Analisis dan Desain Bangunan Hidrolika dengan Konsep Zero Runoff di Perumahan Taman Sari Persada, Bogor

ANALISIS DAN DESAIN BANGUNAN HIDROLIKA DENGAN
KONSEP ZERO RUNOFF DI PERUMAHAN TAMAN SARI
PERSADA, BOGOR

DINDA RIDHOATMAJI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis dan Desain
Bangunan Hidrolika dengan Konsep Zero Runoff di Perumahan Taman Sari
Persada, Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013
Dinda Ridhoatmaji
NRP F44090054

ABSTRAK
DINDA RIDHOATMAJI. Analisis dan Desain Bangunan Hidrolika dengan
Konsep Zero Runoff di Perumahan Taman Sari Persada, Bogor. Dibimbing oleh
BUDI INDRA SETIAWAN.
Banjir sekarang tidak hanya terjadi di perumahan yang terletak di dataran rendah
saja, namun juga terjadi di perumahan yang terletak di dataran tinggi. Perumahan
Taman Sari Persada, Bogor, adalah salah satu perumahan mewah yang tidak luput
dari bencana banjir. Penelitian dilakukan di perumahan ini dengan tujuan
mendapatkan suatu sistem resapan air hujan untuk mengurangi resiko banjir.
Terlebih dahulu dilakukan observasi lapangan, analisis hujan dan pendugaan
permeabilitas tanah untuk dijadikan rujukan dalam menentukan desain hidrolika
bangunan resapan air. Kemudian dilakukan perhitungan matematis untuk
menentukan volume banjir, kapasitas resapan dan efektifitas resapan yang

dihasilkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa debit banjir di perumahan Taman
Sari Persada sebesar 6489.33 m3. Untuk mengatasi banjir ini, dapat dibangun
sumur resapan di beberapa rumah dan parit berorak di sepanjang saluran drainase
utama. Sistem resapan ini diperkirakan dapat mengurangi sekitar 54.87% dari
debit banjir yang terjadi atau sekitar 3560.46 m3. Selanjutnya, sisa limpasan yang
tidak terserap diperkirakan dapat ditampung oleh saluran drainase yang sudah ada.
Kata kunci: Banjir, Drainase perumahan, Sumur resapan, zero runoff

ABSTRACT
DINDA RIDHOATMAJI. Analysis and Design of Hydraulic Structures with Zero
Runoff Concept in Taman Sari Persada Residential, Bogor. Supervised by BUDI
INDRA SETIAWAN.
Nowdays flooding is not only experienced by residential area located on the lower
plains, but also experienced by residential located on the plateau. Taman Sari
Persada, Bogor, is one of the luxury residential that was not spared from such
disasters. Study was conducted in the residential area with the goal of getting a
rainwater infiltration system to reduce the risk of flooding. First of all, field
observation, rain analysis and estimating hydrolic conductivity were conducted to
be a reference in determining hydraulic design of water infiltration building. After
that calculations should be done to determine the volume of flooding, infiltration

capacity and effectiveness of the resulting infiltration. The research showed that
flood discharge in Taman Sari Persada residential is about 6489.33 m3. To
overcome this flooding problem, infiltration wells can be built at some homes and
building an infiltration system along the main drainage channel in the residential
area. These infiltration systems are estimated to reduce about 54.87% of the flood
discharge occurring or about 3560.46 m3 of water. Furthermore, the rest of the
runoff that is not absorbed is expected to be accommodated by the existing
drainage channel.
Keywords: Flooding, Infiltration wells, Residential drainage, zero runoff

ANALISIS DAN DESAIN BANGUNAN HIDROLIKA DENGAN
KONSEP ZERO RUNOFF DI PERUMAHAN TAMAN SARI
PERSADA, BOGOR

DINDA RIDHOATMAJI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis dan Desain Bangunan Hidrolika dengan Konsep Zero
Runoff di Perumahan Taman Sari Persada, Bogor
Nama
: Dinda Ridhoatmaji
NRP
: F44090054

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.
Pembimbing I


Diketahui oleh

Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M.Agr.
Plh. Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah drainase
perumahan, dengan judul Analisis dan Desain Bangunan Hidrolika dengan
Konsep Zero Runoff di Perumahan Taman Sari Persada, Bogor.
Tidak lupa rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr. selaku pembimbing
akademik yang telah membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Chusnul Arif, S.TP., M.Si. dan Bapak Sutoyo, S.TP., M.Si.
selaku dosen penguji pada ujian skripsi yang telah member masukanmasukan.

3. Staf Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Darmaga, dan pihak
Perumahan Taman Sari Persada, yang telah sangat membantu dalam
pengumpulan data-data penelitian
Serta teman-teman dari departemen Teknik Sipil dan Lingkungan yang telah
banyak memberi saran dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doanya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Dinda Ridhoatmaji

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Limpasan dan Analisis Hujan
Sistem Penampungan dan Peresapan Air Hujan
Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah
METODE PENELITIAN

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
2
2
2

4
6
8

Waktu dan Tempat
Peralatan yang Digunakan
Prosedur Penelitian
Analisis Data

8
9
9
10

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Lokasi dan Arah Limpasan
Hujan dan Volume Banjir

Permeabilitas Tanah
Sistem Penampung dan Peresapan Air Hujan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

10
11
12
13
16
16
17
17
22

DAFTAR TABEL
1 Beberapa Parameter Statistik

2 Periode Ulang untuk Tipologi Kota Tertentu
3 Daya Serap Tanah di Berbagai Kondisi Lahan
4 Analisis Curah Hujan Rencana

4
4
7
11

DAFTAR GAMBAR
1 Sistem Peresapan Air Kolam Resapan dan Parit Berorak
2 Lokasi Penelitian
3 Diagram Alir Prosedur Penelitian
4 Peta Topografi dan Arah Aliran di Perumahan Taman Sari Persada
5 Perbandingan Hasil Uji Ketidakcocokan
6 Perbandingan Laju Infiltrasi Terukur dan Model Infiltrasi Philips
7 Konstruksi Sumur Resapan

