Modifikasi dan Uji Kinerja Stang Pendorong dan Kantong Penampung Rumput Mesin Pemotong Rumput SRT-01

(1)

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA

STANG PENDORONG DAN KANTONG PENAMPUNG RUMPUT MESIN PEMOTONG RUMPUT SRT-01

DIAN PURWININGTYAS

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

Dian Purwiningtyas, F01499099. Modifikasi dan Uji Kinerja Stang Pendorong dan Kantong Penampung Rumput Mesin Pemotong Rumput SRT-01. Dibawah bimbingan I Nengah Suastawa.

RINGKASAN

SRT-01 adalah sebuah prototipe mesin pemotong rumput tipe rotari yang telah berhasil dirancang dan dibuat oleh tim peneliti dari Lab. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian yang mendapatkan hibah dana penelitian dari Due-Like Project IPB, tahun anggaran 2002. yang diketuai oleh Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. Prototipe ini telah mampu memotong rumput dengan baik dan dengan ketinggian pemotongan yang dapat diatur serta mampu menampung rumput dengan baik. SRT-01 masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya pada fitur kantong penampung rumput dan stang pendorongnya, yaitu: (a) bagian berpori untuk menghembuskan udara keluar pada kantong mengarah ke operator, (b) pengikat antara kantong dengan dek tidak ringkas, sulit untuk dilepas dan dipasangkan kembali, (c) bentuk kantong kurang menarik, (d) potongan rumput yang mampu ditampung sedikit, (e) sudut kemiringan stang pendorong terlalu besar sehingga ketinggian stang kurang sesuai dengan tinggi rata-rata operator orang Indonesia, (f) mekanisme ‘menempel’nya stang pada dek menjadikan tampilan dek tidak menarik. Mempertimbangkan permasalahan-permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Melakukan modifikasi stang pendorong pada SRT-01 (2) Melakukan modifikasi kantong penampung rumput pada SRT-01, sehingga mampu menampung lebih banyak potongan rumput, mudah dilepas dan dipasangkan kembali, serta tidak mengganggu mobilitas mesin pemotong rumput ketika harus bermanuver atau berbelok (3) Melakukan uji kinerja stang pendorong dan kantong penampung rumput hasil modifikasi tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Maret 2003 – Agustus 2003. Pembuatan kantong dan stang dimulai dengan pembuatan daftar keinginan pengguna/pemakai, melakukan competition benchmarking terhadap SRT-01 dan Golden Star, pembangkitan konsep-konsep melalui dekomposisi fungsi, mengevaluasi konsep-konsep tersebut dengan metode matriks keputusan, lalu memilih satu yang terbaik dari beberapa konsep tersebut untuk selanjutnya dibuat prototipenya.

Pada evaluasi kinerja, kantong penampung rumput pada SRT-02 dapat dikatakan berfungsi dengan baik dan optimal, potongan rumput yang tertampung memenuhi lebih dari 80 % dari total volume kantong. Kantong penampung rumput pada SRT-02 terbukti lebih mudah dilepas yaitu dari 13.67 detik menjadi 7.2 detik dan lebih mudah dipasangkan kembali yaitu dari 98.3 detik menjadi 12.4 detik dibandingkan dengan kantong pada SRT-01. Sedangkan desain stang pendorong pada SRT-02 belum memenuhi kaidah ergonomika. Dengan sudut kemiringan ditentukan sebesar 30° stang pada SRT-02 masih terlalu tinggi sehingga operator merasa tidak nyaman ketika mengoperasikan mesin.


(3)

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA

STANG PENDORONG DAN KANTONG PENAMPUNG RUMPUT MESIN PEMOTONG RUMPUT SRT-01

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

OLEH :

DIAN PURWININGTYAS F01499099

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA

STANG PENDORONG DAN KANTONG PENAMPUNG RUMPUT MESIN PEMOTONG RUMPUT SRT-01

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

OLEH :

DIAN PURWININGTYAS F01499099

Dilahirkan pada Tanggal 1 September 1981 Di Demak, Jawa Tengah

Tanggal lulus : 25 Agustus 2006

Bogor, September 2006 Menyetujui

Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc Pembimbing Akademik

Mengetahui

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS. Ketua Departemen Teknik Pertanian


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Demak, Jawa Tengah, 1 September 1981 dari pasangan Ayah bernama Aris Santoso dan Ibu bernama Sri Murdiyati, sebagai anak pertama dari 3 bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1987 di SD Negeri I Karangtowo, lulus pada tahun 1993, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama, SMP Negeri 1 Demak, lulus pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan ke pendidikan lanjutan tingkat menengah atas, SMU Negeri 1 Demak, dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Teknologi Pertanian, penulis pernah melakukan Praktek Lapang pada tahun 2002 di PT DWI KELINCI Pati, Jawa Tengah. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam atau PAI untuk mahasiswa tingkat persiapan bersama pada tahun ajaran 2001/2002 dan 2002/2003. Organisasi yang pernah diikuti antara lain Himpunan Profesi Mahasiswa Teknik Pertanian HIMATETA sebagai staf pada Dept. PSDM periode 1999-2000, BEM-F sebagai staf pada Dept. PSDM biro Bimbingan Mental periode 2000-2001. Pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XVII 21-24 Juli 2004 di STT Telkom Bandung, penulis mendapatkan penghargaan sebagai penyaji terbaik sekaligus termasuk dalam pemenang poster terbaik kategori PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) dengan karya tulis yang berjudul “Modifikasi Dek untuk Meningkatkan Mobilitas Waktu Bongkar Pasang Komponen Lain dan Aliran Potongan Rumput Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari”. Selanjutnya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian penulis melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir (skripsi) dengan judul Modifikasi dan Uji Kinerja Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari dari Model SRT-01 menjadi Model SRT-02 : Kantong dan Stang Pendorong. Dan penulis dinyatakan lulus dari IPB pada tanggal 25 Agustus 2006.


(6)

KATA PENGANTAR

Mesin pemotong rumput tipe rotari model SRT-02 adalah penyempurnaan dari mesin pemotong rumput tipe rotari model SRT-01 yang merupakan hasil Penelitian Proyek Due-Like Institut Pertanian Bogor tahun anggaran 2002 yang diketuai oleh Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. yang mengambil judul Rancang Bangun dan Uji Kinerja Prototipe Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari.

Berangkat dari keinginan untuk menjadi pelopor dalam mengupayakan pengadaan mesin pemotong rumput di dalam negeri dengan biaya murah dan dengan kualitas yang tidak kalah dengan produk mesin pemotong rumput buatan luar negeri yang tergolong mahal bagi konsumen di Indonesia, maka serangkaian penelitian tentang Mesin Pemotong Rumput mulai dari menemukan model pisau yang tepat, mempelajari mekanisme pemotongan hamparan rumput dengan pisau rotari, mempelajari torsi pemotongan dan efek hembusan pisau, sampai pembuatan prototipe mesin pemotong rumput tipe rotari model SRT-02 telah dilakukan.

Ukuran dan kompleksitas dari kebanyakan produk alat/mesin, menyebabkan pekerjaan merancang biasanya dilakukan oleh sebuah tim desain, demikian pula halnya dengan SRT-02 sebagai hasil modifikasi dari SRT-01 adalah juga merupakan hasil kerja sebuah Engineering Design Team yang terdiri dari Muhammad Amin Kuncoro yang berkonsentrasi pada desain dek, Sujiono pada desain pengatur ketinggian pemotongan, dan Dian Purwiningtyas pada desain kantong penampung rumput dan stang pendorong, dibawah bimbingan Dr.Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. Engineering Design Team, disebut demikian karena setiap satu anggota tim bekerja pada satu komponen yang berbeda dari alat/mesin yang akan dirakit. Dan setiap anggota tim memainkan peran yang sama sehingga masing-masing dituntut untuk menguasai ilmu keteknikan dasar, bahan (material), manufacturing process, serta ekonomi teknik.

Berbicara mengenai suatu proses merancang alat/mesin yang sukses adalah berbicara tentang seorang perancang kreatif yang mampu


(7)

menggunakan kedua sisi otaknya sekaligus karena dia tidak hanya harus mampu menganalisis dan berlogika tetapi juga harus mampu menggunakan intuisi dan berimajinasi. Proses merancang alat/mesin mencakup kemampuan memecahkan masalah, memunculkan dan memvisualisasikan ide-ide cemerlang, ketrampilan menganalisis dan mengevaluasi, pelatihan pengambilan keputusan, dan keberanian mengambil resiko.

Tulisan ini disusun dengan harapan dapat mewakili dan menggambarkan pengalaman dari setiap anggota tim dalam melampaui tahapan-tahapan proses merancang alat/mesin yang telah dilakukan dalam rangka memodifikasi SRT-01 menjadi SRT-02. Demikian semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman. Terakhir, mengutip pernyataan David G. Ullman dalam bukunya The Mechanical Design Process, ”the only way to learn design is to do design.”

Bogor, Agustus 2006 Penulis


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

While thunder takes the credit it is lightning that does the work”, oleh karena itu melalui lembar ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. yang telah berkenan menjadi pembimbing saya selama menjalani studi di Teknik Pertanian, IPB, yaitu seseorang yang nasehat-nasehatnya tidak akan pernah saya lupakan dan seseorang yang paling kritis dan konstruktif memeriksa tulisan-tulisan saya, it is a privilege for me to be your student, Sir! Selanjutnya rasa terimakasih saya kepada Dr. Ir. I Made Dewa Subrata, M.Agr. dan Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si. atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada ujian sidang skripsi saya. Amin dan Jion atas kerjasama yang baik selama penelitian. Yang terakhir dan yang paling penting adalah terima kasih kepada bapak dan ibu, bapak dan ibu adalah supporter terhebat yang pernah ku miliki.


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Pengertian Merancang/Mendesain dan Memodifikasi ... 4

B. Mesin Pemotong Rumput (Mower) ... 6

C. Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari (Rotary Mower)... 9

D. Prototipe Mesin Pemotong Rumput Tipe Roteri SRT-01... 10

E. Stang pendorong dan Kantong penampung rumput ... 12

F. Ergonomika atau Human Factors Engineering (HFE) ... 15

III.METODE PENELITIAN... 19

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

B. Alat dan Bahan ... 19

B1. Alat dan bahan pembuatan kantong penampung rumput dan stang pendorong... 19

B2. Peralatan dan bahan untuk pengujian ... 20

C. Tahapan Penelitian ... 20

IV.PROSES MERANCANG... 22

A. Daftar Keinginan Pengguna ... 22

B. Melakukan Competition Benchmarking... 25

C. Membangkitkan Konsep-Konsep... 34


(10)

V. ANALISIS TEKNIK... 44

A. Geometri Kantong Penampung Rumput dan Stang Pendorong ... 44

B. Sambungan ... 45

VI.HASIL DAN PEMBAHASAN... 51

A. Evaluasi Performansi... 51

A1. Kantong Penampung Rumput ... 54

A2. Stang Pendorong... 60

B. Sambungan-sambungan ... 62

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 65

DAFTAR PUSTAKA... 66


(11)

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA

STANG PENDORONG DAN KANTONG PENAMPUNG RUMPUT MESIN PEMOTONG RUMPUT SRT-01

DIAN PURWININGTYAS

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(12)

Dian Purwiningtyas, F01499099. Modifikasi dan Uji Kinerja Stang Pendorong dan Kantong Penampung Rumput Mesin Pemotong Rumput SRT-01. Dibawah bimbingan I Nengah Suastawa.

