19 Dalam konteks proses perkembangan sosial dan pendidikan, ada beberapa
studi tentang peranan televisi yang dilakukan para ahli di Amerika dan Indonesia dalam Sendjaja, 1999, salah satu studi tersebut menyatakan bahwa program siaran
televisi dapat memicu motivasi belajar seseorang. Akan tetapi belum jelas dikatakan program televisi seperti apa yang dapat meningkatkan motivasi belajar seseorang.
Oleh karena itu, dianggap penting untuk melakukan penelitian berkaitan dengan apakah ada hubungan antara minat terhadap tayangan talk show dan
motivasi belajar menjadi presenter pada mahasiswa komunikasi. Dengan adanya minat terhadap tayangan talk show di televisi, maka akan ada reaksi penerimaan
dan reaksi positif terhadap tayangan tersebut, sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar menjadi presenter dalam dirinya.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara minat terhadap tayangan talk show dengan motivasi belajar menjadi presenter pada
mahasiswa Ilmu Komunikasi USU.
1.3. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1.
Manfaat Teoritis Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu psikologi khususnya Psikologi Pendidikan yaitu memperkaya teori tentang minat dan motivasi belajar.
Universitas Sumatera Utara
20 1.3.2.
Manfaat Praktis a.
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wacana bagi mahasiswa komunikasi mengenai ada atau tidaknya peranan
minat akan tayangan talk show dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang menjadi presenter.
b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai minat terhadap tayangan talk show dan
motivasi belajar menjadi presenter.
1.4. Sistematika Penulisan
Proposal penelitian ini dibagi atas 3 bab dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah :
Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori dari motivasi, motivasi belajar,
minat, menonton televisi, tayangan talk show. Bab III: Metode Penelitian
Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen dan
Universitas Sumatera Utara
21 alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel dan metode
analisis data. Bab IV: Analisa dan Interpretasi Data
Pada bab ini akan dijelakan mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian.
Bab V: Kesimpulan, Diskusi dan Saran Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan penelitian, diskusi
tentang hasil penelitian dan saran-saran.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB II LANDASAN TEORI
II.A. Motivasi Belajar Menjadi Presenter II.A.1. Definisi Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi
sebagai hasil dari praktik atau penguatan reinforced practice yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian belajar ialah : 1 memodifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui belajar, 2 suatu proses perubahan tingkah laku individu dengan lingkungannya 3 perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam
bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian, atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar, yang terdapat dalam berbagai bidang studi, atau
lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi, 4 belajar selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau peribadi
seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan
kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar
yang menarik Uno, 2007. Menurut Sardiman 2000 motivasi belajar dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
23 belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Winkel 1996 mendefinisikan motivasi belajar sebagai keseluruhan daya
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi
mencapai tujuan . Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau
kekuatan yang menyebabkan seseorang belajar demi mencapai tujuan.
II.A.2.Presenter
Presenter adalah orang yang pertama berbicara dalam suatu acara, yang harus mampu menciptakan suasana akrab, tertib, dan semarak Naratama, 2004.
Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembawa berarti orang yang membawakan, sedangkan acara adalah suatu kegiatan yang dipertunjukkan,
disiarkan program televisi, radio, dan sebagainya Poerwadarminata, 1998. Dari uraian pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa presenter atau
pembawa acara adalah orang yang membawakan suatu kegiatan yang dipertunjukkan oleh suatu program di TV, radio, dan sebagainya.
Menurut Hartoko dalam Baksin, 2006, untuk menjadi pembawa acara TV yang baik diperlukan kepribadian yang tepat. Ia menyebutkan beberapa prasyarat
untuk menjadi presenter TV yang baik, yakni: 1. Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman.
2. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian, dan daya ingatan yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
24 3. Keramahan yang tidak berlebihan.
4. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar.
5. Memiliki wibawa yang cukup mantap.
Selain itu, ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan oleh seorang presenter menurut Hasan 2008, yaitu:
1. Kenali Diri Know Your Self.
Mengetahui dengan pasti kelebihan-kelebihan dirinya yang dapat dipakai sebagai modal untuk ditonjolkan dan dipublikasikan. Jadi harus punya rasa dan
percaya diri. 2.
Kepribadian Image Personality. Penentuan brand image hendaknya dilakukan pertama kali saat akan memulai
karier ini, sebagai contoh mau memilih image ‘serius’ atau ‘humoris’selanjutnya harus konsisten dengan tersebut guna memilih acara-acara
yang sesuai dengan image yang image yang ingin ditonjolkan. Sebaiknya tetap konsisten pada pilihan awal, karena sekali kita terlibat dalam suatu pekerjaan
akan menentukan image selanjutnya. 3.
