1. Jelaskan perbedaan antara perwalian dengan pengampuan dan perbedaan antara kekuasaan orangtua dicabut dengan dibebaskan
Jawab : Perwalian adalah suatu bentuk perwakilan yang dilakukan oleh seseorang kepada subyek hukum
yang belum cakap hukum, dalam hal ini ialah anak. Pada umumnya terjadinya perwalian pada anak disebabkan oleh anak tersebut tidak mempunyai orang tua atau anak tersebut masih
mempunyai orang tua tetapi kuasa orang tuanya dicabut.
Sedangkan pengampuan adalah suatu bentuk perwakilan yang dilakukan seseorang kepada subyek hukum yang tidak cakap hukum, dalam hal ini adalah orang dewasa yang tidak cakap.
Orang dewasa tersebut mengalami sakit jiwa dan atau penyakit jiwa yaitu orang yang kurang sempurna akal dan pikirannya layaknya orang lain. Orang yang mengampu disebut kurator atas
ketetapan pengadilan dan orang yang diampu disebut kurandus.
Perbedaan antara kekuasaan orangtua dicabut dengan dibebaskan :
1. a. Pembebasan Dari Kekuasaan Orang Tua
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak satupun pasal yang mengatur mengenai Pembebasan kekuasaan Orang Tua. Undang – undang termaksud hanya
mengatur mengenai pencabutan kekuasan orang tua. Oleh karena dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tidak mengatur mengenai pembebasan orangtua dari kekuasaan orangtua terhadap
anak, maka yang dapat dijadikan dasar atau sebagai dasar hukumnya adalah KUHperdata, yaitu pasal 319a sampai dengan 319m pasal-pasal ini juga mengatur pemecatanpencabutan.
Dengan demikian maka pembebasan orangtua dari kekuasaan orangtua dapat dilakukan atas permohonan dewan perwalian atau atas tuntutan kejaksaan, apabila :
1. Dia Orangtua tidak cakap 2. Dia Orangtua tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk memelihara dan
mendidik anak-anaknya dan kepentingan anak itu tidak bertentangan dengan pembebasan itu berdasarkan hal lain.
b. Pencabutan Dari Kekuasaan Orang Tua Pemecatan orangtua dari kekuasaan orangtua dapat dilakukan oleh Negara apabila orangtua tidak
patut dan tidak mau memenuhi kewajibannya sebagai pemelihara anak. Pemecatan dapat dilakukan oleh hakim terhadap setiap orangtua atas satu atau lebih, dengan memperhatikan
hanya kepentingan anak-anak.
1. E. Hukum Adat
2. Jelaskan pengertian hukum adat dan ciri-ciri dari hukum adat
Jawab : Menurut Dr. Sukanto hukum adat adalah kumpulan daripada adat yang tidak dibukukan yang
mempunyai sifat paksaan sanksi serta mempunyai akibat hukum itu pula.
Ciri-ciri hukum adat adalah : 1 Tidak tertulis dalam bentuk perundangan dan tidak dikodifikasi.
2 Tidak tersusun secara sistematis. 3 Tidak dihimpun dalam bentuk kitab perundangan.
4 Tidak tertatur. 5 Keputusannya tidak memakai konsideran pertimbangan.
6 Pasal-pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan.
1. Jelaskan ruang lingkup dari hukum adat
Jawab : 1 Personal
Hukum adat tidak berlaku pada semua orang, tetapi berlaku pada masyarakat indonesia. 2 Teritorial
Hukum adat yang berlaku terbatas diwilayyah teritorial yakni 19 wilayah hukum adat di Indonesia.
3 Perkara Tidak semua hukum adat diadili oleh semua hukum yang ada di Indonesia, tetapi hanya hukum-
hukum tertentu privat. Contoh, kekeluargaan dan jual beli.
1. F. Hukum Formil Hukum Acara
2. Jelaskan pengertian dari hukum formil dan hukum materiil dan bagaimanakah keterkaitan antara kedua jenis hukum tersebut
Jawab :
Hukum formil adalah sebagai hukum yang mengatur tentang berita cara mengajukan perkara baik gugatan maupun permohonan, memeriksa perkara dan memberikan putusan dengan tujuan
untuk mempertahankan hukum materiil.