RINGKASAN

SRT-01 adalah sebuah prototipe mesin pemotong rumput tipe rotari yang telah berhasil dirancang dan dibuat oleh tim peneliti dari Lab. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian yang mendapatkan hibah dana penelitian dari Due-Like Project IPB, tahun anggaran 2002. yang diketuai oleh Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. Prototipe ini telah mampu memotong rumput dengan baik dan dengan ketinggian pemotongan yang dapat diatur serta mampu menampung rumput dengan baik. SRT-01 masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya pada fitur kantong penampung rumput dan stang pendorongnya, yaitu: (a) bagian berpori untuk menghembuskan udara keluar pada kantong mengarah ke operator, (b) pengikat antara kantong dengan dek tidak ringkas, sulit untuk dilepas dan dipasangkan kembali, (c) bentuk kantong kurang menarik, (d) potongan rumput yang mampu ditampung sedikit, (e) sudut kemiringan stang pendorong terlalu besar sehingga ketinggian stang kurang sesuai dengan tinggi rata-rata operator orang Indonesia, (f) mekanisme ‘menempel’nya stang pada dek menjadikan tampilan dek tidak menarik. Mempertimbangkan permasalahan-permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Melakukan modifikasi stang pendorong pada SRT-01 (2) Melakukan modifikasi kantong penampung rumput pada SRT-01, sehingga mampu menampung lebih banyak potongan rumput, mudah dilepas dan dipasangkan kembali, serta tidak mengganggu mobilitas mesin pemotong rumput ketika harus bermanuver atau berbelok (3) Melakukan uji kinerja stang pendorong dan kantong penampung rumput hasil modifikasi tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Maret 2003 – Agustus 2003. Pembuatan kantong dan stang dimulai dengan pembuatan daftar keinginan pengguna/pemakai, melakukan competition benchmarking terhadap SRT-01 dan Golden Star, pembangkitan konsep-konsep melalui dekomposisi fungsi, mengevaluasi konsep-konsep tersebut dengan metode matriks keputusan, lalu memilih satu yang terbaik dari beberapa konsep tersebut untuk selanjutnya dibuat prototipenya.

Pada evaluasi kinerja, kantong penampung rumput pada SRT-02 dapat dikatakan berfungsi dengan baik dan optimal, potongan rumput yang tertampung memenuhi lebih dari 80 % dari total volume kantong. Kantong penampung rumput pada SRT-02 terbukti lebih mudah dilepas yaitu dari 13.67 detik menjadi 7.2 detik dan lebih mudah dipasangkan kembali yaitu dari 98.3 detik menjadi 12.4 detik dibandingkan dengan kantong pada SRT-01. Sedangkan desain stang pendorong pada SRT-02 belum memenuhi kaidah ergonomika. Dengan sudut kemiringan ditentukan sebesar 30° stang pada SRT-02 masih terlalu tinggi sehingga operator merasa tidak nyaman ketika mengoperasikan mesin.


(13)

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA

STANG PENDORONG DAN KANTONG PENAMPUNG RUMPUT MESIN PEMOTONG RUMPUT SRT-01

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

OLEH :

DIAN PURWININGTYAS F01499099

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA

STANG PENDORONG DAN KANTONG PENAMPUNG RUMPUT MESIN PEMOTONG RUMPUT SRT-01

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

OLEH :

DIAN PURWININGTYAS F01499099

Dilahirkan pada Tanggal 1 September 1981 Di Demak, Jawa Tengah

Tanggal lulus : 25 Agustus 2006

Bogor, September 2006 Menyetujui

Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc Pembimbing Akademik

Mengetahui

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS. Ketua Departemen Teknik Pertanian


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Demak, Jawa Tengah, 1 September 1981 dari pasangan Ayah bernama Aris Santoso dan Ibu bernama Sri Murdiyati, sebagai anak pertama dari 3 bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1987 di SD Negeri I Karangtowo, lulus pada tahun 1993, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama, SMP Negeri 1 Demak, lulus pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan ke pendidikan lanjutan tingkat menengah atas, SMU Negeri 1 Demak, dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Teknologi Pertanian, penulis pernah melakukan Praktek Lapang pada tahun 2002 di PT DWI KELINCI Pati, Jawa Tengah. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam atau PAI untuk mahasiswa tingkat persiapan bersama pada tahun ajaran 2001/2002 dan 2002/2003. Organisasi yang pernah diikuti antara lain Himpunan Profesi Mahasiswa Teknik Pertanian HIMATETA sebagai staf pada Dept. PSDM periode 1999-2000, BEM-F sebagai staf pada Dept. PSDM biro Bimbingan Mental periode 2000-2001. Pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XVII 21-24 Juli 2004 di STT Telkom Bandung, penulis mendapatkan penghargaan sebagai penyaji terbaik sekaligus termasuk dalam pemenang poster terbaik kategori PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) dengan karya tulis yang berjudul “Modifikasi Dek untuk Meningkatkan Mobilitas Waktu Bongkar Pasang Komponen Lain dan Aliran Potongan Rumput Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari”. Selanjutnya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian penulis melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir (skripsi) dengan judul Modifikasi dan Uji Kinerja Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari dari Model SRT-01 menjadi Model SRT-02 : Kantong dan Stang Pendorong. Dan penulis dinyatakan lulus dari IPB pada tanggal 25 Agustus 2006.


(16)

KATA PENGANTAR

Mesin pemotong rumput tipe rotari model SRT-02 adalah penyempurnaan dari mesin pemotong rumput tipe rotari model SRT-01 yang merupakan hasil Penelitian Proyek Due-Like Institut Pertanian Bogor tahun anggaran 2002 yang diketuai oleh Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. yang mengambil judul Rancang Bangun dan Uji Kinerja Prototipe Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari.

Berangkat dari keinginan untuk menjadi pelopor dalam mengupayakan pengadaan mesin pemotong rumput di dalam negeri dengan biaya murah dan dengan kualitas yang tidak kalah dengan produk mesin pemotong rumput buatan luar negeri yang tergolong mahal bagi konsumen di Indonesia, maka serangkaian penelitian tentang Mesin Pemotong Rumput mulai dari menemukan model pisau yang tepat, mempelajari mekanisme pemotongan hamparan rumput dengan pisau rotari, mempelajari torsi pemotongan dan efek hembusan pisau, sampai pembuatan prototipe mesin pemotong rumput tipe rotari model SRT-02 telah dilakukan.

Ukuran dan kompleksitas dari kebanyakan produk alat/mesin, menyebabkan pekerjaan merancang biasanya dilakukan oleh sebuah tim desain, demikian pula halnya dengan SRT-02 sebagai hasil modifikasi dari SRT-01 adalah juga merupakan hasil kerja sebuah Engineering Design Team yang terdiri dari Muhammad Amin Kuncoro yang berkonsentrasi pada desain dek, Sujiono pada desain pengatur ketinggian pemotongan, dan Dian Purwiningtyas pada desain kantong penampung rumput dan stang pendorong, dibawah bimbingan Dr.Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. Engineering Design Team, disebut demikian karena setiap satu anggota tim bekerja pada satu komponen yang berbeda dari alat/mesin yang akan dirakit. Dan setiap anggota tim memainkan peran yang sama sehingga masing-masing dituntut untuk menguasai ilmu keteknikan dasar, bahan (material), manufacturing process, serta ekonomi teknik.

Berbicara mengenai suatu proses merancang alat/mesin yang sukses adalah berbicara tentang seorang perancang kreatif yang mampu


(17)

menggunakan kedua sisi otaknya sekaligus karena dia tidak hanya harus mampu menganalisis dan berlogika tetapi juga harus mampu menggunakan intuisi dan berimajinasi. Proses merancang alat/mesin mencakup kemampuan memecahkan masalah, memunculkan dan memvisualisasikan ide-ide cemerlang, ketrampilan menganalisis dan mengevaluasi, pelatihan pengambilan keputusan, dan keberanian mengambil resiko.

Tulisan ini disusun dengan harapan dapat mewakili dan menggambarkan pengalaman dari setiap anggota tim dalam melampaui tahapan-tahapan proses merancang alat/mesin yang telah dilakukan dalam rangka memodifikasi SRT-01 menjadi SRT-02. Demikian semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman. Terakhir, mengutip pernyataan David G. Ullman dalam bukunya The Mechanical Design Process, ”the only way to learn design is to do design.”

Bogor, Agustus 2006 Penulis


(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

While thunder takes the credit it is lightning that does the work”, oleh karena itu melalui lembar ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. yang telah berkenan menjadi pembimbing saya selama menjalani studi di Teknik Pertanian, IPB, yaitu seseorang yang nasehat-nasehatnya tidak akan pernah saya lupakan dan seseorang yang paling kritis dan konstruktif memeriksa tulisan-tulisan saya, it is a privilege for me to be your student, Sir! Selanjutnya rasa terimakasih saya kepada Dr. Ir. I Made Dewa Subrata, M.Agr. dan Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si. atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada ujian sidang skripsi saya. Amin dan Jion atas kerjasama yang baik selama penelitian. Yang terakhir dan yang paling penting adalah terima kasih kepada bapak dan ibu, bapak dan ibu adalah supporter terhebat yang pernah ku miliki.


(19)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Pengertian Merancang/Mendesain dan Memodifikasi ... 4

B. Mesin Pemotong Rumput (Mower) ... 6

C. Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari (Rotary Mower)... 9

D. Prototipe Mesin Pemotong Rumput Tipe Roteri SRT-01... 10

E. Stang pendorong dan Kantong penampung rumput ... 12

F. Ergonomika atau Human Factors Engineering (HFE) ... 15

III.METODE PENELITIAN... 19

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

B. Alat dan Bahan ... 19

B1. Alat dan bahan pembuatan kantong penampung rumput dan stang pendorong... 19

B2. Peralatan dan bahan untuk pengujian ... 20

C. Tahapan Penelitian ... 20

IV.PROSES MERANCANG... 22

A. Daftar Keinginan Pengguna ... 22

B. Melakukan Competition Benchmarking... 25

C. Membangkitkan Konsep-Konsep... 34


(20)

V. ANALISIS TEKNIK... 44

A. Geometri Kantong Penampung Rumput dan Stang Pendorong ... 44

B. Sambungan ... 45

VI.HASIL DAN PEMBAHASAN... 51

A. Evaluasi Performansi... 51

A1. Kantong Penampung Rumput ... 54

A2. Stang Pendorong... 60

B. Sambungan-sambungan ... 62

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 65

DAFTAR PUSTAKA... 66


(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kapasitas tampung kantong penampung rumput pada

Golden Star (tanpa dikocok) ... 33 Tabel 2. Kapasitas tampung kantong penampung rumput pada

