ANALISIS PENENTU SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014)

(1)

THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR THE REGION

DEVELOPMENT’S AND ITS STRATEGY

(Case Study: Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)

Oleh

LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

ANALISIS PENENTU SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

(Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014)

THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR THE REGION

DEVELOPMENT’S AND ITS STRATEGY

(Case Study Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

(Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014)

THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR REGION

DEVELOPMENT’S AND ITS SRATEGY

(Case Study Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014) Diajukan oleh

LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Ayief Fathurahman, SE.,M.Si. Tanggal


(4)

iii SKRIPSI

ANALISIS PENENTU SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

(Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014)

THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR THE REGION

DEVELOPMENT’S AND ITS STRATEGY

(Case Study Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)

Diajukan oleh

LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 20 Agustus 2016

Yang terdiri dari

Dr. Endah Saptutyningsih, S.E., M.Si Ketua Tim Penguji

Ayief Fathurrahman, S.E., M.Si Agus Tri Basuki, S.E., M.Si

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. NIK. 143.016


(5)

iv

Dengan ini saya,

Nama : Luki Diktio Adikrama

Nomor Mahasiswa : 20120430058

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS PENENTU SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (STUDI KASUS KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2010 – 2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 20 Agustus 2016


(6)

v MOTTO

“...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Al-Bayyinah:7)

“Dengan sungguh-sungguh seorang pedagang mampu mengumpulkan harta, dan bagi siapa yang menuntut ilmu maka begadanglah.” (nasihat penyair arab)

“Ilmu tidak bisa diraih dengan badan yang santai.” (Yahya bin Katsir Rahimahullah)


(7)

vi

1. Ibunda dan Ayahanda tercinta.

2. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Dosen – dosen Program Studi Ilmu Ekonomi.


(8)

vii INTISARI

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sektor – sektor unggulan di Kabupaten Magetan. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Jawa Timur 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share,

analisis Location Quotient, Klassen Typology, dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, membangun dan meningkatkan kualitas pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan meningkatkan daya saing perekonomian daerah.


(9)

viii

Konstan 2010 and PDRB Atas Dasar Harga Konstan In the East Java Province on 2010. The model of analysis that been used is the Shift-Share Analysis, Location Quotient Analysis, Klassen Typology and SWOT analysis.

According to the SWOT analysis result, the policy strategy of the leading sector that should be taken is to improve regional economy through a basic potential sector, to develop and improving the public quality of education and health, improving the public infrastructure and regional competitiveness.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan Daerah dan Strategi Pengembangannya (Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010-2014)”. Shalawat dan salam senantiasa ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak – pihak terkait dalam memajukan sektor basis daerah.

Penyelesaian penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada :

1. Ayief Fathurrahman, S.E.,M.Si. selaku dosen pembimbing yang sabar dalam membimbing sampai pada titik skripsi ini terselesaikan.

2. Dr. Nano Prawoto,S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi UMY dan seluruh dosen program studi dan staf prodi Ilmu Ekonomi: Dr. Imammuddin Yuliadi, SE.,M.Si., Dr. Masyhudi Muqorobin, SE.,Akt.,M.Ec., Dr. Lilies Setiartiti, Agus Tri Basuki, SE.,M.Si, Dimas Bagus W (kandidat Dr), Pak Umar, yang telah memberikan bekal luar biasa.


(11)

x

Alkarim yang selalu mendukung agar terselesaikannya skripsi ini.

4. Rekan-rekan Kos Krisno Kembar, Bagus, Nanda, Sigit, Mas Reza, Alexco, Al, Ichsan, Rio, Rizky, Fatki yang secara terang-terangan memberi dukungan moril dan sedikit finansial demi terselesaikannya skripsi ini. 5. Wafiyulloh Mubarrok, teman seperjuangan yang telah menemani perjalanan

hidup perkuliahan selama ini.

6. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam, khususnya Kepengurusan HMI Komisariat FE UMY Periode 1436-1437 H / 2015-2016 M. (Gilang, Rica, Dian, Anggi, Adiba, Donna, Junando, Bayu, Shiddiqi, Teguh. Jeje) dan senior sekaligus mentor Muhibbuddin Ahmad AM, yang telah menemani dan berjuang bersama – sama.

7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIE) UMY. 8. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga

skripsi ini selesai.

Sebagai penutup, dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik lagi.

Yogyakarta,


(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 9


(13)

xii

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Obyek Penelitian ... 25

B. Jenis Data ... 25

C. Sumber Data ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

F. Model Analisis Data ... 29

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 37

A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam ... 36

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 39

C. Perekonomian Kabupaten Magetan ... 41

D. Pendidikan dan Kesehatan ... 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Analisis Shift Share ... 48

B. Analisis Location Quotient ... 75

C. Analisis Klassen Typology ... 79

D. Analisis SWOT ... 81

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN . 90 A. Simpulan ... 90


(14)

xiii

C. Keterbatasan Penelitian ... 94 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiv

3.1 Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology ... 34

3.2 Matrik SWOT ... 36

4.1 Persentase Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka ... 41

4.2 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Magetan ... 43

4.3 Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi Kabupaten Magetan ... 45

4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Magetan ... 46

5.1 Hasil Perhitungan Shift Share ... 74

5.2 Klasifikasi Sektor Unggulan dan Non Unggulan ... 75

5.3 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient ... 77

5.4 Hasil Analisis Klassen Typology ... 80


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur ... 4

1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magetan ... 5

4.1 Peta Wilayah Provinsi Jawa Timur ... 37


(17)

(18)

INTISARI

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sektor – sektor unggulan di Kabupaten Magetan. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Jawa Timur 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share,

analisis Location Quotient, Klassen Typology, dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, membangun dan meningkatkan kualitas pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan meningkatkan daya saing perekonomian daerah.


(19)

Konstan 2010 and PDRB Atas Dasar Harga Konstan In the East Java Province on 2010. The model of analysis that been used is the Shift-Share Analysis, Location Quotient Analysis, Klassen Typology and SWOT analysis.

According to the SWOT analysis result, the policy strategy of the leading sector that should be taken is to improve regional economy through a basic potential sector, to develop and improving the public quality of education and health, improving the public infrastructure and regional competitiveness.


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembangunan nasional ada salah satu aspek penting yang nantinya akan menjadi tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu pembangunan ekonomi. Untuk mencapai pembangunan yang mantap, adil, dan merata, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu target dalam mencapai tujuan dalam proses pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan juga pemerataan pendapatan dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun pertumbuhan ekonomi di suatu daerah juga terdapat masalah dari beberapa faktor seperti salah satunya yaitu kebijakan pemerintah itu sendiri yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan


(21)

juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Dalam pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Suryana, 2000:5).

Pemanfaatan potensi daerah merupakan hal mutlak dalam pembangunan ekonomi. Potensi daerah yang dikelola secara baik akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan ekonomi menjadi stabil. Efek lain dari pengelolaan yang baik dalam potensi daerah tersebut, yaitu pemerataan pendapatan masyarakat. Pemerataan pendapatan masyarakat menjadi salah satu indikator untuk menilai sejauh mana kesejahteraan masyarakat daerah tersebut.

Proses lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang dicapai masyarakat seringkalisebagai ukuran kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembanguna ekonomi. (Prishardoyo 2008)

Pembangunan daerah dapat dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi, yaitu: pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estat,


(22)

3

jasa perusahaan, administrasi pemerintah, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan jasa lainnya, yang menjadi kategori secara makro pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun merupakan indikator keberhasilan.

Menurut Lincolin Arsyad 1999, setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif membangun daerah. Pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada berupaya menginventarisir potensi sumberdaya yang ada untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang ditetapkan dan berhasil pada suatu daerah yang belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lain. Jika akan membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan dan potensi) daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, penelitian yang mendalam tentang keadaan tiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan.

Otonomi daerah menjadi bukti kesungguhan pemerintah daerah dalam membangun daerah dengan mengeluarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004


(23)

dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004 dan direvisi kembali menjadi UU. No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Dengan adanya otonomi daerah harapannya adalah pemerintah daerah dapat mengelola rumah tangganya sendiri untuk terus membangun daerahnya dengan konsekuensi pemerintah daerah beserta perangkatnya harus bekerja keras agar mampu mencapai apa yang menjadi tujuan pembangunan ekonomi.