Hukum materiil adalah semua peraturan yang memuat rumusan tentang perbuatan-perbuatan apa saja yang dapat dihukum, siapa yang dapat dihukum dan hukuman apa yang dapat diterapkan.
Hubungan antara hukum acara formil dan hukum materiil demikian eratnya, hukum formil merupakan kendaraan yang melayarkan tegaknya hukum materiil. Hukum formil mengatur
bagaimana menerapkan sanksi terhadap seseorang yang melanggar hukum pidana materiil.
1. Sebutkan dan jelaskan asas-asas yang terdapat dalam hukum pidana formil dan hukum perdata formil
Jawab : Asas-asas hukum pidana formilhukum acara pidana :
1 Asas Legalitas Yaitu adanya persamaan kedudukan, perlindungan, dan keadilan di hadapan hukum.
2 Asas Keseimbangan Yaitu proses hukum yang ada haruslah menegakkan hak asasi manusia dan melindungi ketertiban
umum.
3 Asas Praduga Tak Bersalah Yaitu tidak menetapkan seseorang bersalah atau tidak sebelum adanya putusan pengadilan yang
tetap.
4 Asas Unifikasi Yaitu penyamaan keberlakuan hukum acara pidana di seluruh wilayah Indonesia
5 Asas Ganti rugi dan Rehabilitasi. Yaitu adanya ganti rugi dan rehabilitasi bagi pihak yang dirugikan karena kesalahan dalam
proses hukum.
6 Asas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan Yaitu pelaksanaan peradilan secara tidak berbelit-belit dan dengan biaya yang seminim mungkin
guna menjaga kestabilan terdakwa.
7 Asas Oportunitas Yaitu hak seorang Jaksa untuk menuntut atau tidak demi kepentingan umum.
8 Asas akusator Yaitu penempatan tersangka sebagai subjek yang memiliki hak yang sama di depan hukum.
9 Prinsip Pembatasan Penahanan Yaitu menjamin hak-hak asasi manusia dengan membatasi waktu penahanan dalam melalui
proses hukum.
10 Prinsip Diferensiasi Fungsional Yaitu penegasan batas-batas kewenangan dari aparat penegak hukum secara instansional.
11 Prinsip Saling Koordinasi Yaitu adanya hubungan kerja sama di antara aparat penegak hukum untuk menjamin adanya
kelancaran proses hukum.
12 Prinsip Penggabungan Pidana dengan Tuntutan Ganti Rugi Yaitu dipakainya gugatan ganti rugi secara perdata untuk menyelesaikan kasus pidana yang
berhubungan dengan harta kekayaan.
13 Peradilan tebuka Untuk Umum Yaitu hak dari publik untuk menyaksikan jalannya peradilan kecuali dalam hal-hal tertentu.
14 Kekuasaan Hakim yang Tetap Yaitu peradilan harus dipimpim oleh eorangsekelompk hakim yang memiliki kewenangan yang
sah dari pemerintah.
15 Pemeriksaan Hakim Yang langsung dan lisan Yaitu peradilan dilakukan oleh hakim secara langsung dan lisan tidak menggunakan tulisan
seperti dalam hukum acara perdata.
16 Bantuan hukum bagi terdakwa Yaitu adanya bantuan hukum yang diberikan bagi terdakwa.
Asas-asas hukum perdata formilhukum acara perdata :
1 Hakim bersifat menungggu. Asas ini mengandung arti, yaitu inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya
kepada yang berkpentingan. Jadi apakah ada perkara atau tuntutan hak akan diajukan sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Kalau tidak ada tuntutan hak atau
penuntutan, maka tidak ada hakim Wo kein klager ist, ist kein richter, nemo judex sine actor. Jadi, yang mengajukan tuntutan hak adalah pihak yang berkepentingan, sedang hakim bersikap
menunggu datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanyaDasarnya adalah HIR pasal 118 dan R.Bg pasal 142.
