STUDI PENGGUNAANNIFEDIPINPADA PASIEN PRE-EKLAMSIA (Penelitian Di RumahSakitUmum Dr. Saiful Anwar Malang)

(1)

i

SKRIPSI

DIAN ARISONA

STUDI PENGGUNAAN NIFEDIPIN PADA

PASIEN PRE-EKLAMSIA

(Penelitian Di Intalasi Rawat Inap RSUD Dr.Saiful Anwar

Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014


(2)

(3)

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikumwarohmatullahiwabarokatuh

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI PENGGUNAAN NIFEDIPIN PADA PASIEN PRE-EKLAMSIA (Penelitian di RumahSakitUmum Dr. Saiful Anwar Malang)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih pada :

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat, dan hidayahnya kepada umatnya, Rasulullah SAW yang telah menuntun kita selaku umatnya menuju jalan yang lurus.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Budi Rahayu selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

4. Staf pegawai RMK RSU Dr. Saiful Anwar Malang yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data skripsi.

5. Ibu Nailis Syifa, S.Farm., MSc., Apt, selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan motivasi dan kesempatan bagi penulis agar dapat belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Bapak Drs. Didik Hasmono, MS., Apt. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS selaku dosen pembimbing II yang disela kesibukan beliau masih dapat meluangkan waktu untuk


(5)

v

membimbing dan memberikan pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikannya skripsi.

7. Ibu Hidajah Rachmawati, Apt., Sp.FRS selaku dosen penguji I dan ibu Nailis Syifa, S.Farm., MSc., Apt selaku dosen penguji II yang telah memberikan banyak masukan dan saran demi terselesaikannya skripsi ini. 8. Ibu Hidajah Rachmawati, Apt., Sp.FRS selaku dosen wali, terima kasih

banyak atas arahan ibu selamaini.

9. Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat. Terutama ibuArina Swastika Maulita, S.Farm., Apt dan ibu Sendy Lia Yunita, S.Farm., Apt, yang telah bersusah payah membantu jalannya ujian skripsi sehingga kami dapat melaksanakan ujian skripsi dengan baik.

10.Staff Tata Usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, Terima kasih karena telah banyak membantu dalam hal administrasi.

11.Orang tuaku tercinta Bapak Muardi Abdul Kadir dan Ibu Sabina Abdul Rachman yang tiada hentinya memotivasi dalam segala hal, dengan sabar selalu mendoakan kebaikan dan kesuksesan putrinya. Terima kasih banyak atas didikan dan kerja keras untuk membuat putrinya bahagia serta mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

12.Om dan Tante yang telah memberikan andil dalam setiap langkah pendidikanku.

13.Saudaraku Yudistia Tarina yang telah berpulang ke Rahmatullah sewaktu skripsi ini dalam tahap penyelesaian dan Ravi Rian Kasudaha yang telah memberikan motivasi dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 14.Sahabat-sahabatku Intan, Cece, Mbak Dep, Lia, Vivi, terima kasih atas

kebersamaan, keceriaan, dan semangat kalian sebagai sahabat yang membantu dan mendukung saat senang maupun susah.

15.Sahabat kelompok skripsiku Uyunk, Dinar, Laras, dan Yessa, terima kasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi, semangat, serta kerja sama sehingga skripsi ini dapat terwujud.


(6)

vi

16.Teman-teman Farmasi 2010 terima kasih atas kebersamaannya selama 4 tahun terakhir ini, dengan karakter yang berbeda-beda kalian memberikan warna baru dalam hidupku.

17.Adik-adik Farmasi 2011 khususnya Opik, ega, vita, eya, icah ,bela terima kasih atas semangat, kebersamaan serta bantuan kalian selama perkuliahan.

18.Untuk semua pihak yang belum disebut namanya, penulis mohon maaf dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput dari bantuan dan doa yang telah kalian berikan.

Jasa dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, penulis tidak mampu membalas dengan apapun. Semoga amal baik semua pihak mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini.Semoga penulisan ini dapat berguna bagi penelitian berikutnya, amin.

Wassalamu’alaikumwarohmatullahiwabarokatuh

Malang, 29 November 2014 Penyusun


(7)

vii RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN NIFEDIPIN PADA PASIEN PRE-EKLAMSIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Pre-eklamsia adalah suatu gejala hipertensi yang terjadi karena kehamilan disertai proteinuria dan pada beberapa kasus terdapat gangguan pada sistem organ lainnya, hal ini terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Pre-eklamsia biasanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah yaitu tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolic > 90 mmHg, proteinuria lebih dari 300 mg/24 jam atau lebih dari 1+

dipstick test, sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan seperti yang disebutkan, maka dianggap bukan eklamsia. Berdasarkan gejala klinik, pre-eklamsia dapat dibagi menjadi pre-pre-eklamsia ringan dan pre-pre-eklamsia berat.

Tujuan dari terapi pre-eklamsia adalah menurunkan tekanan darah untuk mencegah berbagai komplikasi yang dapat membahayakan ibu maupun janin. Pada Pre-eklamsia, hipertensi biasanya timbul lebih dulu daripada tanda-tanda klinis lain. Untuk menetapkan diagnosis pre-eklamsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasanya ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Dan tekanan diastolik naik diatas 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Penggunaan obat antihipertensi pada pre-eklamsia berat diperlukan, karena dengan menurunkan tekanan darah, kemungkinan kejang dan apoplesia serebri menjadi lebih kecil, dimana batas penggunan antihipertensi yang dipakai adalah jika tekanan darah ≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. Pemilihan antihipertensi harus tepat dan aman dikonsumsi bagi ibu hamil dan diharapkan tidak menembus plaseta sehingga perkembangan janin tidak terganggu.

Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan obat pada pasien pre-eklamsia rawat inap di RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Mengetahui pola penggunaan nifedipin pada pasien pre-eklamsia di RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Mengkaji hubungan terapi nifedipin terkait ketepatan dosis, bentuk sediaan, kombinasi, interval, dan lama pemberian nifedipin pada pasien pre-eklamsia yang digunakan di RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

Kerangka konseptual pada penelitian ini yaitu dengan melakukan rekapitulasi data pasien pre-eklamsia pada Rekam Medik Kesehatan (RMK). Pre-eklamsia dapat disebabkan oleh kurangnya HLA-G pada desidua sehingga terjadi kegagalan invasi trofoblas yang menyebabkan kegagalan remodeling arteri spiralis dan terjadi hipoksia plasenta. Hipoksia plasenta ini memicu stress oksidatif dan pelepasan komponen dari ruang interviler menuju sirkulasi ibu, komponen tersebut dapat merangsang terjadinya kerusakan endotel sehingga terjadi hipertensi. Faktor resiko pre-eklamsia diantaranya adalah Usia < 20 tahun atau pada rentang 35-45 tahun, nulipara, hipertensi yang sudah ada sebelumnya, riwayat preeklamsia, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis , penyakit hipertensi kronis, kehamilan multifetal, infeksi saluran kemih, obesitas, riwayat keluarga pre-eklamsia, trombofilia ras kulit hitam, stres. Diagnosis pre-eklamsia dapat ditunjang dengan data klinik maupun laboratorium. Pemeriksaan tersebut juga bertujuan untuk mempermudah pemberian terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien.


