Pengertian Izin Keimigrasian dan Objek Keimigrasian

d Izin Tinggal Terbatas, diberikan kepada Orang Asing yang masuk ke wilayah Indonesia dengan Visa Tinggal Terbatas; anak yang pada saat lahir di wilayah Indonesia Ayah danatau Ibunya pemegang izin tinggal terbatas; orang asing yang diberikan alih status dari izin tinggal kunjungan; nahkoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing diatas kapal laut, alat apung, atau instalasi yang beroperasi di wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; orang asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia; atau anak dari orang asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia. e Izin Tinggal Tetap, dapat diberikan kepada orang asing pemegang izin tinggal terbatas sebagai rohaniawan, pekerja, insvestor, dan lanjut usia keluarga karena perkawinan campuran; suami, istri, danatau anak dari orang asing pemegang izin tinggak tetap; orang asing eks warga negara Indonesia dan eks subjek anak kewarganegaraan ganda Republik Indonesia. Selain izin tinggal, ada beberapa istilah yang memiliki defenisi terkait dengan perizinan, yaitu Visa Republik Indonesia adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk melakukan perjalanan ke wilyah Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggal. Izin Keimigrasian adalah bukti keberadaan yang sah bagi setiap orang asing diwilayah Indonesia. 44 Izin keimigrasian terdiri dari: 1 Izin Tinggal Kunjungan Izin tinggal kunjungan adalah izin tinggal untuk tugas-tugas pemerintah, kegiatan sosial budaya, atau usaha. Sesuai dengan ketentuan Pasal 50 ayat 1 UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dikatakan bahwa izin kunjungan diberikan kepada orang asing yang masuk wilyah Indonesia dengan visa kujungan atau anak baru lahir di wilayah Indonesia dan pada saat lahir ayah danatau ibu pemegang izin tinggal kunjungan. Berdasarkan Pasal 38 UU No. 6 Tahun 2011 disebutkan bahwa visa kunjungan diberikan kepada orang asing yang melakukan perjalanan ke Indonesia dalam rangka tugas pemerintah, pendidikan, sosial budaya, pariwisata, bisnis, keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain. Kegiatan sosial budaya yang dimaksud disini adalah misi kesenian, pendidikan atau tukar-menukar budaya. Waktu izin kunjungan paling lama 60 hari, terhitung sejak tanggal diberikannya izin masuk wilayah Negara Republik Indonesia. Izin kunjungan ini dapat diperpanjang paling banyak 5 kali berturut-turut. Setiap perpanjangan masing-masing 30 hari, kecuali untuk izin kunjungan wisata tidak dapat diperpanjang. Pertimbangan pemberian kebijakan tersebut adalah didasarkan pada asas timbal balik atau resiprositas, asas mamfaat, saling menguntungkan, dan tidak 44 Khairil Anwar, Tesis Magister Ilmu Hukum: “Pemberian Kitas Bagi Orang Asing Disponsori Istri ditinjau dar Prespektif Hukum Keimigrasian”, Malang, Unbraw Malang, 2011, hlm. 103 menimbulkan gangguan keamanan. Pemberian izin kunjungan singkat ini diberikan dengan ketentuan berikut: a Lamanya izin kunjungan bebas visa 30 hari. b Tidak dapat dialihkan atau diubah menjadi izin keimigrasiam yang lainnya c Tidak dapat diperpanjang, kecuali dalam hal terjadi bencana alam, kecelakaan atau sakit, dapat diperpanjang setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri. 2 Izin Tinggal Terbatas Izin tinggal terbatas adalah izin yang diberikan kepada orang asing yang memenuhi persyaratan keimigrasian serta syarat-syarat lain yang diatur dengan peraturan pemerintah. Izin keimigrasian mengenai tinggal terbatas sesuai dengan namanya diberikan dengan waktu terbatas. Izin tinggal terbatas bagi orang asing dapat gugur karena: a Melepaskan hak izin tinggal terbatasnya. b Atas kemauan sendiri. c Berada di luar wilayah Indonesia dan telah melebihi waktu izin masuk kembali ke wilayah Negara Republik Indonesia. d Dikarenakan tindakan keimigrasian. 3 Izin Tinggal Tetap Izin ini diberikan kepada orang asing untuk tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia sepanjang memenuhi persyaratan keimigrasian. Izin tinggal tetap ini berlaku selama 5 Tahun sekali selama yang bersangkutan masih menetap di wilayah Negara Republik Indonesia. Sesuai dengan Pasal 159 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, izin tinggal tetap bagi orang asing dapat dibatalkan karena yang bersangkutan: a Terbukti melakukan tindak pidana terhadap negara sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. b Melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara atau patut diduga akan membahayakan bagi keamanan dan ketertiban umum. c Melanggar pernyataan integrasi. d Mempekerjakan tenaga kerja asing tanpa izin kerja. e Memberikan imformasi yang tidak benar dalam mengajukan permohonan izin tinggal tetap. f Dikenai tindakan administrasi keimigrasian g Putus hubungan perkawinan orang asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia karena perceraian danatau atas putusan pengadilan, kecuali perkawinan yang telah berusia 10 Tahun atau lebih. Untuk mendapatkan izin keimigrasian bagi setiap orang asing harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 45 a Memiliki surat perjalanan yang sah b Memiliki visa. c Memiliki izin masuk kembali reentry permit. 45 Jazim Hamidi, Charles Christian, Op.Cit., hlm. 49. d Sehat, tidak menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum. e Mempunyai izin untuk masuk ke negara lain. f Memberikan keterangan yang benar dalam memperoleh surat perjalanan atau visa.