a Hakim bersifat pasif Hakim dalam memeriksa perkara serdikap pasif ,artinya ruang lingkup atau luas pokok sengketa
yang diajukan kepadanya untuk diperiksa pada azasnya ditentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan Hakim. Atau dengan kata lain Hakim tidak boleh menentukan luas dari
pokok perkara, Hakim tidak boleh menambah atau mengurangi pokok gugatan para pihak. Hakim hanya diperbolehkan aktif dalam hal-hal tertntu, yaitu:
b Memimpin sidang Dalam proses pemeriksaan di sidang pengadilan Hakim bertindak memimpin jalannya
persidangan. Artinya Hakim yang mengatur dan mengarah tata tertib pemeriksaan, juga Hakim berwenang menentukan hukum yang diterapkan serta ia yang memutus perkara yang
disengketakan. Sifat kedudukan Hakim yang aktif sesuai dengan sistim yang dianut HIR dan R.Bg, antara lain;
Pemeriksaan persidangan secara langsung
Proses beracara secara lisan
2 Mendamaikan kedua belah pihak Azas mendamaikan para pihak yang berperkara sangat sejalan dengan tuntunan dan tuntutan
ajaran moral. Sekedar penegasan bahwa usaha mendamaikan sedapat mungkin diperankan Hakim secara aktif, sebab bagaimana pun adilnya suatu putusan namun akan tetap lebih baik dan
lebih adil hasil perdamaian. Apalagi dalam perkara perceraian, usaha mendamaikan merupakan beban yang diwajibkan sehingga sifatnya imperatif artinya hakim harus berupaya secara optimal
untuk bagaimana perceraian antara kedua belah pihak tidak terjadi. Hakim aktif memberi petunjuk kepada para pihak yang berperkara tentang upaya hukum dalam suatu putusan.
Banyak di antara para pencari keadilan yang tidak mampu dalam segala hal. Awam dalam hukum mengakibatkan ia harus bergulat sendiri di hadapan sidang, menghadapi para pencari keadilan
semacam ini sangat memerlukan bantuan dan nasehat pengadilan. Mereka buta bagaimana cara yang tepat mempergunakan hak melakukan upaya banding atau kasasi dan tidak mampu
merumuskan alas an-alasan memori banding dan memori kasasi. Disinilah peran hakim untuk
memberi petunjuk dan upaya-upaya hukum kepada para pihak yang berperkara tentang upaya hukum dalam suatu putusan.
3 Persidangan terbuka untuk umum Openbaar Yang dimaksud dengan persidangan terbuka untuk umum adalah bahwa setiap orang
diperbolehkan hadir dan mendengarkan serta menyaksikan jalannya pemeriksaan perkara.
4 Ultra petita partium Artinya Hakim tidak boleh memberi putusan tentang sesuatu yang tidak dituntut atau tidak
diminta dalam petitum atau mengabulkan lebih dari pada yang ditutuntut oleh penggugat. tetapi Hakim tidak dilarang memberi putusan yang mengurangi isi dari tuntutan gugatan.
5 Persidangan terbuka untuk umum Openbaar Yang dimaksud dengan persidangan terbuka untuk umum adalah bahwa setiap orang
diperbolehkan hadir dan mendengarkan serta menyaksikan jalannya pemeriksaan perkara.
6 Mendengarkan kedua belah pihak Di dalam hukum acara perdata kedua belah pihak haruslah diperlakukan sama, tidak memihak
dan didengar bersama-sama. Dengan kata lain para pihak yang berperkara harus diberikan kesempatan yang sama untuk membela kepentingannya atau pihak-pihak yang berperkara harus
diperlakukan secara adil.
7 Putusan harus disertai alasan-alasan Semua putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan yang menjadi dasar untuk mengadili.
Karena dengan adanya alasan-alsan maka putusan mempunyai wibawa, dapat dipertanggung jawabkan dan bernilai objektif. Menurut yurisprudensi suatu putusan yang tidak lengkap atau
kurang cukup dipertimbangkan merupakan alasan pada tingkat kasasi untuk dibatalkannya putusan tersebut.
