EVALUASI JALUR HIJAU JALAN DI KECAMATAN JEPARA KOTA JEPARA JAWA TENGAH

(1)

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN DI KECAMATAN JEPARA KOTA JEPARA JAWA TENGAH

Skripsi

Diajukan oleh : M. Jamaludin Malik

20100210005

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

iv

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN DI KECAMATAN

JEPARA KOTA JEPARA JAWA TENGAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Oleh:

Muchammad. Jamaludin Malik 20100210005

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Penguji.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Peryataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam peryataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016

Yang membuat peryataan

Muchammad Jamaludin Malik 20100210005


(4)

vi

PERSEMBAHAN

Ucap syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana berkat Rakhmat dan Karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dipersembahkan :

Untuk kakak, Eko Fakhrudin Junianto dan Luqman Johanuddin Terima kasih selama ini memberi nasihat dan motivasinya, atas dorongan Do’a dan Suportnya, semoga kakak selalu diberi kesehatan oleh allah SWT. Untuk bunda (Umi sa’adah S.pd) dan ayah (Masduki sunaki) tiada hentinya mendo’akan dan memberi dukungan moral maupun materil, hanya Allah SWT yang bisa membalas semua kebaikan ayah dan bunda. Dan juga Untuk keluarga yang tak henti-hentinya memberikan dukungan semangat sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

Untuk teman dan sahabat-sahabatku: seluruh penghuni kontrakan sidoarum yg tidak bisa saya sebutkan satu persatu, sudah 3 tahun bersama sudah seperti keluarga susah senang kita jalani bersama. tanpa kalian tidak akan pernah ada banyak cerita dilalui bersama, juga untuk angkatan veteran yang belum skripsi semoga kalian cepat menyusul.

Tafrokhul fuadyah, orang yang selalu mendukung, mendengarkan, mengingatkan, dan memberikan bantuan-bantuan terbaiknya, yang setia menemani ketika penelitian menelusuri sepanjang jalan walau kepanasan, terima kasih untuk segalanya.

Untuk seluruh teman-teman Agroteknologi 2010 yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu. Untuk almamater penulis, semoga semua coretan yang ada dalam skripsi ini bermanfaat untuk yang lainnya.


(5)

v

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan pada ke hadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan Kasih-Nya serta shalawat dan salam kepada junjungan ummat Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Evaluasi Jalur Hijau Jalan Di Kecamatan Jepara Kota Jepara Jawa Tengah. Studi Kasus: Jl. Wakhid Hasyim, Jl. Kartini, dan Jl. MT. Haryono, Kota Jepara, sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penelitian dan penyusunan dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak. Maka dengan penuh rasa hormat dan tulus ikhlas, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Lis Noer Aini, S.P, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, memberi saran, kritik dan

motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M,P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran, kritik

dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ir. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku dosen penguji yang berkenan meluangkan waktu untuk memberi saran, kritik, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

vi

4. Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan dukungannya.

5. Ir. Sarjiyah, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Seluruh Dosen Program Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan ilmu yang tak ternilai harganya.

7. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Pertanian yang telah memberikan fasilitas dan bantuannya.

8. Pemerintah Kota Jepara yang telah memberikan izin, informasi dan data-data untuk menunjang skripsi ini.

9. Secara khusus penghargaan, rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada ayah dan bunda ya g selalu e beri do’a, motivasi dan dukungan baik secara moral maupun materil.

10.Teman-teman Agroteknologi 2010, terima kasih atas persaudaraan, pertemanan, serta kebersamaannya.

11.Teman-teman yang senasib seperjuangan Aris paijo, Ardi codot, Aim, Browi, Bekti, Cak Shodiq, Dian kekwo S.P, Faisal icong, Lian Ihir, Mama Dita, Mbah

Widi, sapto. Terima Kasih Keceriaan yang kalian berikan.

12.Seluruh pihak yang telah membantu

Penulis berdoa semoga kebaikan dari semua pihak yang telah disebutkan diatas menjadi amalan baik dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis juga menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna, banyak kekurangan,


(7)

vii

kekeliruan ataupun hal-hal yang belum tercantumkan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar menjadi bahan evaluasi bagi penulis supaya menjadi lebih baik di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Yogyakarta, 29 Agustus 2016


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

Halaman ... x

DAFTAR GAMBAR ... x INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACK ... Error! Bookmark not defined. I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Perumusan masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Batasan Studi ... Error! Bookmark not defined. F. Kerangka Pikir Penelitian ... Error! Bookmark not defined. II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Jalur Hijau JalanError! Bookmark not defined.

B. Jalur Hijau Jalan ... Error! Bookmark not defined. C. Pengelolaan Lanskap ... Error! Bookmark not defined. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI ... Error! Bookmark not defined. A. Kondisi Geografis ... Error! Bookmark not defined. B. Tata Guna Lahan ... Error! Bookmark not defined. C. Kondisi Hidrologi ... Error! Bookmark not defined. D. Keadaan iklim ... Error! Bookmark not defined. E. Kondisi sosial ... Error! Bookmark not defined. IV. TATA CARA PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Tempat dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Alat Dan Bahan ... Error! Bookmark not defined. C. Metode Penelitian dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. D. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. E. Luaran Penelitian ... Error! Bookmark not defined. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.


(9)

ix

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Klasifikasi menurut kelas jalan ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. Klasifikasi menurut medan jalan ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. Luas Kecamatan Jepara ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara.Error! Bookmark not defined.

Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikanError! Bookmark not defined.

Tabel 6. Jumlah penduduk Kabupaten Jepara tahun 2014Error! Bookmark not defined.

Tabel 7. Jumlah proporsi tenaga kerja/angkatan kerja di Kabupaten Jepara . Error! Bookmark not defined.

Tabel 8. Data Volume Lalu Lintas ... Error! Bookmark not defined. Tabel 9. Jenis data yang diperoleh... Error! Bookmark not defined. Tabel 10. Data jalan yang menjadi objek penelitianError! Bookmark not defined.

Tabel 11. Jenis tanaman yang terdapat di masing-masing lokasi. ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 12. Persepsi responden tentang pengertian RTHError! Bookmark not defined.

Tabel 13. Persepsi responden tentang kondisi jalan dan jalur hijau jalan ... Error! Bookmark not defined.


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka pikir penelitian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. Peta Wilayah per Kecamatan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. Kondisi Jl. Kartini... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. Kondisi Jl. MT. Haryono ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5 Kondisi Jl. Wakhid Hasyim ... Error! Bookmark not defined. Gambar 6. Tanaman Angsana Pada jalan Kartini .. Error! Bookmark not defined. Gambar 7. Tanaman Beringin Pada jalan Kartini .. Error! Bookmark not defined. Gambar 8. Tanaman Glodogan Pada Jalan wakhid hasyim dan Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined. Gambar 9. Tanaman Ketapang Pada jalan Kartini Error! Bookmark not defined. Gambar 10. Tanaman palem raja Pada Jalan Kartini dan Jalan MT. Haryono ... Error! Bookmark not defined. Gambar 11. Tanaman Bougenville Pada Jalan wakhid hasyimError! Bookmark not defined.

Gambar 12. Pucuk merah Pada Jalan Wakhid hasyim dan Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 13. Adam hawa Pada jalan Wakhid hasyim dan Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 14. Lili paris Pada Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined. Gambar 15. Teh-tehan Pada Jalan Wakhid hasyim dan Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 16. Tanaman Heliconia Pada Jalan Wakhid hasyim dan Kartini ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 17. Tanaman rumput gajah mini ... Error! Bookmark not defined. Gambar 18. Bagian Jl. Wakhid Hasyim ... Error! Bookmark not defined. Gambar 19. Jalur Hijau JL. Wakhid Hasyim kurang perawatanError! Bookmark not defined.

Gambar 20. Jalur hijau JL. Kartini ... Error! Bookmark not defined. Gambar 21. Jalan Kartini kurang perawatan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 22. Jalur hijau Jalan MT. Haryono ... Error! Bookmark not defined. Gambar 23. Jalan MT. Haryono kurang perawatanError! Bookmark not defined.


(12)

(13)

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN DI KECAMATAN JEPARA KOTA JEPARA JAWA TENGAH

Evaluation of the road Green line of Jepara sub-district, Jepara City Central java

M. Jamaludin Malik

Lis Noer Aini, SP, M. Si, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. Agrotechonolgy Departement Faculty og Agriculture

Muhammadiyah University of Yogyakarta

Abstract

EVALUATION OF THE ROAD GREEN LINE OF JEPARA SUB-DISTRICT, JEPARA CITY CENTRAL JAVA. A research entitled “Evaluation of the road Green line of Jepara sub-district, Jepara City Central java”, was conducted from March up to April 2016. This study aims to identify and evaluate the road green line in the district of Jepara. The research was using dawn observation metode true primary and secondary data collection. The primary data true site observation and respondent interview, while secondary data often from relevan goverment agencies. The results showed that the percentage of the green line road of Jepara sub-district amounted to 0.0636%, while the percentage of road green line towards the green open space in Jepara sub-district amounted to 0.8096%. based on the analysis Kartini street is most ideal road green line, with a predominance of tree-shaped vegetation.


(14)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). Selain sebagai sarana transportasi, jalan juga merupakan area yang selalu menjadi tempat interaksi masyarakat, terutama pada bagian tepi jalan atau pedestrian. Tanaman tepi jalan sering kali ditanami berbagai tanaman dengan tujuan untuk peneduh, membantu mengurangi polusi, peresapan air, serta tujuan estetika (Carpenteret al., 1990).