b. Objek Keimigrasian

Objek Keimigrasian dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian menyatakan keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi objek dari hukum keimigrasian adalah lalu lintas dan pengawasan keimigrasian. Pengawasan keimigrasian menjadi kewenangan Menteri Hukum dan HAM yang didelegasikan kepada Direktur Jendral, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, Kepala Kantor Imigrasi, dan Pejabat Imigrasi. Yang menjadi objek pengawasan keimigrasian adalah warga negara Indonesia yang berada di dalam ataupun di luar wilayah Indonesia dan warga negara asing yang berada di wilayah Indonesia. Pengawasan terhadap warga Negara Indonesia dilakukan sejak tahapan sebagai berikut: 46 1 Permohonan Dokumen Perjalanan Republik Indonesia. 46 Ibid. hlm. 83. 2 Keluar atau masuk wilayah Indonesia. 3 Berada diluar wilayah Indonesia. Pengawasan keimigrasian terhadap Orang Asing dilakukan pada saat sebagai berikut: 1 Permohonan visa. 2 Masuk atau keluar wilayah Indonesia. 3 Pemberian izin tinggal. 4 Berada dan melakukan kegiatan di wilayah Indonesia, pengawasan lebih diarahkan kesesuaian antara izin tinggal yang diberikan dengan kegiatan orang asing tersebut di wilyah Indonesia.

c. Konsep Perizinan Bagi Warga Negara Asing

Menurut Sjachran Basah 47 , izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengimplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. E. Utrecht mengatakan bahwa bila pembuat peraturan pada umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin vergunning. 48 Berdasarkan hal tersebut, dapat disebutkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk 47 Sjachan Basah, “Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi”, Makalah Pada penataran hukum administrasi dan lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995, hlm. 1-2 48 E. Utrecht, “Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Jakarta, Ichtiar, 1927, hlm. 187. diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dari pengertian tersebut ini ada beberapa unsur dalam perizinan, yaitu sebagai berikut: 49 1 Instrumen Yuridis Dalam negara hukum modern tugas, kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan rust en orde, tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum bestuurszorg. Tugas dan wewenang pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang sampai kini masih tetap di pertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yaitu dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual konkret yaitu dalam bentuk ketetapan. Salah satu wujud dari ketetapan itu adalah izin. 50 2 Peraturan Perundang-undangan Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan hukum pemerintah. Sebagai tindakan hukum, maka harus ada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada asas legalitas. Tanpa dasar wewenang tindakan hukum itu menjadi tidak sah. Oleh karena itu, dalam hal membuat dana menerbitkan izin haruslah berdasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan 49 Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006, hlm 202-208 50 Jazim Hamidi, Charles Christian, Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing Di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2015, hlm. 42. perundang-undangan yang berlaku karena adanya dasar wewenang tersebut ketetapan izin tersebut menjadi sah. 51 3 Organ pemerintah Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut Sjachran Basrah, dari penelusuran pelbagau ketentuan penyelenggaraan pemerintah dapat diketahui bahwa mulai dari administrai negara tertinggi presiden sampai dengan administrasi negara terendah lurah berwewenang memberikan izin. Ini berarti terdapat aneka ragam administrasi negara termasuk instansinya pemberi izin, yang didasarkan pada jabatan yang dijabtnya baik di tingkat pusat maupun didaerah. Terlepas dari keragaman organ pemerintah atau administrasi negara yang mengeluarkan izin, yang pasti adalah izin hanya boleh dikeluarkan oleh organ pemerintahan. 4 Prosedur dan Persyaratan Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izi itu bersifat konstitutif dan kondisional. Bersifat konstitutif, artinya dalam hal pemberian izin itu ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus terlebih dahulu dipenuhi, izin itu ditentukan suatu perbuatan hukum konkret dan bila tidak dipenuhi dapat dikenai sanksi. Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi. Penetuan prosedur dan persyaratan perizinan ini dilakukan secara sepihak oleh 51 Ibid., hlm. 43. pemerintah. Meskipun demikian pemerintah tidak boleh membuat atau menetukan prosedur dan persyaratan menurut kehendaknya sendiri secara arbiter sewenang-wenang, tetapi harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut. 52 5 Fungsi dan Tujuan Menurut Prajudi Atmosudirdjo, 53 berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin dapat di letakan dalam fungsi menertibkan masyarakat. Tujuan izin secara umum dapat disebutkan sebagai berikut: a Keinginan mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu b Izin mencegah bahaya bagi lingkungan izin-izin lingkungan c Keinginan melindungi objek-objek terntentu d Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit. Izin memberikan pengarahan, dan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas dimana pengurus harus memnuhi syarat-syarat tertentu.

