Pengaruh Pemberian Ekstrak Bahan Organik Dari Kompos Kotoran Sapi, Kompos Kotoran Ayam Dan Larutan Bahan Humat Terhadap P Tersedia Pada Andisol Sukamantri Dan Inceptisol Dramaga

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAHAN ORGANIK
DARI KOMPOS KOTORAN SAPI, KOMPOS KOTORAN AYAM
DAN LARUTAN BAHAN HUMAT TERHADAP P TERSEDIA
PADA ANDISOL SUKAMANTRI DAN INCEPTISOL DRAMAGA

DEFIANA ARYANI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian
Ekstrak Bahan Organik dari Kompos Kotoran Sapi, Kompos Kotoran Ayam dan
Larutan Bahan Humat terhadap P Tersedia pada Andisol Sukamantri dan
Inceptisol Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Defiana Aryani
NIM A14080088

ABSTRAK
DEFIANA ARYANI. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bahan Organik dari Kompos
Kotoran Sapi, Kompos Kotoran Ayam dan Larutan Bahan Humat terhadap P
Tersedia pada Andisol Sukamantri dan Inceptisol Dramaga. Dibimbing oleh
ISKANDAR dan GUNAWAN DJAJAKIRANA.
Fosfor merupakan salah satu unsur yang ketersediaannya untuk tanaman
tergolong rendah. Masalah kekurangan P ini seringkali bukan hanya disebabkan
oleh rendahnya kadar P total di dalam tanah, tetapi juga karena bentuk-bentuk
fosfor yang dapat diambil oleh tanaman terbatas jumlahnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan organik dalam bentuk
cair, yaitu ekstrak dari kompos kotoran ayam (KA), ekstrak kompos kotoran sapi
(KS), dan larutan bahan humat terhadap jumlah ketersediaan fosfor pada tanah

Andisol dan Inceptisol. Penelitian dilakukan dengan pemberian ekstrak kompos
KA dan kompos KS dengan perbandingan tanah terhadap ekstrak kompos (1:10)
dan perbandingan tanah terhadap larutan bahan humat (1:4). Tanah yang
digunakan adalah Andisol Sukamantri dan Inceptisol Dramaga. Tanah dan ekstrak
kompos diinkubasi selama 7 hari. Analisis P tersedia dilakukan dengan
menggunakan metode Bray 1. Ekstrak kompos KA dan kompos KS berturut-turut
mengandung P total sejumlah 143.4 ppm dan 102.5 ppm. Hasil analisis
menunjukkan pemberian ekstrak kompos KA dan ekstrak kompos KS
meningkatkan ketersediaan P pada Andisol dan Inceptisol. Setelah pemberian
kompos KA dan kompos KS, pada Andisol ketersediaan P meningkat dari 6.5
ppm menjadi berturut-turut 74 ppm dan 108 ppm, sedangkan pada Inceptisol
meningkat dari 5.7 ppm menjadi berturut-turut 146 ppm dan 250 ppm. Pemberian
larutan bahan humat A dan B pada Andisol meningkatkan P tersedia dari 6.5 ppm
menjadi 15 ppm dan 16 ppm, sedangkan pada Inceptisol meningkat dari 5.7 ppm
menjadi 30 ppm dan 17 ppm
Kata kunci: Andisol, bahan humat, ekstrak bahan organik, kompos kotoran ayam,
kompos kotoran sapi, Inceptisol, P tersedia

ABSTRACT
DEFIANA ARYANI. Influence of Organic Matter Extract from Cow Manure

Compost, Chiken Manure Compost and Solution of Humic Materials on Available
P in Sukamantri Andisol and Dramaga Inceptisol. Supervised by ISKANDAR
dan GUNAWAN DJAJAKIRANA.
Phosphorus is one of the plant nutrients that its availability for plants is
low. The deficiency problems of phosphorus often caused not only by low levels
of total P in the soil but also the forms of phosphorus can be taken by plant is
limited. This research was aimed to find out the influence of liquid organic matter
extracted from chicken manure compost (KA), cow manure compost (KS) and
solution of humate materials on the amount of available P in Sukamantri Andisol
and Dramaga Inceptisol. The research was conducted with compost extract KA
and KS with the ratio of soil and the compost extract (1:10) and the ratio of soil to
the solution of humic substance (1: 4). The soils that have been used are Andisol
Sukamantri and Inceptisol Dramaga. Soil and compost extract was incubated for 7
days. Analysis of availability of P was conducted using Bray I methods. Chicken
manure compost extract (KA) and cow manure compost extract (KS) containt
total P 143.4 ppm and 102.5 ppm consecutively. The analysis result showed that
availability of P was increased by adding chicken manure compost extract and
cow manure compost extract on Andisol and Inceptisol. The addition of chicken
manure compost extract (KA) and cow manure compost extract (KS) on Andisol
caused the availability of P Andisol increased from 6.5 ppm to 74 ppm and 108

ppm consecutively, while Inceptisol increased from 5.7 ppm to 146 ppm and 250
ppm consecutively. Addition of humate materials solution A and B in Sukamantri
Andisol successfully increased the availability of P from 6.5 ppm to 15 ppm and
16 ppm, and availability of P in Dramaga Inceptisol increased from 5.7 ppm to 30
ppm and 17 ppm.
Keywords: Andisol, available P, chicken manure compost, cow manure compost,
humate materials, organic matter extract, Inceptisol