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, kecuali jalan kereta api jalan lori, dan jalan kabel dibawah permukaan tanah dan atau permukaan air (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006). Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1990), jalan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu daerah manfaat jalan (Damaja), daerah milik jalan (Damija), dan daerah pengawasan jalan (Dawasja). Daerah manfaat jalan merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan diperuntukkan bagi median jalan, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang


(15)

2

pengamanan timbunan, dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.

Lebar daerah manfaat jalan ditetapkan oleh pembina jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan kedalaman 1,5 meter diukur dari permukaan perkerasan. Daerah milik jalan merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan guna peruntukan daerah manfaat jalan dan perlebaran jalan, penambahan jalur lalu lintas dikemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Kehidupan perkotaan di dunia termasuk Indonesia tidak lepas dari berbagai isu pencemaran lingkungan seperti halnya Kota Jepara. Kota Jepara merupakan pusat bisnis, pusat perdagangan, jasa, dan pusat industri yang ada di Jawa bagian Utara. Kota Jepara terus mengalami perkembangan baik dibidang ekonomi, infrastruktur dan teknologi terutama teknologi transportasi darat. Fenomena dan efek dari perkembangan tersebut adalah kepadatan penduduk, menurunnya beberapa kawasan seperti kawasan hijau, pencemaran lingkungan yang berujung pada penurunan kualitas lingkungan kota.

Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau (RTH) ialah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. RTH kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh


(16)

3

RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Menurut Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa luas RTH di wilayah Perkotaan minimum 30 % dari luas wilayahnya. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan, luas ideal RTHKP minimal 20% dari luas kawasan perkotaan yang mencakup RTHKP publik dan privat (Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007).

Jalur hijau jalan di Kota Jepara merupakan salah satu jenis ruang terbuka hijau publik yaitu, Berdasarkan struktur dan jenis RTH Jalur Hijau yang dikeluarkan oleh Direktorat Perkotaan DITJEN Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, RTH Jalur Hijau yang ada di wilayah perencanaan secara umum dibagi menjadi dua yaitu RTH Jalur Hijau Jalan dan RTH Jalur Hijau Tepian Air. RTH jalur hijau jalan yang ada di wilayah perencanaan berupa jalur hijau jalan yang meliputi jalan kolektor dan jalan lokal. Secara keseluruhan, RTH Jalur Hijau Jalan tersebar di semua kecamatan wilayah perencanaan.

Pengelolaan jalur hijau jalan tersebut memerlukan perencanaan yang baik agar kegiatan pengelolaannya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pada kegiatan pengelolaan jalur hijau jalan terkadang terdapat permasalahan yakni dalam kegiatan pemeliharaan atau perawatannya, akibatnya pengelolaan tidak berjalan dengan baik dan tidak terpenuhinya ketersediaan RTH jalur hijau jalan. Permasalahan tersebut meliputi tidak dilakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati, tidak dilakukannya penyiangan terhadap gulma yang dapat


(17)

4

mengganggu pertumbuhan tanaman, tanaman tidak dilakukan pemangkasan sehingga bentuk tajuknya tidak teratur maupun ranting atau dahan yang patah atau jatuh tidak dibersihkan, pertumbuhan tanaman kurang subur karena tidak dilakukan pemupukan, tanaman layu karena tidak dilakukan penyiraman dan pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) tidak dilakukan sehingga tanaman rentan terserang hama dan penyakit.

Keberadaan RTH khususnya tanaman pengisi pada ruas-ruas jalan atau yang sering disebut sebagai Jalur Hijau Jalan sangat dibutuhkan dan akan bermanfaat besar bagi peningkatan kualitas lingkungan Kota Jepara terutama dalam mereduksi polutan, dalam mereduksi Polusi tidak semua tanaman dapat dijadikan sebagai tanaman bioreduktor polutan Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, agar tanaman yang diperuntukkan dapat benar-benar berfungsi dan tidak menambah permasalahan yang tidak diinginkan. Pemilihan tanaman sebagai upaya pereduksi polutan perlu didasarkan pada ketahanan tanaman akan partikel polutan maupun kemampuan tanaman dalam menyerap polutan serta lingkungan dimana tanaman tersebut ditanam. Selain itu komposisi baik jumlah, jenis dan fungsi tanaman sangat berpengaruh terhadap penyerapan konsentrat polutan.

A. Perumusan masalah

Tidak merata dan rendahnya distribusi Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya pada Jalur Hijau Jalan, tidak sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang sangat signifikan dan mengakibatkan penurunan kualitas


(18)

5

lingkungan perkotaan yang berdampak keberbagai sendi kehidupan perkotaan antara lain sering terjadi banjir, peningkatan pencemaran udara dan menurunnya produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial. Perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota, dan mewujudkan ruang kawasan perkotaan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. penataan RTH memerlukan perencanaan yang baik agar kegiatan pengelolaannya dapat berjalan sesuai dengan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan perlindungan terhadap bentukan alam (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008).

Pengelolaan yang tidak berjalan dengan baik dan minimnya ketersediaan RTH publik jalur hijau jalan. memerlukan adanya identifikasi dan evaluasi terhadap pengelolaan jalur hijau di Kota Jepara yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kegiatan pengelolaan jalur hijau jalan tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi jalur hijau jalan di Kota Jepara.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian yang dapat memberikan saran kepada Pemerintah Kota Jepara dalam Evaluasi jalur hijau jalan.


(19)

6

D. Batasan Studi

Penelitian ini dijalur hijau jalan Kota Jepara yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan tentang jalur hijau jalan dilakanakan disepanjang jalur hijau.

E. Kerangka Pikir Penelitian

Kecamatan Jepara mempunyai ruang terbuka hijau dan ruang terbangun, Salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang selalu bersinggungan dengan

masyarakat adalah jalur hijau jalan. Kecamatan Jepara mempunyai RTH yaitu taman kota, hutan kota, jalur hijau, dan salah satu dari RTH Kecamatan Jepara yakni jalur hijau jalan Jl. Wakhid Hasyim, Jl. MT Haryono, Jl. Kartini.

Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis hanya mengenai tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) jalur hijau di Kota Jepara. Penelitian dimulai dengan identifikasi kondisi eksisting yang meliputi kondisi tapak, tanaman tepi jalan, tanaman median dan Traffic Island yang disesuaikan dengan UU No. 26 Th 2007 yang menjadi landasan dasar Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sesuai peraturan menteri pekerjaan umum No. 26 Th 2007 Pasal 1” Tentang penataan ruang memberikan landasan untuk pengaturan ruang terbuka hijau dalam rangka mewujudkan ruang kawasan perkotaan yang aman, nyaman produktif, dan berkelanjutan. Peraturan menteri pekerjaan umum No. 1 Th. 2007 pasal 1 Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.


(20)

7

Kegiatan penelitian akan dimulai dengan pengambilan data yang terdapat pada objek penelitian yang dalam studi ini adalah Kota Jepara, hasil data yang diperoleh kemudian dievaluasi untuk kemudian dijadikan bahan evaluasi jalur Hijau Jalan di Kota Jepara. Proses kegiatan penelitian secara singkat dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Kota Jepara

Ruang Terbuka Hijau

Jalur Hijau Jalan

Hutan Kota Taman Kota

UU jalur hijau jalan 1. UU No. 26 Th. 2007

Pasal1

2. RTRW Kecamatan Kota Jepara

3. Permendagri No. 1 Th. 2007 pasal 1

Identifikasi KondisiExisting

1. Kondisi tapak 2. Tanaman Tepi jalan 3. Tanaman Median 4. Traffic Island

Evaluasi


(21)

(22)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2010). Dalam peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan perkotaan, ditulis bahwa ruang terbuka hijau perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka dari suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologis, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Selanjutnya disebutkan pula bahwa dalam ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman (Nor, 2009).

A. Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun didalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau. Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan 30% dari wilayah kota berwujud Ruang Terbuka Hijau


(23)

2

(RTH), 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Pengalokasian 30% RTH ini ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota dan RTRW kabupaten.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006). Sedangkan jalan raya adalah jalur-jalur tanah diatas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Oglesby, 1999).

Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1997), jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu:

a. Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan:

1) Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

2) Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.


(24)

3

3) Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Klasifikasi menurut kelas jalan, klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi menurut kelas jalan

Fungsi Kelas MuatanSumbu

Terberat/MST (ton)

Arteri I >10

II 10

IIA 8

Kolektor IIIA 8

IIIB

Sumber: Ditjen Bina Marga, 1997

b. Klasifikasi menurut medan jalan,medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut. Klasifikasi menurut medan jalan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi menurut medan jalan

No Jenis medan Notasi Kemiringan

medan (%)

1 Datar D <3

2 Berbukit B 3-25

3 Pegunungan G >25


(25)

4

Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan, klasifikasi menurut wewenang pembinaanya terdiri dari jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kotamadya dan jalan desa.

Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1990), jalan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1) Daerah manfaat jalan (Damaja), merupakan ruas sepanjang, jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan diperuntukkan bagi median jalan, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman timbunan, dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya. Lebar damaja ditetapkan oleh pembina jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan kedalaman minimum 1.5 meter diukur dari permukaan perkerasan.

2) Daerah milik jalan (Damija), merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan guna peruntukan daerah manfaat jalan dan perlebaran jalan,

penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.

