Eksplorasi dan Uji Patogenisitas Fusarium spp. Asal Rizosfer Kelapa Sawit di Kebun Percobaan Cikabayan, Bogor, Jawa Barat.
EKSPLORASI DAN UJI PATOGENISITAS Fusarium spp.
ASAL RIZOSFER KELAPA SAWIT DI KEBUN PERCOBAAN
CIKABAYAN, BOGOR, JAWA BARAT
GUSTO WIRYAWAN SIMATUPANG
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Eksplorasi dan Uji
Patogenisitas Fusarium spp. Asal Rizosfer Kelapa Sawit di Kebun Percobaan
Cikabayan, Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Gusto Wiryawan Simatupang
NIM A34080085
4
ABSTRAK
GUSTO WIRYAWAN SIMATUPANG. Eksplorasi dan Uji Patogenisitas
Fusarium spp. Asal Rizosfer Kelapa Sawit di Kebun Percobaan Cikabayan,
Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh EFI TODING TONDOK.
Kelapa sawit merupakan komoditas pertanian global utama dan digunakan
dalam sebagian besar produk pangan dan nonpangan. Salah satu masalah utama
dalam budidaya kelapa sawit yaitu penyakit tanaman yang menyerang tanaman
kelapa sawit, seperti yang terjadi di kebun percobaan Cikabayan, IPB dan
menyerang tanaman kelapa sawit muda. Gejalanya berupa pembengkokan pelepah
daun dan diikuti nekrosis pada anak daun dari pelepah yang bengkok tersebut.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi cendawan patogen yang
menyebabkan gejala tersebut muncul pada tanaman kelapa sawit di kebun
percobaan Cikabayan, IPB. Dua puluh isolat Fusarium spp. berhasil diisolasi dari
rizosfer tanaman kelapa sawit dan teridentifikasi sebagai Fusarium oxysporum
(morfotipe a dan b) dan F. solani. Sembilan isolat merupakan F. oxysporum
morfotipe a, 3 isolat F. oxysporum morfotipe b dan 8 isolat F. solani. Pada uji
patogenisitas Fusarium spp., 14 isolat menyebabkan tanaman sakit dan 6 isolat
tidak menyebabkan tanaman sakit. Persentase kejadian penyakit tertinggi yaitu
sebesar 55% disebabkan oleh F. oxysporum morfotipe b isolat H2B.
Kata kunci: Fusarium nonpatogenik, Fusarium oxysporum, Fusarium solani, layu
fusarium.
ii
ABSTRACT
GUSTO WIRYAWAN SIMATUPANG. The Exploration and Pathogenicity Test
of Fusarium spp. from the Oil Palm Rizosphere at Cikabayan Experimental Field,
Bogor, West Java. Supervised by EFI TODING TONDOK.
Oil palm is a major global agricultural commodity and being used in a large
number of food and nonfood products. One of the most important problems in oil
palm cultivation is plant diseases that attack oil palms. One disease problem
occurs at Cikabayan experimental field that attacks young oil palm. The
symptoms are frond bending and at the same time necrotic on the leaflets of oil
palms. The aim of this research was to identify the fungal pathogen(s) that causing
the disease symptoms shown at Cikabayan experimental field. Twenty isolates of
Fusarium spp. have been isolated from oil palm’s rizosphere and have identified
as Fusarium oxysporum (morphotype a and b) and Fusarium solani. Nine isolates
are F. oxysporum morphotype a, three isolates F. oxysporum morphotype b, and
eight isolates are F. solani. On pathogenicity test of isolates Fusarium spp., 14
isolates were causing diseased plants and 6 isolates were not. The highest
percentation of disease incidence were caused by F. oxysporum morphotype b
isolate H2B at level 55% of diseases incidence.
Keywords: Fusarium oxysporum, Fusarium solani, fusarium wilt, nonpathogenic
fusarium
iv
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB.
6
EKSPLORASI DAN UJI PATOGENISITAS Fusarium spp.
ASAL RIZOSFER KELAPA SAWIT DI KEBUN PERCOBAAN
CIKABAYAN, BOGOR, JAWA BARAT
GUSTO WIRYAWAN SIMATUPANG
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
viii
x
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa
atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas
akhir sarjana yang berjudul “Eksplorasi dan Uji Patogenisitas Fusarium spp. asal
Rizosfer Kelapa Sawit di Kebun Percobaan Cikabayan, Bogor, Jawa Barat”.
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Efi Toding Tondok, SP. M.Sc. sebagai
dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, pengetahuan,
saran, arahan, dan masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga diucapkan
kepada Dr. Ir. Widodo, MS yg juga turut membantu dalam penelitian ini, juga
kepada Dr. Ir. Giyanto, MSi sebagai dosen pembimbing akademik yang juga turut
memberikan dukungan selama masa studi penulis.
Terima kasih kepada Papa dan Mama juga kak Eci dan kak Fani selaku
keluarga yang selalu mengasihi dan mendoakan penulis selama melaksanakan
tugas akhir maupun selama kuliah di IPB.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman penulis
yang juga cukup banyak membantu penulis selama melaksanakan tugas akhir
penulis.
Pada penulisan tugas akhir ini penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap ada masukan, kritik dan saran yang bersifat
membangun dan memotivasi penulis agar dapat menuliskan karya tulis yang lebih
baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Bogor, Juli 2015
Gusto Wiryawan Simatupang
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode
Pengambilan Sampel Tanah
Isolasi Fusarium spp.
Identifikasi isolat Fusarium spp.
Penghitungan Kelimpahan Fusarium spp.
Uji Patogenisitas
Reisolasi Fusarium spp.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi dan Identifikasi Isolat Fusarium spp.
Karakteristik morfologi isolat Fusarium oxysporum
Karakteristik morfologi isolat Fusarium solani
Uji Patogenisitas
Reisolasi Fusarium spp.
Pengaruh Isolat Fusarium spp. terhadap Tinggi Kecambah Kelapa Sawit
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
xv
xv
1
1
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
5
6
6
8
8
10
13
14
16
16
16
17
19
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah isolat yang berhasil diisolasi dari rizosfer tanaman kelapa sawit 6
Tabel 2 Karakteristik morfologi isolat Fusarium spp.
8
Tabel 3 Tinggi kecambah kelapa sawit pada 8 MST
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Pertumbuhan koloni Fusarium spp. pada media KSM
Morfologi koloni isolat umur 14 hari pada media PDA
Morfologi mikroskopis Fusarium spp.
Persentase kejadian penyakit yang disebabkan oleh Fusarium spp.
Busuk kecambah yang disebabkan oleh F. oxysporum
Gejala penyakit yang disebabkan oleh Fusarium spp.
Gejala nekrotik yang disebabkan oleh F. solani
Hasil reisolasi Fusarium spp. dari kecambah kelapa sawit
7
9
9
10
11
11
12
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Komposisi media
19
Lampiran 2 Daftar sidik ragam pengaruh isolat Fusarium spp. terhadap tinggi
kecambah pada 8 MST
19
xvi
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman asli Afrika yang
sudah menjadi komoditas pertanian global utama. Komoditas ini digunakan dalam
sejumlah besar produk pangan dan nonpangan, serta dipandang sebagai bahan
bakar nabati yang menjanjikan (Teoh 2010). Indonesia saat ini menguasai pangsa
produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil dunia sebesar 50.06%,
dengan jumlah produksi mencapai 26.9 juta ton pada tahun 2013 dan 28.02 juta
ton pada tahun 2014 (BPS 2014). Selama tiga dasawarsa terakhir konsumsi
minyak sawit dunia meningkat tiga kali lipat dari semula. Tahun 2020 mendatang
diperkirakan kebutuhan pangan dan energi meningkat sehingga kebutuhan minyak
sawit dunia akan mencapai 60 juta ton (World Growth 2011).
Salah satu kendala bagi usaha budidaya kelapa sawit di dunia adalah
penyakit tanaman yang menyerang kelapa sawit, dan saat ini di kebun percobaan
Cikabayan IPB ditemukan gejala penyakit yang timbul pada tajuk kelapa sawit.
Gejala tersebut berupa pembengkokan pada pelepah daun disertai lesio nekrosis
yang terjadi pada anak daun dari pelepah yang bengkok tersebut. Penyakit seperti
ini mirip seperti yang dilaporkan oleh Chincilla et al. (1997) dan disebut penyakit
tajuk kelapa sawit. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini mencapai 20%
pada 38 bulan pertama penanaman kelapa sawit. Penyakit tajuk kelapa sawit juga
dilaporkan telah menyerang perkebunan kelapa sawit di sebagian wilayah
Sumatera dan Bangka Belitung dan Fusarium spp. merupakan cendawan yang
paling banyak diisolasi dari tajuk tanaman yang menunjukkan gejala penyakit
tersebut (Suwandi et al. 2012). Hafizi et al. (2013) berhasil mengisolasi cendawan
Fusarium solani dan F. oxysporum dari tanaman kelapa sawit yang terserang
penyakit tajuk pada perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan sebagian wilayah
Sumatera.
Cendawan Fusarium merupakan patogen tular tanah yang tersebar di hampir
seluruh dunia dan dapat diisolasi dari setiap lahan pertanian. Cendawan Fusarium
oxysporum (Fox) merupakan salah satu dari banyak sekali patogen yang
menyebabkan penyakit layu pada tanaman pertanian. Fox tidak hanya dijumpai di
negara-negara Afrika maupun Indonesia saja, namun cendawan ini tersebar luas di
seluruh dunia. Meskipun strain patogenik Fox dianggap mampu berkoloni di
dalam pembuluh xylem tanaman, namun ada strain lain yang ternyata tidak
menimbulkan penyakit bagi tanaman, faktanya kebanyakan strain Fox terbukti
bersifat avirulen/nonpatogenik bagi inang di mana fusarium diisolasi. Fox yang
mampu mengolonisasi akar tanaman namun tidak menimbulkan gejala penyakit
dapat digolongkan sebagai strain nonpatogenik (Alabouvette dan Couteaudier
1992). F.oxysporum nonpatogenik (Fnp) merupakan saprofit yang cukup kuat
bersaing dengan patogen tular tanah lainnya dalam hal pengambilan nutrisi dari
sisa-sisa tanaman di tanah (Appel dan Gordon 1995). Fnp dapat berkoloni di
dalam korteks tanpa menimbulkan gejala penyakit dan bertahan sebagai saprofit
pada bahan organik.
.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui kelimpahan cendawan Fusarium spp.
pada rizosfer kelapa sawit dan mengidentifikasi cendawan Fusarium patogenik
penyebab penyakit tajuk kelapa sawit di Kebun Percobaan Cikabayan IPB.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan informasi mengenai kelimpahan cendawan
Fusarium spp. pada rizosfer kelapa sawit dan Fusarium patogenik penyebab
penyakit tajuk kelapa sawit di kebun percobaan Cikabayan IPB.
3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan,
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan kebun
percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada bulan Februari 2014
hingga Desember 2014.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah
sampel tanah dari rizosfer tanaman kelapa sawit di kebun percobaan Cikabayan,
IPB, media selektif Fusarium Komada (Komada’s Selective Medium/ KSM),
media Potato Dextrose Agar (PDA), media Banana Leaf-piece Agar (BLA),
biakan murni Fusarium oxysporum strain patogen (koleksi Laboratorium
Mikologi Tumbuhan). Alat-alat yang digunakan antara lain rotary shaker, cawan
petri, tabung reaksi, laminar air flow, mikroskop cahaya dan kamera.
