Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu (A malaccensis Lamk.) Dibandingkan Teh Lain Yang Beredar Dipasaran

TINGKAT KESUKAAN MASYARAKAT TERHADAP TEH DAUN GAHARU(Aquilaria malaccensis Lamk.)
DIBANDINGKAN TEH LAIN YANG BEREDAR DI PASARAN
SKRIPSI
Oleh: Roy Brema Ginting
111201055 Teknologi Hasil Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

ABSTRAK
ROY BREMA GINTING. 111201055. Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Dibandingkan Teh lain yang Beredar di Pasaran. Dibawah Bimbingan RIDWANTI BATUBARA dan HERAWATY GINTING.
Daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) memiliki kandungan senyawa kimia dari golongan flavanoida yaitu flavon, flavonol, dan isoflavon sehingga dapat dimanfaatkan sebagai minuman seduh yang berperan sebagai antioksidan. Tingkat kesukaan mayarakat terhadap teh daun gaharu cukup suka atau dapat diterima masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu dibandingkan teh lain yang beredardi pasaran. Jenis teh yang beredar di pasaran yang digunakan sebagai pembanding adalah teh C. cinencis dan teh daun sirsak. Penelitian ini memiliki 4 tahap, yaitu pengambilan sampel tanaman, pembuatan teh daun gaharu, penetapan kadar tanin, dan uji kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu dibandingkan teh lain yang beredar di pasaran dengan uji hedonik pada rasa, aroma, dan warna menggunakan skala 1-5 (sangat tidak suka-sangat suka) pada penyimpanan teh selama 0 dan 2 bulan. Kadar tanin tertinggi sampai yang terendah yaitu teh C. cinencis (0,5464%), teh daun gaharu (0,2571%), dan teh daun sirsak (0,0643%). Pada penyimpanan 0 bulan tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu cukup disukai hal ini terlihat dari skor yang diperoleh dari segi rasa, aroma dan warna yaitu 3,72; 3,10; 2,42. Teh daun gaharu setelah penyimpanan 2 bulan masih cukup disukai masyarakat dimana dari segi rasa, aroma dan warna diperoleh nilai yaitu 3,34; 3,04; 2,36.
Kata Kunci : teh gaharu, tingkat kesukaan, dan uji hedonik.

ABSTRACT
ROY BREMA GINTING. 111201055. Consumen Preference on Agarwood Leaf Tea (Aquilaria malaccensis Lamk.) Compared to Other Tea on the Market. Under the supervision of RIDWANTI BATUBARA and HERAWATY GINTING.
Agarwood leaves contain chemical compounds such as flavonoid, flavons, flafonols and isoflavones that can be use as a brewed beverage. That has a function as an antioxidant. Consumen preference on agarwood leaf tea quite liked or socially acceptable. The objective of this research was to determine the consumen preference on agarwood leaf tea compared other tea on the market. Types of tea on the market were used as a comparison is C. cinencis tea and soursop leaf tea. This study was made in 4 stages i.e plant sampling, making agarwood leaf tea, determination of tannin conent, and evaluation of consumen preference on agarwood leaf tea by hedonic test on taste, aroma, and colour using 1-5 scale i.e (very unlike-very like) for agarwood leaf tea at 0 and 2 month of storage. The highest to lowest of tannin content was found in C. cinencis tea (0,5464%),agarwood leaf tea (0,2571%), and soursop leaf tea (0,0643%). In the 0 month storage preference level of society against agarwood leaf tea is favored as seen from the scores obtained in terms of taste, aroma and colour that is 3,72; 3,10; 2,42. For the agarwood leaf tea that has been storage for 2 month, agarwood leaf tea still favored where the score for taste, aroma and colour were 3,34; 3,04; 2,36.
Key words: agarwood tea, consumen preference, and hedonic test

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Batumbelin, Kecamatan Namorambe pada tanggal 05 Januari 1994 dari ayah bernama Radu Ginting dan ibu bernama Tukur br Barus. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Swasta St. Daniel Batumbelin pada tahun 2005, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 2 Namorambe pada tahun 2008, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari SMA RK Deli Murni Delitua tahun 2011 dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur SMNPTN. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dan pada semester VII memilih minat studi Teknologi Hasil Hutan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Pecinta Alam yang bernama RIMBAPALA, juga aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA). Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Gunung Barus dan Hutan Pendidikan USU Kabupaten Karo selama 10 hari.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Konservasi Sumberdaya Alam Yogyakarta dari tanggal 31 Januari sampai 29 Februari 2015.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan rahmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu (A malaccensis Lamk.) Dibandingkan Teh Lain Yang Beredar Dipasaran”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) dibandingkan teh lain yang beredar dipasaran.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih kepada: 1. Orang tua tercinta (R. Ginting dan T br Barus) yang telah membesarkan dan
mendidik penulis selama ini serta selalu memberi dukungan, doa dan motivasi untuk tetap semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberi masukan dan saran berharga dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Kakanda Fitri Ani br Ginting atas cinta kasih dan doanya kepada penulis. 4. Teman-teman satu angkatan THH 2011. 5. Asisten laboratorium Ilmu Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang bersedia membantu dan memberi masukan selama melakukan penelitian. 6. Teman-teman Kehutanan angkatan 2011 lainnya yang telah memberi semangat, dukungan dan motivasi.