3) Daerah pengawasan jalan (Dawasja), merupakan ruas disepanjang jalan diluar daerah milik jalan yang ditentukan berdasarkan kebutuhan terhadap pandangan pengemudi, ditetapkan oleh pembina jalan.


(26)

5

4). Kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan Jepara

1. Luasan ruang terbuka hijau

Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa setiap wilayah diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari ruang atau wilayahnya untuk RTH, dimana 20% diperuntukan bagi RTH publik yang merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah kota dan digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum, serta 10% diperuntukan bagi RTH privat pada lahan-lahan yang dimiliki oleh swasta atau masyarakat.

2. Bentuk ruang terbuka hijau

Ruang terbuka hijau ada dua bentuk yaitu bentuk jalur atau memanjang dan bentuk pulau atau mengelompok. RTH berbentuk jalur biasanya mengikuti pola ruang yang berdampingan, misalnya jalur hijau di pinggir atau di median jalan, jalur hijau di sepanjang sungai, jalur hijau sepanjang rel kereta api, jalur hijau di bawah SUTET, dan sabuk hijau kota. Sedangkan RTH yang berbentuk mengelompok seperti taman, hutan kota, tempat pemakaman umum, pengaman bandara, dan kebun raya.

3. Taman Kota

Taman kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan. Fungsi yang ditekankan dari taman kota adalah segi estetika, yaitu menjaga keindahan dan kebersihan kawasan kota sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai Ditinjau dari kondisi fisiknya, taman kota disebut juga dengan


(27)

6

ruang terbuka atau open space yang digunakan oleh orang banyak untuk beraktifitas di setiap waktu. Pengertian mengenai taman kota ini adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan dapat mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota. Taman kota dapat dinikmati semua orang tanpa harus mengeluarkan biaya. Ada tiga macam taman kota berdasarkan aktifitasnya:

a. Taman untuk rekreasi aktif

Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya dibangun suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan fasilitas didalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan, kesegaran, dan kebugaran, misalnya taman olah raga, aerobic, fitness, camping ground, taman bermain anak, taman pramuka, taman jalur jalan, kebun binatang, danau, pemancingan dan taman-taman.

b. Taman untuk rekreasi pasif

Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yang dibentuk agar dapat dinikmati keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas dan kegiatan apapun, misalnya waduk, hutan buatan, penghijauan tepi kali, dan jalur hijau.

c. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif.

Taman untuk rekreasi aktif dan pasif merupakan taman yang bisa dinikmati keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan untuk mengadakan aktivitas, misalnya taman lingkungan. Taman lingkungan atau


(28)

7

community parkadalah suatu taman yang dibuat dan merupakan bagian dari suatu pemukiman, selain rumah ibadah, pasar, dan sekolah.

d. Hutan Kota

Definisi hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan. Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan khusus lainnya.

Pelaksanaan pembangunan hutan kota dan pengembangannya, ditentukan berdasarkan pada objek yang akan dilindungi, hasil yang dicapai, dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi menjadi lima kelas yaitu:

a. Hutan Kota Pemukiman, yaitu pembangunan hutan kota yang bertujuan untuk membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah keindahan dan dapat menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor yang terus meningkat dan lain sebagainya di wilayah pemukiman.

b. Hutan Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari limbah yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain limbah padat, cair, maupun gas.

c. Hutan Kota Wisata/Rekreasi, berperan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana bermain untuk anak-anak atau remaja, tempat peristirahatan,


(29)

8

perlindungan dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat produksi oksigen.

d. utan Kota Konservasi, mengandung arti penting untuk mencegah kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap objek tertentu, baik flora maupun faunanya di alam.

e. Hutan Kota Pusat Kegiatan, berperan untuk meningkatkan kenyamanan, keindahan, dan produksi oksigen di pusat-pusat kegiatan seperti pasar, terminal, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Di samping itu hutan kota juga berperan sebagai jalur hijau di pinggir jalan yang berlalu lintas padat (Damandiri, 2010).

B. Pengelolaan Lanskap

Pengelolaan merupakan suatu upaya manusia untuk mendayagunakan, memelihara, dan melestarikan lanskap atau lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya. Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005).

Pengelolaan atau manajemen merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis tujuan, yang digunakan seorang manajer untuk merencanakan, mengatur, memimpin, dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerja sama (Kraus dan Curtis, 1982). Ditambahkan pula bahwa terdapat empat fungsi utama proses manajemen, yaitu:


(30)

9

1. Perencanaan (planning), merupakan konsep dasar dari suatu manajemen, yang dengannya tugas-tugas manajemen disusun, tujuan dan sasaran ditetapkan, kebijaksanaan dan tata cara pelaksanaan dibuat, dan perencanaa jangka panjang dan jangka pendek dirumuskan. Proses perencanaan ini juga meliputi informasi-informasi dasar dan merupakan fase awal yang berkelanjutan.

2. Pengorganisasian (organizing), merupakan tahapan manajemen yang dengannya struktur organisasi dan tanggung jawab masing-masing bagian dibentuk, garis komunikasi, koordinasi, dan wewenang ditetapkan, serta sumber daya yang dialokasikan.

3. Pengaturan (directing), merupakan proses koordinasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Proses ini berkaitan erat dengan upaya memotivasi para pekerja untuk mencapai tujuan organisasi.

4. Pengawasan (controlling), fungsi ini mencakup pengawasan tehadap standar kerja dan metode pelaksanaan yang dilakukan. Fungsi ini juga mengawasi apakah semua berjalan sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. Fungsi controlling juga mencakup pelaporan, evaluasi yang berkelanjutan, serta pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan perbaikan atau antisipasi program.

Kegiatan pengelolaan yang berdasarkan pada empat fungsi utama proses manajemen tersebut didasarkan sebagai pedoman dalam kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada didalamnya agar kondisi tetap baik atau sedapat


(31)

10

mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi awal. Selain itu, pemeliharaan juga bertujuan agar suatu areal lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman. Menurut (Sternloff dan Warren 1984), terdapat tiga tipe organisasi pemeliharaan:

1. Sistem pemeliharaan unit (unit maintenance), yaitu pemeliharaan yang didasarkan pada unit-unit taman yang ada sehingga setiap unit taman mempunyai tim pemelihara sendiri;

2. Sistem tim pemeliharaan khusus (specialized maintenance crew), yaitu pemeliharaan didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya, berdasarkan jadwal pindah dari unit satu ke unit lainnya;

3. Sistem pemeliharaan secara kontak (maintenance by contract), yaitu pemeliharaan diserahkan pada kontraktor sehingga seluruh pekerjaan pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor.

Menurut (Sternloff dan Warren 1984), tujuan kegiatan pemeliharaan adalah menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau desain semula. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan beberapa hal meliputi (a) menetapkan prinsip-prinsip operasi; (b) memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan; dan (c) melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan.

Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan


(32)

11

fungsi awal. Selain itu kegiatan pemeliharaan ini bertujuan agar suatu areal lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman pemeliharaan tersebut meliputi pemeliharaan ideal dan fisik.

1. Pemeliharaan Ideal

Pemeliharaan ideal merupakan kegiatan pemeliharaan elemen-elemen lanskap baik soft material maupun hard material sehingga sesuai dengan tujuan dan fungsi semula (Arifin, 2009). Dalam kegiatan pemeliharaan ini diharapkan jalur hijau jalan dapat memberikan keindahan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dengan tetap mempertahankan desain awal yang telah dibentuk. Sedangkan, untuk mempertahankan agar tujuan dan fungsi semula dalam pemeliharaan ideal tetap terjaga, diperlukan usaha yang menunjang pemeliharaan fisik, antara lain (a) pembuatan jadwal pemeliharaan fisik elemen lunak dan elemen keras; dan (b) pengunaan tanaman lokal untuk memudahkan pergantian/penyulaman pada renovasi tata hijau.

Pemeliharaan dapat dikurangi jika didukung oleh upaya-upaya sebagai berikut (Carpenter et al., 1990) : (a) perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana sehingga memudahkan untuk melakukan pemeliharaan; (b) pemeliharaan elemen tanaman dengan baik; dan (c) perancangan dengan pendekatan terhadap alam.

Menurut Sulistyantara (2006), beberapa upaya untuk mempermudah ataupun mendukung pemeliharaan ideal adalah sebagai berikut: (a) merencanakan taman dengan pola-pola yang sederhana sehingga pemeliharaan fisik mudah dilakukan; (b) membuat pola lalu lintas atau sirkulasi yang jelas dan rasional


(33)

12

sehingga alur kegiatan didalamnya akan selalu lancar; (c) memilih sistem struktur yang kuat dan awet serta memilih bahan-bahan perkerasan yang sesuai; dan (d) melengkapi taman dengan fasilitas yang memadai, misalnya lampu penerangan dan jaringan utilitas.

2. Pemeliharaan fisik

Pemeliharaan fisik adalah kegiatan pemeliharaan terhadap elemen-elemen lanskap baik hard material maupun soft material. Hard material terdiri dari perkerasan/paving, bangku shelter, dan lampu jalan, sedangkan soft material berupa tanaman. Kegiatan pemeliharaan fisik ini bertujuan menjaga kondisi fisik elemen hard material dan soft material agar tetap berfungsi dengan baik, indah, dan berkelanjutan. Konsep pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehinga taman tetap rapih, indah, asri, nyaman, serta aman. secara umum, pemeliharaan fisik untuk hard material merupakan pemeliharaan pencegahan, yaitu pembersihan terhadap lumut dan karat, pengecetan dan pengatian, serta perbaikan elemen yang rusak. Pemeliharan fisikuntuk tanaman terdiri dari penyiraman, pemangkasan, penyiangan, serta pemupukan (Arifin, H. S dan N.H.S Arifin. 2005.).

