Komposisi jenis gas dan jumlahnya pada suatu unit biogas dipaparkan pada tabel berikut.
Table 2.1 Komposisi jenis gas dan jumlahnya pada suatu unit biogas
No Komponen
1 Methana CH
4
55-75 2
Karbondioksida CO
2
25-45 3
Nitrogen N
2
0-0,3 4
Hydrogen H
2
1-5 5
Hydrogen Sulfida H
2
S 0-3
6 Oksigen O
2
0,1-0,5
Sumber : Fadli dkk., 2013
Konsentrasi kotoran metana, karbon dioksida, air, hidrogen sulfida, nitrogen, oksigen, amonia, siloxanes dan partikel tergantung pada komposisi substrat dari
mana gas itu berasal. Ketika mengalir keluar dari digester, biogas bersifat jenuh dengan uap air, dan air ini menyebabkan korosi di pipa. Air dapat dihilangkan
dengan pendinginan, kompresi, absorpsi atau adsorpsi. Dengan meningkatkan tekanan atau penurunan suhu, air akan kondensat dari biogas dapat dihilangkan.
Pendinginan dapat hanya dicapai dengan menanam saluran gas dilengkapi dengan perangkap kondensat dalam tanah. Air juga bisa dihilangkan dengan menggunakan
adsorpsi saringan molekuler, SiO
2
, atau karbon aktif. Bahan ini biasanya diregenerasi dengan pemanasan atau penurunan tekanan Surata dkk., 2013.
2.2 Proses Pembentukan Biogas
Biogas secara karakteristik fisik merupakan gas, karena itu proses pembentukannya membutuhkan ruangan dalam kondisi kedap atau tertutup agar
stabil. Pada prinsipnya biogas terbentuk melalui beberapa proses yang berlangsung dalam ruang yang anaerob atau tanpa oksigen. Proses yang berlangsung secara
anaerob dalam tempat tertutup ini juga memberikan keuntungan secara ekologi karena tidak menimbulkan bau yang menyebar kemana-mana Wahyuni, 2013.
Apabila diuraikan dengan terperinci, secara keseluruhan terdapat tiga proses utama dalam pembentukan biogas, yaitu proses hidrolisis, pengasaman asidifikasi,
dan metanogenesis. Keseluruhan proses ini tidak terlepas dari bantuan kinerja mikroorganisme anaerob.
a. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan tahap awal dari proses fermentasi. Tahap ini merupakan penguraian bahan organik dengan senyawa kompleks yang
memiliki sifat mudah larut seperti lemak, protein, dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana. Tahap ini juga dapat diartikan sebagai
perubahan struktur dari bentuk polimer menjadi bentuk monomer. Senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis diantaranya senyawa asam organik,
glukosa, etanol, CO
2
dan senyawa hidrokarbon lainnya. Senyawa ini akan dimanfaatkan mikroorganisme sebagai sumber energi untuk melakukan
aktivitas fermentasi. b.
Pengasaman Asidifikasi Senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan dijadikan
sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya, yaitu pengasaman atau asidifikasi. Pada tahap ini bakteri akan menghasilkan
senyawa-senyawa asam organik seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat beserta produk sampingan berupa alkohol, CO
2
, hydrogen, dan zat ammonia.
c. Metanogenesis
Bakteri metanogen seperti methanococus, methanosarcina, dan methano bactherium akan mengubah produk lanjutan dari tahap pengasaman menjadi
gas metan, karbondioksida, dan air yang merupakan kamponen penyusun biogas Wahyuni, 2013.
2.3 Hidrogen Sulfida
Hidrogen sulfida H
2
S merupakan gas pengotor yang terdapat dalam gas-gas komersial. Hidrogen sulfida merupakan gas asam yang berbau dan mematikan serta
sangat korosif bagi berbagai jenis logam, sehingga membatasi penggunaannya untuk bahan bakar pada mesin. Hasil pembakaran gas yang mengandung H
2
S menghasilkan