Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil Dengan Pendekatan Wirakoperasi Di Kabupaten Bogor
PERENCANAAN BISNIS VIRGIN COCONUT OIL
DENGAN PENDEKATAN WIRAKOPERASI
DI KABUPATEN BOGOR
AZWAR ANNAS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Bisnis
Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Azwar Annas
NIM H34110093
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus berdasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK
AZWAR ANNAS. Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan
Wirakoperasi di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD
BAGA.
Tanaman kelapa yang merupakan perkebunan rakyat di Indonesia, termasuk
di Kabupaten Bogor, merupakan sumber daya yang melimpah sejak dulu, namun
belum termanfaatkan secara maksimal. Virgin coconut oil (VCO), salah satu
produk olahan kelapa, mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pengolahan VCO
dengan pendekatan wirakoperasi dapat menjadi bisnis potensial untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial. Perencanaan bisnis dirancang dari analisis
rencana pemasaran berdasarkan perkiraan konsumen VCO sampai rencana
finansial di Jabodetabek. Produksi VCO dengan kapasitas 38 400 liter per tahun
diasumsikan membutuhkan 549.1 ton kelapa. Produksi VCO akan menggunakan
teknologi sederhana sehingga akan mudah untuk diusahakan. Lembaga usaha
pengolahan berbentuk koperasi dengan tujuan agar anggota koperasi yang
merupakan pemilik bisnis dapat memperoleh manfaat lebih besar. Rencana
finansial menunjukkan bahwa bisnis adalah menguntungkan dengan NPV sebesar
Rp4.53 miliar, gross B/C sebesar Rp1.23, dan payback period selama 2.29 tahun.
Kata kunci: kelapa, virgin coconut oil, wirakoperasi
ABSTRACT
AZWAR ANNAS. Business Plan of Virgin Coconut Oil with Cooperative
Entrepreneur Approach in Bogor Regency. Supervised by LUKMAN
MOHAMMAD BAGA.
Coconut plants belong to smallholder plantations in Indonesia, including
those in Bogor Regency, have been great resources, but they have not been
utilized maximally. Virgin coconut oil (VCO), one of processed coconut products,
has a high value. The production of VCO with the cooperative entrepreneur
approach can be a potencial business which improves social welfare. The business
plan is designed from analysis of marketing plan based on estimated consumer of
VCO to financial plan in Jabodetabek. The VCO production of 38 400 liters per
year is assumed to require 549.1 tons of coconuts. VCO production will use a
simple technology, so it will be easy to conduct. The institution of this business is
a cooperative in order that the cooperative members which are the owners of the
business can receive more benefit. Financial plan shows the business is profitable
i.e Rp4.53 billion for NPV, Rp 1.23 for gross B/C, and the payback period is 2.29
years.
Keywords: coconut, cooperative entrepreneur, virgin coconut oil
PERENCANAAN BISNIS VIRGIN COCONUT OIL
DENGAN PENDEKATAN WIRAKOPERASI
DI KABUPATEN BOGOR
AZWAR ANNAS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan
Wirakoperasi di Kabupaten Bogor
Nama
: Azwar Annas
NIM
: H34110093
Disetujui oleh
Dr Ir Lukman M Baga, MAEc
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah
perencanaan bisnis, dengan judul Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan
Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M Baga, MA.
Ec selaku pembimbing penelitian. Kemudian ucapan terima kasih penulis ucapkan
kepada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Leuwiliang, serta warga
Kecamatan Bogor Barat yang telah menyambut baik proses observasi. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman sekelompok bimbingan
skripsi, yang saling membantu selama pengerjaan skripsi, Lilis Setyarini, Fitria
Na’imatu Sa’diyah, Feber Febrianto Nugroho, M. Machrus Cania P, dan Putra
Agung Prabowo. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
segenap keluarga atas segala dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015
Azwar Annas
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Manfaat Virgin Coconut Oil
7
Pentingnya Perencanaan Bisnis
8
Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis
9
KERANGKA PEMIKIRAN
10
Kerangka Pemikiran Teoritis
10
Kerangka Pemikiran Operasional
16
METODE PENELITIAN
18
Waktu dan Tempat Penelitian
18
Jenis dan Sumber Data
18
Metode Pengumpulan Data
18
Metode Penulisan Perencanaan Bisnis
19
RENCANA BISNIS
21
Analisis Situasi Bisnis
21
Target Bisnis
23
Asumsi Dasar
23
Rencana Pemasaran
25
Rencana Produksi
30
Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
39
Rencana Manajemen Risiko
48
Rencana Finansial
49
SIMPULAN DAN SARAN
55
Simpulan
55
Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRAN
59
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Perkembangan produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar
di Indonesia tahun 2008-2012
Produksi empat komoditas potensial di Kabupaten Bogor tahun 2012
Perbandingan potensi kelapa antara Indonesia dengan Filipina tahun
2013
Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya oleh
Indonesia pada tahun 2008-2011
Produksi kelapa lima kecamatan di Bogor Barat tahun 2013
Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya oleh
Indonesia pada tahun 2008-2011
Kebutuhan bahan baku produksi VCO siap konsumsi per tahun
Kebutuhan peralatan produksi VCO pada perusahaan selama bisnis
berjalan
Upah dan gaji tenaga kerja koperasi pengolahan VCO per bulan
Keuntungan masing-masing pihak yang bekerja sama dalam usaha
pengolahan VCO
Kebutuhan investasi perusahaan pengolahan VCO pada awal tahun
Penyusutan peralatan produksi VCO per tahun
Biaya operasional variabel pengolahan VCO per tahun
Biaya operasional tetap pengolahan VCO per tahun
Penjualan produk per tahun
Kriteria investasi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor selama
10 tahun
1
2
3
5
21
26
31
37
44
47
49
50
51
51
52
53
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Negara Eropa pengimpor VCO terbanyak dari Filipina dengan jumlah
impor tahun 2007-2011
Kerangka pemikiran operasional
VCO dalam mangkuk
Desain kemasan VCO
Diagram siklus produksi VCO
Mesin pemarut kelapa
Mesin pemeras santan
Heat gun
Mesin pencungkil batok
Filling machine
Tata letak bangunan pabrik pengolahan VCO di Desa Cibungbulang
selama bisnis berjalan
Struktur organisasi koperasi pengolahan VCO
Pembagian laba
Alur kerja sama petani dengan koperasi untuk pemenuhan bahan baku
VCO
Diagram hubungan investor, wirakoperasi, dan anggota koperasi
5
17
28
28
33
34
35
35
36
36
38
41
44
45
47
16 Peningkatan laba pada bisnis pengolahan VCO selama 10 tahun (dalam
ribu)
17 Peningkatan bagi hasil yang diperoleh petani dan wirakop dari usaha
pengolahan VCO selama 10 tahun (dalam ribu)
54
55
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Asumsi biaya variabel bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Asumsi komponen biaya investasi bisnis pengolahan VCO di
Kabupaten Bogor
Asumsi biaya listrik produksi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten
Bogor
Asumsi komponen biaya listrik non produksi pada bisnis pengolahan
VCO di Kabupaten Bogor
Biaya investasi alat produksi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten
Bogor
Biaya investasi alat perkantoran bisnis pengolahan VCO di Kabupaten
Bogor
Biaya investasi bangunan dan penunjang bisnis pengolahan VCO di
Kabupaten Bogor
Biaya operasional tenaga kerja tetap bisnis pengolahan VCO di
Kabupaten Bogor
Biaya operasional variabel input bisnis pengolahan VCO di Kabupaten
Bogor per tahun
Biaya operasional variabel tenaga kerja bisnis pengolahan VCO di
Kabupaten Bogor per tahun
Biaya operasional tetap bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
per tahun
Hasil penjualan bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor per tahun
Penyusutan peralatan bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Proyeksi arus kas bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Proyeksi laporan laba rugi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Bagi hasil bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Proyeksi arus kas bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor tahun
pertama
Proyeksi laporan laba rugi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
tahun pertama
59
60
60
61
61
62
62
62
63
63
63
63
64
65
66
66
67
68
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan bercurah hujan yang
tinggi sepanjang tahun memiliki potensi besar dalam pengembangan pertanian
tropika. Salah satu tanaman pertanian yang berpotensi baik untuk dikembangkan
yaitu tanaman kelapa yang saat ini tidak banyak dikembangkan oleh perusahaan
besar seperti perusahaan pengolahan kelapa sawit. Hal tersebut ditunjukkan
bahwa mayoritas perkebunan kelapa di Indonesia merupakan perkebunan rakyat.
Berbeda dengan kelapa sawit yang sebagian besar dikembangkan sektor swasta,
pasar perkebunan kelapa rakyat hanya sedikit berkembang. Meskipun dengan
keadaan tersebut, komoditas kelapa masih mempunyai jumlah produksi yang
tinggi. Data BPS (2015) menunjukkan tanaman kelapa rakyat di Indonesia
memiliki luas areal dan produksi yang besar, jika dibandingkan dengan
perkebunan besar lain yaitu kelapa sawit dan karet. Data produksi dan luas tiga
perkebunan rakyat terbesar di Indonesia selama lima tahun terakhir dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di
Indonesia tahun 2008-2012
Luas areal (000 ha)
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Karet
Kelapa
Kelapa sawit
Karet
2 900.3
2 952.6
2 948.7
2 931.8
2 987.0
3 724.1
3 731.6
3 697.0
3 725.8
3 740.3
2 881.9
3 061.4
3 387.3
3 752.5
4 137.6
2 148.7
1 918.0
2 193.4
2 359.8
2 429.5
Produksi (000 ton)
Minyak kelapa
Kelapa
Sawit
3 176.0
6 923.0
3 181.6
7 517.7
3 126.4
8 458.7
3 132.8
8 797.9
3 148.8
9 197.7
Sumber: BPS (2015)
Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas, kelapa yang merupakan tanaman
perkebunan rakyat terbesar nomor dua, tidak banyak mengalami peningkatan dari
segi luas areal dan jumlah produksi meskipun telah melewati beberapa tahun,
sedangkan untuk kelapa sawit mengalami peningkatan luas areal dan produksi dan
perkebunan karet mengalami peningkatan produktivitas. Produksi kelapa cukup
banyak dari tahun ke tahun dan cenderung konstan. Perkembangan yang lambat
tersebut terjadi karena tidak banyak yang memanfaatkan nilai ekonomis kelapa
daripada perkebunan lain. Potensi yang belum termanfaatkan tersebut bisa terjadi
karena tidak banyak perusahaan yang bergerak dalam pengolahan produk tanaman
kelapa atau masyarakat yang tidak mengerti nilai bisnis dari produk dan pasar
potensialnya.
2
Potensi perkebunan kelapa di Indonesia tersebar di seluruh daerah di
Nusantara. Hal tersebut karena iklim yang cocok dan dataran rendah yang luas.
Hampir seluruh provinsi di Indonesia terdapat tanaman kelapa yang secara umum
tumbuh liar dan sedikit yang diusahakan. Provinsi Jawa Barat merupakan
penghasil buah kelapa yang cukup banyak dengan total produksi pada tahun 2012
mencapai 108 400 ton. Dari potensi produksi kelapa di Jawa Barat tersebut,
terdapat kabupaten dengan produksi terbanyak. Terdapat lima kabupaten
penghasil kelapa terbanyak di Jawa Barat mulai dari Tasikmalaya, Ciamis,
Sukabumi, Cianjur, dan Bogor. Kabupaten Bogor merupakan penghasil kelapa
dengan produksi pada tahun 2012 sebesar 16 208 ton (BPS 2013). Pada Tabel 2
menyajikan data perbandingan produksi kelapa dengan komoditas potensial di
Kabupaten Bogor.
Tabel 2 Produksi empat komoditas potensial di Kabupaten Bogor tahun 2012
No Komoditas Potensial
Produksi (ton)
1 Cengkeh
831
2 Pala
1 352
3 Karet
3 884
4 Kelapa
16 208
Sumber: BPS Bogor (2013)
Potensi kelapa di tiap daerah termasuk Kabupaten Bogor cukup besar
dibandingkan komoditas perkebunan yang lain. Perkebunan kelapa di Kabupaten
Bogor mayoritas dimiliki oleh masyarakat yang biasa disebut perkebunan rakyat.
Perkebunan rakyat tersebut belum termanfaatkan maksimal. Manfaat ekonomis
dari kelapa hanya sebatas kebutuhan rumah tangga dan bukan produk olahan
kelapa. Perkebunan yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat, seharusnya bisa
menjadi sumber ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan yang
merata. Terlebih lagi, lokasi Kabupaten Bogor yang terletak dengan Ibu Kota
Negara yang berpenduduk padat, dapat menjadi lokasi produksi sekaligus
pemasaran yang potensial. Rencana bisnis yang baik dapat digunakan untuk
mengembangkan potensi dan manfaat tersebut. Jika ada suatu usaha yang baik dan
mempunyai nilai yang tinggi, maka akan mempunyai dampak kesejahteraan yang
luas.