Jalur hijau jalan ialah pepohonan, rerumputan, dan tanaman perdu yang ditanam pada pinggiran jalur pegerakan di samping kiri kanan jalan dan media jalan. Kehadiran jalur hijau jalan sangat penting bagi penciptaan lingkungan yang menyenangkan bagi pengguna jalan, selain itu pohon tepi jalan juga berfungsi sebagai pengatur iklim lingkungan, penyuplai oksigen, dan menjaga keseimbangan ekologi. Pohon tepi jalan juga dapat sebagai faktor pembatas yaitu


(34)

13

dapat mengurangi kebisingan, menyaring udara kotor, menahan tiupan angin kencang, dan menahan panas dan silau matahari (Murdaningsih, 2006).

Ketersediaan RTH pada jalur hijau jalan ditempatkan pada sempadan jalan dan dalam sempadan tersebut ditempatkan pohon-pohon yang berfungsi sebagai RTH jalur jalan. Menurut ketentuan DPU tahun 2007 untuk lebar sempadan jalan adalah 1,5 m dan sempadan jalan tersebut dimanfaatkan untuk RTH dengan keberadaan sempadan jalan di kanan dan kiri jalan. RTH jalur pengaman jalan terdiri dari RTH jalur pejalan kaki, taman pulau jalan yang terletak di tengah persimpangan jalan, dan taman sudut jalan yang berada di sisi persimpangan jalan. Median jalan adalah ruang yang disediakan pada bagian tengah dari jalan untuk membagi jalan dalam masing-masing arah yang berfungsi mengamankan ruang bebas samping jalur lalu lintas. Beberapa fungsi jalur hijau jalan yaitu sebagai penyegar udara, peredam kebisingan, mengurangi pencemaran polusi kendaraan, perlindungan bagi pejalan kaki dari hujan dan sengatan matahari, pembentuk citra kota, dan mengurangi peningkatan suhu udara.

Tanaman jalan ialah tanaman yang digunakan didalam perencanaan lanskap jalan, yang mempunyai sistem perakaran yang tidak merusak konstruksi jalan, percabangan tanaman tidak mudah patah dan mudah dalam pemeliharaannya (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Tanaman yang terdapat pada jalur hijau jalan dapat digolongkan menjadi:

1. Pohon, berfungsi sebagai pengarah dan pengaman jalan, dapat menutupi pemandangan yang kurang baik, penghalang sinar matahari dan angin, sebagai identitas wilayah, mempertegas ruang, dapat menyediakan


(35)

14

2. cadangan air tanah, pengatur iklim mikro, dan mampu memberi kesan psikologis kepada pengguna jalan.

3. Semak/perdu, berfungsi sebagai pembatas visual, memberikan nilai estetika, menahan sinar lampu kendaraan, sebagai penahan kecelakaan dan pembatas jalur median.

4. Penutup tanah/rumput, berfungsi sebagai penahan air hujan supaya tidak mengalir langsung ke jalan bebas hambatan.

(Menurut Departement Pekerjaan Umum, 2008), terdapat kriteria khusus yang harus diperhatikan untuk:

1. Tanaman jalan perkotaan :

a. Pohon penaung dengan tinggi sedang atau tinggi kurang dari 15 meter. b. Bentuk tajuk pohon bulat.

c. Tinggi cabang paling bawah 5 meter.

d. Tidak menggunakan tanaman berdaun besar dan tidak menggurkan daun secara serempak.

e. Tanaman semak untuk median memiliki tinggi maksimum 1,5 meter dan mempunyai percabangan yang lunak.

f. Baik pohon maupun semak memiliki karakter fisik yang menarik seperti bentuk tekstur dan warna daun, serta bunga yang menarik. g. Menggunakan tanaman penutup tanah yang tahunan.

2. Tanaman pada media jalan a. Tanaman semak.


(36)

8

c. Menyukai matahari berlimpah.

d. Toleran lingkungan kering atau terbatas. e. Daun berukuran kecil.

f. Daun memiliki rambut, sisik atau gerigi.

g. Memiliki toleransi sedang sampai tinggi atau tidak sensitif terhadap polusi udara.

h. Memiliki kemampuan tinggi mengurangi polusi. i. Tanaman berbunga atau hiasan daun.

3. Tanaman pada simpang susun :

a. Tanaman penutup tanah, semak dan pohon pendek. b. Tajuk kolumnar atau tajuk tidak menyebar horizontal. c. Memiliki warna atau bentuk atraktif.

d. Memiliki toleransi sedang sampai tinggi terhadap polusi udara. e. Memiliki kemampuan tinggi dalam polutan.


(37)

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

Sumber : Dinas CIPTARU

Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan

A. Kondisi Geografis

Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara, tepatnya diujung barat Kabupaten Jepara. Kecamatan Jepara terdiri dari 16 desa. Adapun luas Kecamatan Jepara yaitu 2.466,699 hektar atau sebesar 2-15 % dari total luas wilayah Kota Jepara. Secara astronomis Kecamatan


(38)

Jepara terletak antara 110º9’48.02” sampai dengan 110°58’37.40” bujur timur dan 5º43’20.67” sampai dengan 6°74’25.83” lintang selatan.

Dari 16 desa di Kecamatan Jepara yang masuk dalam kawasan perkotaan sebanyak 12 desa. Luas Kawasan Perkotaan Jepara sebesar 2.444 hektar, 1.094 hektar, dimana penggunaan RTH 1.427 hektar merupakan kawasan pertanian, 235 hektar merupakan kawasan RTH jalur hijau dan 122,5 hektar merupakan RTH pertamanan, kehutanan dan olahraga. Potensi pengembangan RTH publik ini masih sangat dimungkinkan untuk dikembangkan, mengingat dari potensi RTH pekarangan yang masih dapat dikembangkan secara kualitas sebagai RTH. kebutuhan luas RTH berdasarkan perhitungan pendekatan kependudukan tersebut adalah untuk taman RT seluas 73.796 m2, taman RW seluas 36.898 m2, taman kelurahan seluas 22,139 m2, dan taman kecamatan seluas 147,592.000 m2.

Secara administratif Kecamatan Jepara mempunyai jarak tempuh ke ibu kota provinsi ± 76 km dan dapat ditempuh dalam waktu lebih kurang 2 jam. Jarak terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Tahunan yaitu 7 km dan jarak terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa yaitu 90 km. batas dengan Kecamatan yang lain sebagai berikut :

1. Sebelah Timur : Kecamatan Pakisaji 2. Sebelah Tenggara : Kecamatan Batealit 3. Sebelah Selatan : Kecamatan Kalinyamatan 4. Sebelah Barat Daya : Kecamatan Kedung 5. Sebelah Barat : Laut Jawa


(39)

Dipandang dari ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut, wilayah Kecamatan Jepara terletak mulai dari 0 m sampai dengan 50 mdpl.

Tabel 1. Luas Kecamatan Jepara

Sumber : Dinas CIPTARU

B. Tata Guna Lahan

Kecamatan Jepara pada tahun 2014 mempunyai luas wilayah 2.466,699 hektar yang terdiri dari 403 hektar lahan sawah dan 2.062 hektar lahan kering. Penggunaan lahan yang termasuk dalam lahan sawah terdiri dari pengairan teknis, pengairan setengah teknis, pengairan sederhana, tadah hujan, pasang surut, tanah sawah, lebak, polder, tanah sawah yang sementara tidak diusahakan, dan lain-lain. Sedangkan yang masuk kategori lahan kering adalah tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegal, padang rumput, tambak, kolam, tanah yang sementara

No Kecamatan Luas (ha)

1 Bandengan 623.31

2 Kedungcino 274.28

3 Wonorejo 137.126

4 Kuwasen 290.352

5 Mulyoharjo 416.793

6 Ujungbatu 79.438

7 Pengkol 119.08

8 Jobokuto 61.165

9 Bulu 78.417

10 Kauman 78.052

11 Saripan 65.372

12 Bapangan 120.61

13 Panggang 47.178

14 Demaan 88.811

15 Potroyudan 76.336

16 Karangkebagusan 74.75

2631.07 Total Luas Kecamatan Jepara

Desa

Jepara 1


(40)

tidak diusahakan, tanah untuk tanaman kayu-kayuan, hutan negara, perkebunan negara, tanah lainnya (jalan, sungai, kuburan, tanah gege, lapangan olah raga dan lain-lain).

C. Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi di Kota Jepara dibagi menjadi dua yaitu : 1. Air Tanah Dangkal

Air tanah ini memiliki kedalaman tanah efektif 2–6 meter. Dengan kondisi air tanah yang relatif dangkal, Kota Jepara dapat dikembangkan menjadi areal terbangun. Keberadaan air tanah tersebut akan sangat mendukung fungsi permukiman dan kegiatan industri lainnya yang dalam aktivitasnya sangat membutuhkan air. Daerah air tanah dangkal ini meliputi seluruh Kecamatan Tahunan dan sebagian besar Kecamatan Jepara bagian timur.

2. Air Tanah Payau

Air tanah ini merupakan campuran antara air laut dan air tanah. Namun untuk Kota Jepara kondisi air payau masih relatif baik karena belum terintrusi air laut. Hal ini terjadi karena adanya hutan bakau di sepanjang pantai yang mencegah terjadinya intrusi tersebut. Daerah dengan jenis tanah air payau terdapat di daerah sekitar pantai yaitu di Kecamatan Jepara bagian barat.

