Produktivitas Penyadapan Getah pada Tegakan Pinus Umur Enam dan Tujuh Tahun

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA
TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN

ASTRIA MAULIDA INAYATI

MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas
Penyadapan Getah pada Tegakan Pinus Umur Enam dan Tujuh Tahun adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Astria Maulida Inayati
NIM E14100128

RINGKASAN
ASTRIA MAULIDA INAYATI. Produktivitas Penyadapan Getah pada
Tegakan Pinus Umur Enam dan Tujuh Tahun. Dibimbing oleh GUNAWAN
SANTOSA.
Penyadapan getah pinus di Perum Perhutani mulai disadap umur 11 tahun
dengan menggunakan kadukul 6 cm. Adanya permintaan getah pinus yang
semakin meningkat, maka dilakukan upaya untuk penyadapan pada umur yang
lebih muda dengan lebar sadapan 2 cm. Oleh karena itu, dilakukan penelitian
produktivitas penyadapan getah pada tegakan pinus umur 6 dan 7 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur produktivitas penyadapan getah pinus
pada umur 6 dan 7 tahun serta menentukan pengaruh metode dan stimulansia
terhadap produksi getah pinus. Metode yang digunakan yaitu metode quarre dan
metode chaintech. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah rancangan acak
faktorial 3 faktor. Hasil penelitian menunjukan rata-rata produksi getah pinus
pada umur 6 tahun sebesar 2.73 g/bidang sadap/hari dan umur 7 tahun sebesar

2.51 g/bidang sadap/hari. Hasil masih relatif kecil dan didukung pula oleh tidak
adanya pengaruh umur, metode dan stimulansia terhadap produksi getah pinus
sehingga penyadapan getah pinus pada umur tersebut sebaiknya tidak dilakukan.
Kata kunci: metode penyadapan, pinus umur muda, produktivitas getah pinus,
stimulansia
SUMMARY
ASTRIA MAULIDA INAYATI. Productivity of Pine Resin Tapping on Six
and Seven Years Old Pine Stands. Supervised by GUNAWAN SANTOSA.
Pine resin tapping generally tapped above 11 years old by the tapping tool
called kadukul in 6 cm width. The demand of pine resin is increase, that’s cause
effort of tapping on the younger age of pine stands in 2 cm tapping width.
Therefore it’s done the research of tapping productivity on 6 and 7 years old Pine
Stands. The research is aimed to measure the productivity of pine resin tapping
and determine the influence of method and stimulant on resin productivity for 6
and 7 years old pine. The used method is quarre and chaintech methods. The
experiment design was three factors randomized design factorial. The result
showed the average productivity of pine resin on 6 years old was 2.73 g/tapping
area/day and on 7 years old was 2,51 g/tapping area/day. The result was still
relatively low and supported by there’s not significantly influence of age, method,
and stimulant for the pine resin productivity, so the pine resin tapping on those

years shouldn’t be done.
Keyword: pine resin productivity, stimulant, tapping method, young age pine

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA
TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN

ASTRIA MAULIDA INAYATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Judul Skripsi : Produktivitas Penyadapan Getah pada Tegakan Pinus Umur Enam
dan Tujuh Tahun
Nama
: Astria Maulida Inayati
NIM
: E14100128

Disetujui oleh

Dr Ir Gunawan Santosa, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc,Ftrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Produktivitas Penyadapan
Getah pada Tegakan Pinus Umur Enam dan Tujuh Tahun ini berhasil
diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Gunawan Santosa, MS selaku
pembimbing, Dr Nining Puspaningsih, MSi selaku ketua sidang, Arinana, S.Hut,
MSi selaku dosen penguji atas bimbingan dan arahannya. Kepada pihak Perum
Perhutani Devisi Regional Jawa Barat dan Banten khususnya kepada Bapak
Ganjar, Pak Usu, Pak Kasih dan lain-lain yang telah membantu selama
pengumpulan data. Kepada Ayah, Ibu, adik, Adi Juanda, Marni Sumarningtias,
Titin Martina Marpaung, Yenni Panjaitan dan teman-teman yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah banyak memberi saran dan dukungan serta
doanya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Astria Maulida Inayati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


v

DAFTAR GAMBAR

v

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan


1

Manfaat Penilitian

2

METODE PENELITIAN

2

Waktu dan tempat

2

Alat dan bahan

2

Prosedur penelitian


2

Rancangan percobaan

3

Prosedur kerja

4

Analisis data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPILAN DAN SARAN