8 Berperkara dikenakan biaya Untuk berperkara pada azasnya dikenakan biaya yang meliputi;
a Biaya kepaniteraan dan biaya materai b Biaya saksi, saksi ahli, juru bahasa termasuk biaya sumpah
c Biaya pemeriksaan setempat dan perbuatan hakim yang lain d Biaya pemanggilan para pihak yang berperkara
e Biaya pelaksanaan putusan, dan sebagainya. Pengecualian dari azas ini adalah bagi mereka yang tidak mampu untuk membayar biaya
perkara, dapat mengajukan perkara secara cuma-cuma prodeo dengan mendapatkan izin untuk dibebaskan dari pembayaraan biaya perkara, dengan mengajukan surat keterangan tidak mampu
dari kepala DesaLurah yang diketahui oleh Camat yang membawahi domisili yang bersangkutan.
9 Demi keadilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa Artinya, setiap kepala putusan peradilan di Indonesia harus memuat kata-kata ini, yakni dengan
menyandarkan “demi keadilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa”. Tidak dicantumkan kata ini, maka putusan itu tidak mempunyai kekuatan hukum sama sekali, dalam arti putusan tersebut
tidak dapat dieksikusi dan tidak mempunyai kekuatan eksekutorial daya memaksa.
10 Asas sederhana, cepat dan biaya ringan Yang dimaksud dengan Azas sederhana, cepat dan biaya ringan adalah:
a Sederhana, acara yang jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Atau dengan kata lain suatu proses pemeriksaan yang relatif tidak memakan waktu jangka waktu lama sampai
bertahun-tahun sesuai dengan kesederhanaan hukum acara itu sendiri.
b Cepat, menunjuk kepada jalannya peradilan dalam pemeriksaan dimuka sidang, cepat penyelesaian berita acaranya sampai penandatanganan putusan dan pelaksanaan putusannya itu.
c Biaya ringan, biaya perkara pada pengadilan dapat dijangkau dan dipikul oleh masyarakat pencari keadilan.
1. Jelaskan perbedaan antara hukum pidana formil dengan hukum pidana materiil
Jawab : 1 Perbedaan mengadili
Hukum Perdata formiil mengatur cara mengadili perkara di muka pengadilan perdata oleh hakim perdata.
Hukum Pidana formiil mengatur cara mengadili perkara di muka pengadilan pidana oleh hakim pidana.
2 Perbedaan pelaksanaan Pada Perdata formiil inisiatif datang dari pihak yang berkepentingan.
Pada Pidana formiil inisiatif datang dari jaksa penuntut umum. 3 Perbedaan dalam penuntutan
Pada Perdata formiil yang menuntut tergugat adalah pihak yang dirugikan. Penggugat berhadapan dengan tergugat. Tidak ada jaksa penuntut umum.
Pada Pidana formiil,jaksa sebagai penuntut umum yang mewakili negara menjadi penuntut terhadap terdakwa
4 Perbedaan alat bukti Pada Acara Perdata ada 5 alat bukti, tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah.
Pada Acara Pidana hanya 4 saja, sumpah tidak menjadi alar bukti. 5 Perbedaan penarikan kembali suatu perkara
Pada Acara Perdata, sebelum ada putusan hakim, pihak yang bersangkutan dapat menarik kembali perkaranya.
Pada Acara Pidana tidak dapat ditarik kembali 6 Perbedaan kedudukan para pihak
Pihak-pihak mempunyai kedudukan yang sama. Hakim bertindak sebagai wasit dan bersifat pasif.
Jaksa kedudukannya lebih tinggi dari terdakwa dan hakim turut aktif. 7 Perbedaan dalam dasar keputusan hakim
Putusan hakim cukup dengan mendasarkan diri pada kebenaran formal saja akta tertulis dll. Putusan hakim, harus mencari kebenaran material menurut keyakinan, perasaan keadilan hakim
sendiri .
8 Perbedaan macam hukumannya Tergugat yang terbukti kesalahannya dihukum denda atau hukuman kurungan sebagai pengganti
denda.