Kondisi hidrologi di Kecamatan Pecangaan terdiri atas air tanah dan air permukaan. Adanya sungai-sungai besar seperti Sungai Troso dan Sungai Pecangaan menjadi salah satu sumber air/ hidrologi di kecamatan ini. Air bersih untuk masyarakat banyak berasal dari air tanah, dan menggunakan sumber air dari PDAM.


(41)

40

3. Keadaan iklim

Jepara memiliki iklim tropis, hampir sebagian besar bulan ditandai dengan curah hujan yang signifikan. Musim kemarau singkat memiliki dampak yang kecil, iklim di jepara diklasifikan suhu rata-rata di jepara adalah 27.0 ° C, curah hujan di jepara rata-rata 2.643 mm. Bulan terkering adalah agustus, dengan 20 mm curah hujan. Presipitasi paling besar terlihat pada januari, dengan rata-rata 6.46 mm. suhu terhangat sepanjang tahun adalah oktober, dengan suhu rata-rata 28.2 °C. Suhu terendah dalam setahun terlihat di januari, saat suhu ini berkisar 26.4 °C. Perbedaan dalam presipitasi antara bulan terkering dan bulan basah adalah 6.26 mm, variasi suhu sepanjang tahun adalah 1.8 °C.

D. Kondisi sosial 1. Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara secara agregat rata-rata mencapai angka 5,31%. pertumbuhan ekonomi Jepara ini cenderung meningkat selama lima tahun terakhir 5,02% menjadi 5,77% pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara paling rendah pada tahun 2010 yang mengalami penurunan sebesar 4,52% pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan menjadi 5,77%. Namun demi tingkat pertumbuhan ekonomi di jawa tengah sebesar 5,81% dan nasional sebesar 5,78%.


(42)

41

Tabel 2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara. Propinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2009-2013.

Tahun Jepara Jawa Tengah Nasional

2009 5,02 5,14 4,58

2010 5,84 5,84 6,10

2011 5,44 6,03 6,46

2012 5,79 6,34 6,23

2013 5,77 5,81 5,78

Sumber data: Disdukcapil 2013, diolah 2. Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah dengan etos kerja dan ketrampilan baikhardskill maupunsoftskill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja ketrampilan tetapi juga kepribadian, karena ketrampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan. Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar. Tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang.

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tinggi yang ditamatkan

No Jenjang Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Jiwa % Jiwa % N %

1 Tidak/belum sekolah 87,020 15.05 88,657 15.75 175,677 15.39 2 Belum tamat SD/

Sederajat 70,543 12.02 73,196 13.00 143,739 12.6 3 Tamat SD/sederajat 205,919 35.61 207,452 36.84 413,371 36.22 4 SLTP/sederajat 119,346 20.64 110,083 19.55 229,429 20.10 5 SLTA/sederajat 77,908 13.47 67,017 11.90 144,925 12.70 6 Diploma I/II 2,384 0.41 3,029 0.54 5,413 0.47


(43)

42

7 Akademi/Diploma

III/sarjana muda 3,506 0.61 4,034 0.72 7,540 0.66 8 Diploma IV/strata I 10,798 1.87 9,271 1.65 20,069 1.76% 9 Strata II 728 0.13 272 0.05 1,000 0.09%

10 Strata III 41 0.01 32 18.93 73 0.01%

Jumlah 578,193 100 563,043 100 1.141.236 15.39%

Sumber: data DISDUKCAPIL Kab. Jepara

Tabel 5 terlihat, dari Data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi penduduk Kabupaten Jepara adalah strata III namun prosentasenya kecil sekali hanya 0,01%. Rata-rata pendidikan penduduk Kabupaten Jepara adalah SLTP / sederajat, jumlah ini mendominasi diantara beberapa jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk Kabupaten Jepara. Bahkan angka ini dicapai oleh penduduk laki-laki sebagai kepala keluarga. Padahal jika dilihat permintaan pasar tenaga kerja rata-rata mensyaratkan minimal pendidikan strata I atau SLTA. Angka ini perlu menjadi perhatian dari pemerintah Kabupaten Jepara bagaimana tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Jepara.

3. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Jepara pada tahun 2013 sebanyak 1.153.023 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 578.155 jiwa. Sedangkan tahun 2014 pada akhir bulan oktober mencapai 1.137.414 jiwa, terdiri dari 576.021 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 567.021 penduduk berjenis laki-laki dan 561.393 jiwa berjenis perempuan. Sebaran penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tahunan (102.667 jiwa pada tahun 2014 dan 107.533 jiwa pada tahun 2013) dan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Karimun Jawa (8.977 jiwa pada tahun 2014 dan 9.016 jiwa pada tahun 2013). Rendahnya jumlah


(44)

43

penduduk di Karimun Jawa disebabkan Karimun Jawa merupakan pulau yang terpisah dari Kabupaten Jepara. sebagaimana terdapat dalam tabel 6 dibawah ini. Tabel 4.Jumlah penduduk Kabupaten Jepara tahun 2014

No Nama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Kedung 36.524 35.757 72.281

2 Pecangaan 39.745 38.969 78.714

3 Welahan 37.352 36.642 73.994

4 Mayong 41.870 41.094 82.964

5 Batealit 40.858 39.436 80.294

6 Jepara 40.606 39.634 80.240

7 Keling 31.907 31.580 63.487

8 Karimunjawa 4.606 4.371 8.977

9 Tahunan 52.238 50.429 102.667

10 Nalumsari 35.582 35.235 70.817

11 Kalinyamatan 29.079 28.290 57.369

12 Kembang 34.783 34.764 69.547

13 Pakis aji 29.921 28.335 58.256

14 Donorojo 30.326 29.664 59.990

15 Mlonggo 41.327 39.468 80.795

16 Bangsri 49.297 47.725 97.022

Jumlah 576.021 561.393 1.137.414

Sumber data base: Disdukcapil tahun 2014. 4. Tenaga Kerja

Angkatan kerja (labor force) adalah penduduk usia 15 tahun keatas ( tenaga kerja/ manpower) dan tidak termasuk didalamnya penduduk yang sedang sekolah, pensiunan, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Angkatan kerja dibagi 2


(45)

44

(dua) yaitu bekerja (employed) dan mencari pekerjaan/menganggur (unemployed). Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun/lebih) yang bekerja, ataupun punya pekerjaan namun sementara waktu tidak bekerja dan menjadi pengangguran. Untuk melihat jumlah proporsi tenaga kerja/angkatan kerja di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini : Tabel 5. Jumlah proporsi tenaga kerja/angkatan kerja di Kabupaten Jepara

Kelompok Umur

Jumlah Jiwa Angkatan Kerja

L P L+P Bekerja

Pencari Kerja

Angkatan (Kerja + Pencari Kerja) 15-19 51.464 49.027 100.491 5.299 3.935 56.234 20-24 52.587 50.878 103.465 80.057 6.026 86.083 25-29 53.509 53.326 106.835 85.108 6.406 91.514 30-34 55.632 54.844 110.476 86.458 6.508 92.966 35-39 49.456 48.743 98.199 70.969 5.342 76.311 40-44 45.679 45.256 90.935 58.107 4.347 62.481 45-49 38.109 38.645 76.754 44.919 3.381 48.300 50-54 33.035 33.217 66.252 35.152 2.646 37.798 55-59 26.021 23.607 49.628 19.696 1.478 21.174 60-64 19.687 18.254 37.941 8.860 6.67 9.527 Sumber: Disdukcapil 2013, diolah.


(46)

IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di jalur hijau Kota Jepara, Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai April 2016. Proses penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data sampel.

B. Alat Dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kondisi eksisting jalur hijau dan peta Kota Jepara baik hasil survei langsung dan berupa data dari instansi terkait. Alat yang digunakan meliputi: alat tulis, kamera dan perangkat komputer. Selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisis.

C. Metode Penelitian dan Analisis Data 1. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode survei, yang teknis pelaksanaannya dilakukan dengan observasi, kuesioner, wawancara dan pengumpulan data sekunder, survey atau observasi dilakukan terhadap pengelolaan jalur hijau jalan diKota Jepara yang meliputi identifikasi (kondisi tapak, elemen penyusun dan kondisi elemen penyusunnya) dan evaluasi (perencanaan pengelolaan dan perawatan terhadap elemen keras dan lunak). (Menurut Moh Nazir 1999) cit. (Widyatama 2010), metode survey adalah gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, menurut (Masri singarimbun dan Slamet Efendi 1998).


(47)

2. Metode Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara purposive, yaitu pengambilan sampel yang secara sengaja dipilih atau pengambilan sampel Lokasi. yang dipilih didasarkan pada kondisi eksisting, dan klasifikasi jalan di lokasi. Berdasarkan PP nomor 34 tahun 2006 tentang jalan, klasifikasi jalan dibagi menjadi 5 yaitu : jalan nasional, jalan provinsi, jalan kota, jalan kabupaten dan jalan desa. Berdasarkan hal tersebut penelitian dilakukan terhadap 3 klasifikasi Jl. Nasional, Jl. Provinsi, dan Jl. kota. Berdasarkan kondisi eksisting pada lokasi penelitian. Lokasi yang dipilih untuk penelitian yakni ada 3 jalan, JL. wakhid hasyim, merupakan jalan yang menghubungkan Kabupaten Jepara dengan Kabupaten lain, salah satunya Kabupaten Kudus maupun Kabupaten Demak. JL.Kartini, dan JL. MT Haryono. yakni jalan yang terletak dipusat Kota Jepara yang mempunyai kepadatan yang lebih tinggi dibanding jalan yang lain. Pemilihan tiga sampel dari masing-masing kategori tersebut didasarkan dengan pengurutan sampel dari Jalan Kota, dan Jalan Kabupaten.

