Sistem pendukung Keputusan Pembuatan Runway Pesawat Terbang

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

MULYANA

10106246

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iii

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia-Nya. Serta atas ijin dan cinta-Nyalah dapat terselesaikannya skripsi ini

yang berjudul “SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBUATAN

RUNWAY PESAWAT TERBANG “.

Adapun maksud dan tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk dapat

membantu dalam penentuan pembuatan runway pesawat terbang secara cepat dan

tepat di Dinas Perhubungan Jawa Barat.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan perhatian yang baik dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Maka dari itu, ijinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang paling tulus dan sedalam-dalamnya kepada :

1. Allah SWT, atas semua kemudahan, kelancaran, nikmat dan jalan pikiran

yang tenang dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kepada orang tua yang senantiasa memberikan dorongan, do’a,

pengorbanan yang tiada terkira juga keikhlasannya. Semoga Alloh

membalas sebaik-baiknya balasan (jaza kumulloh khoerul jaza).

3. Bapak Prof. DR, Ir H. Ukun Satraprawita, M.Sc. selaku dekan Fakultas

Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Mira kania sabariah, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika

Universitas Komputer Indonesia sekaligus dosen pembimbing, Terima kasih atas masukan dan bimbingannya selama ini.


(3)

5. Bapak andri Heryandi, ST,.M.T selaku wali kelas IF-6.

6. Seluruh Staf Dosen Jurusan Teknik Informatika.

7. Bapak Joko, M.Ag. selaku pembimbing lapangan di Dinas Perhubungan

Jawa Barat. Terima kasih atas bimbingannya di lapangan.

Secara khusus juga penulis ucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Teteh, Ai, Abang, atas inspirasinya terimakasih untuk segala do’a dan

dorongannya.

2. Sahabat-sahabatku IF-6, Tetep berjuang, kompak selalu. Jangan mau

mengalah terhadap ketidak tahuan, tetep berjalan dijalan yang penuh cahaya.

Semoga segala amal baik, bantuan, dorongan, bimbingan serta doa yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari ALLAH S.W.T. Amin. Terima kasih.

Bandung, Juli 2010


(4)

v LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SIMBOL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metodologi Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Tinjauan Dinas Perhubungan Jawa Barat ... 9

2.1.1. Sejarah Dinas Perhubungan Jawa Barat ... 9


(5)

2.1.3. Fungsi Dinas Perhubungan Jawa Barat ... 10

2.1.4. Visi Dinas Perhubungan Jawa Barat ... 10

2.1.5. Misi Dinas Perhubungan Jawa Barat ... 10

2.1.6. Struktur Organisasi ... 11

2.2. Konsep Dasar Sistem ... 11

2.2.1. Karakterisitk Sistem ... 12

2.2.2. Klasifikasi Sistem ... 15

2.2.3. Konsep Dasar Informasi ... 16

2.2.4. Konsp Dasar Sistem Informasi ... 18

2.2.5. Metoda Pengembangan Sistem dengan Waterfall ... 21

2.2.6. Analisa Perancangan Terstruktur ... 22

2.2.6.1. Diagram Konteks ... 22

2.2.6.2. Data Flow Diagram (DFD) ... 22

2.2.6.3. Kamus Data ... 23

2.2.6.3. Normaslisasi ... 23

2.2.6.4. Entity Relation Diagram (ERD) ... 25

2.2.7. Konsep Dasar Basis Data ... 26

2.2.7.1. Pengertian Basis Data ... 27

2.2.7.2. Desain Basis Data ... 27

2.2.8. Sistem Pendukung Keputusan ... 28

2.2.8.1. Pengertian ... 28

2.2.8.2. Karakterisitk dan kemampuan SPK ... 29


(6)

2.2.8.4. Komponen SPK ... 33

2.2.8.5. Pengetahuan tentang hasil ... 33

2.2.8.6. Tanggapan Keputusan ... 34

2.2.8.7. Uraian tentang Pengambilan keputusan ... 34

2.2.8.8. Metoda ICAO (Interantional Civil Aviation Organitation) .. 35

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 38

3.1. Analisis Sistem ... 38

3.1.1. Prosedur yang terlibat ... 38

3.1.2. Analisis kriteria ... 39

3.1.3. Perhitungan Manual ... 44

3.1.4. Analisis Basis Data ... 58

3.1.5. Analisis Kebutuhan Non Fungsional ... 60

3.1.5.1. Analisis Perangkat keras (Hardware) ... 60

3.1.5.2. Analisis Perangkat Lunak ... 61

3.1.5.3. Analisis Pengguna (User) ... 61

3.1.6. Analisis Kebutuhan Fungsional ... 63

3.1.6.1. Diagram Konteks ... 63

3.1.6.2. Data Flow Diagram ... 64

3.1.6.3. Kamus Data ... 72

3.1.6.4. Spesifikasi Proses ... 73

3.2. Perancangan Ssitem ... 86

3.2.1. Perancangan Data ... 86


(7)

3.2.1.2. Struktur tabel ... 87

3.2.2. Perancangan Antarmuka ... 90

3.2.2.1. Peracangan Antarmuka Program Aplikasi ... 90

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... 100

4.1. Implementasi ... 100

4.2.1. Kebutuhan Perangkat Keras ... 100

4.2.2. Perangkat Lunak Pendukung ... 101

4.2.3. Implemenatsi Database ... 101

4.2.4. Implementasi Antarmuka ... 103

4.2. Pengujian ... 110

4.2.1. Rencana Pengujian ... 111

4.2.2. Kasus Dan hasil Pengujian ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 133

5.1 Kesimpulan ... 133

5.2 Saran ... 134


(8)

xi

Gambar 1.1 Metode waterfall ... 6

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Jawa Barat ... 11

Gambar 2.2 Karakteristik Sistem ... 15

Gambar 2.3 Sirkulasi Informasi ... 17

Gambar 2.4 Kegiatan Sistem Informasi ... 21

Gambar 2.5 Bagan Alir ICAO ... 35

Gambar 3.1 Flowmap penentuan panjang dan lebar runway ... 56

Gambar 3.2 Flowmap konfigurasi runway ... 57

Gambar 3.3 ERD untuk pembuatan SPK runway ... 59

Gambar 3.4 Diagram Konteks SPK runway ... 63

Gambar 3.5 DFD Level 1 ... 64

Gambar 3.6 DFD Level 2 Proses 1.0 Login ... 65

Gambar 3.7 DFD Level 2 Proses 2.0 Pengolahan Data Master ... 65

Gambar 3.8 DFD Level 2 Proses 3.0 Pembuatan Runway ... 66

Gambar 3.9 DFD Level 3 proses 2.1.0 Pengolahan Tempat ... 67

Gambar 3.10 DFD Level 3 Proses 2.2.0 Pengolahan Pesawat ... 67

Gambar 3.11 DFD Level 3 Proses 2.3.0 Pengolahan Data Lebar ... 68

Gambar 3.12 DFD Level 3 Proses 2.4.0 Pengolahan Data Elevasi Dan Kemiringan ... 68

Gambar 3.13 DFD Level 3 Proses 3.1.0 Hitung Panjang Lebar Dan Arah ... 69


(9)

Gambar 3.14 DFD Level 3 Proses 3.2.0

Hitung panjang lebar dan arah ... 69

Gambar 3.15 DFD Level 4 Proses 3.2.2.0 Hitung Frekwensi, Persentasi Crosswind ... 70

Gambar 3.16 DFD Level 4 Proses 3.2.3.0 Hitung Frekwensi, Persentasi Crosswind ... 70

Gambar 3.17 Skema Relasi SPK runway ... 87

Gambar 3.18 Perancangan Form Menu Utama ... 91

Gambar 3.19 Perancangan Form Login ... 91

Gambar 3.20 Perancangan Form Pengolahan Tempat ... 91

Gambar 3.21 Perancangan Form Pengolahan Pesawat ... 92

Gambar 3.22 Perancangan Form Pengolahan Lebar ... 92

Gambar 3.23 Perancangan Form Penentuan Runway ... 93

Gambar 3.24 Perancangan Form Tambah Data Penentuan ... 93

Gambar 3.25 Perancangan Form Edit Data Penentuan ... 94

Gambar 3.26 Perancangan Form Ganti Password ... 94

Gambar 3.27 Perancangan Form Persentasi Angin ... 94

Gambar 3.28 Perancangan Form Nilai Crosswind ... 95

Gambar 3.29 Perancangan Form Histori update tempat ... 95

Gambar 3.30 Perancangan Form Histori update penentuan runway ... 96

Gambar 3.31 Perancangan Form report penentuan runway ... 96

Gambar 3.32 Perancangan pesan pada tombol login (M01) ... 97


(10)

Gambar 3.34 Perancangan pesan pada edit text inputan (M03) ... 97 Gambar 3.35 Perancangan pesan pada form utama (M04) ... 97 Gambar 3.36 Perancangan pesan pada Tombol hapus lebar (M05) ... 98 Gambar 3.36 Perancangan pesan pada Tombol Edit

Penentuan runway (M06) ... 98 Gambar 3.36 Perancangan pesan pada dblookup jenis pesawat diform tambah


(11)

ix

Tabel 3.2 Pesawat beserta bentang sayap ... 42

Tabel 3.3 Kode referensi bandar udara ... 42

Tabel 3.4 Data Ketentuan lebar runway ... 43

Tabel 3.5 Frekwensi kemunculan angin setiap arah ... 46

Tabel 3.6 Persentasi dari frekwensi angin setiap arah ... 47

Tabel 3.7 Perhitungan crosswind untuk arah N ... 47

Tabel 3.8 Perhitungan crosswind untuk arah NNE ... 48

Tabel 3.9 Perhitungan crosswind untuk arah NE ... 48

Tabel 3.10 Perhitungan crosswind untuk arah ENE ... 49

Tabel 3.11 Perhitungan crosswind untuk arah E ... 49

Tabel 3.12 Perhitungan crosswind untuk arah ESE ... 50

Tabel 3.13 Perhitungan crosswind untuk arah SE ... 50

Tabel 3.14 Perhitungan crosswind untuk arah SSE ... 51

Tabel 3.15 Perhitungan crosswind untuk arah S ... 51

Tabel 3.16 Perhitungan crosswind untuk arah SSW ... 52

Tabel 3.17 Perhitungan crosswind untuk arah SW ... 52

Tabel 3.18 Perhitungan crosswind untuk arah WSW ... 53

Tabel 3.19 Perhitungan crosswind untuk arah W ... 53

Tabel 3.20 Perhitungan crosswind untuk arah WNW ... 54


(12)

