Analisis Sektor dan Komoditi Unggulan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh

RICO EBTIAN

097003024/PWD

S

E K O L A H P

A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RICO EBTIAN

097003024/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Nama Mahasiswa : Rico Ebtian

Nomor Pokok : 097003024

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P) (Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof Drs. Robinson Tarigan, MRP Anggota : 1. Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

2. Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 3. Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D.Ak


(5)

ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Untuk mengetahui sektor dan unggulan daerah Kabupaten Serdang Bedagai diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.

Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai; 2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis

dalam perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai; dan 3) Analisis Shift

Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Klassen Typology dan Location Quotient menunjukkan bahwa terdapt tiga sektor yang merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor bangunan. Komoditi-komoditi pertanian yang merupakan sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan pada perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai dijumpai pada komoditi bahan pangan yang tanaman padi. Komoditi tanaman sayur-sayuran yaitu tanaman sawi. Komoditi tanaman buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman duku/langsat dan durian. Komoditi tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi tanaman kelapa sawit. Komoditi peternakan dijumpai pada komoditi ternak ayam.

Kata Kunci: Sektor Unggulan, Komoditi Unggulan, Tipologi Klassen, Location


(6)

SECTOR AND MAJOR COMMODITY ANALYSIS OF SERDANG BEDAGAI REGENCY

ABSTRACT

A Method is needed to study and to project a region economic growth such Serdang Bedagai regency. Method can be used as a guideline to boost the current economic growth.

Solution for the problem formulation in this research was analyzed using: 1) Klassen Typology analysis to classify Serdang Bedagai Regency economic sectors, 2) Location Quotient (LQ) analysis to determine base sector and non base sector in Serdang Bedagai regency economy, and 3) Shift-Share analysis to study the changes and movement economic sectors in Serdang Bedagai Regency

Based on the Klassen Typology and LQ analysis, there are three major sectors that had fast changes, they are agriculture, mine and excavation, and property sectors. Agriculture commodities which can be developed and became a base sector in Serdang Bedagai regency economy are paddy for food commodity, mustard for vegetable, duku/langsat, and durian for fruits, coconut palm tree for plantation, and chicken for livestock.

Keywords: Major sector, major commodity, Klassen typology, Location Quotient, Shift-share.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul “Analisis Sektor dan Komoditi Unggulan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai” merupakan syarat dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih

yang tulus kepada Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP. selaku Ketua Komisi

Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

3. Ibu Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D. Ak dan Bapak Ir. Supriadi, MS selaku Dosen Pembanding sekaligus penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan


(8)

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.

6. Rekan-rekan kelas PWD semester genap T.A 2009/2011 atas kebersamaannya

selama 2 tahun masa pendidikan.

7. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Yahya,

S.Pd dan Ibunda Faridah yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa serta member motivasi dalam peneyelesaian pendidikan ini.

Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semu pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan, September 2011

Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Rico Ebtian lahir di Kp. Juhar, 14 April 1986, dari pasangan Yahya, S.Pd

dengan Faridah, dan merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1998 di SD Negeri No. 102076 Penaga. Pada tahun 2001 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada SMP Negeri 1 Bandar Khalifah dan tahun 2004 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Tebing Tinggi. Kemudian pada tahun 2008 menyelesaikan D4 di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri.

Sejak tahun 2008 sampai sekarang aktif bekerja sebagai PNS pada Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Bulan September 2009 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan (PWD).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Pembangunan Daerah... 9

2.2. Perencanaan Pembangunan Daerah ... 13

2.3. Teori Basis Ekonomi ... 14

2.4. Location Quetiont (Kuesion Lokasi) ... 15

2.5. Produk Domestik Regional Bruto ... 17

2.6. Pengembangan Sektor dan Komoditi Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Daerah ... 21

2.7. Penelitian Sebelumnya ... 25

2.8. Kerangka Pemikiran... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 33


(11)

3.3.1. Analisis Tipologi Klassen ... 34

3.3.2. Analisis Location Quetiont (LQ) ... 36

3.3.3. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis) ... 38

3.4. Definisi dan Batasan Operasional ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai ... 43

4.2. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai ... 46

4.3. Analisis Location Quetiont (LQ) ... 48

4.4. Analisis Shift Share... 50

4.5. Pembahasan Per Sektor ... 56

4.6. Sektor dan Komoditi Unggulan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran ... 77


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. 3.1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12.

Peran Setiap Sektor Ekonomi dalam Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007-2009 (persentase) ……….. Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Topologi Klassen …………... Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Kecamatan Tahun 2009………... Banyaknya Penduduk per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009 ………. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi

Sumatera Utara dan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………... Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 berdasarkan Tipologi Klassen ………. Hasil Perhitungan Indeks Location Quetiont (LQ) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………... Hasil Perhitngan National Share Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………... Hasil Perhitungan Proportional Shift (P) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………... Hasil Perhitungan Differential Shift (D) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………. Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ……... Analisis Sektor Pertanian ……….. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian……….. Analisis Sektor Industri Pengolahan………..