3. Metode Pemilihan Sampel

Metode pemilihan responden dilakukan dengan Teknik Non-probability sampling. Yaitu pengambilan sampel penelitian secara tidak acak (non random) (Supardi, 2005). Responden atau sampel dipilih dengan cara teknik sampling kebetulan (accidental sampling atau sering disebut dengan convenience sampling). Pemilihan anggota sampel yang diambil tidak direncanakan terlebih dahulu atau dapat dijumpai secara tiba-tiba di jalur hijau jalan tersebut,


(48)

tahapan-✝

tahapan yang dilakukan adalah menentukan kriteria dari populasi yang diinginkan. (Sukandarrumudi, 2002).

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan memberikan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden yang merupakan pengguna jalan (baik pejalan kaki maupun pengendara roda dua) dengan harapan dapat mewakili sifat populasi secara keseluruhan. Menurut Eko Prabowo (2012) penentuan jumlah sampel menggunakan batas 10% dari penetapan rumor Yamane sebagai berikut :

N

n = x 10%

Nd2+1

Untuk N = jumlah kendaraan bermotor per hari D = batas toleransi kesalahan sebesar 5%

Untuk masing masing kawasan Jalan.Wakhid Hasyim, Jalan. Kartini, dan Jalan MT Haryono. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan lingkungan, kondisi tapak, kondisi elemen penyusun dan pola pikir masyarakat terhadap keberadaan jalur hijau jalan, hal ini diperuntukan untuk mengetahui tingkat kesadaran pengguna terhadap pengelolaan jalur hijau jalan.

Tabel 1. Data Volume Lalu Lintas

No. RUAS JALAN Panjang

(km)

Lebar (m)

Volume Lalu Lintas Kendaraan/hari 2015

1 Jl. Wachid Hasyim 0,632 5 1.543

2 Jl. Kartini 0,753 11 1.598

3 Jl. MT. Haryono 0,997 5 1.680


(49)

1. Perhitungan responden Jalan Wakhid Hasyim n =

( , ) 10%

=

. 10%

= 1543

4.8575 10%

= 317.65 10%

= 31,765 = 32

2. Jumlah perhitungan responden Jalan Kartini

n =

( , ) 10%

=

. 10%

= 1543

4.995 10%

= 319,919 10% = 31,919

= 32

3. Jumlah perhitungan responden Jalan MT. Haryono n =

( , ) 10%

=

. 10%

=1680

4.2 10%

= 400 10%


(50)

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel didasarkan pada volume kendaraan per hari. Penentuan jumlah sampel menggunakan batas 10% yang di ambil pada masing masing jalan yang di teliti. Volume lalu lintas jalan Wakhid Hasyim adalah 1.543 satuan kendaraan/hari responden yang diambil adalah 32 responden, volume lalu lintas Jalan Kartini adalah 1.598 satuan kendaraan/jam responden yang diambil adalah 32 responden, dan jalan M.T Haryono memiliki volume lalu lintas 1.680 sehingga jumlah responden yang diambil sampel adalah 40 responden. jumlah total sampel/responden yang digunakan yaitu sebanyak 102 responden. Pertanyaan yang akan diberikan kepada responden yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan lingkungan, kondisi eksisting dan pola pemikiran masyarakat terhadap RTH jalur hijau jalan pada lokasi penelitian.

4. Metode Analisis

Data-data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode untuk meneliti status kepadatan kendaraan, suatu objek, suatu kondisi eksistig, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kilas peristiwa pada sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, (Nazir, 1999 cit, Widyatama 2010). Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran Evaluasi jalur Hijau Jalan dari Hasil identifikasi kondisi eksisting, gambaran Evaluasi kemudian dijelaskan dan di hubungkan antara satu faktor dengan faktor yang lain berdasarkan fakta, data, tabel, Gambar dan informasi.


(51)

6

D. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi secara langsung, hasil penyebaran kuesioner dan hasil wawancara langsung di lapangan. Data sekunder merupakan dokumen atau data yang diperoleh dari laporan studi Instansi pemerintah terkait Kota Jepara (dinas CIPTARU, dinas Kependudukan BPS), serta dokumen lain seperti dari buku, jurnal, atau data dari internet, yang menjelaskan tentang teori atau hasil penelitian yang terkait dengan ruang terbuka hijau yakni pengelolaan jalur hijau jalan.

Tabel 2. Jenis data yang diperoleh

No Jenis Data Lingkup Bentuk Data Sumber

1 Peta kota - Hard&soft

copy

CIPTARU

2 Geografis wilayah Batas wilayah Luas wilayah

Hard&soft

copy

CIPTARU

3 Iklim Curah hujan

Suhu

Kelembaban relative

Hard&soft

copy

CIPTARU

4 Kondisi sosial Jumlah penduduk Kepadatan penduduk

Hard&soft

copy

Disdukcapil

6 Persepsi masyarakat Pengelolaan jalur hijau jalan di ruas jalan utama Kota Jepara

Kuesioner Survey lapangan

Sumber :CIPTARU

E. Luaran Penelitian

Penelitian ini akan menghasilkan suatu evaluasi komposisi RTH pada Jalur Hijau Jalan Kota Jepara yang sesuai dengan karakteristik kawasan yang dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat.


(52)

(53)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tata Ruang Kota dan Ruang Wilayah

Menurut Witoelar (2001) kegiatan penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan memperhatikan keunggulan komparatif di suatu wilayah, dan mengurangi kesenjangan pembangunan dengan mengurangi kawasan-kawasan yang miskin, kumuh, dan tertinggal. Salah satu kegiatannya yaitu peningkatan aksesbilitas masyarakat terhadap faktor-faktor produksi, pengolahan dan pemasaran, serta mendorong dan memfasilitasi masyarakat dengan sarananya. Pengembangan wilayah menitikberatkan pada aspek ruang atau lokasi untuk mengoptimalisasi sumber daya alam yang ada dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Deka (2011) yang mengatakan bahwa tata ruang tidak hanya berupa tampak fisik dari lingkungan saja tapi juga mempengaruhi pengakuan identitas baik individual maupun kolektif. Ruang dengan kapasitas tersebut bisa menghapuskan identitas individu ataupun komunitas bahkan populasi sekalipun, melalui ( sains, teknologi, dan ekonomi ) ilmu pengetahuan, politik etik dan simbol-simbol ritual yang dibuat oleh aparat-aparat kekuasaan.

Beberapa hal yang sangat penting dalam rangka reformasi perencanaan tata ruang kota menurut Sunardi (2004) antara lain:


(1)

Penelitian ini dijalur hijau jalan Kota Jepara yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan tentang pengelolaan jalur hijau jalan dilakanakan disepanjang jalur hijau.

TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian inidilaksanakan di jalur hijau Kota Jepara, Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai April 2016. Proses penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data sampel.

Bahan yang digunakan adalah peta wilayah dan hasil survei berupa kondisi fisik yang tampak. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera, dan alat bantu gambar. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode survei, yang teknis pelaksanaannya dilakukan dengan observasi, kuesioner, wawancara dan pengumpulan data sekunder, survey atau observasi dilakukan terhadap pengelolaan jalur hijau jalan diKota Jepara yang meliputi identifikasi (kondisi tapak, elemen penyusun dan kondisi elemen penyusunnya) dan evaluasi (perencanaan pengelolaan dan perawatan terhadap elemen keras dan lunak). Menurut Moh Nazir (1999) cit. Widyatama (2010), metode survey adalah gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, menurut Masri singarimbun dan Slamet efendi (1998), Metode Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan carapurposive, yaitu pengambilan sampel yang secara sengaja dipilih atau pengambilan sampelLokasi.yang dipilih didasarkan pada kondisi eksisting, dan klasifikasi jalandi lokasi.Berdasarkan PP nomor 34 tahun 2006 tentang jalan, klasifikasi jalan dibagi menjadi 5 yaitu : jalan nasional, jalan provinsi, jalan kota, jalan kabupaten dan jalan desa. Berdasarkan hal tersebut penelitian dilakukan terhadap 3 klasifikasi Jl. Nasional, Jl. Provinsi, dan Jl. kota. Berdasarkan kondisi eksisting pada lokasi penelitian. Lokasi yang dipilih untuk penelitian yakni ada 3 jalan, JL.Senenan-tahunan, merupakan jalan yang menghubungkan Kabupaten Jepara dengan kabupaten lain, salah satunya kabupaten kudus maupun kabupaten demak. JL.Kartini, dan JL.MT haryono.yakni jalan yang terletak dipusat Kota Jepara yang mempunyai kepadatan yang lebih tinggi dibanding jalan yang lain. Pemilihan tiga sampel dari masing-masing kategori tersebut didasarkan dengan pengurutan sampel dari jalan kota, dan jalan kabupaten.Metode Pemilihan Sampel

Metode pemilihan responden dilakukan dengan Teknik Non-probability sampling. Yaitu pengambilan sampel penelitian secara tidak acak (non random) (Supardi, 2005). Responden atau sampel dipilih dengan cara teknik sampling kebetulan (accidental sampling atau sering disebut dengan convenience sampling). Pemilihan anggota sampel yang diambil tidak direncanakan terlebih dahulu atau dapat dijumpai secara tiba-tiba di jalur hijau jalan tersebut, tahapan-tahapan yang dilakukan adalah menentukan kriteria dari populasi yang diinginkan. (Sukandar rumudi, 2002). Metode Analisis Data-data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kilas peristiwa pada sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki (Nazir, 1999 cit, Widyatama 2010). Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran, penjelasan dan uraian hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain berdasarkan fakta, data dan informasi kemudian dibuat dalam bentuk tabel atau gambar. Jenis Data Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi secara langsung, hasil penyebaran kuesioner dan hasil wawancara langsung di lapangan.

