1
BAB I PENDAHULUAN
Sitronelal merupakan senyawa monoterpena yang mempunyai gugus aldehid, ikatan rangkap dan rantai karbon yang memungkinkan mengalami reaksi
siklisasi aromatisasi Iryanti, 2005. Isopulegol merupakan terpena alkohol, C
10
H
18
O, yang digunakan untuk membuat komposisi wewangian Bauer et al., 1988. Isopulegol dibentuk dari siklisasi sitronelal, sama dengan sitronelal yang
mempunyai 2 karbon kiral yang akan membetuk pusat asimetrik produk dengan 4 stereoisomer yang berbeda Gambar 1.1. Isopulegol merupakan tahapan yang
penting dalam membentuk mentol C
10
H
20
O yang memiliki harum peppermint. Delapan optik aktif mentol, hanya --mentol yang diturunkan dari hidrogenasi --
isopulegol yang memiliki rasa peppermint dan juga berasa dingin. Tetapi isomer lainnya tidak memiliki sifat menyejukan.
Gambar 1.1 Siklisasi +-sitronelal menjadi isopulegol
Beberapa katalis homogen dan heterogen yang telah diteliti memiliki keaktifan dalam reaksi siklisasi. Katalis homogen seperti rhodium
tristrifenilfosfin yang diteliti oleh Sakai dan Oda 1972, sama baiknya dengan kompleks karbonil molybdenum dan tungsten seperti
PhCH
2
Et
3
N
+
[MoCO
4
ClBr
2
]
-
, MoCO
5
OTf
2
, [MoCO
4
Br
2
]
2
, PhCH
2
Et
3
N
+
[WCO
4
ClBr
2
]
-
, dan WCO
5
OTf
2
yang telah diteliti sebelumnya oleh Ko
čovský et al. 1999. Dengan menggunakan katalis tersebut, cis- diastereoisomer, +-neoisopulegol terbentuk lebih banyak. Kelompok ligan yang
bulky dalam pergeseran hubungan kompleksnya membentuk --isopulegol
menjadi +-neoisopulegol. Skadium triflorometanasulfonat telah diteliti Jensen et al.
2000 merupakan katalis efisien untuk selektifitas siklisasi sitronelal menjadi isopulegol. Reaksi dikondisikan pada di bawah suhu normal. Pada -78˚C, hasil
yang didapat 95, sedangkan pada suhu kamar 58 hal ini disebabkan reaksi berkaitan dari pembentukan isopulegol dengan sitronelal.
Padatan “super asam” seperti zirkonia tersulfatisasi juga diteliti sebagai katalis reaksi siklisasi. Walaupun memiliki konversi yang tinggi sebanyak 96,
selektifitas terhadap isopulegol hanya 46 dengan produk utama menjadi isopulegol eter dan sitronelal. Ketika zirkonia tersulfatisasi dilapiskan pada
saringan molekul karbon selektifitas meningkat menjad 60. Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh besar eklusi berbanding besar pori yang lebih kecil menghalangi
pembentukan isopulegol eter Yadav and Nair, 1998. Zeolit dengan besar pori yang berbeda, seperti clioptilolite, mordenite, dan
faujasite, telah diteliti dalam pelarut yang berbeda oleh Fuentes et al. 1989 untuk
isomerisasi sitronelal. Aktifitas berkaitan dengan sisi keasaman Brønsted. Zeolit dengan besar pori yang lebih kecil memiliki aktifitas yang kecil pula dibanding
dengan ukuran pori yang besar, yang dapat meningkatkan selektifitas terhadap isopulegol eter.
Pengulangan dari literatur yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa sisi keasaman diperlukan dalam siklisasi dan zirkonium memiliki sifat katalis
yang istimewa. Sifat dari sisa keasaman berhubungan dengan keasaman Lewis dan Brønsted. Pada penelitian penggunaan katalis zirkonia yang bermacam-
macam untuk reaksi siklisasi seperti zirkonia diketahui memiliki sisi asam Lewis dan sebagian kecil asam Brønsted setelah dikalsinasi pada 200˚C Nakano et al.,
1979. Sama dengan zirkonium hidroksida yang memiliki lebih banyak gugus hidroksil dibanding zirkonia, perbandingan kedua zat tersebut menarik untuk
diteliti. Sebelumnya telah diteliti mendigestasi pengendapan zirkonium hidroksida segar dari larutan induk mempengaruhi besar pori dan keasaman dari sampel.
Keasaman juga dapat dimodifikasi dengan memfosfatisasi atau sulfatisasi sirkonia Chuah et al., 2000. Pada penelitian ini, akan dibandingkan dengan menggunakan
katalis resin tersulfonasi yang komersial dipasaran, seperti Amberlyst 15 dan Nafion SAC 13. Sebagai tambahan, beta zeolit dan montmorillonite K10 juga
dipergunakan sebagai katalis untuk mempelajari efek mikropori dan struktur pori pada reaksi siklisasi.
4
BAB II TINJAUAN UMUM