
Biawak air mempunyai kebiasaan berjemur di siang hari yang biasanya
dilakukan di darat. Hewan ini memburu mangsanya di air dengan cara berenang
menggunakan fleksibilitas tubuhnya bergerak ke arah lateral. Ketika merasa
terancam, biawak air cenderung menggunakan ekornya untuk melindungi diri
dengan cara mengibaskan ekornya ke arah lateral (Monica dan Quetzal 2007).
Biawak air lebih aktif memburu mangsa pada siang hari (Karunarathna et al.
2008). Kebiasaan lain yang dimiliki biawak air adalah memakan bangkai hewan
dan memburu mangsa di daratan dengan cara berlari menggunakan kakinya yang
kokoh serta fleksibilitas tulang belakangnya yang tinggi (Daniel 2002).
Aktifitas reproduksi dan perkawinan biawak air sangat dipengaruhi oleh
musim. Biawak air melakukan perkawinan pada musim hujan. Hal ini
berhubungan dengan aktifitas hormon reproduksi biawak jantan dan betina.
Biawak air jantan melakukan perkawinan dengan mendekati betina dari sisi kiri
atau kanan untuk memasukan hemipenis pada vagina betina. Biawak betina akan
menunjukan aksi pertahanan bila menolak untuk dikawini. Aksi pertahanan
ditunjukan dengan cara memutar badan atau membalikan lehernya ke arah
pejantan yang datang (Cota 2011). Biawak air bereproduksi dengan bertelur
biasanya terjadi pada bulan April sampai Oktober (Bennett 1998).

4
Struktur Komparatif Skelet Reptil
Skelet berfungsi sebagai alat penunjang tubuh, pelindung jaringan lunak dan
sebagai alat lokomosi (Dyce et al 1996). Skelet dibagi menjadi tiga bagian utama
yaitu skelet aksial (sumbu tubuh), apendikular (tungkai) dan viscera (jeroan).
Skelet aksial dibentuk oleh ossa cranium, ossa vertebrales, ossa costales, os
sternum, dan os hyoid. Skelet apendikular terdiri atas tulang-tulang kaki depan
dan kaki belakang sedangkan skelet viscera terdiri dari tulang yang terletak pada
organ tubuh (Colville dan Bassert 2002).
Berdasarkan letaknya, ossa vertebrales dibagi menjadi lima bagian yaitu os
vertebrae cervicalis (leher), os vertebrae thoracicae (dada), os vertebrae lumbalis
(pinggang), os vertebrae sacralis (panggul), dan os vertebrae caudalis (ekor)
(Getty 1975). Secara umum ossa vertebrales susunannya terdiri atas processus
spinosus, processus transversus, processus articularis cranialis et caudalis dan
caput vertebrae. Ossa vertebrae tersusun kokoh dan berfungsi sebagai sumbu
tubuh. Tulang-tulang ini dapat digerakan secara fleksor dan ekstensor oleh otototot tulang belakang (Dyce et al. 1996). Reptil memiliki struktur ossa vertebrales
yang kompak dan berfungsi sebagai penunjang kepala, pergerakan otot dan
pelindung organ. Reptil memiliki fleksibilitas pergerakan ke arah lateral yang
tinggi karena memiliki susunan tulang belakang yang banyak dan kuat (Vitt dan
Caldwel 2009).
Gerakan dorsoventral bagian ekor pada reptil sangat terbatas, karena reptil
memiliki os chepron. Tulang ini terletak di bagian ventral pada ossa vertebrae
caudales (Zug 1993). Secara umum ossa vertebrae reptil mempunyai
hypapophysis dan zygapophysis. Selain itu, reptil juga mempunyai ossa vertebrae
cervicales dengan jumlah yang bervariasi. Varanus mempunyai 9 buah os
vertebrae cervicales, chameleons 3 sampai 5 buah dan buaya 9 buah. Variasi lain
dimiliki amfibi salamander yaitu mempunyai 10 sampai 60 buah presacral
vertebrae (Vitt dan Caldwel 2009).

METODOLOGI
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2012 sampai November 2013
di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah satu set skelet biawak air.
Biawak air ditangkap dari Waduk Jati Gede Sumedang dengan panjang 2,5 meter
dan berat 25 kilogram. Adapun alat yang digunakan adalah seperangkat alat
diseksi dan ®Canon EOS 400D.

