Mekanisme Infeksi dan Perkembangbiakan NEP Secara In Vivo

Gambar 3. Siklus Hidup Nematoda Entomopatogen: G1 Generasi 1, G2 Generasi 2, J1 Tahap Juvenil 1, J2 Tahap Juvenil 2, J3 Tahap Juvenil 3 Tidak Efektif, PI Tahap Sebelum Juvenil Infektif, IJ Juvenil Infektif, J4 Tahap 4 Juvenil Wouts 1979 dalam Adams and Nguyen 2002.

D. Mekanisme Infeksi dan Perkembangbiakan NEP Secara In Vivo

Proses infeksi nematoda terhadap inang disebabkan adanya interaksi metabolistik antara nematoda patogen dengan bakteri. Bakteri ini terdapat dalam saluran pencernaan juvenile infektif JI Salame Glazer 2000. Nematoda menginfeksi inangnya dengan cara memasuki lubang-lubang alami seperti spirakel, mulut dan anus serta penetrasi langsung menembus kutikula. Mekanisme infeksi NEP tercantum pada Gambar 4. Infeksi nematoda sebagian besar melalui serangga inangnya yakni melalui saluran pencernaan selanjutnya menuju hemocoel. Bakteri kemudian dilepaskan melalui anus yang menyebabkan keracunan dan kematian inang Subagiya 2005. Nematoda memakan sel bakteri dan jaringan inangnya. Tanpa bakteri simbion dalam serangga inang, nematoda tidak akan dapat bereproduksi karena bakteri simbion berfungsi sebagai makanan yang sangat diperlukan oleh nematoda Ehlers 2001. Menurut Forst dan Clarke 2002, bakteri simbion memberikan protein anti imun untuk membantu nematoda mengatasi sistem pertahanan inang serta anti mikroba asing yang menjadi pesaingnya. Sedikit nutrisi Nutrisi berlimpah G2 menghasilkan telur Penetrasi J3 ke J4 e o G1 menghasilkan telur Ventral Posterior Bakteri dapat mensuplai nutrisi yang di butuhkan bagi nematoda untuk berkembang dengan cepat hingga dewasa, kemudian nematoda memasuki masa reproduksi dan menghasilkan telur. Semua nutrisi yang ada dalam tubuh inang akan menjadi sumber makanannya Grewal Ruisheng 2007. Nematoda akan berkembang menjadi generasi kedua dan ketiga yang akan keluar lagi dari bangkai inang dan mencari inang yang baru. Gambar 4. Mekanisme Infeksi Nematoda Entomopatogen Grewal 2005. Tubuh JI masih terbungkus dalam kutikula larva kedua yang berfungsi sebagai pelindung dari gangguan lingkungan fisik, mikroorganisme dan invertebrata yang lain. Fase infektif ini merupakan fase yang paling penting, sebab JI dapat aktif mencari serangga inang. Nematoda setelah menemukan inang, masuk kedalam tubuh serangga dengan cara melakukan penetrasi melalui lubang alami seperti mulut, anus, dan spirakel atau kutikula. Di dalam rongga tubuh serangga inang, nematoda melepaskan bakteri simbion yang menyebabkan kematian serangga inang dalam waktu 24-28 jam Grewal 2005. Fase reproduktif antara Steinernematidae dan Heterorhabditidae terdapat perbedaan. Genarasi pertama Steinernematidae yang dihasilkan di dalam tubuh serangga inang terdiri dari nematoda betina dan jantan, sedangkan generasi pertama dari Heterorhabditidae merupakan hermaprodit, dan generasi berikutnya menghasilkan nematoda betina dan jantan. Nematoda akan bereproduksi dua JI menginfeksi larva serangga melalui lubang alami Melepaskan bakteri simbion Fase reproduktif: Heterorhabditis merupakan hermaprodit, Steinernema terdiri dari jantan dan betina Bereproduksi 2-3 generasi JI meninggalkan bangkai inang 1 2 4 3 sampai tiga generasi di dalam inang yang sama dan memproduksi generasi baru dalam waktu 7-10 hari. Setelah nutrisi habis JI akan keluar dari tubuh inang 2-3 minggu setelah berkembang di dalam tubuh inang dan mencari inang yang baru Grewal 2005. Gambar 5. Perbanyakan nematoda secara in vivo menggunakan white trap Sumber : Rahim 2010.

E. Perkembangbiakan NEP Secara In Vitro