menggunakan obat anti jamur topikal. Hypha akan terlihat sangat banyak pada infeksi yang tidak diobati.
7
Gambaran Malassezia furfur dengan
Kultur
Kultur Malassezia furfur diambil dari kerokan atau hapusan kulit, yang kemudian ditanam pada Sabouraud’s agar atau Malt agar yang mengandung Kloramphenikol dan
Cycloheximide. Kultur jamur ini lebih sulit dibanding jamur-berupa ragi lainnya, karena jamur ini tumbuh sangat lambat dan terkadang tidak menunjukkan pertumbuhan dengan
media biasa tanpa penambahan minyak. Olehkarena itu pada permukaan medium biasanya diolesi dengan minyak zaitun dan dieramkan selama 1-2 minggu dengan suhu
37°C. Leeming dan Notman melakukan modifikasi dengan menambahkan susu sapi kental pada medium, dan memberikan hasil yang lebih baik dibanding menggunakan
minyak zaitun.
A. Gambaran koloni putih setelah penanaman selama 10 hari pada Sabouraud’s agar
dengan minyak zaitun 1 suhu 30°C B.
Gambaran sel-sel oval yang tumbuh di media C.
Gambaran sel-sel bulat yang tumbuh di media
7
Universitas Sumatera Utara
Koloni yang dihasilkan pada Sabouraud’s agar dengan minyak zaitun adalah koloni berwarna putih sampai krem dengan teksture yang kering. Dan akan terlihat sel-sel
bulat pada permukaan agar. Ukuran sel bervariasi dengan diameter sekitar 3 – 5,5 µm.
Sel jamur akan mengeluarkan tunas pada satu sisi unipolar. Tunas dibentuk pada tempat yang sama dengan sel induk. Akan terlihat gambaran seperti leher collaret antara sel
induk dengan sel anak. Tunas yang multiple tidak pernah terjadi, yang terlihat adalah sel- sel yang berkelompok akibat pemisahan yang tidak sempurna.
7
Gambaran dengan mikroskop elektron, menunjukkan adanya sel-sel bulat dengan tunas dan collarettes leher
7
Sel-sel bulat yang bisa menyebabkan Pityriasis versicolor dapat juga dijumpai pada kulit yang normal baik di dada, punggung, perut dan jarang pada kulit kepala.
Sedang sel-sel yang berbentuk oval dan silindris biasanya dijumpai pada folikel rambut dan epidermis kulit kepala. Inilah yang dapat menyebabkan ketombe. Bentuk oval dan
silindris ini dapat tumbuh pada nutrien agar tanpa penambahan asam lemak dengan temperatur 32-35°C. Jamur ini tidak dapat tumbuh di bawah suhu 25°C.
Pada fungemia, Malassezia furfur dapat diisolasi dari darah yang berasal dari kateter intravena yang sudah dicabut. Pada pemeriksaan hapusan darah akan terlihat
gambaran sel jamur.
Pengobatan
Banyak obat-obat yang dapat ddigunakan untuk mengobati Pityriasis versicolor. Kebanyakan pengobatan berhasil setelah pemakaian lebih dari 4 minggu. Tetapi
kekambuhan biasanya sering terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan lotion Selenium sulfida 2,5 merupakan pengobatan topikal yang sangat efektif. Lotion dioleskan pada daerah yang terinfeksi, kemudian biarkan dalam 10
– 20 menit, baru dicuci dengan bersih.
7
Obat lain yang dapat digunakan yaitu pengolesan 2 kali seharí Sodium thiosulfate solution 30 , Sulfur ointment 2 , dan Tolnaftate atau Imidazole cream. Pada
penderita dengan lesi yang luas atau pada penderita yang sering kambuh, dapat diobati dengan Ketokonazole oral 200 mg perhari selama 2 minggu. Obat ini dapat menimbulkan
alergi, dan mual. Tetapi obat ini sangat efektif untuk Pityriasis versicolor.
7
Pengobatan fungemia Malassezia furfur yang terjadi berkaitan dengan penggunaan kateter adalah dengan mengangkat kateter intravena yang terpasang. Setelah
pengangkatan kateter tidak perlu menggunakan obat anti jamur.
