Kajian Efisiensi Bank Umum Syariah Di Indonesia Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhinya

KAJIAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SITI KARIMAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016
Siti Karimah
NIM H151150346

RINGKASAN
SITI KARIMAH. Kajian Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dan Faktorfaktor yang Memengaruhinya. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI dan JAENAL
EFFENDI.
Indonesia telah memberlakukan dual banking system sejak tahun 2007.
Perkembangan bank syariah di Indonesia cukup pesat namun masih mengalami
berbagai hambatan salah satunya ada kecilnya pangsa pasar perbankan syariah
nasional. Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk meningkat pangsa
pasar perbankan syariah, salah satunya dengan meningkatkan efisiensi bank
syariah. Efisiensi secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan bank
syariah dalam memproduksi sejumlah output dengan sejumlah input tertentu.
Penelitian ini bertujuan mengestimasi efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya. Objek penelitian ini terdiri
dari sepuluh Bank Umum Syariah di Indonesia periode kuartal kedua tahun 2012–
kuartal pertama tahun 2016. Terdapat dua tahap yang dilakukan pada penelitian
ini. Pertama, estimasi skor efisiensi dengan metode parametrik, Data
Envelopment Analysis (DEA) dan metode non-parametrik, Stochastic Frontier

Approach (SFA). Kedua, analisis faktor-faktor yang memengaruhi skor efisiensi
dengan estimasi model regresi Tobit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Bank Umum Syariah di
Indonesia belum beroperasi secara efisien jika dilihat dari skor estimasi efisiensi
dengan metode DEA dan SFA yang besarnya kurang dari satu. Hasil estimasi
model regresi Tobit menunjukkan total pembiayaan, CAR, serta ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja efisiensi Bank Umum Syariah
di Indonesia. Hasil studi juga menunjukan bahwa dana simpanan wadiah dan
biaya operasional lainnya berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, Bank
Umum Syariah hendaknya dapat meningkatkan jumlah pembiayaan yang
memiliki kualitas baik serta meninjau kembali biaya operasional yang dikeluarkan.
Selain itu, Bank Umum Syariah hendaknya menjaga kinerja keuangannya dengan
melakukan pengawasan terhadap rasio kecukupan modal minimum.
Kata kunci: BUS, DEA, efisiensi, SFA, Tobit

SUMMARY
SITI KARIMAH. Efficiency of Islamic Banks in Indonesia and Its Determinants.
Supervised by TANTI NOVIANTI and JAENAL EFFENDI.
Indonesia has imposed a dual banking system since 2007. Islamic banks has

grown quite rapidly in Indonesia. However, Islamic banks still have many
obstacles. Small market share of Islamic banking is one of them. There are various
ways that can be done to increase the market share of Islamic banking, one of
them by improving the efficiency of Islamic banks. Efficiency can be generally
defined as an Islamic bank in producing a number of output with a number of
inputs. This study aimed to estimate the efficiency of Islamic Banks in Indonesia
and analyzed the factors that influence it. The object of this study consisted of ten
Islamic Banks in Indonesia the second quarter of 2012 until the first quarter of
2016. There are two steps done in this study. First, the estimation of efficiency by
parametric method, Data Envelopment Analysis (DEA) and non-parametric
methods, Stochastic Frontier Approach (SFA). Second, analysis of factors that
affect the estimation of efficiency with Tobit regression model.
Generally, the results showed that Islamic Banks in Indonesia has not been
operating efficiently when based on score estimation of efficiency with DEA and
SFA method that is less than one. The estimation results of Tobit regression
model showed total financing, CAR, and ROE have positive and significant
impact on the efficiency of Islamic Banks in Indonesia. The study results also
showed that the deposits and other operational costs have significant negative
effect to the efficiency of Islamic Banks in Indonesia. Based on the research
results, Islamic Banks should be able to increase the amount of financing that has

good quality and evaluating the operational costs incurred. In addition, the Islamic
Banks should maintain its financial performance by monitoring the minimum
capital adequacy ratio.
Keywords: Banking, DEA, efficiency, SFA, Tobit

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KAJIAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SITI KARIMAH


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Lukytawati Anggraeni, SP MSi

Judul Tesis : Kajian Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dan Faktorfaktor yang Memengaruhinya
Nama
: Siti Karimah
NIM
: H151150346

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Tanti Novianti, SP MSi
Ketua

Dr Jaenal Effendi, SAg MA
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Lukytawati Anggraeni, SP MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 29 Agustus 2016


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Kajian Efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya ini
berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suri teladan dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua
dan keluarga penulis, yaitu ayah Lukman Hakim, ibu Nurhayati, kakak Eva
Maulidah, serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Selain itu, penulis juga megucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Tanti Novianti, SP, MSi dan Bapak Dr Jaenal Effendi, Sag, MA selaku
dosen pembimbing atas arahan, masukan, dan bimbingannya dalam penulisan
karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, MSi selaku dosen penguji luar komisi dan

Ibu Dr. Wiwiek Rindayati, Msi selaku penguji dari wakil program studi atas
kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan karya ilmiah ini.
3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi,
Sekolah Pascasarjana IPB yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
4. Teman-teman Fast track Ilmu Ekonomi Angkatan 3 atas dukungan, doa, dan
motivasi kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.
5. Teman seperjuangan penyelesaian studi di Departemen Ilmu Ekonomi yaitu
Zulva Ajizah dan Faizal Amir atas waktu, dukungan, dan doa yang telah
diberikan kepada penulis.
6. Keluarga Ekonomi Syariah 48 Yulya Ariyani, Siti Nur Mu`minah, Dessy Nur
Hasanah, Diniyah Ginung Pratina, Sarah Nabilah, Zara Fathia, Ghina Khalida,
Vita Nayunda, Salma Siti Salamah atas bantuan, dukungan, dan kasih
sayangnya.
7. Teman seperjuangan sejak masa Tingkat Persiapan Bersama hingga selesai
mengikuti program Fast track, Murni Anggraeni atas dukungan dan
motivasinya.
8. Teman terbaik sejak SMA, Adhi Prima Arkham Putranda atas dukungan dan
doa selama penulis menyelesaikan studinya di Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2016
Siti Karimah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Frontier
Efisiensi
Metode dalam pengukuran efisiensi
Pendekatan dalam Pengukuran Efisiensi
Penelitian Terdahulu