Golden Star (dikocok) ... 33 Tabel 3. Decision-Matrix untuk konsep-konsep stang pendorong... 42 Tabel 4. Decision-Matrix untuk konsep-konsep kantong

penampung rumput ... 43 Tabel 5. Berat potongan rumput yang mampu ditampung oleh

kantong pada SRT-02... 54 Tabel 6. Perbandingan Waktu ... 58


(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rotary Mower... 7 Gambar 2. Reel Mower... 8 Gambar 3. Hover Mower... 8 Gambar 4. Ride-On Mower... 9 Gambar 5. Bagian-bagian mesin pemotong rumput tipe rotari... 10 Gambar 6. Prototipe mesin pemotong rumput tipe rotari

model SRT-01 ... 11 Gambar 7. Mesin pemotong rumput tipe rotari merek Lawnboy... 13 Gambar 8. Bentuk kantong yang ada pada mesin pemotong rumput

tipe reel... 14 Gambar 9. Mesin pemotong rumput tipe rotari merek Lawnboy ... 14 Gambar 10. Kantong penampung rumput pada Ride-On Mower... 15 Gambar 11. Mesin pemotong rumput tipe rotari merek Qualcast... 15 Gambar 12. Diagram alir tahapan penelitian ... 21 Gambar 13. Bentuk mulut dek pada SRT-01 ... 27 Gambar 14. Bentuk kantong penampung rumput pada SRT-01 ... 27 Gambar 15. Pengencang/pengikat antara mulut dek dengan kantong pada SRT-01 ... 28 Gambar 16. Relief potongan rumput dalam kantong pada SRT-01... 28 Gambar 17. Bagian berpori pada kantong penampung rumput

SRT-01 ... 28 Gambar 18. Mekanisme menempelnya stang ke dek pada SRT-01... 29 Gambar 19. Sudut kemiringan stang pendorong pada SRT-01... 29 Gambar 20. Posisi tangan operator ketika mendorong pada

saat mengoperasikan SRT-01... 30 Gambar 21. Mesin pemotong rumput merek Golden Star ... 30 Gambar 22. Posisi tangan ketika mendorong pada saat

mengoperasikan Golden Star ... 31 Gambar 23. Mekanisme menempelnya stang ke dek


(23)

Gambar 24. Dimensi atau ukuran kantong penampung rumput pada Golden Star ... 33 Gambar 25. Konsep-konsep stang pendorong ... 36 Gambar 26. Konsep-konsep kantong penampung rumput... 38 Gambar 27. Sambungan-sambungan pada kantong penampung

rumput ... 45 Gambar 28. Sambungan-sambungan pada stang pendorong ... 45 Gambar 29. Konsep-konsep sambungan antara kantong penampung rumput dengan dek... 48 Gambar 30. Konsep-konsep sambungan antara stang pendorong

dengan dek ... 50 Gambar 31. SRT-01 dan SRT-02... 51 Gambar 32. Lapangan rumput jenis gajahan... 52 Gambar 33. Lapangan rumput jenis tiffway... 52 Gambar 34. Luasan Pemotongan ... 53 Gambar 35. Pola lintasan pengujian prototipe SRT-02 ... 53 Gambar 36. Potongan rumput yang mampu ditampung oleh

kantong pada SRT-02... 55 Gambar 37. Kondisi kantong penuh pada jenis lapangan rumput

gajahan (pemotongan siang hari) ... 55 Gambar 38. Relief potongan rumput yang tertumpuk di dalam

kantong SRT-02 ... 56 Gambar 39. Jarak minimum antara bagian belakang kantong dengan

kaki operator ... 56 Gambar 40. Kondisi lapangan rumput jenis tiffway di Leuwikopo setelah pemotongan... 57

Gambar 41. Sudut kemiringan saluran keluaran dek pada SRT-02... 57 Gambar 42. Kerangka kantong pada SRT-02 ... 59 Gambar 43. Pembuatan kantong penampung rumput untu SRT-02 ... 59 Gambar 44. Kantong penampung rumput pada SRT-02

(tampak belakang)... 60 Gambar 45. Kantong penampung rumput pada SRT-02... 60


(24)

Gambar 46. ’Coakan’ pada stang pendorong SRT-02 ... 61 Gambar 47. Tinggi stang ideal... 62 Gambar 48. Stang pendorong yang memiliki pivot point

atau titik berputar ... 62 Gambar 49. Dudukan stang pada SRT-02 ... 63 Gambar 50. Mekanisme mengaitnya kantong ke dek pada SRT-02... 63 Gambar 51. Bentuk kantong pada mesin pemotong rumput tipe rotari

merek BOSCH ... 64 Gambar 52. Mesin pemotong rumput tipe rotari merek


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar identifikasi kendala-kendala ruang untuk

kantong dan stang... 68 Lampiran 2. Perhitungan tinggi stang ... 69 Lampiran 3. Ukuran rata-rata anthropometri orang Indonesia... 70 Lampiran 4. Gambar kekuatan rata-rata manusia untuk melakukan


(26)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di luar negeri, seperti di Amerika Serikat atau di negara-negara di Eropa, hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas berkebun dan pertamanan, dewasa ini sudah menjadi sebuah industri yang bernilai multi milyar dolar. Fenomena Green Industry yang antara lain meliputi desain taman dan kolam, pembibitan tanaman dan rumput, instalasi irigasi dan drainase, penyediaan pupuk dan pestisida, sampai pada produksi perlengkapan dan peralatan pemeliharan tanaman dan halaman atau lapangan rumput, berkembang cukup pesat. Menilik ke dalam negeri, di Indonesia, untuk memiliki satu unit produk pemeliharaan taman saja, misalnya, mesin pemotong rumput, bisa dikatakan mahal, sehingga baik pada instansi-instansi, pemerintahan ataupun swasta sampai pada skala rumah tangga, akan jarang atau sulit dijumpai. Hal ini disebabkan karena sembilan puluh sembilan persen mesin pemotong rumput termasuk suku cadangnya yang dijual di Indonesia sampai saat ini merupakan produk impor.

Menurut Clift (2001), sembilan puluh delapan persen dari mesin pemotong rumput yang dijual di seluruh dunia saat ini adalah mesin pemotong rumput tipe rotari. Di negara-negara yang memiliki empat musim, untuk melakukan pemotongan rumput pada awal musim semi demi mendapatkan hasil yang terbaik adalah dengan menggunakan mesin pemotong rumput tipe rotari yaitu dengan menset pisau pada posisi tinggi untuk menghindari rumput tercabut bersama akar- akarnya, dan kerusakan yang lebih parah dapat terjadi jika dipilih digunakan mesin pemotong rumput tipe reel. Di dalam Suharyatun (2002), dinyatakan bahwa hasil pemotongan mesin pemotong rumput tipe rotari memang tidak sebaik mesin pemotong rumput tipe reel. Namun mesin pemotong rumput tipe rotari memiliki keunggulan-keunggulan lain diantaranya: mesin pemotong rumput tipe rotari dapat menghasilkan potongan yang dapat diterima pada hampir semua jenis kondisi area pemotongan, dapat diperlakukan sedikit kasar, perawatannya mudah, lebih ekonomis, serta penyesuaian tinggi pemotongan pada mesin pemotong rumput tipe rotari tidak serumit seperti pada pemotong rumput tipe reel.


(27)

Kegiatan memotong rumput seharusnya menyenangkan dan menyehatkan, agar seseorang tidak harus repot-repot menyapu, apalagi jika halaman rumput yang dipotong cukup luas, memilih mesin pemotong rumput yang dilengkapi dengan kantong penampung rumput sekarang ini bukan lagi sebagai satu alternatif tetapi lebih kepada kebutuhan, disamping itu memilih mesin pemotong rumput yang memiliki desain konstruksi stang pendorong yang ergonomis, yaitu yang tidak menyebabkan cepat lelah pada pergelangan tangan, yang tidak membahayakan atau bisa melukai tangan operator, yang ketinggiannya dapat disesuaikan dengan tinggi badan operator, adalah juga merupakan satu pertimbangan yang penting.

Berangkat dari keinginan untuk menjadi pelopor dalam mengupayakan pengadaan mesin pemotong rumput di dalam negeri dengan biaya yang murah dan dengan kualitas yang tidak kalah dengan produk-produk buatan luar negeri, maka serangkaian penelitian tentang mesin pemotong rumput mulai dari menemukan model pisau yang paling bagus, mempelajari torsi pemotongan dan efek hembusan pisau, sampai pada pembuatan prototipe mesin pemotong rumput tipe rotari yaitu model SRT-01 telah dilakukan.

Prototipe mesin pemotong rumput tipe rotari SRT-01 adalah sebuah mesin pemotong rumput tipe rotari yang telah berhasil dirancang dan dibuat oleh tim peneliti dari Lab. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian yang mendapatkan hibah dana penelitian dari Due-Like Project IPB, tahun anggaran 2002, yang diketuai oleh Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. Prototipe ini telah mampu memotong rumput dengan baik dan dengan ketinggian pemotongan yang dapat diatur serta mampu menampung rumput dengan baik, meski demikian, pada prototipe mesin pemotong rumput tipe rotari SRT-01 masih terdapat beberapa kekurangan, diantaranya pada fitur kantong penampung rumput dan stang pendorongnya, yaitu: (a) bagian berpori untuk menghembuskan udara keluar pada kantong mengarah ke operator, (b) pengikat antara kantong dengan dek tidak ringkas, sulit untuk dilepas dan dipasangkan kembali, (c) bentuk kantong kurang menarik, (d) potongan rumput yang mampu ditampung sedikit, (e) sudut kemiringan stang pendorong terlalu besar sehingga ketinggian stang kurang sesuai dengan tinggi rata-rata operator orang


(28)

Indonesia, (f) mekanisme ‘menempel’nya stang pada dek menjadikan tampilan dek tidak menarik.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Melakukan modifikasi stang pendorong pada SRT-01

2. Melakukan modifikasi kantong penampung rumput pada SRT-01 sehingga mampu menampung lebih banyak potongan rumput, mudah dilepas dan dipasangkan kembali, serta tidak mengganggu mobilitas mesin pemotong rumput ketika harus bermanuver atau berbelok.

3. Melakukan uji kinerja stang pendorong dan kantong penampung rumput hasil modifikasi tersebut.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Merancang/Mendesain dan Memodifikasi

Kata design berasal dari bahasa Latin designare yang artinya to designate yaitu menunjuk, menandai atau marking out. Para webster memberikan beberapa definisi, salah satunya yang paling sesuai adalah to outline yang artinya menggambar atau mensketsa, membuat plot atau merencanakan, sebagai aksi atau kerja. Menyusun, memahami, membuat atau menciptakan. Engineering design didefinisikan sebagai “...proses pengaplikasian dari beberapa macam-macam prinsip teknik dan scientifik, bertujuan untuk menentukan bentuk suatu alat, suatu proses, atau suatu sistem dengan cara yang cukup detail untuk menjadikannya terwujud menjadi realitas atau direalisasikan...”. (http://www.wikipedia.org, 2006)

Desain adalah sebuah proses inovatif dan iteratif. Desain adalah kegiatan atau aktivitas komunikasi intensif dimana keduanya -kata-kata dan gambar- digunakan, dan bentuk-bentuk baik tulisan maupun lisan dipergunakan atau dipakai. Engineering Design adalah suatu proses sistematik dimana solusi-solusi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari umat manusia diperoleh. Desain adalah esensi dari engineering. Proses desain diaplikasikan untuk masalah-masalah dari berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai contoh : mechanical engineers akan mengaplikasikan proses desain untuk mengembangkan sebuah mesin pemotong rumput yang efektif dan efisien. (Eide et al, 2002)

Menurut The Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) Engineering Design adalah suatu proses menemukan, memikirkan, merencanakan, memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Ini adalah sebuah proses pengambilan keputusan (sering bersifat iteratif), dimana ilmu pengetahuan dasar, matematika, dan ilmu keteknikan diaplikasikan untuk mengubah sumber daya-sumber daya secara optimal untuk menemui atau mendapatkan satu tujuan yang sudah dinyatakan. (Eide et al, 2002)