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAHAN ORGANIK
DARI KOMPOS KOTORAN SAPI, KOMPOS KOTORAN AYAM
DAN LARUTAN BAHAN HUMAT TERHADAP P TERSEDIA
PADA ANDISOL SUKAMANTRI DAN INCEPTISOL DRAMAGA

DEFIANA ARYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan


DEPERTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karuniaNya skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Bahan Organik
dari Kompos Kotoran Sapi, Kompos Kotoran Ayam dan Larutan Bahan Humat
terhadap P Tersedia pada Andisol Sukamantri dan Inceptisol Dramaga” bisa
diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
meraih gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, nasihat, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.Ir. Iskandar selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing
skripsi I yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan semangat

kepada penulis selama menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi.
2. Dr.Ir. Gunawan Djajakirana, MSc selaku dosen pembimbing skripsi II atas
teladan, bimbingan, ide, kritik, saran, kesabaran, motivasi dan ilmu yang
diajarkan selama penulis menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi.
3. Dr.Ir. Suwardi M.Agr sebagai Penguji atas kritik dan sarannya.
4. Kakak-kakakku (Teh Nia, Teh Reni, Teh Dewi dan Aa Nur), Bi Enung dan
Mang Jajang serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan
semangat, kasih sayang, kesabaran, perhatian, dukungan moral dan materil
selama penulis menjalani masa kuliah sampai terselesaikannya skripsi ini.
5. Teman satu penelitian Imam Setiyadi atas bantuan dan saran dalam
penyelesaian skripsi serta teman satu angkatan yang telah memberi
dukungan dan saran kepada penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhir kata, tak ada manusia yang sempurna, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Desember 2015

Defiana Aryani


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

Hipotesis

2

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian

3

Bahan dan Alat

3

Prosedur Percobaan

4


HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Tanah Andisol dan Inceptisol

6

Bahan Organik Padat

6

Ekstrak Bahan Organik

7

P Tersedia dalam Tanah

7

pH Tanah

9


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP


16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Parameter dan metode analisis tanah
Parameter dan metode analisis bahan organik padat
Parameter dan metode analisis ekstrak bahan organik
Hasil analisis Andisol dan Inceptisol
Hasil analisis bahan organik padat
Hasil analisis ekstrak bahan organik

4
5
5
6
6
7

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4

Peta lokasi pengambilan bahan tanah Andisol Sukamantri
Peta lokasi pengambilam bahan tanah Inceptisol Dramaga
Pengaruh pemberian ekstrak bahan organik pada Andisol
dan Inceptisol terhadap P tersedia
Nilai pH tanah Andisol dan Inceptisol pada masingmasing perlakuan

3
4
8
10

DAFTAR LAMPIRAN

1
2

Kriteria penilaian analisis tanah (PPT 1983)
Data pH dan P tersedia ekstrak bahan organik Andisol
dan Inceptisol