5
12


Simpulan

12

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

DAFTAR TABEL
1 Produktivitas getah pinus (g/bidang sadap/hari) pada umur 6 dan 7
tahun
2 Analisys of Variance (ANOVA) produktivitas getah pinus
3 Lebar, tinggi dan luas total sadapan pada masing-masing perlakuan

6
7

10

DAFTAR GAMBAR
1 (a) kondisi tegakan pinus umur enam tahun; (b) kondisi tegakan
pinus umur tujuh tahun
2 Produktivitas getah pinus umur 6 tahun
3 Produktivitas getah pinus umur 7 tahun
4 (a) bentuk koakan menggunakan chaintech; (b) bentuk koakan
menggunakan Quarre 2 cm; (c) chainsaw; (d) kadukul 2 cm.
5 (a) stimulansia ETRAT 12-40; (b) stimulansia asam anorganik
(H2SO4); (c) Bekas luka menggunakan stimulansia ETRAT 1240; (d) bekas luka menggunakan stimulansia asam anorganik
(H2SO4)

5
6
7
10

12


1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pinus merupakan jenis tanaman yang diusahakan oleh Perum Perhutani,
karena selain dapat dimanfaatkan kayunya, pinus juga dapat dimanfaatkan
getahnya untuk diolah menjadi gondorukem dan terpentin (Perum Perhutani 2006).
Menurut Darmastuti (2011) berdasarkan data Perhutani (2011), pada tahun 2010
produksi gondorukem Perhutani Indonesia sebesar 55.000 ton dan terpentin
sebesar 11.700 ton. Sedangkan permintaan gondorukem di dunia naik sampai 1
juta ton per tahun. Pada pertengahan tahun 2011, harga gondorukem sempat
mencapai US$ 3.000 per ton dikarenakan tingginya permintaan dipasar
internasonal (Sukmananto 2012).
Berdasarkan petunjuk teknis Perum Perhutani (2005), sadap buka adalah
sadap awal tegakan pinus yang telah berumur 11 tahun keatas yang pada
umumnya pohon-pohonnya telah mencapai keliling  63 cm (tanpa kulit) dengan
menggunakan alat berupa kadukul yang berukuran 6 cm. Karena permintaan
gondorukem semakin kuat sehingga pada penelitian ini dilakukan kemungkinan
penurunan umur sadap buka pinus yaitu F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan
memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang
kepercayaan 95% (α = 0,05).
Terima H0 :
Terima H1

Perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α=0,05).
: Sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata
terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α=0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lokasi Penelitian
Resort Pemangkuan Hutan Cikembar secara geografis terletak pada
koordinat geografis 0658’41” LS dan 10648’40” BT dengan ketinggian 375
mdpl. Luas RPH Cikembar sebesar 1298.4 Ha dengan tegakan yang ada di RPH
Cikembar adalah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de vriese) dan Mahoni (Switenia
macrophylla). Tipe iklim RPH Cikembar berdasarkan kriteria Schmidt dan
Ferguson adalah tipe iklim B, dengan curah hujan rata-rata 2426 mm/ tahun. Tipe
topografi wilayahnya landai dan bergelombang dengan jenis tanah latosol dan
podsolik.