Kerangka Pemikiran Konseptual
Hipotesis Penelitian
3 METODE
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Model Penelitian
Sampel Penelitian
4 ANALISIS DESKRIPTIF
Gambaran umum variabel input dan output pada kegiatan operasional
Bank Umum Syariah
Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Periode 2012–2016
Perkembangan Modal Inti Bank Umum Syariah Periode 2012–2016
Perkembangan Return on Asset (ROE) Modal Bank Umum Syariah
Periode 2012–2016
Perkembangan Rasio Kecukupan Modal Bank Umum Syariah
Periode 2012–2016
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xi
xi
xi
1
1
2
4
4
5
5
5
6
7
10
10
15
17
17
17
17
18
22
22
22
24
25
26
27
27
36
36
36
37
40
55

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Indikator perkembangan Bank Umum Syariah periode 2012‒2016
Penelitian terdahulu dengan metode DEA, SFA, dan Tobit
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
Input-output model DEA
Deskripsi variabel model SFA
Definisi operasional variabel independen pada model tobit
Daftar sampel penelitian
Statistik deskriptif input dan output penelitian periode 2012–2016
(triliun rupiah)
Efisiensi teknis BUS periode Q2.2012–Q1.2016
Efisiensi keuntungan alternatif BUS periode Q2.2012–Q1.2016
Peringkat kinerja efisiensi teknis BUS periode Q2.2012–Q1.2016
Peringkat kinerja efisiensi keuntungan alternatif BUS periode Q2.2012–
Q1.2016
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS

1
14
17
18
19
21
22
23
28
29
31
31
34

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

ROA dan BOPO BUS periode 2009‒2016
Aset dan DPK BUS tahun 2012–2016
Garis frontier
Efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi
Hubungan input-output pada BUS (pendekatan intermediasi)
Kerangka pemikiran
Perkembangan input dan output operasional BUS periode
Q2.2012–Q1.2016
Perkembangan aset BUS periode Q2.2012–Q1.2016
Perkembangan modal inti BUS periode Q2.2012–Q1.2016
Perkembangan ROE periode Q2.2012–Q1.2016
Perkembangan CAR BUS periode Q2.2012 – Q1.2016
Tren pergerakan skor efisiensi BUS periode Q2.2012–Q1.2016
Perbandingan kinerja efisiensi teknis dan efisiensi keuntungan alternatif
BUS di Indonesia periode Q2.2012–Q1.2016

3
4
5
6
10
16
23
24
25
26
27
30
32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil estimasi skor efisiensi teknis dan efisiensi teknis murni dengan
metode DEA menggunakan software Banxia Frontier Analysis 4.1
2 Hasil estimasi Model Tobit I menggunakan software Eviews 9
3 Hasil estimasi Model Tobit II menggunakan software Eviews 9
4 Hasil estimasi Model Tobit III menggunakan software Eviews 9
5 Hasil estimasi Model Tobit IV menggunakan software Eviews 9

41
51
52
53
54

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbankan syariah merupakan industri yang memiliki tingkat pertumbuhan
tertinggi di industri keuangan global (Yudhistira 2004). Kesuksesan
perkembangan perbankan syariah tidak hanya terjadi di negara dengan mayoritas
penduduk beragama Islam, tetapi juga di negara dengan mayoritas penduduk
beragama non-Islam seperti Amerika dan Inggris (Irfan et al. 2014). Penyebaran
bank-bank syariah terjadi di seluruh dunia khususnya di negara Timur Tengah dan
Asia Tenggara termasuk di Indonesia (Rahman dan Rosman 2013).
Indonesia memberlakukan dual banking system sejak tahun 1992 melalui
UU No 7 Tahun 1992. Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan bank syariah
pertama yang berdiri di Indonesia. Pada tahun 2007, hanya ada tiga Bank Umum
Syariah di Indonesia yaitu BMI, Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Mega
Syariah. Dukungan pemerintah berupa regulasi mengenai perbankan syariah yang
dituangkan melalui UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
menyebabkan jumlah Bank Umum Syariah terus bertambah setelah tahun 2008.
Jumlah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia pada Juni 2016 berjumlah 12
bank.
Tabel 1 Indikator perkembangan Bank Umum Syariah periode 2012‒2016
Tahun
Indikator (satuan)
2012
2013
2014
2015
2016*
Jumlah BUS (unit)
11
11
12
12
12
Jumlah kantor (unit)
1 745
1 998
2 163
1 990
1 869
Jumlah tenaga kerja
24 111
26 717
41 393
51 413
50 287
(juta orang)
Aset (juta rupiah)
147 581 180 360 204 961 213 423 212 298
DPK (juta rupiah)
147 512 183 534 215 339 231 820 233 808
Pembiayaan (juta rupiah)
147 505 184 833 218 429 235 544 238 742
Keterangan: *April 2016
Sumber: Bank Indonesia (2016,diolah)

Tabel 1 menunjukkan bahwa BUS mengalami perkembangan yang cukup
pesat pada industri perbankan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan
total sejumlah indikator yaitu jumlah BUS, jumlah kantor, jumlah tenaga kerja,
total aset, total Dana Pihak Ketiga (DPK), dan total pembiayaan. Pertumbuhan ini
menandakan bahwa BUS dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia
sehingga usahanya dapat terus berjalan dan berkembang.
Pesatnya perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia tidak
membuat kegiatan operasional bank syariah terbebas dari berbagai hambatan.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain pertama, dari sisi input berupa
pendanaan, bank syariah menghadapi persaingan dalam mendapatkan DPK yang
relatif murah dan memiliki jangka waktu yang panjang (Otoritas Jasa Keuangan
2013). Kedua, dari sisi output berupa pembiayaan, bank syariah menghadapi
hambatan dalam memperluas pangsa pasar. Pangsa pasar perbankan syariah pada
tahun 2016 berkisar pada 4.88% sedangkan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa

2
Keuangan menargetkan pangsa pasar minimal perbankan syariah adalah 5%
dengan target pertumbuhan sebesar 12–13%.
Beberapa hal dapat dilakukan untuk meningkatkan pangsa pasar perbankan
syariah salah satunya adalah peningkatan kinerja efisiensi perbankan syariah.
Langkah utama dalam meningkatkan kinerja efisiensi perbankan syariah adalah
dengan mengestimasi nilai efisiensi bank syariah saat ini. Melalui estimasi
efisiensi, akan diketahui seberapa besar kemampuan bank syariah dalam
mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya untuk memproduksi
sejumlah output. Setelah nilai efisiensi diestimasi, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja efisiensi dianalisis sehingga dapat diperoleh alternatif kebijakan
untuk meningkatkan kinerja efisiensi bank syariah. Mohamad et al. (2009)
menyatakan bahwa jika bank memiliki kinerja yang efisien, bank dapat
menawarkan tingkat harga yang lebih kompetitif, kualitas jasa yang lebih baik
sehingga jumlah DPK, pembiayaan, dan keuntungan bank dapat meningkat.
Implikasinya pangsa pasar perbankan syariah akan meningkat.
Kajian efisiensi bank syariah di Indonesia juga bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan bank syariah untuk bersaing meningkatkan jumlah
pendanaan operasionalnya melalui peningkatan jumlah DPK yang berhasil diserap
dan meningkatkan jumlah pembiayaan yang dapat disalurkan ke usaha-usaha
masyarakat. Dual banking system di Indonesia menjadikan perbankan syariah dan
konvensional beroperasi bersama untuk memenuhi permintaan produk keuangan
masyarakat Indonesia. Bank syariah dan bank konvensional berkompetisi untuk
mendapatkan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu diperlukan adanya
kemampuan bersaing bagi masing-masing pihak bank. Kinerja efisiensi bank
syariah penting untuk terus dianalisis dan evaluasi agar bank bisa terus
memperbaiki kinerja operasionalnya. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
menjadi evaluasi bagi industri keuangan syariah untuk bisa terus berkompetisi di
industri perbankan.
Selain itu, Kablan (2007) menyatakan bahwa sektor keuangan khususnya
perbankan syariah memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Bank
syariah memegang fungsi penting yaitu fungsi intermediasi, menandakan bahwa
bank syariah berfungsi menyalurkan dana dari unit surplus ke unit defisit. Dengan
kinerja bank syariah yang efisien, bank syariah akan mampu memobilisasi dana
pihak ketiga ke jenis-jenis pembiayaan yang berbeda dan alokasi dana tersebut
dilakukan ke sektor riil. Peningkatan aktivitas ekonomi di sektor riil tidak hanya
akan menguntungkan para depositor, investor, dan pihak perbankan tetapi juga
memberikan manfaat bagi perekonomian nasional (Mohamad et al. 2009). Oleh
karena itu, kajian mengenai efisiensi perbankan syariah penting untuk dilakukan.

Perumusan Masalah
Bank Umum Syariah di Indonesia telah beroperasi sejak tahun 1991 namun
menurut Bank Indonesia (2016) pangsa pasar BUS sampai April 2016 hanya
sebesar 3.8% dari pangsa pasar perbankan nasional. Kondisi ini mungkin
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, pertama, kurangnya kemampuan bank
syariah dalam menghasilkan keuntungan yang ditunjukkan pada Gambar 1. ROA
(Return on Assets) BUS yang merupakan rasio keuntungan sebelum pajak dibagi

3

2.5
2
1.5
1
0.5
0

120
100
80
60
40
20
0
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

BOPO (%)

ROA (%)

total aset mengalami penurunan sejak tahun 2012 dan penurunan paling curam
terdapat pada periode 2013-2014. Kemudian ROA kembali meningkat namun
dengan besarnya tidak mencapai ROA tahun sebelumnya
Berbeda dengan ROA, dari Gambar 1 terlihat bahwa BOPO (Biaya
Operasional Pendapatan Operasional) terus meningkat dari tahun 2012-2015
kemudian mengalami penurunan di tahun 2016 namun besar BOPO masih lebih
tinggi dari kondisi tahun sebelum terjadi peningkatan (2011). BOPO merupakan
rasio beban operasional dengan pendapatan operasional. Peningkatan BOPO
menandakan bank syariah belum bisa beroperasi secara efisien. Artinya, BUS
belum bisa meminimumkan beban operasional dengan sejumlah pendapatan
operasional tertentu atau dengan kata lain, menciptakan pendapatan operasional
maksimal dengan beban operasional tertentu.

2016

Tahun
ROA

BOPO

Sumber: Bank Indonesia (2016, diolah)

Gambar 1 ROA dan BOPO BUS periode 2009‒2016

Dari Gambar 1 terlihat bahwa terdapat korelasi negatif antara ROA dengan
BOPO. Ketika BOPO menurun, ROA cenderung akan meningkat. BOPO yang
rendah dan ROA yang tinggi adalah best practice dari perbankan syariah.
Implikasi dari rendahnya ROA adalah tingkat imbal hasil yang diberikan kepada
nasabah menurun menyebabkan minat nasabah untuk menyalurkan dananya
melalui bank syariah menurun. Kondisi ini tercermin dari Gambar 2, pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga (DPK) terus menurun. Pertumbuhan DPK yang terus menurun
menyebabkan dana yang dapat disalurkan pada pembiayaan pun menurun. Oleh
karena itu keuntungan yang diperoleh BUS pun kembali menurun dan
menyebabkan pertumbuhan aset juga menurun.
Untuk mengatasi kondisi ini dibutuhkan kajian yang mendalam mengenai
BUS salah satunya merupakan kajian dari sisi efisiensi yang erat kaitannya
dengan biaya dan output operasional perbankan. Melalui kajian efisiensi
diharapkan dapat meningkatkan performa BUS sehingga BUS dapat memberikan
manfaat yang optimal bagi masyarakat dan industri keuangan di Indonesia.
Penelitian sebelumnya mengenai kinerja efisiensi BUS di Indonesia yang
dilakukan oleh Afiatun dan Wiryono (2010) membuktikan bahwa BUS di
Indonesia memiliki cenderung inefisien dibandingkan dengan bank konvensional.
BUS yang disertakan dalam pengamatan adalah Bank Syariah Mandiri (BSM),
Bank Muamalat, dan Bank Mega Syariah periode 2004–2009. BSM merupakan
bank dengan nilai efisiensi tertinggi disusul Bank Muamalat dan Bank Mega
Syariah. Kajian efisiensi BUS di Indonesia dengan objek pengamatan BSM, Bank

4
Muamalat, dan Bank Mega Syariah periode 2009–2012 dilakukan Azaroh (2014).
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian Afiatun dan Wiryono (2010), Azaroh
(2014) membuktikan bahwa Bank Muamalat memiliki kinerja efisiensi tertinggi,
disusul BSM dan Bank Mega Syariah.
(juta rupiah)