14
15

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fosfor (P) merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
banyak setelah nitrogen dan kalium, namun ketersediaannya sangat rendah
terutama pada tanah-tanah di Indonesia. Masalah kekurangan P seringkali bukan
disebabkan oleh rendahnya kadar P total di dalam tanah tetapi karena bentuk
fosfor yang tersedia atau jumlah yang dapat diambil oleh tanaman hanya
sebagian kecil dari jumlah yang ada di dalam tanah. Selain itu adanya fiksasi
fosfor yang besar oleh permukaan tanah juga menyebabkan rendahnya
ketersediaan P bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor tersedia di dalam tanah dapat
diartikan sebagai P-tanah yang dapat diekstraksikan atau larut dalam air.
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan
masih banyak menyerupai bahan induknya (Hardjowigeno 1993). Inceptisol di
Indonesia merupakan tanah mineral yang berbahan induk tufa volkan, bahan
volkan intermedier, dan basa. Tanah ini mempunyai kedalaman solum 1.5 - 10 m,
menyebar pada ketinggian 10 - 1000 m di atas permukaan laut dengan topografi
bergelombang, berbukit atau bergunung, mempunyai horison terselubung, warna
merah sampai kuning, bertekstur liat, struktur remah sampai gumpal dan
berkonsistensi gembur. Kandungan bahan organik relatif rendah, kapasitas tukar
kation sebesar 10 – 25 me/100g tanah, dengan kejenuhan basa 15 - 50 % dan
kemasaman tanah berkisar antara 4.5 - 6.0 (Dudal dan Soepraptohardjo 1957)
Andisol adalah tanah yang memiliki sifat andik, umumnya terbentuk karena
pelapukan tephra atau bahan induk yang mengandung gelas vulkanik dalam
jumlah banyak. Tanah Andisol yang dijumpai di Indonesia ada yang mempunyai
horison molik atau melanik yang tebal (lebih dari 50 cm), memiliki horison
permulaan warna gelap humus (hitam atau coklat tua) dengan strukstur remah,
konsistensi gembur, kadar bahan organik tinggi dan licin (smeary), kisaran pH
antara 3.4 sampai 6.7 dengan rata-rata 5.4. Andisol didominasi oleh mineral liat
amorf dengan KTK bervariasi 6,5-52.0 cmol(+) kg-1 atau bervariasi dari sangat
rendah sampai sangat tinggi dan berkolerasi positif dengan kandungan C-organik
tanah (Sukarman dan Dariah 2014)
Pola jerapan P tanah sangat ditentukan oleh jenis mineral kleinya. Andisol
umumnya mempunyai kandungan P total yang tinggi, yaitu sekitar 160-500
mg/100g tanah, tetapi jumlah P yang tersedia bagi tanaman sangat rendah, sekitar
1% dari total P yang terdapat dalam tanah (Sanchez 1992). Hal ini terjadi karena
Andisol didominasi oleh tipe mineral klei amorf seperti Alofan, imogolit,
ferihidrit, dan oksida-oksida hidrat Al dan Fe dengan permukaan spesifik yang
luas (Uehara dan Gilman 1981 dalam Munir 1996). Inceptisol merupakan tanah
dengan kandungan silika yang rendah, seskuioksida tinggi dan kandungan Al dan
Fe tinggi menyebabkan fosfat mudah terikat dan membentuk senyawa Al-P dan
Fe-P sehingga ketersediaan P dalam tanah rendah atau kurang tersedia bagi
tanaman. Oleh karena itu tanah harus dikelola untuk menurunkan kemampuan
jerapannya agar dapat melepaskan P dari kompleks jerapan. Pemberian bahan
organik adalah salah satu cara yang banyak dilakukan untuk meningkatkan

2

ketersediaan P pada tanah. Bahan organik adalah bahan yang mengandung unsur
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dan nitrogen (N), umumnya berasal dari
hewan dan tumbuhan.
Bahan organik tanah adalah bahan di dalam atau permukaan tanah yang berasal
dari sisa tumbuhan, hewan dan manusia baik yang telah mengalami proses
dekomposisi lanjut maupun sedang (Bohn et al. 1979). Kemampuan tanah dalam
penyediaan bahan organik berbeda-beda dan seringkali sangat sedikit. Karena itu
dibutuhkan penambahan bahan organik dari luar untuk memperbaiki sifat kimia-fisik
tanah. Kompos merupakan hasil akhir dari dekomposisi atau fermentasi dari
tumpukan sampah-sampah organik yang berasal dari tumbuhan atau tanaman
ataupun yang berasal dari hewan. Hasil dekomposisi kompos berupa asam-asam
organik mempunyai kemampuan yang besar untuk mengikat kation melalui
ikatan khelat dan mampu menyelimuti koloida bermuatan positif dan mampu
mendesak P yang telah berada pada kompleks jerapan tanah. Selain itu bahan
organik yang dikomposkan juga dapat meningkatkan sifat kimia dan fisik tanah,
seperti mempengaruhi kemasaman atau pH tanah, meningkatkan daya serap dan
kapasitas tukar kation, menambahkan hara NPK bagi tanaman dari hasil
mineralisasi oleh mikroorganisme dan proses kimia lainnya. Sedangkan sifat fisik
seperti meningkatkan kemampuan tanah menahan air, pemantapan agregat tanah,
membuat warna tanah menjadi coklat hingga hitam dan memperbaiki struktur
tanah. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menurunkan jerapan fosfat
dengan bahan organik yang berbentuk padat, seperti pada penelitian Sipayung
(1999) dengan menggunakan bahan organik setempat (Imperata cylindrica,
Melastoma sp.) dan Mucuna sp serta fosfat alam terhadap fraksi aluminium dan
erapan fosfat. Pada penelitian ini digunakan ekstrak bahan organik dari kompos
kotoran ayam (KA), kompos kotoran sapi (KS) dan larutan bahan humat untuk
mempelajari pengaruh jera pan P pada tanah Andisol dan Inceptisol.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bahan
organik dari kompos kotoran ayam, kompos kotoran sapi, dan larutan bahan
humat terhadap jumlah fosfor tersedia pada Andisol dan Inceptisol
Hipotesis
Pemberian ekstrak kompos kotoran ayam, ekstrak kompos kotoran sapi
dan larutan bahan humat dapat meningkatkan ketersediaan P pada Andisol
Sukamantri dan Inceptisol Dramaga.

