Science and Technology Park STP

Bahwa hanya pemerintahlah yang dapat melaksanakan berlakunya kebijaksanaan pada masyarakat coercion. Sehingga karenanya, penelitian atau pertimbangan lebih tertuju pada : organisasi pemerintah serta bagaimana strukturnya, apa tugas-tugas lembaga pemerintah serta bagaimana lembaga ini berfungsi. Studi ilmu pengetahuan dan teknologi taman dan infrastruktur inovasi dapat dibagi menjadi penelitian yang fokus pada perusahaan yang terletak di dalam fasilitas ini, orang-orang yang mencoba untuk memberikan penilaian dari taman ilmu pengetahuan dan inkubator sendiri baik infrastruktur keras dan lunak, yang fokus pada tingkat sistemik dari kelompok, wilayah atau negara, dan orang-orang yang memeriksa pengusaha individu atau tim dari pengusaha di fasilitas ini lihat, misalnya, Bigliardi et al 2006;. Phan et al 2005..

2.2 Science and Technology Park STP

2.2.1. Konsep dan Pengertian Ilmu pengetahuan dan teknologi taman Science and Technology Park diciptakan di kampus Stanford University lebih dari 50 tahun yang lalu yang telah mengubah daerah Silicon Valley dari salah satu daerah termiskin di Amerika Serikat menjadi pusat global teknologi, keuangan, pendidikan dan penelitian. Sejak awal Silicon Valley, fenomena klaster teknologi tinggi telah menyita imajinasi pembuat kebijakan publik. Ratusan cluster berteknologi tinggi serupa telah dibuat di berbagai belahan dunia, dan jumlah mereka terus tumbuh sebagai pembentukan klaster terpadu dari sistem inovasi nasional atau regional. Sebuah taman ilmu adalah sebuah organisasi yang dikelola oleh para profesional khusus, yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kekayaan masyarakat dengan mempromosikan budaya inovasi dan daya saing usaha terkait dan lembaga berbasis pengetahuan. Untuk mengaktifkan tujuan ini harus dipenuhi, sebuah merangsang taman ilmu dan mengelola aliran pengetahuan dan teknologi di antara universitas, lembaga R D, perusahaan dan pasar; memfasilitasi penciptaan dan pertumbuhan perusahaan berbasis inovasi melalui proses spin-off inkubasi dan; dan menyediakan layanan bernilai tambah lainnya bersama-sama dengan ruang kualitas tinggi dan fasilitas. Definisi IASP juga melanjutkan dengan mengatakan bahwa ekspresi taman ilmu dapat digantikan dalam definisi ini dengan ekspresi taman teknologi, Technopole atau taman penelitian Asosiasi Internasional Ilmu Taman, 2002. Taman ilmu menurut Raya Sains Asosiasi Park Amerika UKSPA, adalah dukungan bisnis dan inisiatif transfer teknologi yang memiliki kemanfaatan untuk: a. Mendorong dan mendukung start-up dan inkubasi inovasi yang dipimpin, pertumbuhan tinggi, bisnis berbasis pengetahuan. b. Menyediakan lingkungan di mana bisnis yang lebih besar dan internasional dapat mengembangkan interaksi yang spesifik dan dekat dengan pusat tertentu penciptaan pengetahuan untuk saling menguntungkan mereka. c. Memiliki hubungan formal dan operasional dengan pusat penciptaan pengetahuan seperti universitas, lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian. Istilah ilmu pengetahuan dan teknologi taman mencakup segala jenis klaster teknologi tinggi seperti: Technopolis, taman ilmu, kota ilmu, cyber park, hi tech industri taman, pusat inovasi, R D taman, taman penelitian universitas, riset dan teknologi Taman, ilmu pengetahuan dan teknologi taman, kota ilmu, taman teknologi, teknologi inkubator, taman teknologi, technopark, technopole dan teknologi inkubator bisnis. Namun, ada perbedaan antara beberapa istilah-istilah tersebut seperti teknologi inkubator bisnis, ilmu pengetahuan atau taman-taman penelitian, kota ilmu, technopolis dan sistem inovasi daerah. Hal ini karena Taman Sains dan Teknologi istilah mengacu pada berbagai inovasi infrastruktur, dengan karakteristik umum. Seperti yang didefinisikan oleh IASP Asosiasi Internasional Ilmu Taman taman ilmu teknologi adalah Initiative- properti berdasarkan unsur berikut: a. Memiliki hubungan operasional dengan Perguruan Tinggi, Pusat Penelitian dan Lembaga Pendidikan Tinggi lainnya; b. Dirancang untuk mendorong pembentukan dan pertumbuhan industri berbasis pengetahuan atau nilai tambah tinggi perusahaan tersier, biasanya warga setempat; c. Memiliki tim manajemen yang stabil secara aktif terlibat dalam mendorong transfer teknologi dan bisnis; d. Umumnya