7. Semua rekan penghuni Kos Jln. Pembangunan USU No.67, Medan atas doa dan dukungan yang diberikan.
8. Semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi segala pihak yang membutuhkan.
Medan, September 2015
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3 Hipotesis......................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Teh ................................................................................................................. 4 Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) ......................................................... 5 Sirsak ............................................................................................................. 9 Tanin............................................................................................................... 10
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................... 12 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................... 12 Prosedur Penelitian .................................................................................... 13 Pengambilan Sampel Tanaman............................................................. 13 Pembuatan Teh Daun Gaharu ............................................................... 13 Pembuatan Pereaksi .............................................................................. 14 Penentuan Kadar Tanin dengan Metode Lowenthal Procter ................ 14 Uji Hedonik .......................................................................................... 15 Analisis Data ........................................................................................ 15
HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kadar Tanin ............................................................................. 18 Uji Hedonik ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ABSTRAK
ROY BREMA GINTING. 111201055. Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Dibandingkan Teh lain yang Beredar di Pasaran. Dibawah Bimbingan RIDWANTI BATUBARA dan HERAWATY GINTING.
Daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) memiliki kandungan senyawa kimia dari golongan flavanoida yaitu flavon, flavonol, dan isoflavon sehingga dapat dimanfaatkan sebagai minuman seduh yang berperan sebagai antioksidan. Tingkat kesukaan mayarakat terhadap teh daun gaharu cukup suka atau dapat diterima masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu dibandingkan teh lain yang beredardi pasaran. Jenis teh yang beredar di pasaran yang digunakan sebagai pembanding adalah teh C. cinencis dan teh daun sirsak. Penelitian ini memiliki 4 tahap, yaitu pengambilan sampel tanaman, pembuatan teh daun gaharu, penetapan kadar tanin, dan uji kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu dibandingkan teh lain yang beredar di pasaran dengan uji hedonik pada rasa, aroma, dan warna menggunakan skala 1-5 (sangat tidak suka-sangat suka) pada penyimpanan teh selama 0 dan 2 bulan. Kadar tanin tertinggi sampai yang terendah yaitu teh C. cinencis (0,5464%), teh daun gaharu (0,2571%), dan teh daun sirsak (0,0643%). Pada penyimpanan 0 bulan tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu cukup disukai hal ini terlihat dari skor yang diperoleh dari segi rasa, aroma dan warna yaitu 3,72; 3,10; 2,42. Teh daun gaharu setelah penyimpanan 2 bulan masih cukup disukai masyarakat dimana dari segi rasa, aroma dan warna diperoleh nilai yaitu 3,34; 3,04; 2,36.
Kata Kunci : teh gaharu, tingkat kesukaan, dan uji hedonik.

ABSTRACT
ROY BREMA GINTING. 111201055. Consumen Preference on Agarwood Leaf Tea (Aquilaria malaccensis Lamk.) Compared to Other Tea on the Market. Under the supervision of RIDWANTI BATUBARA and HERAWATY GINTING.
Agarwood leaves contain chemical compounds such as flavonoid, flavons, flafonols and isoflavones that can be use as a brewed beverage. That has a function as an antioxidant. Consumen preference on agarwood leaf tea quite liked or socially acceptable. The objective of this research was to determine the consumen preference on agarwood leaf tea compared other tea on the market. Types of tea on the market were used as a comparison is C. cinencis tea and soursop leaf tea. This study was made in 4 stages i.e plant sampling, making agarwood leaf tea, determination of tannin conent, and evaluation of consumen preference on agarwood leaf tea by hedonic test on taste, aroma, and colour using 1-5 scale i.e (very unlike-very like) for agarwood leaf tea at 0 and 2 month of storage. The highest to lowest of tannin content was found in C. cinencis tea (0,5464%),agarwood leaf tea (0,2571%), and soursop leaf tea (0,0643%). In the 0 month storage preference level of society against agarwood leaf tea is favored as seen from the scores obtained in terms of taste, aroma and colour that is 3,72; 3,10; 2,42. For the agarwood leaf tea that has been storage for 2 month, agarwood leaf tea still favored where the score for taste, aroma and colour were 3,34; 3,04; 2,36.
Key words: agarwood tea, consumen preference, and hedonic test


PENDAHULUAN
Latar Belakang Teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air.
Aroma teh yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Teh juga dapat digunakan sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah dan melancarkan sirkulasi darah. Hal ini disebabkan teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti polifenol, theofilin, flavonoid/metilxantin, tannin, vitamin C dan E, catechin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, dan Mg. Maka tidak heran bila teh disebut-sebut minuman kaya manfaat (Soraya, 2007).
Peranan komoditas teh dalam perekonomian di Indonesia cukup strategis. Industri teh Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan menyerap sekitar 300.000 pekerja dan menghidupi sekitar 1,2 juta jiwa. Selain itu, secara nasional industry teh menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1,2 triliun (0,3% dari total PDB nonmigas) dan menyumbang devisa bersih sekitar 110 juta dollar AS pertahun. Dari aspek lingkungan, usaha budidaya dan pengolahan teh termasuk jenis usaha yang mendukung konservasi tanah dan air (ATI, 2000).
Gaharu adalah kayu wangi yang sudah diresapi resin yang dijumpai pada pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan untuk pengasapan dan untuk obat. Di Indonesia, persediaan pohon ini diperkirakan mencapai 1,87 pohon per ha di Sumatera, 3,37 pohon per hektar di Kalimantan dan 4,33 pohon per ha di Papua. Keberadaan pohon itu sendiri tidak menjamin keberadaan resin. Para ilmuwan memperkirakan hanya 10% dari pohon