Metode
Pengambilan Sampel Tanah
Lokasi pengambilan sampel tanah merupakan areal pertanaman kelapa sawit
di kebun percobaan Cikabayan milik Institut Pertanian Bogor yang terletak di
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Tanah
diambil dari rizosfer tanaman kelapa sawit.
Sampel tanah yang diambil sebanyak dua jenis, yaitu tanah dari rizosfer
tanaman kelapa sawit sehat dan tanah dari rizosfer tanaman kelapa sawit yang
menunjukkan gejala pembengkokan pelepah daun. Sampel tanah sebanyak 1 kg
diambil pada kedalaman 30 cm dari permukaan tanah area piringan tanaman
kelapa sawit. Sampel tanah masing-masing diambil dari 5 titik sekeliling tanaman
kelapa sawit kemudian dicampur.
Jumlah sampel tanah yang diambil masing-masing 12 sampel tanah tanaman
kelapa sawit sehat dan 12 sampel tanah tanaman kelapa sawit yang menunjukkan
gejala pembengkokan pelepah daun. Sampel tanah kemudian disimpan ke dalam
kantong plastik dan diberi kode berdasarkan jenis sampel tanah dan penomoran
secara acak. Untuk sampel tanah yang berasal dari rizosfer tanaman kelapa sawit
sehat diberi kode SH dan untuk sampel tanah yang berasal dari rizosfer tanaman
kelapa sawit yang menunjukkan gejala pembengkokan pelepah daun diberi kode
SD.
Isolasi Fusarium spp.
Isolasi Fusarium spp. dilakukan dengan metode pengenceran berseri. 10 g
sampel tanah disuspensikan ke dalam 90 ml air destilasi steril sehingga diperoleh
suspensi tanah pengenceran 10.1. Suspensi tersebut kemudian dikocok dengan
menggunakan rotary shaker pada kecepatan 150 rpm selama 20 menit, setelah itu
dilakukan pengenceran 10-2 dengan cara memindahkan 1 ml suspensi awal ke
4
dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml air destilasi steril. Pengenceran dilanjutkan
hingga seri pengenceran 10-3.
Suspensi tanah dari setiap pengenceran selanjutnya diambil masing-masing
sebanyak 1 ml dan dituang ke dalam media KSM (Komada’s Selective Medium),
kemudian disebar dengan menggunakan spatula kaca. Setiap seri pengenceran
diulang sebanyak 3 kali. Biakan selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 5
hingga 7 hari agar koloni tumbuh dengan baik. Koloni yang tumbuh diberi kode
kemudian dimurnikan dan diperbanyak pada media PDA. Pengkodean isolat
berdasarkan spesies isolat, sumber isolat dan penomoran secara acak. Misalnya
isolat FaD1A, Fa merupakan F. oxysporum morftipe a, huruf D1 merupakan
sumber isolat yaitu rizosfer tanaman kelapa sawit yang menunjukkan gejala
pembengkokan pelepah daun sampel SD1, huruf A berarti penomoran secara
acak.
Identifikasi isolat Fusarium spp.
Isolat-isolat Fusarium spp. diidentifikasi berdasarkan karakteristik
morfologi koloni yang tumbuh pada media PDA dan morfologi mikroskopis yang
tumbuh pada media BLA. Identifikasi dilaksanakan dengan bantuan kunci
identifikasi (Leslie dan Summerell 2006).
Penghitungan Kelimpahan Fusarium spp.
Kelimpahan Fusarium spp. ditentukan dengan menghitung langsung koloni
yang tumbuh pada media KSM, kemudian dihitung per satuan colony forming unit
(cfu) berdasarkan rumus (Sutton 2006). Untuk mengetahui kelimpahan (cfu/g)
digunakan rumus:
Kelimpahan (cfu/g) =
rata-rata jumlah koloni per cawan
volume yang dicawankan × faktor pengenceran
Uji Patogenisitas
Dua puluh isolat murni Fusarium spp. diuji pada kecambah kelapa sawit
dan sebagai pembanding menggunakan isolat Fusarium oxysporum patogenik
koleksi Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman.
Sumber inokulum Fusarium spp. diperoleh melalui suspensi konidia yang dibuat
dengan cara mencampurkan 10 ml air destilasi steril ke dalam cawan petri yang
berisi biakan murni isolat Fusarium spp. berumur 2 minggu, kemudian dikeruk
dengan menggunakan lup inokulasi sehingga diperoleh suspensi yang berisi masa
spora (konidia) dengan konsentrasi 105/ml. Inokulasi dilakukan dengan cara
merendam kecambah kelapa sawit ke dalam suspensi konidia Fusarium spp.
selama 1 jam. Kecambah yang telah diinokulasi kemudian ditanam pada polibek
berukuran 20 x 15 cm berisi media tanah steril. Kecambah yang diinokulasi
dengan isolat Fox patogenik dijadikan sebagai kontrol positif.
Terdapat 22 perlakuan pada uji patogenisitas dan masing-masing perlakuan
diulang sebanyak sembilan kali, sehingga total satuan amatan berjumlah 189
satuan amatan. Satuan amatan merupakan satu polibek yang berisi satu kecambah
kelapa sawit. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga 8 Minggu Setelah Tanam
(MST). Peubah yang diamati yaitu kejadian penyakit dan tinggi/panjang
kecambah. Persentase kejadian penyakit dihitung dengan rumus:
5
Rancangan percobaan untuk uji patogenisitas isolat adalah rancangan acak
lengkap (RAL). Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan perangkat
lunak Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1. Perlakuan yang berpengaruh
nyata diuji lanjut dengan uji Duncan pada taraf α=5% (Mattjik et al. 2006).
Reisolasi Fusarium spp.
Reisolasi Fusarium spp. dilakukan untuk mengetahui kemampuan masingmasing isolat Fusarium spp. dalam memenetrasi dan mengolonisasi jaringan
tanaman dengan ataupun tanpa adanya infeksi yang dihasilkan. Reisolasi
dilakukan pada kecambah kelapa sawit pada masa setelah minggu terakhir
pengamatan. Bagian pangkal batang dan akar kecambah kelapa sawit dipotong
menjadi beberapa bagian kemudian dilakukan sterilisasi permukaan dengan cara
direndam menggunakan NaOCl 1% selama 3 menit dan dibilas tiga kali
menggunakan air destilasi steril, kemudian dikering-anginkan. Potongan pangkal
batang dan akar kemudian diinkubasikan di dalam media PDA dan diinkubasi
pada suhu ruang. Persentase reisolasi dihitung menggunakan rumus:
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi dan Identifikasi Isolat Fusarium spp.
Rizosfer tanaman kelapa sawit menyediakan nutrisi seperti gula dan
berbagai macam asam amino yang dibutuhkan propagul cendawan untuk
berkecambah (Ho dan Varghese 1985). Fusarium spp. yang berhasil diisolasi dari
rizosfer tanaman kelapa sawit berjumlah 20 isolat di mana 12 isolat berasal dari
tanaman kelapa sawit sehat dan 8 isolat berasal dari tanaman kelapa sawit yang
menunjukkan gejala pembengkokan pelepah daun (Tabel 1).
Tabel 1 Hasil isolasi Fusarium spp. dari rizosfer kelapa sawit
Kelimpahan Keragaman
Isolat
Sampel
(cfu/g)
Rizosfer kelapa sawit sehat
SH1
2000
F. oxysporum morfotipe a FaH1A, FaH1B
SH2
4000
F. oxysporum morfotipe a FaH2C, FaH2D
F. oxysporum morfotipe b FbH2A, FbH2B
F. solani
FsH2E, FsH2F
SH3
0
SH4
0
SH5
0
SH6
0
SH7
0
SH8
0
SH9
0
SH10
0
SH11
0
SH12
0
Rizosfer kelapa sawit bergejala
SD1
6000
F. oxysporum morfotipe a FaD1A, FaD1B, FaD1D
F. oxysporum morfotipe b FbD1C
F. solani
FsD1E, FsD1F, FsD1G
SD2
3000
F. oxysporum morfotipe a FaD2C, FaD2D
F. solani
FsD2A, FsD2B
SD3
0
SD4
0
SD5
0
SD6
0
SD7
0
SD8
0
SD9
0
SD10
0
SD11
0
SD12
0
-
7
Hasil isolasi menunjukkan Fusarium spp. hanya ditemukan pada 4 sampel
tanah yang terdiri atas 2 sampel tanah SH dan 2 sampel tanah SD, sampel tersebut
yaitu SH1, SH2, SD1, dan SD2. Sedangkan pada 16 sampel tanah yang terdiri atas
8 sampel tanah SH dan 8 sampel tanah SD, Fusarium spp. tidak berhasil diisolasi
dari sampel-sampel tersebut. Ketidakberhasilan isolasi Fusarium spp. dari
keenam belas sampel tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan waktu
pengambilan sampel tanah, yaitu pengambilan sampel pada saat musim kemarau
dengan pengambilan sampel pada saat musim hujan. Keenam belas sampel
tersebut diambil pada saat musim kemarau, dimana kelembaban atau kadar air di
dalam tanah tersebut berada pada tingkat rendah.
Kelimpahan propagul Fusarium spp. di dalam tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kesuburan tanah, kesuburan tanaman dan vegetasi di
sekitar tanaman (Ho dan Varghese 1985). Kelimpahan propagul Fusarium spp.
tertinggi diperoleh dari sampel tanah SD1 yaitu 6000 cfu/g tanah, sedangkan
kelimpahan terendah diperoleh dari sampel tanah rizosfer tanaman kelapa sawit
sehat SH1 sebesar 2000 cfu/g tanah. Kelimpahan propagul Fusarium spp. yang
lebih besar pada SD1 kemungkinan disebabkan oleh rizosfer kelapa sawit tempat
diambilnya sampel tersebut lebih kondusif bagi pertumbuhan propagul Fusarium
spp., terutama vegetasi di sekitar SD1 lebih banyak dibandingkan sampel yang
lainnya. Ho dan Varghese (1985) juga berhasil mengisolasi Fusarium spp. dari
rizosfer kelapa sawit di Malaysia dan mencatat kelimpahan propagul Fusarium
spp. sebanyak 5946 cfu/g tanah.
Media KSM merupakan media selektif yang mengisolasi cendawan
Fusarium (Komada 1975). Miselium Fusarium spp. yang tumbuh pada media
KSM berwarna putih dan tidak menghasilkan pigmen sama sekali. Cendawan
selain Fusarium spp. juga ditemukan tumbuh pada media tersebut, tetapi
pertumbuhannya tertekan dengan ukuran koloni yang jauh lebih kecil
dibandingkan koloni Fusarium spp. yang pertumbuhannya sangat cepat (Gambar
1).
