B. 5. Ciri-ciri minat Faktor Ekstrinsik

39 alasan. Pertama, aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Suatu bobot emosional positif dari minat akan memperkuat minat itu dalam tindakan, Selain itu, aspek afektif bila terbentuk cenderung bertahan lebih lama terhadap perubahan.

II. B. 5. Ciri-ciri minat

Adapun ciri-ciri minat menurut Widjaja 2000 ialah: 1. Minat tidak dibawa sejak lahir. Minat timbul dari perasaan senang terhadap suatu objek. Slameto dalam Djamarah, 2002 menyatakan bahwa minat dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada diri seorang anak didik. Caranya ialah dengan jalan memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran 2. Minat dapat berubah-ubah. Untuk seorang anak yang sangat muda, lamanya minat dalam kegiatan tertentu sangat pendek. karena minat yang terdapat dalam kegiatan untuk kepentingan diri sendiri lebih daripada untuk mencapai sesuatu hasil tertentu, sehingga ia mudah dikacaukan dan mudah tertarik pada kegiatan lain. Tidak demikian halnya terhadap orang yang lebih tua, mereka lebih lama dapat mempertahankan minatnya terhadap sesuatu daripada berpindah-pindah pada hal lain. 3. Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek. 4. Objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan-kumpulan dari hal tersebut. Universitas Sumatera Utara 40 II.C. Hubungan Antara Minat terhadap Tayangan Talk Show dengan Motivasi Belajar menjadi Presenter Booming televisi swasta diakui telah mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat melalui sajian informasi yang disampaikan secara tajam, objektif, dan akurat. Dengan kata lain, masyarakat telah berhutang jasa kepada media televisi dibidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan pendidikan. Media televisi juga telah memperluas wawasan masyarakat dengan sajian acara seperti news, news feature, talk show, dialog, dan berbagai acara informatif-edukatif lainnya Muda, 2005. Dan diantara sekian banyak acara yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi swasta dan nasional, acara yang paling diminati oleh penonton ialah acara talk show Wintarto, 2007. Talk show merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik yang biasanya mengangkat isu-isu yang hangat dimasyarakat Hanum, 2005. Talk Show berasal dari bahasa Inggris, yaitu talk artinya :1. percakapan, 2. pembicaraan, perbincangan, dan show berarti : pameran, tontonan acara, pertunjukkan. Talk show dewasa ini merupakan program primadona, sebab bisa disiarkan secara langsung atau interaktif dan atraktif, ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur entertainment. Entertaintement sebenarnya bukan sekedar mengibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu atau moderator sangat menentukan sukses tidaknya acara Hanum,2005. Universitas Sumatera Utara 41 Menurut Hartoko dalam Baksin, 2006, untuk menjadi presenter tv yang baik diperlukan kepribadian yang tepat. Ia menyebutkan beberapa prasyarat untuk menjadi pembawa acara televisi yang baik, yakni: 1. Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman. 2. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian, dan daya ingatan yang kuat. 3. Keramahan yang tidak berlebihan. 4. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar, dan memiliki wibawa yang cukup mantap. Tugas sebagai seorang pembawa acara talk show tidaklah terlalu banyak, tetapi sangat menuntut banyak latihan dan penuh tantangan.. Menjadi pembicara yang handal membutuhkan persiapan yang matang, kemampuan merangkai kata, dan aspek penting lainnya. Namun, siapapun dapat menjadi pembicara pembawa acara yang handal asalkan mau belajar, baik secara langsung dengan cara berani tampil berbicara di depan umum, maupun belajar melalui buku dan belajar dengan melihat orang lain Wintarto, 2007. Belajar pada manusia bisa dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental-psikis yang berinteraksi aktif dengan lingkungannya, dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap Winkel, 1996. Beberapa penelitian menyatakan bahwa minat mempengaruhi proses belajar seseorang Pintrich Schunk, dalam Sukadji 2001. Demikian halnya dengan seseorang yang minat terhadap tayangan talk show, mereka akan belajar bagaimana menjadi seorang pembawa acara talk show presenter talk show yang baik. Universitas Sumatera Utara 42 Minat ialah kecenderungan seseorang terhadap objek-objek dan kegiatan- kegiatan yang membutuhkan perhatian dan menghasilkan kepuasan Winkel, 1996. Dengan adanya minat seseorang dalam menonton televisi, berarti ada suatu perasaan suka atau tidak suka yang dimiliki seseorang terhadap adanya tayangan televisi. Slameto dalam Djamarah, 2002 menyatakan bahwa seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek tertentu cenderung akan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. Dengan