Karakter yang baik Great Character. Menjaga sikap-sikap tertentu agar mendapat kepercayaan rekan bisnis seperti
tepat waktu, disiplin, selektif terhadap pemilihan acara, dan sebagainya. 4.
Pengaturan Waktu Time Management. Pengaturan waktu adalah aspek penting yang harus diperhatikan oleh seorang
presenter, harus datang menerima brief dari klien, hal ini dilakukan untuk
Universitas Sumatera Utara
25 mencegah kemungkinan terjadinya salah persepsi ketika membawa acara, harus
tepat waktu berkaitan dengan persiapan acara. 5.
Sosialisasi Networking. Bersosialisasilah dimana-mana sehingga orang tidak lupa dengan kita dan tetap
ingat dengan kita. Beberapa aspek di atas dapat menjadi acuan tentang bagaimana menjadi
seorang presenter yang baik. Berikut ini, ada beberapa penggolongan atau jenis dari presenter itu sendiri, menurut Baksin 2006 :
1. Continuity Presenter Presenter jenis ini adalah mereka yang bertugas mengantarkan acara-acara
televisi kepada pemirsa. Mereka berfungsi sebagai jeda atau perangkat dari satu acara ke acara lainnya. Penampilan mereka sangat santai. Biasanya mereka akan
sedikit mengulas materi acara yang segera hadir, dengan tujuan mengajak dan menambat pemirsa agar tidak berganti channel ke stasiun televisi lainnya. Selain itu,
presenter ini sering memberikan kiat khusus berkaitan dengan aktivitas penonton sehari-hari. Keberadaan continuity presenter ini cukup membantu memasarkan
sebuah acara. Sebab dengan sapaan dan ajakan mereka untuk menonton sebuah acara, mereka mencoba mengikat pemirsa. Mereka harus betul-betul paham dan
cermat terhadap sebuah acara yang akan diulasnya. 2.
Host Host secara umum diartikan sebagai orang yang memegang suatu acara tertentu.
Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan akan memegang peranan
Universitas Sumatera Utara
26 penting. Kehadiran seorang host yang berkarakater akan menjadi daya tarik suatu
acara. Pertimbangan dalam pemilihan host tidak hanya didasarkan karena kecantikan dan popularitasnya, tetapi integritas dan karakternya.
3. Anchor
Istilah anchor khusus diberikan pada seseorang yang membawakan atau menyajikan berita. Pada radio dan televisi, faktor penyaji berita memegang peranan
penting dalam menyampaikan naskah berita pada khalayak. Isi berita harus jelas dan komunikatif.
Dalam hal ini, peneliti mengambil jenis presenter dalam acara talk show atau lebih dikenal sebagai host. Alasannya ialah dikarenakan presenter dalam acara talk
show harus memiliki keahlian yang lebih dibanding dengan presenter lainnya seperti pembaca berita anchor maupun continuity presenter. Seorang pembawa acara talk
show harus memiliki karakter yang menjadi daya tarik sebuah acara. Sama halnya menurut Naratama 2004, bahwa seorang presenter talk show harus mampu
melakukan beberapa tindakan yang meliputi: 1 mengambil keputusan, 2 menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat, 3 memotong pembicaraan
narasumber yang melenceng, 4 kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber, 5 memadukan kemasan program secara interaktif.
Dari beberapa penjelasan di atas, maka motivasi belajar menjadi presenter dapat didefinisikan sebagai dorongan atau kekuatan yang menyebabkan seseorang
belajar menjadi presenter.
Universitas Sumatera Utara
27
II.A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan
raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah
pentingnya Djamarah, 2002. Menurut Elliot 1996, ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi
dalam belajar: 1.
Kecemasan Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang diartikan
sebagai suatu kecenderungan untuk merasa cemas pada beberapa situasi tetapi tidak pada situasi lainnya. Apabila tingkat kecemasan relatif rendah
atau sedang, maka hal itu akan bersifat konstruktif. Namun apabila kecemasan tersebut berada pada tingkat yang relatif tinggi, maka hal itu bisa
bersifat destruktif dan non adaptif. 2.
Sikap Sikap dapat didefinisikan sebagai cara individu yang relatif permanen dalam
hal merasakan, berpikir, dan bertingkahlaku terhadap sesuatu atau orang lain. 3.