6 36 44 45 47 48 49 52 53 54 55 57 58 59


(13)

4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 4.17. 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28

Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air……….. Analisis Sektor Bangunan……….. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran……… Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi……… Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan……. Analisis Sektor Jasa-Jasa……… Nilai LQ Tanaman Pangan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………... Nilai Shift Share Tanaman Pangan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ……….. Nilai LQ Tanaman Sayur-sayuran Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………... Nilai Shift Share Tanaman Sayur-sayuran Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ……….. Nilai LQ Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………... Nilai Shift Share Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ……… Nilai LQ Tanaman Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………... Nilai Shift Share Tanaman Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ……… Nilai LQ Komoditi Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………... Nilai Shift Share Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

60 61 62 63 64 65 67 67 68 68 69 70 71 71 72


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ……….


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2005-2009 (Milyar Rupiah) ……….. 81

2. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (%) ……… 81

3. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (%) ……….. 82

4. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2005-2009 (Milyar Rupiah) ……… 82

5. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Serdang Bedagai 2005-2009 (%) …….………. 83

6. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha

Kabupaten Serdang Bedagai 2005-2009 (%) ………..……. 83

7. Hasil Analisis LQ Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ….……… 84

8. Hasil Uji Shift Share Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………. 84

9. Komoditi Tanaman Bahan Pangan Kabupaten Serdang

Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 ……… 85

10. Komoditi Tanaman Sayur-sayuran Kabupaten Serdang

Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 ……… 86

11. Komoditi Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang

Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 ……… 87

12. Komoditi Tanaman Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai

Dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 ………. 89


(16)

ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Untuk mengetahui sektor dan unggulan daerah Kabupaten Serdang Bedagai diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.

Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai; 2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis

dalam perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai; dan 3) Analisis Shift

Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Klassen Typology dan Location Quotient menunjukkan bahwa terdapt tiga sektor yang merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor bangunan. Komoditi-komoditi pertanian yang merupakan sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan pada perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai dijumpai pada komoditi bahan pangan yang tanaman padi. Komoditi tanaman sayur-sayuran yaitu tanaman sawi. Komoditi tanaman buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman duku/langsat dan durian. Komoditi tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi tanaman kelapa sawit. Komoditi peternakan dijumpai pada komoditi ternak ayam.

Kata Kunci: Sektor Unggulan, Komoditi Unggulan, Tipologi Klassen, Location


(17)

SECTOR AND MAJOR COMMODITY ANALYSIS OF SERDANG BEDAGAI REGENCY

ABSTRACT

A Method is needed to study and to project a region economic growth such Serdang Bedagai regency. Method can be used as a guideline to boost the current economic growth.

Solution for the problem formulation in this research was analyzed using: 1) Klassen Typology analysis to classify Serdang Bedagai Regency economic sectors, 2) Location Quotient (LQ) analysis to determine base sector and non base sector in Serdang Bedagai regency economy, and 3) Shift-Share analysis to study the changes and movement economic sectors in Serdang Bedagai Regency

Based on the Klassen Typology and LQ analysis, there are three major sectors that had fast changes, they are agriculture, mine and excavation, and property sectors. Agriculture commodities which can be developed and became a base sector in Serdang Bedagai regency economy are paddy for food commodity, mustard for vegetable, duku/langsat, and durian for fruits, coconut palm tree for plantation, and chicken for livestock.

Keywords: Major sector, major commodity, Klassen typology, Location Quotient, Shift-share.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Sihombing (2005) sangat wajar apabila masyarakat mempertanyakan hasil pembangunan yang terjadi, terutama apabila hasil-hasil pembangunan itu tidak menjangkau dan bahkan apabila menimbulkan malapetaka ataupun ancaman bagi mereka.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber


(19)

daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi daya-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999).

Dalam pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah dibutuhkan

kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous

development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. Identifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi dimaksud.

Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010), pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.


(20)

Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaran pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, hasil dari pemekaran Kabupaten Deli Serdang, dengan kegiatan perekonomian terfokus pada pertanian.

Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai.

Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah, keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima. Keberhasilan


(21)

pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan non materil.

Dalam pembiayaan pembangunan, maka diperlukan penerimaan yang memadai. Sampai saat ini penerimaan daerah Kabupaten Serdang Bedagai masih didominasi oleh subsidi bantuan dari Pemerintah Pusat. Walaupun berbagai kebijakan telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk mengurangi seminimal mungkin ketergantungannya kepada Pemerintah Pusata dan bertekad menjadikan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan utama dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

Salah satu cara untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam pembiayaan pembangunan, maka pelaksanaan pembangunan harus diawali berdasarkan prioritas dan pemilihan sasaran-sasaran yang mempunyai nilai strategis dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan citra Kabupaten Serdang Bedagai dengan membangun sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai.

Untuk mengetahui sektor unggulan daerah Kabupaten Serdang Bedagai diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.


(22)

tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan, 2007).