Tabel 3.22 Perhitungan crosswind untuk arah NNW ... 55

Tabel 3.23 Nilai crosswind untuk setiap arah ... 55

Tabel 3.24 Kamus Data ... 72

Tabel 3.25 Spesifikasi Proses ... 73

Tabel 3.26 Struktur Tabel Ttempat ... 88

Tabel 3.27 Struktur Tabe Tuser ... 88

Tabel 3.28 Struktur Tabe Tpesawat ... 88

Tabel 3.29 Struktur Tabe Tjenis_pesawat ... 88

Tabel 3.30 Struktur Tabe History_update_penentuan ... 88

Tabel 3.31 Struktur Tabel History_update_tempat ... 89

Tabel 3.32 Struktur Tabe TLebar... 89

Tabel 3.33 Struktur Tabel Tangin_temperatur ... 90

Tabel 3.34 Struktur Tabel Tpenentuan_runway ... 90

Tabel 3.35 Struktur Tabe Tdetail_arah ... 90

Tabel 3.36 Struktur Tabel Televasi_kemiringan ... 90

Tabel 3.37 Struktur Tabel Tperiode ... 90

Tabel 4.1 Hasil generate tabel pada database ... 102

Tabel 4.2 Implementasi Antarmuka ... 103

Tabel 4.3 Rencana pengujian SPK runway ... 104

Tabel 4.4 Uji data normal pada login ... 105

Tabel 4.5 Uji data salah pada login ... 106

Tabel 4.6 Uji data normal pada pengolahan data pesawat ... 108


(13)

Tabel 4.8 Uji data normal pada pengolahan data lebar ... 110

Tabel 4. 9 Uji data salah pada pengolahan data lebar ... 112

Tabel 4.10 Uji data normal pada pengolahan data elevasi dan kemiringan ... 115

Tabel 4.11 Uji data salah pada pengolahan data elevasi dan kemiringan ... 115

Tabel 4.12 Uji data normal pada pembuatan runway ... 116

Tabel 4.14 Uji data normal tambah pembuatan runway ... 118

Tabel 4.15 Uji data salah pada tambah pembuatan runway ... 120

Tabel 4.16 Uji data normal pada edit pembuatan runway ... 122

Tabel 4.17 Uji data salah padaedit pembuatan runway ... 124

Tabel 4.19 kuesioner pertanyaan no.1 ... 127

Tabel 4.20 kuesioner pertanyaan no.2 ... 128

Tabel 4.21 kuesioner pertanyaan no.3 ... 128


(14)

xiv

1. Simbol Entity Relationship Diagram

Simbol Nama Keterangan

Entity Menunjukkan himpunan entitas

Garis Menunjukkan penghubung antara

himpunan relasi dengan himpunan

entitas dan himpunan entitas dengan atributnya

Belah ketupat / Relationship

Menunjukkan himpunan relasi

Atribut Menunjukan item data yang menjadi

bagian dari suatu entitas

2. Simbol DataFlowDiagram

Simbol Nama Keterangan

Proses Menunjukkan kegiatan / kerja yang

dilakukan oleh orang, mesin atau komputer


(15)

xv

dapat berupa suatu file / database di


(16)

xvi

LAMPIRAN A TAMPILAN ANTARMUKA ... A-1

LAMPIRAN B LISTING PROGRAM ... B-1

LAMPIRAN C HASIL KUESIONER ... C-1 LAMPIRAN D SURAT PENELITIAN ... D-1


(17)

116

[2] Agus Prijono, Josep Widiadhi, Teddy Marcus (2004), DELPHI Developer

dan SQL Server 2000 Pengembangan Pemrograman Database

Menggunakan Delphi dengan SQL Server 2000, Informatika, Bandung.

[3] Fathansyah (2007), Basis Data, Informatika, Bandung.

[4] Ketut Darmayuda (2007), Program Aplikasi Client-Server Pengolahan Data

Akademik dan Sistem Penjualan Terpadu dengan Visual Basic 6.0 dan

Borland Delphi 7.0, Informatika, Bandung.

[5] Roger S. Pressman, Ph.D. (2002), Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan

Praktis (Buku Satu), Andi, Yogyakarta.

[6] Yahya Yanuar, Lukmanul Hakim (2004), Pemograman Delphi dengan


(18)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dinas perhubungan Jawa barat merupakan dinas yang menangani masalah transportasi baik udara, ataupun darat, juga hal-hal yang menunjang terhadap tranportasi seperti halnya sarana dan prasarana, setelah mengadakan wawancara dengan kepala bagian perhubungan udara maka terdapat kesulitan dalam

penentuan arah juga ukuran-ukuran runway, karena dalam tranportasi udara atau

penerbangan salah satu faktor pendukung kehandalan penerbangan yaitu runway

atau istilah lainnya tempat landas pesawat terbang, ketika pesawat akan take off

atau landing maka runway ini memiliki peranan penting, karena lancar ataupun

tidaknya tranposrtasi udara, tentunya dipengaruhi handal dan tidaknya runway

yang dibuat

Dalam pembuatan runway ada banyak faktor yang mempengaruhi baik dari

faktor dalam ataupun dari faktor lingkungan sekitar, adapun yang termasuk faktor yang mempengaruhi dari faktor dalam atau sering disebut dengan karakteristik pesawat rencana, diantaranya bobot pesawat, jenis mesin, juga lebar sayap dari pesawat. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi dari perancangan dan

pembuatan runway tersebut diantaranya elevasi, temperatur, kemiringan runway

(effective sloope), landasan dan angin permukaan (surface wind). Faktor-faktor

tersebut dominan sekali sebagai penentu dari panjang dan lebar runway,


(19)

konfigurasi tersebut dapat menentukan kemana arah runway, dalam penelitian angin ini diperlukan waktu lebih dari satu tahun sebagai data untuk perhitungan,

dan dengan perhitungan itu dapat memperkirakan ke arah mana akan terjadi cross

wind, head wind juga tail wind.

Dengan melihat komplektisitas masalah yang terjadi maka diperlukan sistem

yang mampu mendukung dalam pembuatan keputusan, diantaranya sebagai

penentu dari arah runway, dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya

crosswind yang sering menimbulkan kecelakaan, atau seberapa panjang dan lebar

runway dengan memperhatikan bobot pesawat, juga lebar sayap, atau dengan

melihat faktor lingkungan sebagai faktor korektif maka panjang dan lebar runway

dapat berubah menjadi berapa meter.

Dengan melihat permasalah tersebut diatas maka diperlukan software yang

dapat membantu menyelesaikan permasalahan dalam pengambil keputusan secara

cepat, tepat dan efisien. Adapun metode yang digunakan dalam menyelesaikan

permasalah diatas yaitu dengan metode standar ICAO (International Civil

Aviation Organitation), metode tersebut adalah metode khusus yang biasa

digunakan dalam penyelesaian permasalahan dalam pembuatan runway. Sehingga

dengan metode tersebut mampu memberikan output, diantaranya arah runway

dengan kemiringan berapa derajat dari titik acu, berapa meter panjang dan lebar

runway.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pihak instansi membutuhkan

suatu aplikasi untuk pendukung keputusan dalam pembuatan runway pesawat


(20)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat diidentifikasikan masalah yang dihadapi yaitu bagaimana membangun Sistem Pendukung Keputusan Pembuatan Runway Pesawat Terbang

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Pembuatan laporan tugas akhir ini dimaksudkan untuk membangun

aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pembuatan Runway Pesawat Terbang.

1.3.2 Tujuan

1. Apabila disuatu daerah belum ada runway, lalu Dinas Perhubungan Udara

punya tujuan untuk membangunnya, maka untuk penentuan arah runway,

menentukan panjang dan lebar runway, ataupun menentukan arah, maka

software ini dapat membantu untuk memutuskannya.

2. Mampu memberikan solusi dalam perancangan landasan udara kepada

pihak-pihak planning pembuat landasan udara yaitu Dinas Perhubungan

Udara.

1.4. Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu luas dan untuk memperjelas arah dari tugas akhir ini, maka penulis akan membatasi permasalahan yang akan dibahas diantaranya:

1. Aplikasi ini berisi tentang pendukung keputusan terhadap hasil


(21)

2. Hasil yang didapat dari keputusan pembuatan runway ini hanya menentukan arah, panjang, dan lebar saja.

3. Data yang akan diolah dalam apliaksi ini, yaitu data pesawat, data angin,

temperatur, elevasi, kemiringan permukaan juga angin.

4. Metode yang digunakan dalam pembuatan runway ini memenuhi standar

perhitungan dan pembuatan runway yang dikeluarkan oleh

ICAO(International Civil Aviation Organitation).

5. Batasan Pengujian data selama setahun direpresentasikan dalam waktu dua

bulan.

6. Untuk studi kasus dilakukan untuk bandara husein sastranegara

7. Adapun Data diambil dari Dinas Perhubungan Jawa Barat dan LAPAN

(Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional), BMG(Badan

Meteorologi dan Geofisika.

8. Aplikasi ini berbasis Desktop.

9. Pemodelan analisis yang digunakan adalh anaslisis terstrukutur dan alat

yang digunakan adalah flowmap dan diagram E-R, dan model proses yang digunakan adalah DFD (Data Flow Diagram)

10. Adapun software yang digunakan dalam pembuatan aplikasi ini

menggunakan Borland Delphi 7, MySQL Server sebagai databasenya.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :


(22)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Studi Literatur.

Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur, jurnal, paper dan

bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan judul penelitian. b. Observasi.

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dan peninjauan langsung terhadap permasalahan yang diambil, langsung dari perusahaan tempat pengambilan studi kasus.

c. Interview.

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pemilik perusahaan yang ada kaitannya dengan topik yang diambil untuk pembangunan aplikasi tersebut.

2. Tahap pembuatan perangkat lunak.

Teknik analisis data dalam pembuatan perangkat lunak menggunakan

paradigma perangkat lunak secara waterfall, yang meliputi beberapa proses


(23)

Gambar 1.1 Metode Waterfall

a. Perancangan System

Merupakan bagian dari sistem yang terbesar dalam pengerjaan suatu proyek, dimulai dengan menetapkan berbagai kebutuhan dari semua elemen yang diperlukan sistem dan mengalokasikannya kedalam pembentukan perangkat lunak.

b. Analisis

Merupakan tahap menganalisis dan mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek pembuatan perangkat lunak.

c. Design

Tahap penerjemahan dari data yang dianalisis kedalam bentuk tampilan menu yang mudah dimengerti dan dipelajari oleh user.

d. Coding

Tahap penerjemahan data atau pemecahan masalah yang telah dirancang

keadalam bahasa pemrograman tertentu, dimana software yang digunakan


(24)

e. Pengujian

Merupakan tahap pengujian terhadap perangkat lunak yang dibangun, dimana perangkat lunak yang sudah dibangun akan langsung di implementasikan di perusahaan dan di uji untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan system pada perangkat lunak tersebut dalam kurun waktu tertentu.

f. Maintenance

Tahap akhir dimana suatu perangkat lunak yang sudah selesai di uji dan

dapat mengalami perubahan–perubahan atau penambahan sesuai dengan

permintaan user dalam penggunaannya.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal penelitian ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori yang membahas mengenai profile perusahaan-perusahaan tempat aplikasi ini akan diimplementasikan. Selain membahas


(25)

profile perusahaan bab ini juga akan membahas mengenai teori – teori yang berhubungan dengan aplikasi yang akan dibangun.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab ini membahas tentang analisis masalah dan juga analisis kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian. Serta perancangan Contex Diagram, DFD, Kamus Data, ERD, perancangan database, perancangan antarmuka.

BAB IV IMPLEMENTASI

Merupakan tahapan yang dilakukan dalam penelitian secara garis besar sejak dari tahap persiapan sampai penarikan kesimpulan, metode dan kaidah yang diterapkan dalam penelitian. Termasuk menentukan variabel penelitian, identifikasi data yang diperlukan dan cara pengumpulannya, penentuan sampel penelitian dan teknik pengambilannya, serta metode/teknik analisis yang akan dipergunakan dan perangkat lunak yang akan dibangun jika ada.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan membahas tentang kesimpulan dari penyelesaian masalah secara keseluruhan serta saran-saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk perkembangannya pada masa yang akan datang.


(26)

9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat.

2.1.1.Sejarah Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat

Sesuai dengan peraturan undang-undang nomor 11 tahun 1950 tentang peebentukan jawa barat(berita negara republik indonesia tanggal 4 juli 1950) juga undang nomor 20 tahun 1950 tentang pemerintahan Jakarta Raya (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950. Nomor 31, tambahan lembaran lembaran negara republik Indonesia Nomor 15), perlu adanya dinas yang mengtur dan mengelola masalah perhubungan baik darat, laut ataupun udara maka dibentuk dinas pewrhubungan yang bertanggung jawab atas pengelolaan sarana dan prasarana perhubungan khusunnya daerah jawa barat

2.1.2.Tugas Pokok Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat

Dasar hukum organisasi Dinas Perhubungan Jawa Barat dibentuk dengan peraturan daerah provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata kerja Dinas Daerah Jawa Barat (lembaran daerah tahun 2008 nomor 20 seri D, tambahan lembaran daerah no 55)sebagai perubahan tentang dinas daerah, berdasarkan peraturan gubernur provinsi jawa barat nomor : 40 tahun 2008 tugas pokok, fungsi, rincian tugas unit dan tata kerja pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan bidang perhubungan.


(27)

2.1.3.Fungsi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat

Dalam rancangan perturan Gubernur, maka Dinas perhubungan Provinsi Jawa Barat mempunyai fungsi :

1. Perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan bidang transpotasi

darat, transportasi laut dan ASDP, transportasi udara, bina sistem operasional transportasi.

2. Penyelengaraan bidang urusan perhubungan meliputi transportasi udara,

darat laut dan ASDP, bina sistem operasional tranposrtasi.

3. Pembinaan dan pelaksanaan yugas-tugas perhubungan meliputi tranportasi

darat, tranportasi laut dan ASDP, tranportasi udara, bina sistem operasional tranportasi.

4. Pengkoordinasian dan pembinaan UPTD.

5. Pelaksanaan tugas lain dari Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2.1.4.Visi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat

Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua pembangunan jangka panjang daerah provinsi Jawa

Barat adalah : “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis Dan sejahtera”.

2.1.5.Misi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat

Misi dari Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat yaitu :

1. Mewujudkan sumberdaya perhunbungan yang berkualitas

2. Mewujudkan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tranportasi yang


(28)

3. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana tranportasi yang memadai dan ramah lingkingan.

4. Mewujudkan sistem pelayanan tranportasi yang prima.

5. Mewujudkan pengelolaan tranpsortasi yang transparan dan akuntable.

2.1.6.Struktur Organisasi

KEPALA DINAS

KEPALA BIDANG TRANPORTASI UDARA

Kepala Seksi Angkutan Udara

Kepala Seksi Angkutan Udara Kepala Seksi Tekban,

Fasilitas Listrik Dan Elektronika Kepala Seksi Keselamatan Penerbangan

Sekertaris

Kepala Subbag Kepag, dan umum Kepala Subbag

perencanaan program

Kepala Subbag keuangan

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat

2.2. Konsep Dasar Sistem

Setiap sistem baik sistem dalam skala yang besar maupun dalam skala yang kecil selalu memiliki komponen-komponen atau elemen-elemen sistem. Komponen-komponenen ini dapat berupa subsistem atau bagian-bagian yang memiliki sifat dari sistem. Komponen-komponen sistem ini saling berhubungan dan bekerja sama untuk menciptakan satu kesatuan sehingga sistem dapat mencapai tujuannya.


(29)

Beberapa para ahli mengemukakan pengertian sistem seperti dibawah ini:

Menurut Susanto Azhar pengertian dari sistem itu sendiri sebagai berikut:

“ Sistem adalah kumpulan atau group dari bagian atau komponen

apapun baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan satu sama lain dan

bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu”[1].

Sedangkan Menurut Jerry FitzGerald sebagai berikut:

“ Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau

untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu “. [Referensi: Jerry FitzGerald, Ardra F. FitzGerald, Warren D. Stallings, Jr.][1].

Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang saling terstruktur dan terpadu serta saling bekerja sama untuk melakukan fungsi dari sistem sehingga adanya ketercapaian tujuan dari sistem.

2.2.1. Karakteristik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yaitu sebagai berikut:

1. Komponen-komponen (components)

Setiap sistem baik sistem dalam skala besar maupun sistem dalam skala kecil sekalipun memiliki komponen-komponen atau elemen-elemen. Komponen-komponen ini saling berhubungan dan bekerja sama sehingga tercipta satu kesatuan fungsi dari sistem. Sehingga sistem dapat mencapai tujuannya.


(30)

2. Penghubung Sistem (Sistem Interface)

Penghubung sistem merupakan media perantara antara subsistem yang satu dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung sistem ini, maka subsistem-subsistem dapat saling meberi dan menerima sumber daya sehingga terjalin kerja sama dan dapat membentuk satu kesatuan fungsi dari sistem.

3. Lingkungan luar (Environment)

Lingkungan luar dari sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar batas sistem. Lingkungan luar ini bisa juga berupa ekosistem dimana sistem tersebut berada. Walaupun keberadaannya diluar sistem, tapi lingkungan luar dapat mempengaruhi sistem. Adanya ketidakserasian antara lingkungan luar dengan sistem dapat menyebabkan terganggunya fungsi sistem. Oleh karena itu harus senantiasa tercipta keharmonisan antara sistem dengan lingkungan luarnya.

4. Batas Sistem (Boundary)

Batas sistem merupakan daerah pemisah antara satu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memberikan ruang lingkup yang jelas dari suatu sistem. Dengan adanya ruang lingkup yang jelas dari sistem tersebut, maka kita dapat memisahkan dan membedakan satu sistem dengan sistem yang lainnya maupun sistem dengan lingkungan luar.


(31)

Masukan adalah bahan atau energi yang dimasukkan kedalam sistem. Energi ini dimasukkan kedalam sistem untuk diproses oleh sistem sesuai dengan fungsi dari sistem agar dapat menghasilkan keluaran.

6. Keluaran Sistem (Sistem Output)

Keluaran merupakan hasil dari pengolahan suatu sistem. Keluaran ini tentunya diharapkan dapat berguna sesuai dengan tujuan dari sistem. Selain sebagai hasil akhir, sebagian keluaran bisa juga dijadikan masukan untuk sistem lainnya.

7. Pengolah Sistem (Sistem Processing)

Pengolah sistem adalah mesin atau mekanisme yang digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Pengolah memiliki peranan yang penting, karena disinilah proses perubahan dan pendayagunaan masukan terjadi sehingga menghasilkan keluaran yang sesuai dengan tujuan sistem.

8. Sasaran dan Tujuan ( goal objective )

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran ( objective ).

