Pengaruh Strategi Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi Terhadap Daya Saing Bisnis Frame Sepeda Fixedgear Alphalab Bandung

(1)

104

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Gani Gunawan

Tempat Tanggal Lahir : Sumedang, 16 September 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki Kewarganegaraan : Indonesia Alamat Asal : Sumedang

Nama Ayah : Endang Kusanadi

Nama Ibu : Mimin Mintarsih

Alamat : Jl.Ciseke No 319 (pondok Geri) Rt 05/03 cikeruh jatinangor

Email : ganigunawan16@gmail.com

DATA PENDIDIKAN

 Tahun 2000 – 2006 : SDN 1 jatinangor  Tahun 2006– 2009 : SMPN 1 jatinangor  Tahun 2009 – 2012 : SMAN 1 Tanjungsari

 Tahun 2012- Sekarang : Kuliah di Universitas Komputer Indonesia Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen


(2)

BANDUNG

THE INFLUENCE INNOVATION STRATEGIES AND THE USE OF TECHNOLOGY TO BUSINESS COMPETITIVENESS FIXED GEAR BIKE FRAME ALPHALAB BANDUNG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen Disusun Oleh : Gani gunawan

21212071

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI BISNIS UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA


(3)

i

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam dilimpahkan kepada jungjungan Nabi besar Muhammad SAW karena dengan kekuasaan dan pertolongannya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “PENGARUH STRATEGI INOVASI DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI TERHADAP DAYA SAING BISNIS FRAME SEPEDA ALPHALAB BANDUNG”.

Begitu banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi penulis selama menyelesaikan tugas ini, namun penulis mendapat banyak dukungan, bimbingan dan bantuan baik bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kepada :

1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE.,Spec.Lic., selaku dekan fakultas ekonomi dan

bisnis Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Raeni Dwi Santy, SE.,M.Si selaku ketua program ptudi manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Trustorini Handayani SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya laporan ini sekaligus dosen wali Manajemen 3.

5. Endang Kusnadi dan Mimin Mintarsih sebagai orang tua yang tidak henti-hentinya berdo’a agar penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.


(4)

ii penyususnan penelitian ini.

7. Adityo Saputro selaku Pemilik Dari Alphalab Bandung yang telah mengijinkan penulis untuk meneliti perusahaannya.

8. Sahabat–sahabat saya (Bintang Pratwi irianto,Dian Agustina,Saskia Intan Harningtyas Dan Riki Saiful Azis) yang selalu ada diwaktu penulis sedih, galau, pusing, dan senang. Dimana ada kita disitu ada kebahagiaan.

9. Teman Teman Kampus Yang selalu memberikan Dukungan yang luarbiasa 10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga Allah membalas segala budi baik dari semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini dan semoga penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca serta pihak lain pada umumnya.

Bandung, 08 Agustus 2016 Penulis

GANI GUNAWAN


(5)

iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN ABSTRAK

ABSTRACK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah... 9

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 9

1.2.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian... 11

1.4.1 Kegunaan Akademi ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 13

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN,KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS .. 14

2.1 Kajian Pustaka ... 14

2.1.1 Strategi Inovasi... 14

2.1.1.1 Pengertian Strategi inovasi ... 14

2.1.1.2 Indikator Strategi inovasi ... 14


(6)

iv

2.1.2.1 Pengertian Pemanfaatan Teknologi... 17

2.1.2.2 Indikator Pemanfaatab Teknologi ... 21

2.1.3 Daya Saing Bisnis ... 22

2.1.3.1 Pengertian Daya Saing Bisnis ... 23

2.1.3.2 Indikator Daya Saing Bisnis ... 24

2.1.4 Penelitian terdahulu ... 26

2.2 Kerangka Pemikiran ... 28

2.3 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1Metode Penelitian... 35

3.1.1 Desain Penelitian ... 35

3.1.2 Operasionalisai Variabel ... 37

3.2 Sumber dan Teknik pengumpulan data ... 39

3.2.1 Sumber Data ... 40

3.2.2 Teknik penentuan data ... 42

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.2.3.1 Uji Validitas ... 44

3.2.3.2 Uji Reliabilitas ... 45

3.2.3.3 Uji MSI ( data ordinal ke interval) ... 47

3.2.4 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 48

3.2.4.1 Rancangan Analisis ... 50

3.2.4.1.1 Analisis Deskripstif (Kualitatif) ... 52

3.2.4.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif) ... 58

3.2.4.2 Pengujian Hipotesis ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Metode Penelitian... 63

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 63


(7)

v

4.1.3 Deskripsi jabatan ... 66

4.1.4 Aspek kegiatan perusahaan ... 69

4.2 Karakteristik Responden ... 70

4.2.1 Data responden ... 70

4.3 Analisis Deskriptif ... 72

4.3.1 Tanggapan Responden Mengenai Persepsi Konsumen (X1) ... 72

4.3.2 Tanggapan responden mengenai motivasi konsumen (X2) ... 74

4.3.3 Tanggapan responden mengenai keputusan pembelian (Y) ... 77

4.4 Analisis Varifikatif ... 79

4.4.1 Uji asumsi regresi linier ... 79

4.4.1.1 Uji normalitas ... 79

4.4.1.2 Uji multikolinearitas... 80

4.4.1.3 Uji heteroskedastisitas ... 81

4.4.2 Analisis korelasi berganda ... 83

4.4.3 Analisis pengaruh parsial ... 85

4.4.4 Analisis Koefisien determinasi ... 88

4.4.5 Menguji keberartian koefisien Regresi ... 90

4.4.5.1 Pengujian Hipotesis secara overall (uji F) ... 95

4.4.5.2Pengujian Hipotesis secara parsial (uji t) ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ... 100


(8)

Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriptif Inferensial dan Nonparametik. Jakarta: Kencana.

Badera Nyoman. 2003. Teknologi Informasi dan Budaya Perusahaan: Implikasinya Terhadap Strategi Perusahaan. Denpasar: Udayana.

Budi Hermana. 2010. Mendorng daya saing di era informasi dan globalisasi: pemanfaatan mdal intelektual dan informasi sebagai basis inovasi di perusahaan. Jakarta: Gunadarma. Cooper. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Media Global

Edukasi.

Crevans. 1996. Pemasaran Strategis. Jakarta: Erlangga.

Emilia Widjaja. 2003. E-Business: Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Semarang: Unika Soegijapranata.

Husein Umar. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hussey, R. 2003. Business Research. Basingstoke: Palgrave Macmillan.

Mardikanto. 1993. Penyuluhan Pembangua Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta.

Mohammad Abdul Mukhyi. 2008. Penerapan Teknologi Sistem Informasi danTeknologi Tepat Guna pada Usaha Kecil Menengah. Depok: Gunadarma.

Porter, Michael. 1994. Keunggulan Bersaing. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Porter. 1993. Keunggulan Bersaing Menciptakan dan Memperthankan. Jakarta: Erlangga.


(9)

terhadap inovasi berkelanjutan dan kinerja pemasaran sentra industri kecil meubeul kayu di kabupaten madiun. Surabaya: STIESIA.

Sri Susilo. 2010. Strategi Meningkatkan Daya Saing Umkm Dalam Menghadapi Implementasi Cafta Dan Mea. Yogyakarta: Atma Jaya.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2006. Metode Peelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Santoso, Hieronymus Budi. 1994. Susu dan Yoghurt Kedelai.

Yogyakarta: Kanisius.

Tatang, A. 1996. Manajemen Teknologi Dan Inovasi Sebagai Kunci Daya Saing Bisnis Dalam Era Globalisasi. Jakarta.

Thurstone dalam Harun Al Rasyid. 1996:33.

Tumar Sumihardjo. 2008. Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Bandung: Fokusmedia.

Umi Narimawati. 2010. Analisis Korelasi dan Regresi Untuk Penelitian Ekonomi. Yogyakarta : Penerbit Andy Ofset.

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Agung Media.

http://strategi-inovasi.google.com http://www.google.com


(10)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Melonjaknya jumlah pelaku usaha belakangan ini tentunya mengakibatkan persaingan pasar menjadi semakin ketat. Bahkan sekarang ini persaingan antara pengusaha yang satu dengan pelaku usaha lainnya sudah dalam kondisi yang semakin kompleks, sehingga masing-masing perusahaan kini berlomba menciptakan inovasi-inovasi baru untuk mempertahankan eksistensi bisnisnya.