Semua isolat Fusarium spp. berhasil diidentifikasi berdasarkan karakteristik
morfologi koloni pada media PDA dan karakteristik mikroskopis pada media
BLA. Dari total 20 Isolat Fusarium spp. yang berhasil diisolasi dari rizosfer
tanaman kelapa sawit teridentifikasi sebagai Fusarium oxysporum morfotipe a,
Fusarium oxysporum morfotipe b dan F. solani. Sembilan isolat merupakan
spesies F. oxysporum morfotipe a, 3 isolat F. oxysporum morfotipe b dan 8 isolat
merupakan spesies F. solani. Identifikasi dilakukan berdasarkan karakterisitik
morfologi yang mengacu pada Leslie dan Summerel 2006.
a
b
Gambar 1 Pertumbuhan koloni Fusarium spp. pada media KSM: (a) SH, (b) SD
8
Karakterisitik morfologi isolat Fusarium oxysporum
Isolat F. oxysporum yang diidentifikasi mempunyai 2 morfotipe yang
berbeda yaitu morfotipe a dan morfotipe b. Secara garis besar kedua morfotipe ini
memiliki karakteristik yang hampir sama, yang membedakan ialah kelengkungan
dari makrokonidia yang dihasilkan pada sporodokia. F. oxysporum morfotipe b
memiliki bentuk makrokonidia yang lebih melengkung dari bentuk makrokonidia
morfotipe a. Miselium keduanya berwarna putih, putih-merah muda, hingga putihkeunguan (Gambar 2). Makrokonidia berbentuk seperti sabit dengan jumlah sekat
tiga hingga lima sekat dan dihasilkan pada fialid tunggal pendek pada hifa dan
sporodokia (Gambar 3).
Karakteristik morfologi isolat Fusarium solani
Miselium F.solani berwarna putih dan tidak menghasilkan pigmen sama
sekali (Gambar 2). Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh F. solani yaitu fialid
tunggal yang ukurannya sangat panjang (Gambar 3). Makrokonidia berbentuk
lurus dan sedikit melengkung dengan jumlah lima hingga tujuh, dihasilkan dari
fialid tunggal panjang pada hifa dan sporodokia (Gambar 3). Sporodokia
berwarna coklat muda.
Tabel 2 Karakteristik morfologi isolat Fusarium spp.
Karakteristik
F. oxysporum
F. solani
Morfologi
Putih, ungu
Putih
Warna koloni
Pigmentasi
Merah muda, ungu
Putih - kekuningan
Bentuk makrokonidia
Morfotipe a: Lurussedikit melengkung,
ramping
Morfotipe b:
melengkung, sedikit
gemuk
Meruncing dan
melengkung
Berbentuk menyerupai
kaki dan runcing
24.2–27.6
Lurus, sedikit lebar dan
gemuk
1.8–2.3
3.2-4.2
3–5 sekat
5-7 sekat
-
1-2
Sel apikal
makrokonidia
Sel basal makrokonidia
Panjang makrokonidia
(µm)
Lebar makrokonidia
(µm)
Sekat makrokonidia
Sekat mikrokonidia
Tumpul dan bulat
Berbentuk menyerupai kaki
dan melekuk
25.4-43.8
9
b
a
c
Morfologi koloni isolat umur 14 hari pada media PDA: (a) F.
oxysporum morfotipe a, (b) F.oxysporum morfotipe b, (c) F. solani
Gambar 2
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Gambar 3 Morfologi mikroskopis Fusarium spp.: F. oxysporum morfotipe a: (a)
makrokonidia, (d) mikrokonidia, (g) klamidospora; F. oxysporum
morfotipe b: (b) makrokonidia, (e) mikrokonidia, (h) klamidospora; F.
solani: (c) makrokonidia, (f) mikrokonidia, (i) klamidospora
10
Uji Patogenisitas
Pada pengujian ini diperoleh 14 isolat yang meyebabkan munculnya gejala
penguningan daun dan nekrosis dari total 20 isolat yang diuji. Isolat tersebut ialah
FaD1A, FaD1B, FaD2C, FaD2D, FaH1A, FaH2C, FaH2D, FbD1C, FbH2A,
FbH2B, FsD1E, FsD1F, FsD1G, dan FsD2A. Kemampuan isolat dalam
menginfeksi tanaman dari yang mempunyai persentase kejadian penyakit paling
tinggi ke rendah secara berturut-turut yaitu: isolat FbH2B dan FsD1F dengan
persentase kejadian penyakit sebesar 55%, diikuti dengan isolat FaD1A dan
FsD1G (44%), kemudian isolat FaD1B, FaD2D, FaH2D, FsD1E (33%), isolat
FaH1A, FaH2C, FsD2A (22%), dan isolat FbD1C, FaD2C, FbH2A dengan
persentase kejadian penyakit sebesar 11%. Isolat yang tidak berhasil
menyebabkan kejadian penyakit berjumlah 6 isolat yaitu isolat FaD1D, FaH1B,
FsD1H, FsD2B, FsH2E, dan FsH2F (Gambar 4).
Cendawan F. oxysporum mampu menyebabkan rebah kecambah, layu,
busuk akar dan perusakan warna pada sistem pembuluh tanaman pada persemaian
maupun tanaman yang tua (Horinouchi et al. 2010). Gejala yang muncul
bervariasi tergantung fase pertumbuhan kecambah dan spesies Fusarium spp..
Gejala pertama kali muncul pada minggu ke-2 setelah tanam dan disebabkan oleh
F. oxysporum morfotipe a isolat FaH2D. Gejala yang ditimbulkan merupakan
gejala nekrotik.
60
55
55
Kejadian penyakit (%)
50
44
44
40
33
33
33
33
33 33
30
22 22
22
22 22
20
11
11
11
10
0
0
0
0
0
Isolat
Gambar 4 Persentase kejadian penyakit yang disebabkan oleh Fusarium spp.
11
Gambar 5 Busuk kecambah yang disebabkan oleh F. oxysporum (kiri), kontrol
tanpa patogen (kanan)
a
b
c
d
e
f
Gambar 6 Gejala penyakit yang disebabkan oleh Fusarium spp.: F. oxysporum:
(a) nekrotik, (d) daun kering; F. solani: (c) nekrotik, (f) daun kering;
(b) kontrol (+); (e) kontrol (-)
Gejala lain yang disebabkan oleh isolat F. oxysporum yaitu gejala daun
memelintir diikuti dengan gejala nekrotik yang muncul pada ujung daun (Gambar
6). Gejala daun memelintir atau disebut juga dengan epinasti disebabkan oleh
pertumbuhan petiol bagian atas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan bagian bawah petiol sebagai akibat dari prduksi etilen yang
berlebihan atau meningkatnya sensitivitas hormon. Gejala epinasti tersebut juga
terjadi pada tomat yang terinfeksi F. oxysporum f. sp. lycopersici (Strange 2003).
Pada tanaman yang daunnya telah terbuka gejala yang muncul yaitu
menguningnya daun yang paling tua diikuti dengan daun yang lebih muda. Agrios
12
(2005), menyatakan bahwa perubahan warna tersebut disebabkan oleh aktivitas
patogen yang menimbulkan adanya gangguan kloroplas sehingga menyebabkan
penurunan kandungan klorofil pada daun. Menguningnya daun dimulai dari tepi
daun menuju ke bagian tengah daun. Waktu munculnya gejala penguningan daun
bervariasi mulai dari kecambah berdaun satu hingga kecambah berdaun tiga pada
minggu terakhir pengamatan. Cendawan F. oxysporum juga menghasilkan
fitotoksin yang disebut asam fusarat (Fusaric acid) yang bersifat toksik bagi
tanaman sehingga menjadi salah satu penyebab tanaman menjadi layu (Smith
2007).
Gejala penyakit yang diakibatkan oleh F. solani mirip dengan gejala
penyakit yang diakibatkan oleh F. oxysporum. Gejala terjadi pada kecambah yang
daunnya belum terbuka maupun kecambah yang daunnya telah terbuka, gejala
muncul pada minggu ke-3 setelah tanam. Gejala yang muncul berupa gejala
nekrotik yang dimulai pada pucuk daun yang belum terbuka kemudian menyebar
hingga ke pangkal hingga akhirnya tanaman mati. Isolat tersebut yaitu isolat
FsD1E, FsD1F, FsD1G, dan FsD2A. Isolat F. solani juga menyebabkan
pertumbuhan kecambah mengalami stagnasi dengan gejala nekrosis pada pucuk
daun, namun tidak mengakibatkan tanaman mati hingga minggu terakhir
pengamatan (Gambar 7). Hal tersebut diduga sebagai akibat dari fitotoksin yang
diproduksi oleh isolat F. solani. F. solani memproduksi fitotoksin naphtazarin
dan dihydrofusarubin yang mampu menyebabkan klorosis pada tanaman dan juga
menghambat pertumbuhan tanaman (Ondrej et al. 2008).
Kecambah kontrol positif yang diinokulasi dengan F. oxysporum patogenik
koleksi Laboratorium Mikologi, nilai persentase kejadian penyakit sebesar 22%
Nilai persentase kejadian penyakit yang rendah tersebut mungkin dikarenakan
degenerasi isolat yaitu menurunnya daya virulensi isolat karena isolat telah
disimpan dalam waktu yang cukup lama. Gejala yang diakibatkan yaitu daun
menjadi kering yang dimulai dari pangkal batang semu kemudian menjalar hingga
ujung daun (Gambar 6) dan diikuti dengan pertumbuhan miselium berwarna putih
yang keluar dari sekitar batang. Gejala ini mulai muncul pada saat awal daun
pertama terbuka yaitu pada minggu ke-2 setelah inokulasi. Gejala berlanjut hingga
mengakibatkan kecambah mati dalam waktu 1 minggu.
Gambar 7 Gejala nekrotik yang disebabkan oleh F. solani
13
Reisolasi Fusarium spp.
Fusarium spp. yang diperoleh dari reisolasi sama dengan Fusarium spp.
pada tahap isolasi dan yang digunakan pada uji patogenisitas. Reisolasi isolat
Fusarium spp. dari kecambah kelapa sawit pada uji patogenisitas dilakukan pada
minggu ke-8 setelah tanam. Kemampuan Fusarium spp. dalam mengolonisasi
tanaman tidak selalu berakibat buruk bagi tanaman. Meskipun Fusarium spp.
merupakan penyebab dari banyak penyakit layu yang terjadi pada tanaman,
cendawan tersebut secara umum mengolonisasi akar tanaman tanpa menyebabkan
gejala penyakit (Edel et al. 1997). Isolat FaH1B dan isolat FsH2E yang berhasil
mengolonisasi jaringan tanaman, namun tidak menimbulkan gejala penyakit pada
tanaman atau pertumbuhan tanaman tidak berbeda dengan kontrol. Kedua isolat
tersebut dapat dikatakan bersifat seperti cendawan endofit yang tinggal di dalam
jaringan tanaman tetapi tidak menyebabkan tanaman sakit atau tidak menggangu
pertumbuhan tanaman. Kedua isolat ini didapatkan dari rizosfer kelapa sawit
sehat. Rodrigues dan Menezes (2006) menyatakan bahwa tanaman toleran
terhadap pertumbuhan cendawan yang terbatas di dalam jaringannya tanpa
melakukan mekanisme pertahanan. Menurut Isniah (2012), cendawan Fusarium
oxysporum nonpatogenik yang diisolasi dari tanaman bawang merah mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen bawang merah yang diinokulasi
dengan cendawan tersebut. Dengan demikian, kedua isolat tersebut berpotensi
dijadikan sebagai agens pengendali hayati.
Terdapat tiga isolat yang tidak berhasil direisolasi, namun muncul gejala
pada kecambah yang diinokulasikan dengan isolat-isolat tersebut, isolat tersebut
yaitu isolat FsH2F, FaD1D, dan FsD1H.