Merancang/mendesain adalah membuat keputusan-keputusan. Proses merancang/mendesain suatu alat/mesin adalah suatu proses yang berfokus


(30)

pada siklus hidup dari suatu alat/mesin mulai dari pernyataan masalah awal hingga penyelesaian produk akhir. Siklus ini meliputi enam fase yaitu pengembangan spesifikasi/perencanaan, desain konseptual, desain produk, produksi, servis, dan pemusnahan produk. Parameter keberhasilan dari proses merancang/mendesain adalah besarnya biaya yang dikeluarkan pada saat proses merancang/mendesain berlangsung, biaya produk akhir, kualitas produk akhir, dan panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk tersebut. (Ullman, 1992)

Merancang/mendesain ulang sebuah alat/mesin yang sudah ada untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu disebut dengan modifikasi atau redesign. Sebuah perusahaan pembuat silinder hidrolik membuat produk dengan panjang standar 0.3 m. Jika terdapat konsumen yang menginginkan silinder dengan panjang 0.25 m, maka perusahaan perlu memperpendek silinder luar dan batang piston untuk memenuhi permintaan istimewa tersebut. Masalah-masalah dalam redesign dapat menjadi suatu rutinitas yang harus dihadapi sehingga metode yang digunakan dapat ditulis dalam sebuah buku pegangan sebagai suatu seri formula. (Ullman, 1992)

Kegiatan memodifikasi kadang-kadang tidak sesederhana contoh di atas, bagaimana jika (pada kasus silinder hidrolik di atas) silinder hidrolik yang telah dipendekkan tidak dapat bekerja dengan baik sebagaimana mestinya? Pada saat itulah dapat diketahui bahwa proses merancang/mendesain ulang tidaklah semudah mengganti ukuran-ukuran dari alat/mesin yang sebelumnya. Kasus silinder hidrolik tersebut juga dapat dikategorikan sebagai mature design. Yaitu produk-produk yang mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Beberapa contoh mature design lain yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari adalah peraut pensil, pelubang kertas, dan stapler yang hampir selalu dapat ditemukan di setiap meja kerja. Pengetahuan untuk mengembangkan alat-alat tersebut telah lengkap, sehingga tidak ada yang perlu dipelajari lagi. (Ullman, 1992)


(31)

B. Mesin Pemotong Rumput (Mower)

Mesin pemotong rumput adalah sebuah mesin yang biasanya digunakan untuk memotong rumput baik pada halaman sebuah taman atau pada sebuah lapangan yang luas sekalipun. Edward Beard Budding pertama kali menemukan mesin pemotong rumput tipe reel pada tahun 1830 di Inggris. Yang merupakan adaptasi dari alat-alat dan mesin untuk membuat karpet. Sejak beberapa jenis olahraga mulai ditemukan di Inggris yang

membutuhkan suatu ‘dataran lembut yang rata’ misalnya seperti olahraga croquet, tenis, sepakbola, dan rugby, sebuah cara yang lebih efisien untuk membuat rumput memiliki ketinggian yang sama adalah suatu kebutuhan, sehingga lahirlah mesin pemotong rumput. Sebelum itu rumput dipotong dengan menggunakan alat yang disebut scythe.

Terdapat empat tipe dasar mesin pemotong rumput yang masing-masing dirancang spesifik dengan jenis halaman rumput atau taman yang dimiliki. Pertama adalah mesin pemotong rumput tipe rotari (rotary mower) (Gambar 1) yaitu yang secara luas digunakan karena cocok untuk hampir semua jenis halaman rumput. Kata kuncinya adalah sebuah pisau yang berputar secara horisontal.

Gambar 1 Rotary Mower. (http://www.husqvarna.com)

Kedua, mesin pemotong rumput tipe silinder (cylinder mower/reel mower) (Gambar 2) dapat menghasilkan pemotongan yang sangat baik dengan ketinggian pemotongan pada titik rendah atau akan efektif jika digunakan


(32)

untuk memotong rumput dengan tinggi 1.5 inch atau kurang dari itu. Mesin pemotong rumput ini terdiri atas pisau-pisau spiral yang mengelilingi satu silinder yang memotong seperti menggunting.

Gambar 2 Reel Mower

Ketiga adalah mesin pemotong rumput tipe hover (hover mower) (Gambar 3). Hover mower menjadi sangat populer di pasaran karena biaya akhir pengoperasiannya murah. Hover mower memiliki pisau yang berputar, tetapi lebih tepatnya adalah menempel pada roda, berjalan diatas bantalan udara yang diciptakan oleh putaran pisau. Sehingga mesin pemotong rumput tipe ini bagus untuk digunakan pada halaman yang tidak rata serta pada sudut-sudut yang sulit.

Gambar 3 Hover Mower (http://www.hovermowers.com.au)


(33)

Dan yang keempat adalah mesin pemotong rumput yang dikendarai (ride on mower) (Gambar 4). Merupakan solusi yang paling praktis untuk halaman rumput yang luas. Mampu menyelesaikan pemotongan rumput pada halaman yang luas dengan cepat.

Gambar 4 Ride-On Mower (http://www.abouthayter.com)

C. Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari (Rotary Mower)

Definisi Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari menurut Wingnut (2001) adalah suatu mesin pemotong rumput yang memiliki sebuah pisau berputar yang digerakkan oleh tenaga motor listrik atau motor bakar. Atau deskripsi yang lebih lengkap mengenai Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari menurut Smith (2000) adalah terdiri dari suatu rumah siput, sebuah pisau pemotong kaku yang berputar pada ruang pemotongan di dalam rumah siput atau yang disebut deck. Dan sebuah stang pendorong yang biasanya berbentuk U memanjang ke atas di bagian belakang dari rumah siput yang memungkinkan operator untuk mengemudikan dan menggerakkan mesin pemotong rumput tersebut. Secara singkat Willy (2001) menjelaskan secara singkat bahwa Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari adalah suatu unit peralatan bermesin untuk digunakan di luar ruangan.

Pengertian yang lebih teoritis menurut Suastawa (2002), Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari adalah mesin pemotong rumput yang memotong berdasarkan impak pisau terhadap rumput yaitu pisau berputar secara


(34)

horisontal, sejajar dengan permukaan tanah pada kecepatan tinggi. Kecepatan putar dan ketajaman pisau sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pemotongan. Pemotong jenis ini baik digunakan untuk lahan yang miring dan datar. Tiga bagian utama dari Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari yaitu rumah deck tempat pisau (blade) dan mekanisme pemutarnya ditempatkan, blade mounting dan mekanisme pemutar, serta pisau seperti tampak pada Gambar 5. Mekanisme free cutting biasa digunakan untuk benda-benda kecil atau tipis seperti rumput (Sitkey,1986). Free cutting dimungkinkan terjadi jika gaya maksimum pemotongan melebihi gaya reaksi yang timbul pada material yang dipotong. Komponen gaya pada free cutting adalah mass inersia (ketahanan) dari batang yang dipotong dan gaya reaksi statis dari bending untuk batang dan perubahan sudut (angular displacement) dari luas permukaan yang dipotong.

D. Prototipe Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari SRT-01

Prototipe mesin pemotong rumput tipe rotari SRT-01 (Gambar 6) adalah sebuah mesin pemotong rumput tipe rotari yang telah berhasil dirancang dan dibuat oleh tim peneliti dari Lab. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian yang mendapatkan hibah dana penelitian dari Due-Like Project IPB, tahun anggaran 2002. yang diketuai oleh Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. Prototipe ini telah mampu memotong rumput dengan baik dan dengan ketinggian pemotongan yang dapat diatur serta mampu menampung rumput dengan baik.


(35)

Sumber tenaga yang menggerakkan adalah motor listrik 0.5 hp dan 1 hp, kecepatan putar 2800 rpm, dengan bobot yang relatif ringan, konstruksi sederhana, dan tidak bising.

Konstruksi secara umum meliputi :

1) Dek, berfungsi sebagai penutup pisau, dudukan motor, dan penyalur rumput hasil pemotongan. Bagian dudukan motor dibuat horisontal atau sejajar dengan permukaan tanah agar dapat memberikan posisi horisontal mata pisau.

2) Mata pisau, berdasarkan kualitas hasil pemotongan , torsi pemotongan, persentase torsi gesekan dan ketertampungan rumput, maka rancangan yang diadopsi adalah pisau miring bersudu. Pisau dengan kemiringan 150 dan tinggi sudu 5 mm. Selain memberikan efek hembusan horisontal, sudu juga memperkokoh mata pisau dari defleksi ke atas.

3) Poros roda dan pengatur ketinggian pemotongan, berfungsi sebagai dudukan roda yang sekaligus dapat mengatur ketinggian pemotongan. Pengaturan ketinggian pemotongan dibuat dengan menerapkan prinsip mekanisme batang penghubung sejajar (paralel four bar linkage), yang akan memberikan perubahan ketinggian poros secara bersamaan.

4) Stang pendorong/kemudi, berfungsi sebagai kemudi dan penyangga kantong penampung rumput. Dilengkapi dengan saklar untuk memutuskan dan menyambung arus listrik menuju motor listrik.


(36)

5) Kantong penampung potongan rumput, berfungsi untuk menampung potongan rumput. Kantong ini dapat dipasang dan dibuka dari mulut pengeluaran hasil pemotongan pada dek. Dilengkapi dengan ritsluiting untuk memudahkan pengambilan potongan rumput.

Mekanisme pengaturan tinggi mata pisau pada SRT-01 memungkinkan mesin memotong pada berbagai ketinggian. Posisi mata pisau dapat diset pada ketinggian antara lain 6,8 cm; 6,3 cm; 5,9 cm; 5,4 cm; 5 cm; 4,6 cm; 4,1 cm; 3,6 cm; 3,1 cm; 2,6 cm; 2,1 cm; dari permukaan tanah. Dari pengamatan pada uji lapang diketahui bahwa mesin sulit dioperasikan apabila pemotongan pendek langsung dilakukan pada rumput tinggi. Jadi pemotongan rumput yang terlalu tinggi harus dilakukan bertahap. Selain itu diketahui pula bahwa masih terjadi kesulitan dalam proses penyaluran rumput hasil pemotongan dari dek menuju kantong penampungan. Hal ini mengakibatkan masih rendahnya kapasitas lapang pemotongan karena kantong penampung rumput tidak dapat terisi hingga penuh karena lubang pengeluaran tersumbat begitu kantong penampung terisi hingga permukaan atas mulut dek.

E. Stang pendorong dan Kantong penampung rumput

Stang, tangkai, pegangan atau gagang adalah suatu bagian dari, atau sesuatu yang dipasangkan pada sebuah obyek yang dapat digerakkan atau digunakan oleh tangan. Biasanya desainnya berkaitan dengan isu-isu ergonomika. Kriteria desain yang umum meliputi: a). Memiliki kekuatan yang cukup untuk mensupport obyek atau untuk mengalirkan atau menyalurkan gaya yang terjadi atau tercipta pada saat aktivitas tersebut dilakukan b). Memiliki panjang yang cukup sehingga memungkinkan tangan atau kedua tangan untuk memegang, mencengkeram atau menggenggamnya untuk mengalirkan gaya tersebut c). Memiliki suatu bantalan atau lapisan yang mampu meredam getaran yang timbul sehingga kondisi menggenggam nyaman. (http://www.wikipedia.org, 2006)

Pada mesin pemotong rumput yaitu pada tipe dorong stang pendorong adalah fitur untuk mendorong atau mengemudikan pada saat mesin dioperasikan yaitu bagian berbentuk U memanjang biasanya terbuat dari besi


(37)

atau baja, alumunium yang menempel pada dek di kedua ujung (kanan-kiri)-nya. Ada yang bisa dilipat atau ditekuk untuk mempermudah penyimpanan. Selain itu ada juga yang memiliki beberapa posisi ketinggian seperti yang dapat dilihat pada Gambar 7. Biasanya para desainer cenderung membuat stang lebih panjang untuk operator tetap berada jauh dari mesin demi alasan keselamatan.