5
Metode Penelitian
Biawak air yang telah ditangkap disembelih dan selanjutnya tulang-tulang
skelet aksial dipreparir. Skelet aksial biawak air dijemur dan dibersihkan. Setiap
tulang diberi kode setelah tulang dilepas satu persatu dari rangkaiannya untuk
dilakukan analisis bagian-bagian tulang dan dilanjutkan dengan pemotretan dari
arah dorsal, cranial, caudal dan lateral menggunakan kamera ®Canon EOS 400D.
Gambar yang diperoleh diolah dengan menggunakan Adobe Photoshop CS3,
kemudian dianalis struktur skelet dari masing-masing tulang penyusunnya yang
dikaitkan dengan perilaku biawak air yang berhubungan dengan struktur skelet
aksialnya. Sistem penamaan unsur-unsur skelet aksial biawak air berdasarkan
atlas komodo yang ditulis oleh Dra. Soeparmi Surahya (Surahya 1989) dan
Nomina Anatomica Veterinaria (ICVGAN 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Biawak air memiliki susunan ossa vertebrae yang kokoh dan hubungan
antara tulang-tulangnya kuat. Biawak air memiliki 9 buah ossa vertebrae
cervicales, 18 buah ossa vertebrae thoracicae, 18 pasang ossa costales, 2 buah
ossa vertebrae lumbales, 2 buah ossa vertebrae sacrales dan 54 buah ossa
vertebrae caudales.
Ossa vertebrae cervicales
Biawak air mempunyai 9 buah ossa vertebrae cervicales (Gambar 2). Os
vertebrae cervicalis I (os atlas) mempunyai bentuk yang berbeda dibandingkan
dengan ossa vertebrae cervicales lainnya. Os atlas biawak air mempunyai ukuran
yang lebih kecil dari ossa vertebrae lainnya, memiliki arcus ventralis berupa
lengkungan yang terdapat di sebelah sinistra et dextra yang membentuk sutura.
Sebelah dorsal dari arcus ventralis terdapat arcus neuralis. Processus transversus
sinistra et dextra membentuk sudut yang terbuka ke arah caudal.
Di cranial, os atlas membentuk persendian dengan condylus occipitalis dari
os cranium melalui fovea articularis cranialis, sedangkan di caudal, tulang ini
bersendi dengan os vertebrae cervicalis II (Os axis) melalui fovea articularis
caudalis. Fovea articularis cranialis dan caudalis dipisahkan oleh ligamentum
transversum.

6

Gambar 2 Rangkaian dan struktur detil ossa vertebrae cervicales
A. Rangkaian ossa vertebrae cervicales a. Os atlas b. Os axis c. Os vertebrae
cervicales VII
B. Os atlas tampak cranial
B1. Os atlas tampak caudal
C . Os axis tampak lateral
C1. Os axis tampak ventral
D . Os vertebrae cervicalis VII tampak dorsal
D1. Os vertebrae cervicalis VII tampak cranial
1. Fovea articularis cranialis; 2. Ligamentum transversarium; 3. Fovea
articularis caudalis; 4. Arcus ventralis; 5. Arcus neuralis; 6. Caput vertebrae
cranialis; 7. Caput vertebrae caudalis; 8. Dens axis; 9. Zygapophysis caudalis;
10. Processus transversus; 11. Processus spinosus; 12. Hyapophysis; 13. Facies
articularis cranialis corporis vertebrae; 14. Zygapophysis cranialis (Bar: 1 cm)

7
Os axis memiliki dua caput di bagian cranial dan caudal, sedangkan pada
ossa vertebrae cervicales III-VI hanya memiliki caput caudal saja. Caput
vertebrae cranialis bagian dens axis bersendi dengan fovea articularis caudalis
dari os atlas sedangkan caput vertebrae caudalis bersendi dengan facies
articularis cranialis corporis vertebrae dari os vertebrae cervicalis III. Selain itu,
zygapophysis caudalis dari os vertebrae cervicalis II bersendi dengan
zygapophysis cranialis dari os vertebrae cervicalis III. Os axis hanya memiliki
zygapophysis caudalis saja sedangkan ossa vertebrae cervicales III-IX
mempunyai zygapophysis cranialis dan caudalis. Os axis memiliki processus
transversus yang pendek di bagian sinistra et dextra, processus spinosus di
sebelah dorsal dan hyapophysis di sebelah ventral. Hyapophysis hanya dimiliki
oleh ossa vertebrae cervicales II-VI.
Ossa vertebrae thoracicae
Biawak air memiliki 18 buah ossa vertebrae thoracicae yang strukturnya
relatif mirip satu sama lain (Gambar 3). Tulang ini mempunyai processus
transversus dan processus spinosus yang pendek dan kokoh. Processus
transversus sinistra et dextra yang bersendi dengan facies articularis costae.
Ossa vertebrae thoracicae I-XVIII bersendi satu sama lain melalui
persendian yang dibentuk antara caput vertebrae caudalis dengan facies
articularis cranialis corporis vertebrae dan persendian antara zygapophysis
caudalis dengan zygapophysis cranialis yang terletak di caudal-nya. Ossa
vertebrae thoracicae I-III bersendi dengan ossa costales I-III, yang di distal
bersendi dengan os sternum.