(a)
(b)
Gambar 1 (a) Kondisi tegakan pinus umur enam tahun; (b) Kondisi tegakan
pinus umur tujuh tahun

6

Produktivitas getah pinus
Hasil penelitian pada umur 6 dan 7 tahun mempunyai rata-rata tertinggi
pada metode chaintech dengan stimulansia ETRAT . Produktivitas rata-rata getah
pinus berdasarkan metode dan stimulansia ditampikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Produktivitas getah pinus (g/bidang sadap/hari) pada umur 6 dan 7 tahun
Metode

Umur 6 tahun (g/bidang
sadap/hari)
ETRAT
Asam
anorganik

Ratarata

Umur 7 tahun (g/bidang
sadap/hari)
ETRAT
Asam
anorganik

(H2SO4)

Rata-rata

(H2SO4)

3.30
1.63
2.47
2.52
1.94
2.23
3.80
2.17
2.98
2.20
3.37
2.79
3.55
1.90
2.73
2.36
2.66
2.51
Berdasarkan Tabel 1 Produktivitas getah pinus (g/bidang sadap/hari)
pada umur 6 dan 7 tahun. dapat digambarkan dalam grafik dibawah ini
untuk rata-rata produksi getah pinus per periode panen.

produktivitas getah
g/bidang sadap/hari

quarre
chaintech
Rata-rata

quarre etrat

5.00
4.50
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00

quarre anorganik
chaitech etrat
chaintech
anorganik

1

2

3

4
5
6
7
periode panen

8

9

10

Gambar 2 Produktivitas getah pinus pada umur 6 tahun.
Berdasarkan Gambar 2 tersebut, grafik menunjukkan fluktuasi setiap panen
yang stabil karena produksi pada umur 6 tahun kecendrungan untuk peningkatan
dan penurunan hasil produksi tidak terlalu signifikan. Pada metode quarre dengan
stimulansia ETRAT, produksi tertinggi terdapat pada panen kesembilan sebesar
4.50 g/bidang sadap/hari. Pada metode quarre dengan stimulansia asam anorganik
(H2SO4), produksi tertinggi terdapat pada panen pertama sebesar 3.87 g/bidang
sadap/hari. Pada metode chaintech dengan stimulansia ETRAT, produksi tertinggi
terdapat pada panen keenam sebesar 4.33 g/bidang sadap/hari. Pada metode
chaintech dengan stimulansia asam anorganik (H2SO4), produksi tertinggi pada
panen pertama dan ketiga sebesar 3.17 g/bidang sada/hari.
.

produktivitas getah
g/bidang sadap/hari

7

7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

quarre etrat
quarre
anorganik
chaintech
etrat
chaintech
anorganik

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

periode panen

Gambar 3 Produktivitas getah pinus umur 7 tahun
Berdasarkan Gambar 3 pada grafik untuk fluktuasi setiap panen pada umur
7 tahun tidak jauh berbeda dengan umur 6 tahun yaitu kecendrungan peningkatan
dan penurunan hasil produksi tidak berbeda jauh. Hanya pada metode chaintech
dengan stimulansia asam anorganik (H2SO4) yang mengalami kenaikan sangat
tinggi pada panen kedua yaitu sebesar 6.60 g/bidang sadap/hari. Pada metode
quarre dengan stimulansia ETRAT, produksi tertinggi pada panen kedelapan
sebesar 3.93 g/bidang sadap/hari. Pada metode quarre dengan stimulansia asam
anorganik (H2SO4), produksi tertinggi pada panen pertama sebesar 3.23 g/bidang
sadap/hari. Pada metode chaintech dengan stimulansia ETRAT, produksi tertinggi
pada panen kedua sebesar 3.07 g/bidang sadap/hari.
Pengaruh Umur, Metode dan Stimulansia terhadap produktivitas getah
pinus
Untuk mengetahui pengaruh umur, metode dan stimulansia terhadap
produktivitas getah pinus dilakukan analisis ragam setiap faktor pada penelitian
ini dengan rancangan acak faktorial 3 faktor dengan perlakuan dan ulangan yang
sama.
Tabel 2 Analisys of Variance (ANOVA) produktivitas getah pinus
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Bebas
Kuadrat
Tengah
Sumber
sig
Ftab
Keragaman
(dB)
(JK)
(KT)
Fhit
.262
umur
1
12.151
12.151
1.277
.234
metode
1
14.196
14.196
1.443
.472
stimulansia
1
19.602
19.602
.524
.245
Umur*metode
1
13.530
13.530
1.375 3.55
.051
Umur*stimulansia
1
38.781
38.781
3.941
.303
Metode*stimulansia
1
10.585
10.585
1.076
Umur*metode*stimu
lansia
1
70.500
70.500
7.165
.009
Sisa
72 708.437
9.839
Total
79 5890.270