TINEA NIGRA Keratomycosis nigricans palmaris, ladosporiosis epidermica, pityriasis
nigra, microsporosis nigra
Tinea nigra adalah penyakit jamur yang mengenai daerah superficial dari kulit, biasanya bersifat asimptomatis dengan karakteristik lesi berupa makula berwarna coklat
sampai kehitaman dengan pinggir yang jelas. Lesi sebagian besar dijumpai pada telapak tangan, sedang pada telapak kaki dan daerah lain di kulit jarang terjadi.
Etiologi Tinea nigra ini disebabkan oleh Exophiala werneckii, yang merupakan jamur
saprofit yang sering dijumpai pada tanah, kompos, humus dan kayu atau batang pohon di daerah tropis dan sub tropis. Stenelle araguata juga pernah dilaporkan sebagai penyebab
tinea nigra walaupun hanya satu kasus.
5,7
Sejarah
Tinea nigra pertama sekali diamati di Brazil oleh A.Cerqueira pada tahun 1891.
A.Cerqueira menyebutnya dengan keratomycosis nigricans palmaris karena infeksi
jamur ini mempunyai karakteristik adanya warna hitam yang terlokalisir pada telapak
Universitas Sumatera Utara
tangan. Tetapi keratomycosis nigricans palmaris ini baru dikenal di Brazil tahun 1916, ketika anak dari A.Cerqueira , Cerqueira-Pinto melaporkan hasil temuan ayahnya
tersebut.
7
Epidemiologi
Tinea nigra termasuk ke dalam golongan penyakit tropis, karena penyakit ini biasanya dijumpai pada wilayah yang beriklim tropis dan meluas sampai wilayah yang
beriklim subtropis. Penyakit ini dilaporkan terjadi dari selatan sampai utara Amerika, Afrika dan Asia serta Australia. Di Asia, Tinea nigra pernah dilaporkan terjadi di India,
Birma, Cina Selatan, Jawa, Sumatera dan daerah tropis lainnya di Asia.
5,7
Penyakit ini dapat terjadi di semua kelompok umur, tetapi paling sering terjadi pada dewasa muda yang berumur di bawah 20 tahun. Dan wanita lebih sering menderita
Tinea nigra, dengan perbandingan pada wanita 3-5 kali lebih sering dibanding kaum pria.
7
Faktor predisposisi dari penyakit ini sampai saat ini tidak diketahui dengan jelas. Begitu pula dengan cara penyebarannya juga tidak diketahui dengan pasti. Pada suatu
percobaan dimana Exophilia werneckii ditanamkan pada manusia, maka akan timbul lesi berupa makula kecoklatan pada telapak tangan yang dapat bertahan sampai 20 tahun
kemudian.
7
Gambaran tinea nigra pada telapak tangan
7
Manifestasi Klinis
Tinea nigra biasanya tanpa gejala, dengan lesi berupa makula coklat muda sampai kehitaman, yang paling sering pada stratum korneum telapak tangan. Umumnya hanya
Universitas Sumatera Utara
mengenai satu telapak tangan saja dan jarang mengenai kedua telapak tangan. Lesi juga bisa dijumpai pada telapak kaki, diantara jari-jari tangan, telapak tangan disepanjang jari.
Lesi ini biasanya hanya 1 buah, dengan diameter 1-5 cm, bentuk tidak teratur, dengan pinggir jelas. Lesi kadang-kadang terlihat seperti bintik-bintik yang berkelompok
membentuk makula yang berwarna kecoklatan sampai hitam, coklat kehijauan atau hitam. Tidak dijumpai adanya sisik dan tanda-tanda peradangan seperti indurasi, eritema
dan peninggian permukaan atau pembengkakan.
7
Makula terisi oleh hifa yang bercabang, bersepta, dan sel-sel yang sedang
bertunas dari Exophiala werneckii. Meluasnya tinea nigra sangat lambat bisa berbulan-
bulan sampai bertahun-tahun.
1,7
Diagnosa Banding
Tinea nigra harus bisa dibedakan dari melanoma ganas dan nevus, dimana tidak perlu dilakukan eksisi untuk mengobatinya. Pada Melanoma dan nevus biasanya akan
terjadi indurasi atau pengerasan dari kulit yang terinfeksi, dijumpai adanya peninggian permukaan kulit atau dijumpai kedua-duanya. Pada melanoma dan nevus biasanya
terdapat warna kemerahan pada lesi yang hitam atau coklat kehitaman.