Dalam menggunakan pendekatan model basis ekonomi pada umumnya didasarkan atas nilai tambah maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data pendapatan (nilai tambah) adalah lebih tepat dibandingkan menggunakan data lapangan kerja. Hal ini dikarenakan lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat


(23)

mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah.

Laju pertumbuhan PDRB kabupaten Serdang Bedagai disumbang oleh 9 (sembilan) sektor yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industri dan pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa.

Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai di dominasi oleh sektor pertanian dan merupakan kontributor utama dengan pencapaian mencapai 40,23% pada tahun 2009, selanjutnya diikuti sektor industri (19,43%), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (15,34%). Sementara sektor-sektor lain hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap perekonomian di Kabupaten Serdang Bedagai (Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai, 2010). Dibawah ini tabel peranan setiap sektor ekonomi dalam perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai selama 2007 sampai dengan 2009.

Tabel 1.1. Peranan Setiap Sektor Ekonomi dalam Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007 - 2009 (Persentase)

Sektor Ekonomi 2007 2008 2009

1. Pertanian 40,97 40,73 40,23

2. Penggalian 1,03 1,09 1,01

3. I ndustri 19,48 19,31 19,43

4. Listrik, Gas & Air 0,47 0,47 0,72

5. Bangunan 9,49 9,63 9,94

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 14,90 15,21 15,34

7. Pengangkutan dan Koperasi 0,88 0,89 0,90

8. Keuangan dan Asuransi 3,39 3,38 3,35

9. Jasa Perusahaan 9,14 9,11 9,07

PDRB 10,00 100,00 100,00


(24)

Dalam melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas sebagai konsikuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian strategi kebijakan pembangunan harus memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Khususnya Kabupaten Serdang Bedagai, analisis yang mendalam untuk mengetahui penentuan sektor unggulan daerah belum pernah dilakukan. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk menganalisis penentuan setor unggulan daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten

Serdang Bedagai ?

2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis dalam

perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai ?

3. Bagaimanakah perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai ?

4. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor dan komoditi unggulan perekonomian


(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk:

1. Menganalisis klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten

Serdang Bedagai ?

2. Menganalisis sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten

Serdang Bedagai ?

3. Menganalisis perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten

Serdang Bedagai ?

4. Menentukan sektor-sektor dan komoditi unggulan perekonomian wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai ?

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan

daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Daerah

Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu:

1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan

dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan wilayah.

2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk

melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.

Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan


(27)

dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.

Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor (faktor returns) dalam daerah di batasi secara jelas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaannya. Dalam sistem wilayah mobilitas barang maupun orang atau jasa relatif lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup (Sirojuzilam, 2005).

Pembangunan daerah merupakan pembangungan yang segala sesuatunya dipersiapkan dan dilaksanakan oleh darerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir. 2002).


(28)

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting dipecahkan adalah : di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek pertambangan dan sebagainya.

Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruhnya masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara bertahap. Untuk menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan sumbangan yang maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional haruslah dilakukan kordinasi yang baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus mempertimbangkan berbagai rencana pemerintah pusat maupun di daerah lain.

Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang


(29)

lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.

Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien, kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai akibat banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan perencana daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah tersebut.


(30)

Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).

2.2. Perencanaan Pembangunan Daerah

Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai upaya menghubungkan pengetahuan atau teknik yang dilandasi kaidah-kaidan ilmiah ke dalam praksis (praktik-praktik yang dilandasai oleh teori) dalam perspektif kepentingan orang banyak atau public (Nugroho dan Dahuri, 2004). Karena berlandaskan ilmiah, maka perencanaan pembangunan haruslah tetap mempertahankan dan bahkan meningkatkan validitas keilmuan (scientific validity) dan relevansi kebijakannya. Didorong oleh motif ini, perencanaan pembangunan mengalami perkembangan yang cukup dinamis baik secara teoritik maupun paradigmatik (Sihombing, 2005).


(31)

Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam perencanaan pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut. Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam atau dianggap seragam. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi, terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang lainnya dan bagaimana ruang itu saling berinteraksi untuk diarahkan kepada tercapainya kehidupan yang efisien dan nyaman. Perbedaan fungsi terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang (Tarigan, 2006).

Kebijakan pembangunan wilayah merupakan keputusan atau tindakan oleh pejabat pemerintah berwenang atau pengambil keputusan publik guna mewujudkan suatu kondisi pembangunan. Sasaran akhir dari kebijakan pembangunan tersebut adalah untuk dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang


(32)

2.3. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat

exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2007).

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)

dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian

daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang

cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries


(33)

Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2007).

2.4. Location Quotient (Kuesion Lokasi)

Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi

produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ).

Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ

pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau

tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas

unggulan dari sisi produksinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hairudin (2002) di Kabupaten Kotabaru

dengan menggunakan anlisis Location Quotient (LQ) menunjukan bahwa selama

periode pengamatan (1995-2000), komoditi pertanian yang merupakan komoditi unggulan (dengan koefisien LQ>1) terdiri atas jagung, kacang kedelai, ubi kayu, cabe, kelapa sawit, lada, kerbau, udang windu, udang putih, ikan kembung, cumi-cumi, kayu meranti, kayu kariung. Sedangkan komoditi yang bukan unggulan (koefisien LQ < 1) terdiri atas padi, kacang tanah, terong, durian, mangga, kelapa dalam, karet, kopi, sapi, kambing, ayam buras, ayam ras, itik dan kakap merah. Hanik Rochmiyati (2003), mengidentifikasi tentang komoditi unggulan pertanian yang


(34)

Quotient (LQ) dan hasil penelitian disimpulkan bahwa komoditi unggulan untuk sayuran: ketimun, sawi, terong, daun bawang, buncis; pada kelomok buah-buahan adalah duku, nanas, pisang dan rambutan; hasil perkebunan terdiri dari kelapa dalam, kelapa hibrida, dan kopi; sedangkan untuk hasil perikanan adalah manyung, kakap merah, kakap putih, kerapu, pari dan tongkol. Asumsi yang digunakan dalam teknik ini adalah semua penduduk disetiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat regional/nasional (pola permintaan secara geografis sama), produktivitas tenaga kerja, dan setiap industri menghasilkan barang

yang homogen pada setiap sektor (Arsyad, 1999). Pendekatan LQ mempunyai dua

kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang

antara).

b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui kecendrungan.

Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time –series/trend, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan (Tarigan, 2005).


(35)

Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut: Gross National Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu kesatuan wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Berdasarkan uraian di atas dapat kita nyatakan sebagai Produk Nasional Kotor yang dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik pengertian tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk Regional Kotor yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan sebagai : Estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.

Menurut Kusmadi, dkk., (1996 dalam Prihatin, 1999) produk domestik

regional bruto (PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode


(36)

Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank dan Lembaga Keuangan lainnya serta sektor Jasa-Jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier (Sitorus, dkk., 1997 dalam Prihatin, 1999).

Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara lain: 1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari sutu lapangan usaha/sektor

atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional.

2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan

memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga kerja, serta alokator tidak langsung.


(37)

Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode dimasud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah setiap sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi (Kusmadi, dkk., 1996 dalam Prihatin, 1999).

Di Indonesia, pendekatan yang umum digunakan adalah dari segi Pendekatan Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double Counting/Multiple Counting). Hal tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang menghasilkannya.


(38)

atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar. Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun.

Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya harga-harga. Oleh karena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan harga (inflasi/deflasi).

Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan.

Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi berbagai sektor.

Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi


(39)

menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri, perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.

2.6. Pengembangan Sektor dan Komoditi Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Daerah

Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan

daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi

sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi (Arsyad, 1999).

Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.

Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat


(40)

Dan untuk ini diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya yang sangat penting adalah teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001).

Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang


(41)

dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001).

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

Menurut Rachbini (2001) data PDRB merupakan informasi yang sangat

penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di

suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sektor) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan


(42)

dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan Rachbini (2001).

Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang secara perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah (Tarigan, 2005). Sedangkan sektor unggulan menurut Tumenggung (1996) adalah sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki

multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor (Mawardi, 1997).

2.7. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis sektor unggulan daerah sebelumnya antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Supangkat tahun 2002, dengan judul penelitian

“Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan”, dengan menggunakan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi peningkatan


(43)

pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.

2. Marhayanie (2003), dalam tesisnya “Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota Medan”. Variabel yang diteliti kontribusi per

sektor dengan metode analisis linkage, menyimpulkan bahwa analisis angka

pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam perencanaan pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada total PDRB Kota Medan pada tahun 2000 adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel, yaitu sebesar 29,76%, sedangkan sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan galian sebesar 0,01%. Hasil analisis linkage dengan Tabel I-O tahun 2000, sektor bangunan memiliki backward linkage terbesar yaitu 2,22 dan yang terkecil sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan sebesar 1,37, sedangkan sktor yang memiliki forward linkage terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 3,80 dan yang terkecil sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,07.

3. Amir dan Riphat tahun 2005, dalam penelitian “Analisis Sektor Unggulan untuk

Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur menggunakan Tabel Input-Output

1994 dan 2000”. Variabel penelitian yang diteliti adalah berbagai sektor unggulan (key sector) dalam perekonomian Jawa Timur pada tahun 1995 – 2000, dengan menggunakan analisis input-output yang telah banyak digunakan untuk menganalisis sektor unggulan, yang biasanya dilihat menggunakan angka


(44)

perekonomian. Tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian akan diukur dengan menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor lainnya sebagai penjumlahan atas angka Daya Penyebaran (Backward Linkage) dan Daya Kepekaan (Forward Linkage). Hasil penelitian menunjukkan selama periode penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses industrialisasi. Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral (pure total linkage) direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri (industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau), pusat perdagangan, dan pusat pertanian.