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki karakteristik yang unik dengan mengandalkan industri pengolahan. Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan industri pengolahan dalam PDRB Provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di tahun 2014 dengan 5.86 persen, sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,06 persen.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

GAMBAR 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2011 – 2014 (persen)

2011 2012 2013 2014 Laju Pertumbuhan

Ekonomi Jawa Timur 6,44 6,64 6,08 5,86 5

5,5 6 6,5 7


(24)

5

Gambar 1.1 diatas menunjukkan selama tahun 2011 – 2014, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur memiliki kecenderungan meningkat. Di tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 6,44 persen kemudian meningkat ditahun 2012 menjadi 6,64 persen dan selanjutnya pada tahun 2014 tercatat sebesar 5,86 persen.

Magetan merupakan Kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi Jawa Timur, dan berada pada ketinggian antara 60 sampai dengan 1.660 meter diatas permukaan laut. Magetan merupakan kabupaten terkecil ke dua se Jawa Timur setelah Sidoarjo, dengan luas seluruh Kabupaten Magetan 688,85 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 696.124 jiwa.

Sumber: BPS Kab. Magetan 2014

GAMBAR 1.2

Kontribusi Kategori/Lapangan Usaha Terhadap PDRB tahun 2014 Katergori pertanian, kehutanan dan perikana menjadi kontribusi PBDB unggulan di Kabupaten Magetan. Ditahun 2014 saja, 31,84% PDRBnya disumbang dari pertanian, kehutanan, dan perikanan, kedua

Pertanian; 31,84 Pertambangan; 1,61 Industri; 9,75 Pengadaan Listrik; 0,07 Daur Ulang; 0,24 Konstruksi; 7,96 Sepeda Motor; 14,83 Transportasi; 1,41 Akomodasi; 4,03 Informasi; 7,5 Jasa Keuangan; 2,57 Real Estat; 1,46

Jasa Perusahaan;

0,34 Administrasi; 8,05 Pendidikan; 4,11 Jasa Kesehatan; 0,84 Jasa Lainnya; 3,4


(25)

adalah dari sepeda motor dengan 14,83%, dan ketiga adalah dari industri pengolahan dengan besaran 9,75%.

Aktifitas ekonomi yang terus berjalan secara berkesinambungan memberi dampak terhadap perubahan struktur ekonomi. Pada periode 2010-2014 peranan kategori pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami penurunan dari 34,07% ditahun 2010 menjadi 31,84% pada tahun 2014. Walaupun peranannya cenderung turun, kategori pertanian, kehutanan dan perikanan tetap menjadi basis ekonomi masyarakat Magetan mengingat tingginya penyerapan pada kategori ini. Penyerapan terendah ada pada katogeri pengadaan listrik dan gas yang pada tahun 2010 sebesar 0,06% meningkat ditahun 2014 sebesar 0,07%.

Kabupaten Magetan merupakan daerah potensial, oleh sebab itu selain penjelasan diatas yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat sehingga membutuhkan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi. Pemenuhan ekonomi tersebut harus berorientasi pada penambahan pendapatan. Konsekuensinya, pemerintah daerah harus mampu memfokuskan pengembangan pada sektor-sektor unggulan yang memiliki dampak terhadap sektor-sektor-sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menarik untuk dilakukan penelitian mengenai “Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan

Daerah dan Strategi Pengembangannya (Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010-2014)”.


(26)

7

B. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada mengkaji sektor ekonomi potensial yang dapat mendukung pengembangan pertumbuhan wilayah Kabupaten Magetan dengan pendekatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasakan data tahun 2010-2014.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakan diatas, permasalahan yang dapat diteliti, yaitu :

1. Sektor manakah yang merupakan sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Magetan.

2. Sektor apa yang menjadi basis untuk dikembangkan sebagai penunjang ekonomi Kabupaten Magetan.

3. Bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan bantuan analisis SWOT.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sektor apa yang menjadi basis untuk dikembangkan

sebagai penunjang ekonomi Kabupaten Magetan.

2. Untuk mengetahui sektor manakah yang merupakan sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Magetan.

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan bantuan analisis SWOT.


(27)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini, yaitu : 1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan dan implementasi teori-teori yang diterima pada saat kuliah di lapangan. 2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai kondisi perekonomian Kabupaten Magetan.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan masukan dalam menentuan arah kebijakan pemerintah terutama dalam bidang ekonomi.


(28)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Berikut adalah beberapa definisi pembangunan ekonomi menurut beberapa ahli. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan Gross Domestic Product (GDP) pada satu tahun tertentu melebihi tingkat pertambahan penduduk. Menurut Sukirno (1981), perkembangan GDP yang berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan moderenisasi dalam struktur ekonomi ekonomi yang umumnya tradisional, sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan itu lebih besar dalam GDP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau apakah terjadi perubahan struktur atau tidak.

Pembangunan ekonomi adalah sebagai proses yang menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan (growth)ataupun perubahan (change) dalam kehidupan bersama (organisasi) sosial dan budaya. Hal ini tidak lain merupakan gambaran umum masyarakat luas (society) (Sajogyo, 1985). Menurut Lincolin Arsyad (1996) pembanguna ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang dan disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Sedangkan menurut Sumitro Djoyohadikusumo (dalam Hudiyanto, 2013) menyatakan bahwa


(29)

pembanguna ekonomi mencakup perubahan pada komposisi produktif (productive resources) diantara kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

Dalam pemikiran Todaro, keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok, yaitu:

1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs).

2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia.

3. Meningkatkan kamauan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Dalam penelitian Kurniati (2015) bahwa pembangunan ekonomi memiliki empat sifat penting pembangunan ekonomi, yaitu suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus, usaha untuk menaikan pendapatan per kapita, kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang, perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya)

Definisi pertumbuhan ekonomi menurut Arsyad (1997), adalah pertumbuhaan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Untuk


(30)

11

mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi memerlukan bandingan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Dalam membandingkan hal tersebut harus disadari bahwa perubahan nilai pendapatan nasional dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga. Munculnya pengaruh dari faktor yang kedua tersebut didasari oleh penilaian pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Suatu keadaan perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari waktu sebelumnya.

Menurut Sukirno (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a. Tanah dan kekayaan alam lain

Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.

b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.

c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang bertambah


(31)

jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi. Sistem sosial dan sikap masyarakat akan menentukan sampai dimana pertubuhan ekonomi dapat dicapai.

d. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan

Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasal, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi.

2. Produk Domestik Regional Bruto

Dalam penelitian Kurniati Febriani (2015), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator ekonomi makro yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan perekonomian suatu wilayah. Di dalam menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang di timbulkan dari suatu region, ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu :

a. PDRB menurut pendekatan produksi

Merupakan jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.

b. PDRB menurut pendekatan pendapatan

Merupakan balas jasa yang digunakan oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu.


(32)

13

c. PDRB menurut pendekatan pengeluaran

Merupakan semua komponen pengeluaran akhir seperti: pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto dalam jangka waktu tertentu.