Aquilaria di dalam hutan yang mengandung gaharu . Indonesia adalah eksportir utama produk gaharu di dunia. Dengan permintaan pasar yang tinggi, banyak kolektor yang tidak trampil tertarik untuk mengeksploitasi gaharu akibatnya, sebagian besar populasi gaharu rusak terlepas bahwa kayu ini tercantum dalam CITES Appendix II. Baru-baru ini, harga untuk gaharu dengan mutu terbaik dinyatakan sebesar kurang-lebih 400/kg dan sebagian besar bahan ini diselundupkan dan diperdagangkan secara ilegal keluar dari Indonesia (WWF Indonesia, 2008 dalam Gusman, 2008 ), oleh karena itu telah banyak dilakukan penelitian untuk memanfaatkan pohon gaharu selain kayunya yaitu daunnya yang dimanfaatkan sebagai teh.
Tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) cukup suka atau dapat diterima masyarakat. Hal ini dibuktikan pada saat dilakukan survei tahap I dari segi rasa dan aroma masyarakat lebih menyukai teh yang dipanen pada pagi hari umur pohon 4 tahun sedangkan dari segi warna lebih disukai yang dipanen pada siang hari umur 7 tahun. Pada survei tahap II juga dari segi rasa dan aroma yang lebih disukai yang dipanen pagi hari dengan umur pohon 4 tahun dan dari segi warna juga yang lebih disukai yang dipanen siang hari umur 7 tahun (Manurung, 2014).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu dibandingkan dengan teh lain yang beredar dipasaran. Teh yang beredar dipasaran berasal dari daun C. cinencis, sedangkan teh herbal yang sudah beredar dipasaran adalah teh sirsak. Maka pada penelitian ini kedua teh tersebut menjadi pembanding.

Tujuan penelitian Mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu
(A. malaccensis Lamk) dibandingkan teh herbal sirsak dan teh (C. cinencis).
Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan informasi mengenai tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (A. malaccensis Lamk) dibandingkan teh lain yang beredar dipasaran. 2. Dapat digunakan sebagai acuan bagi petani gaharu dalam mengolah gaharu menjadi minuman teh seduh yang sehat dan disukai masyarakat.
Hipotesis Terdapat perbedaan tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu
(A. malaccensis Lamk), teh sirsak (Herbal), dan teh (camellia cinensis).

TINJAUAN PUSTAKA

Teh


Teh merupakan bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di

banyak negara serta di berbagai lapisan masyarakat. Hasil penelitian ilmiah

menunjukkan bahwa setelah air, teh adalah minuman yang paling banyak

dikonsumsi manusia dewasa. Seiring perkembangan dunia, teh semakin popular

hingga ke seluruh pelosok dunia (Tanuwijaya, 2009).

Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang diberi nama seperti :

Camellia theifera, Thea sinensis, Camellia thea dan Camellia sinensis. Tanaman

teh terdiri dari banyak spesies yang tersebar di Asia Tenggara, India, Cina Selatan,

Laos Barat Laut, Muangthai Utara dan Burma. Sistematika tanaman teh terdiri

dari :


Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class

: Dicotyledonae

Ordo

: Guttiferales

Famili

: Theaceae

Genus


: Camellia

Spesies

: Camellia sinensis L.

Varietas

: sinensis dan asamika

(Efendi, 2010).

Sebagai salah satu minuman yang banyak digemari, teh ternyata

mempunyai kelebihan yaitu memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa teh mampu mencegah serangan influenza, mencegah penyakit jantung dan stroke, menstimulir sistem sirkulasi, memperkuat pembuluh darah, menurunkan kolesterol dalam darah dan masih banyak penyakit lainnya yang mampu diatasi dengan teh (Yudana, 1998 dalam Suryaningrum, 2007).
Dalam perdagangan teh internasional dikenal tiga golongan teh, yang pengolahannya berbeda-beda dan dengan demikian juga bentuk serta cita rasanya, yaitu Black Tea (teh hitam), Green Tea (teh hijau) dan Oolong Tea (teh oolong). Perbedaan pokok antara teh hitam dan teh hijau adalah bahwa teh hitam mengalami proses fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri khasnya sedangkan teh hijau tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya. Disamping itu teh hitam tidak mengandung unsur-unsur lain di luar pucuk teh, sedangkan teh hijau karena bau daunnya tidak hilang (karena tidak mengalami proses fermentasi itu) harus dikompensasi dengan wangi-wangian dari bahan bahan non teh (Radiana, 1985).


Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)

Secara botanis tumbuhan penghasil gaharu memiliki susunan tata nama

atau taksonomi sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyte

Sub-divisio : Angiospermae

Class

: Dycotyledon

Sub-class : Archiihlamydae

Family


: Thymeleaceae

Genus

: Aquilaria

Spesies

: A. malaccensis Lamk.

(Sumarna, 2012).

Beberapa ciri morfologis, sifat fisik, sebaran tumbuh serta nama daerah

jenis pohon penghasil gaharu di Indonesia sebagai berikut :

Aquilaria spp. Pohon dengan tinggi batang yang dapat mencapai antara 35-40 m,

berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang licin berarna putih atau keputih-putihan


dan berkayu keras. Daun lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5–8 cm dan

lebar 3–4 cm, ujung daun runcing, warna daun hijau mengkilat. Bunga berada

diujung ranting atau dikukuran ketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam

polongan berbentuk bulat telur atau lonjong berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3

cm lebar. Biji/benih berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu halus

berwarna kemerahan (Sumarna, 2012).

Gaharu (A. malaccensis Lamk.) memiliki morfologi atau ciri-ciri

morfologi, tinggi pohon ini dapat mencapai 40 meter dengan diameter batang

mencapai 60 cm. Pohon ini memiliki permukaan batang licin, warna keputih-

putihan, kadang beralur dan kayunya agak keras. Bentuk daun lonjong agak


memanjang, panjang 6-8 cm, lebar 3-4 cm, bagian ujung meruncing. Daun yang

kering berwarna abu-abu kehijaun, agak bergelombang, melengkung, permukaan

daun atas-bawah licin dan mengkilap, tulang daun 12-16 pasang (Tarigan, 2004).