Reisolasi isolat Fusarium spp. (%)
120
100
100
80
70
60
60
50
50 50
50 50
40
40
40
30
30
20
20
20
10
10
0
0
0
0
0
Isolat
Gambar 8 Hasil reisolasi Fusarium spp. dari kecambah kelapa sawit
14
Tidak berhasilnya isolat FsH2F, FaD1D, FsD1H direisolasi dari kecambah
kelapa sawit menunjukkan isolat-isolat tersebut tidak berhasil masuk ke dalam
jaringan kecambah kelapa sawit, dan munculnya gejala kemungkinan disebabkan
oleh faktor lain seperti kelainan genetik kecambah atau disebabkan oleh mikroba
patogen lain yang mungkin sudah ada atau terbawa di dalam benih kelapa sawit
tersebut, namun tidak dilakukan identifikasi terhadap mikroba patogen terbawa
benih tersebut. Flood et al. (1990) menemukan cendawan Fusarium spp. di dalam
benih kelapa sawit, tepatnya pada permukaan inti sawit (kernel).
Pengaruh Isolat Fusarium spp. Terhadap Tinggi Kecambah Kelapa Sawit
Isolat Fusarium spp. memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap tinggi
kecambah. Berdasarkan uji F pada taraf 5% perlakuan berpengaruh nyata
terhadap tinggi kecambah. Rata-rata tinggi kecambah tertinggi dicapai oleh
kecambah yang diinokulasi isolat FsD2A, sedangkan rata-rata tinggi kecambah
terendah diperoleh dari kecambah yang diinokulasi dengan isolat FsD1G (Tabel
3). Berdasarkan uji DMRT antara tinggi kecambah kontrol dengan kecambah
yang diinokulasi menggunakan isolat FsD2A tidak berbeda nyata, sedangkan
kecambah yang diinokulasi dengan isolat FsD1G dan FsD1F tingginya berbeda
nyata terhadap kontrol, dimana kedua isolat tersebut merupakan isolat F. solani
patogenik. Perbedaan tinggi antara kecambah kontrol (-) dengan kecambah yang
diinokulasi dengan isolat FsD2A yang berbeda nyata dimungkinkan disebabkan
oleh adanya pengaruh asam giberelin (Gibberellic Acid) hasil produksi cendawan
Fusarium spp..
Smith (2007) menyatakan bahwa tanaman padi yang terinfeksi Fusarium
spp. mengalami pertumbuhan tinggi yang berlebihan, namun lemah dan
produktivitasnya rendah, dan tanaman padi tersebut terdeteksi mengandung asam
giberelin yang diproduksi oleh Fusarium spp.. Sedangkan perbedaan tinggi antara
kecambah kontrol (-) dengan kecambah yang diinokulasi dengan isolat FsD1F dan
FsD1G dimungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat
virulensi kedua isolat tersebut dan ketahanan kecambah kelapa sawit yang
digunakan. Killerbrew et al. 1988 menginokulasi F. solani pada benih kacang
kedelai dan menemukan kejadian penyakit yang lebih tinggi pada benih-benih
kedelai yang berkualitas buruk.
Kecambah yang diinokulasi dengan Fusarium nonpatogenik isolat FaH1B
dan FsH2E memiliki tinggi yang tidak berbeda nyata dengan kecambah kontrol
(+) maupun kecambah kontrol (-). Hal ini mengindikasikan meskipun kedua
isolat tersebut bersifat endofit, namun tidak berperan sebagai Plant Growth
Promoting Fungi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat peranan kedua
isolat tersebut di pertanaman kelapa sawit.
15
Tabel 3 Tinggi kecambah kelapa sawit pada 8 MST
Perlakuan
Tinggi (cm)a
Perlakuan
Tinggi (cm)a
Isolat
Isolat
FsD2A
17.06 a
FsH2E
15.64 ab
FsH2F
16.62 ab
Kontrol (+)
15.63 ab
FaH1A
16.61 ab
FaH1B
15.11 ab
FaH2C
16.31 ab
FbH2A
14.86 ab
FaD1B
16.23 ab
FbD1C
14.55 ab
FaH2D
16.13 ab
FaD1A
13.60 abc
FaD2C
16.06 ab
FaD1D
13.59 abc
FsD2B
15.99 ab
FsD1E
13.42 abc
Kontrol (-)
15.88 ab
FbH2B
12.21 bcd
FaD2D
15.74 ab
FsD1F
10.39 cd
FsD1H
15.65 ab
FsD1G
8.60 d
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji DMRT); Kontrol (+): kontrol diinokulasi dengan patogen; Kontrol (-): kontrol
tanpa inokulasi patogen
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kelimpahan Fusarium spp. dalam rizosfer tanaman kelapa sawit tertinggi
diperoleh dari sampel tanah kelapa sawit sakit SD1 sebesar 6000 cfu/g tanah,
sedangkan kelimpahan Fusarium spp. terendah diperoleh dari sampel SH1 sebesar
2000 cfu/g tanah. Spesies Fusarium spp. yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi
sebanyak 20 isolat dimana 12 isolat merupakan Fusarium oxysporum yang terbagi
dalam 2 morfotipe yaitu morfotipe a sebanyak 9 isolat (FaH1A, FaH1B, FaH2C,
FaH2D, FaD1A, FaD1B, FaD1D, FaD2C, dan FaD2D) dan morfotipe b sebanyak
3 isolat (FbH2A, FbH2B, dan FbD1C) dan 8 isolat merupakan Fusarium solani
(FsH2E, FsH2F, FsD1E, FsD1F, FsD1G, FsD1H, FsD2A, dan FsD2B).
Berdasarkan hasil uji patogenisitas dan hasil reisolasi, isolat-isolat yang
bersifat patogenik terhadap kecambah kelapa sawit berjumlah 14 isolat (FaH1A,
FbH2A, FbH2B, FaH2C, FaH2D, FaD1A, FaD1B, FbD1C, FsD1E, FsD1G,
FsD1G, FsD2A, FaD2C, dan FaD2D) dan yang paling patogenik yaitu F. solani
isolat FsD1G dan F. oxysporum morfotipe b isolat FbH2B dengan persentase
kejadian penyakit sebesar 55 %. Isolat yang bersifat saprofit berjumlah 4 isolat
(FsD2B, FsH2F, FaD1D, dan FsD1H) dan 2 isolat bersifat endofit (FaH1B dan
FsH2E).
Saran
Perlu dilakukan uji antagonisme secara in vitro maupun in vivo antara isolat
Fusarium spp. yang bersifat patogenik dengan isolat yang bersifat nonpatogenik.
Perlu juga dilakukan uji patogenisitas isolat yang bersifat nonpatogenik pada
tanaman selain kelapa sawit.
17
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. New York (US): Academic Pr.
Alabouvette C, Couteaudier Y. 1992. Biological control of fusarium wilts with
non-patogenic fusaria. D dalam: Tjamos EC, Papavizas GC, Cook RJ,
editor. Biological Control of Plant Diseases Progress and Challenges for
the Future. New York (US): NATO ASI Series.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2013.
Katalog BPS: 05130.1410
Cooper RM. 2011. Fusarium wilt of oil palm: a continuing threat to South Asia
plantations. The Planter 87(1023):409-418.
Chinchilla C, Salas A, dan Castrillo G. 1997. Common spear rot/crown disease in
oil palm: Effect on growth and initial yields. ASD Oil Palm Pap. 16:1-18
[ABSTRAK]
Edel V, Steinberg C, Gautheron N, Alabouvette C. 1997. Population of
nonpathogenic Fusarium oxysporum associated with roots of four plant
species compared to soilborne populations. Phytopathol 87:693-697.
Gordon TR, Martyn RD. 1997. The evolutionary biology of Fusarium oxysporum.
Phytopathol 35:111-128.
Flood J, Mepsted R, Cooper RM. 1990. Contamination of oil palm pollen and
seeds by Fusarium spp. Mycol Res 94(2):99-108.
Hafizi R, Salleh B, dan Latiffah Z. 2013. Morphological and molecular
characterization of Fusaium solani and F. oxysporum associated with crown
disease of oil palm. Braz J Microbiol 44(3):959-986.
Ho YW, Varghese G. 1985. Soil fusaria from oil palm habitats in Malaysia.
Pertanika 8(3):331-336.
Horinouchi H, Muslim A, Hakumachi M. 2010. Biocontrol of fusarium wilt by the
plant growth promoting fungus Fusarium eqiseti GF183. J Plant Pathol
92(1):249-254.
Isniah US. 2012. Eksplorasi Fusarium nonpatogenik dalam pengendalian busuk
pangkal batang (Fusarium oxysporum f. sp. cepae) pada bawang merah
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Killerbrew JF, Roy KW, Lawrence GW, McLean KS, Hodges HH. 1988.
Greenhouse and field evaluation of Fusarium solani pathogenicity to
soybean sidlings. Plant dis 72: 1067-1070.
Komada H. 1975. Development of a selective medium for quantitie isolation of
Fusarium oxysporum from natural soil. Rev Plant Protect. Res. 8 : 114-125.
Leslie JF, Summerell BA. 2006. The Fusarium Laboratory Manual. Oxford (UK):
Blackwell Publishing.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Bogor (ID): IPB
Press.
Ondrej M, Dostalova R, Trojan R. 2008. Evaluation of virulence of Fusarium
solani isolates on pea. Plant Protect Sci 44: 9-18.
Rodrigues AAC, Menezes M. 2006. Identification and pathogenic characterization
of endophytic Fusarium species from cowpea seeds. Anais da Academia
Pernambucana de Ciência Agronômica 3:203-215.
18
Smith SN. 2007. An overview of ecological and habitat aspects in the genus
Fusarium with special emphasis on the soil-borne pathogenic forms. Plant
Pathol Bull. 16: 97-120.
Strange RN. 2003. Introduction to Plant Pathology. London (GB): J Wiley. hlm
199.
Sutton S. 2006. Counting colonies. Pharmaceutical Microbiol Forum Newsletter.
12(9): 2–12.
Suwandi, Akino S, dan Kondo N. 2012. Common spear rot of oil palm in
Indonesia. Plant Dis. 96:537-543.
Teoh, 2010. Persoalan keberlanjutan kunci dalam sektor minyak kelapa sawit.
IFC, World Bank Group.
World Growth. 2011. The Economic Benefits of Oil Palm to Indonesia: A Report
by World Growth. Virginia (US): World Growth.
19
LAMPIRAN
Nama Media
KSM
BLA
PDA
WA
Lampiran 1 Komposisi media yang digunakan
Komposisi Bahan (untuk 1 L media)
K2HPO4
1g
KCl
0.5 g
MgSO4.7H2O
0.5 g
L-Asparagin
2g
D-Galaktosa
20 g
Fe3NA-EDTA
0.1 g
Agar
20 g
Antifungal :
PCNB
1g
Oxgall
0.5 g
Asam Fosfor
0.5 ml
Na2B4O7.10H2O
1g
Streptomisin sulfat
0.3 g
Potongan daun pisang
Agar
20 g
Kentang
200 g
Dekstrosa
20 g
Agar
20 g
Agar
20 g
Lampiran 2 Daftar sidik ragam pengaruh isolat Fusarium spp. terhadap tinggi
kecambah pada 8 MST
Sumber
db
JK
KT
F hit
Pr > F
Perlakuan
21
761.250458 36.250022
2.71
0.0002
Galat
152
2031.641726 13.366064
Total
173
2792.892184
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Torgamba, Sumatera Utara pada tanggal 5 April 1990
dari ayah Ir .Nelson Simatupang dan Ibu Ir. Timbun Sitepu. Penulis adalah anak
ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Methodist-I
Medan dan pada tahun berikutnya penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
2008 dan diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.