8

Pengaruh Umur terhadap Produktivitas Getah Pinus
Berdasarkan Tabel 2 nilai F hitung sebesar 1.277 < F tabel sebesar 3.55
maka terima H0 yang berarti umur 6 dan 7 tahun tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas getah pinus. Menurut Hillis ( 1987) dalam Wibowo (2006), umur
pohon berpengaruh terhadap produksi getah pinus, semakin tua umur pohon ada
kecenderungan produksi getah meningkat sampai umur tertentu. Dengan semakin
tuanya umur tentu saja diameter juga akan semakin bertambah besar. Diameter
yang lebih besar menunjukan porsi kayu gubalnya lebih besar pula. Kayu gubal
memiliki banyak kandungan saluran getah pinus sehingga bila bagian kayu gubal
lebih banyak akan memungkinkan getah pinus yang dihasilkan juga lebih banyak
(Kasmodjo 2011).
Hasil penelitian Ulum (2007) mengatakan bahwa produksi getah pinus pada
kelas umur III yaitu sebesar 20.33 g/bidang sadap/hari dengan lebar koakan
sebesar 10 cm, hasil tersebut lebih besar dibandingkan hasil yang diperoleh pada
penelitian ini dengan rata-rata produksi getah pinus umur 6 tahun yaitu sebesar
2.73 g/bidang sadap/hari dan umur 7 tahun sebesar 2.51 g/bidang sadap/hari. Oleh
karena itu, kegiatan penyadapan pada umur 6 dan 7 tahun sebaiknya tidak
dilakukan karena masih relatif kecil dari yang diharapkan.
Pinus yang berumur 6 dan 7 tahun masih terlalu muda untuk disadap
sehingga memberikan pengaruh yang tidak nyata pada produksi getah. Apabila
secara teknis penyadapan dapat dilakukan, karena pohon pinus pada umur 6 dan 7
tahun sudah memproduksi getah. Namun, masih jauh dari hasil produksi yang
didapat pada kelas umur III. Maka penyadapan pada umur muda ini sebaiknya
tidak dilakukan. Menurut Cahyono et al (2011) dalam Sukadaryati (2014), jumlah
dan lebar koakan berpengaruh nyata terhadap produksi getah pinus pada lebar
koakan 4 hingga 8 cm, dalam koakan 2 cm, dan jumlah koakan 2 buah dalam
setiap pohon. Meskipun pada penelitian ini akan ditambahkan jumlah koakan
sebanyak 2 buah juga tidak dapat meningkatkan produksi yang ingin dicapai dan
perlu dipertimbangkan diameter pada umur 6 dan 7 tahun masih tergolong kecil.
Upaya tersebut pun hanya akan menghambat pertumbuhan bahkan merusak
pohon pinus tersebut. Sehingga lebih baik menunggu hingga waktu yang tepat
untuk dilakukannya penyadapan agar tidak mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan pohon pinus tersebut.
Produksi getah pinus yaitu sebesar 2.73 g/pohon/hari. Bila diasumsikan luas
areal penyadapan sebesar 1 ha dengan jumlah pohon 1000 pohon, harga getah
pinus sebesar Rp 3.000/kg. Pendapatan penyadap yang didapat sebesar Rp
8.190/hari. Pendapatan yang didapat sangat rendah sehingga tidak akan
menguntungkan penyadap.
Pengaruh metode terhadap Produktivitas Getah Pinus
Berdasarkan Tabel 2 nilai F hitung sebesar 1.443 < F tabel sebesar 3.55
maka terima H0 yang berarti metode tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas getah pinus.