Menggunakan inovasi baru untuk menghadapi persaingan pasar ternyata cukup efektif untuk memenangkan pasar yang ada. Tanpa adanya inovasi dari para pelaku usaha, bisa dipastikan konsumen akan cepat bosan dan bisnisnya pun akan tenggelam di tengah ramainya persaingan. Karena itulah, para pelaku usaha kecil maupun besar dituntut untuk selalu berinovasi baik dalam urusan internal perusahaan maupun untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. De Jong & Den Hartog (2010) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap sebagai berikut:

1. Melihat kesempatan 2. Mengeluarkan ide 3. Implementasi 4. Aplikasi


(11)

Untuk melakukan inovasi, tentunya perusahaan memerlukan teknologi yang baik dan tepat. Teknologi juga sangat berpengaruh pada inovasi yang akan dilakukan karena inovasi mengikuti perkembangan zaman atau perkembangan pasar sehingga produk yang dihasilkan tersebut menarik dan mampu bersaing dengan produk yang telah lebih dulu menguasai pangsa pasar yang ada. Sehingga strategi inovasi dan pemanfaatan teknologi sangat berpengaruh terhadap daya saing produk perusahaan. Menurut Prayitno dalam Ilyas (2001), teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan menurut Miarso (2007:62) Teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk , produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem.

Tinggi rendahnya daya saing seseorang/organisasi/instansi tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam kewilayahan (daerah), Tumar Sumihardjo (2008: 37-38) mengidentifikasi tentang indikator utama dan spesifik sebagai penentu daya saing. Ruang lingkup daya saing pada skala makro

meliputi: “(1) perekonomian daerah, (2) keterbukaan, (3) sistem keuangan, (4) infrastruktur dan sumber daya alam, (5) ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) sumber daya alam, (7) kelembagaan, (8) governance dan kebijakan pemerintah,

dan (9) manajemen dan ekonomi mikro.”

Dengan demikian, strategi inovasi dan pemanfaatan teknologi sangat berpengaruh terhadap peningkatan daya saing suatu perusahaan.


(12)

Tak banyak jenis olahraga yang mampu bermetamorfosis menjadi sarana hiburan, sarana komunikasi, dan akhirnya menjadi gaya hidup. Meski tak semata merupakan jenis olahraga, aktivitas bersepeda tampaknya menjadi fenomena. Bersepeda tumbuh menjadi hobi yang sangat populer, menjawab kebutuhan berbagai lapisan usia, dan merambah beragam strata sosial ekonomi.

Alat fungsional yang semula merupakan sarana transportasi sederhana dan murah itu kini tak bisa dipandang remeh. Karena bergerak menjadi sebuah gaya hidup, harga sebuah sepeda tak lagi murah, terdongkrak oleh berbagai strategi pemasaran dan pencitraan. Sebuah sepeda gunung produk massal spesifikasi tinggi bisa bernilai hingga delapan puluhan juta rupiah! Padahal, satu dekade lalu, produk sepeda sejenis paling-paling bernilai di kisaran ratusan ribu rupiah.

Di kawasan tempat kumpul para pesepeda seperti jalur JPG (Jalur Pipa Gas), Cimanuk, Jalur Puncak (sekitar Jakarta), Cangkringan-Kaliurang (utara Yogyakarta), atau Wonorejo (Surabaya), tiap akhir pekan bisa berkumpul ratusan orang. Berkumpulnya ratusan pehobi sepeda itu dengan sendirinya mengundang bermacam jenis penyedia kebutuhan pesepeda yang menghidupkan perekonomian dalam skala tertentu.

Budaya bersepeda di Indonesia setidaknya dikenal sejak zaman penjajahan Belanda menjelang abad ke-19. Namun, pada masa itu hanya kalangan pangreh praja dan kaum ningrat daerah yang mampu membeli sepeda buatan Belanda.

Sepeda menjadi simbol kemapanan dan gengsi di tengah strata sosial masyarakat masa kolonial saat itu. Setelah era kemerdekaan, berbagai produk


(13)

sepeda makin bervariasi dalam bentuk, fungsi, maupun harga. Umumnya orang

menggunakan sepeda ”kumbang”, sepeda ”jengki”, sepeda ”unta”, dan sepeda ”ontel” produksi Jepang, China, Eropa, maupun produk dalam negeri. Yang jelas,

sepeda lebih banyak berfungsi sebagai alat fungsional yang mencapai era puncaknya, dengan penanda banyak berseliweran di jalan raya, sampai tahun 1970-an. bersepeda memperoleh momentum baru setelah tahun 1990-an muncul model sepeda baru, yakni mountain bike. Meski belum langsung populer, bersepeda mulai kembali marak meski tidak lagi bersifat alat transportasi utama di jalan raya.

Seiring berkembangnya jaman muncul lah trend baru pada tahun 2008 yang dimana masyarkat pada masa itu mulai sadar menggunakan sepeda untuk kepentingan commuter dan banyak orang memilih sepedah jenis roadbike atau fixed gear dan sepeda lipat. Sejak kelahiran trend itulah arus kebiasaan orang bersepeda bergeser lagi dari alat transportasi fungsional perlahan menjadi kegiatan hobi dan akhirnya menjadi gaya hidup perkotaan.

Tingginya minat masyarakat untuk bersepeda berimbas pada munculnya berbagai komunitas sepeda, di antaranya komunitas jenis sepeda tertentu seperti komunitas sepeda lipat, komunitas sepeda fixie, komunitas sepeda low rider, komunitas sepeda ontel, dan masih banyak komunitas lainnya selain itu dikota bandung khususnya diberlakukan peraturan baru oleh walikota yaitu jum’at bersepeda sehingga berimbas pada persaingan bisnis antar produsen sepeda di Indonesia. Para produsen sepeda dituntut untuk menciptakan sebuah produk sepeda yang efektif dan efficient sesuai dengan tipe atau genre sepeda itu sendiri.


(14)

Alphalab adalah sebuah pengrajin pembuat frame sepeda yang sekarang workshopnya berada di jl. Awiligar no 57 Bandung, Alphalab fokus membuat Frame sepeda untuk penggunaan sepeda dijalan raya atau untuk keperluan commuter, pada tahun 2003 pertama kalinya alphalab membuat frame sepeda BMX untuk menyalurkan hobi dari ownernya, barulah pada tahun 2008 alphalab mulai melihat celah peluang bisnis dan mulai serius membuat kostum frame sepeda fixed gear. Seiring berjalannya bisnis tersebut alphalab terus memperbaiki konsep produknya dengan beberapa pegawai yang handal dibidangnya.

Ketika memuncaki masa kejayaan nya pada tahun 2011 alphalab pernah tembus hingga Malaysia, Singapore dan Amerika akibatnya alphalab kebanjiran pesanan, meski produksinya dalam skala kecil dan menengah. Keterbatasan teknologi dalam pembuatan frame sepeda menjadi tantangan tersendiri bagi perushaan tersebut dimana alphalab hanya menggunakan alat alat sederhana dan lebih mengandalkan keterampilan dari pegawainya dalam pembuatan frame sepedanya.


(15)

Berikut ini adalah table penjualan sepeda alphalab dari tahun 2012 hingga 2015.

Tabel 1.1

Penjualan Frame Sepeda Alphalab

Tahun Penjualan

2012 123

2013 78

2014 84

2015 98

Sumber : alphalab Bandung

Seiring dengan berkembangnya pabrik sepeda menyebabkan persaingan semakin meningkat. terutama dampak persaingan ini dirasakan sekali bagi perusahaan sepeda yang masih kecil, sehingga keunggulan kompetitif menjadi penting. Pada era sekarang ini banyak produsen frame sepeda sudah meninggalkan material Hi-ten karena saat menyambungkan/mengelas frame sulit dilakukan oleh robot karena tube yang kecil maka diperlukan orang yang mempunyai keahlian dan ketelitian tinggi untuk mengelas frame Hi-ten. akan tetapi alphalab masih tetap menggunakan material Hi-ten dalam pembuatan frame sepedanya berbeda dengan produsen sepeda yang lain yang sudah menggunakan material allumunium (alloy 6061)


(16)

Alasan utama Alphalab tetap menggunakan bahan / material Hi-ten karena bahan ini mudah ditemukan dipasar selain itu harga bahan tersebut relatif lebih murah dibandingkan material / bahan allumunium. Bahan Hi-ten ini kaku dan berat. Karena berat maka biasanya didesain dengan diameter tube kecil. Selain berat, dapat lebih mudah timbul karat berbeda dengan bahan allumunium (alloy 6061). Frame alluminum dapat sangat kaku dan ringan karena kepadatannya begitu rendah, kompensasinya diameter tube dibuat lebih besar dan dinding tube lebih tebal. Maka dari itu proses penyambungan yang dilakukan oleh robot mudah dilakukan. Akan tetapi Alluminum mempunyai “kelelahan” pada masa pakainya, biasanya diatas 5 tahun alluminum tingakat kekuatan, kekakuan dan presisinya menjadi berkurang dan mudah rusak. Dan berikut ini adalah table survey awal terhadap pemakai sepeda Alphalab Bandung.