3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Mei 2012 sampai Februari
2013 di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan organik berupa
kompos KA, kompos KS, dan bahan humat, aquades, alkohol, KH2PO4, dan
bahan-bahan lain untuk analisis P. Alat yang digunakan terdiri atas botol plastik,
timbangan, mesin kocok, ayakan, kertas saring dan lain-lain. Alat ukur yang
digunakan untuk analisis antara lain: Atomic Absorption Spectrophotometer
(AAS), Flamephotometer, pH-meter, EC-meter, dan UV Spectrophotometer.
Bahan tanah Andisol diambil dari desa Sukamantri, Kecamatan Taman Sari pada
koordinat 106o45’26.56o BT dan 06o39’40.49o LS (Gambar 1), sedangkan bahan
tanah Inceptisol diambil dari desa Cikabayan, Kecamatan Dramaga dengan
koordinat 106o43’02.16o BT dan 06o32’52.15o LS (Gambar 2). Sampel bahan
tanah Inceptisol ini berbeda lokasi dengan Inceptisol Dramaga yang digunakan
oleh Setiyadi (2014).

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan bahan tanah Andisol Sukamantri

4

Gambar 2. Peta lokasi pengambilan bahan tanah Inceptisol Dramaga

Prosedur Percobaan
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan, yaitu analisis
tanah awal, analisis bahan organik padat, analisis ekstrak bahan organik dan
analisis tanah setelah diberi perlakuan ekstrak bahan organik.
Pengambilan Contoh Tanah. Contoh tanah terganggu diambil secara
komposit pada kedalaman 0-20 cm. Parameter dan metode analisis awal tanah
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Parameter dan metode analisis tanah
Parameter
pH Tanah
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Basa-basa :
K, Na
Ca, Mg
C-Organik
Al-dd
P tersedia
P total
Tekstur

Metode
pH meter
NH4OAc pH 7, titrasi
Ekstrak NH4OAc pH 7
Flamephotometer
AAS
Walkey and Black
N KCl, titrasi
Bray I, spectrophotometer
HCl 25%, spectrophotometer
Pipet, gravimetric

Pembuatan Ekstrak Bahan Organik. Kompos KA dan kompos KS padat
dikering-udarakan, kemudian diayak dengan ayakan ukuran 2 mm. Kompos padat
selanjutnya dianalisis dengan parameter dan metode yang disajikan pada Tabel 2.

5

Tabel 2 Parameter dan metode analisis bahan organik padat
Parameter
P total
pH
C–organik

Metode
Pengabuan kering, spectrophotometer
pH meter
Walkley and Black

Pembuatan ekstrak bahan organik diawali dengan pengocokan bahan
organik dengan aquades (1:10) selama 120 menit pada kecepatan 125 rpm,
kemudian disentrifuse selama 30 menit dan disaring menggunakan kertas saring.
Selain ekstrak kompos KA dan kompos KS, dalam penelitian ini juga digunakan
larutan bahan humat dengan konsentrasi yang berbeda. Bahan humat A berasal
dari 15 ml bahan humat pekat yang diencerkan menjadi 1 liter, kemudian
diencerkan kembali 1000 kali, sehingga bahan humat A memperoleh pengenceran
66 667 kali dari bahan humat pekat. Bahan humat B berasal dari 50 ml bahan
humat pekat yang diencerkan menjadi 1 liter, kemudian diencerkan kembali 1000
kali, sehingga bahan humat B memperoleh pengenceran 20 000 kali dari bahan
humat pekat. Kedua larutan bahan humat tersebut berasal dari bahan humat pekat
yang sama. Ekstrak bahan organik dianalisis dengan parameter dan metode yang
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Parameter dan metode analisis ekstrak bahan organik
Parameter
pH
DHL
P total

Metode
pH meter
EC meter
HCl 25%, spectrophotometer

Perlakuan Tanah dengan Ekstrak Bahan Organik. Tanah
dikeringudarakan dan disaring dengan ayakan ukuran 2 mm. Perlakuan pertama,
tanah direndam dengan ekstrak bahan organik dari kompos KA dan kompos KS
dengan perbandingan 1:10 di dalam ember, diinkubasi selama 1 minggu serta
dilakukan pengadukan pada pagi dan sore hari. Perlakuan kedua, tanah direndam
dalam larutan bahan humat dengan dua konsentrasi yang berbeda, yaitu bahan
humat A dengan perbandingan 1:4 dan bahan humat B juga dengan perbandingan
1:4 di dalam ember, kemudian diinkubasi selama 1 minggu serta dilakukan
pengadukan pada pagi dan sore hari. Setelah inkubasi, tanah kembali
dikeringudarakan, ditumbuk dan disaring dengan menggunakan ayakan ukuran 2
mm. Tanah perlakuan ekstrak bahan organik diukur pH-nya dan kandungan Ptersedianya (Bray 1).