5
8

9
10
11
12
14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Skema Kerangka Pemikiran
2 Nilai Koefisien C berbagai Karakter Permukaan
3 Perhitungan Vab Perumahan Total dan Sumur Resapan Individu
4 Perhitungan Parit Berorak dan Efisiensi Bangunan Resapan

18
19
20
21

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banjir yang terjadi pada musim hujan sudah menjadi peristiwa rutin di
beberapa kota di Indonesia. Kawasan pemukiman atau perumahan pun tidak luput
dari ancaman banjir tersebut. Banjir sekarang tidak hanya dialami oleh kawasan
pemukiman perkotaan yang terletak di dataran rendah saja, namun juga dialami
oleh kawasan yang terletak di dataran tinggi. Peristiwa ini hampir setiap tahun
berulang, namun permasalahan ini belum terselesaikan, bahkan cenderung makin
meningkat, baik frekuensi, luasan, kedalaman, maupun durasinya.
Menurut Herlambang et al. (2003), perubahan penggunaan lahan dari daerah
pertanian/perkebunan (tegalan)/hutan menjadi daerah pemukiman akan
menyebabkan berkurangnya daerah infiltrasi alami. Sehingga apabila hujan turun
pada daerah tersebut maka air hujan akan dengan cepat berubah menjadi aliran
permukaan. Air hujan yang telah berubah menjadi aliran permukaan tersebut akan
semakin banyak dan segera mengalir ke tempat yang lebih rendah untuk
seterusnya masuk kedalam sungai menjadi aliran sungai. Keadaan semacam inilah
yang sering kali menimbulkan banjir bahkan oleh hujan yang kecil sekalipun.
Kejadian banjir seringkali terjadi akibat kapasitas sistem jaringan drainase
yang menurun, debit aliran air yang meningkat, atau kombinasi dari keduanya.
Menurunnya kapasitas sistem jaringan drainase disebabkan beberapa faktor,
seperti banyaknya terjadi endapan, terjadi kerusakan fisik sistem jaringan dan atau
adanya bangunan liar di atas sistem jaringan. Sedangkan penyebab meningkatnya
debit antara lain adalah curah hujan yang tinggi di luar kebiasaan, perubahan tata
guna lahan, dan kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada
waktu-waktu tertentu saat musim hujan, sering terjadi peningkatan debit aliran
yang disebabkan oleh beberapa faktor, maka kapasitas sistem yang ada tidak bisa
lagi menampung debit aliran, sehingga mengakibatkan banjir di kawasan tersebut.
Kasus seperti ini juga terjadi di Perumahan Taman Sari Persada yang
terletak di Jl. Raya Baru (Cimanggu) Km. 5 Bogor Utara, Bogor.
Metrotvnews.com Rabu (13/2/2013) mengatakan bahwa hujan deras yang terjadi
di wilayah Bogor sejak Selasa sore telah mengakibatkan Perumahan Taman Sari
Persada, Kecamatan Tanah Sareal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terendam banjir
hingga satu meter pada Selasa (12/2/2013) malam. Penghuni komplek elite
tersebut terpaksa pulang menggunakan perahu karet yang disediakan Pemerintah
Daerah dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) setempat. Dalam berita tersebut juga
dikatakan bahwa selain hujan deras, banjir juga disebabkan karena sistem drainase
yang buruk sehingga air pun mengalir deras seperti layaknya sungai.
Melihat banjir yang terjadi pada Perumahan Taman Sari Persada tersebut,
maka dilakukan penelitian untuk mencoba mengatasi masalah banjir dengan
menganalisis dan merencanakan desain bangunan hidrolika dengan konsep zero
runoff.

2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
menganalisis apakah konsep zero runoff di lokasi penelitian dapat diterapkan.
Sehingga air limpasan yang masuk ke daerah tersebut tetap berada di wilayah itu
tetapi tidak mengakibatkan terjadinya genangan/banjir melainkan terserap ke
dalam tanah.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengurangi terjadinya genangan air dan aliran
permukaan pada saat hujan dengan penerapan konsep zero runoff di lokasi
penelitian dan menentukan nilai efektifitas pengurangan limpasan.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan masukan
bagi pihak terkait untuk mengatasi masalah genangan air yang dapat
mengakibatkan banjir di daerah tersebut.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian antara lain adalah pengamatan arah aliran
permukaan dan genangan yang terjadi di lokasi tempat penelitian. Kemudian
dilakukan analisis untuk menentukan arah aliran berdasarkan peta topografi,
hubungannnya terhadap curah hujan harian rata-rata, volume genangan, nilai
permeabilitas tanah dan perencanaan bangunan resapan yang sesuai untuk wilayah
perumahan tersebut, serta menentukan kapasitas volume resapannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Limpasan dan Analisis Hujan
Dalam siklus hiodrologi jatuhnya hujan ke bumi merupakan sumber air
yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut secara
alamiah air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan masuk ke perut bumi dan
sebagian lagi akan menjadi aliran permukaan atau limpasan yang sebagian besar
masuk ke sungai dan akhirnya menuju ke laut (Saleh 2011).
Suripin (2004) menjelaskan bahwa dalam perencanaan drainase, bagian air
hujan yang menjadi perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff),
sedangkan untuk pengendalian banjir tidak hanya aliran permukaan tetapi juga
limpasan (runoff). Limpasan merupakan gabungan antara aliran permukaan,
aliran-aliran yang tertunda pada cekungan-cekungan, dan aliran bawah permukaan

3

(subsurface flow). Dalam kaitannya dengan limpasan, faktor yang mempengaruhi
aliran pada saluran atau sungai dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
faktor meteorologi dan karakteristik daerah tangkapan air (DTA). Faktor-faktor
meteorologi yang berpengaruh pada limpasan terutama adalah karakteristik hujan,
seperti intensitas hujan, durasi hujan, dan distribusi curah hujan. Sedangkan
karakteristik DTA yang berpengaruh diantaranya adalah luas dan bentuk DTA,
topografi dan tata guna lahan.
Curah hujan yang berlebih akan diturunkan dalam bentuk limpasan dan
pengisian air tanah. Besarnya limpasan sebanding dengan proporsi koefisien
limpasan pada wilayah tersebut. Sedangkan besarnya pengisian air tanah
merupakan sisa nilai curah hujan lebih yang tidak menjadi limpasan. Total
limpasan dan pengisian air tanah dapat dikelola dan dijadikan water supply. Untuk
menduga besarnya debit puncak limpasan dapat digunakan metode rasional.
Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang terjadi
mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daetah tangkapan air selama
paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi. Persamaan matematik metode
rasional dinyatakan dalam Persamaan 1.
C
dengan : Q
C
I
A

A...............................................................................