(8)

viii

Penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap pasien. Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif yaitu berupa studi retrospektif dan pengambilan data dilakukan dengan

consequtive sampling. Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosis penyakit pre-eklamsia di RSU Dr. Saiful Anwar Malang, dengan data rekam medik kesehatan lengkap meliputi data terapi nifedipin dan obat lain sebagai terapi penyerta.

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul studi penggunaan nifedipin pada pasien pre-eklamsia di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang periode maret sampai dengan mei 2014 didapatkan 240 data RMK sebagai populasi dan data yang memenuhi kriteria inklusi adalah 40 pasien. Dari hasil penelitian terdapat sebanyak 40 pasien (100%) didiagnosa pre-eklamsia berat (PEB). Pasien pre-eklamsia terbanyak adalah pasien dengan usia 26-30 tahun (35%). Faktor resiko pre-eklamsia terbanyak adalah kehamilan pertama (32%). Pada pasien dengan kehamilan pertama yang mengalami pre-eklamsia terjadi penurunan jumlah Human Leucocyte Antigen protein-G (HLA-G). berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta dapat menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua dan dapat mengakibatkan terjadinya pre-eklamsia. Profil terapi pada pasien pre-eklamsia adalah terapi antihipertensi, antibiotik, antikonvulsan dan kortikosteroid. Pemberian terapi antihipertensi pasien pre-eklamsia rawat inap yaitu penggunaan antihipertensi tunggal 51%, terdiri dari nifedipin tunggal (3x10mg) 94% penggunaan metildopa tunggal (3x250mg) 6%, penggunaan kombinasi dua antihipertensi : nifedipin (3x10mg) dan metildopa (3x250mg) (92%), kombinasi tiga antihipertensi: nifedipin (3x10mg), metildopa (3x250mg), dan captopril (3x25mg) 50%. Terapi nifedipin diberikan untuk mencapai penurunan tekanan darah secara bertahap dan berkelanjutan sehingga mencegah terjadinya komplikasi seperti perdarahan otak dan eklamsia, serta memberikan efek tokolitik pada ibu. Lama perawatan pasien pre-eklamsia dapat dipengaruhi oleh adanya penyakit penyerta pre-eklamsia yang dapat memperburuk prognosis ibu. Penggunaan nifedipin yang diberikan pada pasien pre-eklamsia di instalasi rawat inap RSU Dr.Saiful Anwar Malang terkait dosis, rute, frekuensi, serta lama pemberian sudah sesuai menurut guidelines yang ada.


(9)

ix ABSTRAK

STUDI PENGGUNAANNIFEDIPINPADA PASIEN PRE-EKLAMSIA

(Penelitian Di RumahSakitUmum Dr. Saiful Anwar Malang)

Latar Belakang: Pre-eklamsia adalah suatu gejala hipertensi (tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolik> 90 mmHg) yang terjadi karena kehamilan disertai proteinuria (lebih dari 300 mg/24 jam), hal ini terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menderita pre-eklamsia pada masa kehamilan memiliki resiko tinggi mengalami pre-eklamsia, sindrom HELLP, infark miokardial, stroke, koagulopati, gagal ginjal, dan gangguan pada retina, sehingga diperlukan terapi antihipertensi untuk mencegah meluasnya komplikasi pada ibu maupun janin. Salah satu antihipertensi yang dapat digunakan adalah nifedipin yang merupakan derivat dihidropiridin dari golongan antagonis kanal kalsium (Calcium Channel Blocker). Berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa nifedipin memiliki efektivitas yang baik terhadap penurunan tekanan darah ibu dengan pre-eklamsia tanpa mempengaruhi keselamatan janin.

Tujuan: Untuk mengetahui pola penggunaan nifedipin pada pasien pre-eklamsia dan mengkaji hubungan terapi nifedipin terkait ketepatan dosis, bentuk sediaan, kombinasi, interval, dan lama pemberian nifedipin pada yang dikaitkan dengan data klinik dan laboratorium pasien pre-eklamsia.

Metode: Penelitian ini bersifat observasional yaitu berupa studi retrospektif dengan metode consecutive sampling pada pasien pre-eklamsia periode januari 2012-desember 2013

Hasil & Kesimpulan: Pola terapi antihipertensi yang diberikan kepada pasien pre-eklamsia terdiri dari terapi tunggal dan kombinasi.Penggunaan antihipertensi nifedipin tunggal sebanyak 31 pasien (94%), Kombinasi dua: Nifedipin dan Metildopa sebanyak 23 pasien (92%), Kombinasi tiga: Kombinasi Nifedipin, Metildopa, dan Kaptopril sebanyak 3 pasien (50%). Penggunaan antihipertensi nifedipin yang diberikan pada pasien pre-eklamsia di instalasi rawat inap RSU Dr. Saiful Anwar sudah sesuai menurut beberapa guidelines yang ada.


(10)

x ABSTRACT

DRUG UTILIZATION STUDY OF NIFEDIPINE FOR PATIENT WITH PRE-ECLAMPSIA (Research at Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang)

Background: Pre-eclampsia is a symptom that occurs because of pregnancy hypertension (systolic pressure > 140 mmHg and diastolic pressure > 90 mmHg) with proteinuria (more than 300 mg/24 hour), this is occurs after 20 weeks gestation. Nifedipine is a derivative dihidropiridine belonging calcium antagonist (calcium channel blocker). Several studies have shown that women who suffering pre-eclampsia during pregnancy have a higher risk of experiencing eclampsia, HELLP syndrome, myocardial infarction, stroke, coagulopathy, renal failure, and disorders of the retina, so that the necessary antihypertensive therapy to prevent the spread of complications in maternal and fetus. One antihypertensive can be used is nifedipine which are derivatives dihidropiridine of class calcium channel antagonists (calcium channel blocker). According to some studies suggest that nifedipine has a good effectiveness on reducing maternal blood pressure with pre-eclampsia without affecting the safety of the fetus.