Kandungan kimia tanaman gaharu antara lain adalah: noroxo-agarofuran,

agarospirol, 3,4-dihidroxy dihydroagarufuran, p-methoxy-benzylaceton

aquilochin, Jinkohol, jinkohol ermol dan kusunol. Senyawa antioksidan

diantaranya adalah asam fenolik, flavonoid, karoten, vitamin E, (tokoferol),

vitamin C, asam urat, bilirubin, dan albumin (Gheldof, et.al. 2002 dalam Mega dan Swastini, 2010). Zat-zat gizi mineral seperti mangan, seng, tembaga dan selenium (Se) juga berperan sebagai antioksidan. Diantara zat-zat antioksidan ini diduga ada dalam ekstrak metanol daun gaharu seperti senyawa fenol dan flavonoid (Mega dan Swastini, 2010).
Sumarna (2008) menyatakan bahwa di hutan alam daerah jambi ekologi (tempat tumbuh) yang sesuai untuk penyebaran pohon induk Aquilaria malaccensis dan A.microcarpa, yaitu suhu 270C pada ketinggian 100 m di atas permukaan laut, kelembaban nisbi 78%, dan intensitas cahaya 75%. Pada ketinggian 200 m dpl diperoleh nilai rata-rata suhu rata-rata 240C, kelembaban sekitar 85%, intensitas cahaya sekitar 67%. Pada ketinggian di atas 200 m dpl, suhu rata-rata 200C, kelembaban udara sekitar 81% dan intensitas cahaya sekitar 56%. Dari penelitian di atas dapat dikatakan bahwa jenis Aquilaria spp. dapat tumbuh baik pada suhu antara 20-33oC, kelembaban berkisar 77-85% serta intensitas cahaya sekitar 56-75% (Santoso, 2012).
Daerah sebaran tumbuh pohon penghasil gaharu di Indonesia dijumpai di wilayah hutan Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan Nusa Tenggara. Secara ekologis berada pada ketinggian 0–2400 m.dpl, pada daerah beriklim panas dengan suhu antara 28º–34°C, berkelembaban sekitar 80% dan bercurah hujan antara 1000–2000 mm/th. Lahan tempat tumbuh pada berbagai variasi kondisi struktur dan tekstur tanah, baik pada lahan subur, sedang hingga lahan marginal.Gaharu dapat dijumpai pada ekosistem hutan rawa, gambut, hutan dataran rendah atau hutan pegunungan, bahkan dijumpai pada lahan berpasir berbatu yang ekstrim (Sumarna, 2012).

Beberapa sifat biofisiologis tumbuh pohon penghasil gaharu yang penting untuk diperhatikan adalah faktor sifat fisiologis pertumbuhan, sebagian besar pohon pada fase pertumbuhan awal (vegetatif) memiliki sifat tidak tahan akan intensitas cahaya langsung (semitoleran) hingga berumur 2-3 tahun. Faktor lain sifat fenologis pembungaan dimana setiap jenis, selain dipengaruhi oleh kondisi iklim dan musim setempat juga akan dipengaruhi oleh kondisi edafis lahan tempat tumbuh. Sifat fenologis buah/benih yang rekalsitran, badan buah pecah dan tidak jatuh bersamaan dengan benih. Sifat fisiologis benih memiliki masa istirahat (dormansi) yang sangat rendah, benih-benih yang jatuh di bawah tajuk pohon induk pada kondisi optimal setelah 3–4 bulan akan tumbuh dan menghasilkan permudaan alam tingkat semai yang tinggi dan setelah 6–8 bulan akan terjadi persaingan, sehingga populasi anakan tingkat semai akan menurun hingga 60–70 %. Aspek pertumbuhan permudaan alam tingkat semai penting diketahui sebagai dasar dalam penyediaan bibit tanaman dengan cara memanfaatkan cabutan permudaan alam (Sumarna, 2012).
Pohon gaharu ini banyak terdapat di beberapa daerah di Indonesia diantaranya adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Ambon, Irian dan lain-lain. Di Indonesia, secara aktif perdagangan gaharu dimulai sejak abad ke 5 dan berlanjut pada masa pemerintahan Hindia Belanda sampai pada pemerintahan Indonesia sekarang. Bahkan di China perdagangan gaharu telah dimulai sejak abad ke tiga yang secara teratur telah mengimpor gaharu dari Semenanjung Malaya dan wilayah lainnya di sekitarnya. (Soehartono dan Mardiastuti 2003 dalam Mulyono, 2010).


Ekstrak daun gaharu (Gyrinops versteegii) mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, terpenoid dan senyawa fenol. Senyawa-senyawa metabolit sekunder inilah yang diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas karena gugus-gugus fungsi yang ada dalam senyawa tersebut seperti gugus OH yang dalam pemecahan heterolitiknya akan menghasilkan radikal O (O.) dan radikal H (H.) (Mega dan Swastini, 2010).
Matahari sebagai sumber energi akan dimanfaatkan juga oleh tumbuhtumbuhan untuk memasak unsur-unsur hara termasuk air yang berada di daun untuk keperluan pertumbuhan pohonnya. Pohon gaharu atau tanaman jenis Aquilaria spp yang sudah dikenal di Indonesia sejak 1200 tahun yang lalu memiliki pohon yang dapat dijadikan gubal, kemedangan yang memiliki nilai jual tinggi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2012) bahwa daun gaharu dapat dimanfaatkan sebagai minuman fungsional teh gaharu yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Daun yang dimanfaatkan untuk dijadikan teh gaharu adalah daun yang masih muda atau dinamakan pucuk dikarenakan kandungan antioksidannya lebih besar dibandingkan daun yang sudah tua sehingga dapat dijadikan teh gaharu (Bizzy, 2013). Sirsak
Tanaman sirsak (Annona muricata Linn.) berasal dari bahasa Belanda, yakni zuurzak berarti kantong asam. Daun sirsak banyak digunakan sebagai obat herbal untuk mengobati berbagai penyakit, antara lain : penyakit asma di Andes Peru, diabetes dan kejang di Amozania Peru (Zuhud, 2011).
Sistematika dari tumbuhan sirsak adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Polycarpiceae

Famili

: Annonaceae

Spesies

: Annona muricata L.