9

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode quarre dan metode
chaintech. Pada petunjuk teknis Perum Perhutani (2005), sadapan metode quarre
merupakan proses pelukaan pada permukaan kayu dengan koakan yang diawali
sadap berupa bujur sangar ukuran 6 x 10 cm, dalam koakan 1.5 cm, dengan
pembaharuan 3 hari sekali dan perpanjangan 5 mm.
Menurut Adhi (2008), banyak pohon pinus yang disadap tumbang akibat
diameter batang yang menopang dibagian yang dikoak lebih kecil dibandingkan
diameter diatas koakan. Oleh karena itu, pohon pinus muda ini menggunakan
kadukul ukuran 2 cm agar koakan yang terbentuk tidak besar agar tidak
mengakibatkan tumbangnya pohon tersebut. Metode quarre yang digunakan
berupa alat yaitu kadukul yang berukuran 2 cm. Sehingga pelukaan yang
dilakukan pada awal penyadapan sebesar 2 x 6 cm, kedalaman 2 cm,
pembaharuan luka 3 hari, dan perpanjangan sebesar 5 mm. Kadukul yang
digunakan pada penelitian ini kadukul kecil karena pohon yang disadap
berukuran kecil
Penyadapan dengan menggunakan metode quarre ini sangat praktis dan
harga yang terjangkau bagi para penyadap. Para penyadap juga lebih menyukai
memakai metode ini dikarenakan mudah dan ringan untuk dibawa. Dalam
pembaharuan luka pada metode quarre dilakukan pada bidang yang sama dan
berlanjut sehingga saluran getah yang dilukai pun sama. oleh karena itu, pohon
telah beradaptasi dengan pelukaan sehingga proses metabolisme sekunder
(pembentukan getah) berjalan stabil. dengan pembaruan luka setinggi 5 mm maka
pertambahan luka pada pohon hanya sedikit sehingga untuk dapat dilakukan
penyadapan dengan waktu yang cukup lama. Penyadapan getah dengan metode
quarre, menghasilkan getah yang kotor dan bercampur dengan berbagai kotoran
seperti: daun, serangga, serpihan kayu dan tanah (Sukarno et al 2012).
Metode chaintech yaitu mesin chainsaw yang diberi besi pembatas agar
dalam koakan tetap 2 cm. Metode ini baru digunakan saat penelitian ini. Bidang
sadap yang dibuat berupa 2 buah garis lurus dengan pelukaan awal sepanjang 10
cm jarak antar garis 4 cm dengan pembaruan pelukaan 1 cm/pembaruan. Metode
chaintech berbentuk tenaga mesin yang operasikan oleh operator (manusia).
Penggunaan chaintech ini relatif cepat dan proses pemulihan luka yang lebih
cepat namun penggunaannya harus berketerampilan khusus agar tidak terjadinya
kick-back yang diakibatkan oleh ujung mata rantai chaintech tersebut pada saat
melakukan penyadapan. Berat dari mesin ini menjadi salah satu kendala dalam
penyadapan, karena mesin ini bisa dikatakan cukup berat untuk tenaga manusia
dengan kondisi topografi hutan yang tidak rata sehingga sangat menghambat
pekerjaan dan sangat melelahkan operator. Selain itu, harga alat ini tidak
terjangkau dan biaya operasional alat yang juga relatif mahal.
Dengan alat ini tentu penyadap nantinya akan lebih kesulitan karena
pembaruan yang dilakukan akan semakin tinggi sehingga sulit jika menggunakan
alat ini. Namun dilihat dari segi kelestarian pelukaan, luka yang dibuat hanya 1
cm dan ada jarak antar koakan 4 cm mungkin dengan ini luka yang dibuat akan
cepat pulih kembali serta pertumbuhan pohon dapat berjalan dengan baik dan
pada akhir daur kayu yang akan dipanen lebih bisa dimanfaatkan. Jika ditinjau
dengan waktu penyadapan menggunakan chaintech ini lebih cepat dibandingkan
menggunakan kadukul.