ASAL RIZOSFER KELAPA SAWIT DI KEBUN PERCOBAAN
CIKABAYAN, BOGOR, JAWA BARAT
GUSTO WIRYAWAN SIMATUPANG
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Eksplorasi dan Uji
Patogenisitas Fusarium spp. Asal Rizosfer Kelapa Sawit di Kebun Percobaan
Cikabayan, Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Gusto Wiryawan Simatupang
NIM A34080085
4
ABSTRAK
GUSTO WIRYAWAN SIMATUPANG. Eksplorasi dan Uji Patogenisitas
Fusarium spp. Asal Rizosfer Kelapa Sawit di Kebun Percobaan Cikabayan,
Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh EFI TODING TONDOK.
Kelapa sawit merupakan komoditas pertanian global utama dan digunakan
dalam sebagian besar produk pangan dan nonpangan. Salah satu masalah utama
dalam budidaya kelapa sawit yaitu penyakit tanaman yang menyerang tanaman
kelapa sawit, seperti yang terjadi di kebun percobaan Cikabayan, IPB dan
menyerang tanaman kelapa sawit muda. Gejalanya berupa pembengkokan pelepah
daun dan diikuti nekrosis pada anak daun dari pelepah yang bengkok tersebut.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi cendawan patogen yang
menyebabkan gejala tersebut muncul pada tanaman kelapa sawit di kebun
percobaan Cikabayan, IPB. Dua puluh isolat Fusarium spp. berhasil diisolasi dari
rizosfer tanaman kelapa sawit dan teridentifikasi sebagai Fusarium oxysporum
(morfotipe a dan b) dan F. solani. Sembilan isolat merupakan F. oxysporum
morfotipe a, 3 isolat F. oxysporum morfotipe b dan 8 isolat F. solani. Pada uji
patogenisitas Fusarium spp., 14 isolat menyebabkan tanaman sakit dan 6 isolat
tidak menyebabkan tanaman sakit. Persentase kejadian penyakit tertinggi yaitu
sebesar 55% disebabkan oleh F. oxysporum morfotipe b isolat H2B.
Kata kunci: Fusarium nonpatogenik, Fusarium oxysporum, Fusarium solani, layu
fusarium.
ii
ABSTRACT
GUSTO WIRYAWAN SIMATUPANG. The Exploration and Pathogenicity Test
of Fusarium spp. from the Oil Palm Rizosphere at Cikabayan Experimental Field,
Bogor, West Java. Supervised by EFI TODING TONDOK.
Oil palm is a major global agricultural commodity and being used in a large
number of food and nonfood products. One of the most important problems in oil
palm cultivation is plant diseases that attack oil palms. One disease problem
occurs at Cikabayan experimental field that attacks young oil palm. The
symptoms are frond bending and at the same time necrotic on the leaflets of oil
palms. The aim of this research was to identify the fungal pathogen(s) that causing
the disease symptoms shown at Cikabayan experimental field. Twenty isolates of
Fusarium spp. have been isolated from oil palm’s rizosphere and have identified
as Fusarium oxysporum (morphotype a and b) and Fusarium solani. Nine isolates
are F. oxysporum morphotype a, three isolates F. oxysporum morphotype b, and
eight isolates are F. solani. On pathogenicity test of isolates Fusarium spp., 14
isolates were causing diseased plants and 6 isolates were not. The highest
percentation of disease incidence were caused by F. oxysporum morphotype b
isolate H2B at level 55% of diseases incidence.
Keywords: Fusarium oxysporum, Fusarium solani, fusarium wilt, nonpathogenic
fusarium
iv
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB.
6
EKSPLORASI DAN UJI PATOGENISITAS Fusarium spp.
ASAL RIZOSFER KELAPA SAWIT DI KEBUN PERCOBAAN
CIKABAYAN, BOGOR, JAWA BARAT
GUSTO WIRYAWAN SIMATUPANG
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
viii
x
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa
atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas
akhir sarjana yang berjudul “Eksplorasi dan Uji Patogenisitas Fusarium spp. asal
Rizosfer Kelapa Sawit di Kebun Percobaan Cikabayan, Bogor, Jawa Barat”.
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Efi Toding Tondok, SP. M.Sc. sebagai
dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, pengetahuan,
saran, arahan, dan masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga diucapkan
kepada Dr. Ir. Widodo, MS yg juga turut membantu dalam penelitian ini, juga
kepada Dr. Ir. Giyanto, MSi sebagai dosen pembimbing akademik yang juga turut
memberikan dukungan selama masa studi penulis.
Terima kasih kepada Papa dan Mama juga kak Eci dan kak Fani selaku
keluarga yang selalu mengasihi dan mendoakan penulis selama melaksanakan
tugas akhir maupun selama kuliah di IPB.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman penulis
yang juga cukup banyak membantu penulis selama melaksanakan tugas akhir
penulis.
Pada penulisan tugas akhir ini penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap ada masukan, kritik dan saran yang bersifat
membangun dan memotivasi penulis agar dapat menuliskan karya tulis yang lebih
baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Bogor, Juli 2015
Gusto Wiryawan Simatupang
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode
Pengambilan Sampel Tanah
Isolasi Fusarium spp.
Identifikasi isolat Fusarium spp.
Penghitungan Kelimpahan Fusarium spp.
Uji Patogenisitas
Reisolasi Fusarium spp.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi dan Identifikasi Isolat Fusarium spp.
Karakteristik morfologi isolat Fusarium oxysporum
Karakteristik morfologi isolat Fusarium solani
Uji Patogenisitas
Reisolasi Fusarium spp.
Pengaruh Isolat Fusarium spp. terhadap Tinggi Kecambah Kelapa Sawit
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
xv
xv
1
1
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
5
6
6
8
8
10
13
14
16
16
16
17
19
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah isolat yang berhasil diisolasi dari rizosfer tanaman kelapa sawit 6
Tabel 2 Karakteristik morfologi isolat Fusarium spp.
8
Tabel 3 Tinggi kecambah kelapa sawit pada 8 MST
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Pertumbuhan koloni Fusarium spp. pada media KSM
Morfologi koloni isolat umur 14 hari pada media PDA
Morfologi mikroskopis Fusarium spp.
Persentase kejadian penyakit yang disebabkan oleh Fusarium spp.
Busuk kecambah yang disebabkan oleh F. oxysporum
Gejala penyakit yang disebabkan oleh Fusarium spp.
Gejala nekrotik yang disebabkan oleh F. solani
Hasil reisolasi Fusarium spp. dari kecambah kelapa sawit
7
9
9
10
11
11
12
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Komposisi media
19
Lampiran 2 Daftar sidik ragam pengaruh isolat Fusarium spp. terhadap tinggi
kecambah pada 8 MST
19
xvi
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman asli Afrika yang
sudah menjadi komoditas pertanian global utama. Komoditas ini digunakan dalam
sejumlah besar produk pangan dan nonpangan, serta dipandang sebagai bahan
bakar nabati yang menjanjikan (Teoh 2010). Indonesia saat ini menguasai pangsa
produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil dunia sebesar 50.06%,
dengan jumlah produksi mencapai 26.9 juta ton pada tahun 2013 dan 28.02 juta
ton pada tahun 2014 (BPS 2014). Selama tiga dasawarsa terakhir konsumsi
minyak sawit dunia meningkat tiga kali lipat dari semula. Tahun 2020 mendatang
diperkirakan kebutuhan pangan dan energi meningkat sehingga kebutuhan minyak
sawit dunia akan mencapai 60 juta ton (World Growth 2011).
Salah satu kendala bagi usaha budidaya kelapa sawit di dunia adalah
penyakit tanaman yang menyerang kelapa sawit, dan saat ini di kebun percobaan
Cikabayan IPB ditemukan gejala penyakit yang timbul pada tajuk kelapa sawit.
Gejala tersebut berupa pembengkokan pada pelepah daun disertai lesio nekrosis
yang terjadi pada anak daun dari pelepah yang bengkok tersebut. Penyakit seperti
ini mirip seperti yang dilaporkan oleh Chincilla et al. (1997) dan disebut penyakit
tajuk kelapa sawit. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini mencapai 20%
pada 38 bulan pertama penanaman kelapa sawit. Penyakit tajuk kelapa sawit juga
dilaporkan telah menyerang perkebunan kelapa sawit di sebagian wilayah
Sumatera dan Bangka Belitung dan Fusarium spp. merupakan cendawan yang
paling banyak diisolasi dari tajuk tanaman yang menunjukkan gejala penyakit
tersebut (Suwandi et al. 2012). Hafizi et al. (2013) berhasil mengisolasi cendawan
Fusarium solani dan F. oxysporum dari tanaman kelapa sawit yang terserang
penyakit tajuk pada perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan sebagian wilayah
Sumatera.
Cendawan Fusarium merupakan patogen tular tanah yang tersebar di hampir
seluruh dunia dan dapat diisolasi dari setiap lahan pertanian. Cendawan Fusarium
oxysporum (Fox) merupakan salah satu dari banyak sekali patogen yang
menyebabkan penyakit layu pada tanaman pertanian. Fox tidak hanya dijumpai di
negara-negara Afrika maupun Indonesia saja, namun cendawan ini tersebar luas di
seluruh dunia. Meskipun strain patogenik Fox dianggap mampu berkoloni di
dalam pembuluh xylem tanaman, namun ada strain lain yang ternyata tidak
menimbulkan penyakit bagi tanaman, faktanya kebanyakan strain Fox terbukti
bersifat avirulen/nonpatogenik bagi inang di mana fusarium diisolasi. Fox yang
mampu mengolonisasi akar tanaman namun tidak menimbulkan gejala penyakit
dapat digolongkan sebagai strain nonpatogenik (Alabouvette dan Couteaudier
1992). F.oxysporum nonpatogenik (Fnp) merupakan saprofit yang cukup kuat
bersaing dengan patogen tular tanah lainnya dalam hal pengambilan nutrisi dari
sisa-sisa tanaman di tanah (Appel dan Gordon 1995). Fnp dapat berkoloni di
dalam korteks tanpa menimbulkan gejala penyakit dan bertahan sebagai saprofit
pada bahan organik.
.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui kelimpahan cendawan Fusarium spp.
pada rizosfer kelapa sawit dan mengidentifikasi cendawan Fusarium patogenik
penyebab penyakit tajuk kelapa sawit di Kebun Percobaan Cikabayan IPB.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan informasi mengenai kelimpahan cendawan
Fusarium spp. pada rizosfer kelapa sawit dan Fusarium patogenik penyebab
penyakit tajuk kelapa sawit di kebun percobaan Cikabayan IPB.
3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan,
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan kebun
percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada bulan Februari 2014
hingga Desember 2014.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah
sampel tanah dari rizosfer tanaman kelapa sawit di kebun percobaan Cikabayan,
IPB, media selektif Fusarium Komada (Komada’s Selective Medium/ KSM),
media Potato Dextrose Agar (PDA), media Banana Leaf-piece Agar (BLA),
biakan murni Fusarium oxysporum strain patogen (koleksi Laboratorium
Mikologi Tumbuhan). Alat-alat yang digunakan antara lain rotary shaker, cawan
petri, tabung reaksi, laminar air flow, mikroskop cahaya dan kamera.