Terdakwa yang terbukti kesalahannya, dihukum pidana mati, penjara,kurungan atau denda, atau mungkin ditambah pidana tambahan seperti dicabut hak-hak tertentu, dll.
9 Perbedaan dalam pemeriksaan tingkat banding
Bandingan perkara perdata dari Pengadilan Negeri ke pengadilan Tinggi disebut Appel. Bandingan perkara pidana dari Pengadilan Negeri ke pengadilan Tinggi disebut Revisi.
1. Sebutkan macam-macam alat bukti dalam hukum pidana formil dan hukum pidana materiil
Jawab : Didalam ilmu hukum perdata formiil, untuk membuktikan suatu dalih tentang hak dan kewajiban
didalam sengketa pengadilan, macamnya telah ditentukan oleh UU yaitu:
1 Alat bukti tertulis 2 Alat bukti saksi
3 Alat bukti persangkaaan 4 Alat bukti pengakuan
5 Alat bukti sumpah Dalam hukum acara perdata penyebutan alat bukti tertulis surat merupakan alat bukti yang
utama, karena surat justru dibuat untuk membuktikan suatu keadaan, atau kejadian yang telah terjadi atau perbuatan hukum yang harus dilakukan oleh seseorang nantinya.
Hal ini berbeda dengan penyebutan alat-alat bukti dalam hukum pidana formiil yang urut-urutan alat bukti itu sebagai berikut:
1 Keterangan saksi 2 Keterangan ahli
3 Surat 4 Petunjuk
5 Keterangan terdakwa. Jadi keterangan saksi disini adalah alat bukti yang utama.Karena seseorang didalam melakukan
kejahatan tentu akan berusaha menghilangkan jejaknya, sehingga dalam perkara pidana, pembuktian akan dititikberatkan pada keterangan saksi.
1. Salah satu dalam hukum acara adalah bahwa pemeriksaan perkara harus dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Namun, ada perkara-
perkara tertentu yang pemeriksaannya menurut UU harus dilakukan secara
tertutup. Sebutkan perkara-perkara dimaksud dan bagaimanakah dengan pembacaan putusannya ? Jelaskan
Jawab : Perkara Peradilan tertutup : Dalam perkara-perkara tertentu misal perkara yang menyangkut
peradilan atas seorang anak ataupun perkara perceraian dan sejenisnya yang jelas-jelas oleh hakim dinyatakan sebagai sidang tertutup, maka sidang itu tidak boleh dihadiri oleh orang lain
selain pihak-pihak yang terkait dalam perkara tersebut. Contoh perkara-perkara yang pemeriksaannya menurut UU harus dilakukan secara tertutup adalah AAL yang dituduh mencuri
Sandal.
Pembacaan putusannya : Pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat
tidak dihadiri oleh Anak atas permintaan Anak.
1. Mengapa hukum internasional dikatakan bersifat koordinatif ? Sebutkan subjek hukum internasional dan sumber-sumber hukum internasional
Jawab : Hukum internasional dikatakan bersifat koordinatif adalah karena hukum internasional itu tidak
memiliki komponen-komponen yang satu sama lain mempunyai hubungan kewenangan untuk mengatur Negara-negara di dunia. Hukum internasional hukum yang dibuat oleh mahkamah
internasional yang dimana mahkamah internasional adalah mahkamah yang terbentuk atas kerjasama antar Negara sehingga seluruh keputusan dan pelaksanaanya melibatkan banyak
Negara. Bahkan, peraturan-peraturannya hanya dapat mengikat antar negara yang mengadakan hubungan hukum setelah terjadi kata sepakat dalam suatu perikatan tertentu.
Subjek hukum internasional : 1 Negara
2 Tahta Suci Vatikan 3 Organisasi Internasional
4 Individu Sumber-sumber hukum internasional :
Menurut pasal 38 ayat 1 piagam mahkamah internasional mengatakan : “Bahwa dalam mengadili perkara-perkara yang diajukan kepadanya, mahkamah internasional akan
mempergukaan :
1 Traktat atau perjanjian internasional international conventions
Baik bersifat umum mapun khusus, yang mengandung ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh Negara yang bersangkutan.