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Tanah Andisol dan Inceptisol
Andisol dan Inceptisol merupakan tanah dengan ciri dan sifat yang berbeda.
Pada tahap awal penelitian ini, dilakukan analisis awal pada tanah Andisol dan
Inceptisol yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil analisis Andisol dan Inceptisol
Tanah
Sifat tanah
Andisol
Inceptisol
pH
4.7
4.8
C-organik (%)
10.0
3.4
KTK (me/100 g)
29.6
24.1
KB (%)
35.4
35.7
P tersedia (ppm)
6.5
5.7
P total (ppm)
187.0
60.0
Al-dd (me/100g)
1.0
6.9
Pasir (%)
22.6
14.7
Debu (%)
35.5
35.5
Klei (%)
41.9
49.8
Tekstur
Berklei halus
Berklei halus
Berdasarkan hasil analisis dapat ditunjukkan bahwa ketersediaan fosfor
pada Andisol dan Inceptisol tergolong tinggi (PPT, 1983), yaitu 6.5 ppm P atau
14.89 ppm P2O5 dan 5.7 ppm P atau 13.05 ppm P2O5. Fosfor total pada Andisol
tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 187 ppm P atau 428.23 mg/100g P2O5 dan
pada Inceptisol tergolong sedang yaitu sebesar 60.0 ppm P atau 137.4 mg/100g
P2O5 (PPT, 1983).
Bahan Organik Padat
Pada penelitian ini bahan organik padat yang digunakan berasal dari kompos
KA dan kompos KS. Karakteristiknya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis bahan organik padat
Bahan organik
Kompos KA
Kompos KS

pH

C-organik (%)

P total (ppm)

7.50
6.90

28.46
21.42

11 003
2 604

Berdasarkan analisis, kompos KA dan KS memiliki pH yang mendekati
netral dan termasuk kategori kompos yang sudah matang. Kandungan C-organik
pada kompos KA sebesar 28.46 %, lebih tinggi dibandingkan C-organik pada
kompos KS yaitu 21.42 %, sedangkan nilai P total bahan organik padat ayam juga
lebih besar daripada sapi yaitu berturut-turut 1.10 % dan 0.26 %. Hakim et al.

7

(1986) menunjukkan bahwa kandungan hara pada kompos KA 1.00 % N dan
0.80 % P2O5, lebih tinggi dari kompos KS yaitu 0.60 % N dan 0.15 % P2O5,
sedangkan kandungan hara K2O pada kompos KA setara dengan kompos KS,
yaitu 0.40 % dan 0.45 %. Kualitas kompos yang berasal dari kotoran hewan
(pupuk kandang) seperti kompos KA dan kompos KS dipengaruhi beberapa faktor
seperti jenis dan umur hewan, jenis makanannya, alas kandang dan
penyimpanan/pengelolaan. Menurut Hartatik dan Widowati (2010) pupuk
kandang ayam boiler mempunyai kadar hara P yang relatif tinggi dari pupuk
kandang lainnya. Selain itu pula dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa
makanan ayam serta sekam yang dapat menyumbangkan tambahan hara kedalam
pupuk kandang. Kotoran sapi memiliki kadar serat yang tinggi seperti selulosa,
hal ini dapat dilihat dari parameter C/N rasio cukup tinggi >40. Pakan utama sapi
seperti rerumputan, merupakan faktor tingginya C/N rasio. Tinggi kadar C/N rasio
ini dapat menghambat/menekan pertumbuhan tanaman utama. Oleh karena itu
untuk memaksimalkan penggunaan kotoran sapi harus dilakukan pengomposan.
Ekstrak Bahan Organik
Ekstrak bahan organik kompos KA dan kompos KS memiliki karakteristik
yang berbeda dengan bahan organik padat. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil analisis ekstrak bahan organik
Ekstrak Bahan Organik