Objectives: The aim of this study was to determine the pattern of use of nifedipine in patients with pre-eclampsia and examines the relation of the therapy related to dosage form, combination, interval, and duration of administrationof nifedipine on the data associated with the clinical and laboratory data of pre-eclampsia patients.

Methods: This study is a retrospective observational study which form the consecutive sampling method in patients with pre-eclampsia period January 2012-December 2013.

Results &Conclusion: This study showed the patterns of antihypertensive therapy given to patients with pre-eclampsia consist of single and combination therapy. Single antihypertensive that common use is nifedipine as many as 31 patients (94%), combination of two antihypertensive: Methyldopa and Nifedipine were 23 patients (92%), combination of three antihypertensive: Nifedipine, Methyldopa, andc aptopril were 3 patients (50%). The use of nifedipine that given to patients with pre-eclampsia whom hospitalized in RSU Dr.Saiful Anwar Malang is appropriate according to some of the existing guidelines.


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN. ... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

RINGKASAN. ... vii

ABSTRAK. ... ix

DAFTAR ISI. ... xi

DAFTAR TABEL. ... xiv

DAFTARGAMBAR. ... xv

DAFTAR LAMPIRAN. ... xvi

DAFTAR SINGKATAN. ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan umum ... 3

1.3.2 Tujuan khusus ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1Bagi peneliti... 4

1.4.2Bagi rumah sakit ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pre-eklamsia ... 5

2.1.1 Pengertian pre-eklamsia. ... 5

2.1.2 Epidemiologi Pre-eklamsia ... 6

2.1.3 Klasifikasi Pre-eklamsia... 6

2.1.3.1 Pre-eklamsia Ringan. ... 6

2.1.3.2 Pre-eklamsia Berat. ... 7

2.1.4Faktor Resiko Pre-eklamsia ... 7

2.1.5 Etiologi Pre-eklamsia. ... 8


(12)

xii

2.1.5.2 Teori genetik ... 10

2.1.5.3 Teori imunitas. ... 11

2.1.5.4 Disfungsi endotel. ... 11

2.1.6Patofisiologi Pre-eklamsia ... 13

2.1.7Manifestasi Klinik Pre-eklamsia ... 15

2.2Pelaksanaan Terapi Pre-eklamsia ... 17

2.2.1 Terapi pencegahan Pre-eklamsia... 17

2.2.1.1 Pencegahan dengan nonmedikal. ... 17

2.2.1.2 Pencegahan dengan medikal. ... 17

2.2.2 Terapi Non Farmakologi Pre-eklamsia ... 17

2.2.2.1 Tirah baring. ... 17

2.2.2.2 Pemantauan keadaan pasien. ... 18

2.2.3 Terapi Farmakologi Pre-eklamsia ... 19

2.2.3.1 Antihipertensi. ... 20

2.2.3.1.1 Nifedipin. ... 22

2.2.3.1.2 Labetalol. ... 25

2.2.3.1.3 Metildopa. ... 25

2.2.3.1.4 Hidralazin. ... 26

2.2.3.2 Profilaksis Antikonvulsan... 27

2.2.3.3 Kortikosteroid. ... 28

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 29

3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 29

3.2 Kerangka Operasional ... 30

BAB IV METODE PENELITIAN ... 31

4.1 Rancangan Penelitian ... 31

4.2 Populasi dan Sampel ... 31

4.2.1 Populasi ... 31

4.2.2 Sampel ... 31

4.3 Kriteria Inklusi ... 31

4.4 Kriteria Eksklusi... 32

4.5 Bahan Penelitian... 32


(13)

xiii

4.7 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

4.8 Definisi Operasional... 32

4.9 Metode Pengumpulan Data ... 34

4.10 Analisis Data ... 34

BAB V HASIL PENELITIAN. ... 35

5.1 Klasifikasi Pre-eklamsia. ... 36

5.2 Data Demografi Pasien. ... 36

5.2.1 Usia Pasien. ... 36

5.2.2 Usia Kehamilan Pasien. ... 37

5.2.3 Status Pasien. ... 37

5.3 Faktor Resiko Pasien Terdiagnosa Pre-eklamsia. ... 38

5.4 Distribusi Terapi Pasien Pre-eklamsia. ... 38

5.5 Penggunaan Antihipertensi Pasien Pre-eklamsia. ... 39

5.5.1 Pola Penggunaan Terapi Antihipertensi. ... 39

5.5.2 Pola Penggantian Antihipertensi. ... 41

5.5.3 Lama Pemakaian Nifedipin. ... 41

5.6 Lama Pasien Masuk Rumah Sakit (MRS). ... 42

5.7 Kondisi Pasien Keluar Rumah Sakit (KRS). ... 42

BAB VI PEMBAHASAN. ... 43

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. ... 57

7.1 Kesimpulan. ... 57

7.2 Saran ... 57


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perbandinganplasenta normal (A) dan

tidak normal (B) pada pre-eklamsia. ...10

2.2 Kerusakan Pembuluh Darah pada Pre-eklamsia. ...12

2.3Kegagalan Remodeling Arteri Spiralis. ...13

2.4 Patofisiologi Pre-eklamsia. ...14

2.5 Struktur Kimia Nifedipin. ...22

2.6 Struktur Kimia Labetalol...25

3.1 KerangkaKonseptual. ...29

3.2 KerangkaOperasional. ...30

5.1 SkemaInklusidaneksklusipenelitian padapasien pre-eklamsia. ...35

5.2 Status pasien pre-eklamsia. ...37


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II. 1 Panduan Pemilihan Antihipertensi Pada Kehamilan.. ...20

II. 2 Daftar Sediaan Nifedipin yang Beredar di Indonesia… ...23

II. 3 Konsentrasi Serum Magnesium Ibu yang Dapat Menyebabkan Toksik. ...26

V.1 Klasifikasi Pre-eklamsia……….. ...36

V.2Usiapasien pre-eklamsia. ...36

V.3 UsiaKehamilanpasien pre-eklamsia. ...37

V.4 Faktor Resiko Pre-eklamsia. ...38

V.5 Distribusi Terapi pasien Pre-eklamsia...38

V.6 PolaPenggunaanAntihipertensi. ...39

V.7 PolapenggunaanAntihipertensi Tunggal Pasien Pre-eklamsia. ...39

V.8 PolaKombinasiDuaAntihipertensiPasien Pre-eklamsia. ...40

V.9 PolaKombinasiTigaAntihipertensiPasien Pre-eklamsia. ...40

V.10PolaPenggantianAntihipertensi. ...41

V.11 Lama PemakaianNifedipin. ...41


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 DaftarRiwayatHidup ... 64

2 SuratPernyataan ... 65

3 SuratIzinPengambilan Data ... 66

4 SuratKeteranganKelaikanEtik ... 67

5 DaftarNilai Normal DataKlinikdan Data Laboratorium ... 68

6 LembarPengumpulan Data ... 71


(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

anti-HLA-DR : anti-Human Leucocyte Antigen Protein-DR AVPU : Alert Vocal Pain Unresponsive