Tujuan merupakan hal akhir yang ingin dicapai oleh suatu sistem, sedangkan sasaran merupakan hal-hal yang menjadi objek dan titik fokus untuk meraih tujuan. Suatu sistem bisa dikatakan berhasil menjalankan fungsinya bila berhasil mencapai sasaran dan tujuan dari sistem tersebut.


(32)

Gambar 2.2 Karakteristik Sistem [1]

2.2.2. Klasifikasi Sistem

Sistem dapat diklasifikasikan dari berberapa sudut pandang, diantaranya sebagai berikut:

1. Sistem diklasifikasikan sebagai abstark (abstract system) dan sistem

fisik (physical system).

Sistem Abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.

2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system) dan

sistem buatan manusia (human made system).

Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia melibatkan interaksi manusia

dengan mesin disebut dengan human-machine system atau ada yang


(33)

3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system)

dan sistem tak tertentu (probabilistic system).

Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interkasi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem tak tertentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan

sistem terbuka (open system)

Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya.

2.2.3. Konsep Dasar Informasi

“Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi bentuk yang

berguna bagi penerimanya dan nyata, berupa nilai yang dapat dipahami di dalam keputusan sekarang maupun masa depan”. Menurut Davis Gordon[1].

Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item. Data adalah kenyataan yang dapat menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian

(event) adalah suatu yang terjadi pada saat tertentu.

Kualitas dari sistem informasi yang harus dihasilkan harus akurat, tepat pada waktunya, relevan. Dan yang menentukan nilai dari informasi adalah manfaat dan biaya untuk mendapatkan Data yang diolah melalui suatu model


(34)

menjadi informasi, penerima kemudian memberi informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Seperti yang terdapat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.3 Sirkulasi Informasi [1]

Informasi mempunyai nilai suatu kejutan atau mengungkapkan sesuatu yang penerimanya tidak tahu, tidak dikira atau tidak disangka. Dalam waktu yang tidak menentu informasi mengurangi ketidakpastian, dan kemungkinan besar hasilnya yang di harapkan dalam sebuah keputusan merupakan nilai dalam proses keputusan. Agar bermanfaat, informasi harus memiliki kualitas sebagai berikut :

a. Relevan, yaitu menambah pengetahuan atau nilai bagi para pembuat

keputusan, dengan cara mengurangi ketidakpastian, menaikan kemampuan untuk memprediksi, atau menegaskan ekspetasi semula

b. Dapat dipercaya, yaitu bebas dari kesalahan atau bisa secara akurat


(35)

c. Lengkap, yaitu tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai

d. Tepat waktu, yaitu disajikan pada saat yang tepat untuk

mempengaruhi proses pembuatan keputusan

e. Mudah dipahami, yaitu disajikan dalam format mudah dimengerti

f. Dapat diuji kebenarannya, yaitu memungkinkan dua orang yang

kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama secara independent.

Nilai informasi ditentukan dari dua hal yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan mendapatkannya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa informasi yang digunakan dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sebagian informasi tidak dapat ditaksir keuntungannya dengan suatu nilai tetapi dapat ditaksir nilai keefektipannya.

2.2.4. Konsep Dasar Sistem Informasi

Sistem Informasi (SI) merupakan sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar sub-sistemnya, Sistem Informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat, dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya.

Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information

Sistem-CBIS) mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting

dalam sebuah Sistem Informasi. Lebih jelasnya, CBIS merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk


(36)

suatu alat bantu pengambilan keputusan. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS antara lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi, dan “basis

komputer” sebagai kata kuncinya.

Dengan semakin majunya teknologi sekarang saat ini, diperusahaan-perusahaan selau diterapkan suatu sistem informasi yang baru dengan mengikuti perkembangan jaman. Dengan diterapkannya sistem yang dirancang dengan baik akan mempermudah didalam pengoreksian jika terjadi kesalahan-kesalahan atau kendala yang terjadi di dalam perusahaan.

Informasi dihasilkan oleh suatu proses sistem informasi dan bertujuan menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen, operasi perusahaan dari hari ke hari dan informasi yang layak untuk pihak perusahaan.

Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis di dalam bukunya

Accounting Informatioon Systems mendefinisikan sistem informasi sebagai

berikut:

“Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan

pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”[4].

Sedangkan menurut Susanto Azhar:

Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem komponen baik


(37)

bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data

menjadi informasi yang berguna “[3].

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi merupakan perpaduan antara manusia, alat teknologi, media, prosedure dan pengendalian yang bertujuan untuk menata jaringan komunikasi sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kegiatan yang terdapat pada sistem informasi antara lain :

a. Input, menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data yang

akan diproses

b. Proses, menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk

menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah

c. Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari proses diatas

d. Penyimpanan, suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data

e. Kontrol, suatu aktifitas untuk menjamin bahwa sistem informasi

tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan Kegiatan sistem informasi dapat dilihat pada gambar 2.3.


(38)

2.2.5. Metode Pengembangan Sistem dengan waterfall

Metodologi yaitu kesatuan metode-metode atau aturan-aturan pekerjaan yang digunakan oleh suatu ilmu pengetahuan. Sedangkan metode adalah suatu cara atau teknik yang sistematik mengerjakan sesuatu.

Secara umum tujuan pengembangan sistem informasi adalah untuk memberikan kemudahan dalam menyampaikan informasi, mengurangi biaya dan menghemat waktu, meningkatkan pengendalian, mendorong pertumbuhan, meningkatkan produktivitas serta profitabilitas organisasi.

Pengembangan sistem dapat berarti penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.

Metode pengembangan sistem menggunakan Waterfall model, karena

metode waterfall ini terdiri dari tahap-tahap yang memberikan kemudahan, jika

pada satu tahap tidak sesuai atau mengalami kesalahan maka dapat kembali ke tahap sebelumnya.

2.2.6. Analisis Perancangan Terstruktur

Dalam tahap perancangan suatu sistem diperlukan adanya teknik-teknik penyusunan sistem untuk menganalisa dan mendokumentasikan data yang mengalir didalam sistem tersebut. Teknik-teknik tersebut adalah diagram kontek,

data flow diagram, kamus data, normalisasi, dan Entity Relation Diagram (ERD).

2.2.6.1.Diagram Konteks

Diagram konteks adalah model atau gambar yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan sistem. Untuk menggambarkan diagram


(39)

konteks, kita deskripsikan data apa saja yang dibutuhkan oleh sistem dan dari mana sumbernya, serta informasi apa saja yang akan dihasilkan oleh sistem tersebut dan kemana informasi tersebut akan diberikan.

2.2.6.2.Data Flow Diagran (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah diagram alir yang dipresentasikan

dalam bentuk lambang-lambang tertentu yang menunjukkan proses atau fungsi, aliran data, tempat penyimpanan data, dan entitas eksternal.

Penggunaan DFD sangat berguna untuk mengetahui prosedur suatu

program. Keuntungan yang lain adalah mempermudah pemakai atau user yang

kurang menguasai komputer, untuk mengerti sistem yang akan dibuat. 2.2.6.3.Kamus Data

Kamus data atau data directory adalah katalog fakta tentang data dan

kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi”[1].

Dengan menggunakan kamus data, analisis sistem dapat mendefinisikan data yang mengalir di sistem dengan lengkap. Pada tahap perancangan sistem,

kamus data dapat digunakan untuk merancang input, output, dan merancang

database program. Kamus data dibuat berdasarkan arus data yang ada.

2.2.6.4.Normalisasi

Normalisasi Adalah teknik yang digunakan untuk menstrukturkan data

sedemikian rupa sehingga mengurangi atau mencegah timbulnya


(40)

Proses normalisasi didalam model basis data relasional menitikberatkan pada masalah penentuan struktur data yang paling sederhana untuk tabel-tabelnya.

Hasil proses normalisasi adalah data, records atau tabel-tabel yang konsisten

secara lojik, mudah dimengerti, dan pemeliharaannya tidak sulit dan murah. Proses normalisasi sering digunakan sebagai salah satu pendekatan yang dilakukan dalam perancangan skema basis data dalam bentuk normal.

Adapun Konsep-konsep yang digunakan pada normalisasi, antara lain :

1. Kunci Atribut (Key Field / Key Attribute)

Suatu kunci field yang mewakili record / tupple.

2. Kunci Kandidat (Candidate Key)

Satu atribut atau satu set atribut yang mengidentifikasikan secara unik dari suatu entiti.

3. Kunci Primer (Primary Key)

Satu atribut atau satu set atribut yang mengidentifikasikan secara unik dan mewakili setiap kejadian pada suatu entiti.

4. Kunci alternatif (Alternate Key)

Kunci kandidat yang dipakai sebagai kunci primer.

5. Kunci Tamu (Foreign Key)

Satu atribut atau satu set atribut dan melengkapi hubungan yang menunjukan ke induknya.

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk normalisasi:


(41)

Suatu tabel dapat disebut bentuk normal pertama jika semua atributnya memiliki nilai yang atomik (atribut yang bersangkutan tidak dapat dibagi lagi menjadi atribut-atribut yang lebih kecil) tetapi

masih mengandung redudancy (atribut yang tampil berulang-ulang)

2. Bentuk normal kedua (2NF)

Suatu tabel bentuk normal pertama yang memenuhi syarat tambahan bahwa semua atribut bukan kuncinya hanya bergantung pada kunci primer.

3. Bentuk normal ketiga (3NF)

Suatu tabel bentuk normal kedua yang memenuhi syarat tambahan bahwa semua atribut bukan tidak memiliki ketergantungan transitif terhadap kunci primer.

4. Bentuk normal Boyce-Codd (BCNF)

Suatu tabel yang memiliki semua field penentu yang merupakan

candidate key. Bentuk ini merupakan perbaikan bentuk normal ketiga.

2.2.6.5.Entity Relation Diagram (ERD) / Relasi Tabel

Entity Relationship Diagram (ERD) adalah suatu model diagram yang

menyatakan keterhubungan suatu entity dengan entity yang lain. Atau juga dapat dikatakan sebagai sebuah teknik untuk menggambarkan informasi yang dibutuhkan dalam sistem dan hubungan antar data-data tersebut.