adalah properti fisik, sering diletakkan seperti taman, yang berbasis penelitian baru atau yang sudah ada perusahaan kecil atau lebih besar tertarik dengan kondisi kerja, baik kedekatan fisik universitas atau lembaga penelitian; e. Taman dikelola oleh para profesional khusus yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mempromosikan budaya inovasi dan daya saing bisnis terkait dengan lembaga berbasis pengetahuan. f. Tujuan utama dari taman adalah inovasi dalam hal penelitian, pengembangan dan desain, produk baru dan mengembangkan mereka ke tahap pemasaran. Penelitian dan pengembangan R D pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di STP sering terbatas pada merancang prototipe, sementara sisi manufaktur bisnis ini terletak di tempat lain, meskipun beberapa perusahaan yang terlibat dalam produksi satu-off item canggih, dan beberapa taman memiliki fasilitas manufaktur. Keuntungan Konsentrasi geografis dan Clustering: a. Konsentrasi geografis telah menjadi pusat gagasan klaster seperti taman teknologi. b. Ketersediaan sumber daya alam tertentu atau aset lokal yang unik lain dapat berkontribusi untuk co-Lokasi. c. Kedekatan geografis memberikan kesempatan untuk menurunkan biaya transaksi terutama dalam mengakses dan mentransfer pengetahuan. d. Skala ekonomi dan ruang lingkup dapat dioptimalkan secara efektif dan efisien pada skala wilayah geografis tertentu. e. Sarana untuk mengakses dan berbagi informasi tentang pasar dan teknologi perubahan menjadi lebih efektif dalam daerah tertentu. f. Interaksi dengan pelanggan lokal memicu proses pembelajaran dan permintaan yang lebih canggih. Kedekatan geografis antara perusahaan dan lembaga penelitian cenderung untuk memfasilitasi pertukaran informal dan akumulasi pengetahuan. Seperti berbagai definisi yang dikemukakan, STP adalah sistem dengan mitra yang berbeda. Jaringan dibuat dan atau berpartisipasi dengan STP yang bertujuan untuk menciptakan interaksi dengan perusahaan, UKM, orang-orang terampil, universitas dan badan-badan pembiayaan seperti pemerintah, Venture kapitalis VC atau perusahaan swasta Meyer 2006. Berikut adalah contoh STP yang terdapat di dunia : a. Sillicon Valley Silicon Valley merupakan suatu wilayah yang berada di San Jose, dibagian Utara dari Kota Califonia Amerika Serikat. Ditempat ini berdiri perusahaan inovasi Silicon chip dan perusahaan yang bergerak didalam high tech. Perkembangan Sillicon Valley ini sangat luar biasa mengikuti berkembangnya bisnis high tech, berawal sebagai pusat bisnis high tech di Amerika serikat menjadi tempat nomor satu di dunia dan menjadi pusat bagi perkembangan teknologi baru. Sillicon Valley merupakan pusat dari penelitan dan pengembangan teknologi yang paling banyak berperan bagi kemajuan teknologi dunia. Perusahaan yang berdomisi di sillicon valley diantaranya adalah Apple, Cisco, Google, Hewlett Packard, Intel, Microsoft, Oracle, Sun Micro system, Yahoo. b. STP di Jepang Jepang sebelum tahun 1853 di bawah kepemimpinan para shogun adalah negara terutup, namun pada tahun 1853 Mathew Perry dari Amerika Serikat datang ke Edo dengan empat kapal hitam kapal uap untuk menjajaki hubungan perdagangan dengan Jepang. Pada tahun 1854, ditandatangani perjanjian perdagangan yang menjadi awal terbukanya Jepang dengan dunia luar, dan pada akhirnya menuntuhkan dominasi para shogun. Keterbukaan Jepang berlanjut pada era Restorasi Meiji mulai 1868 yang mendukung pendidikan asing, teknologi asing untuk mengejar ketertinggalan Jepang terhadap dunia Barat. c. STP di Kawasan Bangalore India Program pembangunan yang dipilih India memang jelas. Mereka ingin membangun apa yang disebut knowledge based society, masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan. Ibu kota Provinsi Andhar Pradesh secara sengaja dijadikan hi-tech city, kota berteknologi tinggi. Teknologi informasi dipakai untuk tiga tujuan besar, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, dan mendorong terciptanya pemerintahan yang baik. Presiden Komisaris Infosys perusahaan perangkat lunak, Narayana Murthy, pernah mengatakan bahwa dalam melakukan pembangunan, setiap negara tidak bisa lagi bermimpi untuk menguasai semuanya. Konsep pembangunan dengan pendekatan broadbase, bukan hanya membuat negara tidak memiliki keunggulan kompetitif yang