Tanaman kelapa dapat diolah menjadi produk yang mempunyai banyak
manfaat. Manfaat tanaman kelapa tidak hanya terletak pada daging buah kelapa
yang dapat diolah, tetapi seluruh bagian dari tanaman kelapa mempunyai manfaat
yang besar yang bisa diolah atau tanpa diolah. Tanaman kelapa memiliki berbagai
manfaat bagi manusia, mulai dari buah, daun, batang, sampai akarnya. Sutarmi
dan Rozaline (2006) menyebutkan bahwa salah satu contoh manfaat kelapa yaitu
air kelapa yang dapat digunakan sebagai minuman segar, pembuat cuka, penawar
racun, dan pencegah demam. Batang pohon kelapa dapat dimanfaatkan sebagai
tiang penyangga dalam pembuatan rumah, sedangkan daun kelapa sering
digunakan sebagai bahan pembuat hiasan pada acara pernikahan. Banyak potensi
ekonomis dari tanaman kelapa, sehingga tanaman kelapa dapat menjadi lahan
kesejahteraan masyarakat yang saat ini belum termanfaatkan secara maksimal.
3
Salah satu produk olahan bernilai jual tinggi yaitu minyak kelapa murni atau
lebih dikenal dengan virgin coconut oil (VCO). Minyak kelapa murni merupakan
minyak kelapa yang diperoleh dari daging kelapa segar (non kopra) melalui proses
dengan penggunaan panas minimal dan tanpa proses pemurnian kimiawi
(Mulyawanti et al. 2006). Apabila buah kelapa diolah menjadi minyak goreng
biasa, nilai tambah yang diperoleh hanya 190 persen dari harga kopra sedangkan
bila diolah menjadi minyak kelapa murni, nilai tambah yang diperoleh mencapai
584 persen dari harga kopra (Rindengan dan Novarianto dalam Cahyanti 2007).
Hal tersebut karena masyarakat semakin banyak yang mengenal manfaat dari
virgin coconut oil, sehingga harga produk tersebut menjadi tinggi sesuai nilai
manfaat dan permintaan yang ada. Adapun berdasarkan hasil observasi, harga
VCO untuk ukuran 100 mL yaitu antara Rp35 000 hingga Rp50 000 1 . Harga
ekspor mencapai $3.5 sampai $4.6 per kilogram VCO2.
VCO sebagai produk dengan nilai jual yang tinggi dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat sekaligus menyumbangkan devisa negara. Saat ini,
Indonesia yang merupakan negara penghasil kelapa yang terbesar dan terluas di
dunia, mempunyai nilai tambah dari produk kelapa lebih rendah daripada Filipina
(FAO dan APCC 2013). Filipina yang merupakan negara dengan produksi kelapa
yang lebih rendah dari Indonesia menjadi pengembang produk olahan kelapa yang
paling besar di dunia. Pada Tabel 3, data dari APCC (2014) menunjukkan nilai
ekspor beberapa produk olahan kelapa antara Indonesia dengan Filipina yang
merupakan dua negara dengan produksi kelapa terbesar.
Tabel 3 Perbandingan potensi kelapa antara Indonesia dengan Filipina tahun 2013
Nilai
No Keterangan
Satuan
Indonesia
Filipina
1 Area tanaman kelapa
Juta hektar
3 799
3 380
2 Total produksi kelapa
Juta butir
16 235
12 573
3 Estimasi konsumsi domestik
Juta butir
8 830
4 324
4 Total nilai ekspor
Juta US$
944
1 493
Persentase kontribusi terhadap
5
Persen
0.69
3.04
total ekspor
Sumber: APCC (2014, diolah)
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa meskipun potensi kelapa yang ada
di Indonesia begitu besar, namun karena belum termanfaatkan secara maksimal
mengakibatkan nilai yang diperoleh lebih sedikit daripada Filipina yang
potensinya lebih rendah. Konsumsi domestik di Indonesia lebih banyak, hal
tersebut juga terkait dengan jumlah penduduk, sehingga pasar domestik juga
cukup besar. Kemudian untuk produk VCO, FAO dan APCC (2013) menyebutkan
bahwa berdasarkan data dari Filipina, negara tujuan ekspor utama VCO yaitu
USA, Perancis, Kanada, Jerman, Inggris, New Zealand, Finlandia, dan Turki,
termasuk di Asia yaitu Hongkong dan Malaysia. Karena itu, dengan produksi
1
2
www.tokopedia.com, www.alibaba.com, Sumber Rejeki
Presentasi Market and Trade of Coconut Products, Bangkok, Thailand, APCC 2013
4
kelapa sebagai bahan baku VCO yang cukup besar, seharusnya pengolahan VCO
mendapatkan nilai yang tinggi dari pasar domestik maupun pasar ekspor yang
masih besar.
Untuk mendapatkan keuntungan dari pasar VCO yang cukup besar, sebuah
usaha yang dikembangkan harus disesuaikan dengan kebutuhan usaha dan juga
kebutuhan masyarakat terkait sumber daya yang dimiliki masyarakat. Perencanaan
bisnis yang baik diperlukan untuk menentukan cara yang tepat dalam
mengembangkan usaha pengolahan virgin coconut oil yang berkelanjutan. Solihin
(2007) berpendapat bahwa rencana usaha yang dimiliki perusahaan akan
mencerminkan antisipasi tanggapan yang akan diberikan oleh perusahaan
terhadap perkembangan lingkungan. Berdasarkan keadaan sumber daya
perkebunan kelapa di Kabupaten Bogor, maka perencanaan bisnis yang dirancang
harus melibatkan masyarakat untuk mendapatkan kapasitas yang sesuai.
Perencanaan bisnis yang dirancang haruslah mempunyai aspek manajemen
kemitraan dengan masyarakat pemilik perkebunan kelapa yaitu koperasi.
Sebuah bisnis dengan bentuk koperasi untuk mengembangkan agribisnis di
Indonesia termasuk komoditas kelapa sangat baik dilakukan. Menurut Baga
(2013) kondisi agribisnis di Indonesia yang merupakan usaha paling banyak
dilakukan oleh masyarakat Indonesia mengalami penurunan kualitas. Penurunan
kualitas tersebut akibat kualitas sumber daya manusia pengelola pertanian yang
menurun. Oleh karena itu, bentuk koperasi merupakan bentuk usaha yang paling
tepat untuk mengembangkan pertanian di Indonesia seperti pada banyak negara di
dunia (Baga 2013). Selain itu, menurut Baga (2013) bahwa keberhasilan koperasi
tergantung pada pemimpin yang memiliki jiwa wirakoperasi. Berdasarkan kondisi
sumberdaya kelapa dan manfaat koperasi, maka pemimpin berjiwa wirakoperasi
sangat dibutuhkan.
Perumusan Masalah
Potensi produk olahan kelapa sangat besar. Salah satu produk olahan kelapa
yang berpotensi besar yaitu virgin coconut oil (VCO). Hal tersebut karena VCO
mempunyai manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Pasar VCO masih terbuka
mulai dari dalam negeri hingga keluar negeri. Pada Tabel 4, impor minyak kelapa
murni dan minyak sejenis membuktikan bahwa Indonesia yang merupakan negara
dengan area produksi terbesar di dunia masih mengimpor minyak kelapa yang
seharusnya dapat diproduksi sendiri. Data tersebut menunjukkan bahwa pasar
VCO di dalam negeri masih terbuka. Selain itu, pasar di luar negeri juga terbuka
lebar. Pasar VCO di luar negeri yaitu USA, Perancis, Kanada, Jerman, Inggris,
New Zealand, Finlandia, dan Turki (FAO dan APCC 2013). Negara tujuan ekspor
tersebut merupakan negara-negara yang beriklim subtropis dan beriklim sedang
yaitu iklim yang buruk untuk perkembangan kelapa. Gambar 1 menunjukkan
permintaan di Eropa akan terus berkembang, sehingga pasar ekpor untuk produk
VCO juga terbuka lebar.
5
Tabel 4 Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya
oleh Indonesia pada tahun 2008-2011
Tahun
Nilai ($ 000)
Jumlah
2008
2209
648
2009
1735
468
2010
2481
601
2011
4209
974
Sumber: FAOSTAT (2015)
300
250
200
Germany
Belgium
150
UK
100
Netherlands
Finland
50
0
2007
2009
2011
Sumber: PCA dalam CBI (2011)
Gambar 1 Negara Eropa pengimpor VCO terbanyak dari Filipina dengan jumlah
impor tahun 2007-2011
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keunggulan sumber daya kelapa
yang telah ada dalam jumlah besar. Apabila produk olahan VCO diusahakan,
maka harus mampu menjadi sumber ekonomi yang baik untuk masyarakat.
Potensi kelapa di Indonesia sangat tinggi, termasuk Kabupaten Bogor yang
memiliki potensi tanaman kelapa cukup besar. Akan tetapi potensi tersebut belum
termanfaatkan secara maksimal. Potensi ekonomis kelapa dari masyarakat hanya
sebagai kebutuhan rumah tangga atau dijual mentah tanpa diolah kepada
pedagang pengumpul sehingga harga jual yang didapatkan cukup murah. Padahal,
dengan lokasi Kabupaten Bogor yang dekat dengan Ibu Kota Indonesia yang
mempunyai penduduk padat, dapat menjadi lokasi produksi dan pemasaran yang
baik untuk produk olahan kelapa yaitu VCO.
Perusahaan pengolahan kelapa dengan tujuan komersial di Indonesia mulai
bermunculan. Berdasarkan observasi, perusahaan pengolah produk kelapa masih
banyak yang berbentuk usaha pribadi dengan bentuk badan usaha PT, CV, dan
UD. Sebagai contoh yaitu PT Bogor Agro Lestari (PT BAL) yang dijelaskan oleh
Khairani (2007). Khairani menjelaskan bahwa PT BAL memproduksi VCO untuk
kebutuhan Jabodetabek dan sekitarnya dengan mendapatkan pasokan kelapa yang
akan diolah dari Ciamis. Hal tersebut kurang mempunyai dampak kesejahteraan
6
yang luas pada masyarakat daerah Kabupaten Bogor karena persediaan bahan
baku dari Ciamis. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan potensi kelapa
masyarakat yang telah ada agar menjadi produk olahan VCO di Kabupaten Bogor,
diperlukan suatu usaha yang bisa memberdayakan masyarakat untuk saling
membantu yaitu usaha dengan prinsip koperasi.
Usaha dalam bentuk koperasi untuk pengolahan VCO memerlukan sebuah
perencanaan bisnis yang baik. Berdasarkan potensi kelapa yang dimiliki
masyarakat, menyebabkan sebuah bisnis dalam bentuk koperasi memerlukan
seorang yang berjiwa wirakoperasi. Wirakoperasi dibutuhkan untuk menciptakan
bisnis pengolahan VCO dengan bentuk lembaga koperasi yang sustainable dan
mempunyai skala usaha yang menguntungkan di Kabupaten Bogor. Oleh karena
itu, pendekatan wirakoperasi menjadi salah satu faktor perencanaan bisnis
koperasi yang penting.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah bisnis pengolahan VCO dengan bentuk badan usaha koperasi dapat
diimplementasikan dengan baik di wilayah Kabupaten Bogor?
2. Seberapa jauh keuntungan petani, apabila bisnis dikelola bersama dengan
pendekatan wirakoperasi?
Tujuan Penelitian
Bedasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan pada subbab di
atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Merumuskan perencanaan bisnis pengolahan VCO di wilayah Kabupaten
Bogor dengan bentuk lembaga koperasi yang dapat memberi keuntungan.
2. Menganalisis manfaat pendekatan wirakoperasi dalam bisnis dari perusahaan
pengolahan virgin coconut oil terhadap peningkatan pendapatan petani kelapa.
Manfaat Penelitian
1.
2.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bagi petani
Petani diharapkan mendapat manfaat dengan meningkatnya ilmu
perencanaan bisnis dan manajemen serta pengetahuan mengenai produk
olahan kelapa yang potensial.
Bagi investor
Mendapatkan informasi mengenai potensi dan prospek produk olahan
tanaman kelapa sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat Virgin Coconut Oil
Virgin coconut oil (VCO) berdasarkan BSN (2008) yaitu “…minyak yang
diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L) tua yang segar dan diproses
dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan atau
pemanasan tidak lebih dari 60 0C dan aman dikonsumsi manusia”. Adapun
definisi minyak kelapa murni (VCO) menurut APCC (Asian and Pacific Coconut
Community) adalah minyak yang dihasilkan dari daging kelapa segar yang berasal
dari kelapa yang matang, diproses dengan cara mekanis dan senatural mungkin,
sehingga tidak membuat minyak yang dihasilkan berubah (Indriani 2006). Selain
itu, Sutardi et al. (2008) menjelaskan bahwa VCO merupakan minyak kelapa yang
dibuat tanpa menggunakan panas, sehingga diharapkan tidak banyak mengalami
perubahan baik komponen penyusun maupun sifat fisik dan kimia pada minyak
VCO. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, VCO merupakan minyak yang
sangat baik karena tidak mengalami pemrosesan yang dapat merubah kandungan
baik yang ada di dalamnya.