Secara terjemahan dalam bahasa Indonesia, Entity Relationship Diagram


(42)

Diagram akan didapatkan data-data yang dibutuhkan sistem. Dengan begitu maka akan didapatkan pula kejelasan aktivitas yang dilakukan dalam sistem.

Didalam Entity Relationship Diagram (ERD) dikenal beberapa

komponen, yaitu sebagai berikut :

a. Entitas (Entity)

Adalah suatu objek yang memiliki hubungan dengan objek lain. Dalam ERD digambarkan dengan bentuk persegi panjang.

b. Hubungan (Relationship)

Dimana entitas dapat berhubungan dengan entitas lain, hubungan

ini disebut dengan entity relationship yang digambarkan dengan

garis.

Ada empat bentuk relasi dasar pada database, yaitu :

a. One-to-One

Artinya satu data memiliki satu data pasangan.

b. One-to-Many

Artinya satu data memiliki beberapa data pasangan.

c. Many-to-One

Artinya beberapa data memiliki satu data pasangan.

d. Many-to-Many


(43)

c. Atribut

Adalah elemen dari entitas yang berfungsi sebagai deskripsi karakter entitas dan digambarkan dengan bentuk elips.

2.2.7. Konsep Basis Data

Hampir di semua aspek pemanfaatan perangkat komputer dalam sebuah organisasi atau perusahaan senantiasa berhubungan dengan basis data. Perangkat komputer dalam suatu organisasi atau perusahaan biasanya digunakan untuk menjalankan fungsi pengelolaan sistem informasi, yang dewasa ini sudah menjadi suatu keharusan demi untuk meningkatkan efisiensi, daya saing, dan kecepatan

operasional perusahaan.

2.2.7.1.Pengertian Basis Data

Basis Data terdiri dari dua kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih

dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat bersarang atau berkumpul.

Sedangkan Data adalah representasi fakta dunia nyata mewakili suatu objek

seperti manusia, barang, hewan, peristiwa dan sebagainya.

Basis data merupakan kumpulan dari data-data yang saling terkait dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Basis data adalah kumpulan-kumpulan file yang saling berkaitan.

2.2.7.2.Desain Basis Data

Penerapan basis data dalam sistem informasi disebut dengan sistem basis

data (database sistem). Sistem basis data ini adalah suatu sistem informasi yang


(44)

lain dan tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam di dalam suatu organisasi.

Tujuan dari desain basis data ini adalah untuk menentukan data-data yang dibutuhkan dalam sistem, sehingga informasi yang dihasilkan dapat

terpenuhi dengan baik. Perancangan database yang digunakan adalah untuk

memudahkan dalam mengetahui file-file database yang digunakan dalam

perancangan sistem, sekaligus untuk mengetahui hubungan antara file dari

database tersebut.

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam database adalah sebagai

berikut :

1. Menyimpan seluruh data dan informasi secara terpusat.

2. Mengurangi redudansi data atau duplikasi data.

3. Melakukan perubahan-perubahan data untuk menyelesaikan dan untuk

pengembangan yang akan datang.

4. Menjamin keamanan data.

2.2.8. Sistem Pendukung Keputusan

2.2.8.1.Pengertian

Definisi awalnya adalah suatu sistem yang ditujukan untuk mendukung manajemen pengambilan keputusan. Sistem berbasis model yang terdiri dari prosedur-prosedur dalam pemrosesan data dan pertimbangannya untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan. Agar berhasil mencapai tujuannya maka


(45)

sistem tersebut harus: (1) sederhana, (2) robust, (3) mudah untuk dikontrol, (4) mudah beradaptasi, (5) lengkap pada hal-hal penting, (6) mudah berkomunikasi dengannya. Secara implisit juga berarti bahwa sistem ini harus berbasis komputer dan digunakan sebagai tambahan dari kemampuan penyelesaian masalah dari seseorang.

Definisi lain DSS adalah (1) sistem tambahan, (2) mampu untuk mendukung analisis data secara ad hoc dan pemodelan keputusan, (3) berorientasi pada perencanaan masa depan, dan (4) digunakan pada interval yang tak teratur atau tak terencanakan.

Ada juga definisi yang menyatakan bahwa DSS adalah sistem berbasis

komputer yang terdiri 3 komponen interaktif: (1) sistem bahasa – mekanisme

yang menyediakan komunikasi diantara user dan pelbagai komponen dalam DSS,

(2) knowledge system – penyimpanan knowledge domain permasalahan yang

ditanamkan dalam DSS, baik sebagai data ataupun prosedur, dan (3) sistem

pemrosesan permasalahan – link diantara dua komponen, mengandung satu atau

lebih kemampuan memanipulasi masalah yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.

Definisi terakhir adalah, istilah DSS mengacu pada “situasi dimana sistem „final’ dapat dikembangkan hanya melalui adaptive process pembelajaran

dan evolusi”. DSS didefinisikan sebagai hasil dari pengembangan proses dimana

user DSS, DSS builder, dan DSS itu sendiri, semuanya bisa saling mempengaruhi, yang tercermin pada evolusi sistem itu dan pola-pola yang digunakan.


(46)

2.2.8.2.Karakteristik dan kemampuan Sistem Pendukung Keputusan

Di bawah ini adalah karakteristik dan kemampuan ideal dari suatu system pendukung keputusan :

1. Sistem pendukung keputusan menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan utamanya pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur dengan memadukan pertimbangan manusia dan informasi terkomputerisasi. Pelbagai masalah tak dapat diselesaikan (atau tak dapat diselesaikan secara memuaskan) oleh sistem terkomputerisasi lain, seperti EDP atau MIS, tidak juga dengan metode atau tool kuantitatif standar.

2. Dukungan disediakan untuk pelbagai level manajerial yang berbeda, mulai dari pimpinan puncak sampai manajer lapangan.

3. Dukungan disediakan bagi individu dan juga bagi group. Pelbagai masalah organisasional melibatkan pengambilan keputusan dari orang dalam group. Untuk masalah yang strukturnya lebih sedikit seringkali hanya membutuhkan keterlibatan beberapa individu dari departemen dan level organisasi yang berbeda.

4. Sistem pendukung keputusan menyediakan dukungan ke pelbagai keputusan yang berurutan atau saling berkaitan.

5. Sistem pendukung keputusan mendukung pelbagai fase proses pengambilan keputusan: intelligence, design, choice dan implementation.

6. Sistem pendukung keputusan mendukung pelbagai proses pengambilan keputusan dan style yang berbeda-beda; ada kesesuaian diantara DSS dan


(47)

atribut pengambil keputusan individu (contohnya vocabulary dan style

keputusan).

7. Sistem pendukung keputusan selalu bisa beradaptasi sepanjang masa. Pengambil keputusan harus reaktif, mampu mengatasi perubahan kondisi secepatnya dan beradaptasi untuk membuat Sistem pendukung keputusan selalu bisa menangani perubahan ini. Sistem pendukung keputusan adalah

fleksibel, sehingga user dapat menambahkan, menghapus,

mengkombinasikan, mengubah, atau mengatur kembali elemen-elemen dasar (menyediakan respon cepat pada situasi yang tak diharapkan). Kemampuan ini memberikan analisis yang tepat waktu dan cepat setiap saat. 8. Sistem pendukung keputusan mudah untuk digunakan. User harus merasa

nyaman dengan sistem ini. User-friendliness, fleksibelitas, dukungan grafis

terbaik, dan antarmuka bahasa yang sesuai dengan bahasa manusia dapat meningkatkan efektivitas DSS. Kemudahan penggunaan ini diiimplikasikan pada mode yang interaktif.

9. Sistem pendukung keputusan mencoba untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan (akurasi, jangka waktu, kualitas), lebih daripada efisiensi yang bisa diperoleh (biaya membuat keputusan, termasuk biaya penggunaan komputer).

10.Pengambil keputusan memiliki kontrol menyeluruh terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah. Sistem pendukung keputusan secara khusus ditujukan untuk mendukung dan tak


(48)

menindaklanjuti rekomendasi komputer sembarang waktu dalam proses dengan tambahan pendapat pribadi atau pun tidak.

11.Sistem pendukung keputusan mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru dan penyempurnaan sistem, yang mengarah pada

pembelajaran tambahan, dan begitu selanjutnya dalam proses

pengembangan dan peningkatan Sistem pendukung keputusan secara berkelanjutan.

12.User/pengguna harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana.

Sistem yang lebih besar dapat dibangun dalam organisasi user tadi dengan

melibatkan sedikit saja bantuan dari spesialis di bidang Information Systems

(IS).

13.Sistem pendukung keputusan biasanya mendayagunakan pelbagai model

(standar atau sesuai keinginan user) dalam menganalisis pelbagai keputusan.

Kemampuan pemodelan ini menjadikan percobaan yang dilakukan dapat dilakukan pada pelbagai konfigurasi yang berbeda. Pelbagai percobaan tersebut lebih lanjut akan memberikan pandangan dan pembelajaran baru. 14.Sistem pendukung keputusan dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan

komponen knowledge yang bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif

dari pelbagai masalah yang pelik.

2.2.8.3.Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan


(49)

2. Respon cepat pada situasi yang tak diharapkan dalam kondisi yang berubah-ubah.

3. Mampu untuk menerapkan pelbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi berbeda secara cepat dan tepat.

4. Pandangan dan pembelajaran baru. 5. Memfasilitasi komunikasi.

6. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja. 7. Menghemat biaya.

8. Keputusannya lebih tepat.

9. Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih singkat dan dengan sedikit usaha.

10. Meningkatkan produktivitas analisis.

2.2.8.4.Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Komponen-komponen sistem pendukung keputusan adalah :

1. Data Management. Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk pelbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut

Database Management Systems (DBMS).