sesungguhnya, tetapi juga membuang-buang sumber daya. India menurut Murthy, memahami keterbatasan sumber dayanya. Menurut contoh yang sudah ada preseden dari berbagai Negara, terdapat 3 tiga kategori taman yang dapat dijadikan dasar dalam memutuskan definisi taman budaya dan teknologi di Jatinangor ini. Taman budaya, ilmu dan teknologi mengandung unsur-unsur science dan culture park, sementara contoh yang telah berhasil berjalan di Indonesia cenderung kepada theme park sehingga gambaran mengenai taman budaya akan cenderung mengarah kepadanya. Masing-masing dari 3 kategori tersebut memiliki karakter tersendiri seperti yang dipaparkan pada tabel 2.1. Secara umum, pembeda yang signifikan antara science, theme dan culture park adalah pada tujuan utamanya. Science park menitik beratkan pada RD Research Development based on business. Theme park cenderung mengarah ke hiburan dan wisata. Sedangkan culture park menekankan pada budaya lokal dan edukasi pada masyarakat, baik itu untuk dilakukan to do, dilihat to see atau dibeli to buy. Science, theme dan culture park yang sudah berjalan di berbagai belahan dunia dapat menjadi contoh dan pertimbangan dasar dalam penyusunan rencana induk TBIT ini. Selain mengambil sisi positif dari keberhasilannya, juga menghindari sisi negative dari kegagalan yang ada. Khusus di Indonesia, untuk jenis science park memang belum berhasil. Menurut Budi Rahadrjo dalam presentasinya menyebutkan, alasan kegagalan science park di Indonesia adalah: a. Tidak tahu, atau ketidaktahuan pelaku terhadap konsep dari science park b. Tahu, tapi tidak mau berbuat c. Kurangnya aspek kepemimpinan dan komitmen d. Tidak dapat berbuat apa-apa e. “Technopark” diisi oleh orang-orang yang tidak kompeten. Masih berpikiran “proyek” f. “Industri” yang ada sebetulnya hanya pedagang traders Tabel 2. 1 Perbandingan Science, Theme Culture Park Science Park Theme Park Culture Park Definisi Science Technology Park di Perguruan Tinggi merupakan area di kampus yang dapat digunakan disewa oleh industri Budi Rahardjo Theme park adalah tatanan arsitektur yang memuatsuatu sirkuit lingkungan tema atau sederetantema dalam suatu ekologi fantasi yang nyata sepertiyang diungkapkan oleh Lang 1994. Merupakan kawasan yang mengangkat, pengembangan dan pertahanan budaya lokal, serta menyediakan aspek edukasi untuk masyarakat. Science Park Theme Park Culture Park Theme park adalah taman hiburan dengan tema sebagai daya tarik, baik itu makanan, pakaian, pertunjukan, toko- toko dan lainnya International Association of Amusement Parks and Attractions IAAPA Tujuan Utama Tujuan utama technoparks adalah untuk menyatukan pihak-pihak yang memiliki ide, pengetahuan, dan kekuatan keuangan. Idenya adalah untuk memaksimalkan pembangunan wilayah berbasis pengetahuan knowledge base regional development dengan meminimalkan waktu yang dibutuhkan dari penemuan awal hingga pemasaran produk dengan pengembalian Memberi kesenangan dan kadangkala pendidikan Lang, 1994. Mempertahankan budaya lokal dan memberikan edukasi pada masyarakat. Science Park Theme Park Culture Park ekonomi yang tinggi. Budi Rahardjo Manfaat - Mempermudah akses dosen dan mahasiswa ke sarana dan sumber daya penelitian - Dosen mahasiswa mendapat pengalaman nyata di industri dengan fasilitas industri - Industri yang berbasis teknologi selalu membutuhkan RD - Biasanya dilakukan dalam bentuk proyek yang sering berhenti - Technopark merupakan “permanent link between university industry” - Menciptakan critical mass, clustering, menghindari brain drain Menyediakan daya tarik wisata Mewadahi pelestarian budaya lokal dan menyediakan tempat bagi edukasi masyarakat dengan berbagai kegiatan terkait budaya. Science Park Theme Park Culture Park - transformasi industri tradisitonal menjadi hig- tech industry - menyediakan infrastruktur - Peduli dengan perusahaan pendukukng yang difokuskan pada menghasilkan pendapatan dari teknologi. Optimasi Pengembangan - Pengembangan kawasan pedesaan - Membangun bisnis berbasis lokal locality  biasanya lebih sustainable dibanding branch plant - Mengusung 1 jenis teknologi saja - Menarik investasi dari perusahaan branch plant, membuat produk sendiri - thematic tourism, menyediakan daya tarik wisata lokal, berdasarkan tema yang sangat beragam - tema tersebut bisa juga dibuat dalam