c AMP : cyclic Adenosine Monoposphate

CCB : Calcium Channel Blocker

GCS : Glasgow Come Scale

GFR : Glomerulus Filtration Rate

HLA : Human Leucocyte Antigen

IM : Intra Muscular

IV : Intra Venous

IVFD : Intra Venous Fluid Drops

KRS : KeluarRumahSakit

MAP : Mean Arterial Pressure

MNA : Metil Noradrenalin

MRS : MasukRumahSakit

NA : Noradrenalin

NK : Natural Killer

NO : NitritOksida

p.o : Per Oral

PGE 2 : Prostaglandin E2

PIGF : Placental Growth Factor

sEng : Soluble Endoglin

sFlt1 : Soluble Fms-like Tyrosine kinase-1

TX A2 : Tromboksan A2


(18)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, Philip I., Ward, Jeremy P.T. 2008. At a Glance: Sistem KardiovaskularEdisi 3. Jakarta : Erlangga Hal. 83-85

Angsar, M, D., (2010). Hipertensi Dalam Kehamilan, In: Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.531-559 Anonim, (2011). Evaluation and management of severe preeclampsia before 34

weeks’ gestation: American Journal of Obstetrics &Gynecology. The Society for Maternal-Fetal.Washington DC: Mosby Inc, P.192

Anonim, (2013). Hypertension in Pregnancy. The American college of obstetrician and gynecologist. Washington, p.18

Baxter, J.K., (2008). Hypertensive Disorders, In: Berghella, Vincenzo. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines, London : Informa UK Ltd, p.7-9

Baxter, Karen., (2008). Stockley’s Drug Interaction, 8th edition, London: The pharmaceutical press

Brunton, L,L., Parker ,K, L., Blumenthal, D, K., & Buxton, I, L, O., (2010). In : Manurung, J., Aini, N., Hadinata, A, H., Fazriyah, Y., Vidhayanti, H.

Goodman & Gilman’s: Manual Farmakologi dan Terapi. Diterjemahkan oleh Sukandar, E,Y., Adnyana, I, K., Sasongko, L, D, N & Anggadiredja, K. Jakarta: EGC

Cartwright, J.E., Fraser, R., Leslie K., Wallace, A.E., James J.L. (2010).

Remodelling at the maternal–fetal interface: relevance to human pregnancy disorders. London: Society for reproduction and fertility, p.806 Carty, David Martin (2012) Pre-eclampsia; early prediction and long-term

consequences, Thesis PhD, Universitas Glasgow, p.57-62

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo, J.L., Jones, D.W., Materson, B.J., Oparil, S., Wright, J.T., Rocella, E.D. (2004). The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. The JNC 7 Report, p.2566

Cunningham F, G., Gant N, F., Leveno K, J., Gilstrap III L, C., Hauth J, C., Wentstrom K, D., (2006). Obstetri Wiliam, Jakarta : EGC. p.625-671


(19)

xix

Dennis, A.T. (2012). Management Of Pre-eclampsia: Issues for Anaesthetists. The association of anaesthetists of great Britain and Ireland, p.1009

Depkes RI. (2006) Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui, Direktorat Bina Farmasi Klinik Depkes RI, Jakarta,p.11-12.

Dhali, B., Bhattcharya,S., Ganguly, R.P., Bandyopandhay, S., Mondal, M., Dutta M. (2012). A randomized trial of intravenous labetalol & oral nifedipine in severe pregnancy induced hypertension. India : International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology, p.45-46

Dipiro, Joseph.T., Talbert, Robert L., Yee, Gary R., Matzke, Garry R., Wells, Barbara G., Posey, L.Michael (2008) Sasseen, Joseph J. And Maclaughlin, Eric J. Pharmacotherapy A pathopysiologic Approach, Edisi 7, Medical, New York, p.172-201

Georgious, Toulious., (2009).Screening in pre-eclampsia. University of Thessaly, p.3

Gilbert. E.S. (2011). Manual Of High Risk Pregnancy and Delivery, Fifth Edition. Arizona. Mosby Inc, p.433-434

Grabe, M., Johansen, T. E. B., Botto, H., Cek, M., Naber, K. G., Tenke, P., and Wagenlehner, F., 2010. Guidelines on Urological Infections. European Association of Urology.

Guerrier, G., Oluyide, B., Keramarou, M., Graiss, R.F. (2013). Factor Associated with Severe Preeclampsia and Eclampsia in Jahun, Nigeria. International Journal of Women’s Health. Dove Medical Press Ltd, p.511

Gunawan, Sulistia (2007) Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Jakarta, FK UI, Hal.299-372.

Gupta, A.K. (2005). Immune modulation by The Placenta and its dysreguation in preeclampsia: Role of syncytiotrophoblast microparticles and Cytokines. Thesis PhD, Universitas Basel. P.13

Hidayanti, (2010). Terapi Kombinasi Dosis Rendah Maksimalkan Efikasi Antihipertensi. Medikal Jurnal Kedokteran Indonesia Edisi No 12 Vol XXXVI - 2010


(20)

xx

Hladunewich, M.,Karumanchi, S.A., Lafayette, R. (2007). Pathophysiology of The Clinical Manifestation of Preeclampsia. Clinical Journal of American Society of Nephrology, p.544-545

Institute of Obstetricians and Gynaecologists Royal College of Physicians of Ireland and Clinical Strategy and Programmes Directorate, Health Service Executive. (2013). The diagnosis and management of preeclampsia and eclampsia, p.9

Jayasutha, J., Ismail, A.M., Senthamarai, R. (2011). Evaluation of Efficacy of Methyldopa Monotherapy and Combination Therapy with Nifedipine in Pregnancy-induced Hypertension. India, p.1-5

Joel, J.J., C, Ramya., Shastry. C.S. (2013). Therapeutic Management of Patient With Pre-eclampsia In A Univercity Teaching Hospital Department of Pharmacy Practice, NGSM Institute of Pharmaceutical Sciences. India, p.548-549

Jolly, M., Sebire, N., Harris, J., Robinson, S., and Regan, L., 2000. The Risk Associated with Pregnancy in Woman Age 35 years or older. Human Reproduction, Vol. 15 No. 11, pp. 2433-2437.