10

Tabel 3 Lebar, Tinggi dan Luas total sadapan pada masing-masing
perlakuan
Tinggi
Lebar
koakan
koakan
umur
perlakuan
(cm)
(cm)
6 tahun Quarre ETRAT
29
Quarre asam anorganik (H2SO4)
32.9
Chaintech ETRAT
46
Chaintech anorganik (H2SO4)
44.4
7 tahun Quarre ETRAT
29.2
Quarre asam anorganik (H2SO4)
28
Chaintech ETRAT
43.9
Chaintech anorganik (H2SO4)
44.3
Keterangan: jumlah koakan 1; luas bidang sadap= tinggi*lebar

2
2
2
2
2
2
2
2

Luas bidang
sadap (cm2)
58
65.8
92
88.8
58.4
56
87.8
88.6

Pada luas bidang sadap terbesar pada umur 6 tahun dengan metode
chaintech asam anorganik (H2SO4) sebesar 88.8 cm dan terkecil pada umur 7
tahun dengan metode quarre asam anorganik (H2SO4) yaitu sebesar 56 cm maka
luas bidang sadap chaintech > luas bidang sadap quarre. Untuk bentuk dan luka
sadapan ditampilkan pada Gambar 4.

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 4 (a) Bentuk koakan menggunakan chaintech; (b) Bentuk koakan
menggunakan Quarre 2 cm;(c) Chainsaw;(d) Kadukul 2 cm.

11

Pengaruh Stimulansia terhadap Produktivitas Getah Pinus
Salah satu upaya guna meningkatkan produksi getah dilakukan pemberian
stimulansia atau zat perangsang dalam penyadapan pinus. Selama ini stimulansia
yang digunakan dalam penyadapan getah pinus menggunakan stimulansia
berbahan asam kuat yang dapat meningkatkan produksi getah pinus (Sukadaryati
dan Dulsalam 2013). Stimulansia berfungsi sebagai perangsang terbentukanya
etilena pada tanaman dan selanjutnya menaikkan tekanan osmosis serta tekanan
turgor yang menyebabkan aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Etilena
pada hakekatnya adalah suatu hormon pertumbuhan yang banyak berperan pada
perubahan suatu tanaman, antara lain terjadi perubahan dalam membran
permeable dari dinding saluran getah sehingga selama ada aliran getah, air masuk
kedalam saluran getah dan jaringan-jaringan sekitarnya (Santosa 2006 dalam
Awalia 2011).
Stimulansia yang digunakan pada penelitian yaitu ETRAT dan Cairan Asam
Anorganik (H2SO4). Menurut Santosa (2001) dalam Febriani (2014), ETRAT
mengandung bahan aktif Ethylene dan Asam Sitrat. Ethylene yang terkandung
didalam ETRAT masih berupa cairan dan bila cairan ini masuk kejaringan kayu
akan mengalami kenaikan pH yang menyebabkan Ethylene (exogen) berubah
menjadi gas. Ethylene exogen ini akan mempengaruhi ethylene endogen di dalam
jaringan kayu dan bersama-sama mempengaruhi pohon untuk melakukan
metabolisme sekunder (membentuk getah). Asam sitrat mempengaruhi tekanan
turgor dinding sel sehingga saluran getah dapat membuka dalam waktu yang lebih
lama, hal ini menyababkan keluarnya getah menjadi lebih lancar. Karena
stimulansia ETRAT mempunyai kandungan etilen yang tidak merusak pohon
sebaiknya digunakan ETRAT untuk stimulan penyadapan getah pinus. Pada grafik
untuk stimulansia ETRAT meberikan hasil yang stabil.
Stimulansia asam anorganik atau asam sulfat (H2SO4) merupakan asam kuat
dan dapat merusak pohon sesuai dengan pernyataan Sudrajat et al (2002) bahwa
bahan perangsang yang digunakan pada penyadapan getah pinus banyak
macamnya, tetapi komponen utamanya adalah asam sulfat dan asam sitrat atau
campurannya. Kedua asam tersebut termasuk oksidator kuat yang dapat merusak
kulit manusia, kayu dan lingkungan. Dengan menggunakan asam anorganik
(H2SO4) pada penyadapan produksi yang didapat pada grafik kecenderung naik
turunnya lebih terlihat dibandingkan dengan ETRAT terutama pada pelukaan awal
produksi yang didapat banyak namun untuk selanjutnya tidak menentu.
Dikarenakan asam ini terlalu kuat pada pelukaan pohon semakin terlihat tidak
sehat. Penggunaan asam ini dikhawatirkan akan merusak jaringan pohon lalu
menghambat pertumbuhan pohon serta pemulihan luka pada pohon tersebut,
terlebih untuk kesehatan penyadap itu sendiri.
Berdasarkan Tabel 2 nilai F hitung sebesar 0.542 < F tabel sebesar 3.55
maka terima H0 yang berarti stimulansia tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas getah pinus.