Tabel 1.2

Survey Awal Pada Pemakai Frame Sepeda Alphalab

Variabel Indikator Keterangan

Strategi inovasi Produk (X1)

Bentuk / Geometry 60% responden menyatakan bahwa mereka menginginkan

Geometry baru,

sedangkan 40%

responden menyatakan tidak perlu

Material / bahan Frame 55% responden menyatakan bahwa menginginkan material/bahan baru, sedangkan 45% responden lainnya mengatakan tidak perlu


(17)

Ketersedian Warna 70% responden menyatakan bahwa mereka menginginkan warna yang lebih

menarik, sedangkan 30% lainnya menyatakan tidak perlu

Pemanfaatan Teknologi (X2)

Teknologi Informasi 60% responden menyatakan bahwa mereka setuju dengan pemanfaatan teknologi informasi seperti website sedangkan 40%

responden lainnya tidak Teknologi Pemrosesan 30% responden

menyatakan bahwa mereka menginginkan sistem pemrosesan modern, sedangkan 70% menyatakan tidak perlu Teknologi Komunikasi 60% responden

menyatakan bahwa mereka menginginkan system pembelian online, sedangkan 40% lainnya menyatakan tidak perlu Kemampuan Daya

Saing (Y)

Harga Bersaing 40% responden

menyatakan bahwa Frame alphalab mampu bersaing, sedangkan 60%

responden lainnya tidak Kualitas Produk 60% responden

menyatakan bahwa mereka menyukai kualitas produk alphalab sedangkan 40% responden lainnya memilih produk lain

Keunggulan Produk 50% responden menyatakan bahwa alphalab lebih unggul dari produk lain, sedangkan 50% responden lainnya memilih produk lain Sumber : Data Primer yang telah diolah


(18)

Berdasarkan survey dari 20 orang responden, terdapat masalah pada indikator-indikator yang terjadi seperti pada strategi inovasi produk dimana para responden menginginkan adanya bentuk frame / geometry baru, material / bahan Frame dan warna yang lebih menarik. Pada indikator pemanfaatan teknologi, responden menginginkan adanya pemanfaatan teknologi informasi seperti website dan system pembelian lewat online sedangkan pada indikator kemampuan daya saing responden menginginkan harga yang lebih bersaing atau yg lebih murah.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan dituangkan dalam skripsi yang berjudul :

“PENGARUH STRATEGI INOVASI PRODUK DAN PEMANFAATAN

TEKNOLOGI TERHADAP DAYA SAING BISNIS FRAME SEPEDA ALPHALAB BANDUNG”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Bagaimana inovasi produk dan pemanfaatan teknologi terhadap kemampuan daya saing Frame Sepeda alphalab sehingga mampu bersaing dengan merek-merek Frame sepeda lain yang sudah menguasai pangsa pasar.


(19)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Belum adanya inovasi terhadap produk dalam hal menciptakan bentuk / geometry Frame Sepeda fixed gear alphalab bandung 2. Masih kurangnya pemanfaatan teknologi dalam kegiatan

pembuatan frame sepeda fixed gear dan ketersediaan warna produk pada alphalab bandung.

3. Perlunya peningkatan pemasaran produk melalui pengiklanan dan promosi melalui media online dengan memanfaatkan teknologi internet maupun media cetak atau elektronik pada alphalab bandung

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tanggapan responden terhadap inovasi produk pada Sepeda Alphalab Bandung

2. Bagaimana tanggapan responden terhadap pemanfaatan teknologi pada sepeda Alphalab Bandung

3. Bagaimana daya saing produk sepeda Alphalab Bandung

4. Seberapa besar pengaruh inovasi produk dan pemanfaatan teknologi terhadap daya saing pada sepeda Alphalab Bandung secara parsial dan simultan


(20)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan daya saing Frame sepeda fixed gear Alphalab Bandung sehingga mampu bersaing dengan merek-merek lain yang sudah menguasai pangsa pasar, bagi kepentingan penelitian adalah sebagai bahan analisis yang akan dipakai dalam kegiatan penelitian penulis,untuk menentukan hasil akhir dari pemecah masalah.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui tanggapan responden tentang inovasi produk Frame sepeda fixed gear Alphalab Bandung

2. Untuk mengetahui tanggapan responden tentang pemanfaatan teknologi pada Frame sepeda fixed gear Alphalab Bandung 3. Untuk mengetahui tanggapan konsumen tentang daya saing pada

Frame sepeda fixed gear Alphalab Bandung

4. Untuk mengetahui pengaruh strategi inovasi dan pemanfaatan teknologi terhadap daya saing pada frame sepeda fixed gear Alphalab Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan penulis diharapkan mempunyai 2 (dua) kegunaan utama,yaitu (1) kegunaan Praktis dan (2) kegunaan Akademis. Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan:


(21)

1. Kegunaan Praktis

Adapun penulis mengharapkan dari hasil penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu:

Bagi Perusahaan : Sebagai bahan masukan untuk atau sumbangan informasi bagi pengelola perusahaan dalam menentukan langkah dan kebijakan perusahaan khususnya dalam menentukan strategi inovasi produk, pemanfaatan teknologi, dan daya saing.

2. Kegunaan Akademis a. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai strategi inovasi produk, pemanfaatan teknologi, dan daya saing. melalui penerapan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan mengaplikasikannya kedalam teori penelitian ini.

b. Bagi Peneliti Lain

Untuk peneliti lain diharapkan berguna sebagai bahan masukan dan penelitian berikutnya dan dapat menambah wawasan yang dapat menambah pengetahuan tentang strategi inovasi produk, pemanfaatan teknologi, dan daya saing.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pada upaya meningkatkan kualitas Frame sepeda Fixed gear Alphalab Bandung dengan judul pengaruh


(22)

strategi inovasi produk dan pemanfaatan teknologi terhadap daya saing bisnis frame sepeda alphalab Bandung

1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di workshop alphalab bandung yang berlokasi di Jalan awiligar No.57, Bandung, Jawa Barat 40111

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan maret hingga bulan agustus 2016

Tabel 1.3 Waktu Penelitian

No Uraian

Waktu Kegiatan

Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

Survey Tempat

Penelitian 2 Melakukan Penelitian 3 Mencari Data 4 Membuat Proposal 5 Seminar 6 Revisi 7 Penelitian Lapangan 8 Bimbingan 9 Sidang Akhir


(23)

14 2.1.1 Definisi Inovasi

Melihat pentingnya strategi inovasi untuk mengatasi persaingan usaha, tidak ada salahnya bila segera mencobanya untuk meningkatkan daya saing bisnis. Jangan pernah berhenti untuk berinovasi, karena para pesaing juga tidak pernah lelah untuk berkreasi. Seorang pengusaha bisa dikatakan sukses apabila mereka tidak hanya berhasil merintis sebuah usaha, namun juga berhasil memajukan bisnisnya di tengah gempuran pasar yang semakin hari semakin padat. Ramainya persaingan pasar dan munculnya beragam jenis peluang usaha, menuntut para pengusaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun strategi bisnis.

Hal ini sangatlah penting, mengingat belakangan ini banyak para pemula yang berhasil merintis usaha namun belum tentu berhasil mempertahankan kerajaan bisnisnya. Sebagian besar pelaku usaha pastinya berusaha untuk menciptakan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Strategi ini memang cukup efektif, sehingga produk yang diciptakan memiliki daya saing yang cukup kuat dan mampu bertahan di tengah padatnya persaingan pasar. Inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali pukul (one time phenomenon), melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses pengambilan keputusan oleh organisasi dari mulai penemuan gagasan sampai implementasinya di pasar.


(24)

Pengertian Inovasi menurut UU No. 18 tahun 2002 adalah : Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. Inovasi sebagai suatu proses digambarkan sebagai proses yang siklus dan berlangsung terusmenerus, meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi dan implementasi (Damanpour dkk dalam Brazeal, D.V. dan Herbert, T.T. 1997). De Jong & Den Hartog (2003) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap sebagai berikut:

a) Melihat kesempatan b) Mengeluarkan ide c) Implementasi d) Aplikasi

Menurut Adair (1996) mengatakan ada 3 fase dalam proses inovasi sebagai berikut:

1. Generating ideas

Keterlibatan individu dan tim dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki produk, proses dan layanan yang ada dan menciptkaan sesuatu yang baru

2. Harvesting ideas

Melibatkan sekumpulan orang untuk mengumpulkan dan mengevaluasiide-ide


(25)

3. Developing and implementing these ideas

Mengembangkan ide-ide yang telah terkumpul dan selanjutnya mengimplementasikan ide tersebut.