Jordan, Sue., (2004). Farmakologi Kebidanan, Jakarta : EGC. Hal.226

Kacica, Marlly, Dennison, Barbara, Kus, Christopher, Raucci (2013)

Hypertension Disorder in Pregnancy, Guideline Summary, p.1-48

Keman K., Prasetyorini L., Langgar M.J. (2008). Amount Apoptotic Trophoblast Cells in Pre eclampsia/ Eclampsia are Higher Than Those in Normal Pregnan. Jurnal Kedokteran Brawijaya, p.1

Kepmenkes, (2010). Penyelenggara Jaminan Kesehatan.Jakarta

Kiondo ,P.,Wayumu-Maina, G.,Bimenya, G.S., Tumwesigye, N.M., Wandabwa, J., Okong, P.(2012). Risk Factor for Pre-eclampsia in Mulago Hospital, Kampala, Uganda.Tropical Medicine and International Health. Blackwell Publishing, Ltd, p.480-481, p.485

Lindheimer, M.D., Taler, S.J., Cunningham, F.G. (2008). Hypertension in Pregnancy. USA: Journal of American Society of Hypertension

Lisniawati, N.L.G., Febryana. L.P., Astuti, K.W., (2013). Kajian Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Gestasional Rawat Inap DI


(21)

xxi

RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2009 – Desember 2011. Universitas Udayana, Bali, p.85

Llewellyn, D & Jones., (2002). Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, edisi 6, Jakarta: Hipokrates, p.113-115

Maclean, A.B. (2001). Urinary Tract Infection in Pregnancy. University Department of Obstetrics and Gynaecology,The Royal Free Hospital School of Medicine ,London

Magee, L.A., Abalos E., Dadelszen P, V., Sibai B., Easterling T., Walkinshaw S. (2011). How To Manage Hypertension In Pregnancy Effectively, British Journal of Medical Pharmacology. p.1-8

Manuaba, I, B, G., Manuaba, I, A C., Manuaba, I, B, G, F.,( 2007). Pengantar Kuliah Obsentri, Jakarta: EGC. p.401-420

Maynard, Sharon E., Karumanchi, S. Ananth (2011) Angiogenic Factors and Preeclampcia, Howard Hughes Medical Institute,p 2-8

McEvoy, G.K., (2008). AHFS Drug Information Book I, United States of America : American Society of Health System Pharmacist. Electronic version) Mulla, Z.D., Nuwayhid, B.S., Garcia, K.M., Flood-Shaffer, K., Hook, J.W.V.,

Hampton, R.M. (2010). Risk Factor for a Prolonged Length of Stay In Women Hospitalized for Preeclampsia in Texas

Murphy, M, A., Walker, R., Rodney, W, M., Peterson, M., (2002). Hypertension, In: Ling F,W & Duff, P. Pocket Guide For Obstentrics & Gynecology Principle for practice, United States Of America: McGraw-Hill

Nafrialdi, R; (2009). Antihipertensi. In: Gunawan, G., Setiabudi, R., Nafrialdi, Elysabeth (Eds). Farmakologi dan Terapi, Ed. 5, Balai Penerbit FKUI : Jakarta pp: 341-360

Neto, C.N., Katz, L., Coutinho, I.C., Maia, S.B., Souza, A.S.R., Amorim, M.M.R. (2013). Clonidine Versus Captopril for Treatment of Postpartum Very High Blood Pressure : Study Protocol for a Randomized Controlled Trial (CLONCAP). Licensee Biomed Central Ltd, p.2

Newyork State Departement of Health. (2013). Guideline Summary: Hypertensive Disorders in Pregnancy, p.7

Norwitz, E & Schorge, J. (2008). At a Glace OBSTETRI & GINEKOLOGI. Edisi Kedua. Penerbit Erlangga. P 98-99


(22)

xxii

OGCCU, (2011). Women And Newborn Health Service, Perth: King Edward Memorial Hospital, p. 10-11

Petla, L.T., Chikkala, R., Ratnakar, K.S., Kodati, V., Shittaran, V., (2013).

Biomarkers for the management of pre-eclampsia in pregnant women: Indian Journal Medicine. P.61-65

Podymow, T & August, P. (2007). Update on the Use of Antihypertensive Drugs in Pregnancy. American Heart Association, Inc, p.963-967

Raheem, I.A., Saaid, R., Omar, S.Z., Tan, P.C. (2011). Oral nifedipine versus intravenous labetalol for acute blood pressure control in hypertensive emergencies of pregnancy: a randomised trial. BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology, p.7

Redman, C.W.G & Sargent, I.L. (2003). Pre-eclampsia, the placenta and the Maternal Systemic Inflammatory Response,UK : IFPA and Elsevier Science Ltd, p.22

Rudra, P., Basak, S., Patil, D., Latoo ,M.Y. (2011). Recent Advances in Management Pre-eclampsia. British Journal of Medical Practitioners, p.2-3

Sahay, Manisha. (2012). Kidney and Pregnancy. India: Journal of academy of medical science, p.17-18

Schorge, J & Norwitz, E. (2006). At a Glance : Obstetri & Ginekologi. Edisi kedua. Erlangga Medical Series, Jakarta. p.98

Scott, J, R., (2002). Gangguan Hipertensi Dalam Kehamilan, In: Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Jakarta: Widya Medika

Shamsi, U., Saleem ,S., Nishter, N. (2013). Epidemiology and risk factors of preeclampsia; an overview of observational studies. Pakistan : Al Ameen Journal Medicine Science, p.296

Sheikh, F & Venyo, A. (2012). Proteinuria in Pregnancy. United Kingdom: Webmed central

Sibai, B, M., (2007). Hypertension, In: Gabbe, S, G., Hiebyl, J, R., Simpson, J, L.