VCO mempunyai banyak manfaat dari zat gizi yang terkandung di
dalamnya. Kandungan asam lemak rantai sedang tidak membahayakan kesehatan
manusia dan tidak meningkatkan kadar kolesterol. Kandungan asam lemak rantai
sedang dapat meningkatkan fungsi semua kelenjar endokrin, organ, dan jaringan
tubuh (Sulistyo dalam Indriani 2006). VCO mengandung asam laurat tinggi
(sampai 50 persen) jika digunakan untuk pengobatan akan meningkatkan
ketahanan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang mematikan. Asam kapriat yang
terkandung dalam VCO membentuk monocaprin pada tubuh manusia yang
terbukti antivirus (Indriani 2006). Selain itu, VCO juga bermanfaat sebagai
kosmetik, menyehatkan kulit kepala dan rambut, obat kanker, obat liver, obat
diabetes, dan sebagainya.
Berdasarkan banyak manfaat tersebut, VCO banyak dikonsumsi sebagai
obat-obatan herbal untuk menyembuhkan berbagai penyakit maupun sebagai
kosmetik. Manfaat VCO yang begitu banyak tersebut mengakibatkan pasar
domestik maupun luar negeri terbuka lebar. Terlebih lagi, dengan pertumbuhan
penduduk yang meningkat, maka kebutuhan produk kesehatan semakin banyak
dibutuhkan banyak orang. Di Indonesia sendiri saat ini banyak terdapat industri
pengolahan VCO dengan skala yang kecil. Menurut Cahyanti (2007), terdapat 48
perusahaan pengolahan kelapa menjadi VCO dan pengolahan VCO menjadi
produk turunan. Cahyanti (2007) juga menyatakan bahwa pertumbuhan industri
VCO di Indonesia tergolong cepat. Hal ini didukung oleh teknologi yang
sederhana dan modal yang tidak terlalu besar dalam berproduksi VCO, sehingga
fenomena kejenuhan pasar dalam negeri tidak bisa dihindari. Oleh karena itu,
perusahaan mempunyai pilihan yaitu menginovasikan produk tersebut atau
membuka pasar yang baru.
8
Pentingnya Perencanaan Bisnis
Untuk memulai suatu bisnis, perlu dilakukan suatu rancangan perkiraanperkiraan yang harus disiapkan sebelum memulai kegiatan bisnis. Menurut
Solihin (2007), bahwa rencana usaha yang dimiliki perusahaan akan
mencerminkan antisipasi tanggapan yang akan diberikan oleh perusahaan
terhadap perkembangan lingkungan. Hal tersebut agar kegiatan dapat berlangsung
mendekati yang diinginkan pelaku bisnis. Rencana tersebut tertulis dalam
dokumen yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha tentang peluangpeluang usaha, keunggulan bersaing, serta berbagai langkah yang harus dilakukan.
Selain itu, perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari
pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan,
dan sebagainya (Rangkuti 2010).
Miller (2008) menjelaskan, perencanaan bisnis mempunyai tujuan sebagai
berikut.
1. Sebagai panduan bisnis karena mengandung strategi jangka panjang untuk
mencapai tujuan bisnis.
2. Sebagai tuntunan aktivitas karyawan dan juga motivasi dengan menyajikan
cara pencapaian target bisnis.
3. Sebagai dokumen yang dapat disajikan kepada kreditor dan investor potensial
bahwa sebuah bisnis mempunyai risiko rendah dengan potensi besar,
sehingga kreditor dan investor dapat menyediakan dana untuk
mengembangkan sebuah bisnis.
Perencanaan bisnis memang sangat penting dilakukan sebelum memulai
bisnis agar keuntungan bisnis yang didapat mendekati pada yang telah
direncanakan. Perencanaan bisnis penting dilakukan pada pengembangan bisnis
dan juga pada bisnis baru. Perencanaan bisnis pada kedua macam bisnis tersebut
memiliki perbedaan rancangan berdasarkan data yang mendukung analisis.
Menurut Solihin (2007), bahwa perusahaan yang sudah berjalan dan akan
dikembangkan telah memiliki data historis, sehingga pengembangan bisnis baru
memiliki keterkaitan sangat erat dengan rencana strategis perusahaan yang
didukung oleh usaha yang ada sebelumnya. Sedangkan usaha yang benar-benar
baru dan akan dikembangkan oleh wirausahawan belum memiliki data-data
historis, sehingga laporan keuangan yang disusun dalam rencana bisnis untuk
kategori usaha baru hanya memiliki proyeksi laporan keuangan.
Perencanaan bisnis mencakup uraian gambaran umum rencana, kondisi
perusahaan, produk atau jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar,
kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk
pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan
dan lampiran-lampiran. Menurut Rangkuti (2010) terdapat empat hal yang harus
ada dalam perencanaan bisnis, yaitu sebagai berikut.
1. Penjelasan mengenai bisnis yang direncanakan dan rencana yang bersifat
strategis.
2. Rencana pemasaran.
3. Rencana manajemen keuangan.
4. Rencana manajemen operasional.
9
Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis
Karakter wirakoperasi digambarkan sebagai karakter dengan locus of
control yang sangat internal, mempunyai need for achievement yang tinggi, sikap
altruisme yang tinggi, perilaku kepemimpinan yang efektif dengan orientasi pada
tugas dan manusia secara seimbang. Upaya untuk mengembangkan wirakoperasi
yang bergerak dalam bidang agribisnis harus terbentuk sistem pembinaan sumber
daya manusia pengembang agribisnis yang dilaksanakan secara simultan mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi. Pengetahuan dan
pemahaman akan usaha bersama (co-operative business) menjadi penekanan
utama dalam membina sumber daya penggerak agribisnis karena pengembangan
agribisnis di Indonesia akan sulit dilakukan jika dilakukan secara sendiri-sendiri,
melainkan harus bersama-sama dan berkelompok yang akan menghasilkan suatu
sinergi (positive sum game) (Baga 2011).
Pada penelitian Baga (2011) yang berjudul Profil dan Peran Wirakoperasi
dalam Pengembangan Agribisnis membahas mengenai profil empat belas
responden yang bergerak di berbagai usaha komoditas agribisnis pertanian.
Berdasarkan penelitian dari ke empat belas responden tersebut, hanya ada tiga
responden dengan karakter wirakoperasi. Menurut Baga (2011), perlu adanya
pengembangan wirakoperasi dari karakter yang dapat disimpulkan dalam
penelitian terutama bagi generasi muda agar dapat berperan bagi pengembangan
sektor agribisnis di Indonesia. Baga (2011) juga mengusulkan metode
pengembangan wirakoperasi untuk meningkatkan potensi agribisnis melalui ketua
gapoktan. Ketua gapoktan yang keberadaannya sering menjadi panutan perlu
dilatih melalui pelatihan kepemimpinan wirakoperasi. Pada penelitian Baga
(2013), menyebutkan bahwa wirakoperasi berperan penting dalam
mengembangkan agribisnis di Indonesia karena kondisi pertanian di Indonesia
yang masih dilakukan sendiri-sendiri dengan skala kecil dan dengan SDM yang
kurang baik. Penelitian Baga (2013) menyebutkan bahwa dari ke tiga puluh
koperasi yang diteliti, hanya sepuluh yang menampakkan ciri-ciri adanya
wirakoperasi. Berdasarkan hal tersebut, memang wirakoperasi belum tentu ada di
setiap koperasi. Adanya wirakoperasi harus dikembangkan karena akan sangat
mendukung perkembangan agribisnis Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) yang berjudul
Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV Bunga
Indah Farm Kabupaten Sukabumi peneliti membahas mengenai dampak seorang
pengusaha wirakoperasi terhadap peningkatan penghasilan petani. Wahyudin yang
merupakan pendiri CV Bunga Indah Farm yang dibentuk pada tahun 2000 dengan
kegiatan usaha berupa membuat inovasi tanaman hias dengan bahan baku
tanaman pagar pekarangan rumah. Selama tiga tahun perusahaan ini memiliki
jumlah petani yang bermitra sebanyak 2 000 petani yang tergabung dalam
kelompok tani di wilayah Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Konsep yang diterapkan CV Bunga Indah Farm (CV BIF) yaitu konsep
kekeluargaan dengan target perusahaan. Konsep tersebut membuat perusahaan
tetap berorientasi pada anggota, namun juga tercapainya target perusahaan.
Penerapan konsep wirakoperasi dalam usaha CV BIF memberikan dampak yang
baik dengan memunculkan mata pencaharian baru yang melibatkan banyak orang
10
dan menguntungkan. Bisnis yang dibangun Wahyudin bukan
menguntungkan dirinya sendiri, namun juga menguntungkan petani mitra.
hanya
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis mencakup uraian gambaran umum rencana, kondisi
perusahaan, produk atau jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar,
kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk
pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan
dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk
mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga
keuangan, dan sebagainya (Rangkuti 2010).
Menurut Solihin (2007), meskipun terdapat variasi dalam penyusunan
rencana bisnis, tetapi sebuah rencana bisnis yang baik sekurang-kurangnya akan
mencantumkan tujuh elemen pokok, yaitu:
1. Ringkasan eksekutif yang merangkum secara singkat seluruh isi rencana
bisnis baik yang menyangkut tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan
rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana pemasaran, rencana produksi,
rencana keuangan, dan risiko-risiko usaha di masa depan.
2. Uraian umum usaha (general business description) yang akan dijalankan.
Uraian umum usaha akan menguraikan beberapa hal sebagai berikut.
a. Usaha yang akan dijalankan sekaligus menjelaskan barang atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.
b. Tujuan yang ingin dicapai perusahaan beserta strategi untuk mencapai
tujuan tersebut.
c. Keadaan perkembangan usaha perusahaan sampai pada saat rencana bisnis
disusun serta proyeksi usaha perusahaan di masa mendatang yang
dikaitkan dengan tujuan dan strategi perusahaan.
d. Target pasar perusahaan.
e. Nilai yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran untuk dapat
meraih keunggulan bersaing (competitive advantage).
f. Lokasi usaha tersebut yang akan dijalankan. Hal ini berkaitan dengan
pemilihan lokasi tempat usaha serta berbagai penjelasan yang logis tentang
alasan usaha dijalankan di lokasi yang dipilih.
g. Sumber daya manusia yang akan menjalankan kegiatan usaha. Pada bagian
ini, uraian umum usaha akan menjelaskan manajemen inti dan tokoh kunci
(key person) di dalam perusahaan yang akan terlibat dalam pengurusan
perusahaan.
11
3.
4.
5.
6.
7.
h. Bentuk badan usaha atau badan hukum yang dipilih oleh perusahaan untuk
menjalankan usaha.
i. Proses bidang fungsional manajemen akan dijalankan.
Rencana pasar dan pemasaran akan menjelaskan pasar sasaran yang dipilih
serta bauran pemasaran yang dibuat perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen, anggaran penjualan, dan sebagainya.
Rencana teknik dan teknologi menjelaskan antara lain proses produksi,
bagaimana perusahaan menjaga kualitas produk, memperoleh pasokan bahan
baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik, anggaran produksi, dan
sebagainya.
Rencana keuangan antara lain berisi proyeksi keuangan yang menunjukkan
ekspektasi laba dari usaha yang akan dijalankan dalam beberapa tahun awal
operasionalnya, proyeksi arus kas (cash flow), dan sebagainya.
Rencana manajemen dan organisasi antara lain berisi uraian mengenai jumlah
personil yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi apa yang
dibutuhkan oleh masing-masing personil tersebut dilihat dari pengetahuan,
keahlian, dan kemampuan yang dibutuhkan, anggaran tenaga kerja yang juga
berisi proyeksi kebutuhan tenaga kerja dalam lima tahun ke depan, dan
sebagainya.
Risiko-risiko utama yang dihadapi perusahaan di masa depan dan cara
antisipasi untuk menghadapi risiko tersebut di masa yang akan datang.
Aspek Rencana Pemasaran
Solihin (2007) menjelaskan bahwa aspek pemasaran menempati bagian
pertama dalam pemaparan rencana bisnis karena kejelasan tentang pasar yang
dituju, produk yang akan dibuat, dan bauran pemasaran dari produk harus sudah
jelas untuk bisa melakukan perencanaan pada aspek lain. Menurut pemaparan
Solihin (2007), rencana pemasaran didasarkan pada peluang pasar, bauran
pemasaran, dan produk yang akan memasuki pasar. Peluang pasar dianalisis untuk
mengetahui pasar produk VCO dari data-data yang dapat menunjukkan kebutuhan
pasar atau permintaan pasar. Menurut Miller (2008), bahwa bagian peluang adalah
mendeskripsikan peluang pasar untuk meyakinkan para investor dan kreditor
potensial bahwa terdapat peluang yang signifikan untuk dikejar.
Kotler dan Keller (2009) menjelaskan bahwa segmentasi pasar dilakukan
karena tidak semua orang menyukai produk tertentu, sehingga dengan memeriksa
perbedaan-perbedaan itu, perusahaan dapat memutuskan segmen yang menyajikan
peluang terbesar dan menjadi pasar sasaran atau target pasar. Selanjutnya, apabila
pasar sasaran telah ditentukan, perusahaan mengembangkan tawaran pasar yang
merupakan penawaran manfaat produk yang akan didapatkan oleh pasar sasaran.
Marketing mix atau bauran pemasaran diperlukan untuk menjelaskan produk pada
kelompok pasar tertentu.