Hussey (2003) berupaya membentuknya dalam tahapan dan dibuat dengan akronim EASIER yaitu:

1. Envisioning Yaitu proses ini meliputi penyamaan pandangan mengenai masa depan untuk membentuk tujuan berinovasi. Visi ini harus meliputi ukuran, inovasi apa yangdilakukan untuk organisasi, ruang lingkup inovasi, dan bagaimana visi tersebut sesuai dengan visi organisasi.

2. Activating Yaitu penyampaian visi ke publik agar tercapai sebuah komitmen terhadap visi sehingga strategi akan relevan dengan visi begitu pula dengan implementasi visi.

3. Supporting Yaitu tahapan ini merupakan upaya seorang pemimpin tidak hanya di dalam memberikan perintah dan instruksi kepada bawahan, namun juga keterampilan di dalam menginspirasi bawahannya untuk bertindak inovatif. Dalam hal ini diperlukan kepekaan pemimpin dalam memahami bawahannya. Oleh karena itu, pemimpin hendaknya bersikap empatik.

4. Installing Yaitu pada tahapan ini merupakan tahapan implementasi. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kompleksitas strategi yang diperlukan dalam berinovasi dankonsekuensi yang diterima


(26)

Berikut ini beberapa hal yang dapat membantu seseorang didalam memberikan masukan dalam implementasi sebuah inovasi sebagai berikut: a. meyakinkan bahwa konsekuensi yang terjadi dapat

dipahami kemudian,

b. mengidentifikasi apakah tindakan yang dilakukan membawa perubahan,

c. mengalokasikan tanggung jawab dari berbagai tindakan yang diterima,

d. memprioritaskan tindakan yang diterima,

e. memberikan anggaran yang sesuai, mengatur tim kerja dan struktur yang dibutuhkan,

f. mengalokasikan orang-orang yang tepat,

g. dan menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk memperlancar implementasiinovasi.

5. Ensuring Yaitu kegiatan yang meliputi monitoring dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan sudah tepat waktu dan sesuai rencana. Apabila tidak sesuai dengan rencana maka rencana alternative apa yang dapat diambil. Selain itu, tahapan ini juga dipergunakan untuk memantau apakah hasil sesuai denganyang diharapkan sehingga apabila tidak, maka akan dibuat langkah penyesuaian

6. Recognizing Yaitu tahapan ini meliputi segala macam bentuk penghargaan terhadap bentuk inovasi. Hal tidak hanya meliputi reward dalam bentuk


(27)

finansial tapi dapat juga berbentuk kepercayaan, ucapan terima kasih yang tulus, serta bentuk promosi.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tahap dalam proses inovasi adalah sebagai berikut:

1. Melihat peluang

Peluang muncul ketika ada persoalan yang muncul atau dipersepsikan sebagai suatu kesenjangan antara yang seharusnya dan realitanya. Oleh karenanya, perilaku inovatif dimulai dari ketrampilan melihat peluang. 2. Mengeluarkan ide

Ketika dihadapkan suatu masalah atau dipersepsikan sebagai masalah maka gaya berfikir konvergen yang digunakan yaitu mengeluarkan ide yang sebanyak-banyaknya terhadap masalah yang ada. Dalam tahap ini kreativitas sangat diperlukan.

3. Mengkaji ide

Tidak Semua ide dapat dipakai, maka dilakukan kajian terhadap ide yang muncul. Gaya berfikir divergen atau mengerucut mulai diterapkan. Salah satu dasar pertimbangan adalah seberapa besar ide tersebut mendatangkan kerugian dan keuntungan. Ide yang realistik yang diterima, sementara ide yang kurang realistik dibuang. Kajian dilakukan terus menerus sampai ditemukan alternative yang paling mempunyai probabilitas sukses yang paling besar.


(28)

4. Implementasi

Dalam tahap ini, keberanian mengambil resiko sangat diperlukan. Resiko berkaitan dengan probabilitas kesuksesan dan kegagalan, oleh karenanya David McClelland menyarankan pengambilan resiko sebaiknya dalam taraf sedang. Hal ini berakaitan dengan probabilitas untuk sukses yang disebabkan oleh kemampuan pengontrolan perilaku untuk mencapai tujuan atau berinovasi.

2.1.1.1 Strategi Inovasi

Untuk melakukan sebuah inovasi, bisa memulainya dari hal-hal yang sederhana. Misalnya saja sebagai berikut :

1. Produk unik dan menarik

Sebagian besar pelaku usaha pastinya berusaha untuk menciptakan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Strategi ini memang cukup efektif, sehingga produk yang diciptakan memiliki daya saing yang cukup kuat dan mampu bertahan di tengah padatnya persaingan pasar. Selain menciptakan produk baru, mengembangkan produk yang sudah ada menjadi produk yang luar biasa. Dalam hal ini bisa meningkatkan kualitasnya, memperbaharui bentuknya, atau mempercantik kemasan produknya

2. Manfaatkan teknologi modern

Strategi inovasi juga bisa dijalankan dengan memanfaatkan bantuan teknologi modern dalam setiap proses produksi maupun operasional usaha. Dengan begitu bisa lebih produktif, memiliki daya saing produk yang lebih tinggi serta


(29)

bisa lebih teliti untuk mengurangi resiko kesalahan kerja yang disebabkan oleh human error.

3. Meningkatkan kualitas SDM

Untuk menciptakan produk yang inovatif, tentunya dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompetensi dan memiliki kreativitas cukup tinggi. Karenanya sebelum merencanakan sesuatu yang inovatif, penting bagi perusahaan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan sesuai dengan perkembangan perusahaan. Sebab, tanpa tangan-tangan kreatif, mustahil sebuah produk inovatif bisa tercipta.

4. Tingkatkan Pelayanan

Disamping strategi inovasi dengan menciptakan sebuah produk, perusahaan juga bisa menawarkan pelayanan khusus bagi konsumen. Misalnya saja melayani pemesanan secara online, memberikan layanan delivery order, serta menawarkan paket one stop service untuk memberikan total solusi bagi para konsumen.

Menurut I Ketut Gede (2006. Hal : 104) strategi inovasi adalah sebuah cara untuk mengatasi persaingan usaha. Dan didalam persaingan bisnis manufaktur terdapat 3 indikator yaitu : warna, material dan bentuk dari produk itu sendiri. Sebuah perusahaan bisnis tidak ada salahnya mencobanya untuk meningkatkan daya saing bisnis. Jangan pernah berhenti untuk berinovasi, karena para pesaing juga tidak pernah lelah untuk berkreasi. Seorang pengusaha bisa dikatakan sukses apabila mereka tidak hanya berhasil merintis sebuah usaha, namun juga berhasil memajukan bisnisnya di tengah gempuran


(30)

pasar yang semakin hari semakin padat. Ramainya persaingan pasar dan munculnya beragam jenis peluang usaha menuntut para pengusaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun strategi bisnis. (http://strategiinovasi.google.com)

2.1.2 Pemanfaatan Teknologi

Teknologi diartikan sebagai ilmu terapan dari rekayasa yang diwujudkan dalam bentuk karya cipta manusia yang didasarkan pada prinsip ilmu pengetahuan. Menurut Miarso (2007) pemanfaatan teknologi adalah suatu bentuk proses yang meningkatkan nilai tambah, proses yang berjalan dapat menggunakan atau menghasilkan produk tertentu dimana produk yang tidak tepisah dari produk yang sudah ada. Sedangkan menurut Prayitno dalam Ilyas (2001), pemanfaatan teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia, adapun unsur unusr pemanfaatan teknologi sebagai berikut :

a. Teknologi data yakni perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menangkap, menyimpan dan mengelola data. b. Teknologi pemrosesan yakni perangkat keras dan perangkat lunak

yang digunakan untuk mengubah data menjadi informasi yang bermamfaat.

c. Teknologi komunikasi yakni perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menghubungkan teknologi data dan teknologi pemrosesan yang terdapat pada berbagai lokasi.


(31)

Sedangkan menurut Mardikanto (1993), teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi adalah hal-hal yang baru yang belum diketahui, diterima dan digunakan banyak orang dalam suatu lokasi tertentu baik berupa ide maupun berupa benda atau barang. Suatu teknologi dapat diterima oleh masyarakat khususnya petani jika teknologi tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1) segi teknis mudah digunakan,

(2) segi ekonomi dapat memberi keuntungan, dan

(3) segi sosial budaya dapat diterima serta tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada/berlaku.

2.1.2.1 Dampak Perkembangan Teknologi

Teknologi Informasi telah mampu mengubah lingkungan bisnis menjadi dinamis dan berinteraksi dengan perkembangan teknologi informasi yang menyebabkan transformasi bisnis dan organisasi.

Teknologi informasi dalam perkembangannya telah mampu berperan sebagai katalisator untuk pembentukan dan penyusunan kembali organisasi dan berperan aktif sebagai agen perubahan yang dramatis untuk memperoleh perbaikan yang radikal dalam kinerja organisasi, baik dalam kualitas, biaya, pelayanan, dan kecepatan.