Obstentrics Normal And Problem Pregnancies, 5th edition, Philadelphia: Elsevier


(23)

xxiii

Sibai, B.M. (2003). Diagnosis and Management of Gestational hypertension and pre-eclampsia. The American College of Obstetrician and Gynekologist : Elsevier, p.185-186

Sibai, B.M. (2011). Etiology and management of postpartum hypertension-preeclampsia. Mosby , Inc, p.470-471

Tatro, D.S., Borgsdorf, L.R., Catalano, J.T., Lahl, J,C., Lopez, J.R., Frederick, K., Metzger, S.G., Pase, M.N., (2003). A to Z Drug Fact

Tjay, T.H., dan Rahardja K., (2002). Obat-obat Penting, Ed: 4th, Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Uzan, J., Carbonnel, M., Piconne, O., Asmar, R., Ayoubi J. (2011). Preeclampsia : Pathophysiology, diagnosis, and management. Department Of Gynecology and Obstetrics, France : Dove Medical Press Ltd, p.2

Wallis, A.B., Saftlas, A.F., Hsia, J., Atrash, K. (2008). Secular Trends in the Rates of Preeclampsia, Eclampsia, and Gestational Hypertension, United States, 1987-2004. American Journal of Hypertension, Ltd, p. 522-524 Wiknjosastro, Hanifa., (2006). Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

World Health Organization., (2011). WHO recommendations for prevention and treatment of pre-eclampsia and eclampsia, Switzerland: WHO Press Xie, Fang,. 2010. Infection and Immunity in Pregnancy and Preeclampsia. A

Thesis Submitted in Partial Fulfillment of The Requirements for The Degree of Doctor of Philosophy in The Faculty of Graduate Studies The University of British Colombia.

Young, B.C., Levine, R.J., Karumanchi, S.A. (2010). Pathogenesis Of Preeclampsia. Annual Reviw of Pathology. P 174-182


(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Pre-eklamsia adalah suatu gejala hipertensi yang terjadi karena kehamilan disertai proteinuria dan pada beberapa kasus terdapat gangguan pada sistem organ lainnya, hal ini terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (Dennis, 2012). Pre-eklamsiabiasanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah yaitu tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolic > 90 mmHg, proteinuria lebih dari 300 mg/24 jam atau lebih dari 1+ dipstick test, sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan seperti yang disebutkan, maka dianggap bukan pre-eklamsia (Angsar, 2010).

Komplikasi hipertensi yang diinduksi kehamilan terjadi pada 10% dari kehamilan, insiden ini terjadi lebih tinggi pada negara sedang berkembang dimana jumlah tertinggi pada Zimbabwe dengan angka prevalensi sebesar 7,1% sementara jumlah terendah terjadi di Columbia dengan angka prevalensi sebesar 0,81%. Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan penyebab kematian nomor dua pada kehamilan dengan angka kejadian rata-rata 0,83% dari 100.000 kehamilan. (Rudra et al, 2011). Pre-eklamsia terjadi pada 5-7 % kehamilan dan menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada maternal. Frekuensi pre-eklamsia/eklamsia tiapnegara berbeda, di Indonesia dilaporkan berkisar 3-10 %. Di Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar Malang, pada tahun 2006 terdapat sekitar 321 kasus pre-eklamsia dan 72 kasus eklamsia, dari 2.588 persalinan (Keman et al, 2008) Tingginya angka kejadian pre-eklamsia dan komplikasinya menunjukkan bahwa perlunya dilakukan upaya pencegahan dan manajemen terapi yang baik bagi pasien, hal ini dapat dilakukan dengan mengetahui etiologi dan patofisiologi dari pre-eklamsia ini (Rudra et al, 2011).

Pre-eklamsia umumnya disebut sebagai „penyakit teori‟ karena banyaknya

teori penyebab pre-eklamsia. Meskipun etiologi dari pre-eklamsia ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa hipotesa yang digunakan untuk memprediksi patofisiologi dari pre-eklamsia(Rudra et al, 2011). Kejadian pre-eklamsia diduga berawal dari plasenta dimana terjadi hambatan dalam invasi


(25)

2

trofoblas (Young et al, 2010) hal ini menyebabkan lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras, sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah uteroplasenter menurun dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta (Wiknjosastro, 2007) selain itu juga terjadi pelepasan faktor angiogenik sFlt1 dan endoglin (sEng) oleh plasenta ke dalam darah ibu yang menyebabkan disfungsi endotel yang luas, sehingga menyebabkan hipertensi, proteinuria, dan manifestasi sistemik lainnya (Young et al, 2010).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menderita pre-eklamsia pada masa kehamilan memiliki resiko tinggi mengalami pre-eklamsia, sindrom HELLP, infark miokardial, stroke, koagulopati, gagal ginjal, dan gangguan pada retina dibandingkan dengan wanita normotensi selama masa kehamilan (Society for Maternal-fetal medicine, 2011).Tekanan darah pada wanita hamil dengan normotensi akan menurun selama trisemester pertama kemudian mencapai titik terendah pada pertengahan kehamilan dan biasanya kembali pada keadaan pra-kehamilan selama trisemester ketiga, sedangkan pada wanita hamil yang mengalami pre-eklamsia terjadi pola yang berbeda dimana tekanan darah stabil pada trisemester pertama kehamilan dan kemudian terus meningkat sampai terjadinya partus (Newyork State Department of Health, 2013). Oleh karena itu, salah satu tujuan dari pengobatan pre-eklamsia adalah untuk menurunkan tekanan darah (Llewellyn & Jones, 2002). Beberapa antihipertensi yang aman digunakan untuk ibu hamil adalah metildopa, labetalol, hydralazin, dan nifedipine (Mageeet al, 2008). Salah satu antihipertensi yang dengan beberapa penelitian telah dibuktikan aman bagi ibu hamil adalah nifedipin, yaitu antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker (CCB) (Edouard et al, 2005).

Nifedipin adalah salah satu contoh obat golongan Calcium Channel Blocker golongan dihidropiridin yang merupakan obat antihipertensi yang digunakan pada masa kehamilan dan bukti in vitro menunjukkan bahwa nifedipin dapat menyebabkan vasorelaksasi yang dapat mengurangi efek Endotelin I (hasil dari disfungsi endothelium pembuluh darah) pada vasokonstriksi pembuluh darah. (Luigi et al, 2006) Selain itu nifedipin juga dapat berfungsi sebagai tokolitik, yaitu


(26)

3

dapat menunda kelahiran bayi yang pada umumnya pada pasien pre-eklamsia ini terjadi prematuritas. Selain mencegah terjadinya immaturitas janin saat partus hal ini juga dapat memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu (Cunningham et al, 2006)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dhaliet al (2012) dalam “A Randomized Trial of Intravenous Labetalol & Oral Nifedipine in Severe Pregnancy Induced Hypertension”, dinyatakan bahwa tekanan darah pasien yang

mendapatkan nifedipine yang diberikan secara oral lebih cepat mencapai tekanan darah yang diinginkan untuk terapi, dimana >90% dimetabolisme di hati, dieksresikan melalui urin, dan menimbulkan efek samping yang lebih sedikit. Secara farmakokinetik, nifedipin dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi pada ibu hamil.