Berdasarkan fungsi dari VCO yaitu sebagai obat herbal, VCO mempunyai
konsumen tertentu yang peduli kesehatan. Cara menganalisis konsumen VCO,
dapat melalui berbagai berita yang tersebar di media cetak maupun internet. Data
yang didapatkan melalui media cetak maupun internet kemudian dianalisis oleh
perusahaan yang hasilnya akan menjadi acuan tindakan pemasaran produk. Selain
12
itu, masih banyak cara lain untuk mendapatkan data, yaitu bergabung dengan
komunitas perusahaan produk sejenis, mengakses kementerian perdagangan, dan
observasi ke toko obat herbal. Menurut Miller (2008) bahwa ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk memastikan pasar yaitu sebagai berikut.
1. Membaca, sebagian besar industri biasanya memiliki suatu terbitan niaga
yang menyediakan informasi periodik tentang konsumen dan perusahaan
dalam bidang tersebut.
2. Surfing di dunia maya, semakin banyak informasi yang beralih dari media
cetak ke bentuk online.
3. Partisipasi, jika terdapat asosiasi dagang perusahaan sejenis, maka lebih baik
bergabung untuk mendapatkan banyak informasi.
4. Kunjungan, berkunjung ke tempat penjualan atau ke tempat berkumpulnya
konsumen dapat memberikan informasi tambahan.
5. Mendengar, usulan bisa datang dari mana saja termasuk karyawan, distributor,
maupun konsumen. Oleh karena itu, harus selalu siap untuk menerima
masukan dari mana pun.
Aspek Rencana Produksi
Rencana produksi dilakukan dengan dasar bahwa bahan baku akan
mempunyai nilai tambah apabila diubah menjadi produk tertentu. Sesuai dengan
Haming dan Mahfud (2007), bahwa fungsi produksi menciptakan kegunaan
bentuk, yaitu meningkatkan nilai suatu benda melalui penyempurnaan yang
dilakukan oleh aktivitas produksi. Haming dan Mahfud (2007) menjelaskan
bahwa manajemen produksi untuk mengolah masukan menjadi keluaran dengan
nilai tambah yang semakin berdaya saing perlu dilakukan manajemen yang baik
antara lain pada perencanaan produksi terkait mutu produk, desain produk dan
jasa, penentuan kapasitas produksi, pemilihan lokasi produksi, menentukan letak
fasilitas, dan manajemen sumber daya manusia fungsi operasional.
Jumlah produksi VCO yang dilakukan oleh perusahaan disesuaikan dengan
target bisnis agar bisnis mempunyai keuntungan yang cukup besar untuk
pengelola bisnis. Menurut Haming dan Mahfud (2007) terdapat beberapa metode
kualitatif untuk menentukan jumlah produksi yaitu metode akar rumput, metode
riset pasar, metode kesepakatan panel, analogi historis, dan metode Delphi.
Rencana jumlah produksi pada perencanaan ini diperoleh berdasarkan riset pasar
yang diterangkan pada peluang pasar yang berada rencana pemasaran. Haming
dan Mahfud (2007) juga menyebutkan bahwa kapasitas produksi pabrik
berdasarkan jumlah unit tertentu yang dapat dihasilkan, ditangani, diterima,
disimpan, atau diakomodasi dalam waktu tertentu. Oleh karena itu, pabrik harus
mampu menampung sesuai target jumlah produksi tertentu.
Tata letak pabrik pengolahan bisa berbagai macam model. Adapun pada
pabrik pengolahan VCO, tata letak pabrik berdasarkan Haming dan Mahfud
(2007) mengenai tata letak berorientasi produk. Tata letak tersebut yaitu penataan
yang dipergunakan apabila: a) produk yang dihasilkan terstandarisasi dan
ragamnya terbatas; b) volume produksi tinggi dengan variabilitas desain terbatas;
c) urutan pengerjaan tetap; dan d) proses produksi bersifat berkesinambungan.
13
Pengolahan virgin coconut oil (VCO) berkualitas baik akan dapat menjaga
stabilitas konsumen. Kualitas produk VCO yang baik diatur dalam berbagai
referensi yang terkandung dalam SNI 7381:2008. SNI VCO tersebut juga
merupakan acuan standar oleh APCC yang dipakai untuk menentukan standar
VCO internasional. Ruang lingkup SNI untuk virgin coconut oil yaitu menetapkan
syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, higiene, minyak kelapa virgin (VCO)
(BSN 2008). Kemudian, sertifikasi dari BPOM Kementerian Kesehatan
diperlukan untuk mendapatkan sertifikat keamanan produk pangan dan obat.
Sertifikasi dari BPOM didapatkan dengan mendaftar dan membayar biaya tertentu
yang diatur dalam PP RI no. 48 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku Pada Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Aspek Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia berdasarkan Siagian (2008) diawali dari
inventarisasi sumber daya manusia yang telah ada dalam organisasi. Kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan peningkatan produktivitas dari sumber daya
manusia yang ada. Target masa depan yang mempengaruhi kinerja perusahaan
akan memerlukan perencanaan tentang cara memperoleh tenaga kerja yang
diperlukan sesuai kebutuhan perkembangan perusahaan.
Badan usaha yang dituju dari perencanaan ini yaitu badan usaha berbentuk
koperasi. Melalui bentuk koperasi, pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan
dapat disalurkan kepada anggota secara merata sehingga kesejahteraan anggota
terjamin. Bentuk usaha koperasi dipilih dengan maksud agar anggota yang juga
sebagai pemilik, mempunyai tanggung jawab pada keberlangsungan usaha yang
dijalankan. Hal ini karena mereka sendirilah yang mempunyai peran besar untung
atau rugi perusahaan. Setiap anggota usaha koperasi diharapkan mempunyai
moral untuk saling menjaga keberlangsungan usaha karena usaha merupakan
milik bersama. Sesuai dengan Ropke (2000) bahwa anggota koperasi akan
melakukan pengawasan yang tinggi karena anggota koperasi bukan hanya
pengguna jasa, melainkan menjadi pemiliknya. Hal tersebut merupakan identitas
koperasi, sehingga apabila salah satu anggota menghambat jalannya
keberlangsungan produksi atau seluruh rangkaian kegiatan koperasi, seluruh
anggota akan merasakan dampak kerugian bersama dan akan memberi peringatan.
Wirakop dalam oraganisasi dan sumber daya manusia merupakan seorang
pengusaha yang mengajak pada kesejahteraan bersama dengan sistem koperasi.
Bentuk badan usaha yang biasa didirikan oleh seorang wirakop yaitu koperasi.
Wirakop mempunyai fungsi sebagai pemimpin dan juga sebagai penggerak
koperasi tersebut. Sesuai dengan karakter yang disebutkan Baga (2011) bahwa
karakter wirakoperasi digambarkan sebagai karakter yang seimbang antara
orientasi pencapaian dan orientasi sosial. Oleh karena itu, dengan adanya
wirakoperasi diharapkan sebuah usaha mampu bergerak maju bersama, sehingga
berdaya saing tinggi. Usaha agribisnis pengolahan VCO dengan wirakoperasi
akan mempunyai daya saing. Wirakop mempunyai pengetahuan terhadap produk
beserta pasarnya. Sehingga dengan perencanaan bisnis, dapat dipastikan sebuah
usaha akan berjalan baik dan menguntungkan. Selain itu, kekuatan petani
14
merupakan kekuatan yang besar karena mempengaruhi kelangsungan produksi
dan bahan baku. Usaha yang dilakukan secara bersama dalam bentuk koperasi,
diharapkan mempunyai daya saing terhadap usaha sejenis. Menurut Baga (2011),
bahwa pengembangan agribisnis di Indonesia akan sulit dilakukan jika dilakukan
secara sendiri-sendiri, melainkan harus bersama-sama dan berkelompok yang
akan menghasilkan suatu sinergi (positive sum game).
Baga (2013) berpendapat bahwa seorang berjiwa wirakoperasi akan menjadi
pemimpin yang bukan hanya fokus pada kesejahteraan diri sendiri tetapi lebih
pada kesejahteraan bersama dengan anggotanya. Baga (2013) juga menyebutkan
bahwa tidak pada semua sampel koperasi mempunyai pemimpin yang berjiwa
wirakoperasi, namun koperasi dengan pemimpin berjiwa koperasi akan menemui
perkembangan usaha yang memuaskan. Selain itu, Baga (2013) juga menyebutkan
bahwa pertanian di Indonesia masih sangat perlu dikembangkan dengan sistem
koperasi dan mempunyai pemimpin koperasi yang berjiwa wirakoperasi dan
berpengetahuan lebih.
Aspek Rencana Manajemen Risiko
Manajemen risiko diperlukan untuk mengantisipasi dan memperkecil
kerugian akibat risiko yang telah dianalisis. Risiko berhubungan dengan
ketidakpastian suatu kejadian meskipun seluruh proses telah direncanakan dengan
baik. Sejalan dengan Fahmi (2010) yang menjelaskan bahwa risiko adalah bentuk
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi di masa depan dengan
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.
Berdasarkan pengertian tersebut, risiko pasti merupakan keadaan berbeda dengan
yang telah diperkirakan saat ini, sehingga manajemen risiko diperlukan.
Berdasarkan Solihin (2007) risiko yang mungkin terjadi pada perusahaan
yaitu antara lain:
a. Risiko murni
Risiko dari suatu keadaan yang hanya ada satu kemungkinan bagi
perusahaannya yaitu rugi atau tidak, yang pada hal ini berhubungan dengan
kejadian yang tidak dapat dipastikan dan tidak dapat diatasi yang
menyebabkan perusahaan pasti rugi.
b. Risiko spekulasi
Risiko yang hanya ada satu kemungkinan yaitu rugi atau tidak, yang dalam
hal ini hanya dugaan spekulasi tanpa perhitungan.
c. Risiko strategis
Risiko akibat ketidakpastian terhadap hasil yang akan diperoleh dari tujuan
dan implementasi strategi yang telah dilakukan perusahaan.
d. Risiko operasional
Risiko yang berasal dari aktivitas operasional organisasi perusahaan.
Fahmi (2010) membedakan risiko berdasarkan sektor yang sesuai dengan
kegiatan bisnis. Pengolahan VCO merupakan perusahaan pada sektor makanan
dan minuman, sehingga akan mengalami beberapa keadaan yang dapat menjadi
risiko. Keadaan tersebut menurut Fahmi (2010) yaitu antara lain:
1. Produk memiliki kadaluarsa.
15
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Produk tergantung oleh bahan baku hasil alam seperti pertanian, sehingga jika
terjadi gagal panen akan mengganggu produksi.
Perusahaan harus memiliki cadangan yang mencukupi karena usia produk
singkat.
Produk dengan kemasan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan desain kemasan,
karena kemasan mampu mempengaruhi selera konsumen.
Produk makanan dan minuman harus mempunyai ciri khasnya masingmasing agar dapat dibedakan dengan produk lain yang sejenis.
Setiap produk makanan dan minuman harus memiliki legalitas perijinan
sebagai bentuk keamanan untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Produk harus selalu mengalami inovasi agar konsumen tidak mudah bosan.
Aspek Rencana Finansial
Rencana finansial menjelaskan mengenai kebutuhan dana dan aliran dana
dari perusahaan untuk beroperasi selama setahun. Pada rencana finansial juga
menjelaskan tentang proyeksi keuntungan dari bisnis yang dijalankan.
Keuntungan yang diperoleh diproyeksikan dengan arus kas, laporan laba/rugi, dan
kriteria investasi. Kriteria investasi berdasarkan Nurmalina et al (2010) antara lain
yaitu terdiri atas net present value (NPV), Internal Rate Return (IRR), net B/C,
gross B/C, payback period.
Cash flow merupakan aliran kas yang terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran dalam segala aktivitas bisnis. Nurmalina et al. (2010) menyebutkan
bahwa aliran kas atau cash flow adalah aktivitas keuangan yang mempengaruhi
posisi atau kondisi kas pada suatu periode tertentu. Pada penulisan cash flow,
terdapat inflow dan outflow. Inflow atau arus penerimaan terdiri dari segala bentuk
pemasukan yang dapat menambah kas selama bisnis berjalan. Komponen inflow
diantaranya yaitu nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants, nilai sewa,
dan salvage value (nilai barang belum habis pakai). Outflow atau arus pengeluaran
yang dapat mengurangi jumlah kas selama bisnis berjalan. Komponen outflow
diantaranya yaitu biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bunga dari
modal pinjaman, dan pajak. Cashflow disajikan dalam bentuk tabel dengan
memuat komponen tersebut. Berdasarkan pada cashflow, kriteria investasi dapat
dihitung.
Laporan laba/rugi digunakan untuk mengetahui besar pengeluaran tertentu
dalam melakukan produksi barang dan jasa yang mempunyai nilai penjualan
tertentu. Berdasarkan Nurmalina et al. (2010), susunan laporan laba/rugi berisi
tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh
suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laporan laba/rugi
menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama
periode tertentu. Laporan laba/rugi berisi pendapatan dari penjualan barang dan
jasa, yang dikurangi beban produksi dan beban keuangan.