Gambar 7 Mesin pemotong rumput merek LawnBoy.

Kegiatan memotong rumput menawarkan dua pilihan yaitu, membiarkan potongan rumputnya tercecer begitu saja dengan tujuan menjadikannya sebagai kompos atau menampungnya. Ada beberapa situasi dimana menampung potongan rumput lebih disarankan yaitu jika rumput yang dipotong tinggi atau panjang dan membuangnya di halaman begitu saja berpotensi menimbulkan penyakit pada rumput.

Pada beberapa tipe mesin pemotong rumput yang berbeda bentuk atau model kantong penampung rumputnya pun bermacam-macam. Kantong Bagian pada stang yang bisa diatur

ketinggiannya yaitu bisa diputar ke atas atau ke bawah


(38)

penampung rumput seperti pada Gambar 8 adalah kantong yang terdapat pada reel mower. Sedangkan Gambar 9 adalah kantong penampung rumput pada walk behind rotary mower.

Gambar 8 Kantong penampung rumput pada reel mower. (http://www.lawnboy.com)

Gambar 9 Mesin pemotong rumput tipe rotari merek LawnBoy. (http://www.lawnboy.com)

Kantong terbuat dari kain yang dikaitkan pada stang


(39)

Gambar 10 Kantong penampung rumput pada Ride-On Mower. (http://www. china-tractors.com)

Gambar 11 Mesin pemotong rumput tipe rotari merek Qualcast. (http://www.qualcast.com)

F. Ergonomika atau Human Factors Engineering (HFE)

Mesin-mesin adalah didesain untuk digunakan oleh manusia, dengan beberapa perkecualian, bahkan robot sekalipun harus diprogram oleh seorang manusia. HFE adalah studi tentang interaksi antara manusia dan alat/mesin

Kantong


(40)

dan didefinisikan sebagai sebuah ilmu terapan yang mengkoordinasikan desain sebuah alat, sistem dan kondisi pekerjaan secara fisik dengan kapasitas dan kenyamanan pekerja. Para pembuat alat/mesin harus memperhatikan hal ini dan menciptakan peralatan, lebih kepada agar ‘pas dengan manusia’ atau fit with the man dan bukan agar manusia yang harus beradaptasi supaya ‘pas dengan mesin’. Suatu alat/mesin yang didesain dengan tanpa memenuhi kaidah ergonomika dengan baik akan sangat tidak nyaman dan melelahkan pada waktu dioperasikan atau bahkan malah berbahaya. Ergonomika bermula pada waktu Perang Dunia ke-2 berlangsung yaitu untuk mengatasi kegagalan kinerja atau performansi yang disebabkan oleh human error dalam sistem pertahanan berteknologi tinggi yang baru. Kesuksesan penerapan ilmu ini kemudian berlanjut sampai sekarang pada desain dan pengembangan semua sistem militer dan sistem kedirgantaraan. (http://www.ieee.org, 2006)

Penerapan pada industri meningkat sehubungan dengan munculnya respon akan kebutuhan untuk memperbaiki penggunaan sumber daya manusia yang produktif, memperbaiki kualitas hidup, memperbaiki tingkat kesehatan, dan meningkatkan keselamatan. Ilmu ergonomika diterapkan mulai dari perancangan sikat gigi sampai pada lay out kokpit pesawat terbang. Dari desain kereta bayi sampai kereta belanja. Orang-orang yang bekerja pada suatu tempat kerja yang dirancang/didesain secara ergonomis atau menggunakan produk-produk yang telah dirancang/didesain secara ergonomis, akan tidak mengalami kelelahan dengan cepat, tidak akan bingung oleh tombol-tombol yang bermakna ambigu, tidak akan dikacaukan oleh display-display dan instruksi-instruksi yang membingungkan. Hal ini berarti kecil sekali kemungkinan terjadi error, kecilnya tingkat kecelakaan, sehingga mengurangi waktu untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dan menumbuhkan sikap moral yang baik. (http://www.ieee.org, 2006)

Definisi ergonomika dalam lingkup kerja adalah penerapan sistematis pengetahuan tentang psikologi, fisik, dan sifat-sifat sosial manusia dalam desain atau perancangan dan penggunaan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kondisi kerja seseorang, peralatan-peralatan atau mesin yang digunakan, serta lay out lingkungan kerjanya. HFE adalah tipe informasi yang


(41)

dibutuhkan untuk suatu permasalahan perancangan mesin berkisar dari dimensi tubuh manusia dan distribusinya diantara populasi berdasarkan umur dan gender, sampai pada kemampuan diri manusia untuk menahan percepatan-percepatan didalam berbagai macam arah pada tubuh, sampai kepada kekuatan-kekuatan tipikal atau khas dan kemampuan menghasilkan gaya pada posisi yang bervariasi. Secara jelasnya, jika mendesain/merancang suatu alat/mesin yang akan dikendalikan oleh manusia (alat pemotong rumput, misalnya) perlu diketahui seberapa besar gaya dari pemakai yang dapat digunakan, dengan sentuhan atau regangan tangan pada berbagai posisi, apa yang dijangkau, dan bagaimana suara yang dapat diterima oleh telinga tanpa merusak. (http://www.wordiq.com)

Ergonomika berfokus pada manusia, meliputi berbagai disiplin ilmu dan berorientasi pada penerapan atau aplikasi. Berbagai disiplin ilmu tersebut antara lain : psikologi, pengetahuan kognitif, fisiologi, biomekanika, antropologi fisik terapan, teknik industri dan rekayasa sistem. Diantara disiplin ilmu tersebut yang menjadi pondasi adalah ilmu biologi terutama anatomi dan fisiologi. Hampir semua mesin beroperasi dalam koordinasi dengan manusia. Sebagai contoh adalah interaksi antara seorang operator dan sebuah unit mesin pemotong rumput bertenaga gas. Pertama-tama ketika operator memutuskan untuk memulai bekerja dengan mesin tersebut pada saat itulah operator telah menempatkan dirinya pada suatu ruang kerja di sekitar mesin tersebut. Kemudian harus membungkuk atau berjongkok untuk meraih mekanisme starting. Lalu pada saat operator meletakkan lengan pada suatu ketinggian tertentu untuk mendorong atau mengemudikan mesin tersebut. Kedua, operator menyediakan sumber tenaga, meskipun untuk sekedar menekan tombol start. Hal ini membutuhkan tenaga otot untuk mengemudikannya, apakah itu berjalan di belakangnya ataupun menaikinya. Ketiga, operator berperan sebagai sebuah sensor, mendengarkan untuk mengetahui apakah ada potongan ranting atau bebatuan yang mengenai pisau atau tidak. Merasakannya dengan tangan melalui stang pendorong atau stir gerakan-gerakan feedback yang dapat memberikan operator informasi tentang bagaimana sebaiknya operator mendorong atau mengemudikan mower.


(42)

Keempat, berdasarkan informasi-informasi yang diterima oleh input-input sensoris, operator berperan sebagai pengendali atau pengontrol. Operator menentukan seberapa besar tenaga yang diperlukan dan kemana arah mesin bergerak supaya tetap lurus. Itulah empat tipe interaksi manusia dengan alat/mesin, yaitu sebagai penentu ruang kerja, sebagai sumber tenaga, sebagai sensor, dan sebagai pengontrol atau pengendali. Hal ini menunjukkan bahwa human factors memainkan peranan penting dalam perancangan suatu alat/mesin (Ullman, 1992).


(43)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung pada bulan Maret 2003 – Agustus 2003.

B. Alat dan Bahan

B.1 Alat dan bahan pembuatan kantong penampung rumput dan stang pendorong :

1) Gergaji manual dan gergaji mesin, digunakan untuk memotong bahan, antara lain pipa bahan stang pendorong dan besi pejal untuk bahan kerangka kantong penampung rumput.

2) Las listrik, digunakan untuk menyatukan bahan- bahan yang harus disambung atau disatukan dan mengisi bagian yang berlubang seperti pada tekukan stang pendorong.

3) Penggaris atau meteran, digunakan untuk menentukan ukuran bahan yang digunakan.

4) Gurinda, digunakan untuk menghaluskan bahan yang telah dibentuk atau dibuat.

5) Gurinda potong, digunakan untuk membuat coakan pada bagian untuk mengatur panjang stang pendorong.

6) Bor, digunakan untuk membuat lubang baut atau lubang pengencang. 7) Mesin Jahit

8) Gunting

9) Amplas dan dempul, untuk menghaluskan permukaan bahan sebelum dicat

10) Kain untuk bahan kantong penampung rumput ; 3 m2 dan kain berlubang untuk ‘jendela’ pada kantong penampung rumput ; 1 m2. 11) Besi pipa Ǿ 20 mm ; 5 m.


(44)

13) Besi plat setebal 0.5 mm ; 0.5 m2.

14) Baut dan mur untuk mengencangkan komponen- komponen yang memiliki hubungan tidak permanen seperti antara stang pendorong dengan dek, pegangan pada kantong penampung rumput, pada sambungan antara stang atas dan stang bawah pengantur panjang stang pendorong.

B.2. Peralatan dan bahan untuk pengujian :

Stopwatch, digunakan untuk mengukur waktu pemasangan dan pelepasan kantong penampung rumput.

• Oven (Memmert modell 300), digunakan untuk mengeringkan rumput hasil potongan untuk diketahui kadar airnya.

• Timbangan digital (Libror Electronic Scale, EL-600), digunakan untuk menimbang rumput hasil potongan sebelum dan sesudah dioven.

• Kabel listrik dengan panjang 50 meter, digunakan untuk menghubungkan arus dari sumber arus ke alat .

• Peralatan tulis, digunakan untuk mencatat perubahan-perubahan yang ada pada waktu pembuatan alat. Di samping itu juga digunakan untuk mencatat data hasil pengujian.

• Kotak untuk mengkonversi volume kantong penampung rumput.

• Timbangan manual, untuk menimbang bobot rumput yang berhasil dipotong.

C. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.


(45)

Gambar 12 Diagram alir tahapan penelitian. Selesai

Ya Tidak

Sesuai desain

Pengujian prototipe SRT-02 Pemeliharaan rumput

Laporan

Melakukan Competition Benchmarking

Identifikasi masalah khusus bagian stang pendorong dan kantong penampung rumput pada SRT-01

Pembangkitan konsep-konsep stang pendorong dan kantong penampung rumput

Pembuatan stang pendorong dan kantong penampung rumput prototipe

SRT-02 Mulai

Evaluasi konsep-konsep dengan Metode Matrik Keputusan


(46)

IV. PROSES MERANCANG

A. Daftar Keinginan Pengguna

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan kantong penampung rumput dan stang pendorong untuk SRT-02 adalah mengidentifikasi calon pemakai atau pengguna produk yang akan dirancang. Hal ini penting untuk dilakukan agar dapat diketahui keinginan dan kebutuhan pemakai atau pengguna, sehingga produk yang akan dirancang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan dari pemakai atau pengguna. Pengguna utama dari mesin pemotong rumput tipe rotari adalah kalangan rumah tangga yang memiliki halaman rumput yang luas atau cukup luas, instansi-instansi, pemerintah ataupun swasta yang memiliki gedung perkantoran dengan halaman dan taman-taman yang membutuhkan pengelolaan atau penataan yang indah dan rapi, serta pengusaha atau unit-unit pengelola lapangan golf dan sarana olahraga lainnya yang signifikan didalam menggunakan lapangan rumput.