(32)

Tipe dan fungsi peranan teknologi informasi ini secara langsung akan berpengaruh terhadap rancangan atau desain struktur organisasi perusahaan; dan struktur organisasi departemen, divisi, atau unit terkait dengan sistem informasi, teknologi informasi, dan manajemen informasi.

5 (lima) peranan mendasar teknologi informasi dalam struktur organisasi : a. Fungsi Operasional yang membuat struktur organisasi

menjadi lebih ramping dan jauh dari sifat birokratis karena sejumlah aspek administratif yang ketat dan teratur telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi. Karena sifat penggunaannya yang menyebar di seluruh fungsi organisasi, maka unit terkait dengan manajemen teknologi

informasi akan menjalankan fungsinya sebagai “supporting agency” dimana teknologi informasi dianggap sebagai sebuah “firm infrastructure”.

b. Fungsi Monitoring and Control mengandung arti bahwa keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas dilevel manajerial – embedded di dalam setiap fungsi manajer - sehingga struktur organisasi unit terkait dengannya harus dapat

memiliki “span of control” atau “peer relationship” yang

memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di perusahaan terkait.


(33)

c. Fungsi Planning and Decision mengangkat teknologi informasi ke tataran peran yang lebih strategis lagi karena keberadaannya sebagai enabler dari rencana bisnis

perusahaan dan merupakan sebuah “knowledge generator”

bagi para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya. Tidak jarang perusahaan yang pada akhirnya memilih menempatkan unit teknologi informasi sebagai bagian dari fungsi perencanaan dan/atau pengembangan korporat karena fungsi strategis tersebut diatas.

d. Fungsi Communication secara prinsip termasuk ke dalam

“firm infrastructure” dalam era organisasi moderen dimana

teknologi informasi ditempatkan posisinya sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi. Seperti halnya pada Fungsi Operational, unit teknologi informasi akan menempatkan dirinya sebagai penunjang aktivitas sehari-hari perusahaan.

e. Fungsi Interorganisational merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu belakangan ini oleh semangat globalisasi yang memaksa perusahaan untuk melakukan kolaborasi atau menjalin kemitraan dengan sejumlah


(34)

perusahaan lain. Konsep kemitraan strategis atau partnerships berbasis teknologi informasi seperti pada implementasi Supply Chain Management atau Enterprise Resource Planning membuat perusahaan melakukan sejumlah terobosan penting dalam mendesain struktur organisasi unit teknologi informasinya. Bahkan tidak jarang ditemui perusahaan yang cenderung melakukan kegiatan pengalihdayaan atau outsourcing sejumlah proses bisnis terkait dengan manajemen teknologi informasinya ke pihak lain demi kelancaran bisnisnya. (www.google.com)

2.1.3 Daya Saing Perusahaan

2.1.3.1 Pengertian Daya Saing

Secara bebas, Tumar Sumihardjo (2008:8), memberikan penjelasan tentang istilah daya saing ini, yaitu: “Kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal

tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi tertentu.”

Porter (1994: ix-xvii) dalam Tumar Sumihardjo (2008:8) menyebutkan bahwa: istilah daya saing sama dengan competitiveness atau competitive. Sedangkan istilah keunggulan bersaing sama dengan competitive advantage.


(35)

Hal senada diungkapkan oleh Rangkuti (2003) dalam Kuncoro (2008:73),

bahwa: “Keunggulan bersaing merupakan kegiatan spesifik yang dikembangkan

oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya”.

Kata unggul, berdasarkan pendapat Tumar Sumihardjo (2008) dan Rangkuti (2003) di atas, merupakan posisi relatif organisasi terhadap organisasi lainnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Agus Rahayu (2008:66) bahwa:

Keunggulan merupakan posisi relatif dari suatu organisasi terhadap organisasi lainnya, baik terhadap satu organisasi, sebagian organisasi atau keseluruhan organisasi dalam suatu industri. Dalam perspektif pasar, posisi relatif tersebut pada umumnya berkaitan dengan nilai pelanggan (customer value). Sedangkan dalam perspektif organisasi, posisi relatif tersebut pada umumnya berkaitan dengan kinerja organisasi yang lebih baik atau lebih tinggi.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing

Tinggi rendahnya daya saing seseorang/organisasi/instansi tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam kewilayahan (daerah), Tumar Sumihardjo (2008: 37-38) mengidentifikasi tentang indikator utama dan spesifik sebagai penentu daya saing. Ruang lingkup daya saing pada skala makro

meliputi: “(1) perekonomian daerah, (2) keterbukaan, (3) sistem keuangan, (4)

infrastruktur dan sumber daya alam, (5) ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) sumber daya alam, (7) kelembagaan, (8) governance dan kebijakan pemerintah, dan (9) manajemen dan ekonomi mikro.”

Tumar Sumihardjo (2008) lebih jauh menjelaskan bahwa ruang lingkup daya saing pada skala makro ini, lebih menyoroti pada kelembagaan keuangan,


(36)

pendidikan dan teknologi, regulasi serta manajemen, dimana satu dengan yang lainnya memiliki keterikatan.

Selanjutnya pendapat lainya, dikemukan oleh Agus Rahayu (2008:65) yang menyebutkan ada beberapa aspek yang dapat menjadi daya tarik suatu

organisasi hingga organisasi tersebut akan memiliki daya saing, antara lain: “(1)

aspek pertumbuhan pasar, yang mencakup: ukuran pasar, tingkat pertumbuhan dan potensi pasar; (2) aspek intensitas persaingan, mencakup: jumlah organisasi,

kemudahan untuk masuk dan produk substitusi; serta (3) aspek akses pasar.”

Crevans (1996) mengutip pendapat Day & Wensley menyebutkan bahwa keunggulan bersaing dipandang sebagai suatu proses dinamis. Prosesnya meliputi sumber keunggulan, keunggulan posisi, dan prestasi akhir suatu investasi laba untuk mempertahankan keunggulan bersaing.

2.1.3.3 Indikator Daya Saing

Menurut Porter (2008:419) indikator daya saing yaitu: a) Harga bersaing

b) Kualitas produk c) Keunggulan produk 2.2 Penelitian Terdahulu

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, dapat di sajikan daftar penelitian terdahulu dan teori yang sudah dijabarkan atau dikemukakan sehingga dapat membedakan keorisinalitasan penelitian ini


(37)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Judul Penelitian /

Judul Referensi

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 E-Business:

Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Emilia Widjaja (2003) E-business merupakan salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan daya saing melalui berbagai manfaat yang diberikannya, diantaranya perolehan efisiensi biaya operasi, kecepatan menjangkau pasar, maupun jangkauan geografis usaha yang lebih luas.

Menggunakan Variabel Daya Saing perusahaan Penelitian ini menambahkan variable strategi inovasi dan pemanfaatan teknologi


(38)

2 Pengaruh kreativitas dan trade exhibition terhadap inovasi berkelanjutan dan kinerja pemasaran sentra industri kecil meubeul kayu di kabupaten madiun Sonang Sitohang (2006) Kreatifitas berpengaruh positif signifikan terhadap inovasi berkelanjutan sentra industri kecil mebel kayu di kabupaten madiun

Variabel Y independen yang di teliti adalah Strategi inovasi produk

Tidak ada variabel X1 dan X2 yaitu kreativitas dan trade exibition

No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 3 Penerapan Teknologi

Sistem Informasi dan Teknologi Tepat Guna Pada Usaha Kecil Menengah Mohammad Abdul Mukhyi (2008) Propinsi Jawa Barat mempunyai potensi untuk mengembangkan UKM di bidang pertanian

dengan berbagai peluang dan kesempatan yang ada, akan tetapi pengembangan dan pembinaan serta penyuluhan dari pihak-pihak terkait kurang. Variabel X1 Teknologi Sistem dan X2 Teknologi tepat guna

Tidak ada Y Usaha kecil menengah

4 Manajemen teknologi dan Inovasi sebagai kunci daya saing bisnis dalam era globalisasi Tatang A Taufik (2006) Manajemen teknologi berpengaruh positif signifikan terhadap Inovasi sebagai kunci daya saing bisnis dalam era

globalisasi

Variabel X1 teknologi, X2 inovasi dan Y daya saing bisnis


(39)

5 Teknologi informasi dan budaya perusahaan: Implikasinya terhadap strategi perusahaan

I Dewa Nyoman Badera (2006)

Teknologi informasi dan budaya perusahaan adalah dua hal yang menentukan keberhasilan strategi perusahaan Variabel X1 Teknologi informasi

Tidak ada X2 budaya

perusahaan dan Y strategi perusahaan

2.3 Kerangka Pemikiran

Melonjaknya jumlah pelaku usaha belakangan ini tentunya mengakibatkan persaingan pasar menjadi semakin ketat. Bahkan sekarang ini persaingan antara pengusaha yang satu dengan pelaku usaha lainnya sudah dalam kondisi yang semakin kompleks, sehingga masing-masing perusahaan kini berlomba menciptakan inovasi-inovasi baru untuk mempertahankan eksistensi bisnisnya.