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Sebagai acauan ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi antara lain (Hudiyanto, 2003) :

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut Klasik

Dalam sejarah pemikiran ekonomi, kaum klasik mengemukakan teori mengenai pertumbuhan ekonomi sebelum tahun 1870. Kaum klasik mengemukakan bahwa peranan modal sangat penting bagi pembangunan ekonomi. Penggunaan modal tersebut ditekan untuk meningkatkan penawaran setinggi-tingginya yang kemudian akan diikuti pula oleh permintaan yang tinggi pula (supply creates its own demand). Namun, dalam kenyataannya penawaran yang tinggi tersebut tidak diikuti dengan permintaan yang tinggi pula sehingga menimbulkan permasalahan seperti over produksi, pengangguran dan deflasi.

b. Teori Ricardo

Pada dasarnya tidak terlalu banyak perubahan diteori Ricardo ini dengan teori Adam Smith karena Ricardo memakai dasar-dasar teori


(33)

yang ada pada teori klasik. Hanya saja, Ricardo mengemukakan bahwa dalam jangka panjang jumlah penduduk akan konstan. Karena output tergantung pada jumlah penduduk maka diperkirakan dalam jangka panjang output nasional akan cenderung konstan (berhenti berkembang), sehingga pendapatan perkapita akan konstan. Akibat tingkat upah konstan pada tingkat upah alamiah, pertumbuhan penduduk konstan (berhenti bertambah), maka bagian dari kaum kapitlis atas produksi juga konstan pada tingkat yang minimal, akumulasi kapital berhenti. Kondisi ini yang kemudian dikenal dengan kondisi yang stasioner (stationary state).

c. Teori Lewis

Jika dalam teori Ricardo mengatakan jumlah penduduk akan konstan, makan dalam teori Lewis mengatakan sebaliknya. Bahwa jumlah penduduk (tenaga kerja) jumlahnya tak terbatas (unlimited supply of labor). Berapapun tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sektor industri akan bisa dipasok oleh tenaga kerja dari pertanian/daerah pedesaan yang merupakan sektor tradisional. Jumlah tenaga kerja yang tidak terbatas ini memungkinkan pertumbuhan ekonomi di sektor industri yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak mesti diikuti dengan kenaikan tingkat upah buruh. Berikut asumsi yang diajukan oleh Lewis :

1. Perekonomian terdiri dari dua sektor : modern (industri) dan tradisional (pertanian).


(34)

15

2. Modal dan tenaga kerja merupakan faktor produksi utama. 3. Terdapat surplus tenaga kerja sektor pertanian.

4. Surplus (keuntungan) di sektor modern akan diinvestasikan kembali ke sektor produktif sehingga terjadi akumulasi (penumpukan) kapital.

5. Tingkat upah di sektor modern lebih tinggi.

6. Tingkat upah di sektor pertanian (karena surplus tenaga kerja) akan konstan.

d. Teori Harrod-Domar

Harrod dan Domar dalam teori Harrod-Domarnya mengatakan bahwa pertubuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tingkat tabungan dan investasi. Jika tingkat tabungan mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi akan menurun juga, begitupun sebaliknya. Harrod-Domar menjelaskan tingkat pertumbuhan ekonomi akan terjamin bila terjadi keseimbangan antara sisi produksi (klasik) dengan sisi pengeluaran (Keynes).

1. Dari sisi produksi rumusan bisa dilakukan sebagai berikut. Investasi merupakan perubahan stok kapital atau K yang bisa dituliskan sebagai delta K

I = ∆K

Jumlah besaran kebutuhan kapital untuk menghasilkan suatu output merupakan rasio antara K dan Y yang kemudia disebut dengan COR (capital output ratio) yang bisa dituliskan dalam k.


(35)

K/Y = k

Dalam bentuk pertambahan, berapa pertambahan kapital diperlukan agar terjadi pertambahan output bisa dituliskan sebagai ∆K/∆Y = k atau dengan cara lain ∆K = k.Y . Kebutuhan kapital adalah sebesar output yang akan dihasilkan dikalikan dengan kemampuan kapital menghasilkan output.

2. Sementara itu dilihat dari sisi pengeluaran diketahui bahwa seharusnya tingkat saving sama dengan tingkat investasi (I = S). Tingkat saving sendiri sama dengan kecenderungan untuk

saving dikalikan dengan pendapatan nasional. S = sY

3. Oleh karena itu Harrod-Domar berasumsi, keseimbangan antara sisi produksi dengan pengeluaran bisa dituliskan sebagai

S = sy = ky = ∆k = I sY = k∆Y

∆Y/Yk = s ∆Y/Y = s/k

e. Teori Rostow

Menurut Rostow, terdapat pertimbangan aspek non ekonomi dalam ekonomi pembangunan. Dalam pembangunan ekonomi tidak hanya memikirkan sektor pertanain yang diarahkan ke sektor industri melainkan juga mempertimbangkan perubahan aspek sosial politik dan budaya berupa : (a) terjadinya perubahan orientasi dari institusi


(36)

17

sosial, politik ekonomi dari yang berorientasi kedalam (inward looking) menjadi berorientasi keluar (outward looking). Bahwa tantangan dan peluang bukan hanya berlingkup domestik melainkan berlingkup internasional. (b) terjadinya perubahan orientasi penduduk dari berorientasi pada jumlah anak banyak menjadi berorientasi pada jumlah anak sedikit; (c) terjadinya perubahan pada pola menabung dan berinvestasi dari investasi yang tidak produktif kearah investasi yang produktif (menabung di perbankan, menginvestasikan pada sektor riil); (d) terjadinya perubahan orientasi dari masyarakat dalam memilih pemimpin dari berdasarkan atas keturunan menjadi berdasarkan atas kecakapan dengan menekan pada pentingnya nilai demokrasi; (e) terjadinya perubahan dalam memandang alam, dari hambatan menjadi tantangan yang mendorong perkembangan.

Dari beberapa pertimbangan tersebut, Rostow mencatat adanya tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang mesti dialami oleh setiap negara, yaitu :

1. Tahap Masyarakat Tradisional

Pada tahap ini masyarakat masih menggunakan cara produksi yang primitif dengan menekan berbagai persoalan pada nilai-nilai pemikiran yang tidak rasional berdasarkan atas hal yang berlaku secara turun temurun.


(37)

Tahap memasuki pertubuhan yang mempunyai kekuatan yang terus menerus untuk tumbuh.

3. Tahap Lepas Landas

Ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.

4. Tahap Menuju Kedewasaan

Kondisi dimana masyarakat secara efektif menggunakan teknologi modern dihampir semua kegiatan produksi dan kekayaan alam.

5. Tahap Konsumsi tinggi

Tahap dimana perhatian masyarakat menekankan pada masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan masalah produksi.

4. Teori Basis Ekonomi

Menurut Ambardi dan Socia (2002), teori ini dapat memperhitungkan adanya kenyataan bahwa dalam suatu kelompok industri bisa saja terdapat kelompok industri yang menghasilkan barang-barang yang sebagian diekspor dan sebagian lainnya dijual ke pasar lokal. Disamping itu, teori ini juga dapat digunakan sebagai indikasi dampak pengganda (multiplier effect) bagi kegiatan perekonomian suatu wilayah.

Ada beberapa metode untuk memilih antara kegiatan basis dan non basis (Budiharsono, 2001), yaitu :


(38)

19

1. Metode pengukuran langsung

Metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku usaha kemana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mmana ereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. Akan tetapi metode ini menguras biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat kelamahan tersebut, maka sebagian besar para ekonom wilayah menggunakan pengukuran tidak langsung.

2. Metode pengukuran tidak langsung

Metode dengan pengukuran tidak langsung terdiri dari:

a. Metode dengan melakukan pendekatan asumsi, biasanya berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan non basis. b. Metode Location Quotient dimana membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah tertentu dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama di wilayah atasnya. Asumsi yang digunakan adalah produktivitas rata-rata/ konsumsi rata-rata antar wilayah yang sama. Metode ini memiliki beberapa kelebihan diantranya adalah metode ini memperhitungkan penjualan barang-barang antra, tidak mahal biayanya dan mudah diterapkan.

c. Metode campuran meruoakan gabungan antara metode asumsi dengan metode Location Quotient.


(39)

d. Metode kebutuhan minimum dimana melibatkan sejumlah wilayah yang diteliti, dengan menggunakan distribusi minimum dari tenaga regional dan bukan distribusi rata-rata.