demikian, maka akan timbul dorongan dari dalam diri individu untuk memuaskan kebutuhannya. Dorongan dari dalam diri untuk memuaskan kebutuhannya disebut juga dengan istilah motivasi Winkel, 1996. Motivasi diartikan sebagai kemauan dalam diri, dalam usaha untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi Stephen dalam Kawuryan, 2005. Terkait dengan motivasi, Uno 2007 menyatakan bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Keberhasilan belajar seseorang turut dipengaruhi oleh kuat atau lemahnya motivasi seseorang dalam belajar Djamarah, 2002. Dengan demikian motivasi belajar dapat disimpulkan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai Sardiman, 2000. Dengan adanya perasaan suka terhadap tayangan talk show di televisi, maka akan ada reaksi penerimaan dan reaksi positif terhadap tayangan tersebut sehingga diharapkan akan menimbulkan motivasi belajar menjadi presenter bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan komunikasi. Universitas Sumatera Utara 43 II.D. Hipotesis penelitian Ada hubungan antara minat terhadap tayangan talk show dengan motivasi belajar menjadi presenter. Universitas Sumatera Utara 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur penting di dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain Hadi, 2000. III.A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk dapat menguji hipotesa penelitian terlebih dahulu diidentifikasikan variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian yang digunakan terdiri dari : 1. Independent Variabel IV : Minat Terhadap Tayangan talk show 2. Dependent Variabel DV : Motivasi Belajar menjadi Presenter III.B. Definisi Operasional Variabel III.B.1. Minat terhadap Tayangan Talk Show Minat terhadap tayangan talk show ialah kecenderungan yang terarah secara intensif, keinginan yang besar terhadap tayangan talk show, yang berpengaruh pada kesadaran dirinya untuk berusaha melakukan sesuatu yang diinginkannya sehingga bisa memberi kepuasan pada diri individu tersebut. Minat terhadap tayangan talk show dalam penelitian ini akan diungkap dengan menggunakan alat ukur berupa skala yang akan disusun berdasarkan aspek minat Universitas Sumatera Utara 45 menurut Hurlock 1999, yaitu aspek kognitif yang meliputi perhatian seseorang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan minatnya, anggapan bahwa bidang yang diminati tersebut merupakan suatu hal yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu, usaha yang dihabiskan dengan kegiatan yang berkaitan dengan minatnya akan memberi kepuasan dan keuntungan pribadi. Dan aspek afektif yaitu bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat . Semakin tinggi skor skala minat menonton tayangan talk show, maka semakin tinggi minat terhadap tayangan talk show pada diri individu. Sebaliknya, semakin rendah skor skala minat terhadap tayangan talk show, maka semakin rendah minat terhadap tayangan talk show pada diri individu. III.B.2. Motivasi Belajar Menjadi Presenter Motivasi belajar menjadi presenter adalah dorongan atau kekuatan yang menyebabkan seseorang belajar menjadi presenter. Motivasi belajar menjadi presenter dalam penelitian ini akan diungkap dengan menggunakan alat ukur berupa skala yang disusun berdasarkan indikator-indikator motivasi belajar menurut Uno 2007, yaitu: faktor intrinsik yang meliputi adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan kebutuhan belajar, adanya harapan akan cita-cita, dan faktor ekstrinsik yang meliputi penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam skala motivasi belajar, maka semakin tinggi motivasi belajar individu tersebut, dan sebaliknya semakin rendah Universitas Sumatera Utara 46 skor dalam skala motivasi belajar, maka semakin rendah motivasi belajar individu tersebut. III.C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel. III.C.I. Populasi Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama Hadi, 2000. Adapun ciri-ciri populasi dalam penelitian ini adalah: a. Mahasiswa Komunikasi USU b. Angkatan 2004 sd 2007 c. Pernah menonton tayangan talk show. III.C.2. Metode Pengambilan Sampel Menurut Kaplan dan Saccuzo 2005, sampel adalah bagian dari populasi. Sampel juga harus memiliki sedikitnya satu sifat yang sama agar dapat dilakukan generalisasi. Agar dapat melakukan generalisasi sampel harus mencerminkan populasinya, oleh karena itu harus digunakan teknik pengambilan sampel yang benar. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Hal ini didasarkan atas pendapat Hadi 2000 yang mengemukakan bahwa random sampling adalah pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu. Jumlah sampel dalam penelitian ini 75 orang. Azwar Universitas Sumatera Utara 47 2005 menyatakan bahwa, statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup.

III. D. Alat Ukur Penelitian