Pada penelitian lain, dilakukan oleh Magee et al (2011) dalam “How to Manage Hypertension in Pregnancy Effectively”, dinyatakan bahwa hasil dari terapi dengan menggunakan nifedipin berhasil menurunkan tekanan darah dalam waktu 90 menit pada lebih dari 75% wanita pada kedua kelompok uji, namun pada penelitian sebelumnya telah dilaporkan adanya hambatan

neuromuscularpada penggunaan nifedipin dan magnesium sulfat secara bersamaan.Sehingga diperlukan pemantauan lebih lanjut terhadap refleks

neuromusculardalam penggunaan terapi kombinasi nifedipin dan MgSO4.

Berdasarkan data dan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian mengenai pola penggunaan nifedipin pada pasien pre-eklamsia. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum (RSU) Dr.Saiful Anwar karena merupakan rumah sakit terbesar di kota Malang dengan berbagai kelas sosial ekonomi pasien yang menjalani pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan nifedipin pada pasien pre-eklamsia di RSU Dr.Saiful Anwar Malang?


(27)

4

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pola penggunaan nifedipin untuk mendapatkan profil pengobatan yang rasional

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pola penggunaan nifedipin pada pasien pre-eklamsia di RSU Dr.Saiful Anwar Malang

2. Mempelajari hubungan terapi nifedipinterkait dosis,rute, jenis, kombinasi, dan lama pemberian nifedipin pada pasien pre-eklamsia yang digunakan di RSU Dr.Saiful Anwar Malang

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Sebagai referensi dan studi pendahuluan bagi peneliti selanjutnya jika melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan variabel lain.

2. Mengetahui penatalaksanaan terapi nifedipin sebagai antihipertensi pada pasien pre-eklamsiayang diteliti di RSU Dr.Saiful Anwar Malang. 1.4.2 Bagi Rumah Sakit

1.Sebagai informasi bagi farmasis maupun tenaga kesehatan lain tentang pelaksanaan pengobatan dan evaluasi penggunaan obat pada pasien pre-eklamsia di rumah sakit

2.Memberikan gambaran tentang pola penggunaan nifedipin yang bermanfaat untuk instalasi farmasi berkaitan dengan pengadaan obat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.


(1)

xxii

OGCCU, (2011). Women And Newborn Health Service, Perth: King Edward Memorial Hospital, p. 10-11

Petla, L.T., Chikkala, R., Ratnakar, K.S., Kodati, V., Shittaran, V., (2013). Biomarkers for the management of pre-eclampsia in pregnant women: Indian Journal Medicine. P.61-65

Podymow, T & August, P. (2007). Update on the Use of Antihypertensive Drugs in Pregnancy. American Heart Association, Inc, p.963-967

Raheem, I.A., Saaid, R., Omar, S.Z., Tan, P.C. (2011). Oral nifedipine versus intravenous labetalol for acute blood pressure control in hypertensive emergencies of pregnancy: a randomised trial. BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology, p.7

Redman, C.W.G & Sargent, I.L. (2003). Pre-eclampsia, the placenta and the Maternal Systemic Inflammatory Response,UK : IFPA and Elsevier Science Ltd, p.22

Rudra, P., Basak, S., Patil, D., Latoo ,M.Y. (2011). Recent Advances in Management Pre-eclampsia. British Journal of Medical Practitioners, p.2-3

Sahay, Manisha. (2012). Kidney and Pregnancy. India: Journal of academy of medical science, p.17-18

Schorge, J & Norwitz, E. (2006). At a Glance : Obstetri & Ginekologi. Edisi kedua. Erlangga Medical Series, Jakarta. p.98

Scott, J, R., (2002). Gangguan Hipertensi Dalam Kehamilan, In: Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Jakarta: Widya Medika

Shamsi, U., Saleem ,S., Nishter, N. (2013). Epidemiology and risk factors of preeclampsia; an overview of observational studies. Pakistan : Al Ameen Journal Medicine Science, p.296

Sheikh, F & Venyo, A. (2012). Proteinuria in Pregnancy. United Kingdom: Webmed central

Sibai, B, M., (2007). Hypertension, In: Gabbe, S, G., Hiebyl, J, R., Simpson, J, L. Obstentrics Normal And Problem Pregnancies, 5th edition, Philadelphia: Elsevier


(2)

xxiii Elsevier, p.185-186

Sibai, B.M. (2011). Etiology and management of postpartum hypertension-preeclampsia. Mosby , Inc, p.470-471

Tatro, D.S., Borgsdorf, L.R., Catalano, J.T., Lahl, J,C., Lopez, J.R., Frederick, K., Metzger, S.G., Pase, M.N., (2003). A to Z Drug Fact

Tjay, T.H., dan Rahardja K., (2002). Obat-obat Penting, Ed: 4th, Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Uzan, J., Carbonnel, M., Piconne, O., Asmar, R., Ayoubi J. (2011). Preeclampsia : Pathophysiology, diagnosis, and management. Department Of Gynecology and Obstetrics, France : Dove Medical Press Ltd, p.2

Wallis, A.B., Saftlas, A.F., Hsia, J., Atrash, K. (2008). Secular Trends in the Rates of Preeclampsia, Eclampsia, and Gestational Hypertension, United States, 1987-2004. American Journal of Hypertension, Ltd, p. 522-524 Wiknjosastro, Hanifa., (2006). Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

World Health Organization., (2011). WHO recommendations for prevention and treatment of pre-eclampsia and eclampsia, Switzerland: WHO Press Xie, Fang,. 2010. Infection and Immunity in Pregnancy and Preeclampsia. A

Thesis Submitted in Partial Fulfillment of The Requirements for The Degree of Doctor of Philosophy in The Faculty of Graduate Studies The University of British Colombia.

Young, B.C., Levine, R.J., Karumanchi, S.A. (2010). Pathogenesis Of Preeclampsia. Annual Reviw of Pathology. P 174-182


(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Pre-eklamsia adalah suatu gejala hipertensi yang terjadi karena kehamilan disertai proteinuria dan pada beberapa kasus terdapat gangguan pada sistem organ lainnya, hal ini terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (Dennis, 2012). Pre-eklamsiabiasanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah yaitu tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolic > 90 mmHg, proteinuria lebih dari 300 mg/24 jam atau lebih dari 1+ dipstick test, sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan seperti yang disebutkan, maka dianggap bukan pre-eklamsia (Angsar, 2010).