B. Penelitian Terdahulu

Merupakan bagian yang memuat rangkuman beberapa penelitian yang menjadi latar belakang penulis dalam menyusun tulisan. Berikut penelitian terdahulu yang telah dirangkum :

a. Rahmad Hendayana (2003), menggunakan metode LQ dalam penelitiannya. Metode LQ menjadi metode yang digunakannya dalam mengidentifikasi penyebaran komoditas pertanian.

b. Tri Handayani (2011), dalam penelitiannya mengunakan data time series, variabelnya menggunakan laju pertubuhan ekonomi atas dasar harga konstan, dan dengan metode regresi kuadrat terkecil atau OLS. Dalam penelitiannya menyebutkan PMA secara positif berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, PMDN tidak berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertumbuhan sebelumnya berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

c. Azwhar Harahap dan Deny Setiawan (2012), dalam penelitiannya menggunakan metode analisis input output. Kesimpulannya sektor industri pengolahan berada diperingkat dua setelah sektor pertambangan dilihat dari nilai tambah bruto, peran sektor industri industri pengolahan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat


(40)

21

Kabupaten Siak mendapat ranking pertama jika dilihat dari upah dan gaji tetapi nilai indeksnya tidak mencapai satu.

d. Anik Setiyaningrum (2014), menggunakan metode penelitian deskriptif dan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode analisis LQ, Shift Share, dan gravitasi. Hasil dari penelitiannya adalah sektor ekonomi potensial berbasis pada LQ, sedangkan Shift Share dalam sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran. e. Anggi Alif Kurniawan (2014), menggunakan metode LQ dan SWOT,

hasil dari penelitiannya adalah sektor unggulan dalam perekonomian wilayah menentukan pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan dan beberapa sektor teerkait, semakin besar kegitan sektor-sektor dalam wilayah akan besar pula arus pendapatan kedalam wilayah yang membuat permintaan terhadap barang dan jasa meningkat, imbasnya sektor tersebut akan mempengaruhi sektor lain secara simultan.

f. Kurniati Febriani (2015), menggunakan metode Shift Share dan LQ. Hasil dari penelitiannya pertumbuhan ekonomi daerah akan tetap tercapat jika didalamnya terdapat potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan secara benar, mengambil contoh daerah Lombok Timur, pertumbuhan disana setiap tahunnya semakin meningkat.


(41)

TABEL 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama, Judul, dan Tahun Penelitian

Metode Analisis Kesimpulan 1 Hendayana, Rachmat.

"Aplikasi metode Location Quotient (LQ) dalam penentuan komoditas unggulan nasional." Informatika Pertanian 12.2003 (2003): 1-21.

1. Metode yang digunakan adalah Location Quotient

1. Metode LQ sebagai salah satu pendekatan model ekonomi basis, relevan dan dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengidentifikasi penyebaran komoditas pertanian. 2. Mengingat perhitungan LQ

baru didasarkan aspek luas areal panen atau areal tanam, maka keunggulan yang diperoleh baru

mencerminkan keunggulan dari sisi penawaran, belum dari sisi permintaan. Untuk mendapatkan keunggulan dari penawaran dan permintaan analisis masih perlu dilanjutkan dengan emasukkan unsur ekonomi antara lain keragaan ekspor dan impor.

2 Handayani, Tri. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode 1999-2008. Diss. UPN Veteran Yogyakarta, 2011.

1. Menggunakan data time series. 2. Variabel yang

digunakan adalah laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan. 3. Metode penelitian

menggunakan metode regresi kuadrat terkecil atau OLS.

1. PMA secara individu secara positif dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. PMDN tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan ekonmi Indonesia.

3. Growth sebelumnya

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

3 Harahap, Azwar, dan Deny

Setiawan. “Peran Sektor

Industri Pengolahan dalam Keterkaitannya Pada Perekonoian Daerah

Kabupaten Siak.” Jurnal

Sosial Ekonomi

Pembangunan 2.4 (2012).

Analisis Input Output 1. Ditinjau dari peranannya terhadap pembetukan nilai tambah bruto, sektor industri pengolahan menduduki ranking kedua setelah sektor pertambangan.

2. Peran sektor industri pengolahan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat Kabupaten Siak pada tahun 2006 menempati ranking pertama dilihat dari upah dan gaji. Namun nilai


(42)

23

No Nama, Judul, dan Tahun Penelitian

Metode Analisis Kesimpulan indeksnya tidak mencampai 1 atau tidak begitu besar. 4 Setiyaningrum, Anik.

"Sektor Ekonomi Potensial Sebagai Upaya

Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kudus." Jurnal Administrasi Publik 2.4 (2014): 680-686. 1. Penelitian menggunakan penelitian deskriptif dan memakai pendekatan kuantitatif. 2. Menggunakan

metode analisis LQ (Location Quatient), shift share, dan analisi gravitasi.

Hasil penelitian ini adalah sektor ekonomi potensial berbasis pada analisis location quotient dan analisis shift share adalah sektor industri

pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel & restoran.

5 Kurniawan, Anggi Alif. "Strategi Pengembangan Sektor Unggulan dan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Sumenep." (2014). 1. Menggunakan metode analisis location quotient dan SWOT.

Sektor unggulan dalam perekonomian wilayah menentukan pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan, disamping yang berasal dari sektor yang bersangkutan juga sektor lain yang terkait. Semakin besar kegiatan-kegiatan sektor dalam masing-masing wilayah akan semakin besar arus pendapatan ke dalam wilayah sehingga meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa dari hasil sektor ini dan sektor lainnya yang pada gilirannya permintaan tersebut akan meningkatkan volume kegiatan sektor lain yang selanjutnya secara simultan akan meningkatkan pendapatan wilayah.

6 Febriani, Kurniati, Analisis Sektor Ekonomi Basis dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2010-2014, (2015)

Menggunakan metode Shift Share dan LQ

1. Pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat tercapai apabila di dalamnya terdapat potensi-potensi yang dimiliki baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kabupaten Lombok Timur memiliki peluang yang cukup besar untuk

dikembangkan potensi-potensi yang dimiliki dari sektoralnya dan tentunya dapat teridentifikasi pengembangan


(43)

No Nama, Judul, dan Tahun Penelitian

Metode Analisis Kesimpulan pembangunan yang cocok untuk daerah ini. 2. pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Lombok Timur mengalami kenaikan kinerja setiap tahunnya. Sektor-sektor yang patut

dikembangkan di Kabupaten Lombok Timur yaitu sektor pengadaan listrik dan gas, sektor kontruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor real estate, sektor administrasi pemerintah dan sektor jasa

kesehatan dan kegiatan sosial. Karena sektor tersebut cukup berkontribusi dalam pembentukan nilai PDRB Kabupaten Lombok Timur.

Perbedaan penelitian terdahulu yang dijadikan penulis sebagai dasar dari penelitian ini adalah daerah yang diambil sampelnya untuk diteliti adalah Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur.


(44)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Keadaan geografis yang berada dibawah gunung Lawu membuat kabupaten ini memiliki potensi yang besar dari kesuburan tanahnya dan masih banyak industri rintisan yang kedepannya menjadi potensi kabupaten untuk meningkatkan perekonomian di Jawa Timur sendiri.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-buku, majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan, atau mengambil data-data dari lembaga yang dianggap kompeten berupa PDRB Kabupaten Magetan Provinsi Jawa timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

C. Sumber Data

Data yang diambir bersumber dari beberapa penelitian terdahulu yang menyangkut dengan peneitian ini dan juga bersumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan dan Provinsi Jawa Timur. Selain itu ada beberapa sumber yang diambil dari internet dan studi kepustakaan. Obyek penelitian ini adalah Kabupaten Magetan dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan tahun 2010 dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Data yang digunakan terbatas


(45)

pada tujuh belas sektor yang ada dalam komponen PDRB dengan melakukan perbandingan terhadap PDRB di tingkat Provinsi Jawa timur berdasarkan harga konstan tahun 2010 dari tahun 2010 hingga 2014.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data atau informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik berupa angka maupun keterangan. Oleh karena itu, untuk kepentingan penelitian ini penulis menggunakan teknik dokumentasi. Pada penelitian ini metode dokumentasi dipakai untuk mengetahui data PDRB Kabupaten Magetan dengan data tahun terkini atas dasar harga konstan, gambaran umum dan kondisi umum perekonomian Kabupaten Magetan yang bersumber dari dokumentasi BPS Kabupaten Magetan serta data-data komoditas unggulan lainnya. Selain data-data laporan tertulis untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari sumber pustaka, media massa dan internet.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Potensi Ekonomi

Jumlah kontribusi yang diberikan masing-masing sektor terhadap pendapatan daerah masing-masing kabupaten. Kontribusi ekonomi biasanya dihitung dengan jumlah PDRB yang dihasilkan. 2. Produk Domestik Regional Bruto


(46)

27

Merupakan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah, yang dapat dilihat berdasarkan harga berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB dimaksudkan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang ada dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dipakai dalam penelitian ini adalah atas dasar harga konstan tahun 2010.