(1)

= Debit maksimum (m3/s)
= Koefisien limpasan
= Intensitas hujan (mm/jam)
= Luas daerah pengaliran (ha)

Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran
permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C
adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap air, kemiringan lahan,
tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan (Suripin 2004). Permukaan kedap air
seperti perkerasan aspal dan atap bangunan, akan menghasilkan aliran hampir
100% setelah permukaan menjadi basah, seberapa pun kemiringannya. Koefisien
limpasan juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Faktor penggunaan lahan
akan menentukan perbedaan besarnya koefisien C. Hutan mempunyai koefisien
limpasan yang sangat kecil yaitu 0.01-0.10, daerah pusat perdagangan, industri,
pemukiman apartemen mempunyai nilai C dengan kisaran antara 0.50-0.80,
perkotaan 0.50-0.75, pemukiman padat 0.40-0.60, taman, kebun dan persawahan
berkisar antara 0.20-0.60 (Indriatmoko 2010).
Kemudian untuk mendapatkan besarnya curah hujan maksimum harian ratarata (R24) dengan periode ulang tertentu, dilakukan perhitungan periode ulang
hujan dengan menggunakan beberapa metode distribusi frekuensi. Dalam ilmu
statistik, dikenal empat jenis distribusi frekuensi yang sering digunakan dalam
bidang hidrologi, diantaranya adalah :
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log Person III, dan
4. Distribusi Gumbel

4

Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data
yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness
(kecondongan/kemencengan). Dari keempat metode tersebut kemudian dicari nilai
deviasi dan error terhadap data aktual. Setelah kedua nilai tersebut didapat, maka
nilai curah hujan yang dipakai adalah nilai hasil perhitungan dari metode yang
memiliki deviasi dan error paling rendah dengan data aktual.
Tabel 1 Beberapa Parameter Statistik
Parameter

Sampel

Populasi

Rata-rata

Simpang baku

Koefisien variasi

Koefisien skewness
Sumber: Suripin 2004

Untuk penentuan periode ulang, mengacu pada tabel yang ada pada Materi
Drainase oleh Kementrian Pekerjaan Umum sebagai berikut.
Tabel 2 Periode Ulang untuk Tipologi Kota Tertentu
Tipologi Kota
Kota Metropolitan
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil

500
10-25 tahun
5-20 tahun
5-10 tahun
2-5 tahun

Sumber: SNI 03-2453-2002

Sistem Penampungan dan Peresapan Air Hujan
Prinsip-prinsip dalam dunia konstruksi biasanya mengalami kontradiksi
dengan konservasi sumber daya air. Contohnya pada proses pembangunan jalan
raya, lapisan surface/pavement pada jalan raya dibuat dengan tujuan agar air dari
luar permukaan langsung dialirkan ke saluran drainase di sisi kiri dan kanan jalan
sehingga tidak masuk ke dalam struktur perkerasan jalan dibawah pavement.
Demikian pula pada areal perumahan, air limpasan dari atap bangunan dialirkan
ke saluran-saluran pelimpas. Akibatnya pada musim hujan, air dalam volume

5

yang besar tidak diserap tanah dan langsung terbuang/melimpas ke daerah
limpasan (Setiabudi 2009). Oleh karena itu perlu dibangun juga suatu sistem
penampungan dan peresapan air hujan dalam proses pembangunan dan
pengembangan lahan.
Sistem penampungan dan peresapan air hujan merupakan suatu sistem
drainase untuk mengurangi aliran permukaan akibat hujan. Konsep dasar sistem
ini pada hakekatnya adalah memberi kesempatan pada air hujan untuk meresap ke
dalam tanah dengan cara menampung air tersebut pada suatu sistem resapan.
Beberapa sistem penampungan dan peresapan air hujan diantaranya adalah sumur
resapan (berupa sumur resapan individu, kolam resapan dan parit berorak) atau
lubang biopori.

Sumber: Kusnaedi, 2006

Gambar 1 Sistem Peresapan Air Kolam Resapan dan Parit Berorak
Kemudian untuk lubang resapan biopori, merupakan sebuah rekayasa teknologi
peresapan air tepat guna berupa lubang silindris sederhana berbentuk vertikal
yang memiliki ukuran diameter yang relatif tidak terlalu besar namun dapat efektif
untuk meresapkan air ke dalam tanah (Muchron 2010).
Sumur resapan adalah salah satu prasarana untuk menampung dan
meresapkan air hujan. Berbeda dengan cara konvensional dimana air hujan
dibuang/dialirkan ke sungai kemudian diteruskan ke laut. Sumur resapan ini
merupakan sumur kosong dengan kapasitas tampung yang cukup besar sebelum
air meresap ke dalam tanah. Dengan adanya tampungan, maka air hujan
mempunyai cukup waktu untuk meresap ke dalam tanah. Berdasarkan konsep
tersebut, maka ukuran/dimensi sumur yang diperlukan untuk suatu lahan atau
kapling sangat bergantung dari faktor-faktor seperti, luas permukaan penutupan,
karakteristik hujan, koefisien permeabilitas tanah dan tinggi muka air tanah.
Dalam perencanaannya, digunakan acuan yang ada pada SNI 03-2453-2002
tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan, yaitu dengan menggunakan rumus yang ada pada Persamaan (2)
sampai Persamaan (6).
a

dengan : Vab
C

C

A

.................................................................................