2 Kebiasaan internasional international custom Bukti dari kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum.
3 Asas atau prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradap. 4 Putusan pengadilan dan ajaran sarjana paling terkemuka dari berbagai Negara sebagai
tambahan bagi penetapan kaidah hukum.
1. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara perwakilan diplomatik dengan perwakilan konsuler
Jawab : Perwakilan diplomatik :
1. Memelihara kepentingan negaranya melalui hubungan tingkat pejabat pusat 2. Berhak membuat hubungan politik
3. Mempunyai hak ektrateritorial 4. Satu negara satu saja
Perwakilan konsuler :
1. Memelihara kepentingan negaranya melalui hubungan Tingkat daerah 2. Berhak membuat hubungan Non politik
3. Tidak mempunyai hak ektrateritorial 4. Satu negara lebih dari satu
PENGWRTIAN KODIFIKASI Bro, Kodifikasi hukum adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab
undang-undang secara sistematis dan lengkap. Ditinjau dari segi bentuknya, hukum dapat dibedakan atas:
a.Hukum Tertulis statute law, written law, yaitu hukum yang dicantumkan dalam pelbagai peraturan-peraturan. dan;
b.Hukum Tak Tertulis unstatutery law, unwritten law, yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis namun
berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan hukum kebiasaan.
Unsur-unsur dari suatu kodifikasi: a.Jenis-jenis hukum tertentu
b.Sistematis c.Lengkap
Tujuan Kodifikasi Hukum tertulis untuk memperoleh: a.Kepastian hukum
b.Penyederhanaan hukum c.Kesatuan hukum
Contoh kodifikasi hukum: Di Eropa :
a.Corpus Iuris Civilis, yang diusahakan oleh Kaisar Justinianus dari kerajaan Romawi Timur dalam tahun 527-565.
b.Code Civil, yang diusahakan oleh Kaisar Napoleon di Prancis dalam tahun 1604.
Di Indonesia : a.Kitab Undang-undang Hukum Sipil 1 Mei 1848
b.Kitab Undang-undang Hukum Dagang 1 Mei 1848 c.Kitab Undang-undang Hukum Pidana 1 Jan 1918
d.Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana 31 Des 1981
Kodifikasi Hukum Kodifikasi Hukum di Indonesia
A. Kodifikasi Hukum
Kodifikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang- undang secara sistematis dan lengkap.
Menurut bentuknya, hukum itu dapat dibedakan antara :
1. Hukum tertulis Statute Law = Written Law yakni hukum yang dicantumkan
dalam pelbagai peraturan-perundangan. 2. Hukum Tidak Tertulis
unstatutery Law = Unwritten Law yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis namun
berlakunya ditaati seperti suatu perundang-undangan disebut juga hukum kebiasaan.
Mengenai hukum tertulis, ada yang telah dikodifikasikan, dan yang belum dikodifikasikan.
Jelas bahwa unsur-unsur kodifikasi ialah a Jenis-jenis hukum tertentu misalnya hukum perdata
b Sistematis c Lengkap
Adapun tujuan kodifikasi daripada hukum tertulis adalah untuk memperoleh
1. Kepastian hukum 2. Penyerdehanaan hukum
3. Kesatuan hukum Contoh kodifikasi Hukum :
a. Di Eropa :
1. Corpus Iuris Civilis mengenai Hukum Perdata yang diusahakan oleh kaisar
Justianus dari kerajaan Romawi Timur dalam tahun 527 – 565. 2.
Code Civil mengenai Hukum Perdata yang diusahakan oleh Kaisar Napoleon di Perancis dalam tahun 1604.
b. Di Indonesia 1. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil 01 Mei 1848
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang 01 Mei 1848 3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 01 Januari 1918
4. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHP, 31 Desember 1981.
