ustakaan Braille di Kota Semarang
36
sulit untuk meyakinkan masyarakat mengenai kegunaan dari huruf Braille bagi kaum tunanetra. Salah satu penentang tulisan Braille
adalah Dr. Dufau, asisten direktur L‟Institution Nationale des Jeunes Aveugles. Dufau kemudian diangkat menjadi kepala lembaga yang
baru. Untuk memperkuat gerakan anti-Braille, semua buku dan transkrip yang ditulis dalam huruf Braille dibakar dan disita. Namun
dikarenakan perkembangan murid-murid tunanetra yang begitu cepat sebagai bukti dari kegunaan huruf Braille, menjelang tahun 1847
sistem tulisan tersebut diperbolehkan kembali.
Pada tahun 1851 tulisan Braille diajukan pada pemerintah negara Perancis agar diakui secara sah oleh pemerintah. Sejak saat
itu penggunaan huruf Braille mulai berkembang luas hingga mencapai negara-negara lain. Pada akhir abad ke-19 sistem tulisan ini diakui
secara universal dan diberi nama „tulisan Braille‟. Pada tahun 1956, Dewan Dunia untuk Kesejahteraan Tunanetra The World Council for
the Welfare of the Blind menjadikan bekas rumah Louis Braille sebagai museum. Kediaman tersebut terletak di Coupvray, 40 km
sebelah timur Paris.
2.2.3 Jenis Huruf Braille
Huruf Braille diciptakan dalam kultur budaya barat
, terutama Perancis
sehingga dalam
penggunaannya merepresentasikan
alphabet latin. Maka dalam perkembangan selanjutnya, huruf braille mengalami berbagai modifikasi dalam penerapannya kedalam
berbagai bahasa, terutama bahasa-bahasa yang mempunyai aksara- aksara tertentu. Saat ini tidak heran jika terdapat berbagai versi huruf
Braille, diantaranya :
Perpustakaan Braille di Kota Semarang
hapsoro adi
37
a. Braille Jepang Braille Jepang adalah kode Braille untuk menulis dalam
bahasa Jepang
dan tetap berdasarkan sistem Braille yang asli. Sistem ini disebut tenji yang secara bahasa berarti
dot karakter.
Braille jepang adalah vokal
yang berbasis abiguda. Vokal ditulis disudut kiri atas poin 1,2,4 dan bisa digunakan sendiri.
Sedangkan konsonan ditulis dipojok kanan bawah poin 3,5,6 dan tidak dapat berdiri sendiri. Huruf
semivokal ditandai dengan
4 titik, yaitu titik vokal dan simbol vokal yang terdapat dibawah blok.
Pada huruf kana, penulisannya dengan menambahkan diakritik
yang disebut dakuten
seperti dalam gi . Demikian
pula dengan p yang berasal dari huruf h yang ditambahi lingkaran
kecil, handakuten
. Dua kana
bergabung menjadi satu suku
kata tunggal
dengan tulisan kedua yang lebih kecil seperti dalam
ゃkya, ini disebut Yoon. Untuk tanda baca sama dengan sistem Braille yang asli meskipun terdapat beberapa
tambahan dalam penerapannya di dalam bahasa Jepang. b. Braille Korea
Sistem ini dikembangkan oleh Dr. Rosetta Sherwood Hall tahun 1894 menggunakan 4 titik. Namun karena tidak mudah
digunakan maka dibuatlah sistem dengan 6 titik oleh Park Du- Seong tahun 1926, sedangkan bentuk yang berlaku di
Korea saat ini adalah hasil revisi tahun1994. Braille Korea tidak
berhubungan dengan sistem grafis lainnya di dunia karena khusus mencerminkan pola huruf Hanggul. Sistem ini
merupakan kombinasi dari konnsonan awal, vokal, dan konsonan
akhir.