pH

Kompos KA
Kompos KS
Larutan Bahan humat A
Larutan Bahan humat B

7.9
7.2
7.7
7.6

Daya hantar listrik
(mS/cm)
11.5
3.1
3.2
2.0

P total (mg/l)
143.4
102.5
0.2
0.3

Kompos KA dan kompos KS mengalami perubahan pH menjadi lebih
besar setelah diekstrak. Pada kompos KA pH meningkat dari 7.5 menjadi 7.9 dan
kompos KS meningkat dari 6.9 menjadi 7.2. Kadar P total kompos mengalami
penurunan setelah diekstrak, kompos KA dari 1.10 % menjadi 143.4 ppm dan
kompos KS dari 0.26 % menjadi 102.5 ppm. Penurunan yang drastis ini dapat
disebabkan proses pengekstrakan dengan air menghasilkan P yang terlarut saja
sedangkan P yang tidak terlarut tidak ikut terekstrak. Kadar P total pada bahan
humat A dan B yaitu 0.2 ppm dan 0.3 ppm tergolong sangat rendah karena
pengenceran yang besar, yaitu 66 666 kali dan 20 000 kali. Pengekstrakan dan
pengenceran ini diharapkan mempermudah tanah dalam penyediaan P tersedia
yang larut dalam air.

P Tersedia dalam Tanah
Pengaruh pemberian ekstrak bahan organik terhadap P tersedia pada tanah
Andisol dan Inceptisol dapat dilihat pada Gambar 3.

8

300
250

P tersedia (ppm)

250
200
146
150
108
100

74

50

30
6.5

15

5.7

16

17

0
Kontrol

Ekstrak kompos Ekstrak kompos Bahan humat A Bahan humat B
ayam
sapi

Andisol Sukamantri

Inceptisol Dramaga

Gambar 3. Pengaruh pemberian ekstrak bahan organik pada Andisol dan
Inceptisol terhadap P tersedia
Gambar 3. menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kompos KA, ekstrak
kompos KS, dan bahan humat dapat meningkatkan ketersediaan P bila
dibandingkan dengan kontrol. Pada tanah Inceptisol ketersediaan fosfor paling
tinggi diperoleh dari ekstrak kompos KS 250 ppm, disusul kompos KA 146 ppm,
bahan humat A 30 ppm, dan bahan humat B 17 ppm. Penambahan ekstrak bahan
organik yang paling tinggi terhadap ketersediaan fosfor pada tanah Andisol yaitu
kompos KS 108 ppm, disusul kompos KA 74 ppm, bahan humat B 16 ppm, dan
bahan humat A 15 ppm. Pada Andisol pemberian ekstrak kompos KA
menghasilkan peningkatan P tersedia dari 6.5 ppm menjadi 74 ppm. Namun,
karena ekstrak kompos KA mengandung P sebesar 143.4 ppm, berarti sebagian P
yang berasal dari ekstrak kompos KA dijerap oleh Andisol menjadi tidak tersedia.
Pada pemberian dengan ekstrak kompos KS, P tersedia pada Andisol meningkat
dari 6.5 ppm menjadi 108 ppm. Jumlah tersebut nampaknya berasal dari
penambahan P yang terkandung dalam ekstrak kompos KS (102.5 ppm).
Pada Inceptisol, pemberian ekstrak kompos KA meningkatkan P tersedia
tanah dari 5.7 ppm menjadi 146 ppm (Gambar 3). Nilai P tersedia tersebut
nampaknya berasal dari ekstrak kompos KA yang mengandung 143.4 ppm P.
Pada pemberian dengan ekstrak kompos KS, P tersedia Inceptisol Dramaga
meningkat menjadi 250 ppm. Bila ekstrak kompos KS mengandung 102.5 ppm
dan P total tanah Inceptisol Dramaga 60 ppm, maka jumlah P keseluruhan dalam
tanah hanya 162.5 ppm sehingga perlu ditelusuri kembali mengapa diperoleh P
tersedia sebesar 250 ppm.
Hal menarik terjadi pada pemberian larutan bahan humat. Bahan ini
mengandung P total 0.2 ppm dan 0.3 ppm (Tabel 6), namun P tersedia tanah
Andisol meningkat menjadi 15-16 ppm dan tanah Inceptisol menjadi 17-30 ppm

9

(Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pelepasan P yang asalnya diikat
oleh tanah.
Menurut Stevenson (1982) bahan organik melalui aksi dari asam-asam
organik dan CO2 dari hasil dekomposisi menghasilkan anion organik. Anion
organik ini mempunyai sifat mengikat ion Al, Fe, dan Ca dari dalam larutan,
kemudian membentuk senyawa kompleks yang sukar larut. Dengan demikian
konsentrasi ion Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang dan
diharapkan fosfor tersedia akan lebih banyak. Ikatan P pada setiap tanah berbedabeda tergantung pada mineral klei tanah tersebut. Pada Andisol P diikat oleh
mineral alofan yang memiliki ikatan yang kuat, sedangkan pada Inceptisol P
diikat oleh oksida-okida besi dengan ikatan yang lemah.
Tanah yang memiliki kation Al, Fe dan Mn yang tinggi merupakan
penyebab utama terikatnya P dalam tanah. Pemberian bahan humat dapat
mengikat logam Al, Fe dan Mn dengan membentuk senyawa khelat, sehingga P
dilepaskan dari kompleks jerapan. Penggunaan komponen bahan humat seperti
asam humat telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Ahmad (1989
dalam Prasetyo et al. 2006) melaporkan bahwa pemberian asam humat dengan
kepekatan 300 mg kg-1 tanah dan diberi pupuk P sebanyak 50 ppm dapat
meningkatkan ketersediaan P sebesar 26,37 ppm dan dapat menetralisir pengaruh
Al-dd yang meracun.