B. Macam – Macam Pembagian Hukum 1. Pembagian Hukum Menurut Asas Pembagiannya
Walaupun hukum itu terlalu luas sekali sehingga orang tak dapat membuat definisi singkat yang meliputi segala-galanya, namun dapat juga hukum itu dibagi dalam
beberapa golongan hukum menurut beberapa asas pembagian sebagai berikut : 1. Menurut
Sumbernya, hukum dapat dibagi dalam : a Hukum Undang-Undang yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan
perundangan. b Hukum Kebiasaan adat yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-
peraturan kebiasaan adat. c Hukum Traktat yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam
suatu perjanjian antara neagara traktat. d Hukum Jurisprudensi yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.
2. Menurut
bentuknya, hukum dapat dibagi dalam : a Hukum Tertulis. Hukum ini dapat pula merupakan ;
1. Hukum Tertulis yang dikodifiksikan 2. Hukum Tertulis tidak dikodifikasikan
b Hukum Tidak Tertulis Hukum Kebiasaan keterangan mengenai kedua macam hukum ini telah diberikan dalam penjelasan
tentnag kodifikasi 3. Menurut
Tempat berlakunya hukum dapat dibagi dalam : a Hukum Nasional yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b Hukum Internasional yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional.
c Hukum Asing yaitu huku yang berlaku dalam negara lain. d Hukum Gereja yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh gereja
untuk para anggotanya. 4. Menurut
waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam : a
Ius Constitutum Hukum Positif yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
Singkatnya : hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu. Ada sarjana yang menamakan hukum positif itu ” Tata
Hukum ”. b
Ius Constituendum yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang.
c Hukum Asasi yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan
berlaku untuk selama-lamanya abadi terhadap siapapun juga diseluruh tempat. Ketiga macam hukum ini merupakan Hukum Duniawi.
5. Menurut
cara mempertahankannya hukum dapat dibagi dalam a Hukum material yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang
mengatur kepentingan-kpentingan dan hubungan-hubungan berwujud perintah- perintah dan larangan-laranagn.
Contoh Hukum Material : Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dan lain- lain.
Jika orang berbicara tentang Hukum Pidana, Hukum Perdata, maka yang dimaksudkan adalah Hukum Pidana Material dan Hukum Perdata Material.
b Hukum Formal Hukum Proses atau Hukum Acara yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan
mempertahankan hukum material atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan
bagaimana cara-cara Hakim memberi putusan. Contoh Hukum Formal : Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.
Hukum Acara Pidana : peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagaimana cara memelihara dan mempertahankan Hukkum Pidana Material atau peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara- perkara ke muka Pengadilan Pidana dan bagaimana caranya Hakim pidana memberi
putusan. Hukum Acara Perdata yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagimana
cara memelihara dan mempertahankan Hukkum Perdata Material atau peraturan- peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara-
perkara ke muka Pengadilan Perdata dan bagaimana caranya Hakim perdata memberi putusan.
6. Menurut
sifatnya, hukum dapat dibagi dalam : a Hukum yang memaksa yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga
harus dan mempunyai paksaaan mutlak. b Hukum yang mengatur Hukum Pelengkap yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam satu perjanjian.
7. Menurut
wujudnya, hukum dapat dibagi dalam : a Hukum Objektif yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan
tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut peraturan hukum saja yang mengatur hubungan hukum antara dua orang atau
lebih. b Hukum Subjektif yaitu hukum yang timbul dari Hukum Objektifdan berlaku
terhadap seorang tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga HAK.
Pembagian hukum jenis ini kini jarang digunakan orang.
Menurut Isinya, hukum dapat dibagi dalam :
a Hukum Privat Hukum Sipil yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan natar orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada
kepentingan perseorangan. b Hukum Publik Hukum Negara yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
Negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara Negara dengan
perseorangan warganegara. 2. Hukum Sipil dan Hukum Publik
Dari segala macam hukum yang disebut diatas, yang terpenting adalah Hukum Sipil dan Hukum Publik.
1 Hukum Sipil Hukum Privat Hukum Sipil teridiri dari :
a Hukum Sipil dalam arti luas, yang meliputi :Hukum Perdata, dan Hukum Dagang
b Hukum Sipil dalam arti sempit, yang meliputi : Hukum Perdata saja. Catatan : dalam beberapa buku-buku tentang hukum, orang sering
mempersamakan Hukum Sipil dengan Hukum Perdata. Agar tidak membingungkan, maka perlu dijelaskan bahwa :
Jika diartikan secara luas, maka hukum Perdata itu adalah sebagaian dari Hukum Sipil.