3. Sektor-sektor Ekonomi

Terdapat tujuh belas sektor ekonomi di masing-masing kabupaten/kota. Adapun sektor-sektor perekoomian dimaksud yakni: a) Pertanian, kehutanan dan perikanan

b) Pertambangan dan penggalian c) Industri pengolahan

d) Pengadaan listrik dan gas

e) Pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang f) Konstruksi

g) Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor h) Transportasi dan pergudangan

i) Penyediaan akomodasi dan makan minum j) Informasi dan komunikasi

k) Jasa keuangan dan asuransi l) Real estate


(47)

n) Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan wajib o) Jasa pendidikan

p) Jasa kesehatan dan kegiatan sosial q) Jasa lainnya

4. Sektor Basis dan Sektor Non Basis

Adalah sektor yang mampu mengekspor barang- barang dan jasa-jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan sektor yang sama pada lingkup yang lebih luas. Sektor basis ini bila nilai LQ>1. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan daerah itu sendiri dan sektor ini tidak dapat mengekspor barang diluar daerah. Sektor non basis ini bila nilai LQ<1.

5. Keunggulan Kompetitif

Suatu sektor mempunyai keunggulan kompetitif bila laju pertumbuhan sektor di tingkat kabupaten lebih tinggi daripada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat provinsi (rij-rin) > 0. 6. Spesialisasi

Suatu sektor mempunyai spesialisasi bila variabel wilayah nyata lebih besar dari pada dengan variabel yang diharapkan (Eij-Eij’) > 0.


(48)

29

F. Metode Analisis Data 1. Analisis Shift Share

Menurut Robinson Tarigan (2004), analisis Shift Share merupakan teknik dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi suatu daerah sebagai perubahan atau peningkatan suatu indikator pertumbuhan perekonomian suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Analisis ini menggunakan metode mengisolasi berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai faktor di suatu daerah dalam kaitannya dengan ekonomi nasional.

Lincolin Arsyad (1999) menyebutkan analisi ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang berhubungan satu sama lain:

1. Pertumbuhan ekonomi daaerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

2. Pergeseran proporsional (propitional shift) mengukur perubahan relatif, perubahan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.

3. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan


(49)

perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dibandingkan dengan perekonomian di tingkat regional atau nasioanal. Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan yang dilakukan. Bila penyimpangan positif, maka suatu sektor dalam daerah memiliki keunggulan kompetitif.

Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis Shift Share

sebagai berikut:

... (1) Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:

... (2) ... (3) ... (4) ... (5)

Dimana: rij, relatif mewakili laju pertumbuhan wilayah kabupaten dan laju pertumbuhan wilayah provinsi yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut:

rij =


(50)

31

rin =

...

(13)

rn =

... (14)

Keterangan :

Eij : pendapatan sektor I di wilayah j (kabupaten) Ein : pendapatan sektor I di wilayah n (provinsi) En : pendapatan wilayah n (provinsi)

E*ij : pendapatan tahun terakhir

rij : laju pertumbuhan sektor I di wilayah j (kabupaten) rin : laju pertumbuhan sektor I di wilayah n (provinsi) rn : laju pertumbuhan pendapatan di wilayah n (provinsi)

Sehingga didapat persamaan shift share untuk sektor I di wilayah j (Soepomo, 1993) sebagai berikut:

Dij = Eij.rn + Eij(rin-rn) + Eij(rij-rin) ………..(15) Keterangan :

Dij : perubahan variabel output sektor I di wilayah j Nij : pertumbuhan ekonomi nasional

Mij : bauran industri sektor I di wilayah j

Cij : keunggulan kompetitif sektor I di wilayah j Eij : pendapatan sektor I di wilayah j

Adapun dari rumus diatas diketahui ada 2 indikator dari hasil perhitungan shift share dalam perekonomian suatu daerah:

Jika nilai dari komponen pergeseran proporsional dari sektor > 0, maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian daerah, begitu juga sebaliknya.


(51)

Jika nilai komponen pergeseran differensial suatu sektor < 0, maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam perekonomian yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya.

2. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis LQ merupakan suatu alat analisis untuk menunjukkan basis ekonomi suatu wilayah terutama dari kriteria kontribusi. Alat analisis ini juga dipakai untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Perhitungan basis tersebut menggunakan variabel PDRB wilayah atas suatu kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah. Rumus menghitung LQ ( LincolinArsyad, 1999) adalah:

LQ

=

………..(16)

Keterangan :

LQ : koefisien Location Quotient

vi : pendapatan sektor I di suatu daerah vt : pendapatan total daerah tersebut

Vi : pendapatan sektor I secara regional/nasional Vt : pendapatan total regional/nasional

Dari rumus di atas ada 3 kategori hasil perhitungan Location Quotient (LQ) dalam perekonomian daerah, yaitu:

Jika nilai LQ>1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi lebih berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi. Artinya, sektor tersebut dalam perekonomian daerah di wilayah studi


(52)

33

memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis.

Jika nilai LQ<1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi kurang berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi. Sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor nonbasis.

Jika nilai LQ=1, maka sektor yang bersangkutan baik di wilayah studi maupun wilayah referensi memiliki peningkatan.

Adapun kelebihan dari LQ ini adalah alat analisis ini sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri subtitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial (sektoral) untuk menganalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja disetiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya.

3. Analisis Klassen Typology

Analisis Klassen Typology digunakan untuk melihat gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi. Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan daerah ini, dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi daerah pada masa mendatang. Selain itu, hal tersebut juga


(53)

dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan pembangunan daerah.

Menurut tipologi daerah, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu:

Daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah daerah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dari rata-rata wilayah.

Daerah maju tapi tertekan adalah daerah yang memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari rata-rata.

Daerah berkembang cepat adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan, tetapi tingkat perkapita lebih rendah dari rata-rata.

Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang rendah.

TABEL 3.1

Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology

y

r

yi > y yi < y

ri > r Sektor maju dan

tumbuh cepat

Sektor berkembang cepat

ri < r Sektor maju tetapi tertekan

Sektor relatif tertinggal


(54)

35

Keterangan: ri adalah laju pertumbuhan sektor I, r adalah laju pertumbuhan PDRB, yi adalah kontribusi sektor I terhadap PDRB, y adalah kontribusi rata-rata sektor terhadap PDRB.

4. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dan dapat menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan internal dan eksternal serta dapat mengarahkan dan berperan sebagai katalisator dalam proses perencanaan strategis. Analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta identifikasi kekuatan dan kelemahan intern. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman (Perce dan Robinson dalam Muhammad Ghufron, 2008).

Unsur-unsur SWOT meliputi S (strenght) yang berarti mengacu kepada keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness) yaitu hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi, O (opportunity) yakni menyediakan kondisi yang menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang dan T (threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T dan strategi S-T.


(55)

Terdapat delapan tahap dalam membentuk matriks SWOT, yaitu:

a. Membuat daftar kekuatan kunci internal wilayah. b. Membuat daftar kelemahan kunci internal wilayah. c. Membuat daftar peluang ekternal wilayah.

d. Membuat daftar ancaman ekternal wilayah.

e. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang ekternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-O.

f. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-O. g. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan

ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-T. h. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan

ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-T.

TABEL 3.2 Matriks SWOT Internal Eksternal STRENGTH (S) Daftar Kekuatan Internal WEAKNESS (W) Daftar Kelemahan Internal OPPORTUNITIES (O) Daftar Peluang Eksternal STRATEGIS S-O Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI W-O Mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang THREATS (T) Daftar Ancaman Ekstenal STRATEGIS S-T Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman STRATEGI W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman


(56)

37

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam

1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam

Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,00 hingga 114,40 Bujur Timur dan 7,120 hingga 8,480 Lintang Selatan. Lokasi Provinsi Jawa Timur berada di sekitar garis Khatulistiwa, maka seperti provinsi lainnya di Indonesia, wilayah ini mempunyai perubahan musim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

GAMBAR 4.1


(57)

Sementara Kabupaten Magetan merupakan kabupaten yang terletak di ujung barat Propinsi Jawa Timur, dan berada pada ketinggian antara 60 sampai dengan 1.660 meter diatas permukaan laut. Magetan berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah, tepatnya di sebelah selatan dengan Kabupaten Wonogiri dan di sebelah barat dengan Kabupaten Karanganyar. Selain dengan kedua kabupaten tersebut, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, Madiun di sebelah timur dan sebelah selatan berbatasan juga dengan Kabupaten Ponorogo.