Berdasarkan studi literatur dan survey terhadap produk-produk yang sudah ada dipasaran, dapat dibuat Daftar customer requirements atau Daftar keinginan pengguna yaitu sebuah daftar yang menunjukkan hal-hal yang biasa diharapkan dari calon pemakai atau pengguna mesin pemotong rumput, tipe rotari khususnya, terhadap desain kantong penampung rumput dan stang pendorong, yaitu sebagai berikut:

Kantong penampung rumput Performansi fungsi

Menampung potongan rumput Kapasitas atau daya tampung besar Mudah dibersihkan atau dicuci Dapat dipakai pada hari hujan/basah Dilepas/dipasangkan kembali

Cepat dilepas Cepat dipasang Mudah dilepas


(47)

Dibuka/ditutup Mudah dibuka Mudah ditutup

Memiliki celah atau lubang-lubang untuk mengalirkan udara Interface dengan dek & pengatur ketinggian pemotongan

Tidak mengotori dek

Tidak mengganggu pengoperasian mekanisme pengatur ketinggian pemotongan

Tidak merusak atau menyebabkan dek dan stang lecet/tergores Integritas struktural

Tahan lama Ringan

Tidak goyang/goyah atau bergetar Tidak terlepas dari dek secara tiba-tiba Kendala ruang

Fit/pas/serasi/sesuai dengan dek yang dirancang Tidak menyentuh tanah ketika mesin dibelokkan Tidak mengenai kaki operator

Tidak mengganggu atau menyebabkan mekanisme

(jika ada) memanjangkan/memendekkan stang menjadi susah Appearance/ tampilan

Bentuknya simpel atau sederhana Bentuknya menarik

Warna netral (gelap) Waktu

Dapat dibuat dalam 6 bulan Dapat dipasarkan dalam 12 bulan Biaya

Biaya bahan < Rp 50.000

Biaya pembuatan < Rp 100.000/unit Manufacture/ perakitan


(48)

Standart Tidak ada

Safety/ keselamatan

Jangan sampai mencelakai operator (pengguna) jika sampai lepas dari dek secara tiba-tiba

Stang Pendorong Performansi fungsi

Dipanjangkan/dipendekkan disesuaikan dengan tinggi operator Mudah dipanjangkan

Mudah dipendekkan Cepat dipanjangkan Cepat dipendekkan

Nyaman dipegang/dicengkeram

Interface dengan dek & pengatur ketinggian pemotongan Tidak ‘melukai’ dek sebagai tempat menempelnya Tidak menyebabkan tampilan dek menjadi tidak menarik

Tidak mengganggu pengoperasian mekanisme pengatur ketinggian pemotongan

Integritas struktural Ringan

Tidak mudah menekuk/bengkok Tahan lama

Tidak bergetar pada saat mesin dioperasikan Tidak terlepas dari dek secara tiba-tiba Tidak mudah atau tidak cepat berkarat Kendala ruang

Bisa dilipat (ringkas), sehingga mesin bisa diangkat dan diangkut dengan mudah

Ada semacam peredam getaran pada bagian yang digenggam/dicengkeram Terdapat tempat menempel saklar dan penjepit kabel yang rapi


(49)

Simpel

Konstruksi menarik Warna netral Waktu

Dapat dibuat dalam 6 bulan Dapat dipasarkan dalam 12 bulan Biaya

Biaya bahan < Rp 50.000

Biaya pembuatan < Rp 100.000/unit Manufacture/ perakitan

Tidak ada Standart

Tidak ada

Safety/ keselamatan

Jangan sampai mencelakai operator (pengguna) jika sampai lepas dari dek secara tiba-tiba

B. Melakukan Competition Benchmarking

Competition benchmarking dilakukan untuk menemukan kemungkinan- kemungkinan memperbaiki terhadap produk lain yang sudah tercipta sebelumnya. Benchmarking pertama yaitu mempelajari secara detail kantong penampung rumput dan stang pendorong pada SRT-01. Tujuannya adalah untuk mengerti atau memahami permasalahan yang terdapat pada desain kantong penampung rumput dan stang pendorong pada SRT-01, sehingga kantong penampung rumput dan stang pendorong hasil modifikasi dapat berfungsi secara lebih baik, lebih optimal.

Beberapa hal yang dapat dicatat mengenai kantong penampung rumput pada SRT-01 antara lain : bentuknya kurang menarik, asimetris,seperti yang dapat dilihat pada Gambar 14 (a) dan (b); posisi dek kaku ketika dipasangkan dengan kantong atau dengan kata lain bentuk mulut dek yaitu lubang tempat keluarnya potongan rumput (clippings) atau menyalurkan potongan rumput pada bagian belakang dek kurang smooth, bentuknya terlalu bersudut (Gambar


(50)

13) menyebabkan aliran potongan rumput ke dalam kantong tidak lancar sehingga banyak potongan rumput menempel pada saluran tersebut dan akhirnya menyumbat; pengencang atau pengikat antara mulut kantong dengan mulut dek kurang ringkas sehingga sulit dilepas dan sulit pula dipasangkan kembali (Gambar 15); kapasitas tampung tidak maksimal,bobot potongan rumput maksimal yang mampu ditampung hanya sekitar 0.6 kg dengan rata-rata waktu operasi sampai mulut dek tersumbat adalah 60 detik. Dan hanya ± 1/3 ruang dari total volume kantong yang terisi atau terpakai, relief tumpukan potongan rumput yang terbentuk di dalam kantong ditunjukkan pada Gambar 16; bagian yang berpori yaitu celah-celah untuk berhembusnya udara yang masuk bersamaan dengan mengalirnya potongan rumput ke dalam kantong penampung rumput, dianggap mengganggu karena mengarah ke operator yang ditunjukkan pada Gambar 17.

Pada stang pendorong yang perlu diperhatikan adalah: menempelnya stang pendorong pada dek yaitu pada bagian atas dek sehingga tampak kurang menarik (Gambar 18), sudut kemiringan stang pendorong terlalu besar sehingga terlalu tinggi (Gambar 19), dan pada Gambar 20 dapat dicermati bahwasanya pada saat mengoperasikan SRT-01, operator tampak kurang nyaman karena ketinggian stang mencapai dada sehingga ketika mendorong siku tertekuk. Mekanisme untuk dapat dipanjangkan atau dipendekkan agar operator dapat memilih tingkat ketinggian stang pendorong yang sesuai dengan tinggi badannya tidak ada, sulit dilepas dan sulit pula dipasangkan kembali.


(51)

Gambar 13 Bentuk mulut dek pada SRT-01.

(a) tampak belakang (b) tampak samping Gambar 14 Bentuk kantong penampung rumput pada SRT-01.


(52)

Bagian berpori

Gambar 15 Pengencang/pengikat antara mulut dek dengan kantong pada SRT-01.

Gambar 16 Relief tumpukan potongan rumput dalam kantong pada SRT-01.

Gambar 17 Bagian berpori pada kantong penampung rumput SRT-01. Potongan

rumput

Pengencang/ pengikat


(53)

Gambar 18 Mekanisme menempelnya stang ke dek pada SRT-01.

Gambar 19 Sudut

kemiringan stang pendorong pada SRT-01.

Selanjutnya dilakukan benchmarking terhadap Golden Star (Gambar 21), yaitu mesin pemotong rumput tipe rotari yang menggunakan motor bakar bensin sebagai sumber tenaganya, memiliki pengatur kecepatan maju yang menempel pada stang pendorong yang biasa digunakan untuk memotong rumput di halaman rektorat kampus IPB Darmaga.

Tujuan dari benchmarking yang kedua ini antara lain : mempelajari bentuk kantong penampung rumput pada Golden Star dan untuk mengetahui kapasitas tampung maksimum dari kantong tersebut. Bentuk relief rumput yang tertampung di dalam kantong ditunjukkan pada Tabel 3, dengan demikian dapat diketahui ruang di dalam kantong bagian manakah yang terisi terlebih dahulu oleh potongan rumput, pada menit ke berapakah kantong penuh atau

Ujung stang menempel pada bagian atas dek

450

Sudut kemiringan stang


(54)

potongan rumput mulai menyumbat mulut dek. Pada Golden Star nyaman dan tidaknya operator pada saat mendorong juga dapat diperhatikan dalam Gambar 22.

Gambar 20 Posisi tangan operator ketika mendorong pada saat mengoperasikan SRT-01.

Gambar 21 Mesin Pemotong Rumput merek Golden Star.

Ke-2, untuk mengetahui konstruksi stang pendorong pada Golden Star. Dan ke-3 adalah mempelajari sambungan yang menancapkan stang pendorong

Ketinggian stang tidak ergonomis, siku menekuk


(55)

pada dek (Gambar 23), demikian pula dengan sambungan antara kantong penampung rumput dengan dek.

Pada pengamatan kapasitas tampung maksimum kantong, bobot rumput maksimum yang mampu dicapai oleh Golden Star adalah mendekati 3.5 kg, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Pengamatan dilakukan dengan 2 kali ulangan, pada ulangan ke-1 dengan total waktu operasi 190:63 detik, ketika detik ke-90:10 kantong sudah tampak penuh namun lalu dilakukan perlakuan yaitu dengan mengocok kantong dan ternyata 100:53 detik kemudian kantong baru benar-benar penuh. Jadi meski kapasitas tampungnya cukup besar namun sedikit kekurangan dari desain kantong pada Golden Star adalah sangat mudah bagi potongan rumput yang sudah tertampung tumpah melalui bagian depan kantong pada waktu operator melepasnya dari dek pada saat kantong penuh.

Gambar 22 Posisi tangan operator ketika mendorong pada saat mengoperasikan Golden Star.

Gambar 23 Mekanisme menempelnya stang ke dek pada Golden Star. Stang menempel


(56)

Tabel 1 Kapasitas tampung kantong penampung rumput pada Golden Star (tanpa dikocok)

Ulangan ke- Waktu, t (detik) Berat rumput tertampung (kg) Berat rumput tercecer (kg) Keterangan

1 56 : 94 3.336 0.221 Pada waktu, t ke- 56 : 94 detik, saluran pengaliran rumput ke kantong

penampung sudah tersumbat karena kadar air rumput tinggi pada pagi hari

2 80 : 88 3.471 0.307 -

Tabel 2 Relief potongan rumput di dalam kantong penampung

rumput pada Golden Star tanpa dikocok pada beberapa kali ulangan

Ulangan ke- Prosentase dari volume total kantong penampung rumput Waktu ke- t (detik)

Bentuk relief rumput yang tertampung

1 63.88 % (36382.5

cm3)


(57)

2 73.01 % (41580 cm 3)

123’19”

3 82.13 % (46777.5

cm3)

292’47”

Ket. : Total volume kantong pada Golden Star = 56950 cm3, dek mulai tersumbat pada waktu ke-t.