8

Gambar 3 Rangkaian Ossa vertebrae thoracicae dan struktur detil os vertebrae
thoracica XIII.
A . Rangkaian ossa vertebrae thoracicae
B . Os vertebrae thoracica XIII tampak lateral
B1.Os vertebrae thoracica XIII tampak ventral
1. Processus transversus; 2. Processus spinosus; 3. Caput vertebrae caudalis;
4. Zygapophysis cranialis; 5. Zygapophysis caudalis; 6. Facies articularis
cranialis corporis vertebrae (Bar : 1cm)

Ossa costales dan Os sternum
Biawak air mempunyai 18 pasang ossa costales sesuai dengan jumlah ossa
vertebrae thoracicae (Gambar 4). Terdapat perbedaan bentuk pada bagian
cartilago costale dari ossa costales I-III dan ossa costales IV-XVIII. Cartilago
costales pada ossa costales I-III berbentuk melengkung seperti lingkaran dan
bersendi dengan os sternum sehingga disebut os costale sternalis. Ossa costales
IV-XIV pada bagian ujung cartilago costales meruncing. Cartilago ini
melengkung ke arah medial sehingga membentuk ruangan terbuka di daerah
abdomen. Ossa costales XV-XVIII ukurannya lebih pendek dibandingkan ossa
costales lainnya. Ossa costales bersendi dengan ossa vertebrae thoracicae pada
bagian facies articularis costae dan processus transversus dari ossa vertebrae
thoracicae. Pada ossa costales, tuberculum dan capitulum bersatu.

9
Os sternum mempunyai bagian ventral yang datar dan bagian dorsal sedikit
cekung. Bagian cranial dari sternum ini terlihat runcing seperti panah yang
dibentuk oleh clavicula proximalis yang melekat pada interclavicula. Pada os
sternum ini terdapat tiga lubang tempat bersendinya ossa costales I-III.

7

Gambar 4

Struktur detil os costale dan os sternum.
A. Os costale I tampak lateral
B. Os costale VII tampak lateral
C . Os sternum tampak dorsal
C1. Os sternum tampak ventral
1. Facies articularis costae; 2. Corpus costale; 3. Cartilago costale; 4. Clavicula
bagian proximal; 5. Inter clavicula; 6. Tempat bersendi os costale III; 7. Tempat
bersendi os costale II; 8. Tempat bersendi os costale I (Bar : 1cm)

cm

10
Ossa vertebrae lumbales et sacrales et caudales
Ossa vertebrae lumbales et sacrales pada biawak air merupakan rangkaian
tulang pinggang dan kemudi yang pendek tetapi sangat kokoh. Biawak air
mempunyai 2 buah ossa vertebrae lumbales dengan struktur relatif mirip dan
memiliki processus transversus yang pendek (Gambar 5). Os vertebrae lumbalis I
bersendi dengan caput os vertebrae thoracicae XVIII. Os vertebrae lumbalis II
bersendi dengan os vertebrae sacralis I melalui caput vertebrae caudalis dari os
vertebrae lumbalis II dengan facies articularis cranialis corporis vertebrae dari
os vertebrae sacralis I.

Gambar 5 Struktur detil os vertebrae lumbales dan ossa vertebrae sacrales.
A. Os vertebrae lumbalis II tampak lateral
A1. Os vertebrae lumbalis II tampak cranial
B. Ossa vertebrae sacrales tampak dorsal
B1. Ossa vertebrae sacrales tampak cranial
1. Caput vertebrae caudalis; 2. Zygapophysis caudalis; 3. Processus transversus;
4. Processus spinosus; 5. Zygapophysis cranialis; 6. Facies articularis corporis
cranialis; 7. Foramen vertebrae (Bar : 1cm)

Biawak air mempunyai 2 buah ossa vertebrae sacrales yang saling
terhubung kuat (Gambar 5). Bagian processus transversus pada os vertebrae
sacralis II lebih besar dari I karena bagian ini kan bersendi dengan facies
articularis ossis ilii dari os coxae. Os vertebrae sacralis I bagian facies articularis
cranialis corporis vertebrae bersendi dengan caput vertebrae caudalis dari os
vertebrae lumbalis II.