Menggunakan inovasi baru untuk menghadapi persaingan pasar ternyata cukup efektif untuk memenangkan pasar yang ada. Tanpa adanya inovasi dari para pelaku usaha, bisa dipastikan konsumen akan cepat bosan dan bisnisnya pun akan tenggelam di tengah ramainya persaingan. Karena itulah, para pelaku usaha kecil maupun besar dituntut untuk selalu berinovasi baik dalam urusan internal perusahaan maupun untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan.

Untuk melakukan sebuah inovasi, bisa memulainya dari hal-hal yang sederhana. Misalnya saja sebagai berikut :


(40)

Sebagian besar pelaku usaha pastinya berusaha untuk menciptakan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Strategi ini memang cukup efektif, sehingga produk yang diciptakan memiliki daya saing yang cukup kuat dan mampu bertahan di tengah padatnya persaingan pasar. Selain menciptakan produk baru, perusahaan juga bisa mengembangkan produk yang sudah ada menjadi produk yang luar biasa. Dalam hal ini perusahaan bisa meningkatkan kualitasnya, memperbaharui bentuknya, atau mempercantik kemasan produknya.

b. Manfaatkan teknologi modern

Strategi inovasi juga bisa dijalankan dengan memanfaatkan bantuan teknologi modern dalam setiap proses produksi maupun operasional usaha. Dengan begitu perusahaan bisa lebih produktif, memiliki daya saing produk yang lebih tinggi, serta bisa lebih teliti untuk mengurangi resiko kesalahan kerja yang disebabkan oleh human error.

2.3.1 Keterkaitan Inovasi Produk Terhadap Daya Saing Perusahaan

Inovasi sebagai suatu proses digambarkan sebagai proses yang siklus dan berlangsung terusmenerus, meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi dan implementasi (Damanpour dkk dalam Brazeal, D.V. dan Herbert, T.T. 1997). De Jong & Den Hartog (2003) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap sebagai berikut:


(41)

a. Melihat kesempatan b. Mengeluarkan ide c. Implementasi d. Aplikasi

Prakosa (2005:51) menjelaskan bahwa daya saing suatu produk merupakan salah satu faktor penentu dari kesuksesan produk baru (hingga suatu produk inovasi harus mempunyai keunggulan dibandingkan dengan produk lain sejenis). Keunggulan daya saing tersebut tidak lepas dari pengembangan produk inovasi yang dihasilkan sehingga akan mempunyai keunggulan dipasar yang selanjutnya akan menang dalam persaingan.

2.3.2 Keterkaitan Pemanfaatan Teknologi Terhadap Daya Saing Perusahaan Teknologi diartikan sebagai ilmu terapan dari rekayasa yang diwujudkan dalam bentuk karya cipta manusia yang didasarkan pada prinsip ilmu pengetahuan. Menurut Prayitno dalam Ilyas (2001), teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan menurut Mardikanto (1993), teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan atau organisasi yang bersangkutan.


(42)

Dengan demikian, untuk meningkatkan daya saing perlu diterapkan beberapa inovasi-inovasi terhadap produk dan juga pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

2.3.3 Keterkaitan Inovasi Produk dan Pemanfaatan Teknologi terhadap Daya Saing perusahaan

Inovasi teknologi menjadi semakin meningkat kompleksitas, biaya, dan resikonya sebagai timbal balik dari perubahan proses bisnis, tekanan persaingan yang tinggi, dan perubahan drastis dan cepat dari teknologi itu sendiri. Teknologi adalah sumber daya penting dan merupakan sub sistem dari organisasi. Dengan demikian, teknologi memiliki implikasi kritis terhadap daya saing dan keuntungan jangka panjang. Untuk tetap bertahan dan unggul dalam persaingan pasar.

perusahaan perlu memberikan perhatian dan mampu memperoleh keunggulan dari peluang teknologi untuk mendukung strategi bisnis serta meningkatkan operasi dan layanannya. Dalam hal ini, keberhasilan organisasi atau perusahaan sebagian ditentukan oleh daya tanggap dan adaptasi terhadap inovasi dan teknologi (Higa dkk, 1997). Sehingga penulis merangkum berbagai pendapat serta teori menyangkut strategi inovasi, pemanfaatan teknologi dan daya saing dalam suatu bagan kerangka pemikiran, sebagai berikut :


(43)

Paradigma Penelitian Prakosa (2005:51)

Higa dkk, (1997)

Mardikanto (1993) Gambar 2.1 2.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2007:93), hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap yang diberikan, baru didasarkan pada teori yang relevan bukan di dasarkan pada faktor faktor empiris yang diperoleh dari pengumpulan data.

Berdasarkan tujuan penelitian yang di deduksi melalui proposisi yang ada dalam paradigma penelitian, maka hipotesis dari laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : strategi inovasi berpengaruh terhadap daya saing di Alphalab Bandung

(X1) Strategi Inovasi

Indikator : - Warna - Bentuk

- Material / Bahan

I Ketut Gede (2006. Hal : 104) (Y) Daya Saing

Indikator : - Harga

- Kualitas Produk - Keunggukan Produk

Porter (2008. Hal : 419) (X2 ) Pemanfaatan Teknologi

Indikator : - Teknologi data - Teknologi pemrosesan - Teknologi Komunikasi


(44)

H2 : pemanfaatan teknologi berpengaruh terhadap daya saing di Alphalab Bandung

H3 : Terdapat pengaruh strategi inovasi daan pemanfaatan teknologi terhadap daya saing di Alphalab Bandung


(45)

35

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian menurut Sugiyono (2015:2) adalah sebagai berikut:

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,

memecahkan dan mengantisipasi masalah”

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk


(46)

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai lima. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari, untuk kemudian ditarik kesimpulan.Adapun tujuan penelitian Deskriptif menurut Husein Umar (2004:47) yaitu untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

Pendekatan verifikatif menurut Sugiyono (2005 : 21) adalah : “metode verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain

dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Tujuan dari metode verifikarif yaitu merupakan pembuktian untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif melalui suatu perhitungan statistik, Penelitian yang digunakan untuk menguji variabel X1 dan X2 pengaruhnya terhadap Y yang akan diteliti. sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis ditolak atau diterima. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Adapun obyek yang di uji dalam penelitian ini adalah

“Pengaruh Strategi Inovasi Produk Dan Pemanfaatan Teknologi Terhadap Daya Saing Bisnis Frame Sepeda Fix Gear Alphalab Bandung”.


(47)

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan Metode Survei Penjelasan ( Explanatory Survey Method). Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, dalam penelitian akan digunakan statistika yang cocok, untuk itu dalam analisis menggunakan multiple regrestion (regresi berganda).

3.1.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam

melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis penelitian Metode yang digunakan

Unit analisis Time horizon T-1 Deskriptif Exsplanatory

dan Survey Alphalab Bandung Cross Sectional T-2 Deskriptif Exsplanatory

dan Survey Alphalab Bandung Cross Sectional T-3 Deskriptif Exsplanatory

dan Survey Alphalab Bandung Cross Sectional

T-4 Deskriptif dan Verifikatif Exsplanatory dan Survey Alphalab Bandung Cross Sectional


(48)

Menurut Sugiyono (2009:26), menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain penelitian pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber masalah

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian yaitu variabel Seleksi, variabel Pengaruh Strategi Inovasi Produk Dan Pemanfaatan Teknologi Terhadap Daya Saing Bisnis Frame Sepeda Fix Gear Alphalab Bandung

2. Perumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas.


(49)

Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara menguji hipotesis.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah Pengaruh Strategi Inovasi Dan Pemanfaatan Teknologi Terhadap Kemampuan Daya Saing Perusahaan. Untuk langkah-langkah pengujian hipotesis yaitu menentukan variabel pengukuran, menentukan hipotesis nol (Ho), menentukan hipotesis alternatif (Hi) dan menguji tingkat signifikan.


(50)

5. Metode penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang di kehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan verifikatif.

6. Menyusun instrument penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman perkembangan perusahaan. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih dulu di uji validitas dan reliabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bemanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.


(51)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

3.1.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Operasionalsasi variabel dimaksudkan untuk memperjelas variabel-variabel yang diteliti beserta pengukuran-pengukurannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu :

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat), Sugiyono (2009:59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Strategi Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, Sugiyono (2009:59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Dependent (terikat) Daya Saing Bisnis.