2. Model Management. Melibatkan model finansial, statistikal,

management science, atau pelbagai model kuantitatif lainnya, sehingga

dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan


(50)

3. Communication (dialog subsystem). User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada system pendukung keputusan melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.

4. Knowledge Management. Subsistem optional ini dapat mendukung

subsistem lain atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri. 2.2.8.5.Pengetahuan Tentang Hasil

Suatu hasil menentukan apa yang akan terjadi bila sebuah keputusan diambil dan/atau arah tindakan diambil. Dalam analisis pengambilan keputusan, biasanya dibedakan tiga jenis pengetahuan yang berhubungan dengan hasil, yaitu: a. Kepastian yaitu pengetahuan yang lengkap dan akurat mengenai hasil tiap

pilihan. Hanya ada suatu hasil untuk setiap pilihan.

b. Resiko yaitu hasil yang mungkin timbul dapat diidentifikasi, dan suatu kemungkinan peristiwa dapat dilekatkan pada masing-masing hasil.

c. Ketidakpastian yaitu beberapa hasil mungkin timbul dan dapat diidentifikasi, tetapi tak ada pengetahuan mengenai kemungkinan yang dapat dilekatkan kepada masing-masing hasilnya.

2.2.8.6.Tanggapan Keputusan

Keputusan dapat digolongkan sebagai terprogram atau tidak terprogram berdasarkan kemampuan organisasi atau individu untuk mengadakan prarencana atas proses pengambilan keputusan. Keputusan terprogram adalah keputusan yang dapat dispesifikasikan sebelumnya sebagai seperangkat aturan atau prosedur keputusan. Keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang terjadi hanya satu kali atau berubah setiap saat diperlukan. Keputusan dalam suatu sistem keputusan


(51)

terbuka adalah tidak terprogram karena tidak mungkin menspesifikasikan sebelumnya semua faktor.

2.2.8.7.Uraian tentang Pengambilan Keputusan

Sebuah model pengambilan keputusan yang memberitahukan pengambil keputusan bagaimana seorang dai harus mengambil segolongan keputusan disebut model normatif atau perspektif. Sebuah model yang menguraikan bagaimana sesungguhnya pengambil keputusan mengambil keputusan disebut model deskriptif. Model deskriptif berusaha menjelaskan perilaku sebenarnya dan karena itu telah dikembangkan terutama oleh para ilmuwan keperilakuan.

2.2.8.8.Metoda ICAO (International Civil Aviation Organitation)

Adapun standar perhitungan yang digunakan dalam pembuatan runway

ini sesuai dengan ketentuan yang dikelurakan oleh ICAO,berikut bagan alir dari ICAO


(52)

Gambar 2.5 Bagan Alir ICAO

Dimana perhitungan faktor korektif dihitung dengan rumus sebagai berikut :

a. Penentuan panjang runway sementara sesuia dengan ketentuan tabel yang

dikeluarkan oleh ICAO

b. Faktor korektif elevasi (Fe)

Fe = 1 + 0.07 300/h, h : elevasi/ketinggian

c. Faktor korektif temperatur

Ft = 1 + 0.01 (T –(15 - 0.0065h)), T : temperatur

d. Faktor kemiringan (effective sloope)

Fs = 1 + 0.1 S, S : sloope(kemiringan)


(53)

ARFL=(Lr

o x Ft x Fe x Fs)

e. Penentuan lebar sesuai dengan bentang yang sesuai dengan Aerodrome

Reference code

f. Ketentuan penentuan arah runway

1). Menentukan frekwensi angin untuk setiap arah dengan cara menyeleksi data angin berapa kali kemunculan lalu mencatatnya.

2). Menghitung persentasi angin, sebagai perbandingan frekwensi angin setiap arah dengan total frekwensi angin untuk semua arah.

3). Menghitung nilai crosswind untuk masing-masing arah dengan

persamaan linear

Dimana y adalah arah yang akan ditentukan berapa nilai crosswindnya dan x

adalah nilai crosswind arah yang lain, dan α adalah sudut antara y dengan x

4). Setelah didapat nilai crosswind lalu menjumlahkannya untuk masing arah

5). Mencari nilai crosswind terkecil dan menjadikannya sebagai arah dari

runway


(54)

37

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem (system analysis) dapat didefiniskan sebagai penguraian

dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya[1]. Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem dan sebelum tahap perancangan sistem. Tahap analisis merupakan tahap yang paling kritis dan sangat penting, karena kesalahan didalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya. Analisis sistem ini akan ditemukan beberapa data dan fakta yang akan dijadikan bahan uji dan analisis menuju pengembangan dan penerapan sebuah aplikasi sistem yang diusulkan.

3.1.1 Prosedur Yang Terlibat

Prosedur adalah kumpulan dari proses dalam suatu sistem yang sedang terkait antara satu dengan yang lainnya untuk pencapai tujuan yang telah ditetapkan[2].

Prosedur yang ada dalam pengambilan keputusan di Dinas Perhubungan Jawa Barat saat ini dibagi menjadi beberapa prosedur, yaitu prosedur pengolahan


(55)

data hasil lapangan, penilaian parameter dan perhitungan untuk pengambilan keputusan, dan prosedur pelaporan.

1. Prosedur pengolahan data hasil lapangan, penilaian parameter dan

pengambilan keputusan.

Prosedur pengolahan data hasil lapangan adalah proses rekap data hasil dari

survey dilapangan oleh pengelola data dan proses perhitungan untuk

masing-masing parameter. Proses-proses yang ada pada prosedur pengolahan data hasil lapangan, penilaian parameter dan pengambilan keputusan sebagai berikut :

a. Rekapitulasi data hasil dari survey dilapangan oleh Staf monitoring dan

evaluasi yang terdiri dari data angin, data elevasi, data temperatur, data kemiringan permukaan. Data angin terdiri dari data arah, data kecepatan, dan data koefisien waktu Pencatatan. Data Temperatur terdiri dari data waktu pencatatan, data temperatur selama setahun. Data elevasi terdiri dari data ketinggian tanah diukur dari atas permukaan laut, sedangkan data kemiringan

permukaan (effectife sloope) adalah data perbandingan dari line center runway

dimana area yang paling tinggi dibandingkan dengan area yang paling rendah

b. Proses selanjutnya adalah penghitungan hasil yang telah diperoleh

menggunakan aplikasi Microsoft Excel untuk masing-masing parameter

berdasarkan standar evaluasi yang terdapat di pedoman kegiatan monitoring

dan evaluasi pengelolaan runway. Data hasil perhitungan kemudian akan

disimpan dalam Magnetic Disk (hardisk).

c. Dari hasil perhitungan untuk masing-masing kriteria/parameter yang terdiri


(56)

permukaan oleh staf monitoring dan evaluasi berdasarkan pedoman kegiatan

monitoring dan evaluasi pengelolaan runway, didapat hasil yang akan

memberikan informasi dalam pembuatan runway.

2. Prosedur Pelaporan

Prosedur pelaporan adalah proses penyusunan laporan kepala Dinas perhubungan Jawa barat bagian transportasi udara. Proses-proses yang ada pada prosedur pelaporan sebagai berikut :

a. Bagian lapangan akan melakukan pengumpulan data yang kemudan akan

diberikan kepada kepala dinas perhubungan, untuk diolah.

b. Laporan yang telah tersusun kemudian akan disahkan oleh kepala dinas

transportasi udara. Laporan-laporan yang telah disahkan kemudian akan diserahkan kepada bagian lapangan dan akan disimpan sebagai arsip.

3.1.2 Analisis Kriteria

Kegiatan pengelolaan runway pada dasarnya adalah pengelolaan

berbagai komponen yang mempengaruhi dan menentukan terhadap nilai yang akan didapat hasil dari perhiutngan tersebut.

Tujuan utama dilaksanakannya kegiatan pengelolaan runway ini adalah

untuk mempermudah pengelolaan saat pembuatan runway, terutama dalam

menentukan arah, dimana dalam menentukan arah ini diperlukan ketelitian dalam perhitungan mengingat data yang diolah begitu banyak yaitu perhitungan data angin selama setahun, penentuan arah ini bertujuan mengingat sering terjadinya

crosswind yang besar terhadap pesawat hal ini yang menyebabkan terjadinya


(57)

Permasalahan tersebut dapat dipilah menjadi beberapa kriteria yang

dapat menentukan panjang, lebar juga arah dari runway..

A. Menentukan Panjang Runway

1. Data Pesawat

Data pesawat terdiri dari nama pesawat itu sendiri, sehingga dapat ditentukan panjang runway sementara (Lr

o) berdasarkan tabel 3.1 berikut. Berikut contoh

data tabel pesawat

Tabel 3.1 Data Pesawat beserta panjang runway rencana

No. Nama Pesawat Kriteria Pesawat Panjang Runway Sementara

(sebelum faktor korektif) (m)

1 208A caravan Cessna 296

2 402C Cessna 669

3 441 Cessna 544

4 Cl600 Canadair 1737

5 CRJ-200 Canadair 1527

6 172 Cessna 272

7 206 Cessna 274

8 310 Cessna 518

9 404 Cessna 721

Setelah diketahui panjang runway sementara maka diperbaiki berdasarkan faktor korektif dengan perhitungan sbb :

2. Elevasi

Elevasi didapat dari data ketinggian runway diatas permukaan laut .Menurut

ICAO bahwa panjang runway bertambah sebesar 7% setiap kenaikan 300 m (1000 ft) dihitung dari ketinggian di atas permukaan laut. Maka rumusnya adalah:


(58)