(Sunarjono, 2005).

Kandungan senyawa dalam daun sirsak antara lain steroid/terpenoid,

flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tanin. Senyawa flavonoid berfungsi sebagai

antioksidan untuk penyakit kanker, anti mikroba, anti virus, pengatur fotosintetis,

dan pengatur tumbuh (Robinson, 1995).

Masyarakat Indonesia menggunakan daun sirsak sebagai obat herbal untuk

mengobati penyakit kanker, yaitu dengan cara meminum air rebusan daun sirsak

segar. Air rebusan daun sirsak segar dapat menimbulkan efek panas seperti

pada kemoterapi, namun air rebusan daun sirsak ini hanya membunuh sel-sel yang

abnormal (kanker) dan membiarkan sel-sel normal tetap tumbuh. Hal ini berbeda

dengan efek yang ditimbulkan pada pengobatan kemoterapi, dimana pengobatan

kemoterapi ini tidak saja membunuh sel-sel abnormal (kanker) tetapi sel-sel yang

normal juga ikut mati (Leny, 2006).

Tanin

Senyawa tanin merupakan senyawa yamg paling penting pada daun teh.

Senyawa ini tidak berwarna dalam pengolahan teh secara langsung atau tidak

langsung, perubahnya selalu dihubungkan dengan sifat teh jadi yaitu rasa, warna

dan aromanya. Tanin merupakan senyawa yang paling penting pada daun teh.

Senyawa yang tidak berwarna ini dalam pengolahan, langsung atau tidak langsung perubahannya selalu dihubungkan dengan sifat teh jadi yaitu rasa, warna dan aroma. Menurut Winarno bahwa kandungan tanin dalam teh dapat digunakan sebagai pedoman mutu karena tanin memberikan rasa yang terlalu sepat sehingga tidak diinginkan konsumen (Arifin, 1994).
Adanya tanin dalam bahan makanan juga dapat menentukan cita rasa bahan makanan tersebut. Rasa sepat ahan makanan biasanya disebakan oleh tanin. Misalnya dalam bir, adanya tanin kemungkinan besar berasal dari malt dan hop, dan menurut hasil penelitian terdahulu kandungan tanin dalam bir sekitar 25-55 ppm. Kandungan tanin dalam teh dapat digunakan sebagai pedoman mutu, karena tanin juga memberikan kemantapan rasa (Winarno, 1997).
Tanin katekin adalah senyawa yang tidak berwarna, dan dapat menentukan sifat produk teh seperti rasa, warna dan aroma. Tanin pada daun teh merupakan turunan dari asam galat. Kebanyakan turunan galat disebut tanin karena dapat menyamak kulit (tanin berasal dari kata tanning=menyamak), sedangkan tanin pada daun teh, tidak bersifat menyamak kulit. Tanin katekin pada daun teh meruapakan senyawa yang sangat kompleks, tersusun sebagai senyawa-senyawa katekin, epikatekin galat, epigalokatekin, epigalokatekin galat dan galokatekin (Kusuma, 2009).
Seperti di ketahui, penurunan mutu suatu makanan telah terjadi sejak penolahan dan penurunan mutu tersebut berlangsung selama penyimpanan. Salah satu tanda makanan itu telah terjadi penurunan mutu adalah terjadinya kerusakan mikrobiologi yang biasanya disebabkan oleh bakteri, kapang dan khamir yang

akan mempengaruhi warna, tekstur, rasa dan aroma sehingga makanan itu tidak layak lagi dikonsumsi (Winarno, 1993).

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Mei
2015. Tempat pengambilan sampel dilakukan di pertanaman pohon gaharu di Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pembuatan teh dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penentuan kadar tanin dilakukan di Laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Survei tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu dilakukan di sekitar kampus dan tempat umum.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun gaharu
(A. malaccensis Lamk.) yang segar dan simplisia daun gaharu yang telah disimpan selama 1 bulan, teh C. cinencis dibeli dari pabrik teh di sidamanik, teh daun sirsak dibeli dari toko obat herbal, akuades, larutan gelatin, larutan indigokarmin, larutan asam garam, kaolin serbuk, larutan KMnO4, gula, dan air.
Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi blender, lemari pengering, labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung, tabung penerima 5 ml, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, stopwatch, cawan porselin, krus tang, pisau, karung, kertas perkamen, ember, kamera digital, gelas, sendok dan kuisoner

Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel Tanaman
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tanaman yang sama dari daerah yang lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) yang diambil dari pertanaman pohon gaharu di Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Pembuatan Teh dan Simplisia Daun Gaharu 1. Sampel daun gaharu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan air
mengalir 2. Dilayukan dengan disebarkan di atas kertas perkamen hingga airnya terserap 3. Dilakukan pengeringan di lemari pengering 4. Diblender daun yang sudah kering 5. Setelah diblender, dimasukkan ke dalam plastik polietilen 6. Teh gaharu diseduh menjadi minuman teh untuk selanjutnya diuji rasa, aroma,
dan warna (uji hedonik) kepada panelis berupa masyarakat baik di lingkungan kampus maupun masyarakat umum 7. Pengujian yang sama juga dilakukan tehadap teh sirsak dan teh (C. cinencis) 8. Setelah 2 bulan, teh gaharu yg disimpan dalam plastik polietilen begitu juga dengan teh sirsak dan teh (Camelina cinencis) diseduh kembali menjadi minuman teh untuk selanjutnya diuji rasa, aroma dan warna (uji hedonik) kepada panelis yang sama