(58)

C. Membangkitkan Konsep-Konsep

Selanjutnyan dapat dimunculkan beberapa konsep kantong penampung rumput dan stang pendorong (Gambar 25 dan 26) berdasarkan competitian benchmarking yang telah dilakukan dan dengan menggunakan satu teknik pembangkitan konsep yaitu melalui dekomposisi fungsi dari alat/mesin yang diinginkan atau dibutuhkan mengacu pada daftar keinginan pengguna antara lain:

(ii) (i)


(59)

(iii)

(vi) (iv)


(60)

Gambar 25 (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) Konsep-konsep Stang pendorong. (v)

Kantong pada SRT-01


(61)

(x)

Kantong pada Golden Star (viii)

(ix)


(62)

Gambar 26 (vii) (viii) (ix) (x) (xi) Konsep-konsep Kantong penampung rumput.

D. Metode Matriks Keputusan

Tahap berikutnya adalah mengevaluasi konsep-konsep tersebut dengan menggunakan metode matriks keputusan (the decision-matrix method). Di dalam Ullman (1992) metode matriks keputusan yaitu suatu metode evaluasi iteratif yang menguji kelengkapan dan kepahaman terhadap permintaan-permintaan, yang secara cepat mengidentifikasi konsep-konsep yang paling kuat dan membantu mengembangkan konsep-konsep baru. Metode ini adalah yang paling efektif jika setiap anggota dari tim desain melakukannya secara independen atau sendiri-sendiri dan masing-masing hasil dari setiap individu tersebut kemudian diperbandingkan. Hasil dari perbandingan dapat mengarahkan pada suatu repetisi atau pengulangan dari teknik tersebut, dengan iterasi yang berkelanjutan atau berkesinambungan sampai tim desain merasa puas dengan hasilnya. Empat langkah pada metode matriks keputusan: 1. Pilih kriteria untuk pembanding atau perbandingan

Pertama-tama hal ini dibutuhkan untuk mengetahui dasar atau landasan dimana konsep-konsep akan diperbandingkan satu sama lain.

2. Seleksi item-item untuk diperbandingkan i)


(63)

Item-item yang diperbandingkan adalah ide-ide berbeda yang dikembangkan selama fase pembangkitan ide. Hal ini penting bahwa semua konsep untuk diperbandingkan berada pada tingkat abstraksi yang sama dan pada bahasa yang sama.

3. Memunculkan skor

Pada waktu ini pada proses desain, setiap perancang memiliki satu konsep favorit, satu, yang dia pikir atau menurut dia adalah yang terbaik dari konsep-konsep desain yang lain yang belum dikembangkan. Konsep ini digunakan sebagai ’datum’, semua yang lainnya diperbandingkan dengan ’datum’ tersebut dan secara relatif diperbandingkan pula terhadap setiap keinginan pengguna. Jika masalahnya adalah redesign dari suatu produk alat/mesin yang sudah ada sebelumnya, lalu produk ini diabstraksikan dengan tingkatan yang sama seperti konsep-konsep yang lainnya dan dapat digunakan sebagai ’datum’. Untuk setiap perbandingan, konsep yang dievaluasi dijudge untuk menjadi salah satu dari dua kemungkinan yaitu lebih dari, kira-kira sama (dengan), atau lebih buruk dari ’datum’. Jika lebih baik dari ’datum’, konsep tersebut diberi satu skor +. Jika dijudge sebagai kira-kira sama dengan datum atau jika terdapat beberapa ambivalensi, sebuah S (”sama”) bisa digunakan. Jika konsep tersebut tidak memenuhi kriteria sebaik ’datum’, diberi -.

4. Hitung total skor

Setelah setiap konsep diperbandingkan dengan ’datum’ terhadap setiap kriteria akan muncul 4 skor : angka skor plus (+), angka skor minus (-), total keseluruhan, dan total pembobotan. Total keseluruhan adalah perbedaan antara angka skor plus dan angka skor minus. Total pembobotan adalah penjumlahan dari setiap skor dikalikan dengan pembobotan ”importance”. Sebuah S dihitung sebagai 0, dan sebuah + dihitung sebagai +1, dan sebuah – sebagai -1.

Skor-skor tersebut tidak harus diperlakukan sebagai pengukuran atau ukuran mutlak sebagai nilai konsep; ini hanya sebagai semacam pedoman saja. Skor-skor tersebut dapat diintepretasikan dalam beberapa cara:

- Jika satu konsep atau satu grup konsep yang sama memiliki satu skor yang bagus atau memiliki skor plus yang tinggi, hal ini penting untuk dicatat


(64)

kekuatan atau kelebihan-kelebihan apa dari konsep tersebut yang muncul, menonjol, yang mana kriteria-kriteria yang terdapat/melekat lebih baik dari ’datum’. Demikian juga, pengelompokan skor – akan menunjukkan permintaan mana yang secara spesial sulit untuk ditemukan atau ditemui. - Jika kebanyakan konsep-konsep tersebut mendapatkan skor yang sama pada setiap kriteria pada umumnya, periksalah yang cermat kriteria tersebut. Hal ini mungkin dibutuhkan untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih pada area atau wilayah dari kriteria-kriteria tersebut supaya muncul ide atau konsep yang lebih baik. Atau, mungkin kriteria tersebut ambigu, diintepretasikan secara berbeda oleh anggota-anggota yang berbeda dari tim, atau tidak sama rata diintepretasikan dari satu konsep ke konsep yang lain. Jika kriteria memiliki suatu kepentingan pembobotan yang rendah, kemudian tidak perlu menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengklarifikasikannya.

Namun demikian, jika ini adalah sebuah kriteria penting, sebuah usaha dibutuhkan baik untuk membangkitkan konsep-konsep yang lebih baik ataupun untuk mengklarifikasi kriteria tersebut. Pelajari lebih lanjut, ulangi pembandingan, dengan konsep pen-skor-an tingkat tinggi digunakan sebagai ’datum’ yang baru. Iterasi ini seharusnya dilakukan ulang sampai suatu konsep ”terbaik” secara jelas muncul.

Setelah setiap anggota menyelesaikan prosedur ini, seluruh tim seharusnya membandingkan hasil-hasil individu mereka. Hasilnya dapat bervariasi secara luas, selama baik konsep-konsep ataupun permintaan-permintaan tersebut belum diperbaiki. Diskusi diantara anggota tim dari kelompok tersebut seharusnya menghasilkan dalam beberapa konsep untuk diperbaiki. Jika tidak, lalu kelompok tersebut butuh untuk mengklarifikasi atau menjelaskan kriteria atau membangkitkan lebih banyak konsep untuk dievaluasi.

Terdapat 2 variasi yang mungkin digunakan pada situasi seperti ini dimana informasi yang cukup tersedia. Pertama adalah untuk penggunaan dari skor total pembobotan, yang sering memberikan pangertian sebagai kriteria yang paling penting diperlakukan secara lebih atau istimewa. Variasi kedua memerlukan penggunaan atau pemanfaatan dari sistem skoring yang lebih baik dibanding sistem 3 level, singkatnya,


(65)

Sebuah skala 7-tingkat :

+3, kriteria klop atau menemui dalam suatu secara sangat superior atau melebihi dari ’datum’

+2, kriteria menemui atau cocok agak sangat/jauh lebih baik dari ’datum’ +1, kriteria lebih baik dari ’datum’

0, kriteria sama baiknya dengan ’datum’ -1, kriteria tidak sebaik ’datum’

-2, kriteria lebih buruk dari ’datum’ -3, kriteria jauh lebih buruk dari ’datum’

Berdasarkan panduan langkah-langkah tersebut dapat dibuat dua tabel matriks keputusan untuk menentukan konsep stang pendorong dan konsep kantong penampung rumput yang terbaik yang akan dipilih. Dengan kantong dan stang pada SRT-01 sebagai DATUM-nya. Dan kemudian didapatkan konsep terbaik untuk kantong adalah konsep (ix) dan untuk stang pendorong adalah konsep (iv).


(66)

Tabel 3 Matriks keputusan untuk konsep-konsep stang pendorong Wt i ii iii iv v vi Bisa dipanjangkan/dipendekkan

disesuaikan dengan tinggi operator

3 D + + + S S

Mudah dipanjangkan 1 A + S + S S

Mudah dipendekkan 1 T + S + S S

Cepat dipanjangkan 1 U + S + S S

Cepat dipendekkan 1 M + S + S S

Tidak ’melukai’ dek sebagai tempat ’menempel’-nya

3 + S + + +

Tidak menyebabkan tampilan dek menjadi tidak menarik

2 + + + S S

Ringan 4 + S S S -

Tidak mudah

menekuk/melengkung/bengkok

5 + S S - +

Tahan lama 5 S S + S +

Tidak bergetar pada saat mesin dioperasikan

4 S S + S +

Tidak terlepas dari dek secara tiba-tiba

5 S S + S S

Tidak mudah/cepat berkarat 6 S S S S S Bisa dilipat (ringkas) sehingga

mesin bisa diangkat dan diangkut dengan mudah

2 + + + S S

Ada semacam peredam getaran pada bagian yang

digenggam/dicengkeram

1 + S S S +

Terdapat tempat menempelkan saklar dan penjepit kabel yang rapi

2 S + + S S

Simpel 5 S - - S S

Konstruksi menarik 5 + + + + +

Warna netral 5 S S S S S

Total + 12 5 13 2 6

Total - 0 1 1 1 1

Overall total 12 4 12 1 5


(67)

Tabel 4 Matriks keputusan untuk konsep-konsep kantong penampung rumput

Wt vii viii ix x xi

Kapasitas atau daya tampung besar

5 D + + S +

Mudah dibersihkan atau dicuci 2 A + S + S

Mudah dilepas 1 T + + S S

Mudah dipasang 1 U + + S S

Mudah dibuka 2 M S + S S

Mudah ditutup 2 S + S S

Cepat dilepas 1 + + S S

Cepat dipasang 1 + + S S

Dapat dipakai pada hari hujan/basah

4 - - - S

Tidak mengotori dek 3 - + - S

Tidak merusak atau menyebabkan dek dan stang lecet atau tergores

3 S S S S

Tahan lama 5 S S - +

Ringan 2 + S + S

Tidak goyang/goyah atau bergetar

3 - + - S

Tidak terlepas dari dek secara tiba-tiba

4 - - - S

Fit/pas/serasi/sesuai dengan dek yang dirancang

3 S + S +

Tidak menyentuh tanah ketika mesin dibelokkan

5 S S S +

Tidak mengenai kaki operator 4 S S S + Tidak mengganggu atau menyebabkan

mekanisme (jika ada)

memanjangkan/memendekkan stang menjadi susah

6 S S S S

Bentuknya simpel atau sederhana

3 + + + -

Bentuknya menarik 1 S + S S

Warna netral (gelap) 1 S + - S

Total + 8 13 3 5

Total - 4 2 6 1

Overall total 4 11 -3 4


(68)

V. ANALISIS TEKNIK

A. Geometri Kantong Penampung Rumput dan Stang Pendorong

Kantong penampung rumput dan stang pendorong yang dirancang seharusnya kokoh dan menyatu, jika dipasangkan pada dek. Selain itu juga harus memenuhi kaidah ergonomika yaitu dengan kata lain it must be comfortable for a person to use. Dengan bantuan gambar pada Lampiran 1 dapat ditentukan atau diidentifikasi kendala ruang dari masing-masing komponen sehingga dapat diketahui atau ditentukan batasan-batasan bentuk antara satu komponen relatif terhadap komponen lainnya.