12



(a)

(b)

(
c
)

(c)
(d)
Gambar 5 (a) Stimulansia ETRAT; (b) Stimulansia asam anorganik
(H2SO4); (c) Bekas luka menggunakan stimulansia ETRAT;
(d) Bekas luka menggunakan stimulansia asam anorganik
(H2SO4)
Berdasarkan hasil pada penelitian ini bahwa penyadapan pada tegakan pinus
yang berumur 6 dan 7 tahun sangat tidak direkomendasikan untuk dilakukan,
karena dengan metode dan stimulansia yang diberikan dalam perlakuan ini tidak
berpengaruh pada produksi getah untuk umur 6 dan 7 tahun.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penyadapan getah pinus dengan rata-rata produksi pada umur 6 sebesar 2.73
g/bidang sadap/hari dan 7 tahun sebesar 2.51 g/bidang sadap/hari tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi getah pinus sehingga Penyadapan getah
pinus pada umur tersebut tidak layak untuk dilakukan. Teknik penyadapan dan
stimulansia juga tidak berpengaruh pada produktivitas getah pinus umur 6 dan 7
tahun.

13

Saran
Penyadapan umur 6 dan 7 tahun tidak dapat dilakukan, maka diharapkan
penelitian lebih lanjut terkait umur < 11 tahun yaitu 8,9 dan 10 tahun dengan
metode lainnya untuk kelestarian pohon pinus itu sendiri agar tercapainya target
produktivitas getah pinus untuk memenuhi permintaan pasar dalam maupun luar
negeri yang terus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi YA. 2008. Pengaruh jumlah sadapan terhadap produksi getah pinus (Pinus
merkusii) dengan metode koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan.Institut Pertanian Bogor.
Awalia RR. 2011. Pengaruh penggunaan stimulan organik dan zat pengatur
tumbuh (ZPT) terhadap produktivitas penyadapan kopal di Hutan
Pendidikan Gunung Walat Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Cahyono SA, D Prakosa, D Yuliantoro, Siswo. 2011. Produksi Getah Tuasam
pada berbagai Ukuran dan Jumlah Koakan. Buletin Hasil Hutan, 7(2): 136141.
Darmastuti IN. 2011. Pengaruh penggunaan stimulansia organik dan zat pengatur
tumbuh (ZPT) terhadap produktivitas penyadapan getah Pinus di Hutan
Pendidikan Gunung Walat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultaas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.
Darmastuti IN. 2014. Penyempurnaan metode quarre dan stimulansia organik
pada penyadapan getah pinus [tesis]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.
Febriani I. 2014. Penyadapan getah pinus menggunakan metode bor dengan
berbagai frekuensi pelukaan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.
Hillis WE. 1987. Heartwood and Trees Exudate. Springler Verlag. Berlin
Kasmodjo. 2011. Dasar-dasar pengolahan gondorukem. Yayasan Pembina
Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Perum Perhutani. 2005. Petunjuk Penyadapan Getah Pinus. Sruat Keputusan
Direksi Perum Perhutani Nomor: 792/KPTS/DIR/2005. Jakarta.
Perum Perhutani. 2006. Perhutani Butuh Getah Pinus. Duta Rimba Edisi 3/Th.
1/30 Maret – 30 April 2006. Hal : 6 – 12.
Perum Perhutani. 2006b. Penentuan Stimlansia Terbaik untuk Peningkatan
Prosuksi Getah Pinus Di Perum Perhutani. Pusat Penelitian dan
pengembangan. Cepu.
Santosa G. 2006. Pengembangan metode penyadapan kopal melalui penerapan
teknik sayatan [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Santosa G. 2011. Pengaruh pemberian etrat terhadap peningkatan produktivitas
penyadapan getah pinus [Laporan Penelitian]. KPH Sukabumi Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Tidak diterbitkan.