4. Sukatendel (2007) dalam tesisnya “Analisis Keterkaitan Alokasi Anggaran dan

Sektor Unggulan Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Daerah di Kabupaten Bogor”, dengan varibel penelitian yang diteliti adalah : sektor unggulan, potensi dan pengembangan sektor unggulan, dan alokasi anggaran untuk sektor unggulan di Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan adalah analisis input-output, analisis kewilayahan, analisis kelembagaan alokasi anggaran dan pembuatan peta tematik. Hasil penelitian menunjukkan sektor unggulan di Kabupaten Bogor adalah industri pengolahan, perdagangan, bangunan dan pertanian tanaman pangan. Sektor unggulan seperti industri


(45)

pengolahan dan perdagangan lokasinya memusat di wilayah utara Bogor Bagian Tengah dan Bogor Bagian Timur. Sedangkan sektor unggulan tanaman bahan makanan (pertanian) sebagian besar berlokasi di Bogor Bagian Barat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan anggaran pembangunan Kabupaten Bogor untuk sektor unggulan masih sangat kurang (tidak ada keterkaitan) kecuali untuk sektor Bangunan. Namun untuk sektor unggulan seperti industri pengolahan dan perdagangan sebenarnya tidak perlu didukung oleh anggaran pembangunan yang besar karena akan mengakibatkan semakin besarnya ketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten Bogor. Sedangkan sektor unggulan tanaman bahan makanan masih perlu didukung oleh anggaran pembangunan yang besar agar sektor tersebut bisa semakin berkembang sehingga diharapkan dapat mengatasi ketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten Bogor.

2.8. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut, maka pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan


(46)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor. Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah.

Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:

1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor

Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor relative tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian daerah yang menjadi referensi.


(47)

2. Sektor Basis dan Non basis

Kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.

3. Perubahan dan Pergeseran Sektor

Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sector-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya.


(48)

keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan dalam kegiatan perekonomian. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan pembangunan suatu daerah.

Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sector ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan.

Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa.

Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sektor unggulan yang diperoleh melalui analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di masa mendatang dalam pengembangan wilayah.

Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan dalam Gambar 2.1.


(49)

Kabupaten Serdang Bedagai

Klasisifikasi Pertumbuhan Sektor

Sektor Basis dan Non Basis

Penentuan Sektor Unggulan

Perubahan dan Pergeseran Sektor Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Perekonomian Wilayah

Pengembangan

Wil h

Komoditi Unggulan


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Pertimbangan penelitian dilaksanakan di Kapubaten Serdang Bedagai disebabkan Kabupaten tersebut merupakan daerah pemekaran Kabupaten dari Kabupaten induk Kabupaten Deli Serdang dan menentukan sektor-sektor unggulan sehingga dapat digunakan sebagai informasi dan dapat diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, antara lain:

1. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara periode

2005-2009, data ini digunakan untuk analisis klasifikasi pertumbuhan sektor, analisis sektor basis dan non basis, dan analisis perubahan dan pergeseran sektor ekonomi. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara.

2. Data sekunder lainnya yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini, seperti

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara.


(51)

3.3. Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu:

1. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan

sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran

sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

3.3.1. Analisis Tipologi Klassen

Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai dengan memperhatikan sektor perekonomian Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah referensi.

Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008) :


(52)

PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam

PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut

terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski > sk.

2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sektor) (Kuadran II). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)

yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski >

sk.

3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski < sk.

4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini

merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang


(53)

yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap

PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si

< s dan ski < sk.

Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagaimana tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen

Kuadran I Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh dengan Sektor maju tapi tertekan

pesat (developed sector) (Stagnant sector)

si > s dan ski > sk si < s dan ski > sk

Kuadran III Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat Sektor relatif tertinggal

berkembang (developing sector) (underdeveloped sector)

si > s dan ski < sk si < s dan ski < sk

Sumber: Sjafrizal, 2008

3.3.2. Analisis Location Quotient (LQ)

Untuk menentukan sektor basis dan non basis di Kabupaten Serdang Bedagai digunakan metode analisis Location Quotient (LQ). Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan dari PDRB Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi pemacu pertumbuhan. Metode LQ digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian.


(54)

dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ menggunakan metode yang mengacu pada formula yang dikemukakan oleh Bendavid-Val dalam Kuncoro (2004) dan Tarigan (2007) sebagai berikut:

Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai : Si/S

LQ = --- Ni/N Keterangan:

LQ : Nilai Location Quotient

Si : PDRB Sektor i di Kabupaten Serdang Bedagai S : PDRB total di Kabupaten Serdang Bedagai Ni : PDRB Sektor i di Provinsi Sumatera Utara N : PDRB total di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh, yaitu:

1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten Serdang Bedagai adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.

2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten Serdang Bedagai lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.


(55)

3. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten Serdang Bedagai lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.

Apabila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai. Sebaliknya apabila nilai LQ<1, maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai.

Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) ini adalah PDRB Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara tahun 2005-2009 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.

3.3.3. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis)

Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui

pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh dibawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya.

Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam Analisis menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian


(56)

nasional. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar.