Keingintahuan Keingintahuan sering digambarkan sebagai perilaku yang aktif, suka
mengeksplorasi atau, memanipulasi sesuatu keadaan yang rileks,kebebasan untuk mengeksplorasi sesuatu, dan penerimaan terhadap hal-hal yang tidak
biasa dapat menumbuhkan rasa ingin tahu sesorang.
Universitas Sumatera Utara
28 4.
Locus of Control Locus of control dapat diartikan sebagai penyebab terjadinya tingkah laku,
yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri internal locus of control atau dari luar dirilingkungan external locus of control. Jika seseorang percaya
bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan kemampuan mereka sendiri, maka mereka telah dianggap mampu untuk
mengendalikan tujuan mereka internal locus of control. Sebaliknya seseorang yang percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka
raih dikarenakan faktor keberuntungan, maka mereka dianggap memiliki kontrol yang rendah terhadap tujuan mereka external locus of control.
5. Learned Helplessness
Perasaan tak berdaya yang dipelajari adalah reaksi individu untuk merasa frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulangkali.
6. Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan dan
kompetensinya. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung untuk memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan tugas dan
berusaha meminimalisasi kemungkinan yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
29
II.A.4. Prinsip – prinsip Motivasi Belajar
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller dalam Ermida, 2002 telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS, yaitu: 1. Perhatian Attention
Perhatian seseorang muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga individu akan memberikan
perhatian selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif
atau kompleks. Apabila elemen-elemen tersebut dimasukkan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat menstimulus rasa ingin tahu seseorang. Namun, perlu
diperhatikan agar tidak memberikan stimulus yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya.
2. Relevansi Relevance Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan
kebutuhan dan kondisi seseorang. Motivasi individu akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau
bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi basic need dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu motif
pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Motif nilai pribadi personal motif value, menurut McClelland mencakup tiga hal, yaitu 1 kebutuhan untuk
berprestasi needs for achievement, 2 kebutuhan untuk berkuasa needs for power, dan 3 kebutuhan untuk berafiliasi needs for affiliation.
Universitas Sumatera Utara
30 Sementara nilai yang bersifat instrumental, yaitu keberhasilan dalam mengerjakan
suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut. Sedangkan nilai kultural yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau
sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu individu, seperti orang tua, teman, dan sebagainya.
3. Percaya diri Confidence Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat
berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk
berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan
prestasi, dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.
4. Kepuasan Satisfaction Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan.
Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan dan memelihara
motivasi individu, dapat menggunakan pemberian penguatan reinforcement berupa pujian, pemberian kesempatan, dsb.
II.A.5. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Djamarah 2002 menyatakan bahwa motivasi belajar memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
31 1.
Motivasi sebagai pendorong perbuatan Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuatu yang dicari muncullah keinginannya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan
dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Disini, anak didik mempunyai keyakinan dan
pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan
dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan sesuatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk
gerakan psikofisik. Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung
tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip,
dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya. 3.
Motivasi sebagai pengarah perbuatan Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang
harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk
mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata
Universitas Sumatera Utara
32 pelajaran dimana sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik
merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.
II. A. 6. Indikator-indikator dalam Motivasi Belajar
Uno 2007 menyatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik dalam diri seseorang, dan pada umumnya
dengan ada beberapa indikator dan unsur yang mendukung sehingga hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Faktor Intrinsik
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Seseorang yang memiliki hasrat dan keinginan berhasil akan cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda-nunda
pekerjaannya. Penyelesaian tugas semacam itu bukanlah karena dorongan dari luar, melainkan upaya pribadi. Dia berani ambil resiko untuk penyelasaian
tugasnya itu. Kalau terpaksa menunda pekerjaannya, maka dalam kesempatan berikutnya dia segera menyelesaikan pekerjaan itu, dengan usaha yang sama dari
usaha sebelumnya. 2.
Adanya dorongan dan kebutuhan belajar Seseorang yang memiliki motivasi belajar berarti di dalam dirinya ada
dorongan yang menyebabkan dia ingin belajar. Karena sesuatu yang belum
Universitas Sumatera Utara
33 diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari
tahu. 3.
Adanya harapan dan cita-cita masa depan Dengan adanya harapan dan cita-cita masa depan yang harus dicapai
sehingga menimbulkan motivasi dan dorongan dari dalam diri untuk belajar dan berusaha melakukan yang terbaik demi tercapainya tujuan atau cita-cita tersebut.
b. Faktor Ekstrinsik