Metode
Pengambilan Sampel Tanah
Lokasi pengambilan sampel tanah merupakan areal pertanaman kelapa sawit
di kebun percobaan Cikabayan milik Institut Pertanian Bogor yang terletak di
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Tanah
diambil dari rizosfer tanaman kelapa sawit.
Sampel tanah yang diambil sebanyak dua jenis, yaitu tanah dari rizosfer
tanaman kelapa sawit sehat dan tanah dari rizosfer tanaman kelapa sawit yang
menunjukkan gejala pembengkokan pelepah daun. Sampel tanah sebanyak 1 kg
diambil pada kedalaman 30 cm dari permukaan tanah area piringan tanaman
kelapa sawit. Sampel tanah masing-masing diambil dari 5 titik sekeliling tanaman
kelapa sawit kemudian dicampur.
Jumlah sampel tanah yang diambil masing-masing 12 sampel tanah tanaman
kelapa sawit sehat dan 12 sampel tanah tanaman kelapa sawit yang menunjukkan
gejala pembengkokan pelepah daun. Sampel tanah kemudian disimpan ke dalam
kantong plastik dan diberi kode berdasarkan jenis sampel tanah dan penomoran
secara acak. Untuk sampel tanah yang berasal dari rizosfer tanaman kelapa sawit
sehat diberi kode SH dan untuk sampel tanah yang berasal dari rizosfer tanaman
kelapa sawit yang menunjukkan gejala pembengkokan pelepah daun diberi kode
SD.
Isolasi Fusarium spp.
Isolasi Fusarium spp. dilakukan dengan metode pengenceran berseri. 10 g
sampel tanah disuspensikan ke dalam 90 ml air destilasi steril sehingga diperoleh
suspensi tanah pengenceran 10.1. Suspensi tersebut kemudian dikocok dengan
menggunakan rotary shaker pada kecepatan 150 rpm selama 20 menit, setelah itu
dilakukan pengenceran 10-2 dengan cara memindahkan 1 ml suspensi awal ke
4
dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml air destilasi steril. Pengenceran dilanjutkan
hingga seri pengenceran 10-3.
Suspensi tanah dari setiap pengenceran selanjutnya diambil masing-masing
sebanyak 1 ml dan dituang ke dalam media KSM (Komada’s Selective Medium),
kemudian disebar dengan menggunakan spatula kaca. Setiap seri pengenceran
diulang sebanyak 3 kali. Biakan selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 5
hingga 7 hari agar koloni tumbuh dengan baik. Koloni yang tumbuh diberi kode
kemudian dimurnikan dan diperbanyak pada media PDA. Pengkodean isolat
berdasarkan spesies isolat, sumber isolat dan penomoran secara acak. Misalnya
isolat FaD1A, Fa merupakan F. oxysporum morftipe a, huruf D1 merupakan
sumber isolat yaitu rizosfer tanaman kelapa sawit yang menunjukkan gejala
pembengkokan pelepah daun sampel SD1, huruf A berarti penomoran secara
acak.
Identifikasi isolat Fusarium spp.
Isolat-isolat Fusarium spp. diidentifikasi berdasarkan karakteristik
morfologi koloni yang tumbuh pada media PDA dan morfologi mikroskopis yang
tumbuh pada media BLA. Identifikasi dilaksanakan dengan bantuan kunci
identifikasi (Leslie dan Summerell 2006).
Penghitungan Kelimpahan Fusarium spp.
Kelimpahan Fusarium spp. ditentukan dengan menghitung langsung koloni
yang tumbuh pada media KSM, kemudian dihitung per satuan colony forming unit
(cfu) berdasarkan rumus (Sutton 2006). Untuk mengetahui kelimpahan (cfu/g)
digunakan rumus:
Kelimpahan (cfu/g) =
rata-rata jumlah koloni per cawan
volume yang dicawankan × faktor pengenceran
Uji Patogenisitas
Dua puluh isolat murni Fusarium spp. diuji pada kecambah kelapa sawit
dan sebagai pembanding menggunakan isolat Fusarium oxysporum patogenik
koleksi Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman.
Sumber inokulum Fusarium spp. diperoleh melalui suspensi konidia yang dibuat
dengan cara mencampurkan 10 ml air destilasi steril ke dalam cawan petri yang
berisi biakan murni isolat Fusarium spp. berumur 2 minggu, kemudian dikeruk
dengan menggunakan lup inokulasi sehingga diperoleh suspensi yang berisi masa
spora (konidia) dengan konsentrasi 105/ml. Inokulasi dilakukan dengan cara
merendam kecambah kelapa sawit ke dalam suspensi konidia Fusarium spp.
selama 1 jam. Kecambah yang telah diinokulasi kemudian ditanam pada polibek
berukuran 20 x 15 cm berisi media tanah steril. Kecambah yang diinokulasi
dengan isolat Fox patogenik dijadikan sebagai kontrol positif.
Terdapat 22 perlakuan pada uji patogenisitas dan masing-masing perlakuan
diulang sebanyak sembilan kali, sehingga total satuan amatan berjumlah 189
satuan amatan. Satuan amatan merupakan satu polibek yang berisi satu kecambah
kelapa sawit. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga 8 Minggu Setelah Tanam
(MST). Peubah yang diamati yaitu kejadian penyakit dan tinggi/panjang
kecambah. Persentase kejadian penyakit dihitung dengan rumus:
5
Rancangan percobaan untuk uji patogenisitas isolat adalah rancangan acak
lengkap (RAL). Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan perangkat
lunak Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1. Perlakuan yang berpengaruh
nyata diuji lanjut dengan uji Duncan pada taraf α=5% (Mattjik et al. 2006).
Reisolasi Fusarium spp.
Reisolasi Fusarium spp. dilakukan untuk mengetahui kemampuan masingmasing isolat Fusarium spp. dalam memenetrasi dan mengolonisasi jaringan
tanaman dengan ataupun tanpa adanya infeksi yang dihasilkan. Reisolasi
dilakukan pada kecambah kelapa sawit pada masa setelah minggu terakhir
pengamatan. Bagian pangkal batang dan akar kecambah kelapa sawit dipotong
menjadi beberapa bagian kemudian dilakukan sterilisasi permukaan dengan cara
direndam menggunakan NaOCl 1% selama 3 menit dan dibilas tiga kali
menggunakan air destilasi steril, kemudian dikering-anginkan. Potongan pangkal
batang dan akar kemudian diinkubasikan di dalam media PDA dan diinkubasi
pada suhu ruang. Persentase reisolasi dihitung menggunakan rumus:
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi dan Identifikasi Isolat Fusarium spp.
Rizosfer tanaman kelapa sawit menyediakan nutrisi seperti gula dan
berbagai macam asam amino yang dibutuhkan propagul cendawan untuk
berkecambah (Ho dan Varghese 1985). Fusarium spp. yang berhasil diisolasi dari
rizosfer tanaman kelapa sawit berjumlah 20 isolat di mana 12 isolat berasal dari
tanaman kelapa sawit sehat dan 8 isolat berasal dari tanaman kelapa sawit yang
menunjukkan gejala pembengkokan pelepah daun (Tabel 1).
Tabel 1 Hasil isolasi Fusarium spp. dari rizosfer kelapa sawit
Kelimpahan Keragaman
Isolat
Sampel
(cfu/g)
Rizosfer kelapa sawit sehat
SH1
2000
F. oxysporum morfotipe a FaH1A, FaH1B
SH2
4000
F. oxysporum morfotipe a FaH2C, FaH2D
F. oxysporum morfotipe b FbH2A, FbH2B
F. solani
FsH2E, FsH2F
SH3
0
SH4
0
SH5
0
SH6
0
SH7
0
SH8
0
SH9
0
SH10
0
SH11
0
SH12
0
Rizosfer kelapa sawit bergejala
SD1
6000
F. oxysporum morfotipe a FaD1A, FaD1B, FaD1D
F. oxysporum morfotipe b FbD1C
F. solani
FsD1E, FsD1F, FsD1G
SD2
3000
F. oxysporum morfotipe a FaD2C, FaD2D
F. solani
FsD2A, FsD2B
SD3
0
SD4
0
SD5
0
SD6
0
SD7
0
SD8
0
SD9
0
SD10
0
SD11
0
SD12
0
-
7
Hasil isolasi menunjukkan Fusarium spp. hanya ditemukan pada 4 sampel
tanah yang terdiri atas 2 sampel tanah SH dan 2 sampel tanah SD, sampel tersebut
yaitu SH1, SH2, SD1, dan SD2. Sedangkan pada 16 sampel tanah yang terdiri atas
8 sampel tanah SH dan 8 sampel tanah SD, Fusarium spp. tidak berhasil diisolasi
dari sampel-sampel tersebut. Ketidakberhasilan isolasi Fusarium spp. dari
keenam belas sampel tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan waktu
pengambilan sampel tanah, yaitu pengambilan sampel pada saat musim kemarau
dengan pengambilan sampel pada saat musim hujan. Keenam belas sampel
tersebut diambil pada saat musim kemarau, dimana kelembaban atau kadar air di
dalam tanah tersebut berada pada tingkat rendah.
Kelimpahan propagul Fusarium spp. di dalam tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kesuburan tanah, kesuburan tanaman dan vegetasi di
sekitar tanaman (Ho dan Varghese 1985). Kelimpahan propagul Fusarium spp.
tertinggi diperoleh dari sampel tanah SD1 yaitu 6000 cfu/g tanah, sedangkan
kelimpahan terendah diperoleh dari sampel tanah rizosfer tanaman kelapa sawit
sehat SH1 sebesar 2000 cfu/g tanah. Kelimpahan propagul Fusarium spp. yang
lebih besar pada SD1 kemungkinan disebabkan oleh rizosfer kelapa sawit tempat
diambilnya sampel tersebut lebih kondusif bagi pertumbuhan propagul Fusarium
spp., terutama vegetasi di sekitar SD1 lebih banyak dibandingkan sampel yang
lainnya. Ho dan Varghese (1985) juga berhasil mengisolasi Fusarium spp. dari
rizosfer kelapa sawit di Malaysia dan mencatat kelimpahan propagul Fusarium
spp. sebanyak 5946 cfu/g tanah.
Media KSM merupakan media selektif yang mengisolasi cendawan
Fusarium (Komada 1975). Miselium Fusarium spp. yang tumbuh pada media
KSM berwarna putih dan tidak menghasilkan pigmen sama sekali. Cendawan
selain Fusarium spp. juga ditemukan tumbuh pada media tersebut, tetapi
pertumbuhannya tertekan dengan ukuran koloni yang jauh lebih kecil
dibandingkan koloni Fusarium spp. yang pertumbuhannya sangat cepat (Gambar
1).