bentuk klaster multi- theme - Menghubungkan kawasan- kawasan eksisting - Biasanya di tengah kota urban area - Fungsi campuran Mixed use development - Menyediakan kantor-kantor komersial dan kawasan ritelrestoran, kafe, bar Science Park Theme Park Culture Park Contoh - Silicon Valley - Tsukuba Science City - Universal Studio, Singapore - Dunia Fantasi, Indonesia - Garuda Wisnu Kencana, Bali, Indonesia - Saung Angklung Udjo, Indonesia Sumber: Rahardjo, Budi 2003; Proposal for a Pilot Science Park in Egypt 2007; dan Hasil analisis2013. Dari ketiga jenis park yang telah dibahas sebelumnya, science park adalah yang paling kompleks. Secara sifat, science park cenderung private dan lebih serius dibandingkan kedua jenis park lainnya. Sebagai simpulan dari tabel 2.1, gambaran umum science park adalah sebagai berikut: Gambar 2. 1. Gambaran Umum Science Park Sumber: Proposal for a Pilot Science Park in Egypt 2007 Dibangun dengan melibatkan unsur teknologi, dan bisnis yang dapat ditemukan pada universitas, lembaga penelitian dan dukungan swasta dan pemerintah. Aspek-aspek utama dari science park yaitu sumber daya manusia, teknologi, sumber daya keuangan, dan jaringan internasional. Selain rangkaian umum keterlibatan stakeholder diatas, science park juga memiliki proses yang harus dilalui yaitu sebagai berikut: Gambar 2.2. Proses Science Park Sumber : Proposal for a Pilot Science Park in Egypt 2007 Dengan definisi dan uraian mengenai 3 jenis park yang telah ada, diharapkan arah pengembangan STP menjadi lebih jelas. Konsep-konsep pengembangan dapat maksimal memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sehingga menjadi science and technology park pertama yang berhasil dan dapat bertahan. 2.2.2. Alternatif Kelembagaan Pengelolaan STP Kelembagaan adalah sekumpulan jaringan dari relasi sosial yang melibatkan orang-orang tertentu, memiliki tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. Kelembagaan dapat berbentuk sebuah relasi sosial yang melembaga non formal institution, atau dapat berupa lembaga dengan struktur dan badan hukum formal institution. Kelembagaan mengarah pada adanya seperangkat aturan yang mengarahkan perilaku masyarakat dalam mencapai kebutuhan penting dalam kehidupannya fokusnya kepada aturan. Pengertian kelembagaan dapat dilihat dari 2 dua aspek yaitu kelembagaan dari aspek institusi yaitu sebagai struktur dan mekanisme dari kebutuhan sosial dan berhubungan dengan kebiasaan dalam kumpulan individu, dalam hal ini kelembagaan dapat dilihat sebagai norma atau pengetahuan lokal yang dipercaya dan dianut oleh masyarakat. Sedangkan dari aspek organisasi, kelembagaan dapat diartikan suatu kumpulan dari 2 orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama dan struktur organisasi yang jelas. Kelembagaan dapat berbentuk formal memiliki struktur dan lembaga hukum maupun non formal relasi sosial. Kelembagaan mengarah pada adanya seperangkat aturan yang mengarahkan perilaku masyarakat dalam mencapai kebutuhan penting dalam kehidupannya fokusnya kepada aturan. Pengertian kelembagaan dapat dilihat dari 2 dua aspek yaitu kelembagaan dari aspek institusi yaitu sebagai struktur dan mekanisme dari kebutuhan sosial dan berhubungan dengan kebiasaan dalam kumpulan individu, dalam hal ini kelembagaan dapat dilihat sebagai norma atau pengetahuan lokal yang dipercaya dan dianut oleh masyarakat. Sedangkan dari aspek organisasi, kelembagaan dapat diartikan suatu kumpulan dari 2 orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama dan struktur organisasi yang jelas. Berdasarkan hal tersebut, prinsip pengembangan kelembagaan terbagi menjadi 10 Syahyuti, 2006, yaitu Bertolak pada kondisi yang sudah ada, Kebutuhan, Berpikir dalam kesisteman, Partisipatif, Efektifitas, Efisiensi, Fleksibilitas, Nilai tambah atau keuntungan, Desentralisasi, dan Keberlanjutan. Kelembagaan terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lainnya dalam upaya pencapaian tujuan bersama, komponen-komponen tersebut Syahyuti, 2006 adalah: a. Orang. Yaitu orang-orang yang terlibat di dalam satu kelembagaan dapat diidentifikasi dengan jelas. b. Kepentingan. Orang-orang tersebut sedang diikat oleh satu kepentingantujuan, sehingga mereka terpaksa harus saling berinteraksi. c. Aturan. Setiap kelembagaan mengembangkan seperangkat kesepakatan