= Volume andil banjir (L)
= Koefisien limpasan

(2)

6

= Tinggi hujan harian rata-rata (L/m2 hari)
= Luas daerah pengaliran (m2)

R
A
te

rsp

A

(4)

.....................................................................................................

(5)

..........................................................................................................

(6)

storasi

total

n

rsp .............................................................................................

a

-

Ah
total
ren ana

(3)

= Volume air hujan yang meresap (m3)
= Durasi hujan = 0.9R0.92/ 60 (jam)
= Luas permukaan sumur (m2)
= Koefisien permeabilitas tanah (m/hari)

dengan : Vrsp
te
Atotal
K
storasi

.........................................................................................

dengan : Vstorasi
Htotal
Ah
n

= Volume penampungan (m3)
= Kedalaman total sumur (m)
= Luas alas sumur (m2)
= Jumlah sumur yang dibutuhkan

Kemudian untuk memghitung kapasitas saluran, dapat digunakan rumus manning
yang terdapat pada Persamaan (7).
n

dengan : Q
R
S
A

A ..........................................................................................

(7)

= Debit limpasan (m3/s)
= Jari-jari hidrolik (m)
= Kemiringan aliran
= Luas penampang saluran (m2)

Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan
tanah. Menurut Arsyad (2010), infiltrasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
infiltrasi horizontal (air tertarik ke dalam tanah oleh gaya tarikan matriks tanah)
dan infiltrasi vertikal (infiltrasi ke bawah akibat gaya grafitasi). Kapasitas
infiltrasi atau laju infiltrasi maksimum adalah kemampuan tanah menyerap air per
satuan waktu tertentu sedangkan laju infiltrasi adalah banyaknya air yang masuk
ke dalam tanah per satuan waktu tertentu. Jika hujan kecil atau lebih kecil dari
kapasitas infiltrasi, maka kapasitas infiltrasi tidak terpenuhi, sehingga laju
infiltrasi sama dengan intensitas hujan. Jika intensitas hujan besar atau lebih dari
kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan kapasitas infiltrasi.
Kapasitas infiltrasi tanah juga dipengaruhi oleh porositas tanah, semakin
besar porositasnya maka semakin besar kapasitas air infiltrasi yang dapat

7

ditampung. Proses infiltrasi akan meningkatkan kadar air pada kondisi kapasitas
lapang, dimana kandungan air dalam tanah maksimum yang dapat ditahan oleh
partikel tanah terhadap gaya tarik bumi. Pada awal infiltrasi, laju infiltrasi sangat
tinggi, kemudian menurun hingga akhirnya konstan pada laju minimum. Pada
awal infiltrasi gaya yang bekerja adalah gaya gravitasi dan gaya sedotan matrik
tanah, semakin basah, gaya matrik semakin berkurang, akhirnya mencapai nilai 0
(nol) pada saat tanah jenuh. Pada kondisi demikian, gaya yang bekerja hanya gaya
gravitasi. Dalam pengukuran laju ini, digunakan model infitrasi Philips. Geonadi
et al. (2012) menjelaskan bahwa model infiltrasi Philips cukup sesuai digunakan
untuk prediksi limpasan permukaan. Secara empiris persamaan/model infiltrasi
Philips dapat dituliskan sebagai berikut.
f t

t-

dengan : f(t)
S
K

.........................................................................................

(8)

= fungsi laju infiltrasi terhadap waku (cm/s)
= Daya serap tanah
= Konduktivitas hidrolik/permeabilitas tanah

Kemudian nilai daya serap tanah sendiri dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Daya Serap Tanah di Berbagai Kondisi Lahan
Tata Guna Lahan (Land Use)
Daerah hutan/pekarangan lebat
Daerah taman kota
Jalan tanah
Jalan aspal, lantai beton
Daerah dengan bangunan terpencar
Daerah pemukiman agak padat
Daerah pemukiman padat

Daya Serap Tanah Terhadap Air
Hujan (%)
80-100
75-95
40-85
10-15
30-70
15-30
10-30

Sumber: Kusnaedi, 2006

Selanjutnya, permeabilitas secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan
bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh.
Koefisien permeabilitas tanah tergantung pada ukuran rata-rata pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah.
Menurut Arsyad (2010) permeabilitas tanah dapat dikelompokan sebagai berikut :
P1 = lambat
: kurang dari 0.5 cm/jam
P2 = agak lambat
: 0.5-2.0 cm/jam
P3 = sedang
: 2.0-6.25 cm/jam
P4 = agak cepat
: 6.25-12.5 cm/jam
P5 = cepat
: lebih dari 12.5 cm/jam

8

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari bulan Maret
hingga bulan Mei 2013. Penelitian dilaksanakan di Perumahan Taman Sari
Persada yang terletak sekitar 6°32'31.34" LS dan 106°46'38.19 BT, tepatnya di Jl.
Raya Baru (Cimanggu) Km. 5 Bogor Utara, Bogor.

Gambar 2 Lokasi Penelitian

9

Peralatan yang Digunakan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain alat ukur panjang
(tapping), theodolite, target rod, bor biopori, alat tulis, kalkulator, dan laptop
yang dilengkapi dengan perangkat lunak AutoCAD, Surfer dan Microsoft Office.

Prosedur Penelitian
Langkah pertama dalam memulai penelitian ini adalah identifikasi masalah
dengan melakukan survei ke lapangan. Setelah itu dilakukan studi pustaka untuk
mengetahui cara-cara penyelesaian masalah yang ada dan menentukan tujuan serta
output dari penelitian tersebut. Kemudian dilakukan pengumpulan data berupa
data primer (dengan melakukan pengukuran/survei di lapangan) dan data
sekunder. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis dari data yang sudah
didapat (termasuk melakukan perencanaan desain bangunan resapan). Setelah
semua prosedur selesai, dilakukan evaluasi hasil penelitian terhadap tujuan yang
sudah ditetapkan sebelumnya.