GAMBAR 4.2

Peta Wilayah Kabupaten Magetan

Magetan merupakan kabupaten terkecil ke dua se- Jawa Timur setelah Sidoarjo, dengan luas seluruh Kabupaten Magetan 688,85 km2. Kecamatan Parang merupakan kecamatan terluas dengan luas 71,64 Km2, sedang Karangrejo dengan luas 15,15 Km2 merupakan kecamatan dengan luas terkecil. Dengan 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Magetan, berarti rata-rata luas tiap kecamatan sebesar 38,27 Km2. Jarak antar ibu kota


(58)

39

kecamatan yang tidak terlalu jauh merupakan salah satu faktor yang menguntungkan untuk melaksanakan pembangunan. Jarak terpendek adalah Kecamatan Poncol-Plaosan yang berjarak 3,4 Km dan jarak terjauh Kecamatan Parang- Kartoharjo sejauh 41 Km, sedangkan jarak terpendek dari ibukota kabupaten ke kecamatan, adalah dengan Kecamatan Magetan sejauh 2 km dan jarak terjauh adalah dengan Kecamatan Kartoharjo dengan jarak 26 Km. Terletak di sekitar 70 30' 34" - 70 47' 49" lintang selatan dan 1110 10' 54" - 1110 30' 46" bujur timur, dengan suhu udara berkisar antara 16-200 C di daerah pegunungan dan 22-260 C di dataran rendah. Magetan merupakan kabupaten yang berpotensi di bidang pertanian dan pariwisata.

2. Wilayah Kecamatan di Kabupaten Magetan

Kabupaten Magetan terdiri dari 18 kecamatan, 208 desa, 27 kelurahan, 822 Dusun/Lingkungan, dan 4.710 Rukun Tetangga. 18 kecamatan tersebut adalah :

1. Kecamatan Barat, membawahi 13 desa. 2. Kecamatan Bendo, membawahi 16 desa. 3. Kecamatan Karangrejo, membawahi 14 desa. 4. Kecamatan Karas, membawahi 11 desa. 5. Kecamatan Kartoharjo, membawahi 13 desa. 6. Kecamatan Kawedanan, membawahi 20 desa. 7. Kecamatan Lambeyan, membawahi 10 desa. 8. Kecamatan Magetan, membawahi 14 desa. 9. Kecamatan Maospati, membawahi 15 desa.


(59)

10. Kecamatan Ngariboyo, membawahi 12 desa. 11. Kecamatan Nguntoronadi, membawahi 9 desa. 12. Kecamatan Panekan, membawahi 17 desa. 13. Kecamatan Parang, membawahi 13 desa. 14. Kecamatan Plaosan, membawahi 15 desa. 15. Kecamatan Poncol, membawahi 8 desa. 16. Kecamatan Sidorejo, membawahi 10 desa. 17. Kecamatan Sukomoro, membawahi 12 desa. 18. Kecamatan Takeran, membawahi 11 desa.

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Permasalahan yang terdapat di Kabupaten Magetan pada dasarnya adalah pengendalian kepadatan penduduk yang bertujuan meningkatkan kualitas manusia. Program pengendalian kelahiran, penurunan angka kematian, perpanjangan angka harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Magetan berjumlah 695.158 jiwa dengan komposisi laki – laki 337.373 jiwa dan perempuan 358.751 jiwa. Ditinjau dari jumlah komposisi penduduk, jumlah laki – laki lebih sedikit dari jumlah perempuan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu Kecamatan Panekan dengan komposisi laki – laki 27.616 jiwa dan perempuan 28.913 jiwa, sementara jumlah penduduk


(60)

41

terkecil yaitu terdapat di Kecamatan Nguntoronadi dengan komposisi jumlah laki – laki 11.752 jiwa dan perempuan 12.399 jiwa.

Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi maka akan tinggi pula penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan pengangguran.

TABEL 4.1

Persentase Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka 2010 – 2014 (persen)

Tahun Magetan Jawa Timur

2010 2,41 4,25

2011 3,16 4,16

2012 3,86 4,12

2013 2,96 4,30

2014 4,28 4,19

Sumber : BPS Kab. Magetan

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat dilihat perbandingan tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Magetan dengan Provinsi Jawa timur pada tahun 2012, persentase perbandingan Kabupaten Magetan 3,86 lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Timur dengan persentase 4,12. Kemudian ditahun 2013, dengan persentase 2,96 masih lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Timur dengan persentase 4,30. Selanjutnya ditahun 2014 sedikit lebih tinggi dari persentase pengangguran di Jawa Timur dengan 4,28 berbanding 4,19.


(61)

Mayoritas mata pencaharian penduduk Kabupaten Magetan adalah Bertani. Pertanian masih menjadi orientasi pekerjaan masyarakat terutama Padi, Jagung, dan Ubi. Ketersediaan lahan dan hadirnya beberapa perusahaan perkebunan menjadikan pekerjaan bertani sebagai pekerjaan utama yang tersedia. Kehadiran kegiatan industri pengolahan seperti kulit dibeberapa tahun belakangan sedikit menggeser kegiatan bertani ini, terlebih juga sektor perdagangan yang mulai terlihat geliatnya menjadi salah satu faktr penggeser sektor pertanian tersebut. Pilihan pekerjaan lain sebagai pedagang adalah yang paling banyak dilakukan. Pilihan perdagangan ini dikarenakan lokasi Kabupaten Magetan yang cukup jauh dari ibukota provinsi yakni Jawa Timur memungkinkan menjadi pusat pedagangan bagi daerah sekitarnya.

C. Perekonomian Kabupaten Magetan

Struktur perekonomian suatu daerah ditentukan oleh besarnya peranan sektor – sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Semakin besar nilai tambah yang diraih oleh suatu sektor maka semakin besar peranan dalam perekonomian daerah tersebut. Berdasarkan distribusi persentase PDRB atas harga konstan menurut lapangan usaha, maka sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Magetan.


(62)

43

Tabel 4.2

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014 (persen)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian, kehutanan, dan perikanan 34,07 34,21 34,32 34,44 34,76 Pertambangan dan penggalian 1,86 1,78 1,67 1,59 1,64 Industri Pengolahan 9,90 9,82 9,64 9,58 9,61 Pengadaan listrik dan gas 0,06 0,06 0,06 0,05 0,05 Pengadaan air, pengolahan sampah,

limbah, dan daur ulang 0,25 0,24 0,23 0,21 0,19

Kontruksi 7,79 7,87 7,77 7,77 7,88

Perdagangan besar dan eceran ; reparasi

mobil dan sepeda motor 13,64 13,88 13,96 14,18 13,92 Transportasi dan pergudangan 1,26 1,22 1,19 1,24 1,32 Penyediaan akomodasi dan makan/minum 3,62 3,62 3,72 3,88 4,06 Informasi dan komunikasi 6,12 6,19 6,40 6,48 6,28 Jasa keuangan dan asuransi 2,10 2,16 2,32 2,51 2,59

Real Estate 1,41 1,39 1,37 1,39 1,37

Jasa Perusahaan 0,33 0,32 0,32 0,32 0,33

Administrasi pemerintahan, pertahanan

dan jaminan sosial wajib 9,35 9,21 9,10 8,48 7,90

Jasa pendidikan 4,17 4,03 4,11 4,08 4,16

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 0,74 0,76 0,76 0,78 0,83

Jasa lainnya 3,35 3,23 3,06 3,03 3,14

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kab.Magetan

Berdasarkan tabel 4.2, kontribusi masing – masing sektor terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten Magetan dapat dilihat peranan terbesar dalam penciptaan nilai tambah yang diberikan oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang besarannya mengalami peningkatan, yakni sebesar 34,07 persen pada tahun 2010, ditahun 2011 sebesar 34,32 persen dan pada tahun 2013 menjadi sebesar 34,44 persen. Pada tahun 2014, sektor


(63)

tersebut mengalami peningkatan menjadi sebesar 34,76 persen. Untuk mempertahankan nilai pendapatan, pemerintah daerah kebupaten berupaya membuat kebijakan yang memberikan perhatian kepada sektor – sektor yang memberikan kontribusi kepada peningkatan perekonomian daerah.