250000
200000
150000
100000
50000
0

2011

2012

2013

2014

Tahun
Aset

2015

2016

DPK

Sumber: Bank Indonesia (2016, diolah)

Gambar 2 Aset dan DPK BUS tahun 2012–2016
Penelitian selanjutnya mengenai kinerja BUS di Indonesia dilakukan oleh
Firdaus dan Hosen (2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar BUS di
Indonesia belum mencapai skor efisiensi optimumnya pada periode Q2.2010–
Q4.2012 namun terdapat beberapa BUS yang tergolong efisien yaitu pertama,
Bank Muamalat Indonesia pada kuartal I, III, IV, VIII. Kedua, BNI Syariah pada
kuartal I, Bank Mega Syariah pada kuartal III dan IX. Selanjutnya, BRI Syariah
dinyatakan efisien pada kuartal VII dan VIII, Bank Victoria Syariah efisien pada
kuartal VII. Bank Panin Syariah terbukti efisien pada Kuartal VI, VII, VII, X, dan
XI. Berdasarkan penjelasan yang diuraikan di atas maka permasalahan yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kinerja efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi
BUS di Indonesia dengan DEA?
2. Bagaimana kinerja efisiensi keuntungan BUS di Indonesia dengan SFA?
3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS di
Indonesia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan di atas
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kinerja efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi
BUS di Indonesia dengan DEA.
2. Menganalisis efisiensi keuntungan alternatif BUS di Indonesia dengan SFA.
3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS di
Indonesia.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

5
1. Bagi pembuat kebijakan, dapat bermanfaat sebagai referensi dalam
menetapkan kebijakan terkait peningkatan daya saing perbankan syariah di
Indonesia.
2. Bagi Bank Umum Syariah di Indonesia, dapat bermanfaat sebagai bahan
evaluasi kinerja dan menjadi sumber referensi berbagai faktor yang dapat
diperbaiki agar bisa meningkatkan kinerja efisiensinya serta daya saing di
industri perbankan.
3. Bagi kalangan akademisi, dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.
4. Bagi penulis, dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi analisis efisiensi teknis, efsiensi teknis murni, skala
efisiensi, dan efisiensi keuntungan alternatif serta faktor-faktor yang
memengaruhinya. Sampel penelitian mencakup 10 dari 12 Bank Umum Syariah
(BUS) yang ada di Indonesia. Terdapat dua BUS yang tidak diikutsertakan pada
penelitian ini yaitu BTPN Syariah dan BJB Syariah karena adanya keterbatasan
data. Penelitian ini menggunakan data triwulan periode Juni 2012‒Maret 2016
(Q2.2012‒Q1.2016).

2 TINJAUAN PUSTAKA
Frontier
Konsep efisiensi bermula dari konsep mikroekonomi yaitu teori konsumen
dan produsen (Ascarya dan Yumanita 2008). Pada teori produksi, terdapat garis
frontier produksi yang menjelaskan hubungan antara input dan output dalam
proses produksi. Garis tersebut menjelaskan output maksimum yang dihasilkan
dari penggunaan tiap input dan teknologi yang digunakan. Gambar 3
memperlihatkan lima bank yaitu A, B, C, D, dan E yang menghasilkan satu output
yang sama yaitu y dengan dua input yaitu X1 dan X2. Estimasi nilai efisiensi
dilakukan dengan mengumpulkan data operasional kelima bank kemudian
menarik garis lurus diantara data yang terdekat dengan sumbu horizontal dan
vertikal sehingga didapatkanlah garis QQ`.

Sumber: Coelli et al. (1998)

Gambar 3 Garis frontier

6
Gambar 3 menunjukkan bahwa Bank A, B, dan C memiliki kinerja terbaik
dalam pengamatan atau dapat dikatakan bahwa Bank A, B, dan C telah beroperasi
secara efisien karena beroperasi di garis QQ`. Sebaliknya, Bank C dan D
dinyatakan belum beroperasi secara inefisien karena beroperasi di luar garis QQ`.
Kedua bank tersebut dianggap dapat meningkatkan kinerjanya hingga mencapai
garis QQ`.
Efisiensi
Secara umum efisiensi dapat ditunjukkan dari perbandingan input yang
digunakan dengan output yang dihasilkan suatu perusahaan. Pengukuran efisiensi
mencerminkan seberapa optimal jasa keuangan yang disalurkan oleh BUS dengan
menggunakan sejumlah input tertentu. Pengoperasian usaha yang optimal akan
memberikan banyak manfaat bagi BUS baik dari sisi pendapatan, biaya, dan
persaingan usaha.

Sumber: Coelli et al. (1998)

Gambar 4 Efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi
Penjelasan mengenai efisiensi diilustrasikan dengan Gambar 4. Diasumsikan
bank menggunakan dua input yaitu X1 dan X2 untuk menghasilkan satu output,
yaitu Y. Pada ilustrasi ini, kurva isokuan diketahui yaitu SS. Jika bank syariah
menggunakan sejumlah input (P) untuk memproduksi sejumlah output (Q),
inefisiensi teknis ditunjukkan oleh jarak QP yaitu sejumlah input yang dapat
direduksi tanpa adanya pengurangan pada jumlah output yang dihasilkan.
Penghitungan presentase inefisiensi teknis didapatkan dari QP/OP sedangkan
efisiensi teknis dihitung dari OQ/OP. Skor efisiensi teknis yang bernilai 1 (satu)
menunjukkan bahwa lembaga keuangan tersebut efisien.
Jika harga relatif input diketahui, efisiensi alokatif dapat diukur. Pada
Gambar 4, garis AA` menggambarkan harga input relatif. Inefisiensi alokatif
sebuah lembaga keuangan yang beroperasi pada (P) ditunjukkan oleh rasio
OR/OQ. RQ menunjukkan sejumlah biaya produksi yang dapat direduksi ketika
efisiensi alokatif (dan teknis) dimiliki lembaga keuangan pada titik efisien (Q`)
bukan pada titik inefisiennya (Q). Efisiensi ekonomi merupakan pembagian dari
nilai efisiensi teknis oleh nilai efisiensi alokatif yang ditunjukkan adalah rasio
OR/OP, RP adalah biaya operasional yang direduksi jika lembaga keuangan dapat
berpindah dari titik P ke R (secara teknis tidak mungkin karena titik R berada di
bawah kurva isokuan).