Gambar 3 Diagram Alir Prosedur Penelitian

10

Analisis Data
Teknik pengolahan data yang dilakukan berturut-turut adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan arah limpasan berdasarkan topografi lahan.
2. Menghitung curah hujan rata-rata dengan menggunakan empat metode
distribusi frekuensi dengan bantuan program MS.Office.
3. Menghitung volme andil banjir total (Pers.2).
4. Menentukan nilai koefisien permeabilitas lalu diplotkan dan dibandingkan
model infiltrasi Philips (Pers.8).
5. Merencanakan dimensi dan jumlah bangunan resapan serta efisiensi
pengurangan limpasan. (Pers.2, Pers.3, Pers.4, Pers.5, dan Pers.6).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi dan Arah Limpasan

Sumber: Analisis data, 2013

Gambar 4 Peta Topografi dan Arah Aliran di Perumahan Taman Sari Persada

11

Gambar 4 merupakan peta hasil pengukuran topografi dan penentuan arah
aliran air. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa wilayah perumahan Taman
Sari Persada memiliki lahan yang menurun. Hasil yang didapat juga menunjukan
bahwa topografi lahan pada bagian selatan (DTA 1) lebih curam dibandingkan
pada bagian utara (DTA 2). Arah aliran yang mengalir dari selatan, yang memiliki
elevasi lebih tinggi, ke utara, mengakibatkan genangan banjir terkonsentrasi pada
bagian utara perumahan yang memiliki topografi lahan yang landai.

Hujan dan Volume Banjir
Tabel 4 Analisis Curah Hujan Rencana
Periode
Ulang
Tr2
Tr5
Tr10
Tr25
Tr50
Tr100
Tr200
Tr1000

Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm/hr)
Log Pearson
Normal
Log Normal
Gumbel
III
33.40
31.95
31.89
30.68
42.78
41.32
45.21
40.57
47.69
47.28
54.03
48.10
51.71
52.80
65.18
58.91
56.28
59.86
73.44
67.72
59.41
65.22
81.65
77.45
62.20
70.41
89.82
88.11
67.89
82.32
108.76
117.44

Sumber: Analisis data, 2013

Gambar 5 Perbandingan Hasil Uji Ketidakcocokan
Berdasarkan perbandingan hasil uji ketidakcocokan (Gambar 5), dapat
dilihat bahwa metode Log Normal memiliki rata-rata persentase error terkecil
sedangkan metode Gumbel memiliki deviasi terkecil. Berdasarkan hasil tersebut,
metode yang dipakai untuk analisis frekuensi adalah metode Gumbel yang
memiliki deviasi terkecil. Tabel 2 menunjukan bahwa luas daerah tangkapan air
yang berkisar antara 10-100 ha dengan jenis tipologi setara dengan tipologi kota

12

sedang, maka untuk daerah perumahan Taman Sari Persada dengan luas sekitar
27.98 ha digunakan nilai curah hujan rencana dengan periode ulang lima tahun,
yaitu sebesar 45.21 mm/hari (Tabel 4).
Kemudian untuk volume andil banjir, wilayah perumahan seluas 27.98 ha
dengan koefisien limpasan sebesar 0.60 untuk karakter permukaan perumahan,
dan curah hujan rencana sebesar 45.21 mm/hari. Maka didapatkan perkiraan
volume andil banjir bedasarkan SNI 03-2453-2002 yaitu sebesar 6,489,325.85
liter atau setara dengan 6,489.33 m3. Volume limpasan tersebut cukuplah besar
untuk wilayah perumahan seluas 27.98 ha. Oleh karena itu dibutuhkan bangunan
resapan yang dapat mengurangi limpasan yang terjadi.

Permeabilitas Tanah
Pengukuran permeabilitas tanah dilakukan di titik yang berbeda di wilayah
perumahan dengan asumsi bahwa karakteristik tanah pada perumahan ini adalah
seragam. Asumsi ini diperkuat dengan keterangan warga setempat yang
mengatakan bahwa komplek perumahan tersebut dibangun dengan melakukan
pengurugan dan pemadatan tanah terlebih dahulu. Pengukuran dilakukan dengan
mencatat waktu penurunan muka air sebanyak mungkin. Hasil pengukuran
kemudian diplotkan di Ms. Excell dan dibandingkan dengan model infiltrasi
Philips (Pers.7) dengan daya serap tanah untuk daerah pemukiman diasumsikan
sebesar 0.15 (Tabel 3).
Perhitungan dilakukan dengan melakukan trial and error nilai konduktivitas
hidrolik/permeabilitas tanah yang ada pada model infiltrasi Philips. Permeabilitas
tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan dibagi menjadi tiga kelas,
yaitu permeabilitas tanah sedang (2.0-6.5 cm/jam), agak cepat (6.5-12.5 cm/jam)
dan permeabilitas tanah cepat (>12.5 cm/jam) (Suripin, 2004). Dari perhitungan
yang telah dilakukan, didapatkan koefisien permeabilitas tanah wilayah Taman
Sari Persada sebesar 0.0007815 cm/dtk atau setara dengan 2.813 cm/jam.

Gambar 6 Perbandingan Laju Infiltrasi Terukur dan Model Infiltrasi Philips

13

Gambar 6 menunjukan laju infiltrasi hasil pengukuran maupun perhitungan
dengan model infiltrasi Philips. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kedua grafik
hampir berimpit saat keadaan tanah mulai jenuh, yaitu saat mulai mendekati
sumbu X. Nilai error rat-rata antara laju infiltrasi terukur dan permodelan Philips
yang terjadi saat itu adalah sekitar 0.0007 cm/dtk. Berdasarkan hasil tersebut, jika
dibandingkan dengan kelompok permeabilitas tanah menurut Arsyad (2010),
maka tanah di wilayah perumahan Taman Sari Persada termasuk kedalam tanah
dengan permeabilitas sedang. Hal ini juga sesuai dengan syarat permeabilitas
tanah yang dapat digunakan untuk sumur resapan menurut Suripin (2004) dalam
bukunya yang berjudul Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.