Kontribusi terbesar kedua adalah berasal dari sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan peranan yang cenderung menigkat yakni pada tahun 2010 sebesar 13,64 persen menjadi sebesar 14,18 persen pada tahun 2013, namun menurun ditahun 2014 menjadi sebesar 13,92 persen. Kontribusi terbesar ketiga adalah sektor industri pengolahan yang cenderung mengalami penurunan setiap tahun. Tercatat pada tahun 2010 sektor tersebut memberikan peranan sebesar 9,90 persen dan pada tahun 2013 sebesar 9,58 persen, namun ditahun 2014 mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,61 persen. Sementara kontribusi terkecil adalah sektor pengadaan listrik dan gas yakni pada tahun 2010 sebesar 0,06 persen dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 0,05 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yang berfluktuasi setiap tahun yakni pada tahun 2011 sebesar 6,44 persen menjadi sebesar 6,64 persen pada tahun 2012, namun ditahun berikutnya hingga 2014 mengalami penurunan menjadi sebesar 5,86 persen dikarenakan menurunnya sumbangan dari sebagian besar sektor yang ada. Laju pertumbuhan yang berfluktuasi tersebut membawa dampak terhadap perekonomian Kabupaten Magetan yang turut mengalami fluktuasi setiap tahun. Berdasarkan data laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Magetan


(64)

45

pada tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 5,59 persen dan mengalami peningkatan setiap tahun hingga menjadi sebesar 5,82 persen pada tahun 2013, namun menurun ditahun 2014 menjadi sebesar 5,18 persen.

D. Pendidikan dan Kesehatan

Berdasarkan pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 yang berbunyi ikut mencerdasakan kehidupan bangsa adalah salah satu tanggungjawab pemerintah daerah untuk mewujudkannya. Pendidikan merupakan alat untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Jika suatu bangsa tidak dapat mewujudkan pendidikan yang baik maka bangsa tersebut akan mengalami ketertinggalan dan keterbelakangan dibandingkan bangsa – bangsa lain yang memiliki pendidikan lebih baik.

TABEL 4.3

Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi 2014 (satuan unit)

Kategori Jumlah

Institusi

Rincian Negeri Swasta

Sekolah Dasar 506 495 11

Sekolah Menengah

Pertama 54 40 14

Sekolah Menengah Umum 13 10 3

Sekolah Menengah

kejuruan 30 6 24

Perguruan Tinggi 2 - 2

Sumber : BPS Kab. Magetan

Berdasarkan tabel 4.3, terdapat jumlah sekolah dan perguruan tinggi yang terdapat di Kabupaten Magetan. Sekolah Dasar sejumlah 506 unit dengan sekolah negeri sejumlah 495 unit dan sekolah swasta sejumlah 11 unit, Sekolah Menengah Pertama sejumlah 54 unit dengan sekolah negeri sejumlah 40 unit dan sekolah swasta sejumlah 14 unit, Sekolah Menengah


(65)

Umum sejumlah 13 unit dengan sekolah negeri sejumlah 10 unit dan sekolah swasta sejumlah 3 unit, Sekolah Menengah Kejuruan sejumlah 30 unit dengan sekolah negeri sejumlah 6 unit dan sekolah swasta sejumlah 24 unit, dan 2 akademi. Hanya saja yang perlu disayangkan adalah belum adanya perguruan tinggi yang terdapat di Kabupaten Magetan.

TABEL 4.4

Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2014 (satuan unit)

Kecamatan Rumah

Sakit Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Klinik TNI

Balai

Pengobatan BKIA

Poncol - 1 2 - - -

Parang - 1 4 - - -

Lembeyan - 1 3 - - -

Takeran - 1 3 - - -

Nguntoronadi - 1 3 - - -

Kawedanan - 2 3 - - -

Magetan 4 1 2 1 - -

Ngariboyo - 1 3 - - -

Plaosan - 2 4 - - -

Sidorejo - 1 3 - - -

Panekan - 1 5 - - -

Sukomoro - 1 3 1 - -

Bendo - 1 5 - - -

Maospati 1 2 4 1 - -

Karangrejo - 1 2 - - -

Karas - 1 4 - - -

Barat 1 2 2 - - -

Kartoharjo - 1 4 - - -

Jumlah 6 22 59 3 - -

Sumber : BPS Kab. Magetan

Pada tahun 2014 pembangunan dan pemenuhan bidang kesehatan di Kabupaten Magetan cukup maju, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 dari pembangunan fasilitas dan sarana penunjang pelayanan kesehatan masyarakat yang dibangun di hampir seluruh wilayah kecamatan.


(66)

47

Pembangunan fasilitas kesehatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat secara mudah dan terjangkau. Tercatat baru terdapat enam rumah sakit di Kabupaten Magetan yakni masing – masing di Kecamatan Magetan empat unit, di Kecamatan Maospati satu unit dan di Kecamatan Barat satu unit. Meskipun demikian, untuk pemenuhan puskesmas sudah dapat dipenuhi di seluruh wilayah kecamatan se-Kabupaten Magetan.


(67)

48 A. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share memiliki peranan penting untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Alat analisis ini digunakan untuk menganalisis sektor potensial atau basis dalam perekonomian. Beberapa komponen digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran perekonomian yaitu komponen pertumbuhan provinsi, bauran industri dan keunggulan kompetitif per sektor ekonomi di Kabupaten Magetan.

Menurut Sjafrizal (2008), peningkatan kegiatan ekonomi yang diindikasikan oleh kenaikan PDRB suatu wilayah dapat diperluas atas tiga komponen. Secara rinci ketiga komponen tersebut adalah peningkatan PDRB yang disebabkan oleh faktor luar (kebijakan nasional/provinsi) atau sering disebut dengan efek pertumbuhan ekonomi regional (Nij). Pengaruh kedua adalah pengaruh struktur pertumbuhan sektor dan subsektor, atau disebut dengan industrial mix-effect efek bauran industri (Mij) dan terakhir adalah pengaruh keuntungan kompetitif wilayah studi (Cij).

Hasil analisis Shift Share dalam sektor – sektor ekonomi di Kabupaten Magetan dari tahun 2010 – 2014 dapat dilihat dalam tabel 5.1 dibawah ini : 1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di Kabupaten Magetan berdasarkan analisis shift share tahun 2010 – 2014 dipengaruhi oleh


(68)

49

beberapa komponen. Pengaruh komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur (Nij) sektor ini memiliki nilai positif dalam memberikan kontribusi PDRB yaitu pada tahun 2012 sebesar 204.277,6 juta rupiah, pada tahun 2013 menurun menjadi sebesar 192.879 juta rupiah, pada tahun 2014 menurun menjadi sebesar 192.015,7 juta rupiah terhadap kontribusi PDRB Provinsi Jawa Timur. Pengaruh komponen bauran industri (Mij) memiliki nilai yang negatif yaitu pada tahun 2012 sebesar -45.938,4 juta rupiah, pada tahun 2013 memiliki nilai negatif menjadi sebesar -96.409,7 juta rupiah, dan pada tahun 2014 memiliki nilai negatif menjadi sebesar -73.030,1 juta rupiah. Pengaruh komponen keunggulan kompetitif (Cij) sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki nilai negatif yaitu pada tahun 2012 sebesar -2.252.702,8 juta rupiah, meningkat menjadi sebesar 427.568,7 juta rupiah pada tahun 2013, dan menurun menjadi sebesar -858.450,5 juta rupiah pada tahun 2014. Dari hasil analisis shift share diperoleh nilai komponen bauran industri (Mij) negatif, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di Kabupaten Magetan tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timur. Sedangkan nilai dari komponen keunggulan kompetitif (Cij) negatif yang menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki daya saing rendah di Kabupaten Magetan dibandingkan pada sektor yang sama di tingkat Provinsi Jawa Timur.