16
Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan
dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Kerangka
pemikiran operasional dimulai dari identi
DENGAN PENDEKATAN WIRAKOPERASI
DI KABUPATEN BOGOR
AZWAR ANNAS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Bisnis
Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Azwar Annas
NIM H34110093
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus berdasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK
AZWAR ANNAS. Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan
Wirakoperasi di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD
BAGA.
Tanaman kelapa yang merupakan perkebunan rakyat di Indonesia, termasuk
di Kabupaten Bogor, merupakan sumber daya yang melimpah sejak dulu, namun
belum termanfaatkan secara maksimal. Virgin coconut oil (VCO), salah satu
produk olahan kelapa, mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pengolahan VCO
dengan pendekatan wirakoperasi dapat menjadi bisnis potensial untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial. Perencanaan bisnis dirancang dari analisis
rencana pemasaran berdasarkan perkiraan konsumen VCO sampai rencana
finansial di Jabodetabek. Produksi VCO dengan kapasitas 38 400 liter per tahun
diasumsikan membutuhkan 549.1 ton kelapa. Produksi VCO akan menggunakan
teknologi sederhana sehingga akan mudah untuk diusahakan. Lembaga usaha
pengolahan berbentuk koperasi dengan tujuan agar anggota koperasi yang
merupakan pemilik bisnis dapat memperoleh manfaat lebih besar. Rencana
finansial menunjukkan bahwa bisnis adalah menguntungkan dengan NPV sebesar
Rp4.53 miliar, gross B/C sebesar Rp1.23, dan payback period selama 2.29 tahun.
Kata kunci: kelapa, virgin coconut oil, wirakoperasi
ABSTRACT
AZWAR ANNAS. Business Plan of Virgin Coconut Oil with Cooperative
Entrepreneur Approach in Bogor Regency. Supervised by LUKMAN
MOHAMMAD BAGA.
Coconut plants belong to smallholder plantations in Indonesia, including
those in Bogor Regency, have been great resources, but they have not been
utilized maximally. Virgin coconut oil (VCO), one of processed coconut products,
has a high value. The production of VCO with the cooperative entrepreneur
approach can be a potencial business which improves social welfare. The business
plan is designed from analysis of marketing plan based on estimated consumer of
VCO to financial plan in Jabodetabek. The VCO production of 38 400 liters per
year is assumed to require 549.1 tons of coconuts. VCO production will use a
simple technology, so it will be easy to conduct. The institution of this business is
a cooperative in order that the cooperative members which are the owners of the
business can receive more benefit. Financial plan shows the business is profitable
i.e Rp4.53 billion for NPV, Rp 1.23 for gross B/C, and the payback period is 2.29
years.
Keywords: coconut, cooperative entrepreneur, virgin coconut oil
PERENCANAAN BISNIS VIRGIN COCONUT OIL
DENGAN PENDEKATAN WIRAKOPERASI
DI KABUPATEN BOGOR
AZWAR ANNAS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan Pendekatan
Wirakoperasi di Kabupaten Bogor
Nama
: Azwar Annas
NIM
: H34110093
Disetujui oleh
Dr Ir Lukman M Baga, MAEc
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah
perencanaan bisnis, dengan judul Perencanaan Bisnis Virgin Coconut Oil dengan
Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M Baga, MA.
Ec selaku pembimbing penelitian. Kemudian ucapan terima kasih penulis ucapkan
kepada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Leuwiliang, serta warga
Kecamatan Bogor Barat yang telah menyambut baik proses observasi. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman sekelompok bimbingan
skripsi, yang saling membantu selama pengerjaan skripsi, Lilis Setyarini, Fitria
Na’imatu Sa’diyah, Feber Febrianto Nugroho, M. Machrus Cania P, dan Putra
Agung Prabowo. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
segenap keluarga atas segala dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015
Azwar Annas
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Manfaat Virgin Coconut Oil
7
Pentingnya Perencanaan Bisnis
8
Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis
9
KERANGKA PEMIKIRAN
10
Kerangka Pemikiran Teoritis
10
Kerangka Pemikiran Operasional
16
METODE PENELITIAN
18
Waktu dan Tempat Penelitian
18
Jenis dan Sumber Data
18
Metode Pengumpulan Data
18
Metode Penulisan Perencanaan Bisnis
19
RENCANA BISNIS
21
Analisis Situasi Bisnis
21
Target Bisnis
23
Asumsi Dasar
23
Rencana Pemasaran
25
Rencana Produksi
30
Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
39
Rencana Manajemen Risiko
48
Rencana Finansial
49
SIMPULAN DAN SARAN
55
Simpulan
55
Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRAN
59
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Perkembangan produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar
di Indonesia tahun 2008-2012
Produksi empat komoditas potensial di Kabupaten Bogor tahun 2012
Perbandingan potensi kelapa antara Indonesia dengan Filipina tahun
2013
Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya oleh
Indonesia pada tahun 2008-2011
Produksi kelapa lima kecamatan di Bogor Barat tahun 2013
Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya oleh
Indonesia pada tahun 2008-2011
Kebutuhan bahan baku produksi VCO siap konsumsi per tahun
Kebutuhan peralatan produksi VCO pada perusahaan selama bisnis
berjalan
Upah dan gaji tenaga kerja koperasi pengolahan VCO per bulan
Keuntungan masing-masing pihak yang bekerja sama dalam usaha
pengolahan VCO
Kebutuhan investasi perusahaan pengolahan VCO pada awal tahun
Penyusutan peralatan produksi VCO per tahun
Biaya operasional variabel pengolahan VCO per tahun
Biaya operasional tetap pengolahan VCO per tahun
Penjualan produk per tahun
Kriteria investasi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor selama
10 tahun
1
2
3
5
21
26
31
37
44
47
49
50
51
51
52
53
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Negara Eropa pengimpor VCO terbanyak dari Filipina dengan jumlah
impor tahun 2007-2011
Kerangka pemikiran operasional
VCO dalam mangkuk
Desain kemasan VCO
Diagram siklus produksi VCO
Mesin pemarut kelapa
Mesin pemeras santan
Heat gun
Mesin pencungkil batok
Filling machine
Tata letak bangunan pabrik pengolahan VCO di Desa Cibungbulang
selama bisnis berjalan
Struktur organisasi koperasi pengolahan VCO
Pembagian laba
Alur kerja sama petani dengan koperasi untuk pemenuhan bahan baku
VCO
Diagram hubungan investor, wirakoperasi, dan anggota koperasi
5
17
28
28
33
34
35
35
36
36
38
41
44
45
47
16 Peningkatan laba pada bisnis pengolahan VCO selama 10 tahun (dalam
ribu)
17 Peningkatan bagi hasil yang diperoleh petani dan wirakop dari usaha
pengolahan VCO selama 10 tahun (dalam ribu)
54
55
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Asumsi biaya variabel bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Asumsi komponen biaya investasi bisnis pengolahan VCO di
Kabupaten Bogor
Asumsi biaya listrik produksi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten
Bogor
Asumsi komponen biaya listrik non produksi pada bisnis pengolahan
VCO di Kabupaten Bogor
Biaya investasi alat produksi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten
Bogor
Biaya investasi alat perkantoran bisnis pengolahan VCO di Kabupaten
Bogor
Biaya investasi bangunan dan penunjang bisnis pengolahan VCO di
Kabupaten Bogor
Biaya operasional tenaga kerja tetap bisnis pengolahan VCO di
Kabupaten Bogor
Biaya operasional variabel input bisnis pengolahan VCO di Kabupaten
Bogor per tahun
Biaya operasional variabel tenaga kerja bisnis pengolahan VCO di
Kabupaten Bogor per tahun
Biaya operasional tetap bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
per tahun
Hasil penjualan bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor per tahun
Penyusutan peralatan bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Proyeksi arus kas bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Proyeksi laporan laba rugi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Bagi hasil bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
Proyeksi arus kas bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor tahun
pertama
Proyeksi laporan laba rugi bisnis pengolahan VCO di Kabupaten Bogor
tahun pertama
59
60
60
61
61
62
62
62
63
63
63
63
64
65
66
66
67
68
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan bercurah hujan yang
tinggi sepanjang tahun memiliki potensi besar dalam pengembangan pertanian
tropika. Salah satu tanaman pertanian yang berpotensi baik untuk dikembangkan
yaitu tanaman kelapa yang saat ini tidak banyak dikembangkan oleh perusahaan
besar seperti perusahaan pengolahan kelapa sawit. Hal tersebut ditunjukkan
bahwa mayoritas perkebunan kelapa di Indonesia merupakan perkebunan rakyat.
Berbeda dengan kelapa sawit yang sebagian besar dikembangkan sektor swasta,
pasar perkebunan kelapa rakyat hanya sedikit berkembang. Meskipun dengan
keadaan tersebut, komoditas kelapa masih mempunyai jumlah produksi yang
tinggi. Data BPS (2015) menunjukkan tanaman kelapa rakyat di Indonesia
memiliki luas areal dan produksi yang besar, jika dibandingkan dengan
perkebunan besar lain yaitu kelapa sawit dan karet. Data produksi dan luas tiga
perkebunan rakyat terbesar di Indonesia selama lima tahun terakhir dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di
Indonesia tahun 2008-2012
Luas areal (000 ha)
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Karet
Kelapa
Kelapa sawit
Karet
2 900.3
2 952.6
2 948.7
2 931.8
2 987.0
3 724.1
3 731.6
3 697.0
3 725.8
3 740.3
2 881.9
3 061.4
3 387.3
3 752.5
4 137.6
2 148.7
1 918.0
2 193.4
2 359.8
2 429.5
Produksi (000 ton)
Minyak kelapa
Kelapa
Sawit
3 176.0
6 923.0
3 181.6
7 517.7
3 126.4
8 458.7
3 132.8
8 797.9
3 148.8
9 197.7
Sumber: BPS (2015)
Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas, kelapa yang merupakan tanaman
perkebunan rakyat terbesar nomor dua, tidak banyak mengalami peningkatan dari
segi luas areal dan jumlah produksi meskipun telah melewati beberapa tahun,
sedangkan untuk kelapa sawit mengalami peningkatan luas areal dan produksi dan
perkebunan karet mengalami peningkatan produktivitas. Produksi kelapa cukup
banyak dari tahun ke tahun dan cenderung konstan. Perkembangan yang lambat
tersebut terjadi karena tidak banyak yang memanfaatkan nilai ekonomis kelapa
daripada perkebunan lain. Potensi yang belum termanfaatkan tersebut bisa terjadi
karena tidak banyak perusahaan yang bergerak dalam pengolahan produk tanaman
kelapa atau masyarakat yang tidak mengerti nilai bisnis dari produk dan pasar
potensialnya.
2
Potensi perkebunan kelapa di Indonesia tersebar di seluruh daerah di
Nusantara. Hal tersebut karena iklim yang cocok dan dataran rendah yang luas.
Hampir seluruh provinsi di Indonesia terdapat tanaman kelapa yang secara umum
tumbuh liar dan sedikit yang diusahakan. Provinsi Jawa Barat merupakan
penghasil buah kelapa yang cukup banyak dengan total produksi pada tahun 2012
mencapai 108 400 ton. Dari potensi produksi kelapa di Jawa Barat tersebut,
terdapat kabupaten dengan produksi terbanyak. Terdapat lima kabupaten
penghasil kelapa terbanyak di Jawa Barat mulai dari Tasikmalaya, Ciamis,
Sukabumi, Cianjur, dan Bogor. Kabupaten Bogor merupakan penghasil kelapa
dengan produksi pada tahun 2012 sebesar 16 208 ton (BPS 2013). Pada Tabel 2
menyajikan data perbandingan produksi kelapa dengan komoditas potensial di
Kabupaten Bogor.
Tabel 2 Produksi empat komoditas potensial di Kabupaten Bogor tahun 2012
No Komoditas Potensial
Produksi (ton)
1 Cengkeh
831
2 Pala
1 352
3 Karet
3 884
4 Kelapa
16 208
Sumber: BPS Bogor (2013)
Potensi kelapa di tiap daerah termasuk Kabupaten Bogor cukup besar
dibandingkan komoditas perkebunan yang lain. Perkebunan kelapa di Kabupaten
Bogor mayoritas dimiliki oleh masyarakat yang biasa disebut perkebunan rakyat.
Perkebunan rakyat tersebut belum termanfaatkan maksimal. Manfaat ekonomis
dari kelapa hanya sebatas kebutuhan rumah tangga dan bukan produk olahan
kelapa. Perkebunan yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat, seharusnya bisa
menjadi sumber ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan yang
merata. Terlebih lagi, lokasi Kabupaten Bogor yang terletak dengan Ibu Kota
Negara yang berpenduduk padat, dapat menjadi lokasi produksi sekaligus
pemasaran yang potensial. Rencana bisnis yang baik dapat digunakan untuk
mengembangkan potensi dan manfaat tersebut. Jika ada suatu usaha yang baik dan
mempunyai nilai yang tinggi, maka akan mempunyai dampak kesejahteraan yang
luas.