Sistem Penampung dan Peresapan Air Hujan
Rencana penerapan konsep zero-runoff di wilayah perumahan Taman Sari
Persada ini adalah dengan membangun bangunan resapan. Bangunan resapan
merupakan suatu bangunan hidrolika atau bangunan air yang dapat meresapkan
air (terutama air hujan) ke dalam tanah. Pembangunan bangunan ini diharapkan
dapat mengurangi aliran permukaan dan genangan air yang terjadi setelah hujan,
sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya banjir.

Sumur Resapan
Hasil pengamatan lapangan menunjukan bahwa rumah di perumahan Taman
Sari Persada rata-rata memiliki kavling yang tidak cukup luas. Halaman yang
dimiliki tiap rumah pun sangat sempit. Kondisi ini tidak dimungkinkan dibangun
sumur resapan individu pada setiap rumah di wilayah tersebut karena tidak
memenuhi persyaratan jarak yang ada pada SNI 03-2453-2002. Meskipun
demikian, ada beberapa rumah yang memiliki kavling luas dan halaman yang
cukup besar. Tipe rumah yang seperti ini biasanya terdapat di setiap ujung jalan
atau persimpangan.
Dari pengamatan secara langsung maupun hasil wawancara dengan warga
setempat, terdapat sekitar ±340 rumah yang memiliki kavling yang cukup luas.
Rumah-rumah tersebut rata-rata memiliki luas atap 200 m2. Dengan koefisien
aliran (C) atap sebesar 0.95 maka besarnya volume andil banjir (Vab) dari atap
rumah tersebut sebesar 7,344 liter atau setara dengan 7.34 m3. Direncanakan
sumur dengan diameter sebesar 1.5 m dan kedalaman 2.5 m, didapatkan volume
resapan sebesar 0.19 m3. Berdasarkan hasil tersebut maka volume penampungan
total sumur yang dibutuhkan adalah sebesar 7.15 m3 dengan kedalaman sumur
total 4 m. Karena telah direncanakan dimensi sumur seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, maka jumlah sumur yang dibutuhkan di setiap rumah adalah 2
sumur. Suprayogi et al.(2012) juga menjelaskan bahwa pada kasus luas atap yang
lebih dari 100 m2, dapat dibuat sumur resapan dengan model paralel.
Untuk konstruksi dari sumur resapan ini dapat digunakan material seperti
pasangan batu/kerikil. Pasangan batu ini digunakan sebagai dinding sumur dengan
menggunakan rangkaian kawat sebagai penahannya atau dengan menggunakan

14

anyaman bambu. Penggunaan pasangan batu atau anyaman bambu ini
dimaksudkan agar dinding-dinding tanah sumur dapat memberikan kontribusi
dalam menyerap air. Kemudian untuk alas sumur dapat digunakan kerikil atau
ijuk sebagai peredam energi air yang masuk ke sumur. Pembuatan sumur resapan
ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kapasitas infiltrasi
lahan, yang selanjutnya dapat menambah cadangan air tanah. Selain itu, sumur
resapan berfungsi untuk mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan
sehingga menurunkan puncak banjir (Fakhrudin 2010).

Sumber: Analisis data, 2013

Gambar 7 Konstruksi Sumur Resapan

Parit Berorak dan Kolam Resapan
Dengan membangun sumur resapan individu di beberapa rumah tersebut
tentunya belum begitu efektif dalam mengurangi debit limpasan yang terjadi,
sehingga dibutuhkan bangunan resapan lain. Wilayah perumahan Taman Sari
Persada memiliki kedalaman muka air tanah yang tidak cukup dalam, yaitu sekitar
4-5 m dari permukaan tanah, menyebabkan wilayah ini tidak efektif untuk
dibangun sumur resapan dalam. Alternatif bangunan resapan lain yang masih

15

mungkin dibangun adalah sumur resapan kolektif yang termasuk jenis sumur
resapan dangkal, seperti parit berorak dan kolam resapan.
Parit berorak merupakan model sumur resapan yang meresapkan air melalui
parit-parit yang didalamnya diberi sumur-sumur (rorak) penampung air. Dimensi
rorak yang direncanakan yaitu dengan kedalaman 2 m serta panjang dan lebar alas
disesuaikan dengan ukuran parit yang sudah ada yaitu sekitar 1 m. Dengan
volume tampung 2 m3 dan volume resapan sebesar 0.127 m3, tiap rorak dalam
parit ini berkontribusi mengurangi volume andil banjir sebesar 2.127 m3.
Pembangunan rorak dalam parit ini direncanakan berjarak 5 m pada saluran
drainase utama sepanjang 1.5 km yang ada di perumahan Taman Sari Persada.
Sehingga banyaknya rorak yang dapat dibangun sekitar 250 rorak untuk masingmasing sisi jalan, yang berarti dapat berkontribusi mengurangi volume andil
banjir sebesar 1,063.5 m3.
Kemudian hasil pengamatan langsung di lapangan menunjukan tidak adanya
lahan yang cukup luas untuk dibangun kolam resapan. Meskipun ada beberapa
klaster di perumahan ini yang memiliki lahan kosong yang digunakan sebagai
taman, namun lokasi taman tersebut berada di elevasi yang lebih tinggi sehingga
tidak efektif untuk dibangun kolam resapan.

Lubang Resapan Biopori
Selain kedua bangunan resapan tersebut, terdapat satu sistem resapan yang
dapat diterapkan di wilayah perumahan ini, yaitu lubang resapan biopori. Dimensi
lubang resapan biopori direncanakan berdiameter ±10 cm dengan kedalaman
sekitar 80-100 cm. Sistem ini dapat ditempatkan pada titik-titik genangan untuk
meresapkan air yang ada pada genangan tersebut atau pada halaman rumah.
Meskipun penerapan lubang resapan biopori ini tidak begitu efektif dalam
mengurangi total limpasan, konstruksinya yang cukup sederhana dengan biaya
yang murah dapat menjadi salah satu alternatif pilihan sistem resapan yang dapat
diterapkan di wilayah perumahan ini.