11

Gambar 6 Struktur detil ossa vertebrae caudales.
A : Ossa vertebrae caudales tampak lateral
B : Ossa vertebrae caudales tampak dorsal
1. Processus spinosus; 2. Processus transversus; 3. Os chepron; 4. Lubang tempat
masuknya pembuluh darah dan syaraf (Bar : 1cm)

Os vertebrae sacralis II bagian facies articularis cranialis corporis
vertebrae yang bersendi dengan caput vertebrae dari os vertebrae sacralis I. Di
caudal, caput vertebrae dari os vertebrae sacralis II akan bersendi dengan facies
articularis cranialis corporis vertebrae pada os vertebrae caudalis I.
Ossa vertebrae caudales berjumlah 54 buah dengan susunan yang relatif
kokoh. Ukuran tulang ini semakin kecil ke arah caudal. Pada bagian dorsal dari
ossa vertebrae caudales ditemukan processus spinosus sedangkan di bagian
ventral ossa chepron. Pada ossa chepron ditemukan lubang yang merupakan
tempat berjalannya pembuluh darah dan syaraf. Ditemukan processus transversus
yang pendek di bagian sinistra et dextra dari ossa vertebrae caudales (Gambar 6).

Pembahasan
Biawak air merupakan spesies Varanus dengan ukuran tubuh kedua
terbesar yang hidup di Indonesia setelah Varanus komodoensis dan dapat tumbuh
sampai 2.5 meter. Secara umum, biawak air mempunyai kepala berbentuk oval,
kaki yang kuat, lidah panjang dan bercabang dua, dan bersisik tebal (De Lisle
1996). Biawak air mempunyai 9 buah ossa vertebrae cervicales. Jumlah yang
sama juga ditemukan pada komodo (Surahya 1989). Biawak air dan komodo
mempunyai gerakan kepala yang sangat terbatas karena persendian yang dibentuk
antara condylus occipitalis dengan fovea articularis cranialis dari os atlas relatif
sempit sehingga menyebabkan gerakan kepala yang kurang fleksibel.
Ossa vertebrae cervicalis II-VI mempunyai hyapophysis di sebelah ventral.
Kemampuan fleksibilitas leher ditunjang dengan adanya hyapophysis yang
fungsinya mirip dengan os chepron pada ossa vertebrae caudales untuk