7
Konsep Efisiensi dalam Islam
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan yang dijalani oleh manusia, baik
hubungan yang terjadi antara manusia dengan Tuhan maupun hubungan yang
terjadi antara manusia dengan manusia. Aturan-aturan tersebut dituangkan dalam
Al quran dan hadis. Aturan mengenai penggunaan sumber daya atau harta
dituangkan dalam Al quran Surat Al Isra ayat 28–29:

Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemborospemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya.”
Melalui surat Al Isra 28–29, Allah memerintahkan manusia untuk berlaku
efisien dalam menggunakan sumber daya atau harta. Manusia dilarang untuk
menghambur-hamburkan harta. Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa manusia wajib mengelola harta secara efisien.
Metode dalam pengukuran efisiensi
Pada penelitian ini estimasi skor efisiensi dilakukan dengan menggunakan
kedua metode yaitu metode parametrik dan non parametrik, SFA dan DEA.
Menurut Hassan (2006) analisis kinerja efisiensi perbankan dengan pendekatan
parametrik dan non parametrik akan menghasilkan hasil yang lebih komprehensif
karena kedua metode akan menghasilkan pengukuran efisiensi yang berbeda
sehingga dapat saling melengkapi. Estimasi skor efisiensi dengan metode nonparametrik dan metode parametrik yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Metode non-parametrik
Metode ini tidak menggunakan fungsi produksi untuk mengukur skor
efisiensi sehingga disebut metode non-parametrik. Salah satu metode nonparametrik yang umum digunakan untuk mengestimasi skor efisiensi adalah Data
Envelopment Analysis (DEA). DEA menghasilkan skor efisiensi ekonomi absolut
sebuah bank dengan menggunakan program matematis dari kombinasi input dan
output suatu bank kemudian melakukan generalisasi. Skor efisiensi berkisar dari 0
sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien kinerja dari bank tersebut
(Ada dan Dalkinic 2014).
DEA merupakan pengembangan teknik pemrogaman linear yang di dalamya
terdapat fungsi tujuan dan fungsi kendala. Persamaan umum pada DEA adalah:


ℎ� = ∑ =1

=1









Keterangan:
hs
: efisiensi teknis BUS ke-s
uis
: bobot output i pada BUS ke-s
yis
: jumlah output i yang diproduksi oleh BUS ke-s

(1)

8
vjs
xjs

: bobot input j pada BUS ke-s
: jumlah input j yang digunakan oleh BUS ke-s
Permasalahan yang terjadi pada persamaan (1) adalah adanya solusi
persamaan dengan jumlah tidak terbatas (infinite). Nilai skor efisiensi berkisar
antara 0-1, untuk menghasilkan solusi yang unik, dirumuskanlah sebuah fungsi
kendala sebagai berikut:
∑ =1

∑ =1











; r=1,2,…, N dan ui, yi  0

(2)

N menunjukkan jumlah BUS dalam pengamatan. Persamaan (2) menunjukkan
bahwa skor efisiensi bernilai positif dengan nilai maksimal 1 (satu). BUS dapat
dikatakan beroperasi efisien secara teknis saat skor efisiensi teknis yang
dihasilkan 1 (satu). Sebaliknya, jika skor efisiensi teknis bernilai 0 (nol) maka
BUS dinilai tidak efisien. Pada DEA, setiap BUS dapat menentukan pembobotnya
masing-masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan menghasilkan
ukuran kinerja terbaik (Firdaus dan Hosen 2013).
Terdapat dua model pada penghitungan skor efisiensi teknis BUS. Model
pertama disebut model CCR (Charner-Cooper-Rhodes), pada model ini BUS
diasumsikan beroperasi pada Constant Return to Scale (CRS). CRS menyatakan
bahwa peningkatan jumlah input BUS sebesar 5% akan menghasilkan
peningkatan jumlah output sebesar 5%. Dalam model ini, BUS pada sampel
penelitian diasumsikan memiliki kondisi internal dan eksternal yang sama serta
beroperasi di pasar persaingan sempurna. Persamaan matematis model CCR
adalah:
Max. ℎ� = ∑ =1 � �
(3)
∑ =1 � � − ∑ =1 � �  ; r = 1,…, N
St.
∑ =1 � � =
ui, vj≥ 0
Pada persamaan (3) dijelaskan bahwa fungsi tujuan dari persamaan tersebut
adalah memaksimalkan nilai output dengan fungsi kendala yang menyatakan nilai
input sama dengan satu sehingga nilai output dikurangi nilai input hasilnya kurang
atau sama dengan nol, semua BUS akan berada di bawah tingkat efisiensi teknis
optimumnya.
Model kedua pada penghitungan skor efisiensi teknis disebut model BCC
(Bankers-Charnes-Cooper), pada model ini BUS diasumsikan tidak memiliki
kondisi internal dan eksternal yang sama serta tidak beroperasi pada persaingan
sempurna. BUS tidak lagi memiliki return yang konstan (CRS) tetapi model ini
mengasumsikan BUS beroperasi dengan Variable Return to Scale. Di bawah
asumsi ini, peningkatan jumlah input sebesar 5% tidak menghasilkan peningkatan
jumlah output sebesar 5% melainkan lebih besar atau lebih kecil. Efisiensi teknis
dengan asumsi VRS disebut juga dengan efisiensi teknis murni (PTE). Perumusan
matematis efisiensi teknis murni diperoleh dari pengembangan persamaan (3)
dengan menambahkan kendala konektivitas berupa penggal yang dapat bernilai
positif ataupun negatif (U0) ke dalam persamaan sehingga menjadi:
Max. ℎ� = ∑ =1 � � + U0
(4)
∑ =1 � � − ∑ =1 � �  ; r = 1,…, N
St.
∑ =1 � � =
ui, vj≥ 0