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu dengan yang lainnya (Arsyad 1999; Tarigan, 2007)), yaitu:

Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis:

a) perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan

pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

b) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif,

pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan.

c) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam menentukan

seberapa jauh daya saing sektor-sektor daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadika acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu sektor adalah positif, maka sektor tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada sektor yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Rumus dari analisis Shift Share adalah sebagai berikut (Tarigan, 2007) :

Δ E r = E r, t – E r, t-n

Artinya, pertambahan lapangan kerja regional adalah banyaknya lapangan kerja pada tahun akhir (t) dikurangi dengan jumlah lapangan kerja pada tahun awal (t – n).


(57)

Persamaan di atas berlaku untuk total lapangan kerja di wilayah tersebut. Hal ini dapat juga dilihat secara per sector sebagai berikut.

Δ E r, i = E r, i, t – E r, i, t-n

Artinya, pertambahan lapangan kerja regional sektor i adalah jumlah lapangan kerja sektor i pada tahun akhir (t) dikurangi dengan lapangan kerja sektor i pada tahun awal (t - n).

Pertambahan lapangan kerja regional sektor i ini dapat diperinci atas pengaruh dari National Share, Proportional Shift, dan Differential Shift. Dalam notasi aljabar hal itu adalah :

Δ E r, i, t = (Ns i + P r, i + D r, i)

Peranan National Share (Nsi) adalah seandainya pertambahan lapangan kerja

regional sektor i tersebut sama dengan proporsi pertambahan lapangan kerja nasional secara rata-rata. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.

Ns i, t = E r, i, t-n (E N, t / E N, t-n) – E r, i, t-n

Proportional shift adalah melihat pengaruh sektor i secara nasional terhadap pertumbuhan lapangan kerja sektor i pada region yang dianalisis. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.

P r, i, t = {(E N, i, t / E N, i, t-n) - (E N, t / E N, t-n)} x E r, i, t-n

Differential shift (D r, i) menggambarkan penyimpangan antara pertumbuhan sektor i di wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.


(58)

Dimana :

Δ = pertambahan, angka akhir tahun (tahun t) dikurangi dengan angka awal

(tahun t – n)

N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya

r = region atau wilayah analisis

E = Employment atau banyaknya lapangan kerja

i = sektor industri

t = tahun

t-n = tahun awal

Ns = National share

P = Proportional shift

D = Differential shift

3.4. Definisi dan Batasan Variabel Operasional

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan definisi operasional sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) daerah yang diteliti yang dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi (sembilan) kelompok lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini PDRB di hitung berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu harga-harga yang berlaku


(59)

pada tahun dasar yang dipilih yakni tahun dasar 2000, perhitungan dari harga konstan dipilih karena dalam hal ini sudah dibersihkan dari unsur inflasi.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross value

added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan.

3. Sektor-sektor ekonomi, yaitu sektor pembentuk angka PDRB yang berperan

dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi, yang mencakup 9 (sembilan) sektor utama.

4. Pendekatan Model Basis Ekonomi, merupakan suatu pendekatan yang membagi

perekonomian menjadi dua sektor yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan bukan basis.

5. Kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor

barang-barang dan jasa-jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian masyarakat bersangkutan, atau yang memasarkan barang-barang dan jasa-jasa mereka kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat.

6. Kegiatan-kegiatan bukan basis (non basic activities) adalah kegiatan kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang-barang, jadi luas lingkup produksi mereka dan daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal.


(60)

7. Sektor Unggulan (leading sektor) adalah sektor yang memiliki peranan (share) relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah (PDRB).

8. Komoditi unggulan adalah tanaman-tanaman yang memiliki peranan relatif besar


(1)

Lampiran 9. Komoditi Tanaman Bahan Pangan Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009

Komoditi Tanaman Bahan Pangan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 (Ton)

No Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Padi 346985 340858 246019 349866 357172

2 Jagung 24572 17046 21033 39134 32508

3 K.Kedelai 3468 643 234 1922 2415

4 K.Tanah 932 298 377 411 337

5 K.Hijau 1008 518 227 1059 269

6 Ubi Kayu 106593 133793 96726 155389 111066

7 Ubi Jalar 6328 4007 2184 2306 1890

Jumlah 489886 497163 366800 550087 505657

Komoditi Tanaman Bahan Pangan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (Ton)

No Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Padi 3447393 3007636 3465834 3340794 3527899

2 Jagung 735456 682042 804850 1098969 1166548

3 K.Kedelai 15793 7042 4345 11647 14206

4 K.Tanah 21042 20119 20329 19316 16771

5 K.Hijau 8098 6537 4855 5493 4426

6 Ubi Kayu 509796 452450 438573 736771 1007284 7 Ubi Jalar 115728 102712 141499 114187 140138 Jumlah 4853306 4278538 4880285 5327177 5877272 Hasil Analisis LQ Tanaman Bahan Pangan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009

No Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1 Padi 0.9972 0.9753 0.9444 1.0142 1.1767 1.0216 2 Jagung 0.3310 0.2151 0.3477 0.3449 0.3239 0.3125 3 K.Kedelai 2.1755 0.7858 0.7165 1.5981 1.9759 1.4504 4 K.Tanah 0.4388 0.1275 0.2467 0.2061 0.2336 0.2505 5 K.Hijau 1.2332 0.6819 0.6221 1.8670 0.7064 1.0221 6 Ubi Kayu 2.0715 2.5448 2.9344 2.0425 1.2816 2.1749 7 Ubi Jalar 0.5417 0.3357 0.2054 0.1956 0.1568 0.2870


(2)

Lampiran 10. Komoditi Tanaman Sayur-sayuran Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009

Komoditi Tanaman Sayur-sayuran Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 (Ton)

No Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Cabai Merah 1729 537 537 651 828

2 Kacang Panjang 1661 843 843 446 883

3 Sawi 2520 3581 3581 3774 5372

4 Tomat 0 0 0 41 332

5 Bayam 610 413 413 734 1300

6 Timun 7297 4151 4151 2688 4281

7 Terong 6583 2878 2878 2955 5840

Jumlah 20400 12403 12403 11289 18836

Komoditi Tanaman Sayur-sayuran Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (Ton)

Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Cabai Merah 106432 117591 112843 136415 154799 2 Kacang Panjang 43019 44386 46812 41991 34627

3 Sawi 80583 73008 75111 77147 63911

4 Tomat 86829 88275 76699 69134 90147

5 Bayam 3169 8996 9042 11578 13704

6 Timun 45421 55703 58000 45267 39767

7 Terong 30985 35124 39861 34391 35009

Jumlah 396438 423083 418368 415923 431964

Hasil Analisis LQ Tanaman Sayur-sayuran Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009

No

Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

Rata-rata 1 Cabai Merah 0.3157 0.1558 0.1605 0.1758 0.1227 0.1861 2 Kacang Panjang 0.7503 0.6479 0.6074 0.3913 0.5848 0.5964

3 Sawi 0.6077 1.6731 1.6082 1.8024 1.9276 1.5238

4 Tomat 0.0000 0.0000 0.0000 0.0218 0.0845 0.0213

5 Bayam 3.7407 1.5660 1.5407 2.3357 2.1755 2.2717

6 Timun 3.1220 2.5420 2.4141 2.1878 2.4688 2.5469


(3)

Lampiran 11. Komoditi Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009

Komoditi Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 (Ton)

No Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Alpukat 196.5 248.8 248.8 128.5 221

2 Jeruk 243 290.5 290.5 217.1 272

3 Mangga 3312.3 3991.6 3991.6 3258.7 2690

4 Rambutan 4400.2 5864.9 5864.9 2188.5 5339

5 Duku/Langsat 455.5 452.2 452.2 338.7 212.8

6 Durian 4319.2 3766.3 3766.3 3175.1 9252

7 Jambu Biji 1259.2 979.8 979.8 1093 932

8 Sawo 394.6 374.3 374.3 341.1 39

9 Pepaya 275.6 454.3 454.3 446.1 366

10 Pisang 22758.6 19332.7 19332.7 38432.4 53497

11 Nenas 17.1 15.7 15.7 16.4 24

12 Salak 221.5 423.2 423.2 256.5 233

13 Manggis 589.5 767.4 767.4 452.5 734

14 Nangka/Cempedak 8418.6 6618.8 6618.8 5325.8 4774

15 Sirsak 55.9 71.6 71.6 22.3 28

Jumlah 46917.3 43652.1 43652.1 55692.7 8332.8

Komoditi Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 (Ton)

No Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Alpukat 6394 6735 6808 9093 7481

2 Jeruk 586578 714450 864778 679073 728796

3 Mangga 13292 31473 34349 27402 21971

4 Rambutan 28726 38612 48706 67639 60153

5 Duku/Langsat 8152 9154 9157 15986 15526

6 Durian 110751 125742 136940 128803 102580

7 Jambu Biji 14788 13782 15660 22782 24682

8 Sawo 6243 10608 11894 10721 13833

9 Pepaya 26264 19600 22154 23287 27659

10 Pisang 184523 207832 211974 233124 335790

11 Nenas 144000 130451 123776 144266 134077

12 Salak 243558 248410 247406 229911 259103

13 Manggis 7971 6783 8613 9387 9957

14 Nangka/Cempedak 19498 24801 22485 24008 19401


(4)

Jumlah 1401852 1589483 1765957 1626805 1762089 88

Hasil Analisis LQ Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009

No

Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

Rata-rata 1 Alpukat 0.9182 1.3451 1.4784 0.4128 0.6247 0.9559

2 Jeruk 0.0124 0.0148 0.0136 0.0093 0.0789 0.0258

3 Mangga 7.4458 4.6181 4.7012 3.4738 2.5890 4.5656 4 Rambutan 4.5768 5.5308 4.8714 0.9451 1.8769 3.5602 5 Duku/Langsat 1.6695 1.7987 1.9978 0.6189 2.8983 1.7967 6 Durian 1.1653 1.0906 1.1127 0.7201 1.9073 1.1992 7 Jambu Biji 2.5442 2.5887 2.5312 1.4014 0.7985 1.9728

