Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Teori Basis Ekonomi Economic Base Theory

Teori basis ekonomi dikemukakan oleh Harry W. Richardson pada tahun 1973. Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah Arsyad, 2015: 376. Cara pemenuhan kebutuhan suatu daerah didasarkan pada potensi yang dimiliki.Glasson dalam Prishardoyo, 2008: 3 menjelaskan konsep yang melekat pada teori basis ini dengan mengelompokkan struktur perekonomian menjadi sektorbasis dan sektorbukanbasis. a. Sektor-sektor basis adalah sektor yang mengekspor barang-barang dan jasake tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. b. Sektor-sektor bukan basis, yaitu sektor-sektor yang menjadikan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

2.6. Kerangka Pemikiran

Pembangunan yang memfavoritkan pembangunan perkotaan sebagai mesin pertumbuhan telah menciptakan kesenjangan antara pedesaan dan perkotaan. Distribusi pembagian pengeluaran masyarakat perkotaan dengan kategori berpengeluaran rendah semakin menurun, sedangkan kategori berpengeluaran tinggi cenderung meningkat.Berbeda dengan masyarakat pedesaan yang dikategorikan berpengeluaran tinggi, sedang, maupun rendahjumlahnya fluktuatif. Hal ini menandakan pertumbuhan pendapatan kebanyakan dinikmati masyarakat perkotaan. Amanat Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,memberi kesempatan pedesaan untuk dilibatkan dalam kegiatan pembangunan wilayah. Pendekatan pembangunan tersebut salahsatunya melalui agropolitan.Rojonoto adalah salah satu pelaksana agropolitan di Jawa Tengah. Keberadaan program ini idealnya dapat memberikan pelayanan pada pedesaan belum banyak membantu petani, terutama dalam pemasaran.Penetapan kota tani utama pada kawasan ini tidak difungsikan sebagaimana mestinya, pembangunan sub terminal agribisnis yang kurang strategis menjadikan petani memilik menjual komoditas pertanian kepada tengkulak. Hal ini menyebabkan nilai tukar petani sub sektor hortikultura memiliki kecenderungan turun, bahkan dibawah 100 defisit. Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Pembangunan yang fokus pada perkotaan Kesenjangan antar wilayah Indeks gini pedesaan- perkotaan cenderung naik Pertumbuhan pendapatan banyak dinikmati masyarakat perkotaan Pedesaan perlu dibangun, sesuai UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang Pendekatan agropolitan Agropolitan Rojonoto belum banyak membantu dalam hal pemasaran, NTP Hortikultura tahun 2015 dibawah 100, kesejahteraan petani turun, oleh karena itu perlu prioritas program pengembangan kawasan agropolitan Analisis komoditas unggulan Kendala pengembangan Strategi pengembangan LQ,SS Statistik deskriptif AHP Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Rojonoto Kabupaten Wonosobo

2.7. Penelitian Terdahulu