Apabila diuraikan dengan terperinci, secara keseluruhan terdapat tiga proses utama dalam pembentukan biogas, yaitu proses hidrolisis, pengasaman asidifikasi,
dan metanogenesis. Keseluruhan proses ini tidak terlepas dari bantuan kinerja mikroorganisme anaerob.
a. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan tahap awal dari proses fermentasi. Tahap ini merupakan penguraian bahan organik dengan senyawa kompleks yang
memiliki sifat mudah larut seperti lemak, protein, dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana. Tahap ini juga dapat diartikan sebagai
perubahan struktur dari bentuk polimer menjadi bentuk monomer. Senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis diantaranya senyawa asam organik,
glukosa, etanol, CO
2
dan senyawa hidrokarbon lainnya. Senyawa ini akan dimanfaatkan mikroorganisme sebagai sumber energi untuk melakukan
aktivitas fermentasi. b.
Pengasaman Asidifikasi Senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan dijadikan
sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya, yaitu pengasaman atau asidifikasi. Pada tahap ini bakteri akan menghasilkan
senyawa-senyawa asam organik seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat beserta produk sampingan berupa alkohol, CO
2
, hydrogen, dan zat ammonia.
c. Metanogenesis
Bakteri metanogen seperti methanococus, methanosarcina, dan methano bactherium akan mengubah produk lanjutan dari tahap pengasaman menjadi
gas metan, karbondioksida, dan air yang merupakan kamponen penyusun biogas Wahyuni, 2013.
2.3 Hidrogen Sulfida
Hidrogen sulfida H
2
S merupakan gas pengotor yang terdapat dalam gas-gas komersial. Hidrogen sulfida merupakan gas asam yang berbau dan mematikan serta
sangat korosif bagi berbagai jenis logam, sehingga membatasi penggunaannya untuk bahan bakar pada mesin. Hasil pembakaran gas yang mengandung H
2
S menghasilkan
belerang dan asam sulfat yang sangat korosif terhadap logam. Kandungan H
2
S mencapai 200 ppm dapat menyebabkan kematian dalam waktu 30 menit. Standar
keamanan dan kesehatan memberikan ijin maksimum pada tingkat 20 ppm. Gas hidrogen sulfida H
2
S yang terkandung dalam gas hasil fermentasi mengurangi umur pakai dari system pemipaan pada instalasi yang menggunakan biogas. Gas ini
juga beracun dan sangat korosif untuk sebagian besar jenis logam yang terbuat dari besi. Jika Hidrogen sulfida yang terkandung dalam biogas terbakar maka akan
berubah menjadi sulphur oksida yang akan menyebabkan korosi pada komponen yang terbuat dari logam dan membuat minyak pelumas mesin menjadi asam jika
digunakan misalnya pada mesin CHP combines heat and power generation. Agar dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh hidrogen sulfida maka gas ini
harus dihilangkan atau minimal dikurangi kandungannya Metty dkk., 2012.
2.4 Metana
Gas metana merupakan senyawa hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas yang tidak berwarna dan juga tidak berbau dengan rumus kimia CH
4
. Selain tidak berwarna dan tidak berbau, sifat-sifat lain gas metana antara lain dapat
terbakar pada kadar antara 5- 15 , mempunyai berat molekul 16,04 grammol dan berat jenis 0,703 Nm
3
specific gravity 0,554. Dibandingkan dengan gas karbon dioksida CO
2
, gas metana dapat menimbulkan pemanasan global yang lebih besar. Selain menimbulkan efek pemanasan yang lebih besar, gas metana juga tidak dapat
terserap oleh klorofil tumbuh-tumbuhan sehingga lebih setabil di atmosfir dibanding gas CO
2
yang dapat terserap tanaman melalui proses fotosintesis. Jumlah emisi gas metana ke atmosfer yang berasal dari sumber-sumber alamiah pada
saat ini diperkirakan mencapai 208 juta ton pertahunnya. Dari keseluruhan sumber- sumber alamiah yang ada, sumber dari lahan basah wetland merupakan sumber
yang terbesar yang jumlahnya diperkirakan sebanyak 170 juta ton pertahunnya Juriko, 2013.