3. Temperatur

Pada temperatur yang tinggi dibutuhkan runway yang lebih panjang sebab

temperatur tinggi akan menyebabkan density udara yang rendah. Sebagai

temperatur standar adalah 15

o

C. Menurut ICAO panjang runway harus dikoreksi

terhadap temperatur sebesar 1% untuk setiap kenaikan 1

o

C. Sedangkan untuk setiap kenaikan 1000 m dari permukaaan laut rata-rata temperatur turun 6.5

o

C. Dengan dasar ini ICAO menetapkan hitungan koreksi temperatur dengan rumus:

Dengan Ft : faktor koreksi temperatur

T : temperatur dibandara, oC

4. Koreksi kemiringan runway

Faktor koreksi kemiringan runway dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Dengan Fs : faktor koreksi kemiringan

Dimana nilai S menurut ICAO tidak boleh lebih dari 18,5% (10,5deg)

S : kemiringan runway, %

Jadi panjang runway akhir setelah diperbaiki oleh faktor korektif dengan

persamaan berikut:

Keterangan :

ARFL : Panjang runway setelah diperbaiki dengan faktor korektif

Ft = 1 + 0.01 (T –(15 - 0.0065h))

Fs = 1 + 0.1 S

ARFL=(Lr


(59)

Dengan Lr

o : Panjang runway rencana, m

Ft : faktor koreksi temperatur Fe : faktor koreksi elevasi Fs : faktor koreksi kemiringan

B. Menentukan lebar runway

Tabel 3.2 berikut menerangkan mengenai faktor yang mempengaruhi lebar

runway :

Tabel 3.2 Data Pesawat beserta bentang sayap

No. Nama Pesawat Kriteria Pesawat Bentang sayap pesawat (m)

1 208A caravan Cessna 15,9

2 402C Cessna 13,45

3 441 Cessna 15,1

4 Cl600 Canadair 18,9

5 CRJ-200 Canadair 21,21

6 172 Cessna 10,9

7 206 Cessna 10,9

8 310 Cessna 11,3

9 404 Cessna 14,1

Dan tabel 3.3 berikut merupakan range dari bentang sayap peswat

Tabel 3.3 Kode Referensi Bandar Udara (Aerodrome Reference code)

Kode Bentang

sayap (m) A

B C D

< 15 15-24 24-36 36-52


(60)

E F

52-60 65-80

Berdasarkan faktor-faktor penentu maka lebar runway dapat dihitung berdasarkan tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4 Data ketentuan lebar runway

Kode Lebar (m)

A B C D E F

18 30 30 45 45 60

C. Menentukan arah runway

Dalam konfigurasi runway faktor yang mempengaruhi adalah besarnya frekwensi

angin, hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya crosswind :

Adapun alngkah yang dilakukan dalam menentukan arah runway menurut metoda ICAO adalah sebagai berikut :

1. Menentukan frekwensi angin untuk setiap arah dengan cara menyeleksi

data angin berapa kali kemunculan lalu mencatatnya.

2. Menghitung persentasi angin, sebagai perbandingan frekwensi angin setiap

arah dengan total frekwensi angin untuk semua arah.

3. Menghitung nilai crosswind untuk masing-masing arah dengan persamaan

linear


(61)

Dimana y adalah arah yang akan ditentukan berapa nilai crosswindnya dan

x adalah nilai crosswind arah yang lain, dan α adalah sudut antara y

dengan x

4. Setelah didapat nilai crosswind lalu menjumlahkannya untuk masing arah

5. Mencari nilai crosswind terkecil dan menjadikannya sebagai arah dari

runway

3.1.3 Perhitungan Manual

Untuk perhitungan manualnya berdasarkan data yang diambil dari data lingkungan diambil dari LAPAN (Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional), BMG(Badan meteorologi dan Geofisika) juga Penerbangan ITB untuk mendapatkan data pesawat, Dengan data yang akan diolah sebagai berikut

Data pesawat

Nama pesawat : 208A Caravan Jenis pesawat : Cessna

Panjang runway sementara : 296 m Bentang sayap pesawat : 15,9 m Data lingkungan

Elevasi (h) : 761 m

Temperatur maksimum (T) : 29,5 C

Kemiringan/ effective sloope (S) : 0,3 %

Maka untuk perhitungan sebagai berikut :

1. Faktor korektif ketinggian (Fe)


(62)

Fe = 1 + 0,07 (300/761) Fe = 1,0276

2. Faktor korektif Temperatur (Ft)

Ft = 1 + 0,01(T-(15-0,0065h)) Ft = 1 + 0,01(29,5-(15-0,0065(761)) Ft = 1 + 0,01(29,5-10,0535)

Ft = 1 + 0,01(19,4465) Ft = 1,194465

3. Faktor korektif kemirngan (Fs)

Fs = 1 + 0.1 S Fs = 1 + 0,1 (0,3) Fs = 1 + 0,1 (0,3) Fs = 1,03

4. Menentukan Panjang runway yang sudah terkorektif

Dengan persamaan berikut ARFl = (Lr

o x Ft x Fe x Fs)

ARFL = (296 x 1,0276 x 1,194465 x 1,03) ARFL = 374 m

Jadi panjang runway yang sudah dikorektif sebesar 374 m

5. Menentukan lebar runway

Lebar runway ditentukan oleh panjang bentang pesawat, dengan bentang pesawat 15,9 m maka berdasarkan tabel 3.3 dan tabel 3.4 lebar runway 30 m


(63)

Tabel 3.5 berikut adalah bentuk persentasi dan frekwensi kemunculan angin disetiap derajat arah mata angin :

Tabel 3.5 Frekwensi kemunculan angin disetiap arah

Arah Frekwensi

N 17

NNE 20

NE 18

ENE 12

E 1

ESE 5

SE 9

SSE 11

S 19

SSW 49

SW 85

WSW 143

W 852

WNW 872

NW 131

NNW 121

Calm 323

Total 2688

Sedangkan table 3.6 berikut merupakan tabel persentasi dari frekwensi kemunculan angin

Tabel 3.6 Persentase dari frekwensi angin setiap arah

Arah Persentasi

N 0,0063

NNE 0,0074

NE 0,0067

ENE 0,0045

E 0,0004

ESE 0,0019

SE 0,0033


(64)

S 0,0071

SSW 0,0182

SW 0,0316

WSW 0,0532

W 0,3170

WNW 0,3244

NW 0,0487

NNW 0,0450

Calm 0,1202

Total 1,0000

Adapun resultan yang didapatkan untuk menetukan arah runway yaitu dengan cara mencari nilai crosswind dengan perhitungan sbb :

dimana y adalah nilai crosswind yang ditentukan, sedang x adalah persentasi

angin dari derajat yang berhadapan, sedang α sudut antara sumbu.

Tabel 3.7 berikut merupakan perhiutngan crosswind untuk arah N

Tabel 3.7 Peritungan crosswind untuk arah N

Arah Arah Sudut Nilai Crosswind

N NNE 22,5 0,0028319

N NE 45 0,0047376

N ENE 67,5 0,0041575

N E 90 0,0004000

N ESE 67,5 0,0017554

N SE 45 0,0023335

N SSE 22,5 0,0015690

N S 0 0,0000000

N SSW 22,5 0,0069648

N SW 45 0,0223446

N WSW 67,5 0,0491504

N W 90 0,3170000

N WNW 67,5 0,2997065

N NW 45 0,0344361


(65)

N NNW 22,5 0,0172208

jumlah 0,7646079

Tabel 3.8 berikut merupakan perhiutngan crosswind untuk arah NNE

Tabel 3.8 Peritungan crosswind untuk arah NNE

Arah Arah Sudut Nilai Crosswind

NNE NE 22,5 0,0025640

NNE ENE 45 0,0031820

NNE E 67,5 0,0003696

NNE ESE 90 0,0019000

NNE SE 67,5 0,0030488

NNE SSE 45 0,0028991

NNE S 22,5 0,0027171

NNE SSW 0 0,0000000

NNE SW 22,5 0,0120928

NNE WSW 45 0,0376181

NNE W 67,5 0,2928698

NNE WNW 90 0,3244000

NNE NW 67,5 0,0449929

NNE NNW 45 0,0318198

NNE N 22,5 0,0024109

Jumlah 0,7628848

Tabel 3.9 berikut merupakan perhiutngan crosswind untuk arah NE

Tabel 3.9 Peritungan crosswind untuk arah NE

Arah Arah Sudut Nilai Crosswind

NE ENE 22,5 0,0017221

NE E 45 0,0002828

NE ESE 67,5 0,0017554

NE SE 90 0,0033000

NE SSE 67,5 0,0037879

NE S 45 0,0050205

NE SSW 22,5 0,0069648

NE SW 0 0,0000000

NE WSW 22,5 0,0203588


(1)

(2)

(3)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

PEMBUATAN

RUNWAY

PESAWAT TERBANG

Mulyana

Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia

Jln. Dipati Ukur No.112 Bandung 40132 Mulyana_if6@yahoo.co.id

ABSTRAK

Dinas perhubungan udara merupakan institusi pemerintah yang menangani

masalah transportasi, khususnya transportasi udara, dalam merealisasikan

tugasnya maka dinas perhubungan Jawa Barat mengalami kesulitan dalam

menentukan runway, sehingga Dinas Perhubungan Jawa Barat menginginkan

system yang mampu memberikan keputusan dalam menentukan panjang, lebar

dan arah runway.

Proses pembangunan sistem pendukung keputusan Pembuatan runway ini

dalam pengembangan menggunakan metode waterfall, sedangkan metode aliran

data yang dipakai adalah menggunakan metode terstruktur yaitu DFD (Data

Flow Diagram) dalam menggambarkan model fungsional dan ERD (Entity

Relationship Diagram) dalam menggambarkan model data, sedangkan untuk

pembuatannya menggunakan metode ICAO(International Civil Aviation

Organitation).

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan sistem ini adalah dapat

membantu dalam penentuan pembuatan runway, khusunya dalam penentuan

arah, panjang dan lebar runway, juga dapat membuat laporan secara cepat dan

akurat.