Tanaman kelapa dapat diolah menjadi produk yang mempunyai banyak
manfaat. Manfaat tanaman kelapa tidak hanya terletak pada daging buah kelapa
yang dapat diolah, tetapi seluruh bagian dari tanaman kelapa mempunyai manfaat
yang besar yang bisa diolah atau tanpa diolah. Tanaman kelapa memiliki berbagai
manfaat bagi manusia, mulai dari buah, daun, batang, sampai akarnya. Sutarmi
dan Rozaline (2006) menyebutkan bahwa salah satu contoh manfaat kelapa yaitu
air kelapa yang dapat digunakan sebagai minuman segar, pembuat cuka, penawar
racun, dan pencegah demam. Batang pohon kelapa dapat dimanfaatkan sebagai
tiang penyangga dalam pembuatan rumah, sedangkan daun kelapa sering
digunakan sebagai bahan pembuat hiasan pada acara pernikahan. Banyak potensi
ekonomis dari tanaman kelapa, sehingga tanaman kelapa dapat menjadi lahan
kesejahteraan masyarakat yang saat ini belum termanfaatkan secara maksimal.
3
Salah satu produk olahan bernilai jual tinggi yaitu minyak kelapa murni atau
lebih dikenal dengan virgin coconut oil (VCO). Minyak kelapa murni merupakan
minyak kelapa yang diperoleh dari daging kelapa segar (non kopra) melalui proses
dengan penggunaan panas minimal dan tanpa proses pemurnian kimiawi
(Mulyawanti et al. 2006). Apabila buah kelapa diolah menjadi minyak goreng
biasa, nilai tambah yang diperoleh hanya 190 persen dari harga kopra sedangkan
bila diolah menjadi minyak kelapa murni, nilai tambah yang diperoleh mencapai
584 persen dari harga kopra (Rindengan dan Novarianto dalam Cahyanti 2007).
Hal tersebut karena masyarakat semakin banyak yang mengenal manfaat dari
virgin coconut oil, sehingga harga produk tersebut menjadi tinggi sesuai nilai
manfaat dan permintaan yang ada. Adapun berdasarkan hasil observasi, harga
VCO untuk ukuran 100 mL yaitu antara Rp35 000 hingga Rp50 000 1 . Harga
ekspor mencapai $3.5 sampai $4.6 per kilogram VCO2.
VCO sebagai produk dengan nilai jual yang tinggi dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat sekaligus menyumbangkan devisa negara. Saat ini,
Indonesia yang merupakan negara penghasil kelapa yang terbesar dan terluas di
dunia, mempunyai nilai tambah dari produk kelapa lebih rendah daripada Filipina
(FAO dan APCC 2013). Filipina yang merupakan negara dengan produksi kelapa
yang lebih rendah dari Indonesia menjadi pengembang produk olahan kelapa yang
paling besar di dunia. Pada Tabel 3, data dari APCC (2014) menunjukkan nilai
ekspor beberapa produk olahan kelapa antara Indonesia dengan Filipina yang
merupakan dua negara dengan produksi kelapa terbesar.
Tabel 3 Perbandingan potensi kelapa antara Indonesia dengan Filipina tahun 2013
Nilai
No Keterangan
Satuan
Indonesia
Filipina
1 Area tanaman kelapa
Juta hektar
3 799
3 380
2 Total produksi kelapa
Juta butir
16 235
12 573
3 Estimasi konsumsi domestik
Juta butir
8 830
4 324
4 Total nilai ekspor
Juta US$
944
1 493
Persentase kontribusi terhadap
5
Persen
0.69
3.04
total ekspor
Sumber: APCC (2014, diolah)
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa meskipun potensi kelapa yang ada
di Indonesia begitu besar, namun karena belum termanfaatkan secara maksimal
mengakibatkan nilai yang diperoleh lebih sedikit daripada Filipina yang
potensinya lebih rendah. Konsumsi domestik di Indonesia lebih banyak, hal
tersebut juga terkait dengan jumlah penduduk, sehingga pasar domestik juga
cukup besar. Kemudian untuk produk VCO, FAO dan APCC (2013) menyebutkan
bahwa berdasarkan data dari Filipina, negara tujuan ekspor utama VCO yaitu
USA, Perancis, Kanada, Jerman, Inggris, New Zealand, Finlandia, dan Turki,
termasuk di Asia yaitu Hongkong dan Malaysia. Karena itu, dengan produksi
1
2
www.tokopedia.com, www.alibaba.com, Sumber Rejeki
Presentasi Market and Trade of Coconut Products, Bangkok, Thailand, APCC 2013
4
kelapa sebagai bahan baku VCO yang cukup besar, seharusnya pengolahan VCO
mendapatkan nilai yang tinggi dari pasar domestik maupun pasar ekspor yang
masih besar.
Untuk mendapatkan keuntungan dari pasar VCO yang cukup besar, sebuah
usaha yang dikembangkan harus disesuaikan dengan kebutuhan usaha dan juga
kebutuhan masyarakat terkait sumber daya yang dimiliki masyarakat. Perencanaan
bisnis yang baik diperlukan untuk menentukan cara yang tepat dalam
mengembangkan usaha pengolahan virgin coconut oil yang berkelanjutan. Solihin
(2007) berpendapat bahwa rencana usaha yang dimiliki perusahaan akan
mencerminkan antisipasi tanggapan yang akan diberikan oleh perusahaan
terhadap perkembangan lingkungan. Berdasarkan keadaan sumber daya
perkebunan kelapa di Kabupaten Bogor, maka perencanaan bisnis yang dirancang
harus melibatkan masyarakat untuk mendapatkan kapasitas yang sesuai.
Perencanaan bisnis yang dirancang haruslah mempunyai aspek manajemen
kemitraan dengan masyarakat pemilik perkebunan kelapa yaitu koperasi.
Sebuah bisnis dengan bentuk koperasi untuk mengembangkan agribisnis di
Indonesia termasuk komoditas kelapa sangat baik dilakukan. Menurut Baga
(2013) kondisi agribisnis di Indonesia yang merupakan usaha paling banyak
dilakukan oleh masyarakat Indonesia mengalami penurunan kualitas. Penurunan
kualitas tersebut akibat kualitas sumber daya manusia pengelola pertanian yang
menurun. Oleh karena itu, bentuk koperasi merupakan bentuk usaha yang paling
tepat untuk mengembangkan pertanian di Indonesia seperti pada banyak negara di
dunia (Baga 2013). Selain itu, menurut Baga (2013) bahwa keberhasilan koperasi
tergantung pada pemimpin yang memiliki jiwa wirakoperasi. Berdasarkan kondisi
sumberdaya kelapa dan manfaat koperasi, maka pemimpin berjiwa wirakoperasi
sangat dibutuhkan.
Perumusan Masalah
Potensi produk olahan kelapa sangat besar. Salah satu produk olahan kelapa
yang berpotensi besar yaitu virgin coconut oil (VCO). Hal tersebut karena VCO
mempunyai manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Pasar VCO masih terbuka
mulai dari dalam negeri hingga keluar negeri. Pada Tabel 4, impor minyak kelapa
murni dan minyak sejenis membuktikan bahwa Indonesia yang merupakan negara
dengan area produksi terbesar di dunia masih mengimpor minyak kelapa yang
seharusnya dapat diproduksi sendiri. Data tersebut menunjukkan bahwa pasar
VCO di dalam negeri masih terbuka. Selain itu, pasar di luar negeri juga terbuka
lebar. Pasar VCO di luar negeri yaitu USA, Perancis, Kanada, Jerman, Inggris,
New Zealand, Finlandia, dan Turki (FAO dan APCC 2013). Negara tujuan ekspor
tersebut merupakan negara-negara yang beriklim subtropis dan beriklim sedang
yaitu iklim yang buruk untuk perkembangan kelapa. Gambar 1 menunjukkan
permintaan di Eropa akan terus berkembang, sehingga pasar ekpor untuk produk
VCO juga terbuka lebar.
5
Tabel 4 Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya
oleh Indonesia pada tahun 2008-2011
Tahun
Nilai ($ 000)
Jumlah
2008
2209
648
2009
1735
468
2010
2481
601
2011
4209
974
Sumber: FAOSTAT (2015)
300
250
200
Germany
Belgium
150
UK
100
Netherlands
Finland
50
0
2007
2009
2011
Sumber: PCA dalam CBI (2011)
Gambar 1 Negara Eropa pengimpor VCO terbanyak dari Filipina dengan jumlah
impor tahun 2007-2011
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keunggulan sumber daya kelapa
yang telah ada dalam jumlah besar. Apabila produk olahan VCO diusahakan,
maka harus mampu menjadi sumber ekonomi yang baik untuk masyarakat.
Potensi kelapa di Indonesia sangat tinggi, termasuk Kabupaten Bogor yang
memiliki potensi tanaman kelapa cukup besar. Akan tetapi potensi tersebut belum
termanfaatkan secara maksimal. Potensi ekonomis kelapa dari masyarakat hanya
sebagai kebutuhan rumah tangga atau dijual mentah tanpa diolah kepada
pedagang pengumpul sehingga harga jual yang didapatkan cukup murah. Padahal,
dengan lokasi Kabupaten Bogor yang dekat dengan Ibu Kota Indonesia yang
mempunyai penduduk padat, dapat menjadi lokasi produksi dan pemasaran yang
baik untuk produk olahan kelapa yaitu VCO.
Perusahaan pengolahan kelapa dengan tujuan komersial di Indonesia mulai
bermunculan. Berdasarkan observasi, perusahaan pengolah produk kelapa masih
banyak yang berbentuk usaha pribadi dengan bentuk badan usaha PT, CV, dan
UD. Sebagai contoh yaitu PT Bogor Agro Lestari (PT BAL) yang dijelaskan oleh
Khairani (2007). Khairani menjelaskan bahwa PT BAL memproduksi VCO untuk
kebutuhan Jabodetabek dan sekitarnya dengan mendapatkan pasokan kelapa yang
akan diolah dari Ciamis. Hal tersebut kurang mempunyai dampak kesejahteraan
6
yang luas pada masyarakat daerah Kabupaten Bogor karena persediaan bahan
baku dari Ciamis. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan potensi kelapa
masyarakat yang telah ada agar menjadi produk olahan VCO di Kabupaten Bogor,
diperlukan suatu usaha yang bisa memberdayakan masyarakat untuk saling
membantu yaitu usaha dengan prinsip koperasi.
Usaha dalam bentuk koperasi untuk pengolahan VCO memerlukan sebuah
perencanaan bisnis yang baik. Berdasarkan potensi kelapa yang dimiliki
masyarakat, menyebabkan sebuah bisnis dalam bentuk koperasi memerlukan
seorang yang berjiwa wirakoperasi. Wirakoperasi dibutuhkan untuk menciptakan
bisnis pengolahan VCO dengan bentuk lembaga koperasi yang sustainable dan
mempunyai skala usaha yang menguntungkan di Kabupaten Bogor. Oleh karena
itu, pendekatan wirakoperasi menjadi salah satu faktor perencanaan bisnis
koperasi yang penting.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah bisnis pengolahan VCO dengan bentuk badan usaha koperasi dapat
diimplementasikan dengan baik di wilayah Kabupaten Bogor?
2. Seberapa jauh keuntungan petani, apabila bisnis dikelola bersama dengan
pendekatan wirakoperasi?
Tujuan Penelitian
Bedasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan pada subbab di
atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Merumuskan perencanaan bisnis pengolahan VCO di wilayah Kabupaten
Bogor dengan bentuk lembaga koperasi yang dapat memberi keuntungan.
2. Menganalisis manfaat pendekatan wirakoperasi dalam bisnis dari perusahaan
pengolahan virgin coconut oil terhadap peningkatan pendapatan petani kelapa.
Manfaat Penelitian
1.
2.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bagi petani
Petani diharapkan mendapat manfaat dengan meningkatnya ilmu
perencanaan bisnis dan manajemen serta pengetahuan mengenai produk
olahan kelapa yang potensial.
Bagi investor
Mendapatkan informasi mengenai potensi dan prospek produk olahan
tanaman kelapa sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat Virgin Coconut Oil
Virgin coconut oil (VCO) berdasarkan BSN (2008) yaitu “…minyak yang
diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L) tua yang segar dan diproses
dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan atau
pemanasan tidak lebih dari 60 0C dan aman dikonsumsi manusia”. Adapun
definisi minyak kelapa murni (VCO) menurut APCC (Asian and Pacific Coconut
Community) adalah minyak yang dihasilkan dari daging kelapa segar yang berasal
dari kelapa yang matang, diproses dengan cara mekanis dan senatural mungkin,
sehingga tidak membuat minyak yang dihasilkan berubah (Indriani 2006). Selain
itu, Sutardi et al. (2008) menjelaskan bahwa VCO merupakan minyak kelapa yang
dibuat tanpa menggunakan panas, sehingga diharapkan tidak banyak mengalami
perubahan baik komponen penyusun maupun sifat fisik dan kimia pada minyak
VCO. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, VCO merupakan minyak yang
sangat baik karena tidak mengalami pemrosesan yang dapat merubah kandungan
baik yang ada di dalamnya.