12
mendukung fleksibilitas gerakan ke arah lateral (Vitt dan Cadwel 2009).
Fleksibilitas leher pada biawak air juga digunakan untuk mempertahankan diri.
Biawak air betina akan memutar badan atau menggerakkan lehernya ke arah
pejantan yang datang ketika menolak untuk dikawini (Cota 2011). Processus
transversus dari ossa vertebrae cervicales biawak air relatif pendek dan kurang
berkembang. Ukuran processus transversus yang pendek menunjang fleksibilitas
gerakan leher ke lateral. Fleksibilitas leher yang dimiliki biawak air digunakan
untuk mempermudah menangkap ikan saat berburu di dalam air (Daniel 2002).
Ossa vertebrae thoracicae pada biawak air berjumlah 18 buah dengan
struktur yang relatif mirip satu dengan yang lainnya. Processus spinosusnya
pendek dan jaraknya berdekatan, seperti yang ditemukan pada processus spinosus
komodo (Surahya 1989). Processus spinosus ini dihubungkan oleh ligamentum
interspinalia yang berfungsi untuk memberikan kekuatan pada columna
vertebralis pada saat bergerak dan untuk memberi batas pada gerakan hiperflexio
dari collumna vertebralis (Smith 1999).
Biawak air mempunyai 18 pasang ossa costales yang jumlahnya sesuai
dengan jumlah ossa vertebrae thoracicae. Ossa costales I-III akan berhubungan
dengan os sternum. Jumlah costae sternalis yang sedikit menyebabkan bentuk
dada biawak air relatif pipih sehingga bagian coracoideus dextra et sinistra dari
os scapula dapat terhubung. Pada biawak air bagian coracoideus dan scapula
terpisah dan terdapat civitas glenoidalis, sedangkan pada komodo, bagian
coracoideus dan scapula tumbuh melekat berupa coracoscapula dan terdapat
civitas glenoidalis berbentuk lengkungan (Surahya 1989). Dengan bentuk dada
yang seperti ini, biawak air dapat bergerak dengan cepat dan fleksibel karena dada
biawak air maupun komodo akan terangkat oleh kaki depan ketika berjalan atau
berlari. Bagian cartilago costales dari ossa costales IV-XVIII meruncing seperti
ujung pedang dan melengkung ke arah medial. Bentuk ossa costale yang seperti
ini menyebabkan rongga perut yang dimiliki biawak air relatif luas sehingga
biawak air mampu memakan makanan yang beratnya dua kali tubuhnya. Beberapa
reptil lain seperti ular mempunyai bentuk cartilago costale yang meruncing
(Grizmek 1975).
Biawak air memiliki 2 buah ossa vertebrae lumbales dengan struktur yang
relatif mirip. Jumlah ossa vertebrae lumbales yang sedikit ini menyebabkan
pinggang biawak air menjadi sempit sehingga tampak lebih ramping. Dengan
pinggang yang ramping, biawak air dapat bergerak dengan cepat saat berlari atau
berenang. Pada biawak air, antara os vertebrae thoracica terakhir dengan os
vertebrae lumbales I ditemukan tipe persendian diarthrose. Pada komodo tipe
persendian yang ditemukan adalah syndesmose. Hal ini yang menyebabkan daerah
lumbal pada biawak air dapat melakukan gerakan lateroflexio sedangkan pada
komodo tidak bisa. Gerakan lateroflexio dapat meningkatkan kemampuan
fleksibilitas tulang belakang biawak air saat bergerak. Selain itu, ditemukan
perbedaan pada jumlah ossa vertebrae sacrales antara biawak air dengan komodo.
Biawak air hanya mempunyai 2 buah ossa vertebrae sacrales sedangkan komodo
memiliki 3 buah (Surahya 1989). Bagian processus transversus pada os vertebrae
sacralis II lebih besar dibandingkan os vertebrae sacralis I karena bagian ini akan
bersendi dengan facies articularis ossis ilii dari os coxae.
Ossa vertebrae caudales yang dimiliki oleh biawak air adalah 54 buah
sedangkan komodo hanya mempunyai 40 buah (Surahya 1989). Pada masing-

13
masing tulangnya bertaut os chepron. Pada ossa chepron terdapat lubang yang
berfungsi sebagai tempat masuknya pembuluh darah dan syaraf karena pada reptil
terutama biawak air pada ossa vertebrae caudales tidak ditemukan lubang tempat
berjalannya buluh darah dan syaraf seperti pada mamalia. Jumlah ossa vertebrae
caudales yang banyak pada biawak air menyebabkan panjang ekornya mencapai
2/3 tubuhnya (Bartholomew 1982). Selain itu, jumlah ossa vertebrae caudales
yang banyak dan dilengkapi os chepron di bagian ventral juga menyebabkan ekor
biawak air dapat bergerak ke arah lateral secara fleksibel, dapat mengibaskan
ekor dengan sangat kuat ke arah lateral, menahan tubuh ketika biawak air
melakukan gerakan berdiri ketika berkelahi, menjaga keseimbangan dan
mempercepat gerakan biawak air saat berenang dalam air (Monica dan Quetzal
2007).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik skelet aksial yang dimiliki biawak air yaitu memiliki
hyapophysis pada ossa vertebrae cervicalis, bentuk dada yang langsing karena
hanya 3 ossa costales yang terhubung pada os sternum, memiliki tipe persendian
diarthrose pada daerah lumbal, dan ossa vertebrae caudales yang dilengkapi
dengan ossa chepron di bagian ventral. Hal ini menunjang fleksibilitas tubuh
biawak air untuk bergerak ke arah lateral saat berenang dan memburu mangsa.

Saran
Penelitian lanjutan mengenai struktur anatomi fungsional pada biawak air
masih perlu dilakukan terutama pada bagian tulang ekstremitas dan struktur otot.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap mengenai anatomi
fungsional biawak air.

DAFTAR PUSTAKA
Bartholomew GA. 1982. Physiological control of body temperature. J Biol
Reptilia. 12:167-211.
Budhitwongrut H, Sagunsab S, Thirakhuptk K, Pauwels SG. 2008. A case of
predation of the water monitor Varanus salvator on the western snaileating turtle Malayemys macrocephala (Reptilia: Varanidae and
Bataruridae) in Bangkok. Biawak. 2(3): 106-108.
Bennett D. 1998. Monitor Lizard, Natural History, Biology and Husbandary.
Edisi ke-2. Frankfurt (DE): Chaimera.
Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary
Technicians. Missouri (US): Mosby and Affiliate of Elsivier.