X1

X2


(52)

Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian ini dapa dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Konsep variable Indicator Ukuran Sumber data skala Strategi

Inovasi

(Variabel X1)

Inovasi sebagai suatu proses digambarkan sebagai proses yang siklus dan berlangsung terus menerus, meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi dan implementasi (Damanpour dkk dalam Brazeal, D.V. dan Herbert, T.T. 1997).

1. Bentuk / geometri Bentuk Frame baru Alphalab Bandung O R D I N A L 2. Material /

Bahan Frame Material atau Bahan dari Frame 3.Ketersedia an warna Ketersedia an warna yang lebih menarik Pemanfaatan Teknologi (Variabel X2 Teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Menurut Prayitno dalam Ilyas (2001),

1.Teknologi Informasi

Website Alphalab Bandung O R D I N A L 2.Teknologi Pemrosesan Alat tradisional dalam produksi 3.Teknologi Komunikasi Pembelian secara online


(53)

Variabel Konsep Variable Indikator Ukuran Sumber data Skala Daya Saing

(Variabel Y)

Daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi tertentu.

( Tumar Sumihardjo, 2008:8) 1.Harga Bersaing Harga produk alphalab dibanding merek terkenal Alphalab Bandung O R D I N A L 2. Kualitas Produk Kualitas produk lain dengan alphalab 3.Keunggula n Produk Keunggul an produk alphalab

3.2 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.1 Sumber Data

Penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai objek yang akan diteliti, data tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua jenis data : 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil langsung dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan tertentu yang dibuat untuk itu. (Umi Narimawati 2007:76)

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data penunjang yang digunakan untuk mendukung penelitian, dalam penelitian ini meliputi informasi mengenai karakteristik organisasi, jumlah karyawan, data hasil evaluasi karyawan,


(54)

penelitian terdahulu, serta materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan diteliti oleh penulis. (Umi Narimawati 2007:76)

3.2.2 Teknik Penentuan Data 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009:115), populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Populasi dari penelitian ini adalah pembeli frame sepeda fixgear alphalab pada bulan januari hingga maret 2016 sebanyak 34 frame sepeda. Alasan penulis memilih populasi tersebut dikarenakan terdapat rekap data pembeli yang lengkap sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini selain itu pada bulan terdapatnya sebuah Event fixedgear yang selalu rutin diselenggarakan tiap tahun nya.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2009:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik yang di ambil dalam penelitian dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012:96). Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Adapun yang menjadi sampel yang


(55)

digunakan untuk pengukuran kuesioner adalah Pembeli / Konsumen Frame sepeda Alphalab Bandung sebanyak 34 Pembeli Frame sepeda Alphalab.

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan pengumpulan data lapangan dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada intansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang di peroleh langsung dari Alphalab Bandung Bandung).

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung terhadap obyek yang diteliti, seperti :

a) Angket (Kuesioner)

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistik. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada responden yang berhubungan dalam penelitian ini karena data ini bersifat ordinal/rasio maka selanjutnya nilai – nilai dari alternatif tersebut dijumlahkan untuk setiap responden. Adapun kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(56)

Tabel 3.3 Skala Likert

Jawaban Bobot Nilai

a. Sangat Setuju (SS) 5

b. Setuju (S) 4

c.Cukup (C) 3

d. Tidak Setuju (TS) 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b) Pengamatan (Observasi)

Dengan mengadakan penelitian dan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan dan keadaan dialokasi penelitian guna memperoleh data dan informasi mengenai subyek penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner sebagai data penelitian. Sebelum kuesioner atau instrument penelitian disebarkan kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya alat ukur yang digunakan, sedangkan pengujian reliabilitas untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya.


(57)

3.2.3.1 Uji Validitas

Menurut Cooper (2006:720) dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati(2010:42), validitas adalah :

“Validity is a characteristic of measurement concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure”.

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing

– masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut :

� ∑ � ∑ ∑ �

√ ∑ ∑ ∑ � ∑ � Keterangan :

r = Koefisien korelasi pearson x = Skor item pertanyaan y = Skor total item pertanyaan

N = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument

Apabila koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar atau sama dengan 0,30, maka item tersebut dinyatakan valid (Barker et al, 2002; 70). Hal ini berarti, instrumen penelitian tersebut memiliki derajat ketepatan dalam mengukur variabel yang sedang diukur, dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Akan tetapi apabila koefisien korelasi lebih kecil dari 0,30, maka item tersebut


(58)

dinyatakan tidak valid, dan tidak akan diikutsertakan dalam pengujian hipotesis atau instrumen tersebut dihilangkan dari pengukuran variabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan. Berikut adalah hasil uji validitas yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas

Variabel No Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan

Strategi Inovasi (X1)

1 0,769 0.3 Valid

2 0,829 0.3 Valid

3 0.745 0.3 Valid

4 0.818 0.3 Valid

5 0.835 0.3 Valid

Pemanfaatan Teknologi

(X2)

6 0,863 0.3 Valid

7 0,748 0.3 Valid

8 0.799 0.3 Valid

Daya Saing (Y)

9 0.794 0.3 Valid

10 0.616 0.3 Valid

11 0.815 0.3 Valid

(Sumber: Hasil pengolahan data : 2016)

Pada tabel di atas menunjukkan hasil uji validitas seluruh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur Strategi Inovasi, Pemanfaatan Teknologi dan Daya Saing. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini memiliki nilai koefisien validitas yang lebih besar dari 0.3 yang artinya seluruh instrumen pertanyaan tersebut dinyatakan valid.


(59)

3.2.3.2 Uji Reliabilitas

Menurut Cooper (2006:716) dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2010:43), reliabilitas adalah :

“Reliability is a characteristic of measurenment concerned with accuracy, precision, and consistency”

Meskipun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2001:4).

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut. Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Alpha-Cronbach dengan rumus sebagai berikut:

                t S i S k k

r .1

1

dimana

r

= nilai reliabilitas,

Si= jumlah varians skor tiap-tiap item,

t


(60)

Selanjutnya Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan koefisien realibilitas atau rhitung dengan rtabel, karena n (jumlah responden) = 34 maka

diketahui rtabel sebesar 0,339 berikut adalah hasil uji reliabilitas yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel rhitung rtabel Kesimpulan Strategi Inovasi (X1) 0,817 0,339 Reliabel

Pemanfaatan Teknologi (X2) 0,647 0,339 Reliabel

Daya Saing (Y) 0,619 0,339 Reliabel

(Sumber: Hasil pengolahan data : 2016)

Pada tabel di atas dapat dilihat koefisien reliabilitas yang diperoleh adalah seluruhnya lebih besar dengan dari rtabel yaitu 0,339, sehingga alat ukur yang

digunakan dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang telah diuraikan di atas, penulis menyimpulan bahwa keseluruhan jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini sudah teruji valid dan reliabel sehingga seluruh instrumen pertanyaan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian.


(61)

3.2.3.3 Uji MSI (Method of Successive Interval )

Data yang diperoleh sebagai hasil penyebaran dari kuesioner bersifat ordinal, maka agar analisis dapat dilanjutkan maka skala pengukurannya harus dinaikkan ke skala pengukuran yang lebih tinggi, yaitu skala pengukuran interval agar dapat diolah lebih lanjut. Untuk itu maka digunakan Method of Succesive Interval (MSI) dari Thurstone dalam Harun Al Rasyid (1996:33), yang pada dasarnya adalah suatu prosedur untuk menempatkan setiap objek ke dalam

interval.