Kata Kunci

: Sistem Pendukung Keputusan, runway, ICAO, Bandara

1. PENDAHULUAN

1.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maslah maka dapat

diidentifikasi masalah yaitu “Bagaimana membangun Sistem Pendukung Keputusan

Pembuatan Runway Pesawat terbang

Objek penelitian dilakukan di Dinas

Perhubungan Jawa Barat.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk membangun sistem Pendukung Keputusan

Pembuatan Runway Pesawat Terbang.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Apabila disuatu daerah belum ada runway,

lalu Dinas Perhubungan Udara punya tujuan untuk membangunnya, maka untuk penentuan

arah runway, menentukan panjang dan lebar

runway, ataupun menentukan arah, maka

software ini dapat membantu untuk

memutuskannya.

2. Mampu memberikan solusi dalam

perancangan landasan udara kepada

pihak-pihak planning pembuat landasan udara yaitu

Dinas Perhubungan Udara.

1.4 Manfaat

Manfaat yang didapat dalam pembangunan sistem informasi geografis ini antara lain :

1.Dapat memudahkan dalam menentukan


(4)

2.Dapat mempercepat proses dalam

menentukan panjang, lebar dan arah

runway.

3.Dapat menghasilkan laporan yang cepat,

tepat dan akuran dalam penentuan runway.

2. MODEL, ANALISA, DESAIN,

DAN IMPLEMENTASI

2.1 Model

1.Tahap pengumpulan data

a. Studi Kepustakaan.

b. Observasi.

c. Wawancara.

2. Tahap pembuatan perangkat lunak.

a. Requirements analysis and definition

b. System and software design

c. Implementation and unit testing

d. Integration and system testing

e. Operation and maintenance

2.2 Analisis Masalah

Kegiatan pengelolaan runway pada dasarnya

adalah pengelolaan berbagai komponen yang mempengaruhi dan menentukan terhadap nilai yang akan didapat hasil dari perhitngan. Tujuan utama dilaksanakannya kegiatan

pengelolaan runway ini adalah untuk

mempermudah pengelolaan saat pembuatan

runway, terutama dalam menentukan arah,

dimana dalam menentukan arah ini

diperlukan ketelitian dalam perhitungan mengingat data yang diolah begitu banyak yaitu perhitungan data angin selama setahun, penentuan arah ini bertujuan

mengingat sering terjadinya crosswind yang

besar terhadap pesawat hal ini yang menyebabkan terjadinya kecelakaan saat

pesawat landing ataupun take off.

Permasalahan tersebut dapat dipilah menjadi beberapa kriteria yang dapat menentukan

panjang, lebar juga arah dari runway.

1. Data Pesawat

2. Data Elevasi

3. Data Temperatur

4. Data Angin selama minimal setahun

2.3

Desain

1.

ERD

Tlebar diolah Kode_lebar lebar Tuser Penentuan_runway Tpesawat diolah Nama_pesawat jenis 1 Panjang_runway 1 Bentang Bentang_a Tangin_temperatur diolah Tahun Speed Waktu Tanggal_input N N Televasi_kemiringan Kode_elevasi_kem elevasi kemiringan Nama_pesawat Jenis elevasi Panjang_runway Lebar_runway 1 N N Temperatur Temperatur N punya Crosswind Tertinggi Crosswind Terendah Bentang_b Kode_angin_temp N 1 Kode_tempat Tdetail_arah Kode_penentuan elevasi Kode_detail_arah Kode_penentuan N Ttempat periode Kode_tempat Tempat Kode_tempat 1 N N N Tjenis_pesawat N punya jenis N 1 olah History_update_penentuan waktu Nama Jenis Tempat Elevasi Kemiringan_permukaan Elevasi Temperatur Panjang_runway lebar_runway History_update_tempat Kode_tempat Tempat waktu oleh N 1 Arah Tanggal_input Kode_elevasi_kem Kode_tempat punya N diolah N N diolah N

Gambar 2.1 ERD

2.

Skema relasi

Tpesawat PKnama FK1jenis panjang_runway bentang TPenentuan_runway PKkode_penentuan nama_pesawat jenis elevasi temperatur Panjang_runway lebar_runway crosswind_terendah crosswind_tertinggi kemiringan FK1kode_tempat Tangin_temperatur PKKode_angin_temp tanggal waktu temperatur speed arah tanggal_input Tlebar PKKode_lebar bentang lebar Televasi_kemiringan PKkode_elevasi_kem elevasi kemiringan Tuser PKusername password Tdetail_arah PKkode_detail_arah arah FK1kode_penentuan ttempat PKkode_tempat tempat Tjenis_pesawat PKjenis history_update_penentuan kode_penentuan waktu nama_pesawat jenis kode_tempat elavsi kemiringan_permukaan temperatur panjang_runway lebar_runway history_update_tempat waktu kode_tempat tempat oleh Tperiode kode_periode tanggal_input FK1kode_tempat FK2kode_elevasi_kem

Gambar 2.2 Skema Relasi

3.

Diagram konteks

SPK pembuatan Runway

User Data angin dan temperatur

Info data tempat,Info Data user Info Data pesawat,

Info Data lebar, Info Data elevasi,info data kemiringan,

Info Data runway Info Data angin,Info Data Temperatur,

Respon informasi software

Data angin,data temperatur

Info data angin,info data temperatur Data tempat,Data user

Data pesawat, Data lebar, Data elevasi,Data kemiringan,

Data runway Info Data angin,Info Data Temperatur,

Request informasi software

Gambar 2.1 Diagram Konteks

4.

DFD Level 1

1.0 login 2.0 Pengolahan Data Master User Data user Info Data user

3.0 Pembuatan

runway

Tuser

Data user Info data user

Data user Info data user

Trunway Televasi_kemiringan

Tpesawat Tlebar

Data elevasi,data kemiringan, Data angin,data temperatur ,data pesawat ,data lebar,data user

Info Data elevasi,info data kemiringan Info Data angin,info data temperatur ,info data pesawat, info data lebar,info data user

Data runway Info Data runway

Data lebar Info data lebar

Info data lebar Data pesawat Info data pesawat

Data elevasi, data kemiringan Info data elevasi , info data kemiringan

Login valid

Data angin dan temperatur Data angin,

data temperatur Info Data angin, Info data temperatur

Data lebar

Info data runway Data runway

4.0 About

Request informasi software Respon informasi software

Ttempat

Info data tempat Data tempat

History_update_tempat

Info data tempat Data tempat

History_update_penentuan

Data runway Info data runway

Tperiode

Data tempat, Data elevasi, data kemiringan

Info data tempat, Info Data elevasi, Info data kemiringanLogin valid

Tperiode Data elevasi, data kemiringan, Data angin, data temperatur Data elevasi, data kemiringan, Data angin, data temperatur Tangin_temperatur Data angin, data temperatur

Info Data angin, Info data temperatur

Data angin, data temperatur

Info data angin, info data temperatur


(5)

2.4 Implementasi

Perangkat lunak yang digunakan pada sistem komputer dalam membangun

Sistem pendukng keputusan pembuatan

runway pesawat terbang adalah :

1. Sistem Operasi Windows XP Profesional

SP 2.

2. Borland Delphi 7.

3. Mysql server sebagai databasenya.

4. MyDac Driver untuk konektor

kedatabasenya

1. Implementasi antarmuka

Gambar 3.1 Tampilan Utama 2. Implementasi Database

3. HASIL DAN DISKUSI

Sistem Pendukung Keputusan Pembuatan

runway pesawat terbang yang dibangun

mempunyai kemampuan sebagai berikut :

a. Menghasilkan keputusan dalam

menentuakan arah runway.

b. Menghasilkan perhitungan panjang dan

lebar sebagai hasil akhir setelha adanya korektif dari faktor lingkungan.

c.

Dapat melakukan analisis dari gabungan

berbagai data untuk menghasilkan suatu

kesimpulan atau hasil analisis

.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Sistem pendukung keputusan

pembuatan runway pesawat terbang yang telah dibuat dapat membantu

dalam penentuan runway pesawat terbang.

2. Sistem yang dibuat dapat

mengahasilkan output penentuan

runway secara cepat dan tepat.

3. Sistem yang dibagun dapat digunakan

untuk pembuatan laporan pembuatan

runway pesawat terbang secara cepat.

4. Secara fungsional sistem sudah dapat

menghasilkan output yang

diharapkan seperti hasil dari

pengujian blackbox yang sudah

dilakukan.

5. Sistem pendukung keputusan

pembuatan runway yang dibuat

sangat mudah untuk dipelajari.

6. Sistem pendukung keputusan

pembuatan runway yang dibuat

sangat mudah untuk digunakan.

7. Sistem pendukung keputusan

pembuatan runway yang dibuat dapat

meningkatkan kinerja pada pendataan penentuan pembuatan raunway di Dinas Perhubungan Jawa barat.

4.2 Saran

1. Dapat dilakukan pengembangan

terhadap sistem yang sudah dibuat seperti pada fasilitas jika user lupa password.

2. Sistem yang dibuat belum

mempunyai fasilitas back-up data

keseluruhan, sehingga jika sebagian data master terhapus data akan hilang.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Kadir (2003), Pengenalan

Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta.

2. Agus Prijono, Josep Widiadhi, Teddy

Marcus (2004), DELPHI Developer

dan SQL Server 2000 Pengembangan Pemrograman Database Menggunakan

Delphi dengan SQL Server 2000,

Informatika, Bandung.

3. Fathansyah (2007), Basis Data,

Informatika, Bandung.

4. Ketut Darmayuda (2007), Program

Aplikasi Client-Server Pengolahan

Data Akademik dan Sistem Penjualan Terpadu dengan Visual Basic 6.0 dan

Borland Delphi 7.0, Informatika,


(6)

5. Roger S. Pressman, Ph.D. (2002),

Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan

Praktis (Buku Satu), Andi, Yogyakarta.

6. Yahya Yanuar, Lukmanul Hakim

(2004), Pemograman Delphi dengan

Database Microsoft SQL Server, Elex