Semua isolat Fusarium spp. berhasil diidentifikasi berdasarkan karakteristik
morfologi koloni pada media PDA dan karakteristik mikroskopis pada media
BLA. Dari total 20 Isolat Fusarium spp. yang berhasil diisolasi dari rizosfer
tanaman kelapa sawit teridentifikasi sebagai Fusarium oxysporum morfotipe a,
Fusarium oxysporum morfotipe b dan F. solani. Sembilan isolat merupakan
spesies F. oxysporum morfotipe a, 3 isolat F. oxysporum morfotipe b dan 8 isolat
merupakan spesies F. solani. Identifikasi dilakukan berdasarkan karakterisitik
morfologi yang mengacu pada Leslie dan Summerel 2006.
a
b
Gambar 1 Pertumbuhan koloni Fusarium spp. pada media KSM: (a) SH, (b) SD
8
Karakterisitik morfologi isolat Fusarium oxysporum
Isolat F. oxysporum yang diidentifikasi mempunyai 2 morfotipe yang
berbeda yaitu morfotipe a dan morfotipe b. Secara garis besar kedua morfotipe ini
memiliki karakteristik yang hampir sama, yang membedakan ialah kelengkungan
dari makrokonidia yang dihasilkan pada sporodokia. F. oxysporum morfotipe b
memiliki bentuk makrokonidia yang lebih melengkung dari bentuk makrokonidia
morfotipe a. Miselium keduanya berwarna putih, putih-merah muda, hingga putihkeunguan (Gambar 2). Makrokonidia berbentuk seperti sabit dengan jumlah sekat
tiga hingga lima sekat dan dihasilkan pada fialid tunggal pendek pada hifa dan
sporodokia (Gambar 3).
Karakteristik morfologi isolat Fusarium solani
Miselium F.solani berwarna putih dan tidak menghasilkan pigmen sama
sekali (Gambar 2). Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh F. solani yaitu fialid
tunggal yang ukurannya sangat panjang (Gambar 3). Makrokonidia berbentuk
lurus dan sedikit melengkung dengan jumlah lima hingga tujuh, dihasilkan dari
fialid tunggal panjang pada hifa dan sporodokia (Gambar 3). Sporodokia
berwarna coklat muda.
Tabel 2 Karakteristik morfologi isolat Fusarium spp.
Karakteristik
F. oxysporum
F. solani
Morfologi
Putih, ungu
Putih
Warna koloni
Pigmentasi
Merah muda, ungu
Putih - kekuningan
Bentuk makrokonidia
Morfotipe a: Lurussedikit melengkung,
ramping
Morfotipe b:
melengkung, sedikit
gemuk
Meruncing dan
melengkung
Berbentuk menyerupai
kaki dan runcing
24.2–27.6
Lurus, sedikit lebar dan
gemuk
1.8–2.3
3.2-4.2
3–5 sekat
5-7 sekat
-
1-2
Sel apikal
makrokonidia
Sel basal makrokonidia
Panjang makrokonidia
(µm)
Lebar makrokonidia
(µm)
Sekat makrokonidia
Sekat mikrokonidia
Tumpul dan bulat
Berbentuk menyerupai kaki
dan melekuk
25.4-43.8
9
b
a
c
Morfologi koloni isolat umur 14 hari pada media PDA: (a) F.
oxysporum morfotipe a, (b) F.oxysporum morfotipe b, (c) F. solani
Gambar 2
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Gambar 3 Morfologi mikroskopis Fusarium spp.: F. oxysporum morfotipe a: (a)
makrokonidia, (d) mikrokonidia, (g) klamidospora; F. oxysporum
morfotipe b: (b) makrokonidia, (e) mikrokonidia, (h) klamidospora; F.
solani: (c) makrokonidia, (f) mikrokonidia, (i) klamidospora
10
Uji Patogenisitas
Pada pengujian ini diperoleh 14 isolat yang meyebabkan munculnya gejala
penguningan daun dan nekrosis dari total 20 isolat yang diuji. Isolat tersebut ialah
FaD1A, FaD1B, FaD2C, FaD2D, FaH1A, FaH2C, FaH2D, FbD1C, FbH2A,
FbH2B, FsD1E, FsD1F, FsD1G, dan FsD2A. Kemampuan isolat dalam
menginfeksi tanaman dari yang mempunyai persentase kejadian penyakit paling
tinggi ke rendah secara berturut-turut yaitu: isolat FbH2B dan FsD1F dengan
persentase kejadian penyakit sebesar 55%, diikuti dengan isolat FaD1A dan
FsD1G (44%), kemudian isolat FaD1B, FaD2D, FaH2D, FsD1E (33%), isolat
FaH1A, FaH2C, FsD2A (22%), dan isolat FbD1C, FaD2C, FbH2A dengan
persentase kejadian penyakit sebesar 11%. Isolat yang tidak berhasil
menyebabkan kejadian penyakit berjumlah 6 isolat yaitu isolat FaD1D, FaH1B,
FsD1H, FsD2B, FsH2E, dan FsH2F (Gambar 4).
Cendawan F. oxysporum mampu menyebabkan rebah kecambah, layu,
busuk akar dan perusakan warna pada sistem pembuluh tanaman pada persemaian
maupun tanaman yang tua (Horinouchi et al. 2010). Gejala yang muncul
bervariasi tergantung fase pertumbuhan kecambah dan spesies Fusarium spp..
Gejala pertama kali muncul pada minggu ke-2 setelah tanam dan disebabkan oleh
F. oxysporum morfotipe a isolat FaH2D. Gejala yang ditimbulkan merupakan
gejala nekrotik.
60
55
55
Kejadian penyakit (%)
50
44
44
40
33
33
33
33
33 33
30
22 22
22
22 22
20
11
11
11
10
0
0
0
0
0
Isolat
Gambar 4 Persentase kejadian penyakit yang disebabkan oleh Fusarium spp.
11
Gambar 5 Busuk kecambah yang disebabkan oleh F. oxysporum (kiri), kontrol
tanpa patogen (kanan)
a
b
c
d
e
f
Gambar 6 Gejala penyakit yang disebabkan oleh Fusarium spp.: F. oxysporum:
(a) nekrotik, (d) daun kering; F. solani: (c) nekrotik, (f) daun kering;
(b) kontrol (+); (e) kontrol (-)
Gejala lain yang disebabkan oleh isolat F. oxysporum yaitu gejala daun
memelintir diikuti dengan gejala nekrotik yang muncul pada ujung daun (Gambar
6). Gejala daun memelintir atau disebut juga dengan epinasti disebabkan oleh
pertumbuhan petiol bagian atas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan bagian bawah petiol sebagai akibat dari prduksi etilen yang
berlebihan atau meningkatnya sensitivitas hormon. Gejala epinasti tersebut juga
terjadi pada tomat yang terinfeksi F. oxysporum f. sp. lycopersici (Strange 2003).
Pada tanaman yang daunnya telah terbuka gejala yang muncul yaitu
menguningnya daun yang paling tua diikuti dengan daun yang lebih muda. Agrios
12
(2005), menyatakan bahwa perubahan warna tersebut disebabkan oleh aktivitas
patogen yang menimbulkan adanya gangguan kloroplas sehingga menyebabkan
penurunan kandungan klorofil pada daun. Menguningnya daun dimulai dari tepi
daun menuju ke bagian tengah daun. Waktu munculnya gejala penguningan daun
bervariasi mulai dari kecambah berdaun satu hingga kecambah berdaun tiga pada
minggu terakhir pengamatan. Cendawan F. oxysporum juga menghasilkan
fitotoksin yang disebut asam fusarat (Fusaric acid) yang bersifat toksik bagi
tanaman sehingga menjadi salah satu penyebab tanaman menjadi layu (Smith
2007).
Gejala penyakit yang diakibatkan oleh F. solani mirip dengan gejala
penyakit yang diakibatkan oleh F. oxysporum. Gejala terjadi pada kecambah yang
daunnya belum terbuka maupun kecambah yang daunnya telah terbuka, gejala
muncul pada minggu ke-3 setelah tanam. Gejala yang muncul berupa gejala
nekrotik yang dimulai pada pucuk daun yang belum terbuka kemudian menyebar
hingga ke pangkal hingga akhirnya tanaman mati. Isolat tersebut yaitu isolat
FsD1E, FsD1F, FsD1G, dan FsD2A. Isolat F. solani juga menyebabkan
pertumbuhan kecambah mengalami stagnasi dengan gejala nekrosis pada pucuk
daun, namun tidak mengakibatkan tanaman mati hingga minggu terakhir
pengamatan (Gambar 7). Hal tersebut diduga sebagai akibat dari fitotoksin yang
diproduksi oleh isolat F. solani. F. solani memproduksi fitotoksin naphtazarin
dan dihydrofusarubin yang mampu menyebabkan klorosis pada tanaman dan juga
menghambat pertumbuhan tanaman (Ondrej et al. 2008).
Kecambah kontrol positif yang diinokulasi dengan F. oxysporum patogenik
koleksi Laboratorium Mikologi, nilai persentase kejadian penyakit sebesar 22%
Nilai persentase kejadian penyakit yang rendah tersebut mungkin dikarenakan
degenerasi isolat yaitu menurunnya daya virulensi isolat karena isolat telah
disimpan dalam waktu yang cukup lama. Gejala yang diakibatkan yaitu daun
menjadi kering yang dimulai dari pangkal batang semu kemudian menjalar hingga
ujung daun (Gambar 6) dan diikuti dengan pertumbuhan miselium berwarna putih
yang keluar dari sekitar batang. Gejala ini mulai muncul pada saat awal daun
pertama terbuka yaitu pada minggu ke-2 setelah inokulasi. Gejala berlanjut hingga
mengakibatkan kecambah mati dalam waktu 1 minggu.
Gambar 7 Gejala nekrotik yang disebabkan oleh F. solani
13
Reisolasi Fusarium spp.
Fusarium spp. yang diperoleh dari reisolasi sama dengan Fusarium spp.
pada tahap isolasi dan yang digunakan pada uji patogenisitas. Reisolasi isolat
Fusarium spp. dari kecambah kelapa sawit pada uji patogenisitas dilakukan pada
minggu ke-8 setelah tanam. Kemampuan Fusarium spp. dalam mengolonisasi
tanaman tidak selalu berakibat buruk bagi tanaman. Meskipun Fusarium spp.
merupakan penyebab dari banyak penyakit layu yang terjadi pada tanaman,
cendawan tersebut secara umum mengolonisasi akar tanaman tanpa menyebabkan
gejala penyakit (Edel et al. 1997). Isolat FaH1B dan isolat FsH2E yang berhasil
mengolonisasi jaringan tanaman, namun tidak menimbulkan gejala penyakit pada
tanaman atau pertumbuhan tanaman tidak berbeda dengan kontrol. Kedua isolat
tersebut dapat dikatakan bersifat seperti cendawan endofit yang tinggal di dalam
jaringan tanaman tetapi tidak menyebabkan tanaman sakit atau tidak menggangu
pertumbuhan tanaman. Kedua isolat ini didapatkan dari rizosfer kelapa sawit
sehat. Rodrigues dan Menezes (2006) menyatakan bahwa tanaman toleran
terhadap pertumbuhan cendawan yang terbatas di dalam jaringannya tanpa
melakukan mekanisme pertahanan. Menurut Isniah (2012), cendawan Fusarium
oxysporum nonpatogenik yang diisolasi dari tanaman bawang merah mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen bawang merah yang diinokulasi
dengan cendawan tersebut. Dengan demikian, kedua isolat tersebut berpotensi
dijadikan sebagai agens pengendali hayati.
Terdapat tiga isolat yang tidak berhasil direisolasi, namun muncul gejala
pada kecambah yang diinokulasikan dengan isolat-isolat tersebut, isolat tersebut
yaitu isolat FsH2F, FaD1D, dan FsD1H.