Data sekunder merupakan dokumen atau data yang diperoleh dari laporan studi Instansi pemerintah terkait Kota Jepara (dinas Ciptaru, dinas Kependudukan), serta dokumen lain seperti dari buku, jurnal, atau data dari internet, yang menjelaskan tentang teori atau hasil penelitian yang terkait dengan ruang terbuka hijau yakni pengelolaan jalur hijau jalan✠


(2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Eksisting Jalan Berdasarkan klasifikasi jalan, jalan MT, Haryono merupakan ruas jalan Kota yang memiliki panjang jalan 0,997 km, jalan Wachid Hasyim merupakan ruas jalan nasional sepanjang 0,632 km sedangkan Jalan Kartini merupakan ruas jalan Pusat Kota dengan panjang jalan 0,753 km. Ketiga jalan ini menggunakan jalur jalan dua arah, Jalur hijau pada jalan Kartini dengan jalur dua arah ditempatkan pada 3 (tiga) titik yaitu tepi kiri dan tepi kanan serta pada bagian median jalan dan pada jalur satu arah ditempatkan pada kanan atau kiri jalan dalam bentuk menjalur 1 (satu) baris tanaman, sedangkan untuk jalan MT. Haryono dan jalan Wachid Hasyim jalur hijau jalan ditempatkan hanya pada 2 (dua) titik yaitu tepi kiri dan kanan jalan dalam bentuk menjalur 1 (satu) baris tanaman.

Tabel 9. Data jalan yang menjadi objek penelitian

Nama jalan Panjang jalan

(km)

Lebar jalan (m)

jalur hijau jalan (m²)

Wachid Hasyim 0,632 5.00 72,00

Kartini 0.753 11.00 878,228

MT. Haryono 0.997 5.00 165,00

Sumber : Dinas Dishubkominfo (2015) Berdasarkan tabel 9, Jl. Kartini memiliki panjang jalan 0,753 km2, lebar jalan beserta trotoar 13 m, serta dengan penempatan pada kanan dan kiri jalan serta pada median jalan yang memiliki vegetasi yang sangat beragam. Akan tetapi, keberadaan jalur hijau pada jalan ini dirasa masih kurang, baik jumlah maupun sebarannya.di satu sisi terdapat keberadaan jalur hijau yang tinggi, sisi lainnya keberadaan tanaman sangat rendah.sehingga pada sebagian jalan sebagian jalan terkesan panas dan gersang terutama pada siang hari. untuk jalan MT. Haryono memiliki panjang jalan 0.997 km², lebar jalan 7 m. Kondisi jalan ini tidak jauh berbeda dengan Jl. Kartini yaitu sebagian jalan terasa panas dan gersang dikarenakan sebaran dan jumlah vegetasi pada jalur hijau jalan tidak sebanding dengan luas lahan yang ada. Selain itu pada sebagian trotoar jalan yang rusak terdapat rumput-rumput liar yang terkesan dibiarkan sehingga menambah kesan kurang terawatnya jalur hijau jalan pada jalan ini. Jalan Wachid Hasyim memiliki panjang jalan 0,632km², dan lebar jalan 7 m. Kondisi jalan ini tidak jauh berbeda dengan dua jalan lainnya, yaitu pada sebagian jalan terkesan gersang dan panas, ditambah kurangnya perawatan terhadap elemen-elemen pada jalur hijau jalan terutama pada beberapa vegetasi tanaman yang ada. Jalan ini merupakan jalur lintas antar kabupaten yang menghubungkan antara KabupatenKudus dan Kabupaten Demak sehingga setiap harinya dilalui kendaraan umum yang lalu-lalang pada jalan ini sehingga menjadikan jalan semakin panas dan berdebu oleh asap kendaraan.Tanaman Penyusun RTH Jalur Hijau Jalan

Penempatan tanaman sebagai jalur hijau jalan baik pada tepi jalan maupun median jalan memiliki fungsi sebagai ; 1) peneduh, 2) Penyerap polusi udara, 3) peredam kebisingan, 4) pembatas pandang dan, 5) penahan silau lampu kendaraan (PPMenteri PU tahun 2008). Undang Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang mensyaratkan ruang terbuka hijau pada wilayah Kota paling sedikit 30% dari luas wilayah Kota yang terbagi menjadi 20% RTH publik dan 10% RTH privat.

Tabel 10.Jenis tanaman yang terdapat di masing-masing lokasi.

Tanaman Ilmiah Jenis Tanaman ∑ /Lokasi

1 2 3

Angsana Pterocarpus indicus Pohon - 13

-Bringin Ficus benjamina Pohon - 3

-Glodogan tiang Polyathea longifolia Pohon 84 88

-Ketapang Terminalia catappa L Pohon - 6

-Palem Raja Roystonea regia Pohon - 4 52

Bougenville Bougainvillea spectabilis Perdu 2 5


(3)

-Adam hawa Rhoeo discolor Perdu 2 3

-Lili Paris Chlorophytum sp Semak - 2

-Teh-tehan Acalypha Siamensis Semak 9 5

-Heliconia Heliconiaceae Penutup tanah - 3

-Rumput gajah mini Pennisetum purpureum Penutup tanah - 2

-Keterangan : 1. Jalan Wachid Hasyim 2. Jalan Kartini

3. Jalan MT. Haryono Evaluasi Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang memiliki fungsi sebagai penyegar udara, peredam kebisingan, mengurangipencemaran polusi kendaraan bermotor, sebagai peneduh jalan, serta mengurangi peningkatan suhu udara.Selain itu akar pepohonan dari tanaman yang ditanam padas jalur hijau jalan dapat menyerap air hujan sebagai cadangan air tanah dan dapat menetralisir limbah yang dihasilkan dari aktivitas perkotaan.

Evaluasi jalur hijau jalan di Kota Jepara khususnya pada tiga ruas jalan yang menjadi objek penelitian yaitu; Jl. Wakhid Hasyim, Jl. Kartini dan Jl. MT. Haryono bertujuan untuk membuat model penataan tanaman tepi jalan guna meningkatkan nilai fungsional, estetika dan menambah kenyamanan bagi pengguna jalan. Evaluasi yang dilakukan diantaranya dilakukan penataan ulang tanaman yang terdapat pada jalur hijau jalan dengan cara menambah maupun mengganti tanaman (Jenis Pohon, Perdu, Semak dan Penutup Tanah) yang ada pada tiga ruas jalan tersebut dengan tujuan agar mampu berfungsi sebagai pembentuk tanaman tepi jalan, pengendali suhu udara memperbaiki kondisi tanah dan lain sebagainya, dengan memperhatikan data Persepsi masyarakat, data pencemaran udara serta ketersediaan lahan dalam pengembangan ruang terbuka hijau khususnya jalur hijau jalan yang akan dievaluasi.

Jl. Wakhid Hasyim

Jalan KH. Wakhid Hasyim merupakan jalan yang berada didua Kecamatan Jepara dan Tahunan, yang mana terdapat pertokoan yang ada pada sepanjang jalan ini. Jalan Wakhid Hasyim merupakan jalan yang menggunakan dua jalur. Jalan ini merupakan jalan yang memiliki jalur hijau yang diisi beranekaragam tanaman yang ditempatkan pada dua titik yaitu pada bagian kanan dan kiri jalan, Jenis vegetasi yang ada pada jalan ini terdiri dari jenis pohon, Semak, Perdu dan Penutup Tanah. Akan tetapi keragaman tanaman tidak sebanding dengan jumlah tanaman yang dibutuhkan. Di satu sisi sebelah Timur jalan terdapat keberadaan jalur hijau yang tinggi, sedangkan sisi sebelah baratkeberadaan tanaman sangat rendah, Berdasarkan kondisi eksisting, jalur hijau yang baik hanya terdapat pada sebagian daerah saja.

Berdasarkan kondisi eksisting jalan Wakhid Hasyim Evaluasi yang dilakukan pada jalan ini terutama pada bagian jalan dengan dengan populasi tanaman rendah yang paling penting untuk di evaluasi pada bagian Jl. Wakhid Hasyim dengan menyesuaikan dengan ketersediaan lahan jalan yang ada yaitu pada bagian Trotoar dan Median jalan yaitu dengan lebar 1-2 meter.Pada bagian jalan dengan populasi tanaman rendah merupakan daerah yang memiliki aktivitas penduduk yang tinggi, sehingga rawan terjadi polusi udara. Tanaman yang dipilih terutama untuk bagian jalan yang memiliki ketersediaan lahan yang terbatas merupakan tanaman yang bisa ditanam pada tabulapot dengan tujuan untuk mempermudah perawatan dan penataan pada bagian jalan dengan ketersediaan lahan rendah. Beberapa jenis tanaman penyerap polutan ditempatkan dengan cara Vertical Garden bertujuan untuk meminimalisir ketersediaan lahan yang terbatas, terutama pada bagian jalan yang sempit dengan pertokoan, Selain itu pemilihan tanaman merambat yang dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh dengan cara membuat model Pergola yang berfungsi sebagai peneduh dengan ditumbuhi tanaman rambatan. Pergola biasa dibuat sebagai pelengkap dan pelindung dari panas matahari dengan menggunakan tanaman rambat untuk mengurangi panas terutama pada bagian Jl. Wakhid Hasyim yang memiliki ketersediaan lahan yang kurang.