Untuk kantong, kendala ruang luar yang dapat disebutkan antara lain : diameter roda yaitu 18 cm, dek (bagian belakang dek), konfigurasi stang, panjang langkah maksimal operator, yaitu didapat angka rata-rata untuk operator perempuan adalah 50 cm dan untuk operator laki-laki 80 cm serta permukaan tanah atau rumput. Mengikuti batasan-batasan tersebut kemungkinan kantong penampung rumput akan berbentuk semacam prisma karena dibatasi oleh dua sisi berhadapan yang kongruen dan sejajar yaitu berbentuk trapezoidal dengan rumus volume, V = (Jumlah sisi sejajar x tinggi)/2, sehingga berdasarkan kebutuhan untuk dapat menampung potongan rumput seoptimal mungkin (mengacu pada gambar pada Lampiran 1) maka dapat ditentukan kantong akan memanjang ke belakang sejauh ± 40 cm dan luas sisi depan kantong adalah sama dengan luas bagian belakang dek yaitu 30.5 x 20.6 cm2. Dan salah satu tinggi trapesium tersebut yaitu bagian depan atau tinggi sisi sejajar pertama adalah sama dengan tinggi bagian belakang dek, 20.6 cm, sedangkan tinggi sisi sejajar lainnya adalah mengikuti kemiringan stang. Trapesium adalah bentuk dengan kapasitas paling besar yang paling mungkin untuk dipertimbangkan dalam proses desain selanjutnya.

Untuk stang, kendala ruang luar yang perlu diperhatikan adalah dimensi dek, diameter roda (18 cm), konfigurasi kantong, dan tinggi siku operator. Asumsinya stang akan dibuat dalam dua bagian untuk mengakomodir operator yang paling tinggi dan yang paling pendek, karena semestinya panjang stang bisa diatur disesuaikan dengan kebutuhan atau keinginan operator (Lampiran


(69)

2). Mengacu pada referensi data antropometri orang Indonesia (Lampiran 3), agar sesuai untuk semua laki-laki dan perempuan antara persentil 5 dan ke-95, stang harus dapat di’setel’ atau diatur antara 90.8 cm - untuk persentil ke-5 (perempuan) – dan 97.8 cm- untuk persentil ke-95 (laki-laki).

B. Bentuk-bentuk Sambungan

Komponen-komponen yang menyusun kantong mengacu pada konsep yang telah dipilih adalah pengait, penjepit kantong dan kotak kantong. Dan untuk stang, komponen-komponen yang menyusun antara lain : dudukan stang, pengencang (mur & baut) dan batang stang. Berdasarkan dekomposisi tersebut (Gambar 27 dan 28), selanjutnya konsep tentang mekanisme bagaimana memasangkan kantong penampung rumput pada dek dan bagaimana ’menempelnya’ stang pada dek dapat dikembangkan. Dekomposisi fungsi yang lebih detail dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 27 Sambungan-sambungan pada kantong penampung rumput.

Gambar 28 Sambungan-sambungan pada stang pendorong. Dek Pengait Kantong Penjepit Kantong

Pegangan kantong Pengguna

Installer 1

2

3

4 5

6

Dek Dudukan Stang Stang Pengguna

Installer 1

2


(70)

Installer pada Gambar 27 kemungkinan dapat dihilangkan dari konsep karena bisa jadi ini adalah satu komponen yaitu dek itu sendiri. Sambungan 1 dan 5 merupakan sambungan-sambungan eksternal yaitu menghubungkan kantong ke dek dan menghubungkan pengguna dengan kantong sehingga dapat diasumsikan sambungan 1 akan menahan beban sebesar ± 3.5 kg (berdasarkan perbandingan terhadap Golden Star) yaitu kapasitas tampung maksimal kantong, sedangkan besarnya gaya yang dibutuhkan untuk melepas dan mengangkat kantong penampung rumput berdasarkan data anthropometri rata-rata orang Indonesia tentang biomekanika (pengukuran dinamika tubuh manusia) diketahui bahwa kekuatan rata-rata orang mengangkat beban pada posisi dari membungkuk lalu berdiri adalah 20-30 pon (lihat Lampiran 5). Dalam Ullman (1992), sambungan harus selalu merefleksikan kesetimbangan gaya dan aliran konsistensi energi, material, dan informasi. Sehingga pengembangan konsep sambungan sebaiknya mempertimbangkan semua obyek yang berinteraksi pada sambungan tersebut dan selanjutnya yang penting untuk diperhatikan lagi adalah pada bagian dari sambungan yang dibebani fungsi yang paling kritis.

Berikut ini beberapa konsep sambungan antara kantong dengan dek dan sejumlah konsep sambungan antara stang dengan dek (Gambar 29 dan 30), yang dapat dikembangkan yaitu :

(a)

dek

kantong


(71)

(b) dek

sambungan

Pada SRT-01

(c)

Pada Golden Star (d)


(72)

Gambar 29 (a) (b) (c) (d) (e) Konsep-konsep sambungan antara kantong penampung rumput dengan dek.

(e)

(a) stang

dek

sambungan


(73)

(c)

(d) (b)

sambungan stang

dek


(74)

Gambar 30 (a) (b) (c) (d) (e) Konsep-konsep sambungan antara stang pendorong dengan dek.


(75)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Evaluasi Performansi

Salah satu fase yang signifikan dari keseluruhan proses desain adalah evaluasi kinerja, yaitu bertujuan untuk mengetahui apakah produk alat/mesin yang didesain sudah benar-benar memuaskan dan mencapai target-target teknik yang ditentukan pada awal proses desain atau belum. Peluncuran perdana SRT-02 (Gambar 31) pada dua jenis lapangan rumput, yaitu lapangan rumput jenis tiffway (varietas rumput yang termasuk dalam golongan Rumput Bermuda) di Leuwikopo dan lapangan rumput jenis gajahan (Axonopus compressus) di area rumput halaman depan Fakultas Teknologi Pertanian, adalah bertujuan untuk mengukur performansi mesin pemotong rumput tersebut. Kondisi dua lapangan rumput yang dimaksud di atas sebelum pemotongan dapat dilihat pada Gambar 32 dan 33.

Gambar 31 Mesin pemotong rumput tipe rotari SRT-01 dan hasil modifikasinya SRT-02.

SRT-01


(1)

Lampiran 6. Data pengukuran rumput bermuda (lanjutan).

SIANG

waktu 3 meter

(detik)

3,2 139 4 3,2 7,6 0,17 0,394736842 0,067222222 2,043

93 7,6 3,7 20,1 0,3 0,149253731 0,016666667 1,934

115 8,7 2,7 16,52 0,42 0,181598063 0,0125 2,9545

6,8 2,8 36,21 0,36 0,082850041 0,015833333 1,125

5,6 2,4 16,84 0,26 0,178147268 0,01 1,23

3,9 3,6 29,27 0,32 0,102494021 0,008333333 1,35

8,9 2,9 16,95 0,36 0,17699115 0,025277778 1,25

8,8 3,8 33,38 0,31 0,089874176 0,023888889

8,7 4,3 28,2 0,4 0,106382979 0,0225

6,5 3,3 17,58 0,3 0,170648464 0,027222222

20,3 0,33 0,147783251

33,42 0,24 0,089766607

0,31

0,4

0,24

0,46

0,3

0,37

0,24

0,43

0,23

0,38


(2)

Lampiran 6. Data pengukuran pemotongan rumput bermuda (lanjutan).

SORE

ketinggian pisau densitas ket.awal ket.akhir waktu 3 meter (detik) lebar

potong kecepatan maju wkt. Ktg.penuh (jam)

brt.ktg penuh (kg)

kap.material (kg/jam)

104 8,5 1,8 11 0,38 0,272727273 0,040833333 2,52 67,2

86 5,2 2,8 10 0,07 0,3 0,024166667

135 3,8 3,2 11 0,7 0,272727273 0,0475

5,2 4,2 10 0,05 0,3

4,2 2,5 12 0,65 0,25

7,4 2,4 10 0,2 0,3

7 3,4 0,15

3,2 3,5 0,6

5,2 3,1 0,3

6,5 3,1 0,3

0,4

0,2

0,45

0,3

0,2

0,5

0,1

0,1


(3)

Lampiran 7. Data pengukuran pemotongan rumput

gajahan.

PAGI ketinggian pisau

berat di tanah

berat

didek prosentase berat di

kantung prosentase sblm oven

stl

oven cawan kadar air

2 12,5 11,54201293 95,8 88,4579871 12,6 9,7 8 63,04348

1,5 11,2 11,21121121 88,7 88,7887888 4,3 3,4 2,8 60

rata-rata 11,85 11,37661207 92,25 88,6233879 61,52174

SIANG

2,2 11,1 5,136510875 205 94,8634891 10,8 9,4 8 50

12,2 212,3 94,5657016 3,4 3,1 2,8 50

10,1 197,8 95,1418951


(4)

Lampiran 7. Data pengukuran pemotongan rumput gajahan

(lanjutan)

PAGI

ketinggian pisau densitas ket.awal ket.akhir waktu 8 meter (detik) lebar potong

kecepatan maju

wkt. Ktg.penuh (jam)

brt.ktg penuh

(kg) kap.material (kg/jam)

2,2 57 2,9 1,6 26 0,39 0,307692308 0,91 7,65 8,406593407

56 3,4 1,7 20 0,35 0,4

58 3,3 2,4 39 0,37 0,205128205

3,6 2,2 37 0,37 0,216216216

3,4 1,9 41 0,38 0,195121951

3,8 2,2 20 0,46 0,4

4,1 2,2 20 0,38 0,4

2,9 2,3 24,88 0,36 0,321543408

4,5 1,7 0,48

3,1 2,1 0,45

0,35

0,33


(5)

Lampiran 7. Data pengukuran pemotongan rumput gajahan (lanjutan)

SIANG

2,2 58 2,8 1,7 26 0,35 0,307692308 0,916666667 8,994 9,811636364

56 3,5 2,2 20 0,37 0,4

59 3,4 2 39 0,46 0,205128205

3,5 2,3 37 0,36 0,216216216

3,7 2,2

3,2 1,8

3,1 1,7

4,5 1,6

4,2 2,3

3,4 1,9


(6)

Lampiran 8. Data pengukuran waktu pemasangan dan pelepasan

komponen ke dek.

Mesin SRT-01

motor stang kantung poros dan roda pemasangan (menit) 12,33333 2,566667 1,95 13,2

12,5 2,383333 1,983333 11,6

11,4 2,533333 0,983333 8,3

11,83333

11,75

rata-rata (menit) 11,96333 2,494444 1,638889 11,03333333

detik 717,8 149,6667 98,33333 662

pelepasan (menit) 9,916667 2,8 0,35 7,3

1,9 0,233333 5,2

2,033333 0,1 4,1

rata-rata (menit) 9,916667 2,244444 0,227778 5,533333333

detik 595 134,6667 13,66667 332

Mesin SRT-02

pemasangan (detik) 365 106 11 284

202 85 13 278

288 95 13 268

234 79 12 295

197 143 13 270

rata-rata (detik) 257,2 101,6 12,4 279

pelepasan (detik) 130 114 7 115

100 128 7 116

95 69 7 119

116 69 7 124

102 68 8 108,5