Efektifitas Resapan dan Kapasitas Saluran
Dari bangunan sumur resapan individu dan parit berorak, total volume andil
banjir yang dapat dikurangi adalah sebesar 3,560.46 m3. Jika dibandingkan
dengan volume andil banjir total di wilayah perumahan ini, maka kedua bangunan
resapan tersebut dapat mengurangi sekitar 54.87% dari total limpasan yang
terjadi. Sisa limpasan sekitar 45.13% atau sekitar 2,937.87 m3 ini tentunya akan
dialirkan melalui saluran drainase yang sudah ada. Saluran drainase utama
keseluruhan (DTA 1 dan DTA 2) yang memiliki panjang total sekitar 1.5 km
dengan kedalaman 2 m dan lebar saluran 1 m, memiliki volume sekitar 3,000 m3.
Volume ini tentunya dapat menampung sisa limpasan yang terjadi.
Pada dasarnya saluran drainase di perumahan Taman Sari Persada sudah
cukup baik dalam mengalirkan limpasan yang berasal dari wilayah perumahan ini
sendiri. Dengan kemiringan rata-rata saluran sekitar 0.0075 m/m, dengan
menggunakan Persamaan (7) kapasitas debit saluran drainase di perumahan ini

16

mencapai 5.2 m3/s. Sedangkan debit limpasan yang berasal dari perumahan ini
menurut perhitungan dengan metode rasional yaitu hanya sekitar 1.31 m3/s (Rosid
2013). Menurut pengamatan di lapangan, banjir yang terjadi di perumahan
Tamansari Persada tidak hanya disebabkan oleh limpasan yang berasal dari
perumahan ini saja, namun juga disebabkan oleh debit limpasan yang berasal dari
daerah hulu perumahan.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, penerapan
konsep zero-runoff dengan bangunan resapan di perumahan Taman Sari Persada,
dapat dikatakan cukup efektif dalam mengurangi total limpasan. Meskipun tidak
semua limpasan dapat diserap ke dalam tanah. Namun bangunan resapan ini
mampu menambah waktu tampung air untuk meresap ke dalam tanah. Selain itu
penerapan konsep ini juga berhasil mengurangi setengah dari limpasan total yang
terjadi di wilayah perumahan ini. Pengendalian banjir pada suatu daerah, tentunya
membutuhkan peran serta masyarakat/pemerintah untuk melakukan pengelolaan
lahan di daerah hulu dan hilir DAS. Pengelolaan DAS yang dilakukan di bagian
hilir saja tidak akan efektif dalam penanggulangan banjir. Zero-runoff merupakan
suatu konsep drainase yang cukup efektif dan dapat diterapkan di bagian hulu
untuk menahan dan menyerap limpasan sehingga limpasan yang terjadi di bagian
hilir dapat berkurang.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penerapan konsep zero-runoff yang direncanakan di wilayah perumahan
Taman Sari Persada yaitu dengan membangun sumur resapan dangkal. Sumur
resapan dangkal berupa sumur resapan individu tidak dapat diterapkan di setiap
rumah yang ada, melainkan hanya di beberapa rumah yang memiliki lahan
pekarangan yang cukup luas. Untuk parit berorak dapat dibangun di sepanjang
saluran drainase utama sepanjang 1.5 km. Kemudian untuk kolam resapan tidak
disarankan dibangun di wilayah perumahan ini. Hal ini karena tidak adanya lahan
yang cukup luas untuk dibangunnya kolam resapan. Sistem resapan lainnya yaitu
berupa lubang resapan biopori yang dapat menjadi salah satu pilihan alternatif
dalam mengurangi genangan karena konstruksinya yang sangat sederhana dan
tidak memerlukan banyak biaya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan konsep zero-runoff di
wilayah perumahan Taman Sari Persada cukup efektif. Dengan curah hujan
rencana sebesar 45.21 mm/hari dan koefisien permeabilitas tanah 2.813 cm/jam,
bangunan resapan yang direncanakan mampu menyerap 54.87% volume banjir
yang terjadi ke dalam tanah. Hal ini tentunya sangat berpengaruh dalam
mengurangi banjir yang sering terjadi di wilayah perumahan tersebut. Pengelolaan
limpasan seharusnya tidak hanya dilakukan di daerah hilir saja, namun juga di
daerah hulu. Dengan demikian penanggulangan banjir yang sering terjadi di
daerah hilir dapat lebih efektif.

17

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, yang dilengkapi dengan site plan
perumahan. Sehingga dapat diketahui informasi yang lebih mendetail dari
perumahan tersebut seperti batas perumahan, luas kavling dan tipe rumah, jumlah
rumah serta panjang saluran utama perumahan. Dengan demikian hasil yang
didapatkan bisa lebih akurat. Selain itu analisis debit limpasan dari daerah hulu
perumahan dan pengelolaan lahan di daerah hulu juga perlu dilakukan apabila
ingin melakukan pencegahan banjir yang terjadi dengan lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Revisi. Bogor (ID): IPB Press.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia Nomor 032453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Lahan Pekarangan. Jakarta (ID): BSN.
Fakhrudin M. 2010. Kajian sumur resapan sebagai pengendali banjir dan
kekeringan di Jabodetabek. LIMNOTEK 17(1):8-16.
Geonadi S, Mawardi M, Ritawati S. 2012. Kesesuaian model infiltrasi Philips
untuk prediksi limpasan permukaan menggunakan metode bilangan kurva.
AGRITECH 32(3):331.
Herlambang A, Indriatmoko RH. 2003. Penanggulangan banjir dengan jaring
pengaman social sumur resapan di Jakarta dan sekitarnya. J Tek Ling
4(2):36-42.
Indriatmoko RH. 2010. Penerapan prinsip kebijakan Zero Delta Q dalam
pembangunan wilayah. J Air Indones 6(1):77-83.
[KPU] Kementrian Pekerjaan Umum. 2011. Materi Bidang Drainase. Jakarta (ID):
KPU
Kusnaedi. 2006. Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Muchron A. 2010. Hubungan Eksistensi Lubang Resapan Biopori dengan Sifat
Fisik Tanah di Sekitarnya (Studi Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Limo
dan Cinere Kota Depok) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rosid A. 2013. Analisis Pendugaan Limpasan di Perumahan Taamansari Persada,
Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saleh C. 2011. Kajian penanggulangan limpasan permukaan dengan
menggunakan sumur resapan (studi kasus di di daerah Perumnas Made
Kabupaten Lamongan). J Med Tek Sip 9(2):116-124
Setiabudi B. 2009. Pencegahan banjir dan penurunan muka air tanah dengan
sumur resapan. METANA 6(1):9-15.
Suprayogi S, Werdiningsih. 2012. Rancangandimensi sumur resapan untuk
konservasi air tanah di kompleks Tambakbayan, Sleman , Yogyakarta. J
Bum Indones 1(3):482-491.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):
Andi.