9
Estimasi frontier menggunakan asumsi CRS dan VRS akan
mendekomposisi efisiensi teknis pada asumsi CRS (TECRS) menjadi efisiensi
teknis murni (PTE atau TEVRS) dan skala efisiensi (ES). Secara matematis ketiga
konsep efisensi tersebut dirumuskan sebagai:
TECRS = TEVRS x ES
atau
TE= PTEx ES
(5)
Pada penelitian ini akan dilakukan dekomposisi efisiensi teknis (TE) menjadi
efisiensi teknis murni (PTE) dan skala efisiensi (ES) dengan cara me-run TE dan
PTE dengan data yang sama namun berbeda dalam asumsi return. Skala efisiensi
didapatkan dengan perhitungan dari persamaan (5) yaitu:
TE
(6)
ES =
PTE
Skor TE, PTE, dan ES berkisar antara 0-1. Saat skor TE dan PTE semakin
mendekati satu maka BUS dinilai semakin efisien secara teknis dan teknis murni
dan sebaliknya, skor efisiensi TE dan PTE yang mendekati nol mengindikasikan
bahwa BUS belum beroperasi secara efisien. TE, PTE, dan ES yang bernilai satu
mengindikasikan bahwa BUS beroperasi pada Constant Return to Scale (CRTS).
Saat skor ES satu namun skor TE dan PTE di bawah satu maka BUS beroperasi
pada kondisi Decreasing Return to Scale (DRTS) sedangkan saat skor TE dan
PTE tidak sama, ES akan bernilai tidak sama dengan satu, kondisi ini
menunjukkan BUS beroperasi pada kondisi Increasing Return to Scale (IRTS)
(Yudhistira 2004).
Metode parametrik
Metode kedua yang dapat digunakan untuk mengestimasi skor efisiensi
adalah metode parametrik. Metode parametrik yang umum digunakan untuk
estimasi skor efisiensi adalah Stochastic Frontier Approach (SFA). SFA memiliki
kelebihan dibandingkan DEA diantaranya SFA dapat membedakan komponen
inefisiensi dengan komponen galat dan SFA lebih sensitif terhadap data pencilan.
Estimasi dengan SFA digunakan untuk menghitung skor efisiensi keuntungan
alternatif.
Efisiensi keuntungan alternatif menerangkan seberapa optimal kemampuan
BUS dalam memaksimumkan keuntungannya dengan tingkat output tertentu. Skor
efisiensi keuntungan alternatif yang dihasilkan dengan metode SFA berkisar
antara 0–1. Saat skor efisiensi keuntungan alternatif suatu BUS bernilai 0.80
menandakan bahwa BUS mampu meraih keuntungan tambahan sebesar 20% jika
berhasil beroperasi secara optimal.
Dalam Hassan (2006) serta Kablan dan Yousfi (2013) fungsi keuntungan
alternatif suatu perusahaan adalah:
πit + a = C (yit, pit, ԑit),
i = 1, …., n
(7)
πit adalah keuntungan bersih dari BUS ke-i, a adalah konstanta yang ditambahkan
ke keuntungan setiap BUS sehingga keuntungan bernilai positif karena
keuntungan minimum bernilai negatif, yit adalah vektor jumlah output bank, pit
adalah harga input variabel bank, ԑitadalah eror. Eror (ԑit) terdiri dari dua
komponen yaitu:
ԑit = uit+ eit
(8)
uit merupakan faktor endogensedangkan eitfaktor eksogen yang berpengaruh
terhadap fungsi biaya suatu bank. uit menjelaskan penurunan atau peningkatan
keuntungan BUS karena hal-hal yang bersumber dari kesalahan manajemen
seperti penggunaan input yang tidak optimal atau berlebihan. eit menjelaskan

10
penurunan atau peningkatan keuntungan sementara BUS yang bersumber dari
kesalahan pencatatan atau pengukuran data, faktor tak terduga seperti bencana
alam, dan segala sesuatu yang tidak bisa dikontrol oleh manajemen. uit+ eit
diasumsikan dihitung terpisah dari fungsi keuntungan sebagai berikut:
ln (πit + a) = ln C(yi, pk) + ln uit + ln eit
(9)
Pendekatan dalam Pengukuran Efisiensi
Terdapat tiga pendekatan yang umumnya digunakan dalam pengukuran
efisiensi baik dengan metode parametrik maupun non-parametrik. Pendekatan
tersebut yaitu pendekatan aset, pendekatan produksi, dan pendekatan intermediasi.
Dalam pendekatan aset, output didefinisikan sebagai aset yang dimiliki
perusahaan. Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah bank sebagai
pencipta pinjaman. Di sisi lain, pendekatan produksi mendefinisikan output
sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material
lainnya. Pendekatan ini menganggap bank sebagai produsen dari akun deposito
dan pinjaman.
Kegiatan Operasional BUS
INPUT

OUTPUT

Tenaga kerja
Aset tetap
DPK

BUS sebagai
lembaga
intermediasi

Pembiayaan
Investasi

Sumber: Rahman dan Rosman (2013,diolah)

Gambar 5 Hubungan input-output pada BUS (pendekatan intermediasi)
Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan intermediasi. Pendekatan ini
menganggap bahwa lembaga keuangan berfungsi sebagai pihak yang
menghubungkan unit surplus dengan unit defisit. Lembaga keuangan
menghimpun dana dari pihak ketiga yaitu investor dan nasabah kemudian
menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan dan investasi. Dalam pendekatan ini,
input-input bersifat institusional seperti tenaga kerja, aset tetap, DPK. Output
diukur dalam bentuk pembiayaan dan investasi yang diilustrasikan pada Gambar 5.
Rahman dan Rosman (2013) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi
merupakan pendekatan yang paling baik untuk mengevaluasi kinerja efisiensi
suatu bank karena mencakup keseluruhan tindakan operasional bank yaitu
menyalurkan dana dari unit surplus ke unit defisit. Pendekatan ini menganalisis
kinerja efisiensi bank syariah dengan mempertimbangkan input dan output dalam
kegiatan operasionalnya.

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Yudhistira (2004) bertujuan menganalisis
kinerja efisiensi bank syariah di kawasan Asia, Afrika, dan negara-negara yang
tergabung dalam GCG Countries periode 1998–2000. Efisiensi yang diukur