14
Cota M. 2011. Mating and intraspesific behavior of Varanus salvator
macromaculatus in an urban population. Biawak. 5:1-2.
Daniel JC. 2002. The Book of Indian Reptiles and Amphibians. London (UK):
Oxford University Pr.
De Lisle FH. 1996. The Natural History of Monitor Lizards. Malabar Florida
(US): Krieger.
De Lisle FH. 2007. Observations on Varanus Salvator in north Sulawesi.
Biawak. 1(2):59-56.
Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 1996. Textbook of Veterinary Anatomy. Edisi
ke-2. Phailadelphia (US): WB Saunders.
Evans HE. 1993. Anatomy of the Dog. Edisi ke-3. Philadelpia (US): WB Saunders.
Gaulke M, Horn HG. 2004. Varanus salvator. Bloomington (US): Indiana
University Pr.
Getty R. 1975. The Anatomy of Domestic Animals. Edisi ke-5. Philadelpia (USA):
WB Saunders.
Grzimek B.1975. Grazimeks’s Animal Life Encyclopedia. Volume ke-7. Frankfurt
(DE): Gale.
Karunarathna S, Amarasinghe T, Ekanayake KB. 2008. Observed predation on a
suckermouth catfish (Hypostomus plecostomus) by a water monitor
(Varanus salvator) in Bellanwila-Attidiya Sanctuary. Biawak. 2(1):37-39
Koch A, Acciaioli G. 2007. The monitor twins: a bugins and makassarese
tradition from Sulawesi Indonesia. Biawak. 1(2):77-82.
Mendia Wickramasinghe LJ .2010. Remarkable feeding behavior and new
distribution record of Varanus salvator in Eastern Sri Lanka. Biawak.
4(3):93-98.
Monica P, Quetzal D. 2007. Husbandry and reproduction of the black water
monitor Varanus salvator komaini. Biawak. 1(1):13-30
Surahya S. 1989. Studi Anatomi Komodo dan Kedudukannya dalam Sistematik
Hewan. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Pr .
Smith BJ. 1999. Canine Anatomy. Philadelphia (US): Lippincot Williams and
Wilkins.
Traeholt C. 1993. Notes of the feeding behavior of the water monitor (Varanus
salvator). Malay Nat J. 46: 229-241.
Vitt JL, Caldwell JP. 2009. Herpetology An Introductory Biology of Amphibians
and Reptiles. Edisi ke-3 .San Diego (USA): Elsevier.
[ICVGAN] International Committee on Veterinary Gross Anatomical
Nomenclature. 2012. Nomina Anatomica Veterinaria. Edisi ke-5.
Hannover (DE): Editorial Commitee of WAVA.
Zug GR. 1993. Herpetology : An Introductory Biology Of Amphibians and
Reptiles. Sandiego (USA): Academic Pr.

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 5 Mei 1992 dari ayah Ir. Toni
Herliantoni dan ibu Dra.Hj.Lilis Mintarsih. Penulis adalah putra pertama dari dua
bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri Situraja dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjabat sebagai asisten di
laboratorium protozoologi FKH IPB . Aktif ikut serta dalam penelitian ilmiah dan
mengikuti pelatihan di bidang protozoologi diantaranya Pengembangan Nano
Teknologi Logam Terserap Tubuh sebagai Anti Penyakit Surra pada Ternak dan
mengikuti pelatihan “Poultry Gut Health Integrity Workshoop (Eimeria sp.)” pada
tahun 2013. Karya ilmiah berjudul Pemanfaatan Ekstrak Biji Sirsak (Annona
muricata) Sebagai Obat Anti Kanker Akibat Infeksi Virus Marek Pada Ayam
Petelur telah disajikan pada Prosiding KIVNAS PDHI di Yogyakarta pada bulan
Oktober 2012 dan di Groningen Belanda pada tahun 2014. Penulis merupakan
anggota Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia dan asisten praktikum mata
kuliah Anatomi Veteriner (2012). Prestasi dalam bidang olahraga yang pernah
diraih adalah menjadi juara 2 ganda putra cabang bulutangkis dalam Olimpiade
Mahasiswa IPB pada tahun 2011.