Pembuatan pereaksi 1. Larutan Indigocarmin
Sebanyak 1,5 g indigocarmin di larutkan ke dalam 250 ml aquades dan dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan aquades sampai satu liter lalu disaring (Sudarrnadji,dkk., 1984). 2. Larutan KMnO4 0,1 N Di timbang KMNO4 3,2 g kemudian dilarutkan 1 liter aquades. Dididihkan selama 10-15 menit, kemudian disimpan selama satu malam. Setelah itu disaring dan diencerkan 1 liter aquades. Larutan KMnO4 standar perlu distandarisasi sebelum dipakai (Sudarrnadji,dkk., 1984). Penentuan Kadar Tanin 1. Ditimbang 1,5 g tannin, kemudian dimasukkan kedalam gelas iala 100 ml
lalu ditambahkan air 50 ml. dipanaskan pada suhu 40 – 600C selama 30 menit. Setelah dingin larutan disaring kedalam labu ukur 250 ml, lalu ditambahkan dengan air sampai tanda garis. 2. Dari larutan diatas diambil 25 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 20 ml larutan indigocarmin kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N, tiap kali penambahan sebanyak 1 ml KMnO4 hingga warna berubah dari biru menjadi hijau selanjutnya titrasi dilakukan tetes demi tetes hingga warna hijau menjaadi warna kuning emas. Misalnya diperlukan volume titran A ml. 3. Penetapan blanko dilakukan dengan memipet 20 ml larutan indigocarmin kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan air lalu dititrasi seperti contoh di atas. Misalnya diperlukan volume titran B ml

4. Kadar tanin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������

=

10( ������������ − ������������) × ������������ × 0.00416 ������������������������������������������������������������������������ (������������������������)

× 100 %

Keterangan : A; volume titrasi tanin (ml), B; volume titrasi blanko (ml), N; normalitas KMnO4 standar (N), 10; factor pengenceran, 1 ml KMnO4 0,1 N; setara 0,00416 g tanin. (Sudarmadji,dkk., 1984).

Uji Hedonik

Uji kesukaan juga disebut sebagai uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis

dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan

dan mengemukakan tingkat kesukaan atau disebut juga dengan skala hedonik.

Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan

skala numerik. Pengujian ini diberikan kepada 50 orang panelis dengan berbagai

variasi umur (17-50 tahun), jenis kelamin dan suku untuk pengujian terhadap rasa,

aroma, dan warna. Skala yang digunakan pada Tabel 1.

Tabel 1. Skala Hedonik dan Skala Numerik

Skala Hedonik Sangat suka Suka Cukup suka Tidak suka Sangat tidak suka

Skala Numerik 5 4 3 2 1

Batas penolakan yaitu batas dimana teh yang diujikan dianggap tidak disukai oleh konsumen berada saat skala numerik ≤ 3.

Analisis Data
Analisis data hasil pengamatan yang dilakukan secara statistik. Data hasil survei panelis akan dianalisa dengan data dan foto.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kadar Tanin Tinggi rendahnya kadar tanin dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kadar
ekstrak dalam air teh karena tanin erat hubungannya dengan rasa seduhan teh yang bisa memberikan rasa sepat. Hasil penetapan kadar tanin yang diperoleh dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu teh C. cinencis (0,5464%), teh daun gaharu (0,2571%) dan teh daun sirsak (0,0643%). Menurut Winarno dan Aman (1979) rasa sepat umumnya terjadi karena adanya presipitasi protein yang melapisi rongga mulut dan lidah atau karena terjadinya penyamakan pada lapisan rongga mulut oleh tanin. Kadar tanin yang ditemukan pada beberapa jenis teh ini menunjukkan perbedaan yang cukup nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jyotismita (2015) bahwa perbedaan dari kandungan tanin pada berbagai jenis teh dapat diakibatkan oleh perbedaan proses pengolahan teh, umur daun yang kemudian diolah menjadi teh dan perbedaan iklim dan kandungan tanah tempat daun teh diambil. Selain itu, kadar tanin pada setiap jenis daun berbeda karena kandungan yang terdapat pada tumbuhan berbeda. Uji Hedonik Tabel 2. Hasil Survei Uji Hedonik Tahap I Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Teh
Gaharu (Aquilaria malacensis) dibandingkan teh lain yang beredar dipasaran

Jenis Teh

Rasa

Aroma

Warna

Teh camellia cinensis 4,36 4,08 4,34

Teh daun gaharu

3,72 3,10 2,42

Teh daun sirsak

2,86 2,00 3,38

Skala 1 –5 = sangat tidak suka –sangat suka

1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = cukup, 4 = suka, 5 = sangat suka

Pada Tabel 2 terlihat bahwa dari ketiga jenis teh yang diujikan kepada panelis yang paling disukai oleh masyarakat adalah teh C. cinensis, karena terlihat dari parameter rasa, aroma dan warna memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan kedua jenis teh lainnya yaitu untuk rasa 4,36 aroma 4,08 dan warna 4,34.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa untuk parameter aroma nilai tertinggi diperoleh oleh sampel teh yang beredar di pasaran yaitu teh C. cinensis (4,08) dan nilai terendah diperoleh oleh teh daun sirsak (2,00). Tinggi rendahnya nilai aroma teh yang tercium oleh panelis berhubungan dengan kadar ekstrak dalam air teh dan berat teh yang dikandungnya, dimana semakin banyak ekstrak teh dalam air dan semakin berat teh yang digunakan maka semakin banyak aroma teh yang tercium oleh panelis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (1993) yang menyatakan bahwa aroma teh tersusun dari senyawa-senyawa minyak atsiri (essential oil) dimana aroma teh berasal sejak di perkebunan dan sebagian dikembangkan selama proses pembuaan teh. Paling sedikit 14 senyawa mudah menguap terdapat terdapat dalam minuman teh yang mungkin berpengaruh pada cita rasa teh diantaranya metil dan etil alkohol.
Pada segi rasa, jenis teh daun gaharu cukup disukai panelis sedangkan teh daun sirsak tidak disukai panelis. Hal ini juga dipengaruhi oleh kadar tanin yang sangat rendah sehingga rasa khas dari teh tidak dirasakan oleh panelis. Teh daun gaharu memiliki kadar tanin sebesar 0,25% sedangkan teh daun sirsak memiliki kadar tanin sebesar 0,06%. Menurut winarno (1997) adanya tanin dalam bahan makanan juga dapat menentukan cita rasa bahan makanan tersebut. Rasa sepat bahan makanan biasanya disebkan oleh tanin. Misalnya dalam bir, adanya tanin