14

Setyawan D, Sudrajat R, Sumadiwangsa S. 2002. Pengaruh diameter pohon,umur,
dan kadar stimulan terhadap produktivias getah tusam ( Pinus Merkusii
Jungh. Et de Vriese) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur.Bogor. Tidak diterbitkan.
Sukadaryati dan Dulsalam. 2013 . Teknik penyadapan pinus untuk peningkatan
produksi melalui stimulan hayati. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 31(3) :
221-227.
Sukadaryati. 2014. Pemanenan getah pinus menggunakan tiga cara penyadapan.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan 32(1) : 62 – 72.
Sukarno A, Hardiyanto EB, Marsoem SN, Nai’em M. 2012. Pengaruh perbedaan
kelas umur terhadap produktivitas getah pinus merkusii jungh. et de vriese
ras lhan jawa melalui penyadapan getah metode bor. Jurnal Pembangunan
dan Alam Lestari 3(1).
Sukmananto. 2012. Perkebmbangan pinus Perum Perhutani [internet]. [diunduh 3
Januari 2015] Tersedia pada : http://etd.ugm.ac.id/index.phpmoddownload
&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&file=325523.pdf&potongan=S
2 -2013-325523-chapter1.pdf&ftyp =potongan&tahun= 2013.
Ulum MM. 2007. Pengaruh kelas umur dan jenis stimulasia serta analilis biaya
penyadapan getah pinus (Pinus merkusii Jungh. et de vriese) (studi kasus:
RPH Ciguha BKPH Cikawung KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Wibowo Pramoe. 2006. Produktivitas penyadapan getah pinus merkusii jungh et
de vriese dengan sistem koakan (quarre system) di Hutan Pendidikan Gunung
Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 06 Agustus 1992 dari Ayah
Sakirin dan Ibu Rosidah. Penulis putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010
penulis lulus SMA Negeri 4 Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) dan diterima di Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliah penulis pernah menjadi anggota dan pengurus
Forest Management Student Club (FMSC) pada tahun 2012-2013 divisi
Keprofesian Kelompok Studi Pemanfaatan. Selain itu, kegiatan praktik yang
pernah dilakukan penulis adalah Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Kamojang-Sancang Barat pada tahun 2012, Praktik Pengenalan Hutan (PPH) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak pada tahun 2013 serta Praktik Kerja Lapang (PKL) di IUPHHKHT PT. Lestari Asri Jaya, Jambi pada bulan Februari-April 2014.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Produktivitas Penyadapan Getah pada Tegakan Pinus Umur
Enam dan Tujuh Tahun” dibawah bimbingan Dr Ir Gunawan Santosa, MS.