18

Lampiran 1 Skema Kerangka Pemikiran

19

Lampiran 2 Nilai Koefisien C berbagai Karakter Permukaan

Sumber: McGuen, 1989

20

Lampiran 3 Perhitungan Vab Perumahan Total dan Sumur Resapan Individu
1.

Perhitungan volume andil banjir perumahan total :
Diketahui : Luas perumahan
= 27.98 ha = 279800 m2
Koefisien limpasan (C) = 0.6
Curah hujan rencana (R) = 45.21 mm/hari
Perhitungan : Vab = 0.855 CAR
= 0.855 x 0.6 x 279800 x 45.21
= 6489325.85 liter
= 6489.33 m3

2.

Perhitungan volume andil banjir atap rumah :
Diketahui : Luas atap
= 200 m2
Koefisien tadah (C)
= 0.95
Curah hujan rencana (R) = 45.21 mm/hari
Perhitungan : Vab = 0.855 CAR
= 0.855 x 0.95 x 200 x 45.21
= 7344 liter
= 7.344 m3

3.

Perhitungan volume penampungan (storasi) dan jumlah sumur :
Ditetapkan : Diameter sumur (D)
= 1.5 m
Kedalaman sumur (Hrencana) = 2.5 m
Koefisien permeabilitas tanah = 2.8125 cm/jam (0.675 m/hari)
Durasi hujan (tc)

= 0.9 R0.92
= 0.9 x 45.210.92
= 29.9 menit ≈ 0.5 jam

Ah = Luas alas sumur
= 3.14 x 0.752
= 1.767 m2
Av = Luas dinding sumur = 3.14 x 1.5 x 2.5 = 11.781 m2
Atotal = Luas permukaan total
= 13.548 m2
Air meresap selama hujan dengan durasi (tc) 0.5 jam, maka :
Vrsp = (tc.Atotal.K) / 24
= (0.5 x 13.548 x 0.675) / 24 = 0.190 m3
Vstorasi = Vab - Vrsp
= 7.344 – 0.19 = 7.154 m3
maka :
H
= Vstorasi / Ah
= 7.154 / 1.767 = 4.048 m
Untuk Hrencana = 2.5 m, diperlukan 2 buah sumur.

21

Lampiran 4 Perhitungan Parit Berorak dan Efisiensi Bangunan Resapan
1.

Perhitungan volume resapan saat hujan dan volume penampungan :
Diketahui
: Durasi hujan tc
= 0.5 jam
Curah hujan rencana = 45.21 mm/hari
Direncanakan : Kedalaman rorak (H) = 2 m
Panjang dan lebar
= 1 m (mengikuti dimensi saluran)
Jarak antar rorak
=5m
Ah = Luas alas rorak
=1x1
= 1 m2
Av = Luas dinding rorak = 2 x 1 x 4 = 8 m2
Atotal = Luas permukaan total
= 9 m2
maka :
Vrsp = (tc.Atotal.K) / 24
= (0.5 x 9 x 0.675) / 24 = 0.127 m3
Vstorasi = Vrorak = 2 x 1 x 1 = 2 m3

2.

Perhitungan jumlah rorak yang dapat dibuat :
Diketahui
: Panjang saluran utama = 1500 m
Jumlah rorak pada parit = Panjang saluran / (jarak rorak + diameter)
= 1500 / (5 + 1) = 250 rorak x 2 (kanan dan kiri)
= 500 rorak

3.

Volume andil banjir yang berkurang dengan adanya sistem sumur resapan
individu dan parit berorak :
 Sumur resapan individu = Vab (atap) x jumlah rumah
= 7.344 x 340 = 2496.96 m3
 Parit berorak
= (Vrsp + Vstorasi) x banyaknya rorak
= (0.127 + 2) x 500
= 2.127 x 500 = 1063.5 m3
maka, volume andil banjir total yang dapat dikurangi dengan adanya sistem
ini adalah sebesar = 2496.96 + 1063.5 = 3560.46 m3, dengan efektifitas :
= (Vab (terserap) / Vab (perumahan) ) x 100%
= (3560.46 / 6489.33) x 100%
= 54.87 %

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara yang dilahirkan di
Bandar Lampung pada tanggal 14 November 1991 dari pasangan Sumaryoto dan
Lili Hendrayanti. Penulis memulai pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 2
Bandar Lampung pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan
lulus pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2009 melalui jalur SNMPTN tertulis. Penulis menempuh
pendidikan tinggi di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan , Fakultas
Teknologi Pertanian dan lulus pada tahun 2013.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif terlibat dalam berbagai organisasi
kemahasiswaan seperti Organisasi Mahasiswa Daerah, Dewan Perwakilan
Mahasiswa tingkat fakultas, dan Himpunan Keprofesian.