(4)

Jalan Kartini merupakan jalan yang berada pada wilayah Kecamatan Jepara Kota, jalan ini menggunakan jalur dua arah dengan penempatan jalur hijau jalan pada sebelah kanan atau kiri jalan yang terdiri dari jenis Pohon, Perdu, Semak dan penutup tanah.Berdasarkan kondisi eksiting Keberadaan vegetasi pada jalan ini cukup dengan ketersediaan lahan yang ada.Selain itu sebaran tanaman pada jalan ini juga dirasa sudah merata. Berdasarkan Permasalahan lainnya yang ditemukan pada jalan ini yaitu penataan yang kurang baik serta perawatan tanaman yang dirasa kurang maksimal. Adapun beberapa contoh dari penataan tanaman yang kurang baik diantaranya penanaman pohon angsana (Pterocarpus indicus) yang menggunakan media pot dirasa kurang pas dikarenakan pertumbuhan akar dari pohon tersebut. bisa merusak media pot serta merusak trotoar yang ada. Selain itu beberapa contoh dari kurangnya perawatan diantara tidak adanya penyiangan rumput yang dilakukan sehingga menyebabkan tanaman inti mati. Pemangkasan daun khususnya pada tanaman teh-tehan (Acalypha Siamensis)yang tidak dilakukan sehingga menyebabkan berkurangnya nilai estetika tanaman itu sendiri.

Pengembangan yang dilakukan diantaranya dengan meningkatkan jumlah pohon Angsana (Pterocarpus indicus) Selain itu dipilih beberapa jenis tanaman yang mampu menyerap polusi ditanam dengan cara Vertical Garden. Adapun jenis vegetasi lain yang ditambahkan adalah tanaman merambat yang memiliki akar udara sehingga memiliki kemampuan dalam meneyerap polusi dan digunakan sebagi tanaman peneduh pada bagian jalan yang memiliki keterbatasan lahan yang ditanaman dengan model pergola. Tanaman lain yang distambahkan seperti Bougenville (Bougainvillea spectabilis), Pucuk Merah (Oleina syzygium), Lili Paris (Asplenium scolopendrium) dan Semua tanaman ini merupakan jenis tanaman yang memiliki esteika tinggi selain itu tanaman inijuga memiliki fungsi sebagai tanaman pereduksi polutan. Jl. MT. Haryono

Jalan MT. Haryono merupakan jalan yang berada pada wilayah KecamatanJepara KotaJalan ini menggunakan jalur dua arah dengan penempatan jalur hijau jalan pada sebelah kanan dan kiri jalan, yang terdiri dari jenis pohon, perdu, semak dan penutup tanah. Permasalahan yang ada pada jalan ini tidak jauh berbeda dengan dua jalan sebelumnya, yaitu keberadaan vegetasi yang masih rendah dan tidak tertata serta penyebarannya yang tidak merata tidak sebanding dengan ketersediaan lahan yang ada. Tanaman jenis perdu, semak dan penutup tanah adalah palem raja dan angsana tanaman yang paling rendah keberadaannya. Sebagai salah satu contoh permasalahan pada jalan ini yaitu terdapat beberapa pohon angsana (Pterocarpus indicus) yang mati dan terkesan dibiarkan sehingga dapat berpengaruh pada nilai fungsional jalur hijau jalan tersebut.

Adapun pengembangan jalur hijau jalan yang dilakukan yaitu dengan menambah jumlah pohon yang sudah ada pada jalan ini yaitu Angsana (Pterocarpus indicus)dan palem raja (Pitchecolobium dulce) Kedua jenis pohon ini merupakan pohon yang mampu sebagai pereduksi polutan, serta berfungsi sebagai peneduh jalan, selain itupenambahan beberapa jenis tanaman diantaranya Bougenville (Bougainvillea spectabilis), adam hawa (Rhoeo discolor.), Pucuk Merah (Oleina syzygium), Pemilihan semua jenis tanaman pada lokasi ini selain berfungsi sebagai penambah nilai estetika, memiliki fungsi lain yaitu sebagai tanaman pereduksi polutan, hal ini diperlukan mengingat pada ruas jalan ini memiliki tingkat pencemaran polutan tertinggi dari tiga ruas jalan yang menjadi objek penelitan, meskipun pencemaran udara.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Jalur hijau di ketiga ruas jalan yaitu Jl. Wakhid Hasyim, Jl. Kartini dan Jl. MT. Haryono.ditanami oleh berbagai macam jenis vegetasi diantaranya jenis pohon,jenis perdu, jenis semak, dan jenis penutup tanah dalam bentuk menjalur 1 baris tanaman.

Luas RTH Khususnya Jalur Hijau Jalan di Kota Jepara masih kurang atau rendah dari yang telah ditentukan UU Nomor 26 tahun 2007 tentang RTKHP yaitu paling sedikit 30%, sehingga jumlah, ukuran serta sebaran tanaman yang tersedia belum mengendalikan pencemaran udara pada ketiga jalan ini maka diperlukan penataan.


(5)

1. Sebaiknya perlu dilakukan penataan dan pengelolaan secara terpadu terhadap RTH khususnya jalur hijau jalan di kota Jepara yang memiliki intensitas jalur hijau rendah.

2. Perlu dilakukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut terhadap pengaruh komposisi jalur hijau jalan, sehingga dapat menciptakan kondisi jalan yang nyaman, mempunyai nilai estetika dan lebih efesien.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. S dan N.H.S. Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VII Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. 169 hal.

Carpenter, P.L., T.D. Walker, and F.O Lanphear. 1990.Plant in the Landscape. Waveland Press. United States of America

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jepara. 2014. Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Jepara Tahun 2013. DISDUKCAPIL, Jepara

Damandiri. 2010. Ruang terbuka hijau. Dalam

http://www.damandiri.or.id/file/riswandiipbbab2.pdfakses tanggal 28 juli 2012. Direktorat Jendral Bina Marga. 1997. Klasifikasi Jalan Raya.

http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/26171/...Chapter%2011.pdf. Diakses tanggal 3 November 2015.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Dalam http:/www.penataan ruang.net/taro/nspm/UU No 26 2007 Tentang Penataan ruang.pdf akses tanggal 1 oktober 2010

Widyatama 2011.Objek dan Metode Penelitian Dalam

htpp://dscape.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/583/bab3.pdf?sequence=5 akses tanggal 16 Maret 2011.

Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2007. Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan No: 1 Tahun 2007

Sukandarrumudi 2002. Metode Penelitian. Gajah Mada University press.Yogyakarta. Hal 63-64 Singarimbun, M dan S. Effendi.1984.Metode Penelitian survey. Pustaka LP3ES Indonesia,

Jakarta.

Supardi, 2005.Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama. UII press Yogyakarta, Yogyakarta.

Arifin, H. S dan N.H.S. Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VII Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. 169 hal.

Carpenter, P.L., T.D. Walker, and F.O. Lanphear. 1990. Plant in the Landscape. Waveland Press. United States of America.

Undang-undang No 23, 1997. Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Suhaptini, 2004. Tanaman Obat jenis semak dan perdu. Fakultas Farmasi Universitas Pajajaran Bandung.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jepara. 2014. Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Jepara Tahun 2013. DISDUKCAPIL, Jepara.

Direktorat Jendral Bina Marga. 1997. Klasifikasi Jalan Raya

. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26171/...Chapter%2011.pdf. Diakses tanggal 3 November 2015.

Kraus, R.G. and J.E. Curtis. 1982. Creative Management in Recreation and Park. The C.V. Mosby Company. ST Louis, Toronto, London, 391 p.

Oglesby, Clarkson, H. 1999. Pengertian Jalan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26171/...Chapter%2011.pdf. Diakses tanggal 3 November 2015.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan.http://birohukum.pu.go.id/Peraturan/pp34-2006.pdf. Diakses tanggal 3 November 2015.


(6)

Sternloff, R.E and R. Warren. 1984. Park and Recreation Maintenance Management (Second Edition)Jhon Wiley and Sons Inc. New York. 326 p.

Sulistyantara, B. 2006.Tanaman Rumah Tinggal. Cetakan XIV Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. 187 hal.

Sughandy, A. 1998. Penataan Ruang Dalam Lingkungan Hidup. Grasindo. Jakarta

Ruth, Safrina, 2009, Hubungan Antara Karakteristik Responden dan Kualitas Fisik terhadap Kejadian SBS pada Karyawan PT. Elnusa Tbk di Kantor Pusat Graha Elnua Tahun 2009: Skripsi, Universitas Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonseaia No 41, 1999. Tentang PengendalianLingkungan Hidup.

Murdaningsih.2006.Kajian Tanaman Peneduh Pada Beberapa Jalan Di Kota Malang.Prosiding Seminar Lanskap Perkotaan-Green City “Strategi dan Implementasi Penataan Ruang

Terbuka Hijau (RTH) dan Lanskap Perkotaan dalam Mewujudkan Green-City”.

Surabaya. 74.

Kementrian Dalam Negri. 2007. Peraturan mentri dalam negri, Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau No 1 Tahun 2007.