Jika diartikan secara sempit, maka Hukum Perdata itu dalah sama dengan Hukum Sipil.
Dalam bahasa asing : Hukum Sipil =
Privaatrecht atau Civielrecht Hukum Perdata =
Burgerlijkrecht Privaatrecht dalam arti lus meliputi :
a Burgerlijkrecht b Handelscrecht Hukum Dagang
2 Hukum Publik terdiri dari: a Hukum Tata Negara yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan
pemerintah suatu negara serta hubungan kekuasaan antara alat-alat perlengkapan satu sama lain, dan hubungan antar Negara pemerintah Pusat dengan bagian-
bagian negara daerah-daerah swastantra. b Hukum Administrasi Negara Hukum Tatausaha Negara atau Hukum Tata
Pemerintahan yaitu hukum yang mengatur cara-cara menjalankan tugas hak dan kewajiban dari kekuasaan alat-alat perlengkpan negara.
c Hukum Pidana pidana=hukuman yaitu hukum yang mengatur perbuatan- perbuatan apa yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa yang
melanggarnya serta mengatur bagaimana cara-cara mengajukan perkara-perkara ke muka pengadilan. Paul Scholten dan Logemann menganggap Hukum Pidana
tidak termasuk Hukum Publik. d Hukum Internsional, yang terdiri dari:
1. Hukum Perdata Internasional yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antar warganegara-warganegara sesuatu negara dengan warganegara-
warganegara dari negara lain dalam hubungan internasional. 2. Hukum Publik Internasional Hukum Antar Negara yaitu hukum yang
mengatur hubungan antar negara yang satu dengan negara-negara yang lain dalam hubungan internasional.
Jika orang berbicara tentang Hukum Internsional, maka hampir selalu maksudnya ialah Hukum Publik Internsional.
3. Perbedaan Hukum Perdata Sipil dengan Hukum Pidana a. Perbedaan Isinya :
a Hukum perdata mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitik beratkan kepada kepentingan perseorangan.
b Hukum Pidana mengatur hubungan hukum antara seorang anggota masyarakat warganegara dengan negara yang menguasai tata tertib masyarakat
itu. b. perbedaan pelaksanaannya :
a pelanggaran terhadap norma hukum perdata baru diambil tindakan oleh pengadilan setelah ada pengaduan oleh pihak berkepentingan yang merasa
dirugikan. Pihak yang mengadu, menjadi penggugat dalam perkara itu.
b Pelanggaran terhadap norma hukum pidana, pada umumnya segera diambil tindakan oleh pengadilan tanpa ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. Setelah
terjadi pelanggaran terhadp norma hukum pidana detik=tindak pidana, maka alat- alat perlengkapan negara seperti polisi, jaksa, dan hakim segera bertindak.
Pihak yang menjadi korban cukuplah melaporkan kepada yang berwajib polisi tentang tindak pidana yang terjadi. Pihak yang melaporkan yang dirugikan
menjadi saksi dalam perkara itu, sedang yang menjadi penggugat adalah Penuntut Umum itu Jaksa.
Terhadap beberapa tindak pidana tertentu tidak diambil tindakan oleh pihak berwajib, jika tidak diajukan pengaduan oleh pihak yang dirugikan, misalnya :
perkosaan, pencurian antara keluarga, dll. c. Perbedaan menafsirkan :
a Hukum perdata membolehkan untuk mengadkan macam-macam interplasi terhadap Undang-Undang hukum Perdata.
b Hukum Pidana hnaya boleh ditafsirkan menurut arti kata dalam Undang- Undang Pidana itu sendiri. Hukum Pidana hanya mengenal penafsiran autentik yaitu
penafsiran yang tercantum Undang-Undang Hukum Pidana itu sendiri Titel IX dari buku ke-I Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
4. Perbedaan Acara Perdata Hukum Acara Perdata dengan Acara Pidana Hukum Acara Pidana