Langkah-langkah dalam MSI (Umi Narimawati, 2007:82) adalah sebagai berikut :

a. Perhatikan banyaknya responden yang memberikan respon yang ada (1), artinya hitung frekuensi setiap skor.

b. Tentukan frekuensi kumulatif yaitu dengan menjumlahkan terus dari setiap skor.

c. Tentukan proporsi kumulatif dengan cara membagi frekuensi kumulatif dengan total frekuensi. Proporsi kumulatif dianggap mengikuti distribusi normal baku.

d. Selanjutnya adalah menghitung nilai z berdasarkan pada proporsi kumulatif diatas.

e. Dari nilai z yang diketahui tersebut tentukan nilai densitynya.

f. Hitung SV (Scale Value = nilai skala) untuk masing-masing proporsi responden,


(62)

dengan rumus:

Keterangan:

 Density at lower limit = Kepadatan Batas Bawah  Density at upper lim = Kepadatan Batas Atas

 Area under lower limit = Daerah di Bawah Batas Bawah  Area under upper limit = Daerah di Bawah Batas Atas

g. Mengubah Scale Of Value (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan mentrasformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh Transformed Scale Of Value (TSV) dengan rumus

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1 Rancangan Analisis

Menurut Narimawati umi (2010:41), rancangan analisis dapat di definisikan sebagai berikut :

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan


(63)

3.2.1.5.1 Analisis Data Deskriptif

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh Pembeli / pemakai Sepeda Fix Gear Alphalab Bandung berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana masing masing variabel penelitian. Metode kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan kalimat. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap indikator yang dinilai oleh karyawan, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua karyawan.

c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.

d. Untuk mendeskripsikan jawaban karyawan, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :


(64)

Skor Total =

X 100 %

(Sumber: Umi Narimawati, 2010:45)

Skor aktual adalah jawaban seluruh karyawan atas kuesioner yang telah diajukan.Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua karyawan diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Analisis deskriptif dilakukan mengacu kepada setiap indikator yang ada pada setiap variabel yang diteliti dengan berpedoman pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Kriteria Pengklasifikasian Presentase Skor Tanggapan Karyawan

No. % Skor Kriteria

1 20.00% – 36.00% Sangat Buruk/Sangat Rendah 2 36.01% –52.00% Buruk/Rendah

3 52.01% – 68.00% Cukup Baik/Sedang 4 68.01% – 84.00% Baik/Tinggi 5 84.01% – 100% Sangat Baik/Tinggi (Umi Narimawati, 2007:85)

3.2.1.5.2. Analisis Data Verifikatif (Kuantitatif)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan doiolah dengan pendektan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untung menganalisa data di perlukan data internal, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan sekala interval melalui metode “Methode Succesive Interval” (Hays, 1969:39) dan selanjutnya dianalisis regresi korelasi serta determinasi.


(1)

94

Maka pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut :

1) Pengujian strategi inovasi terhadap daya saing

 H01 ; = 0, Strategi Inovasi tidak berpengaruh terhadap Daya Saing Sepeda Alphalab

 H11 ; ≠ 0, Strategi Inovasi berpengaruh terhadap Daya Saing Sepeda Alphalab

Selanjutnya untuk menguji apakah pengaruh strategi inovasi terhadap daya

saing secara parsial maka digunakan uji-t, dengan menggunakan SPSS 17 for

windows didapatkan hasil uji-t sebagai berikut:

Tabel 4.24 Tabel Uji T (Parsial)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .533 .735 .752 .457

Strategi Inovasi .185 .072 .320 2.572 .015

Pemanfaatan Teknologi .581 .121 .601 4.823 .000

a . Dependent Variable: Daya Saing

Dari output tabel 4.24 diatas didapatkan nilai thitung untuk variabel strategi

inovasi sebesar 2,572, menggunakan taraf signifikan sebesar 5%, maka dari tabel

distribusi T didapat nilai ttabel untukdf = (α/2 ; n-k-1) = 0,05/2 ; 34 – 2 – 1 = (0,025 ;

31) yaitu 2.040 , dikarenakan thitung > ttabel (2,572 > 2.040) dan sig (0.015 < 0.05)


(2)

signifikan antara strategi inovasi terhadap daya saing frame sepeda Alphalab. Jika

disajikan dalam kurva Uji-t maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.5

Pengujian Hipotesis Strategi Inovasi Terhadap Daya Saing

Berdasarkan gambar 4.5 diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar 2.572 berada

pada daerah penolakan Ho yang menunjukkan bahwa strategi inovasi memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap daya saing Alphalab.

Keterkaitan ini didukung oleh penelitian Cynthia dan Hendra (2014:1222)

dimana inovasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan

bersaing.

2) Pengujian pemanfaatan teknologi terhadap daya saing

 H02 ; = 0, Pemanfaatan Teknologi tidak berpengaruh terhadap Daya Saing Sepeda Alphalab

 H12 ; ≠ 0, Pemanfaatan Teknologi berpengaruh terhadap Daya Saing Sepeda Alphalab

-2.040 0 2.040 2.572 Daerah penolakan Ho

Daerah penolakan Ho


(3)

96

Dari output tabel 4.24 diatas didapatkan nilai thitung untuk pemanfaatan teknologi

sebesar 4.823, menggunakan taraf signifikan sebesar 5%, maka dari tabel distribusi T

didapat nilai ttabel untuk df = (α/2 ; n-k-1) = 0,05/2 ; 34 – 2 – 1 = (0,025 ; 31) yaitu

2.020, dikarenakan thitung > ttabel (4.823 > 2,020) dan sig (0.00 < 0.05) maka H0

ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang

signifikan antara pemanfaatan teknologi terhadap daya saing Alphalab. Jika disajikan

dalam kurva Uji-t maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.6

Pengujian Hipotesis Pemanfaatan Teknologi Terhadap Daya Saing

Berdasarkan gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar 4.823 berada

pada daerah penolakan Ho yang menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya saing Alphalab.

Menurut Porter (2000) dalam Rulyanti dan Yulia (2011:93) perusahaan

memiliki daya saing dapat disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah dengan

kepemilikan teknologi.

-2.020 0 2.020 4.823 Daerah penolakan Ho

Daerah penolakan Ho


(4)

98 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul pengaruh strategi inovasi dan

pemanfaatan teknologi terhadap daya saing bisnis frame sepeda fixed gear

Alphalab, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi Inovasi terhadap produk frame sepeda fixed gear Alphalab

tergolong cukup baik (54%), skor yang paling rendah yaitu (52%) dimana

ketersediaan warna pada produk sepeda fixed gear alphalab masih kurang

bervariatif. Sedangkan skor yang paling tertinggi yaitu (56%) dimana

geometri atau bentuk sepeda fixed gear alphalab sudah sesuai dengan

kebutuhan konsumen.

2. Pemanfaatan teknologi terhadap produk sepeda fixed gear Alphalab berada

pada kategori kurang baik (50%) dimana teknologi pemrosesan berada

pada skor yang terendah (48%) hal ini dikarenakan alphalab masih

menggunakan alat alat yang sederhana dalam setiap produksinya.

Teknologi komunikasi berada pada skor (52%) hal ini dikarenakan kurang

cepatnya respon perusahaan dalam melayani konsumen.

3. Daya saing bisnis yang dihasilakan dari produk Alphalab berada pada

kategori kurang baik (51%) Dimana Kualitas Produk berada pada katagori

kurang baik (42%) hal ini dikarenakan Material yg digunakan sepeda fixed


(5)

99

99

dalam katagori yang kurang baik (52%) hal ini dikarenakan menggunakan

TIG welding dalam pemrosesan nya sehingga produknya menjadi lebih

mahal.

4. Terdapat Hubungan yang kuat antara Strategi inovasi (X1) dan

pemanfaatan teknologi (X2) terhadap daya saing (Y). pada produk sepeda

fixed gear alphalab bandung, besarnya strategi inovasi (X1) terhadap daya

saing Alphalab (Y) secara Parsial adalah sebesar 22%. pemanfaatan

teknologi (X2) terhadap daya saing Alphalab (Y) secara parsial adalah

sebesar 48%. Jadi total keseluruhan dari Strategi inovasi (X1) dan

pemanfaatan Teknologi (X2) terhadap Daya saing bisnis (Y) secara

bersama sama adalah sebesar 70%. Secara simultan terdapat pengaruh

yang signifikan dari strategi inovasi (X1) dan pemanfaatan teknologi (X2)

terhadap Daya saing Bisnis (Y)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka penulis selanjutnya

penulis memberikan saran-saran mengenai pengaruh strategi inovasi dan

pemanfaatan teknologi terhadap daya saing bisnis frame Alphalab diantaranya:

1. Strategi inovasi yang sudah cukup baik harus ditingkatkan agar daya saing

perusahaanpun ikut meningkat dengan mengikuti keinginan konsumen

berupa bentuk atau model yang sedang musim disertai menggunakan


(6)

100

2. Pemanfaatan teknologi yang kurang baik dapat ditingkatkan oleh

perusahaan dengan membuat website yang dapat memudahkan konsumen

untuk mencari informasi produk dan juga untuk memudahkan konsumen

ketika ingin membeli karena dapat melakukan transaksi secara online.

3. Daya saing Alphalab yang kurang baik maka perusahaan harus menguatkan

daya saingnya meningkatkan kualitas produk, memberikan harga yang

tepat pada produknya dan membuat produk yang memiliki keunggulan

disbanding pesaing lainnya sehingga dapat membuat konsumen lebih

tertatik membeli produk di Alphalab.

4. Pengaruh strategi inovasi dan pemanfaatan teknologi terhadap kinerja

bisnis secara parsial maupun simultan adalah positif dan signifikan maka

untuk meningkatkan daya saing perusahaan harus meningkatkan strategi

inovasi dan pemanfaatan teknologi dengan baik agar daya saing pun ikut