sampai tiga generasi di dalam inang yang sama dan memproduksi generasi baru dalam waktu 7-10 hari. Setelah nutrisi habis JI akan keluar dari tubuh inang 2-3
minggu setelah berkembang di dalam tubuh inang dan mencari inang yang baru Grewal 2005.
Gambar 5. Perbanyakan nematoda secara in vivo menggunakan white trap Sumber : Rahim 2010.
E. Perkembangbiakan NEP Secara In Vitro
Pembiakan in vitro pada media semi padat merupakan terobosan nyata bioteknologi setelah diketahui adanya simbiosis mutualistik antara nematoda
dengan bakteri untuk reproduksi. Pembiakan nematoda entomopatogen secara in vitro bertujuan untuk mendapatkan jumlah nematoda yang besar sehingga dapat
digunakan sebagai agen pengendali hayati hama Chaerani 2011.
Berbagai jenis media yang dapat digunakan untuk pembiakan nematoda entomopatogen terus ditemukan baik berbentuk padat maupun cair. Perbanyakan
nematoda yang dilakukan menggunakan media padat, dalam satu spon berukuran 1,5 cm
3
terdapat nematoda berkisar antara 300.000-350.000 juvenil aktif yang di
simpan pada suhu 4ÂșC Nugrohorini dan Windriyanti 2009.
Salah satunya perusahaan multi nasional Bioys Palo Alto, CA, USA yang pertama kali mengembangkan teknologi media cair dalam fermentor secara
komersil dalam skala besar Sulistyanto 2002.
F. Nutrisi NEP
Komposisi media berpengaruh untuk dapat menghasilkan nematoda. Prinsip dasar dari pembiakan nematoda secara in vitro adalah kandungan nutrisi media.
Media harus memenuhi kebutuhan nutrisi dari nematoda dan bakteri seperti karbohidrat, protein dan lemak Shapiro Gaugler 2002.
Lemak merupakan cadangan energi utama bagi nematoda, baik yang patogenik terhadap serangga maupun yang parasitik terhadap tumbuhan untuk
proses metabolisme, daya bertahan, dan menjelajah dalam pencarian inang Yoo et al. 2000. Kandungan lemak pada JI dapat mencapai 40 berat tubuhnya
Griffin et al. 2005. Manipulasi kandungan dan kualitas lemak nematoda melalui penambahan komponen tertentu pada media in vitro telah banyak dilakukan. NEP
terbatas kemampuannya dalam mensintesis lemak sehingga mengandalkan bakteri simbion untuk mendapatkan lemak esensial Chaerani 2011.
Profil lemak seluler bakteri simbiotik mirip dengan yang ada pada media tumbuhnya. Bakteri apabila ditumbuhkan pada media mengandung lemak asal
serangga maka sel-selnya juga akan mengakumulasi dengan komposisi asam lemak yang menyerupai komposisi asam lemak pada serangga inang Hatab
Gaugler 2001. Penambahan sumber lemak kaya asam oleat seperti minyak zaitun atau yang
kaya sterol seperti ekstrak hati hewan pada media pembiakan dapat mengoptimalkan kadar total lemak seluler bakteri. Minyak kanola, yang juga kaya
asam lemak jenuh, dapat mengoptimalkan pertumbuhan Heterorhabditis bacteriophora sehingga populasi 2,8 x 10
5
JIml dapat dicapai hanya dalam waktu 8 hari Yoo et al. 2000.
Nutrisi pendukung yang dibutuhkan bagi nematoda selain lemak yaitu karbohidrat dan protein. Nutrisi tambahan karbohidrat memiliki jumlah energi
yang tidak mencukupi yang dihasilkan oleh karbohidrat dalam proses metabolisme maka nematoda akan mengambil energi dari protein Almatsier
2002.
Protein berperan dalam pembentukan biomolekul sebagai sumber energi. Pada organisme yang sedang berkembangbiak, protein sangat penting dalam
pembentukan sel baru. Oleh sebab itu, apabila organisme kekurangan protein maka organisme tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan Maharani
Yusrin 2010. Protein berfungsi sebagai penyedia energi apabila kebutuhan energi tidak tercukupi dari konsumsi karbohidrat dan lemak Kartasapoetra Marsetyo
2003. Ekstrak yeast, kuning telur dan usus ayam merupakan komposisi bahan
yang mudah untuk didapatkan. Dari ketiga bahan tersebut mengandung nutrisi karbohidrat, lemak dan protein yang dibutuhkan bagi nematoda untuk
perkembangbiakannnya. Media dimodifikasi dengan bahan-bahan yang mencakup kebutuhan nutrisi nematoda dan menjaga kondisi lingkungan media
agar sesuai untuk kelangsungan hidup nematoda. Menurut Reed 1991 dalam Ahmad 2005 menjelaskan bahwa komposisi
kimia ekstrak yeast terdiri atas protein 50-52, karbohidrat 30-37, lemak 4-5 dan mineral 7-8. Kuning telur merupakan emulsi lemak dalam air dengan
kandungan bahan padat sebesar 50 dan terdiri atas 13 protein dan 23 lemak. Kuning telur tersusun atas 44.8 air, 17.7 protein, 35.2 lemak, 1.1
karbohidrat dan 1.2 abu Romanoff Romanoff 1993. Menurut Baihaki et al. 2010, nutrisi usus ayam memiliki komposisi yang hampir sama dengan
komposisi nutrisi pada kulit sapi dan terdapatnya protein. Usus ayam tersusun atas 65.90 protein kolagen, 22.93 protein kasar, 5.60 lemak kasar, 3.44
kadar abu, 6.68 mineral dan 2.03 bahan lainnya. Keberhasilan media in vitro sangat bergantung pada spesies NEP sehingga
media harus dioptimisasi untuk tiap spesies Ehlers Shapiro 2005. Penggunaan media sebagai sumber makanan nematoda harus disesuaikan dengan kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan agar diperoleh produksi yang optimal. Pemilihan bahan dasar media yang tepat akan menghasilkan komposisi yang berkualitas dan
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi nematoda.
13
BAB III METODE PENELITIAN