Komplikasi hipertensi yang diinduksi kehamilan terjadi pada 10% dari kehamilan, insiden ini terjadi lebih tinggi pada negara sedang berkembang dimana jumlah tertinggi pada Zimbabwe dengan angka prevalensi sebesar 7,1% sementara jumlah terendah terjadi di Columbia dengan angka prevalensi sebesar 0,81%. Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan penyebab kematian nomor dua pada kehamilan dengan angka kejadian rata-rata 0,83% dari 100.000 kehamilan. (Rudra et al, 2011). Pre-eklamsia terjadi pada 5-7 % kehamilan dan menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada maternal. Frekuensi pre-eklamsia/eklamsia tiapnegara berbeda, di Indonesia dilaporkan berkisar 3-10 %. Di Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar Malang, pada tahun 2006 terdapat sekitar 321 kasus pre-eklamsia dan 72 kasus eklamsia, dari 2.588 persalinan (Keman et al, 2008) Tingginya angka kejadian pre-eklamsia dan komplikasinya menunjukkan bahwa perlunya dilakukan upaya pencegahan dan manajemen terapi yang baik bagi pasien, hal ini dapat dilakukan dengan mengetahui etiologi dan patofisiologi dari pre-eklamsia ini (Rudra et al, 2011).

Pre-eklamsia umumnya disebut sebagai „penyakit teori‟ karena banyaknya teori penyebab pre-eklamsia. Meskipun etiologi dari pre-eklamsia ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa hipotesa yang digunakan untuk memprediksi patofisiologi dari pre-eklamsia(Rudra et al, 2011). Kejadian pre-eklamsia diduga berawal dari plasenta dimana terjadi hambatan dalam invasi


(4)

trofoblas (Young et al, 2010) hal ini menyebabkan lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras, sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah uteroplasenter menurun dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta (Wiknjosastro, 2007) selain itu juga terjadi pelepasan faktor angiogenik sFlt1 dan endoglin (sEng) oleh plasenta ke dalam darah ibu yang menyebabkan disfungsi endotel yang luas, sehingga menyebabkan hipertensi, proteinuria, dan manifestasi sistemik lainnya (Young et al, 2010).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menderita pre-eklamsia pada masa kehamilan memiliki resiko tinggi mengalami pre-eklamsia, sindrom HELLP, infark miokardial, stroke, koagulopati, gagal ginjal, dan gangguan pada retina dibandingkan dengan wanita normotensi selama masa kehamilan (Society for Maternal-fetal medicine, 2011).Tekanan darah pada wanita hamil dengan normotensi akan menurun selama trisemester pertama kemudian mencapai titik terendah pada pertengahan kehamilan dan biasanya kembali pada keadaan pra-kehamilan selama trisemester ketiga, sedangkan pada wanita hamil yang mengalami pre-eklamsia terjadi pola yang berbeda dimana tekanan darah stabil pada trisemester pertama kehamilan dan kemudian terus meningkat sampai terjadinya partus (Newyork State Department of Health, 2013). Oleh karena itu, salah satu tujuan dari pengobatan pre-eklamsia adalah untuk menurunkan tekanan darah (Llewellyn & Jones, 2002). Beberapa antihipertensi yang aman digunakan untuk ibu hamil adalah metildopa, labetalol, hydralazin, dan nifedipine (Mageeet al, 2008). Salah satu antihipertensi yang dengan beberapa penelitian telah dibuktikan aman bagi ibu hamil adalah nifedipin, yaitu antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker (CCB) (Edouard et al, 2005).

Nifedipin adalah salah satu contoh obat golongan Calcium Channel Blocker golongan dihidropiridin yang merupakan obat antihipertensi yang digunakan pada masa kehamilan dan bukti in vitro menunjukkan bahwa nifedipin dapat menyebabkan vasorelaksasi yang dapat mengurangi efek Endotelin I (hasil dari disfungsi endothelium pembuluh darah) pada vasokonstriksi pembuluh darah. (Luigi et al, 2006) Selain itu nifedipin juga dapat berfungsi sebagai tokolitik, yaitu


(5)

3

dapat menunda kelahiran bayi yang pada umumnya pada pasien pre-eklamsia ini terjadi prematuritas. Selain mencegah terjadinya immaturitas janin saat partus hal ini juga dapat memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu (Cunningham et al, 2006)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dhaliet al (2012) dalam “A Randomized Trial of Intravenous Labetalol & Oral Nifedipine in Severe Pregnancy Induced Hypertension”, dinyatakan bahwa tekanan darah pasien yang mendapatkan nifedipine yang diberikan secara oral lebih cepat mencapai tekanan darah yang diinginkan untuk terapi, dimana >90% dimetabolisme di hati, dieksresikan melalui urin, dan menimbulkan efek samping yang lebih sedikit. Secara farmakokinetik, nifedipin dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi pada ibu hamil.

Pada penelitian lain, dilakukan oleh Magee et al (2011) dalam “How to Manage Hypertension in Pregnancy Effectively”, dinyatakan bahwa hasil dari terapi dengan menggunakan nifedipin berhasil menurunkan tekanan darah dalam waktu 90 menit pada lebih dari 75% wanita pada kedua kelompok uji, namun pada penelitian sebelumnya telah dilaporkan adanya hambatan neuromuscularpada penggunaan nifedipin dan magnesium sulfat secara bersamaan.Sehingga diperlukan pemantauan lebih lanjut terhadap refleks neuromusculardalam penggunaan terapi kombinasi nifedipin dan MgSO4.

Berdasarkan data dan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian mengenai pola penggunaan nifedipin pada pasien pre-eklamsia. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum (RSU) Dr.Saiful Anwar karena merupakan rumah sakit terbesar di kota Malang dengan berbagai kelas sosial ekonomi pasien yang menjalani pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan nifedipin pada pasien pre-eklamsia di RSU Dr.Saiful Anwar Malang?


(6)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pola penggunaan nifedipin untuk mendapatkan profil pengobatan yang rasional

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pola penggunaan nifedipin pada pasien pre-eklamsia di RSU Dr.Saiful Anwar Malang

2. Mempelajari hubungan terapi nifedipinterkait dosis,rute, jenis, kombinasi, dan lama pemberian nifedipin pada pasien pre-eklamsia yang digunakan di RSU Dr.Saiful Anwar Malang

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Sebagai referensi dan studi pendahuluan bagi peneliti selanjutnya jika melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan variabel lain.

2. Mengetahui penatalaksanaan terapi nifedipin sebagai antihipertensi pada pasien pre-eklamsiayang diteliti di RSU Dr.Saiful Anwar Malang. 1.4.2 Bagi Rumah Sakit

1.Sebagai informasi bagi farmasis maupun tenaga kesehatan lain tentang pelaksanaan pengobatan dan evaluasi penggunaan obat pada pasien pre-eklamsia di rumah sakit

2.Memberikan gambaran tentang pola penggunaan nifedipin yang bermanfaat untuk instalasi farmasi berkaitan dengan pengadaan obat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.