pH Tanah
Andisol Sukamantri

8
7

6.6

6.8

6.6

6.5

6

pH

5

Inceptisol Dramaga

5.5
4.4

4.7

4.5

5.3
4.4

4
3
2
1
0
Kontrol

Ekstrak kompos Ekstrak kompos Bahan humat A Bahan humat B
ayam
sapi

Perlakuan

Gambar 4. Nilai pH tanah Andisol dan Inceptisol pada masing-masing
perlakuan

10

Pada Gambar 4. terlihat umumnya tanah mengalami kenaikan pH setelah
penambahan ekstrak bahan organik. Peningkatan ini karena ekstrak bahan organik
kompos KA dan kompos KS yang ditambahkan memiliki pH yang tinggi pula,
yaitu berturut-turut 7.9 dan 7.2. Pada Andisol, pH kontrol sebesar 4.4 dan setelah
adanya penambahan ekstrak bahan organik dari kompos KA dan kompos KS
mengalami peningkatan pH menjadi 6.6 dan larutan bahan humat A menjadi 4.5,
sedangkan larutan bahan humat B tidak mengalami peningkatan pH. Pada
Inceptisol, pH kontrol sebesar 4.7 juga meningkat setelah adanya penambahan
ekstrak bahan organik dari kompos KA menjadi 6.8, kompos KS menjadi 6.5,
larutan bahan humat A menjadi 5.5 dan larutan bahan humat B menjadi 5.3. Nilai
pH tanah untuk bahan humat B pada Andisol tidak mengalami kenaikan pH jika
dibandingkan dengan kontrol, hal ini karena daya buffer untuk menaikkan dan
menurunkan pH pada setiap tanah berbeda-beda. Bentuk ion P yang tersedia bagi
tanaman ditentukan oleh kemasaman larutan tanah. Pada keadaan masam hanya
ion H2PO4- yang akan dijumpai, bila pH dinaikan, mula-mula ion HPO42- dan
akhirnya PO43- yang dominan (Soepardi 1983). Menurut Winarso (2005) adsorpsi
P dalam larutan tanah oleh Al dan Fe oksida dapat menurun apabila pH
meningkat. Fosfor sangat rentan untuk diikat baik pada kondisi masam maupun
alkalin. Semakin lama antara P dan tanah bersentuhan, semakin banyak P
terfiksasi.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian ekstrak bahan organik berupa kompos KA, kompos KS, larutan
bahan humat A dan larutan bahan humat B terhadap tanah Andisol dan Inceptisol
dapat meningkatkan ketersediaan fosfor, baik berasal dari P terfiksasi ataupun P
dari ekstrak kompos. Kompos KA memiliki P total (ppm) lebih besar dari kompos
KS, tetapi setelah diberikan ke dalam tanah kompos KS meningkatkan
ketersediaan P lebih besar dari kompos KA. Penambahan ekstrak bahan organik
berupa kompos KA, kompos KS, larutan bahan humat A dan larutan bahan humat
B dapat meningkatkan pH tanah.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian dosis ekstrak bahan
organik yang lebih efektif pada tanah masam terhadap P tersedia dan
mengaplikasikan ke tanaman untuk lebih terlihat pengaruh peningkatan
ketersediaan P pada Andisol dan Inceptisol dengan pemberian ekstrak bahan
organik.