VCO mempunyai banyak manfaat dari zat gizi yang terkandung di
dalamnya. Kandungan asam lemak rantai sedang tidak membahayakan kesehatan
manusia dan tidak meningkatkan kadar kolesterol. Kandungan asam lemak rantai
sedang dapat meningkatkan fungsi semua kelenjar endokrin, organ, dan jaringan
tubuh (Sulistyo dalam Indriani 2006). VCO mengandung asam laurat tinggi
(sampai 50 persen) jika digunakan untuk pengobatan akan meningkatkan
ketahanan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang mematikan. Asam kapriat yang
terkandung dalam VCO membentuk monocaprin pada tubuh manusia yang
terbukti antivirus (Indriani 2006). Selain itu, VCO juga bermanfaat sebagai
kosmetik, menyehatkan kulit kepala dan rambut, obat kanker, obat liver, obat
diabetes, dan sebagainya.
Berdasarkan banyak manfaat tersebut, VCO banyak dikonsumsi sebagai
obat-obatan herbal untuk menyembuhkan berbagai penyakit maupun sebagai
kosmetik. Manfaat VCO yang begitu banyak tersebut mengakibatkan pasar
domestik maupun luar negeri terbuka lebar. Terlebih lagi, dengan pertumbuhan
penduduk yang meningkat, maka kebutuhan produk kesehatan semakin banyak
dibutuhkan banyak orang. Di Indonesia sendiri saat ini banyak terdapat industri
pengolahan VCO dengan skala yang kecil. Menurut Cahyanti (2007), terdapat 48
perusahaan pengolahan kelapa menjadi VCO dan pengolahan VCO menjadi
produk turunan. Cahyanti (2007) juga menyatakan bahwa pertumbuhan industri
VCO di Indonesia tergolong cepat. Hal ini didukung oleh teknologi yang
sederhana dan modal yang tidak terlalu besar dalam berproduksi VCO, sehingga
fenomena kejenuhan pasar dalam negeri tidak bisa dihindari. Oleh karena itu,
perusahaan mempunyai pilihan yaitu menginovasikan produk tersebut atau
membuka pasar yang baru.
8
Pentingnya Perencanaan Bisnis
Untuk memulai suatu bisnis, perlu dilakukan suatu rancangan perkiraanperkiraan yang harus disiapkan sebelum memulai kegiatan bisnis. Menurut
Solihin (2007), bahwa rencana usaha yang dimiliki perusahaan akan
mencerminkan antisipasi tanggapan yang akan diberikan oleh perusahaan
terhadap perkembangan lingkungan. Hal tersebut agar kegiatan dapat berlangsung
mendekati yang diinginkan pelaku bisnis. Rencana tersebut tertulis dalam
dokumen yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha tentang peluangpeluang usaha, keunggulan bersaing, serta berbagai langkah yang harus dilakukan.
Selain itu, perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari
pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan,
dan sebagainya (Rangkuti 2010).
Miller (2008) menjelaskan, perencanaan bisnis mempunyai tujuan sebagai
berikut.
1. Sebagai panduan bisnis karena mengandung strategi jangka panjang untuk
mencapai tujuan bisnis.
2. Sebagai tuntunan aktivitas karyawan dan juga motivasi dengan menyajikan
cara pencapaian target bisnis.
3. Sebagai dokumen yang dapat disajikan kepada kreditor dan investor potensial
bahwa sebuah bisnis mempunyai risiko rendah dengan potensi besar,
sehingga kreditor dan investor dapat menyediakan dana untuk
mengembangkan sebuah bisnis.
Perencanaan bisnis memang sangat penting dilakukan sebelum memulai
bisnis agar keuntungan bisnis yang didapat mendekati pada yang telah
direncanakan. Perencanaan bisnis penting dilakukan pada pengembangan bisnis
dan juga pada bisnis baru. Perencanaan bisnis pada kedua macam bisnis tersebut
memiliki perbedaan rancangan berdasarkan data yang mendukung analisis.
Menurut Solihin (2007), bahwa perusahaan yang sudah berjalan dan akan
dikembangkan telah memiliki data historis, sehingga pengembangan bisnis baru
memiliki keterkaitan sangat erat dengan rencana strategis perusahaan yang
didukung oleh usaha yang ada sebelumnya. Sedangkan usaha yang benar-benar
baru dan akan dikembangkan oleh wirausahawan belum memiliki data-data
historis, sehingga laporan keuangan yang disusun dalam rencana bisnis untuk
kategori usaha baru hanya memiliki proyeksi laporan keuangan.
Perencanaan bisnis mencakup uraian gambaran umum rencana, kondisi
perusahaan, produk atau jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar,
kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk
pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan
dan lampiran-lampiran. Menurut Rangkuti (2010) terdapat empat hal yang harus
ada dalam perencanaan bisnis, yaitu sebagai berikut.
1. Penjelasan mengenai bisnis yang direncanakan dan rencana yang bersifat
strategis.
2. Rencana pemasaran.
3. Rencana manajemen keuangan.
4. Rencana manajemen operasional.
9
Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis
Karakter wirakoperasi digambarkan sebagai karakter dengan locus of
control yang sangat internal, mempunyai need for achievement yang tinggi, sikap
altruisme yang tinggi, perilaku kepemimpinan yang efektif dengan orientasi pada
tugas dan manusia secara seimbang. Upaya untuk mengembangkan wirakoperasi
yang bergerak dalam bidang agribisnis harus terbentuk sistem pembinaan sumber
daya manusia pengembang agribisnis yang dilaksanakan secara simultan mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi. Pengetahuan dan
pemahaman akan usaha bersama (co-operative business) menjadi penekanan
utama dalam membina sumber daya penggerak agribisnis karena pengembangan
agribisnis di Indonesia akan sulit dilakukan jika dilakukan secara sendiri-sendiri,
melainkan harus bersama-sama dan berkelompok yang akan menghasilkan suatu
sinergi (positive sum game) (Baga 2011).
Pada penelitian Baga (2011) yang berjudul Profil dan Peran Wirakoperasi
dalam Pengembangan Agribisnis membahas mengenai profil empat belas
responden yang bergerak di berbagai usaha komoditas agribisnis pertanian.
Berdasarkan penelitian dari ke empat belas responden tersebut, hanya ada tiga
responden dengan karakter wirakoperasi. Menurut Baga (2011), perlu adanya
pengembangan wirakoperasi dari karakter yang dapat disimpulkan dalam
penelitian terutama bagi generasi muda agar dapat berperan bagi pengembangan
sektor agribisnis di Indonesia. Baga (2011) juga mengusulkan metode
pengembangan wirakoperasi untuk meningkatkan potensi agribisnis melalui ketua
gapoktan. Ketua gapoktan yang keberadaannya sering menjadi panutan perlu
dilatih melalui pelatihan kepemimpinan wirakoperasi. Pada penelitian Baga
(2013), menyebutkan bahwa wirakoperasi berperan penting dalam
mengembangkan agribisnis di Indonesia karena kondisi pertanian di Indonesia
yang masih dilakukan sendiri-sendiri dengan skala kecil dan dengan SDM yang
kurang baik. Penelitian Baga (2013) menyebutkan bahwa dari ke tiga puluh
koperasi yang diteliti, hanya sepuluh yang menampakkan ciri-ciri adanya
wirakoperasi. Berdasarkan hal tersebut, memang wirakoperasi belum tentu ada di
setiap koperasi. Adanya wirakoperasi harus dikembangkan karena akan sangat
mendukung perkembangan agribisnis Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) yang berjudul
Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV Bunga
Indah Farm Kabupaten Sukabumi peneliti membahas mengenai dampak seorang
pengusaha wirakoperasi terhadap peningkatan penghasilan petani. Wahyudin yang
merupakan pendiri CV Bunga Indah Farm yang dibentuk pada tahun 2000 dengan
kegiatan usaha berupa membuat inovasi tanaman hias dengan bahan baku
tanaman pagar pekarangan rumah. Selama tiga tahun perusahaan ini memiliki
jumlah petani yang bermitra sebanyak 2 000 petani yang tergabung dalam
kelompok tani di wilayah Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Konsep yang diterapkan CV Bunga Indah Farm (CV BIF) yaitu konsep
kekeluargaan dengan target perusahaan. Konsep tersebut membuat perusahaan
tetap berorientasi pada anggota, namun juga tercapainya target perusahaan.
Penerapan konsep wirakoperasi dalam usaha CV BIF memberikan dampak yang
baik dengan memunculkan mata pencaharian baru yang melibatkan banyak orang
10
dan menguntungkan. Bisnis yang dibangun Wahyudin bukan
menguntungkan dirinya sendiri, namun juga menguntungkan petani mitra.
hanya
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis mencakup uraian gambaran umum rencana, kondisi
perusahaan, produk atau jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar,
kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk
pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan
dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk
mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga
keuangan, dan sebagainya (Rangkuti 2010).
Menurut Solihin (2007), meskipun terdapat variasi dalam penyusunan
rencana bisnis, tetapi sebuah rencana bisnis yang baik sekurang-kurangnya akan
mencantumkan tujuh elemen pokok, yaitu:
1. Ringkasan eksekutif yang merangkum secara singkat seluruh isi rencana
bisnis baik yang menyangkut tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan
rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana pemasaran, rencana produksi,
rencana keuangan, dan risiko-risiko usaha di masa depan.
2. Uraian umum usaha (general business description) yang akan dijalankan.
Uraian umum usaha akan menguraikan beberapa hal sebagai berikut.
a. Usaha yang akan dijalankan sekaligus menjelaskan barang atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.
b. Tujuan yang ingin dicapai perusahaan beserta strategi untuk mencapai
tujuan tersebut.
c. Keadaan perkembangan usaha perusahaan sampai pada saat rencana bisnis
disusun serta proyeksi usaha perusahaan di masa mendatang yang
dikaitkan dengan tujuan dan strategi perusahaan.
d. Target pasar perusahaan.
e. Nilai yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran untuk dapat
meraih keunggulan bersaing (competitive advantage).
f. Lokasi usaha tersebut yang akan dijalankan. Hal ini berkaitan dengan
pemilihan lokasi tempat usaha serta berbagai penjelasan yang logis tentang
alasan usaha dijalankan di lokasi yang dipilih.
g. Sumber daya manusia yang akan menjalankan kegiatan usaha. Pada bagian
ini, uraian umum usaha akan menjelaskan manajemen inti dan tokoh kunci
(key person) di dalam perusahaan yang akan terlibat dalam pengurusan
perusahaan.
11
3.
4.
5.
6.
7.
h. Bentuk badan usaha atau badan hukum yang dipilih oleh perusahaan untuk
menjalankan usaha.
i. Proses bidang fungsional manajemen akan dijalankan.
Rencana pasar dan pemasaran akan menjelaskan pasar sasaran yang dipilih
serta bauran pemasaran yang dibuat perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen, anggaran penjualan, dan sebagainya.
Rencana teknik dan teknologi menjelaskan antara lain proses produksi,
bagaimana perusahaan menjaga kualitas produk, memperoleh pasokan bahan
baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik, anggaran produksi, dan
sebagainya.
Rencana keuangan antara lain berisi proyeksi keuangan yang menunjukkan
ekspektasi laba dari usaha yang akan dijalankan dalam beberapa tahun awal
operasionalnya, proyeksi arus kas (cash flow), dan sebagainya.
Rencana manajemen dan organisasi antara lain berisi uraian mengenai jumlah
personil yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi apa yang
dibutuhkan oleh masing-masing personil tersebut dilihat dari pengetahuan,
keahlian, dan kemampuan yang dibutuhkan, anggaran tenaga kerja yang juga
berisi proyeksi kebutuhan tenaga kerja dalam lima tahun ke depan, dan
sebagainya.
Risiko-risiko utama yang dihadapi perusahaan di masa depan dan cara
antisipasi untuk menghadapi risiko tersebut di masa yang akan datang.
Aspek Rencana Pemasaran
Solihin (2007) menjelaskan bahwa aspek pemasaran menempati bagian
pertama dalam pemaparan rencana bisnis karena kejelasan tentang pasar yang
dituju, produk yang akan dibuat, dan bauran pemasaran dari produk harus sudah
jelas untuk bisa melakukan perencanaan pada aspek lain. Menurut pemaparan
Solihin (2007), rencana pemasaran didasarkan pada peluang pasar, bauran
pemasaran, dan produk yang akan memasuki pasar. Peluang pasar dianalisis untuk
mengetahui pasar produk VCO dari data-data yang dapat menunjukkan kebutuhan
pasar atau permintaan pasar. Menurut Miller (2008), bahwa bagian peluang adalah
mendeskripsikan peluang pasar untuk meyakinkan para investor dan kreditor
potensial bahwa terdapat peluang yang signifikan untuk dikejar.
Kotler dan Keller (2009) menjelaskan bahwa segmentasi pasar dilakukan
karena tidak semua orang menyukai produk tertentu, sehingga dengan memeriksa
perbedaan-perbedaan itu, perusahaan dapat memutuskan segmen yang menyajikan
peluang terbesar dan menjadi pasar sasaran atau target pasar. Selanjutnya, apabila
pasar sasaran telah ditentukan, perusahaan mengembangkan tawaran pasar yang
merupakan penawaran manfaat produk yang akan didapatkan oleh pasar sasaran.
Marketing mix atau bauran pemasaran diperlukan untuk menjelaskan produk pada
kelompok pasar tertentu.