11
adalah efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi menggunakan
metode non-parametrik Data Envelopment Analysis. Input yang digunakan adalah
biaya tenaga kerja, deposito, dan biaya operasional lainnya sedangkan output yang
digunakan adalah total pembiayaan, pendapatan operasional lainnya, dan aset
lancar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat inefisiensi bank
syariah pada periode pengamatan adalah 10 % dan bank syariah di kawasan Timur
Tengah memiliki tingkat inefisiensi lebih tinggi relatif terhadap bank di kawasan
lainnya.
Hassan (2006) menganalisis kinerja efisiensi perbankan syariah di dunia
dengan menggunakan Stochastic Frontier Approach (SFA) untuk mengestimasi
efisiensi biaya dan efisiensi keuntungan serta Data Envelopment Analysis (DEA)
untuk mengestimasi efisiensi biaya, efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi
teknis murni, dan skala efisiensi. Untuk mengestimasi efisiensi biaya dan
keuntungan digunakan harga input yaitu harga dari deposito, tenaga kerja, dan
modal sedangkan output yaitu total pembiayaan, pendapatan dari aset lainnya, dan
investasi portofolio.Secara keseluruhan kinerja efisiensi perbankan syariah masih
relatif inefisien dibandingkan dengan perbankan konvensional di dunia.
Hassan (2006) juga menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada
efisiensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efisiensi biaya dan efisiensi teknis. ROA dan ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi alokatif. Total aset dan ROA
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap efisiensi murni dan total aset,
ROA, dan ROE berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap skala efisiensi.
Selain itu ditemukan juga bahwa ROA dan ROE memiliki korelasi yang tinggi
dengan tingkat efisiensi suatu perbankan.
Penelitian mengenai kajian efisiensi bank konvensional dan bank syariah di
Indonesia periode 2004–2009 dilakukan oleh Afiatun dan Wiryono (2010)
menggunakan metode DEA dengan pendekatan intermediasi. Input yang
digunakan adalah total deposito sedangkan output yang digunakan adalah total
pinjaman dan pendapatan operasional lainnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bank syariah yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega
Syariah di Indonesia relatif beroperasi secara inefisien dibandingkan bank
konvensional di Indonesia.
Efisiensi biaya dan keuntungan bank syariah di Afrika, Asia Tengah, Eropa,
dan Timur Tengah dengan menggunakan Stochastic Frontier Approach (SFA)
dikaji oleh Tahir dan Haron (2010). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
total biaya (biaya operasional, beban bunga, gaji karyawan, dan biaya overheads)
dan keuntungan sebelum pajak. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
total pendapatan dari aset bank (pinjaman, investasi, dan pendapatan aset lainnya),
price of capital (gaji karyawan dan biaya overhead lainnya dibagi dengan total
asset), dan price of deposits (imbal bagi hasil yang dibayarkan kepada depositor).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank syariah di empat daerah tersebut
memiliki kontrol efisiensi biaya yang lebih baik daripada kontrol peningkatan
output. Bank syariah di Eropa terbukti memiliki kinerja yang efisien dari segi
biaya dan keuntungan daripada bank syariah di daerah lainnya.
Penelitian yang bertujuan menganalisis kinerja efisiensi bank syariah
sebelum dan sesudah krisis global berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA)
dengan pendekatan intermediasi dilakukan oleh Praktiko dan Sugiarto (2011).

12
Variabel output dalam penelitian ini adalah jumlah pembiayaan dan pendapatan
operasional sedangkan variabel inputnya adalah jumlah simpanan, jumlah aktiva
tetap, dan biaya tenaga kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja efisiensi
perbankan syariah, baik sebelum maupun sesudah masa krisis global, secara
umum termasuk dalam kondisi efisien. Terdapat perbedaan pada skala efisiensi
perbankan syariah saat sebelum dan sesudah krisis global. Perbedaan ini terjadi
karena masih terdapat Decision Making Unit (DMU) yang inefisien.
Qureshi dan Shaikh (2012) menganalisis kinerja efisiensi bank syariah dan
bank konvensional di Pakistan. Metode yang digunakan untuk mengestimasi skor
efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi adalah Data
Envelopment Analysis (DEA) melalui pendekatan intermediasi. Variabel input
dalam penelitian ini adalah total deposito dan total biaya operasional sedangkan
output yang digunakan adalah total revenue dan pendapatan lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bank syariah memiliki kinerja yang lebih efisiens
dibandingkan dengan bank konvensional di Pakistan.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja efisiensi perbankan syariah
dianalisis oleh Kablan dan Yousfi (2013) dengan menggunakan sampel dari 17
negara dari Timur Tengah, Asia, Afrika, dan Eropa. Estimasi skor efisiensi
dilakukan dengan metode Stochastic Frontier Approach (SFA) dengan
menggunakan pendekatan fungsi biaya. Regulasi, kekuatan pasar, keuntungan,
jumlah nasabah berpengaruh positif terhadap kinerja efisiensi suatu perbankan
syariah. Contoh negara dengan regulasi yang pro perbankan syariah dan memiliki
nilai efisiensi yang relatif lebih tinggi adalah Malaysia dan Pakistan.
Analisis komparatif kinerja efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala
efisiensi perbankan syariah di MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) dengan
perbankan syariah di Asia dilakukan oleh Rahman dan Rosman (2013). Penelitian
ini menggunakan 63 sampel bank syariah periode 2006‒2009 dengan pendekatan
intermediasi. Variabel input pada penelitian ini adalah biaya tenaga kerja, biaya
tetap, dan total dana yang dimiliki bank dan variabel output yaitu total
pembiayaan dan pendapatan total dari aset lain yang dimiliki bank. Analisis
dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) menunjukkan hasil bahwa
secara umum bank syariah di MENA dan Asia telah bekerja secara efisien.
Kinerja bank syariah di Asia lebih efisien daripada bank syariah di MENA.
Keadaan ekonomi suatu negara terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap
kinerja efisiensi suatu bank syariah.
Rahman dan Rosman (2013) juga menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi kinerja efisiensi perbankan syariah di MENA dan Asia. Terdapat
tiga model regresi berganda pada penelitian ini yang diestimasi dengan metode
Ordinary Least Square (OLS). Variabel dependen pada model pertama adalah
skor efisiensi secara keseluruhan, model kedua adalah skor efisiensi murni, dan
model ketiga adalah skala efisiensi. ROA dan total aset berpengaruh negatif
sedangkan total ekuitas dan GDP berpengaruh positif terhadap skor efisiensi
secara keseluruhan. Total aset, total ekuitas dan GDP berpengaruh positif
sedangkan ROA berpengaruh negatif terhadap skor efisiensi murni. ROA, total
sset, dan total ekuitas berpengaruh negatif sedangkan GDP berpengaruh positif
terhadap skala efisiensi.
Kajian efisiensi bank syariah di kawasan MENA pada periode krisis tahun
2007–2009 dilakukan oleh Said (2013) menggunakan pendekatan inermediasi