yang dipegang secara bersama, sehingga seseorang dapat menduga apa perilaku orang lain dalam lembaga tersebut dan kelembagaan dapat dijalankan sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. d. Struktur. Setiap orang memiliki posisi dan peran, yang harus dijalankannya secara benar sehingga harus ada sebuah struktur, dimana orang tidak bisa merubah-rubah posisinya dengan kemauan sendiri. Kawasan Sience Park pada umumnya melibatkan 3 aktor utama, yaitu pemerintah daerah, pendidikan tinggi dan lembaga riset, dan kelompok industriswasta. Adapun pembagian peran masing-masing aktor yang ada dalam kawasan sience park adalah sebagai berikut. Tabel 2. 2. Aktor yang Terlibat No. Aktor Peran 1. Pemerintah Daerah Menyediakan lahan untuk pengembangan kawasan Aktor utama yang menyatukan seluruh ator dan menentukan prinsip tata kelola umum 2. Pendidikan tinggi dan lembaga riset Menciptakan kemanfaatan baru dari sumbedaya yang dimiliki 3. Industri Meningkatkan daya saing melalui penguatan jaringan Masing-masing aktor menjalankan perannya sesuai dengan fungsi yang dituangkan dalam kesepakatan bersama. Selain itu, aktor-aktor yang terlibat juga dikelompokkan kedalam sebuah struktur organisasi yang sesuai dengan perannya masing-masing, dan dalam hubungannya didasari asas saling percaya dan jika terjadi perselisihan, maka pemerintah sebagai aktor utama yang akan mengengahi berbagai persoalan di dalam kawasan. Berikut adalah contoh aktor-aktor yang terlibat dalam Kawasan Sience Park yang ada di Mjärdevi Science Park MSP. Gambar 2. 3. Aktor yang terlibat dalam Mjärdevi Science Park MSP Sumber : Albahari, dkk, 2011 Pengelolaan kawasan sience park tidak bisa dikelola oleh satu pihak, melainkan oleh beberapa pihak dan memiliki struktur organisasi serta tedapat kontribusi keuangan bersama yang dikuatkan oleh kesepakatankontak kerja sama MoU. Dalam pengelolaan kawasan, pemerintah merupakan pemeran utama yang akan memantau keberjalanan kawasan serta aktor-aktor yang terlibat didalamnya. a. Pada umumnya pembentukan kawasan sience park memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 10 tahun sampai pada tahap mapan establishment. Selain itu, dalam pengelolaannya, harus dibentuk sebuah jalur koordinasi yang mampu mendorong perkembangan dan keberlanjutan kawasan. Adapun bentuk koordinasi yang Harus ada pembagian tugas dan koordinasi yang jelas b. Sebuah perjanjian harus dibuat antara asosiasi, pengembang, kontraktor perencanaan, dan mitra terkait, yang menghubungkan berbagai aspek dari proyek, seperti calon pelanggan perusahaan, pengembangan instalasi dan fasilitas, koordinasi, dan promosi; c. Prosedur Konsultasi dan badan koordinasi harus ditetapkan untuk mendorong pengembangan rasa saling percaya; d. Terdapat sebuah badan arbitrase politik yang penting untuk menyelesaikan perbedaan pendapat antara mitra; e. Para pembuat kebijakan tidak harus terlibat dalam asosiasi. Harus dibentuk dewan direksi, kelompok mitra pendiri, wakil-wakil terpilih dari mitra pendiri: pelaku ekonomi dan keuangan, peneliti dan akademisi harus dikelompokkan ke dalam tubuh organisasi yang relevan. f. Setelah asosiasi terbentuk, tahap berikutnya adalam melakukan rekrutmen manajer yang memiliki pengalaman sesuai di bidang pengembangan kawasan sience park. Koordinator sience park juga harus mampu mengakomodasi kepentingan publik dan swasta yang ada didalam kawasan pengembangan, Karena seringkali kedua hal tersebut sulit berjalan beriringan dan mereka akan terlibat dalam berbagai kegiatan seperti: mempromosikan perusahaan baru, pengembangan riset, dan menciptakan dan mengembangkan perusahaan. Pada umumnya, dalam pelaksanaan pembentukan dan pengelolaan kawasan, terdapat beberapa “gap” yang sering muncul Albahari, dkk, 2011, yaitu: a. Infrastruktur yang tidak cocok, dalam hal fleksibilitas, ketersediaan ruang dan fasilitas. Perusahaan bisa membutuhkan ruang yang fleksibel yang cenderung tidak ada batasan saat ingin melakukan perluasan dan kemungkinan untuk pindah ke bangunan lain dalam kawasan jika diperlukan. b. Ketidakmungkinan untuk membangun jenis fasilitastertentu misalnya dalam fasilitas manufaktur MSP tidak diperbolehkan c. Jarak yang cukup jauh dari Lembaga Pendidikan Tinggi HEIs bisa mengakibatkan persepsi proses transfer teknologi yang lemah dari dunia