Berdasarkan fungsi dari VCO yaitu sebagai obat herbal, VCO mempunyai
konsumen tertentu yang peduli kesehatan. Cara menganalisis konsumen VCO,
dapat melalui berbagai berita yang tersebar di media cetak maupun internet. Data
yang didapatkan melalui media cetak maupun internet kemudian dianalisis oleh
perusahaan yang hasilnya akan menjadi acuan tindakan pemasaran produk. Selain
12
itu, masih banyak cara lain untuk mendapatkan data, yaitu bergabung dengan
komunitas perusahaan produk sejenis, mengakses kementerian perdagangan, dan
observasi ke toko obat herbal. Menurut Miller (2008) bahwa ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk memastikan pasar yaitu sebagai berikut.
1. Membaca, sebagian besar industri biasanya memiliki suatu terbitan niaga
yang menyediakan informasi periodik tentang konsumen dan perusahaan
dalam bidang tersebut.
2. Surfing di dunia maya, semakin banyak informasi yang beralih dari media
cetak ke bentuk online.
3. Partisipasi, jika terdapat asosiasi dagang perusahaan sejenis, maka lebih baik
bergabung untuk mendapatkan banyak informasi.
4. Kunjungan, berkunjung ke tempat penjualan atau ke tempat berkumpulnya
konsumen dapat memberikan informasi tambahan.
5. Mendengar, usulan bisa datang dari mana saja termasuk karyawan, distributor,
maupun konsumen. Oleh karena itu, harus selalu siap untuk menerima
masukan dari mana pun.
Aspek Rencana Produksi
Rencana produksi dilakukan dengan dasar bahwa bahan baku akan
mempunyai nilai tambah apabila diubah menjadi produk tertentu. Sesuai dengan
Haming dan Mahfud (2007), bahwa fungsi produksi menciptakan kegunaan
bentuk, yaitu meningkatkan nilai suatu benda melalui penyempurnaan yang
dilakukan oleh aktivitas produksi. Haming dan Mahfud (2007) menjelaskan
bahwa manajemen produksi untuk mengolah masukan menjadi keluaran dengan
nilai tambah yang semakin berdaya saing perlu dilakukan manajemen yang baik
antara lain pada perencanaan produksi terkait mutu produk, desain produk dan
jasa, penentuan kapasitas produksi, pemilihan lokasi produksi, menentukan letak
fasilitas, dan manajemen sumber daya manusia fungsi operasional.
Jumlah produksi VCO yang dilakukan oleh perusahaan disesuaikan dengan
target bisnis agar bisnis mempunyai keuntungan yang cukup besar untuk
pengelola bisnis. Menurut Haming dan Mahfud (2007) terdapat beberapa metode
kualitatif untuk menentukan jumlah produksi yaitu metode akar rumput, metode
riset pasar, metode kesepakatan panel, analogi historis, dan metode Delphi.
Rencana jumlah produksi pada perencanaan ini diperoleh berdasarkan riset pasar
yang diterangkan pada peluang pasar yang berada rencana pemasaran. Haming
dan Mahfud (2007) juga menyebutkan bahwa kapasitas produksi pabrik
berdasarkan jumlah unit tertentu yang dapat dihasilkan, ditangani, diterima,
disimpan, atau diakomodasi dalam waktu tertentu. Oleh karena itu, pabrik harus
mampu menampung sesuai target jumlah produksi tertentu.
Tata letak pabrik pengolahan bisa berbagai macam model. Adapun pada
pabrik pengolahan VCO, tata letak pabrik berdasarkan Haming dan Mahfud
(2007) mengenai tata letak berorientasi produk. Tata letak tersebut yaitu penataan
yang dipergunakan apabila: a) produk yang dihasilkan terstandarisasi dan
ragamnya terbatas; b) volume produksi tinggi dengan variabilitas desain terbatas;
c) urutan pengerjaan tetap; dan d) proses produksi bersifat berkesinambungan.
13
Pengolahan virgin coconut oil (VCO) berkualitas baik akan dapat menjaga
stabilitas konsumen. Kualitas produk VCO yang baik diatur dalam berbagai
referensi yang terkandung dalam SNI 7381:2008. SNI VCO tersebut juga
merupakan acuan standar oleh APCC yang dipakai untuk menentukan standar
VCO internasional. Ruang lingkup SNI untuk virgin coconut oil yaitu menetapkan
syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, higiene, minyak kelapa virgin (VCO)
(BSN 2008). Kemudian, sertifikasi dari BPOM Kementerian Kesehatan
diperlukan untuk mendapatkan sertifikat keamanan produk pangan dan obat.
Sertifikasi dari BPOM didapatkan dengan mendaftar dan membayar biaya tertentu
yang diatur dalam PP RI no. 48 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku Pada Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Aspek Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia berdasarkan Siagian (2008) diawali dari
inventarisasi sumber daya manusia yang telah ada dalam organisasi. Kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan peningkatan produktivitas dari sumber daya
manusia yang ada. Target masa depan yang mempengaruhi kinerja perusahaan
akan memerlukan perencanaan tentang cara memperoleh tenaga kerja yang
diperlukan sesuai kebutuhan perkembangan perusahaan.
Badan usaha yang dituju dari perencanaan ini yaitu badan usaha berbentuk
koperasi. Melalui bentuk koperasi, pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan
dapat disalurkan kepada anggota secara merata sehingga kesejahteraan anggota
terjamin. Bentuk usaha koperasi dipilih dengan maksud agar anggota yang juga
sebagai pemilik, mempunyai tanggung jawab pada keberlangsungan usaha yang
dijalankan. Hal ini karena mereka sendirilah yang mempunyai peran besar untung
atau rugi perusahaan. Setiap anggota usaha koperasi diharapkan mempunyai
moral untuk saling menjaga keberlangsungan usaha karena usaha merupakan
milik bersama. Sesuai dengan Ropke (2000) bahwa anggota koperasi akan
melakukan pengawasan yang tinggi karena anggota koperasi bukan hanya
pengguna jasa, melainkan menjadi pemiliknya. Hal tersebut merupakan identitas
koperasi, sehingga apabila salah satu anggota menghambat jalannya
keberlangsungan produksi atau seluruh rangkaian kegiatan koperasi, seluruh
anggota akan merasakan dampak kerugian bersama dan akan memberi peringatan.
Wirakop dalam oraganisasi dan sumber daya manusia merupakan seorang
pengusaha yang mengajak pada kesejahteraan bersama dengan sistem koperasi.
Bentuk badan usaha yang biasa didirikan oleh seorang wirakop yaitu koperasi.
Wirakop mempunyai fungsi sebagai pemimpin dan juga sebagai penggerak
koperasi tersebut. Sesuai dengan karakter yang disebutkan Baga (2011) bahwa
karakter wirakoperasi digambarkan sebagai karakter yang seimbang antara
orientasi pencapaian dan orientasi sosial. Oleh karena itu, dengan adanya
wirakoperasi diharapkan sebuah usaha mampu bergerak maju bersama, sehingga
berdaya saing tinggi. Usaha agribisnis pengolahan VCO dengan wirakoperasi
akan mempunyai daya saing. Wirakop mempunyai pengetahuan terhadap produk
beserta pasarnya. Sehingga dengan perencanaan bisnis, dapat dipastikan sebuah
usaha akan berjalan baik dan menguntungkan. Selain itu, kekuatan petani
14
merupakan kekuatan yang besar karena mempengaruhi kelangsungan produksi
dan bahan baku. Usaha yang dilakukan secara bersama dalam bentuk koperasi,
diharapkan mempunyai daya saing terhadap usaha sejenis. Menurut Baga (2011),
bahwa pengembangan agribisnis di Indonesia akan sulit dilakukan jika dilakukan
secara sendiri-sendiri, melainkan harus bersama-sama dan berkelompok yang
akan menghasilkan suatu sinergi (positive sum game).
Baga (2013) berpendapat bahwa seorang berjiwa wirakoperasi akan menjadi
pemimpin yang bukan hanya fokus pada kesejahteraan diri sendiri tetapi lebih
pada kesejahteraan bersama dengan anggotanya. Baga (2013) juga menyebutkan
bahwa tidak pada semua sampel koperasi mempunyai pemimpin yang berjiwa
wirakoperasi, namun koperasi dengan pemimpin berjiwa koperasi akan menemui
perkembangan usaha yang memuaskan. Selain itu, Baga (2013) juga menyebutkan
bahwa pertanian di Indonesia masih sangat perlu dikembangkan dengan sistem
koperasi dan mempunyai pemimpin koperasi yang berjiwa wirakoperasi dan
berpengetahuan lebih.
Aspek Rencana Manajemen Risiko
Manajemen risiko diperlukan untuk mengantisipasi dan memperkecil
kerugian akibat risiko yang telah dianalisis. Risiko berhubungan dengan
ketidakpastian suatu kejadian meskipun seluruh proses telah direncanakan dengan
baik. Sejalan dengan Fahmi (2010) yang menjelaskan bahwa risiko adalah bentuk
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi di masa depan dengan
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.
Berdasarkan pengertian tersebut, risiko pasti merupakan keadaan berbeda dengan
yang telah diperkirakan saat ini, sehingga manajemen risiko diperlukan.
Berdasarkan Solihin (2007) risiko yang mungkin terjadi pada perusahaan
yaitu antara lain:
a. Risiko murni
Risiko dari suatu keadaan yang hanya ada satu kemungkinan bagi
perusahaannya yaitu rugi atau tidak, yang pada hal ini berhubungan dengan
kejadian yang tidak dapat dipastikan dan tidak dapat diatasi yang
menyebabkan perusahaan pasti rugi.
b. Risiko spekulasi
Risiko yang hanya ada satu kemungkinan yaitu rugi atau tidak, yang dalam
hal ini hanya dugaan spekulasi tanpa perhitungan.
c. Risiko strategis
Risiko akibat ketidakpastian terhadap hasil yang akan diperoleh dari tujuan
dan implementasi strategi yang telah dilakukan perusahaan.
d. Risiko operasional
Risiko yang berasal dari aktivitas operasional organisasi perusahaan.
Fahmi (2010) membedakan risiko berdasarkan sektor yang sesuai dengan
kegiatan bisnis. Pengolahan VCO merupakan perusahaan pada sektor makanan
dan minuman, sehingga akan mengalami beberapa keadaan yang dapat menjadi
risiko. Keadaan tersebut menurut Fahmi (2010) yaitu antara lain:
1. Produk memiliki kadaluarsa.
15
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Produk tergantung oleh bahan baku hasil alam seperti pertanian, sehingga jika
terjadi gagal panen akan mengganggu produksi.
Perusahaan harus memiliki cadangan yang mencukupi karena usia produk
singkat.
Produk dengan kemasan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan desain kemasan,
karena kemasan mampu mempengaruhi selera konsumen.
Produk makanan dan minuman harus mempunyai ciri khasnya masingmasing agar dapat dibedakan dengan produk lain yang sejenis.
Setiap produk makanan dan minuman harus memiliki legalitas perijinan
sebagai bentuk keamanan untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Produk harus selalu mengalami inovasi agar konsumen tidak mudah bosan.
Aspek Rencana Finansial
Rencana finansial menjelaskan mengenai kebutuhan dana dan aliran dana
dari perusahaan untuk beroperasi selama setahun. Pada rencana finansial juga
menjelaskan tentang proyeksi keuntungan dari bisnis yang dijalankan.
Keuntungan yang diperoleh diproyeksikan dengan arus kas, laporan laba/rugi, dan
kriteria investasi. Kriteria investasi berdasarkan Nurmalina et al (2010) antara lain
yaitu terdiri atas net present value (NPV), Internal Rate Return (IRR), net B/C,
gross B/C, payback period.
Cash flow merupakan aliran kas yang terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran dalam segala aktivitas bisnis. Nurmalina et al. (2010) menyebutkan
bahwa aliran kas atau cash flow adalah aktivitas keuangan yang mempengaruhi
posisi atau kondisi kas pada suatu periode tertentu. Pada penulisan cash flow,
terdapat inflow dan outflow. Inflow atau arus penerimaan terdiri dari segala bentuk
pemasukan yang dapat menambah kas selama bisnis berjalan. Komponen inflow
diantaranya yaitu nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants, nilai sewa,
dan salvage value (nilai barang belum habis pakai). Outflow atau arus pengeluaran
yang dapat mengurangi jumlah kas selama bisnis berjalan. Komponen outflow
diantaranya yaitu biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bunga dari
modal pinjaman, dan pajak. Cashflow disajikan dalam bentuk tabel dengan
memuat komponen tersebut. Berdasarkan pada cashflow, kriteria investasi dapat
dihitung.
Laporan laba/rugi digunakan untuk mengetahui besar pengeluaran tertentu
dalam melakukan produksi barang dan jasa yang mempunyai nilai penjualan
tertentu. Berdasarkan Nurmalina et al. (2010), susunan laporan laba/rugi berisi
tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh
suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laporan laba/rugi
menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama
periode tertentu. Laporan laba/rugi berisi pendapatan dari penjualan barang dan
jasa, yang dikurangi beban produksi dan beban keuangan.
16
Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan
dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Kerangka
pemikiran operasional dimulai dari identi