13
dengan metode DEA. Nilai efisiensi yang diestimasi adalah efisiensi teknis,
efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi. Input yang digunakan ialah biaya
tenaga kerja, biaya aset tetap, dan total dana pihak ketiga sedangkan output yang
digunakan adalah total pembiayaan, aset lancar, dan pendapatan operasional
lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum bank syariah di
kawasan MENA belum beroperasi secara efisien. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh sistem perbankan yang belum dirancang secara baik dan kurangnya
kemampuan bank syariah dalam mengalokasikan inputnya dengan optimal.
Penelitian dilakukan oleh Saeed et al. (2013) untuk menganalisis kinerja
efisiensi teknis, efisiensi teknis murni serta skala efisensi bank syariah dan bank
konvensional di Pakistan pada tahun 2011‒2013 dengan pendekatan intermediasi
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Input yang digunakan
adalah modal dan dana pinjaman sedangkan outputnya adalah pembiayaan atau
kredit dan investasi portofolio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
keseluruhan kinerja efisiensi teknis, efisiensi murni, dan skala efisiensi perbankan
konvensional lebih baik daripada perbankan syariah di Pakistan.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi
keuntungan bank syariah sebelum dan sesudah krisis di MENA dan Asia Selatan
pada tahun 2007-2008 dilakukan oleh Mghaieth dan Mehdi (2014). SFA
digunakan untuk mengestimasi efisiensi keuntungan dengan variabel dependen
total biaya berupa penjumlahan dari biaya tenaga kerja, biaya bagi hasil, dan biaya
operasional lainnya, variabel independen berupa output yaitu total pembiayaan
dan total pendapatan lainnya serta input berupa biaya tenaga kerja, biaya bagi
hasil, dan biaya operasional lainnya. Hasil estimasi dengan metode GLS
menunjukkan bahwa ln aset, modal, ROA, dan biaya operasional berpengaruh
positif dan signifikan terhadap efisiensi keuntungan pada sebelum, saat, dan
sesudah krisis 2007-2008 terjadi.
Analisis komparatif kinerja efisiensi perbankan konvensional dan perbankan
syariah di Indonesia dilakukan oleh Havidz dan Setiawan (2015) dengan
menggunakan sampel 6 bank konvensional dan 3 bank syariah periode Januari
2008‒September 2013. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA) dengan variabel input total deposito, pengeluaran operasional,
dan aset tetap sedangkan variabel output adalah total kredit atau pembiayaan dan
pendapatan operasional. Hasil estimasi DEA menunjukkan bahwa secara umum
kinerja efisiensi perbankan konvensional di Indonesia relatif lebih tinggi dari
perbankan syariah.
Rahim et al. (2015) menganalisis efisiensi bank syariah di Malaysia periode
2008–2009 menggunakan metode DEA dengan pendekatan intermediasi. Input
yang digunakan adalah biaya tenaga kerja dan biaya bagi hasil sedangkan output
yang digunakan adalah total pembiyaan dan pendapatan operasional lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bank domestik yaitu Bank Muamalat dan BIMB
memiliki skor efisiensi tertinggi sebesar 1.00 dan beroperasi dalam Constant
Return to Scale (CRTS).

14
Tabel 2 Penelitian terdahulu dengan metode DEA, SFA, dan Tobit
No
Peneliti
Metode
Variabel
1
Hassan
DEA
Input
(2006)
deposito, tenaga kerja, dan modal
Output
total pembiayaan, pendapatan dari aset lainnya
SFA
Variabel dependen
efisiensi biaya, efisiensi keuntungan
Input
deposito, tenaga kerja, dan modal
Output
total pembiayaan, pendapatan dari aset lainnya,
dan investasi portofolio
Tobit
Variabel dependen
efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi teknis
murni, skala efisiensi, efisiensi biaya, efisiensi
keuntungan
Variabel independen
ROA, ROE, total aset
2
Tahir dan
SFA
Variabel dependen
Haron
Efiensi biaya (biaya operasional, beban bunga,
(2010)
gaji karyawan, dan biaya overheads) dan efisiensi
keuntungan (sebelum pajak)
Input
price of capital (gaji karyawan dan biaya
overhead lainnya dibagi dengan total asset), dan
price of deposits (imbal bagi hasil)
Output
pendapatan total dan pendapatan lainnya
3
Praktiko
DEA
Input
dan
jumlah simpanan, jumlah aktiva tetap, dan biaya
Sugiarto
tenaga kerja
(2011)
Output
jumlah pembiayaan dan pendapatan operasional
4
Rahman
DEA
Input
dan
biaya tenaga kerja, biaya tetap, dan total dana
Rosman
Output
(2013)
total pembiayaan dan pendapatan total
5
Havidz
DEA
Input
total deposito, pengeluaran operasional, dan aset
dan
tetap
Setiawan
(2015)
Output
total kredit atau pembiayaan dan pendapatan
operasional
Sumber: penelitian terdahulu

Penelitian ini menggunakan beberapa rujukan seperti yang telah dijabarkan
sebelumnya. Di Indonesia, penelitian mengenai efisiensi BUS terkini dilakukan
oleh Firdaus dan Hosen (2013) dengan metode Two Stage Data Envelopment

15
Analysis. Penelitian ini menggunakan metode yang lebih komprehensif berupa
Two Stage Data Envelopment Analysis dan Two Step Stochastic Frontier
Approach. Perbedaan one step dengan two step adalah kajian kinerja efisiensi one
step hanya mengestimasi nilai efisiensi sedangkan kajian kinerja efisiensi two step
juga menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai efisiensi. Firdaus
dan Hosen (2013) menggunakan metode two step dengan estimasi nilai efisiensi
yang hanya dilakukan dengan metode non-parametrik, DEA, sedangkan penelitian
ini melengkapi estimasi efisiensi dengan metode non-parametric, DEA, dan
metode parametric, SFA.
Variabel input yang digunakan oleh Firdaus dan Hosen (2013) meliputi
DPK, total aset, dan biaya tenaga kerja sedangkan variabel output yang digunakan
meliputi pembiayaan dan pendapatan operasional. Penelitian ini menggunakan
input DPK, biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya karena penelitian ini
menggunakan pendekatan intermediasi, input berupa total aset digunakan pada
penelitian dengan pendekatan aset. Rahman dan Rosman (2013) menyatakan
bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang paling tepat untuk
mengestimasi nilai efisiensi bank syariah karena sesuai dengan fungsi
intermediasi dari bank syariah yaitu menyalurkan dana dari unit surplus ke unit
defisit. Dari sisi output, penelitian ini menggunakan output yang sama dengan
Firdaus dan Hosen (2013).
Kerangka Pemikiran Konseptual
Perkembangan industri perbankan syaria