Pengertian Anemia Klasifikasi Anemia

2.1.2.3.2 Penilaian Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : survei konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi. Penilaian secara tidak langsung tidak akan dijabarkan mengingat dalam penelitian ini tidak menggunakan penilaian ini.

2.1.3 Anemia

Anemia menurut Notoadmodjo 1997:200 terjadi karena konsumsi besi Fe kurang seimbang dibanding kebutuhan zat tubuh. Zat besi merupakan mikro element yang essensial bagi tubuh dan sangat dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin Hb darah. Penyerapan zat besi Fe membutuhkan vitamin C yang berperan mengubah ion ferri Fe 3+ menjadi ferro Fe 2+ . Penyerapan zat besi Fe mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat dalam sel mukosa usus. Pada kondisi normal, hanya 10 persen zat besi Fe yang bisa diserap oleh sel mukosa usus. Pada pria ekskresi Fe dilakukan salah satunya melalui kulit, namun dalam jumlah sangat kecil. Pada wanita ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi. Oleh sebab itu, kebutuhan Fe pada wanita dewasa lebih banyak dibandingkan pada pria.

2.1.3.1 Pengertian Anemia

Pengertian anemia pada dasarnya dapat dibedakan antara anemia, anemia gizi dan anemia gizi besi, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari nilai normal Wirakusumah, 1999:1. Sedangkan menurut Waryana 2010:48 anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari pada nilai normal menurut kelompok orang tertentu. 2. Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis darah Supariasa, 2001 : 169. Sedangkan menurut Kardjati 1985:156 anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin darah lebih rendah dari normal, sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah melakukan reproduksi hemoglobin. 3. Anemia gizi besi adalah keadaan berkurangnya jumlah, warna atau ukuran dari sel – sel darah merah Tan, 1996:11.

2.1.3.2 Klasifikasi Anemia

Anemia mempunyai tingkatan yang berbeda – beda tergantung seberapa tinggi nilai kekurangan hemoglobin seseorang dalam tubuhnya dan seberapa lama ia membiarkan hal tersebut terjadi. Menurut Wirakusumah 1999:2 Secara morfologis anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang dikandung darah, yaitu : 1. Makrositik Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Terdapat dua jenis anemia makrositik, yaitu anemia megaloblastik dan anemia non-megaloblastik. Kekurangan vitamin B12, asam folat atau gangguan sintesis DNA, merupakan penyebab anemia megaloblastik, sedangkan anemia non-megaloblastik disebabkan eritropoiesis yang lebih cepat dan peningkatan luas permukaan membran. 2. Mikrositik Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan ssalah satu tanda anemia mikrositik. Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguam sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan metabolisme besi lainnya. 3. Normositik Pada anemia normositik, ukuran sel darah merah tidak berubah. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit – penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal dan hati. Untuk mempermudah dalam melakukan dan mendapat gambaran derajat atau tingkat keseriusan dalam anemia, dapat dilihat kadar hemoglobin dalam darah yang dibagi dalam beberapa tingkatan. Berikut ini batas normal kadar Hb yang disajikan dalam tabel: Tabel 2.2 Batas Normal Kadar Hb Kelompok Umur Hemoglobin g100 dl Anak Dewasa 6 bulan sampai 6 tahun 6 – 14 tahun Laki – laki Wanita Wanita hamil 11 12 13 12 11

2.1.3.3 Penyebab Anemia

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Gizi terhadap Kebiasaan Makan Ibu Ibu di Desa Mangli Kabupaten Magelang

1 6 143

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BATITA DI DESA SANGGE KECAMATAN KLEGO Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Batita Di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

0 4 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BATITA DI DESA SANGGE KECAMATAN KLEGO Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Batita Di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

0 3 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS GATAK Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Usia 2- 5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdowo Klaten.

0 0 11

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SELODOKO Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 3 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

(ABSTRAK) PENGARUH PENGETAHUAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI PEREMPUAN USIA PRODUKTIF DI DESA MANGLI KECAMATAN KALIANGKRIK KABUPATEN MAGELANG.

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA

0 0 6