Reisolasi isolat Fusarium spp. (%)
120
100
100
80
70
60
60
50
50 50
50 50
40
40
40
30
30
20
20
20
10
10
0
0
0
0
0
Isolat
Gambar 8 Hasil reisolasi Fusarium spp. dari kecambah kelapa sawit
14
Tidak berhasilnya isolat FsH2F, FaD1D, FsD1H direisolasi dari kecambah
kelapa sawit menunjukkan isolat-isolat tersebut tidak berhasil masuk ke dalam
jaringan kecambah kelapa sawit, dan munculnya gejala kemungkinan disebabkan
oleh faktor lain seperti kelainan genetik kecambah atau disebabkan oleh mikroba
patogen lain yang mungkin sudah ada atau terbawa di dalam benih kelapa sawit
tersebut, namun tidak dilakukan identifikasi terhadap mikroba patogen terbawa
benih tersebut. Flood et al. (1990) menemukan cendawan Fusarium spp. di dalam
benih kelapa sawit, tepatnya pada permukaan inti sawit (kernel).
Pengaruh Isolat Fusarium spp. Terhadap Tinggi Kecambah Kelapa Sawit
Isolat Fusarium spp. memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap tinggi
kecambah. Berdasarkan uji F pada taraf 5% perlakuan berpengaruh nyata
terhadap tinggi kecambah. Rata-rata tinggi kecambah tertinggi dicapai oleh
kecambah yang diinokulasi isolat FsD2A, sedangkan rata-rata tinggi kecambah
terendah diperoleh dari kecambah yang diinokulasi dengan isolat FsD1G (Tabel
3). Berdasarkan uji DMRT antara tinggi kecambah kontrol dengan kecambah
yang diinokulasi menggunakan isolat FsD2A tidak berbeda nyata, sedangkan
kecambah yang diinokulasi dengan isolat FsD1G dan FsD1F tingginya berbeda
nyata terhadap kontrol, dimana kedua isolat tersebut merupakan isolat F. solani
patogenik. Perbedaan tinggi antara kecambah kontrol (-) dengan kecambah yang
diinokulasi dengan isolat FsD2A yang berbeda nyata dimungkinkan disebabkan
oleh adanya pengaruh asam giberelin (Gibberellic Acid) hasil produksi cendawan
Fusarium spp..
Smith (2007) menyatakan bahwa tanaman padi yang terinfeksi Fusarium
spp. mengalami pertumbuhan tinggi yang berlebihan, namun lemah dan
produktivitasnya rendah, dan tanaman padi tersebut terdeteksi mengandung asam
giberelin yang diproduksi oleh Fusarium spp.. Sedangkan perbedaan tinggi antara
kecambah kontrol (-) dengan kecambah yang diinokulasi dengan isolat FsD1F dan
FsD1G dimungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat
virulensi kedua isolat tersebut dan ketahanan kecambah kelapa sawit yang
digunakan. Killerbrew et al. 1988 menginokulasi F. solani pada benih kacang
kedelai dan menemukan kejadian penyakit yang lebih tinggi pada benih-benih
kedelai yang berkualitas buruk.
Kecambah yang diinokulasi dengan Fusarium nonpatogenik isolat FaH1B
dan FsH2E memiliki tinggi yang tidak berbeda nyata dengan kecambah kontrol
(+) maupun kecambah kontrol (-). Hal ini mengindikasikan meskipun kedua
isolat tersebut bersifat endofit, namun tidak berperan sebagai Plant Growth
Promoting Fungi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat peranan kedua
isolat tersebut di pertanaman kelapa sawit.
15
Tabel 3 Tinggi kecambah kelapa sawit pada 8 MST
Perlakuan
Tinggi (cm)a
Perlakuan
Tinggi (cm)a
Isolat
Isolat
FsD2A
17.06 a
FsH2E
15.64 ab
FsH2F
16.62 ab
Kontrol (+)
15.63 ab
FaH1A
16.61 ab
FaH1B
15.11 ab
FaH2C
16.31 ab
FbH2A
14.86 ab
FaD1B
16.23 ab
FbD1C
14.55 ab
FaH2D
16.13 ab
FaD1A
13.60 abc
FaD2C
16.06 ab
FaD1D
13.59 abc
FsD2B
15.99 ab
FsD1E
13.42 abc
Kontrol (-)
15.88 ab
FbH2B
12.21 bcd
FaD2D
15.74 ab
FsD1F
10.39 cd
FsD1H
15.65 ab
FsD1G
8.60 d
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji DMRT); Kontrol (+): kontrol diinokulasi dengan patogen; Kontrol (-): kontrol
tanpa inokulasi patogen
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kelimpahan Fusarium spp. dalam rizosfer tanaman kelapa sawit tertinggi
diperoleh dari sampel tanah kelapa sawit sakit SD1 sebesar 6000 cfu/g tanah,
sedangkan kelimpahan Fusarium spp. terendah diperoleh dari sampel SH1 sebesar
2000 cfu/g tanah. Spesies Fusarium spp. yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi
sebanyak 20 isolat dimana 12 isolat merupakan Fusarium oxysporum yang terbagi
dalam 2 morfotipe yaitu morfotipe a sebanyak 9 isolat (FaH1A, FaH1B, FaH2C,
FaH2D, FaD1A, FaD1B, FaD1D, FaD2C, dan FaD2D) dan morfotipe b sebanyak
3 isolat (FbH2A, FbH2B, dan FbD1C) dan 8 isolat merupakan Fusarium solani
(FsH2E, FsH2F, FsD1E, FsD1F, FsD1G, FsD1H, FsD2A, dan FsD2B).
Berdasarkan hasil uji patogenisitas dan hasil reisolasi, isolat-isolat yang
bersifat patogenik terhadap kecambah kelapa sawit berjumlah 14 isolat (FaH1A,
FbH2A, FbH2B, FaH2C, FaH2D, FaD1A, FaD1B, FbD1C, FsD1E, FsD1G,
FsD1G, FsD2A, FaD2C, dan FaD2D) dan yang paling patogenik yaitu F. solani
isolat FsD1G dan F. oxysporum morfotipe b isolat FbH2B dengan persentase
kejadian penyakit sebesar 55 %. Isolat yang bersifat saprofit berjumlah 4 isolat
(FsD2B, FsH2F, FaD1D, dan FsD1H) dan 2 isolat bersifat endofit (FaH1B dan
FsH2E).
Saran
Perlu dilakukan uji antagonisme secara in vitro maupun in vivo antara isolat
Fusarium spp. yang bersifat patogenik dengan isolat yang bersifat nonpatogenik.
Perlu juga dilakukan uji patogenisitas isolat yang bersifat nonpatogenik pada
tanaman selain kelapa sawit.
17
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. New York (US): Academic Pr.
Alabouvette C, Couteaudier Y. 1992. Biological control of fusarium wilts with
non-patogenic fusaria. D dalam: Tjamos EC, Papavizas GC, Cook RJ,
editor. Biological Control of Plant Diseases Progress and Challenges for
the Future. New York (US): NATO ASI Series.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2013.
Katalog BPS: 05130.1410
Cooper RM. 2011. Fusarium wilt of oil palm: a continuing threat to South Asia
plantations. The Planter 87(1023):409-418.
Chinchilla C, Salas A, dan Castrillo G. 1997. Common spear rot/crown disease in
oil palm: Effect on growth and initial yields. ASD Oil Palm Pap. 16:1-18
[ABSTRAK]
Edel V, Steinberg C, Gautheron N, Alabouvette C. 1997. Population of
nonpathogenic Fusarium oxysporum associated with roots of four plant
species compared to soilborne populations. Phytopathol 87:693-697.
Gordon TR, Martyn RD. 1997. The evolutionary biology of Fusarium oxysporum.
Phytopathol 35:111-128.
Flood J, Mepsted R, Cooper RM. 1990. Contamination of oil palm pollen and
seeds by Fusarium spp. Mycol Res 94(2):99-108.
Hafizi R, Salleh B, dan Latiffah Z. 2013. Morphological and molecular
characterization of Fusaium solani and F. oxysporum associated with crown
disease of oil palm. Braz J Microbiol 44(3):959-986.
Ho YW, Varghese G. 1985. Soil fusaria from oil palm habitats in Malaysia.
Pertanika 8(3):331-336.
Horinouchi H, Muslim A, Hakumachi M. 2010. Biocontrol of fusarium wilt by the
plant growth promoting fungus Fusarium eqiseti GF183. J Plant Pathol
92(1):249-254.
Isniah US. 2012. Eksplorasi Fusarium nonpatogenik dalam pengendalian busuk
pangkal batang (Fusarium oxysporum f. sp. cepae) pada bawang merah
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Killerbrew JF, Roy KW, Lawrence GW, McLean KS, Hodges HH. 1988.
Greenhouse and field evaluation of Fusarium solani pathogenicity to
soybean sidlings. Plant dis 72: 1067-1070.
Komada H. 1975. Development of a selective medium for quantitie isolation of
Fusarium oxysporum from natural soil. Rev Plant Protect. Res. 8 : 114-125.
Leslie JF, Summerell BA. 2006. The Fusarium Laboratory Manual. Oxford (UK):
Blackwell Publishing.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Bogor (ID): IPB
Press.
Ondrej M, Dostalova R, Trojan R. 2008. Evaluation of virulence of Fusarium
solani isolates on pea. Plant Protect Sci 44: 9-18.
Rodrigues AAC, Menezes M. 2006. Identification and pathogenic characterization
of endophytic Fusarium species from cowpea seeds. Anais da Academia
Pernambucana de Ciência Agronômica 3:203-215.
18
Smith SN. 2007. An overview of ecological and habitat aspects in the genus
Fusarium with special emphasis on the soil-borne pathogenic forms. Plant
Pathol Bull. 16: 97-120.
Strange RN. 2003. Introduction to Plant Pathology. London (GB): J Wiley. hlm
199.
Sutton S. 2006. Counting colonies. Pharmaceutical Microbiol Forum Newsletter.
12(9): 2–12.
Suwandi, Akino S, dan Kondo N. 2012. Common spear rot of oil palm in
Indonesia. Plant Dis. 96:537-543.
Teoh, 2010. Persoalan keberlanjutan kunci dalam sektor minyak kelapa sawit.
IFC, World Bank Group.
World Growth. 2011. The Economic Benefits of Oil Palm to Indonesia: A Report
by World Growth. Virginia (US): World Growth.
19
LAMPIRAN
Nama Media
KSM
BLA
PDA
WA
Lampiran 1 Komposisi media yang digunakan
Komposisi Bahan (untuk 1 L media)
K2HPO4
1g
KCl
0.5 g
MgSO4.7H2O
0.5 g
L-Asparagin
2g
D-Galaktosa
20 g
Fe3NA-EDTA
0.1 g
Agar
20 g
Antifungal :
PCNB
1g
Oxgall
0.5 g
Asam Fosfor
0.5 ml
Na2B4O7.10H2O
1g
Streptomisin sulfat
0.3 g
Potongan daun pisang
Agar
20 g
Kentang
200 g
Dekstrosa
20 g
Agar
20 g
Agar
20 g
Lampiran 2 Daftar sidik ragam pengaruh isolat Fusarium spp. terhadap tinggi
kecambah pada 8 MST
Sumber
db
JK
KT
F hit
Pr > F
Perlakuan
21
761.250458 36.250022
2.71
0.0002
Galat
152
2031.641726 13.366064
Total
173
2792.892184
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Torgamba, Sumatera Utara pada tanggal 5 April 1990
dari ayah Ir .Nelson Simatupang dan Ibu Ir. Timbun Sitepu. Penulis adalah anak
ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Methodist-I
Medan dan pada tahun berikutnya penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
2008 dan diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.