D. Penegakan Hukum Pidana

Menurut pendapat Soerjono Soekanto menyatakan: “Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaedah- kaedah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup”. 54 52 Ibid., hlm. 44 53 Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981, hlm. 23 54 Soerjono Soekanto, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993, hlm. 3 Soerjono Soekanto, menyatakan bahwa penegakan hukum sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum. Akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Roscoe Pound, menyatakan bahwa pada hakekatnya diskresi berada diantara hukum dan moral etika dalam arti sempit. 55 Penegakan hukum pidana merupakan salah satu fungsi dari sistem hukum sebagai sarana sosial kontrol. Menurut Lawrance M. Friedman, terdapat fungsi lain dari sistem hukum yaitu, dispute, settlement, redtributivesocial maintance, disamping itu terdapat pandangan lain tentang fungsi sistem hukum yang menyatakan “pada hakikatnya hukum dalam mekanismenya adalah sebagai sarana pengintegrasian pelbagai kepentingan. 56 1 Berdasarkan hukum pidana, pengintegrasian tersebut tercermin dari karakteristik sistem peradilan pidana, seperti yang dikemukan oleh Muladi. 2 Berorientasi pada tujuan purposive behavior 3 Keseluruhan dipandang lebih baik dari pada sekedar penjumlahan bagian- bagiannya whoslim. 4 Sistem tersebut berinteraksi dengan sistem yang lebih besar seperti sistem ekonomi, sosial budaya, politik dan HAM, serta masyarakat dalam arti luas sebagai super sistem openness. 5 Operasional bagian-bagiannya menciptakan sistem nilai tertentu. transformation. 55 Ibid. hlm. 4. 56 Kadri Husin. Budi Rizki Husin, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, Bandar Lampung, Lembaga Penelitian Universitas Lampung, 2012, hlm. 132. Joseph Goldstein, membedakan penegakan hukum pidana menjadi 3 bagian yaitu: 1 Total Inforcement, yakni ruang lingkup penegakan hukum pidana sebagaimana di rumuskan oleh hukum pidana subtantif substantive law of crime. Penegakan hukum pidana ini secara total tidak mungkin dilakukan sebab para penegak hukum dibatasi secara ketat oleh hukum acara pidana yang antara lain mencakup aturan-aturan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan pendahuluan. Disamping itu mungkin terjadi hukum pidana subtantif sendiri memberikan batasan-batasan. Misalnya dibutuhkan aduan terlebih dahulu sebagai syarat penuntutan pada delik-delik aduan klacht delicten. Ruang lingkup yang dibatasi ini disebut sebagai area of no enforcement. 2 Full Enforcement, setelah ruang lingkup penegakan hukum pidana yang bersifat total tersebut dikurangi area of no enforcement. Dalam penegakan hukum ini para penegak hukum diharapkan penegakan hukum secara maksimal. 3 Actual Enforcement, menurut Gosehp Goldein full enforcement ini dianggap not a realistic expectation, sebab adanya keterbatasan-keterbatasan dalam bentuk waktu, personil, alat investigasi, dana dan sebagainya. Yang kesemuanya mengakibatkan keharusan dilakukannya diskresi dan sisanya inilah yang disebut dengan actual enforcement. 57 Penegakan hukum pidana berkaitan erat dengan kemampuan aparatur negara dan kepatuhan masyarakat terhadap aturan yang berlaku. Penegakan hukum pidana tersebut merupakan bekerjanya proses peradilan pidana dengan sistem terpadu 57 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Undip, Semarang, 1995, hlm.45.

Dokumen yang terkait

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

3 119 119

FUNGSIONALISASI HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN (Studi di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Tanjung Karang)

0 10 4

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN DOKUMEN PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

0 7 55

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN MENURUT UNDANG-UNDANG KEIMIGRASIAN (Studi Putusan Nomor 103/PID/2010/PT.TK)

3 19 64

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN TENTANG IZIN TINGGAL KUNJUNGAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

4 49 59

PENEGAKAN HUKUM TAHAP ADJUDlKASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA IZIN KEIMIGRASIAN (Studi Di Wilayah Hukum P.N. Medan)

0 5 56

PENEGAKAN HUKUM TAHAP ADJUDlKASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA IZIN KEIMIGRASIAN Studi Di Wilayah Hukum P.N.Medan)

0 8 57

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DI PROPINSI BALI.

0 2 14

PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN ( Studi Kasus di Kantor Keimigrasian Surakarta ).

0 0 13

ANALISIS IMPLEMENTASI ASAS EQUALITY BEFORE THE LAW DALAM PENEGAKAN HUKUM (Studi Kasus Hate Speech di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Tanjung Karang)

0 0 15