11

DAFTAR PUSTAKA
Bohn HL, B. L. Mc. Neal, G.A O’Connor. 1979. Soil Chemistry. John Willey &
Sons. New York.
Dudal R dan M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification in Indonesia.
Pemberitaan Balai Besar Penyidikan Pertanian No. 48. Bogor.
Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Saul MR, Diha MA, GB Hong,
Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas
Lampung.
Hartatik W dan Widowati LR. 2010. Pupuk Kandang. [diunduh 2015 Okt 03].
Tersedia pada: http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id.
Hardjowigeno S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta. Akademika
Presindo.
Munir M. 1996. Tanah-tanah Utama Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.
[PPT] Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk
Keperluan Survey dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Bogor:
Pusat Penelitian Tanah.
Prasetyo TB, Herviyati, Admin A, Agita T. 2006. Artikel Ilmiah Hibah Bersaing
XIII/II Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2006: Pengendalian Fe Dengan
Asam Humat dari Berbagai Sumber Bahan Organik dan Pengelolaan Air
pada Tanah Sawah Bukaan Baru yang Ditanami Padi. Universitas Andalas.
Sanchez PA. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jayadinata JT,
penerjemah. Bandung: ITB Pr. Terjemahan dari: Properties Management
of Soil in the Tropic.
Setiyadi I. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bahan Organik Dari Kompos
Kotoran Ayam, Kompos Kotoran Sapi Dan Larutan Bahan Humat
Terhadap P Tersedia Pada Inseptisol Dramaga Dan Inseptisol Surade
Sipayung K. 1999. Pengaruh Bahan Organik Setempat (Imperata cylindrica,
Melastoma sp.) dan Mucuna sp. serta Fosfat Alam terhadap Fraksi
Aluminium dan Erapan Fosfat pada Typic Palehumults Miramintana
Sukabumi.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sukarman dan Ai Dariah. 2014. Tanah Andosol di Indonesia. Karakteristik,
Potensi, Kendala dan Pengelolaanya untuk Pertanian. Bogor: Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian. Agro
Inovasi
Stevenson FJ. 1982. Humus Chemistry : Genesis, Composition, Reaction. 2nd ed.
John Willey and Sons, New York.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada
University Pr.

12

13

LAMPIRAN

14

Lampiran 1 Kriteria penilaian analisis tanah (PPT 1983)
Sifat Tanah
C-Organik (%)
Nitrogen (%)
C/N
P2O5 HCl (mg/100g)
P2O5 Bray-1 (ppm)
P2O5 Olsen (ppm)
K2O HCl 25% (mg/100g)
KTK (me/100g)
Susunan Kation :
- K (me/100g)
- Na (me/100g)
- Mg (me/100g)
- Ca (me/100g)
Kejenuhan Basa (%)
Aluminium (%)

pH H2O

Sangat
masam
60
> 35
> 60
> 60
> 40

< 0.1
< 0.1
< 0.4
< 0.2
< 20
< 10

0.1 - 0.2
0.1 - 0.3
0.4 -1.0
2–5
20 – 35
10- 20

0.3 - 0.5
0.4 - 0.7
1.1 - 2.0
6 -10
36 – 50
21 – 30

0.6 - 1.0
0.8 - 1.0
2.1 - 8.0

> 1.0
> 1.0
> 8.0
> 20
> 70
> 60

Masam
4.5-5.5

Agak
masam
5.5-6.5

Netral
6.6-7.5

51 – 70
31 – 60

Agak
alkalis
7.6-8.5

Alkalis
>8.5

15

Lampiran 2

Perlakuan

Data pH dan P tersedia ekstrak bahan organik pada Andisol
Sukamantri dan Inceptisol Dramaga
Andisol Sukamantri
Inceptisol Dramaga

Kontrol
Ekstrak kompos KA
Ekstrak kompos KS
Larutan Bahan humat A
Larutan Bahan humat B

pH

Ppm

pH

ppm

4.4
6.6
6.6
4.5
5.5

6.5
74.0
108
15.0
16.0

4.7
6.8
6.5
4.4
5.3

5.7
146
250
30.0
17.0

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Maret 1990 di DKI Jakarta. Penulis
merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Alm. E. Sutisna
Tjandradinata dan Alm. Karmini
Riwayat pendidikan formal dimulai pada tahun 1994 di TK PKK Jakarta
Timur sampai tahun 1996. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SD Negeri 05
Pagi Jakarta Timur sampai tahun 2002. Selanjutnya melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 92 Jakarta Timur sampai tahun 2005. Selama menjalani pendidikan
SMP, penulis aktif dalam Ekstra kurikuler KIR dan Rohis (Rohani Islam). Pada
tahun 2005, penulis diterima di SMA Negeri 59 Jakarta Timur. Penulis aktif
dalam organisasi Rohis dan anggota paskibra di tahun pertama, kemudian lulus
pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai Mahasiswa Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, melalui jalur SNMPTN.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif
dalam beberapa Organisasi yakni, Badan Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu
Tanah (BP HMIT) selama dua periode yaitu periode 2009-2010 dan 2010-2011
sebagai sekretaris. Selain itu penulis juga aktif sebagai pengurus LDK faperta
periode 2009-2011. Selain itu, penulis juga diberi amanah untuk menjadi asisten
praktikum pada beberapa mata kuliah, diantaranya pada tahun 2011 dan 2012
Agrogeologi, dan pada tahun 2012 asisten praktikum pada mata kuliah
Geomorfologi dan Analisis Landskap dan mata kuliah Pengantar Ilmu Tanah.
Selain itu penulis juga pernah aktif dalam berbagai kepanitiaan yang
diselenggarakan di IPB.