7
Diagnosa Laboratorium
Pemeriksaan kerokan kulit dengan potassium hydroxide KOH smear dan kultur dapat digunakan untuk mengenali tinea nigra dengan cepat. Dimana akan kita lihat
adanya pertumbuhan jamur E.werneckii yang sangat banyak. Biopsi tidak danjurkan
untuk menegakkan diagnosa tinea nigra. Pemeriksaan langsung
Penegakkan diagnosa tinea nigra dapat dilakukan secara langsung dengan melihat kerokan dari epidermis di bawah mikroskop. Kerokan epidermis diletakkan sedikit di atas
objek glass dan ditetesi oleh KOH 10. Di bawah mikroskop akan terlihat gambaran Exophilia werneckii berupa jamur yang kecoklatan, bercabang, hypha berseptum dengan
diameter 5 µm. Di bawah mikroskop jamur ini dapat dibedakan dari Malassezia furfur,
dimana akan terlihat dinding sel jamur yang berwarna coklat dan tidak dijumpai kumpulan sel-sel spheris dan sel hypha yang menyerupai batang.
7
Universitas Sumatera Utara
Gambaran Exophilia werneckii dibawah mikroskop
5
Kultur
Kerokan epidermis dari lesi tinea nigra setelah dibersihkan dengan alkohol 70, kemudian dapat ditanam pada media Sabouraud’s Dextrose Agar yang ditambah dengan
antibiotik, lalu dieramkan dalam suhu 25 - 30°C.
7
Exophiala werneckii tumbuh lambat pada Sabouraud’s agar atau Malt agar , dengan suhu 25°C selama 1 minggu akan terlihat koloni berdiameter 0,9 – 1,5
µm. Pada keadaan lembab, akan terlihat koloni berupa ragi yang berwarna putih kotor sampai
kelabu dan dijumpai gambaran konidia dan sel tunas pada pembiakan kurang dari 1 minggu. Koloni akan berubah menjadi hitam setelah pembiakan 2-3 minggu. Kadang-
kadang koloni hitam jamur ini menghasilkan warna seperti kilatan logam metalic sheen.
5,7
Hypha pada awalnya berwarna coklat yang kemudian menjadi gelap dan menebal. Dari isolat akan dihasilkan konidia yang sangat banyak Konidia merupakan
hyalin yang berwarna coklat muda sampai gelap tergantung dari umur sel. Konidia terlihat halus, berbentuk ellips dengan ukuran 5 – 9,5 x 2,4 – 5
µm pada satu sel dan 7-10 x 3,5 – 4,5
µm pada sel yang kedua.
7
Pengobatan
Pengobatan yang dipilih untuk mengatasi jamur ini adalah penggunaan anti jamur topikal seperti asam undesilenat atau imidazole. Sebagian besar lesi akan berkurang
setelah pengobatan selama 2-4 minggu, walaupun begitu penggunaan obat jangka panjang sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya kekambuhan.
7
Universitas Sumatera Utara
Griseofulvin oral, amphotericin B dan tolnaftat topikal tidak efektif untuk pengobatan tinea nigra. Golongan azole seperti ketokonazole, econazole dan oxiconazole
efektif untuk menghambat pertumbuhan dari Exophiala werneckii. Pengobatan topikal dengan Whitfield’s ointment komponen asam benzoat atau
Imidazole dua kali sehari selama 3-4 minggu memberikan hasil yang memuaskan.
5
PIEDRA
Kata Piedra berasal dari bahasa Spanyol yang berarti batu. Piedra merupakan infeksi jamur yang terbatas hanya mengenai rambut , dengan karakteristik adanya nodul
yang irreguler yang berisi komponen dari jamur. Ada 2 jenis Piedra yaitu Piedra Hitam dan Piedra Putih, kedua jenis ini disebabkan oleh 2 spesies jamur yang berbeda.
7
PIEDRA HITAM
Etiologi Piedra hitam disebabkan oleh Piedraia hortae, merupakan jamur golongan
Ascomycetes .