kemungkinan besar berasal dari malt dan hop, dan menurut hasil penelitian terdahulu kandungan tanin dalam bir sekitar 25-55 ppm. Kandungan tanin dalam teh dapat digunakan sebagai pedoman mutu, karena tanin juga memberikan kemantapan rasa.
A BC
Gambar 1. Foto Seduhan Teh Keterangan : A: Teh C. cinensis B : Teh daun gaharu C : Teh daun sirsak Sementara dari segi parameter warna teh daun gaharu tidak disukai panelis yaitu dengan nilai 2,4. Hal ini juga dipengaruhi oleh ekstrak dalam air yang terlalu tinggi sehingga warna seduhan menjadi gelap dan tidak cerah, akibatnya kurang disukai oleh panelis. Jenis teh yang warnanya paling disukai panelis adalah teh C. cinensis yaitu dengan nilai 4,33 karena ekstrak dalam air yang lebih rendah dari teh daun gaharu dan teh daun sirsak dengan warna seduhan merah cerah.

Proses ekstraksi teh adalah suatu pemisahan bahan berupa padatan dengan

menggunakan bahan cair (air) atau pelarut lainnya. Menurut Trisno (1998),

idealnya waktu menyeduh teh berlangsung selama lima menit dengan suhu air 800C dan tiga menit dengan suhu air 900C.

Pegujian tingkat kesukaan masyarakat juga dilakukan terhadap ketiga jenis

teh yang sudah disimpan selama 2 bulan yang bertujuan untuk melihat pengaruh

lama penyimpanan terhadap mutu organoleptik teh daun gaharu dibandingkan teh

camellia cinensis dan teh daun sirsak. Hasil pengujian tingkat kesukaan

masyarakat terhadap ketiga jenis teh setelah 2 bulan penyimpanan dapat dilihat

pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Survei Uji Hedonik Tahap II Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Teh Gaharu (Aquilaria malacensis) dibandingkan teh lain yang beredar dipasaran

Jenis Teh

Rasa

Aroma

Warna

Teh camelia cinencis 4,28 4,04 4,32

Teh daun gaharu

3,34 3,04 2,36

Teh daun sirsak

2,30 1,94 2,96

Skala 1 –5 = sangat tidak suka –sangat suka

1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = cukup, 4 = suka, 5 = sangat suka

Pada Tabel 3 terlihat bahwa dari ketiga jenis teh yang di ujikan terlihat

bahwa teh C. cinensis masih yang paling disukai oleh masyarakat. Sementara teh

daun gaharu masih cukup disukai oleh masyarakat sedangkan teh daun sirsak tetap

tidak disukai oleh masyarakat.

Dari parameter aroma terlihat bahwa teh C. cinensis, teh daun gaharu dan

teh daun sirsak mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh aroma teh yang

tersusun dari senyawa senyawa minyak atsiri (essential oil), yang bersifat mudah

menguap pada suhu kamar dimana selama penyimpanan akan kehilangan minyak

atsiri dalam jumlah relative kecil karena pengaruh adanya mikroorganisme (Winarno, 1993).
Dalam parameter rasa dan warna teh gaharu juga mengalami penurunan nilai tingkat kesukaan setelah 2 bulan penyimpanan namun penurunannya tidak terlalu jauh, misalnya dari segi rasa teh daun gaharu masih cukup disukai panelis. Menurut winarno (1993), penurunan mutu suatu makanan atau minuman telah terjadi sejak pengolahan dan terus berlangsung selama penyimpanan yang ditandai dengan perubahan warna, rasa dan aroma yang biasanya disebabkan oleh bakteri, kapang dan khamir sehingga tidak pantas lagi untuk dikonsumsi.

Tabel 4. Hubungan antara Kadar Tanin dengan Hasil Survei Uji Hedonik

Uji Hedonik

Jenis teh

KT (%)

Rasa

Aroma Warna

Teh camelia cinencis 0,54

4,28

4,04 4,32

Teh daun gaharu

0,25

3,34

3,04 2,36

Teh daun sirsak

0,06

2,3

1,94 2,96

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar tanin maka tingkat kesukaan masyarakat semakin tinggi. Sebaliknya semakin rendah kadar tanin maka tingkat kesukaan masyarakat terhada teh yang di ujikan semakin rendah. Menurut Arifin (1994) tanin merupakan senyawa yang paling penting pada daun teh. Senyawa yang tidak berwarna ini dalam pengolahan, langsung atau tidak langsung perubahannya selalu dihubungkan dengan sifat teh jadi yaitu rasa, warna dan aroma. Menurut Winarno (1997) adanya tanin dalam bahan makanan juga dapat menentukan cita rasa bahan makanan tersebut. Rasa sepat bahan makanan biasanya disebabkan oleh tanin. Misalnya dalam bir, adanya tanin kemungkinan