akademis. d. Ketersediaan modal usaha dan investor merupakan salah satu faktor kunci untuk pertumbuhan UKM, terutama untuk perusahaan Science Park ini, karena investor bisa melihat teknologi baru berbasis start-up di kawasan memiliki risiko yang lebih tinggi. e. Pengusaha umumnya enggan untuk mendaftar kepada layanan yang diberikan oleh orang-orang yang kurang atau diyakini kurangnya keahlian bisnis. f. Perusahaan tidak mampu membayar biaya yang menjadi bagian dari Sience Park karena sewa yang lebih tinggi atau untuk mengambil bagian untuk membayar layanan yang diberikan. Selain berbagai persoalan diatas, terdapat juga kesenjangan yang harus disediakan oleh pengelolaan sience park terhadap pengusahaAlbahari, dkk, 2011: a. Hambatan budaya pengusaha untuk berbagi jaringan dan pengalaman. b. Perilaku Pengusaha “tentang belajar” c. Dukungan yang dianggap terlalu teoritis dan jauh dari kebutuhan sehari-hari perusahaan. d. Masalah pedagogis, sebagai pengusaha mau menghabiskan waktu di ruang kelas. e. Kurangnya informasi, tentang apa sience park dan apa yang ditawarkan. f. Kurangnya waktu untuk menghadiri kegiatan di kawasan pengusaha dan manajer terkenal umunya sibuk dan overload dengan pekerjaan dan kegiatan yang ditawarkan oleh kawasan diangga membuang waktu. g. Kurangnya minat dan atau motivasi pengusaha. Perkembangan kawasan Sience Park harus mampu mentransfermigrasi dari konteks akademik ke konteks komersial agar mampu berkelanjutan dan “mapan”, sehingga mampu membiayai kebutuhan pengembangannya sendiri. Gambar 2. 4 Proses Migrasi dari Konteks Akademik ke Konteks Komersial Sumber : Plan and Manage Sience Park in The Mediterranean. 2010. Terdapat beberapa hal umum yang harus diperhatikan dalam pembiayaan Sience Park Plan and Manage Sience Park in The Mediterranean, 2010, yaitu: a. Pendanaan kawasan harus global dan mencakup semua tahap rantai pengembangan proyek, dengan mempertimbangkan tingkat risiko yang berbeda dari perusahaan yang inovatif; b. Rencana investasi untuk kawasan harus jangka panjang, namun harus memasukkan rencana jangka pendek dan menengah sebagai alternatif bagi investor; c. Semua pihak harus mendukung tujuan bersama dari pengelolaan sumber daya secara cermat dan selalu menciptakan budaya kerja sama; d. Langkah menuju pembiayaan umumnya tidak langsung terjadi, karena melibatkan banyak agen, sehingga diperlukan komunikasi secara terus menerus; e. Pemerintah dapat membantu melalui pengaturan kerangka bisnis yang cocok dan hukum keuangan yang mendukung pengembangan kawasan; f. Pendanaan infrastruktur biasanya lebih banyak diambil oleh lembaga keuangan publik. g. Pada tahap start-up basis komersial model bisnis bahkan lebih dari Model teknologi harus mapan. Fase ini sangat mahal dan hibah termasuk bantuan teknis tidak ternilai; h. “Ekuitas” adalah jenis pembiayaan yang paling sering tersedia. Ini melibatkan hilangnya kontrol, tetapi dapat bebas bunga. i. “Modal ventura” untuk membiayai proposal berisiko tinggi dan mengharapkan hasil yang lebih tinggi.Hal ini belum tentu cocok untuk semua tahap pembangunan cenderung menjadi lebihnantinya; j. “Debt Financing” seringkali sulit untuk menanggung resiko tertinggi dan mungkin memiliki kriteria yang ketat untuk pinjaman. Namun, biaya cenderung lebih rendah daripada ekuitas dan bergunauntuk memberikan fleksibilitas jangka pendek bagi perusahaan. Adapun terkait dengan pembiayaan Sience Park, terdapat beberapa opsi Plan and Manage Sience Park in The Mediterranean, 2010 yang dapat dilakukan, seperti pada gambar berikut ini. Gambar 2. 5. Alternatif Pembiayaan Science and Technology Park Berikut adalah contoh identifikasi peran dan sumber pembiayaan yang mungkin dilakukan dari stakeholder yang akan terlibat. Gambar 2.6. Stakeholder dan Potensi Peran dalam Pembiayaan Kawasan Sience and Technology Park Menurut Nana Rukmana dalam bukunya Manajemen Pembangunan Prasarana Perkotaan, ada 7 jenis partisipasi swasta yang secara umum dapat diidentifiksikan sebagai berikut: a. Konsep Built Operate and Transfer BOT; Kontrak Bangun, Operasikan dan Transfer Build, Operate and Transfer juga digunakan untuk melibatkan investasi swasta pada pembangunan konstruksi infrastruktur baru. Di bawah prinsip BOT, pendanaan pihak swasta akan digunakan untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas atau sistem infrastruktur berdasarkan standar-standar performance yang disusun oleh pemerintah. Masa periode yang diberikan memiliki waktu yang cukup panjang untuk perusahaan swasta untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan guna membangun konstruksi beserta keuntungan yang akan didapat yaitu sekitar 10 sampai 20 tahun. Dalam hal ini pemerintah tetap menguasai kepemilikan fasilitas infrastruktur dan pemerintah memiliki dua peran sebagai pengguna dan regulator pelayanan infrastruktur tersebut. BOT merupakan cara yang baik untuk pembangunan infrastruktur baru dengan keterbatasan dana pemerintah. Pemerintah menggunakan sistem BOT ini untuk fasilitas-fasilitas infrastruktur yang lebih spesifik seperti penampungan supply air yang besar, air minum, WTP, tempat pengumpulan sampah baik sementara maupun akhir pembuangan, serta tempat pengolahan sampah. Di dalam BOT, pihak swasta berperan untuk menyediakan modal untuk membangun fasilitas baru. Pemerintah akan menyetujui untuk mengeluarkan tingkat produksi yang minimum untuk memastikan bahwa operator swasta dapat menutupi biayanya selama pengoperasian. Persyaratan ini menyatakan bahwa untuk mengantisipasi permintaan akan diperkirakan meningkat sehingga akan menyebabkan permasalahan bagi rekan pemerintah jika permintaan melewati perkiraan. Keuntungan BOT merupakan cara yang efektif untuk menarik modal swasta dalam pembangunan fasilitas infrastruktur baru. Perjanjian BOT akan dapat mengurangi pasar dan resikonya kecil untuk pihak swasta karena pemerintah adalah penggunan tunggal, pengurangan resiko disini berhubungan dengan apabila ada permasalahan tidak cukupnya permintaan dan permasalahan kemampuan membayar. Pihak swasta akan menolak mekanisme BOT apabila pemerintah tidak memberikan jaminan bahwa investasi swasta akan kembali. BOT menerapkan prinsip konsensi, yaitu pemberian tanggung jawab dan pengelolaan penuh kepada kontraktor sebagai konsesioner untuk menyediakan pelayanan-pelayanan infrastruktur dalam sesuatu area tertentu, termasuk dalam hal pengoperasian, perawatan, pengumpulan dan manajemennya. Konsesioner bertanggung jawab atas sebagian besar investasi yang digunakan untuk membangun, meningkatkan kapasitas, atau memperluas sistem jaringan, dimana konsesioner mendapatkan pendanaan atas investasi yang dikeluarkan berasal dari tarif yang dibayar oleh konsumen. Sedangkan peran pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan standar performance dan menjamin kepada konsesioner. Dalam struktur pembiayaan, pihak swasta bertanggung jawab atas semua modal dan biaya operasi-termasuk pembangunan infrastruktur, energi, material, dan perbaikan-perbaikan selama berlakunya kontrak. Pihak swasta dapat berwenang untuk mengambil langsung tarif dari pengguna. Tarif yang berlaku telah ditetapkan sebelumnya pada penjanjian kontrak konsesi, adapun tarif ini ada kemungkinan untuk berubah pada waktu-waktu tertentu. Pada beberapa kasus, pemerintah dapat membantu pendanaan untuk menutup pengeluaran konsesioner dan hal ini merupakan salah satu bentuk jaminan pemerintah namun hal ini sebaiknya dihindarkan. b. Kredit Investasi; kredit investasi merupakan pembiayaan infrastruktur gabungan dari beberapa bank atau gabungan dari bank dan lembaga non bank, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini menyebabkan pembiayaan infrastruktur melalui kredit investasi menjadi rentan terhadap perubahan kurs. Karena menghadapi risiko yang tinggi, pihak bank pada umumnya menetapkan tarif bunga yang relatif tinggi untuk kredit investasi. Dalam perjalanan waktu pengembalian kredit, mungkin saja terjadi perubahan kebijakan pemerintah berkaitan dengan pengembalian pinjaman tersebut, misalnya, pada saat terjadi perubahan pimpinan daerah atau DPRD. Perubahan kebijakan tersebut umumnya menguntungkan pihak pemerintah dan merugikan pihak perbankan. Hal ini mengakibatkan minat pihak perbankan untuk memberikan kredit dalam rangka pembangunan infrastruktur daerah menjadi berkurangrendah. c. Konsep Divestiture; Sebuah konsep dimana fasilitas atau badan usaha pemerintah dijual kepada swasta untuk bersaing melalui tender pekerjaan konstruksi maupun jasa yang semula hanya diperuntukkan pemerintah. d. Konsep Leasing; Sebuah konsep dimana badan usaha swasta menyewa suatu fasilitas