Sejarah
Magelheins menemukan Piedra hitam pada tahun 1911. Kemudian Horta
melakukan percobaan yang membedakan antara Piedra hitam dengan Piedra putih. Dan akhirnya Horta menyimpulkan bahwa Piedra hitam disebabkan oleh spesies
Trichosporon. Brumpt pada tahun 1913 menamakan jamur tersebut dengan Trichosporon hortai. Kemudian tahun 1928, Fonseca dan Area Leao menamakan jamur penyebab
Piedra hitam dengan Piedraia hortae setelah mereka mengetahui bahwa penyebab Piedra hitam adalah golongan Ascomycetes.
7
Epidemiologi
Piedra hitam dijumpai pada daerah yang lembab, olehkarena itu penyakit ini sering terjadi pada negara yang beriklim tropis basah seperti Amerika Selatan, Amerika
Serikat, Barat dan Timur India, Asia Tenggara dan Afrika. Piedra hitam lebih sering menyerang pria daripada wanita, walaupun rasio perbandingannya tidak begitu jelas
Universitas Sumatera Utara
terlihat perbedaan. Biasanya menyerang kelompok umur dewasa muda. Sering terjadi dalam satu keluarga, diduga saling bertukar sisir rambut dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya penyakit ini.
5
Piedraia hortae biasanya hidup pada tumbuhan yang tumbuh di daerah yang beriklim lembab. Penyakit ini sering dijumpai pada orang-orang yang rutin berenang di
sungai atau di danau. Air yang tidak mengalir diduga menjadi sumber Piedraia hortae. Dan rambut yang basah sangat sensitif terhadap jenis jamur ini.
Manifestasi Klinis
Piedra hitam hanya dijumpai pada rambut kepala. Tetapi ada literatur yang menyebutkan bahwa Piedra hitam dapat terjadi pada kumis, jambang dan rambut pubis.
Rambut kepala dengan Piedra hitam terlihat normal, tetapi bila disentuh rambut akan terasa kasar, seperti berpasir atau berbutir-butir. Infeksi ini tidak menimbulkan gejala,
nodul fusiform yang keras akan membungkus rambut. Diameter nodul dapat berubah dari mikrometer sampai beberapa milimeter. Ketebalannya biasanya lebih terlihat jelas pada
satu ujung dan semakin menipis pada ujung yang berlawanan. Beberapa nodul akan terlihat penebalan pada daerah sentral dan semakin menipis ke daerah perifer.
7
Bagian rambut yang tebal tersebut mengandung banyak lapisan sel jamur, sedangkan bagian yang menipis akan dijumpai satu lapis sel jamur. Pada daerah yang
tipis akan terlihat untaian hypha yang lurus dan arthrospora, sedang pada daerah yang tebal, nodul-nodul akan melekat satu sama lain membentuk massa yang menyerupai
pseudoparenkim dari jaringan.
7
Pada pembelahan nodul dari yang tipis sampai yang tebal akan terlihat satu atau beberapa lapis arthrospora diantara kutikula dan korteks rambut. Piedraia hortae tidak
menyerang bagian korteks dari rambut. Dibawah kutikula, jamur berkembang biak, akibat pertumbuhan jamur ini akan menekan kutikula sehingga kutikula menjadi rusak.
Massa jamur akan meluas sampai keluar dari kutikula dan akhirnya membungkus rambut.
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan langsung
Rambut yang terinfeksi diletakkan diatas objek glass kemudian ditetesi dengan
Universitas Sumatera Utara
KOH 10 atau lactophenol cotton blue untuk kemudian dilihat di bawah mikroskop. Piedra hitam akan dijumpai nodul yang hitam dan keras yang saling melekat membentuk
massa dari sel jamur. Dari pemotongan nodul akan terlihat beberapa asci yang terdiri dari 2-8 sel jamur, fusiform dan terdapat ascospora pada salah satu ujung . Hypha berwarna
coklat tua dan mempunyai segmen membentuk gambaran persegi panjang arthrospora dengan ukuran 4-8
µm.
A. Gambaran nodul hitam yang mengelilingi rambut dimana nodul menebal pada salah satu