besar berasal dari malt dan hop, dan menurut hasil penelitian terdahulu kandungan tanin dalam bir sekitar 25-55 ppm. Kandungan tanin dalam teh dapat digunakan sebagai pedoman mutu, karena tanin juga memberikan kemantapan rasa.
Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh paling tinggi terdapat pada teh C. cinensis karena teh ini sudah melaui berbagai tahap pengolahan yang mempengaruhi warna, aroma dan rasanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (2009) bahwa teh C. cinensis ketika melaui proses pengolahan akan memudahkan diperoleh ensima-ensima yang kemudian akan memberi rasa dan aroma yang khas karena pada proses pengolahan ini telah berlangsung oksidasi dan fermentasi dari tanin pada teh. Jadi, tanin inilah yang setelah melalui tahap fermentasi yang menghasilkan rasa khas teh serta warna seduhan teh.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji hedonik tahap I dan II dapat dikatakan bahwa masyarakat cukup dapat menerima keberadaan teh daun gaharu, karena dari hasil penelitian diketahui bahwa dari segi rasa dan aroma masyarakat cukup menyukai teh daun gaharu walaupun dari segi warna masyarakat tidak menyukainya. Menurut Saragih (2014) rasa bahan pangan merupakan salah satu parameter penting yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk pangan. Rasa yang dihasilkan dipengaruhi oleh komponen yang ada di dalam bahan dan proses yang di alaminya. Rasa menjadi faktor yang sangat menentukan pada putusan akhir konsumen untuk menolak atau menerima suatu makanan, walau parameter penilaian yang lain lebih baik, jika rasa makanan tidak disukai maka produk akan ditolak.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Terdapat perbedaan tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu
(A. malaccensis Lamk), teh sirsak (Herbal), dan teh (Camellia cinensis) dimana yang paling disukai adalah teh (Cammelia cinensis). 2. Tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) dibandingkan teh lain yang beredar dipasaran cukup suka atau dapat diterima masyarakat. Hal ini dibuktikan pada saat 0 bulan hasil pengujian organoleptik dari segi rasa, aroma dan warna diperoleh nilai yaitu 3,72; 3,10; 2,42. Sementara hasil pengujian setelah disimpan 2 bulan juga masih cukup disukai oleh masyarakat dengan hasil pengujian organoleptik dari segi rasa, aroma dan warna diperoleh hasil yaitu 3,34; 3,04; 2,36.
Saran Sebaiknya daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) dibandingkan
dengan jenis teh yang lain agar data semakin akurat dan sebaiknya daun tidak diblender agar ukuran serbuk tidak terlalu kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bandung.
Asosiasi The Indonesia (ATI). 2000. Reformasi Sistem Pemasaran Teh untuk Kelestarian Industri The Indonesia. Asosiasi Teh Indonesia. Bandung
Bizzy, I. 2013. Teknologi Kolektor Pengering Surya Berlubang Tanpa Kaca Transparan Untuk Mengeringkan Daun Gaharu Menjadi Teh Gaharu. Universitas Sriwijaya Pres. Palembang
Efendi, D., M Syakir., M yusron. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Teh. Pusat Penelitian dan Perkembangan Perkebunan. Bogor
Gusman, A. 2008. Potensi dan Pengembangan Tanaman Hutan Spesifik Lokal Gaharu di Kabupaten Langkat. USU pres. Medan
Jyotismita, K., C. Rai., A. Roy. 2015. Determination of Tannin Content by Titrimetric Method from Diffrent Types of Tea. International Journal. India [Diakses pada 24 September 2015 pukul 15.20]
Kusuma. S A F. 2009. Jenis Teh dan Pengolahannya. Universitas Padjadjaran Pres. Bandung
Leny, S. 2006. Bahan Ajar Metode Fitokimia. Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Airlangga : Surabaya
Manurung, R P. 2014. Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.) Berdasarkan Umur Pohon dan Waktu Pengambilan Daun. Usu pres. Medan
Mega, IM dan Swastini, DA. 2010. Skrining fitokimia dan aktivitas antiradikal bebas ekstrak metanol daun gaharu (Gyrinops versteegii). Jurnal Kimia 4(2): 187-192.
Radiana, S. 1985. Petunjuk Pengolahan Teh Hitam. PT. Wiga Guna, Jakarta.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (Penerjemah Kosasih Padmawinata), penerbit ITB: Bandung.
Santoso, E., Pratiwi., Rahman. 2012. Master Plan Penelitian dan Pengembangan Gaharu. IPB Pres. Bogor
Saragih, R. 2014. Uji Kesukaan Panelis Pada Teh Daun Torbangun (Coleus amboinicus). E-Journal WIDYA Kesehatan dan Lingkungan. Jakarta. [Diakses pada 24 September 2015 pukul 13.15]

Siregar, N. 2009. Pengaruh Lamanya Perendaman Daun Teh Terhadap Kadar Tannin Beverage di PT. Coca-cola Botling Indonesia. Karya Ilmiah. Medan. [Diakses pada 24 September 2015 pukul 12.45]
Soraya, N. 2007. Sehat dan Cantik Berkat Teh Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono. B dan Suhardi., 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sumarna, Y. 2012. Budidaya Jenis Pohon Penghasil Gaharu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Litbang Produktivitas Hutan. Bogor
Sunarjono, H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budidaya Untuk Menghasilkan Buah Prima. Penebar Swadaya. Jakarta
Suryaningrum, R. 2007. Peningkatan Kadar Tanin dan Penurunan Kadar Klorin Sebagai Upaya Peningkatan Nilai Guna Teh Celup. Universitas Muhammadiyah Malang Pres. Malang
Tanuwijaya, Y. 2009. Upacara Minum Teh Sebagai Bagian Kebudayaan Masyarakat Cina. UI Pres. Jakarta
Tarigan, K. 2004. Profil Pengusahaan (Budidaya) Gaharu. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Winarno, FG. 1993. Pangan, gizi, teknologi dan konsumen. Gramedia. Jakarta.
Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta
Zuhud, E. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Yunita Indah. Cet-1. Agromedia Pustaka : Jakarta