Dari keseluruhan perubahan pendapatan (Dij) sektor pertanian, kehutanan dan perikanan Kabupaten Magetan diperoleh nilai negatif yaitu


(1)

20

pring. Akibat dari pembajakan tersebut adalah pengakuan dari masyarakat luas atas barang produksi Kabupaten Magetan menjadi berkurang atau dianggap tidak baik. 4. Strategi Weakness-Threats (W-T)

Strategi W-T merupakan strategi yang diusulkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Beberapa alternatif strategi W-T yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi era globalisasi dengan memprioritaskan pada SDM di sektor perkebunan dan pertanian serta memperbaiki jaringan informasi. Strategi ini disusun untuk mengantisipasi kelemahan berupa kualitas SDM yang rendah. Diharapkan dengan adanya perbaikan kualitas SDM tersebut Kabupaten Magetan mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi.

2) Memperbaiki sarana dan prasarana pembangunan serta mengotimalkan pemanfaatan SDA untuk menghadapi persaingan antar wilayah. Strategi ini disusun untuk mengantisipasi kelemahan khususnya akses jalan yang sering terkena longsor sehingga menyebabkan lalu lintas perdagangan menjadi kurang optimal. Oleh karena itu perlu diantisipasi dengan perbaikan jalan yang diharapkan mampu mengoptimalkan perdagangan SDA yang terdapat di kabupaten Magetan.

3) Melakukan pemberdayaan SDM dalam upaya mengantisipasi bencana alam dan gagal panen. Strategi ini disusun untuk mengantisipasi persaingan wilayah di era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi serta untuk menanggulangi bencana alam seperti tanah longsor, maupun kekeringan yang terjadi di Kabupaten Magetan.


(2)

21 Kesimpulan, Saran, dan Keterbatasan Penelitian Kesimpulan

Dengan menggunakan beberapa analisis alternatif dapat diketahui sektor – sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Magetan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis Shift Share di Kabupaten Magetan selama tahun 2010 – 2014 menunjukkan bahwa Kabupaten Magetan mengalami fluktuasi setiap tahun yang terjadi pada komponen perubahan variabel output (Dij), mengalami fluktuasi setiap tahunnya pada komponen pertumbuhan ekonomi nasional (Nij), mengalami penurunan pada tahun 2012-2014 dikomponen bauran industri (Mij), dan fluktuasi di setiap tahunnya pada komponen keunggulan kompetitif (Cij).

2. Sektor unggulan Kabupaten Magetan antara lain sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengolahan sampah, limbah, dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa lainya. Kemudian untuk sektor non unggulan antara lain sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial.

3. Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor yang memilliki nilai LQ>1 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (rerata LQ = 2,55), sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (rerata LQ = 2,31),


(3)

22

sektor informasi dan komunikasi (rerata LQ = 1,31), sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (rerata LQ = 3,50), sektor jasa pendidikan (rerata LQ = 1,60), sektor kesehatan dan kegiatan sosial (rarata LQ = 1,01), sektor jasa lainnya (rerata LQ = 2,20) sebagai sektor unggulan dan memiliki keunggulan komparatif. Oleh karena itu, sektor tersebut perlu diupayakan baik oleh pemerintah untuk lebih dikembangkan sebagai sektor unggulan dalam perekonomian daerah di wilayah Kabupaten Magetan.

4. Analisis Typology Klassen, menunjukkan untuk sektor yang maju adalah Pengadaan air, pengolahan sambah, limbah, dan daur ulang, Informasi dan komunikasi, dan Jasa lainnya. Kemudian untuk sektor yang tertinggal adalah Pertambangan dan penggalian, Industri pengolahan, Kontruksi, dan Real estat.

5. Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan meningkatkan daya saing perekonomian daerah.

6. Inti dari kebijakan pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan potensi ekonomi daerah dengan memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sektor unggulan daerah tanpa mengesampingkan sektor non basis sebagai penunjang sektor unggulan.

Saran

1. Pemerintah daerah sebaiknya memprioritaskan sektor unggulan dalam mencanangkan pembangunan daerah dan mengikutsertakan sektor non unggulan sebagai penunjang keberadaan sektor basis.


(4)

23

2. Pemerintah daerah menggunakan kekuatan dan peluang yang dimiliki dengan sebaik – baiknya untuk mengurangi kelemahan dan ancaman dalam pembangunan daerah. 3. Dibutuhkan pendekatan secara regional untuk penelitian lanjutan guna menentukan

aspek lokasi di daerah mana sektor tersebut akan dibangun dan dilaksanakan. Selain itu juga dibutuhkan kajian terhadap sektor unggulan di tingkat provinsi

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, namun peneliti berusaha dengan sebaik – baiknya dalam melakukan penelitian dan penyusunan. Keterbatasan yang dimiliki antara lain sebagai berikut :

1. Periode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2010 – 2014 sehingga penelitian terbatas pada kondisi – kondisi yang terjadi pada periode tersebut. 2. Penelitian ini terbatas pada penentuan sektor unggulan dan tidak membahas sub sektor


(5)

24

DAFTAR PUSTAKA

Afrendi Hari Tristanto, 2013, “Analisis Sektor Unggulan dalam Pengembangan Potensi Perekonomian di Kota Blitar”. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya, Malang.

Agus Tri Basuki dan Utari Gayatri, 2009. “Penentu Sektor Unggulan dalam Pembangunan Daerah : Studi Kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir”. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Volume 10. No. 1.

Ambardi, Urbanus M dan Socia Prihawantoro, 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah (P2KTPW – BPPT). Jakarta.

Arsyad Lincolin, 1999. Ekonomi Pembangunan, Edisi 4, Cetakan Pertama. STIE YKPN. Yogyakarta.

BPS, 2013. Produk Domestik Regional BrutoKabupaten MagetanMenurut Lapangan Usaha

2010-2014. BPS Kabupaten Magetan.

BPS, 2014. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha 2010-2014. BPS Provinsi Jawa Timur.

BPS, 2014. Statistik Daerah Kabupaten Magetan 2014. BPS Kabupaten Magetan.

Budiharsono, S, 2001. Teknik Pengembangan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramnita. Jakarta.

Febriani, Kurniati, Analisis Sektor Ekonomi Basis dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2010-2014, (2015)

Handayani, Tri. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode 1999-2008. Diss. UPN Veteran Yogyakarta, 2011.

Harahap, Azwar, dan Deny Setiawan. “Peran Sektor Industri Pengolahan dalam Keterkaitannya Pada Perekonoian Daerah Kabupaten Siak.” Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan 2.4 (2012).

Hendayana, Rachmat. "Aplikasi metode Location Quotient (LQ) dalam penentuan komoditas unggulan nasional." Informatika Pertanian 12.2003 (2003): 1-21.

Hudiyanto, 2013. Ekonomi Pembangunan. Pusat Pengembangan Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Irawan dan Suparmoko, 1996. EkonomikaPembangunan. BPFE. Yogyakarta.

Kuncoro Mudrajat, 2000. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN : Yogyakarta.

Kuncoro Mudrajat, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Penerbit Erlangga. Jakarta. Kurniawan, Anggi Alif. "Strategi Pengembangan Sektor Unggulan dan Ekonomi Wilayah di


(6)

25

Muhammad Ghufron, 2008, “Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nano Prawoto., dkk., 2012. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Publikasi

Karya Ilmiah. UPFE UMY. Yogyakarta.

Sajogyo, Pujiwati, 1985. Sosiologi Pembangunan. Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta. Jakarta.

Setiyaningrum, Anik. "Sektor Ekonomi Potensial Sebagai Upaya Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kudus." Jurnal Administrasi Publik 2.4 (2014): 680-686.

Soepono Prasetyo, 1993. “Analisis Shift Share, Perkembangan dan Penerapan”. Jurnal EkonomidanBisnis. Volume 4, No.1.

Sukirno, Sadono, 1981. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Bina Grafika : Jakarta.

Sukirno, Sadono, 1994. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua. PT Rajawali Grasindo Persada. Jakarta.

Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Salemba Empat, Jakarta.

Syafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma, Jakarta.

Todaro, MP, 1987. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga Jilid I. Erlangga, Jakarta. www.jatim.bps.go.id, diakses tanggal 20 Juni 2016 pukul 22.00 WIB.