pemerintah selama jangka waktu tertentu yang disepakati dan memperoleh pemasukan. Setelah akhir batas waktu perjanjian, fasilitas dikembalikan kepada pemerintah. e. Konsep Contract Operation; dimana pemerintah tetap mengendalikan badan usahanya dan meminta suatu kontraktor untuk memberikan jasa manajemen atau jasa-jasa lainnya selama periode tertentu. Kontraktor dibayar langsung oleh pemerintah atas jasa yang diberikannya, yang meliputi berbagai bidang yang luas, mulai dari pekerjaan konstruksi sipil, pengadaan tenaga untuk berbagai pekerjaan, tanggung jawab atas operasi dan pemeliharaan, penagihan retribusi, jasa konsultasi perencanaan serta manajemen, dan lain-lain. f. Development Sharing Penerapan konsep kerja sama pemerintah-swasta yang meliputi kegiatan- kegiatan pembangunan kota yang kompleks, seperti pembangunan kota baru, peremajaan kota, dan pembangunan kawasan industri, dimana pemerintah membantu penyediaan lahan dan swasta merupakan pelaksana utama pembangunannya. Selain itu, terdapat konsep joint venture yang bisa diterapkan sebagai salah satu pilihan alternatif kerjasama pemerintah dan swasta dalam upaya pembiayaan. Kerja sama Joint venture merupakan kerja sama pemerintah dan swasta dimana tanggung jawab dan kepemilikan ditanggung bersama dalam hal penyediaan pelayanan infrastruktur. Dalam kerja sama ini masing-masing pihak mempunyai posisi yang seimbang dalam perusahaan. Kerja sama ini bertujuan untuk memadukan keuggulan sektor swasta seperti modal, teknologi, kemampuan manejemen, dengan keunggulan pemerintah yakni kewenangan dan kepercayaan masyarakat. Kerja sama Joint venture merupakan suatu alternatif bentuk public-private partnership yaitu antara pemerintah, swasta, lembaga bukan pemerintah, dan lembaga lainnya yang dapat menyumbangkan sumber daya untuk saling berbagi dalam menyelesaikan masalah infrastruktur lokal. Di bawah joint venture pemerintah selain memiliki peran sebagai pemberi aturan, juga berperan sebagai shareholder yang aktif dalam menjalankan suatu perusahaan bersama.Dibawah joint venture, pemerintah dan swasta harus bekerja sama dari tahap awal, pembentukan lembaga, sampai pada pembangunan proyek. Struktur pembiayan pada joint venture adalah bahwa pihak pemerintah dan swasta harus berkontribusi dalam pembiayaan dari sejak awal, mulai dari pembiayaan studi kelayakan proyek sampai mempersiapkan investasi pada perusahaan baru ketika telah terbentuk. Modal-bersama Kerjasama Pemerintah Swasta ini memerlukan kesepakatan sebelumnya untuk menanggung resiko dan membagi keuntungan secara bersama-sama. Dengan kata lain, masing-masing harus memiliki kontribusi melalui proyek pembangunan dan implementasinya. Untuk memilih strategi pembiayaan pembangunan yang akan diterapkan dapat dilihat dari kriteria-kriteria berikut: a. Mengembangkan dan memanfaatkan instrumen-instrumen pembiayaan, baik yang bersifat konvensional maupun non-konvensional, yang mungkin digunakan untuk melaksanakan rencana, strategi, program, dan proyekkegiatan pembangunan. b. Menyeleksi dan mengelompokkan jenis program dan proyek pembangunan yang akan dibiayai, khususnya yang terkait ke pelayanan publik: a. Penyediaan pelayanan: sektor publik, swasta, masyarakat, gabungan b. Penyediaan investasi: sektor publik, swasta, masyarakat, gabungan c. Metoda pembayaran pelayanan: publikgratis atau pengguna user charge d. Regulasi: kualitas pelayanan dijamin c. Menerapkan prinsip-prinsipkriteria pengelolaan pembiayaan pembangunan Rules dalam Game Theory: a. Keefektifan: bagaimana tujuan dapat tercapai, paling mudah dapat digunakan memenuhi tujuan program dan proyek pembangunan. b. Efisiensi: paling murah komponen biayanya untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan jenis program dan proyek pembangungan. c. Akuntabilitas: paling dekat dengan skala pembangunan dan beneficiaries- nya sehingga mudah dipertanggungjawabkan. d. Value for Money: mudah disinkronisasi dan cepat disbursement-nya, sehingga manfaat pembangunan cepat dinikmati. e. Transparansi: mekanisme dan prosedurnya dapat dilakukan secara terbuka. f. Keadilan: sumber dasar modal yang digunakan tepatsesuai dengan jenis ‘Program Proyek Pembangunan’ barang publik: global, nasional, prop, lintas; semi publik; semi privat; atau privat.

2.3 Konsep Coorporate Governance