8 Sawo 1.8886 1.2848 1.2731 0.9294 0.5962 1.1944

9 Pepaya 0.3135 0.8440 0.8296 0.5596 0.2798 0.5653 10 Pisang 3.6852 3.3871 3.6896 4.8156 3.3690 3.7893 11 Nenas 0.0035 0.0044 0.0051 0.0033 0.0038 0.0040 12 Salak 0.0272 0.0620 0.0692 0.0326 0.0190 0.0420 13 Manggis 2.2097 4.1196 3.6045 1.4081 1.5589 2.5801 14 Nangka/Cempedak 12.9009 9.7176 11.9086 6.4799 5.2035 9.2421 15 Sirsak 1.4993 2.4830 2.3044 0.4924 0.5482 1.4655


(5)

Lampiran 12. Komoditi Tanaman Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009

Komoditi Tanaman Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 (Ton)

No Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Karet 5708.21 7606.18 9461.00 9760.90 9280.80

2 Kelapa Sawit 96504.45 97244.18 123774.00 152724.81 148815.38

3 Kelapa 2425.51 2273.50 2873.00 2446.70 2314.45

4 Coklat 703.50 643.05 915.00 1223.78 1178.99

5 Kemiri 0.00 0.00 89.00 92.36 86.03

6 Pala 0.00 0.00 0.30 0.32 0.33

7 Aren 0.00 0.00 0.18 4.26 9.71

8 Pinang 0.00 0.00 278 306.55 301.15

Jumlah 105341.67 107766.91 137390.48 166559.68 161986.84 Komoditi Tanaman Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (Ton)

No Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Karet 211080.87 220633.82 233793.06 244404.73 220650.70 2 Kelapa

Sawit 4167262.98 4486478.73 4647609.24 5070760.73 1119487.37 3 Kelapa 97152.88 99424.28 78482.97 96823.50 93087.64 4 Coklat 30290.35 32781.38 35313.82 36042.11 38294.11 5 Kemiri 14688.54 13330.32 13240.29 13305.40 12358.83

6 Pala 30.50 34.42 34.75 29.76 22.04

7 Aren 2379.27 3138.44 3370.35 3066.14 3115.05

8 Pinang 2160.66 2668.24 3086.94 2783.76 3938.48

Jumlah 4525046.05 4858489.63 5014931.42 5467216.13 1490954.22 Hasil Analisis LQ Tanaman Perkebunan Kabupaten Serdang Bedaia Tahun 2005-2009

No

Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

Rata-rata

1 Karet 1.1616 1.5542 1.4771 1.3109 0.3871 1.1782

2 Kelapa Sawit 0.9948 0.9772 0.9721 0.9886 1.2235 1.0312 3 Kelapa 1.0724 1.0309 1.3362 0.8295 0.2288 0.8996 4 Coklat 0.9977 0.8844 0.9458 1.1145 0.2834 0.8451 5 Kemiri 0.0000 0.0000 0.2454 0.2279 0.0641 0.1075

6 Pala 0.0000 0.0000 0.3151 0.3530 0.1378 0.1612

7 Aren 0.0000 0.0000 0.0019 0.0456 0.0287 0.0152


(6)

Lampiran 13. Komoditi Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009

Komoditi Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 (Ekor)

No Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Sapi 8334 15577 25724 25296 34239

2 Kerbau 6184 1299 1106 527 1413

3 Sapi Perah 209 299 377 30 55

4 Kambing 48170 67362 64077 87515 54527

5 Domba 9735 17501 22066 13972 24005

6 Babi 25859 30606 20457 12367 19093

7 Ayam 1213973 1538431 1086065 969932 1146334

8 Itik 581305 595500 255000 307858 172531

Jumlah 1.893.769 2.266.575 1.474.872 1.417.497 1.452.197 Komoditi Peternakan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (Ekor)

N

o Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

1 Sapi 250465 251488 384577 388240 394063

2 Kerbau 259672 261794 189167 155341 156210

3 Sapi Perah 6521 6526 2093 2290 2301

4 Kambing 640500 643860 759965 618394 619941

5 Domba 271314 275844 287021 268291 268479

6 Babi 809705 822790 802776 733864 734043

7 Ayam 21280380 20153175 16342700 11349742 11417842

8 Itik 1994803 2204287 3537444 2908280 2184851

Jumlah

25.513.36 0

24.619.76 4

22.305.74 3

16.424.44 2

15.777.73 0 Hasil Analisis LQ Komoditi Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 No

Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

Rata-rata

1 Sapi 0.4483 0.6728 1.0116 0.7550 0.9440 0.7663

2 Kerbau 0.3208 0.0539 0.0884 0.0393 0.0983 0.1201

3 Sapi Perah 0.4318 0.4977 2.7242 0.1518 0.2597 0.8130 4 Kambing 1.0132 1.1364 1.2752 1.6398 0.9556 1.2040

5 Domba 0.4834 0.6891 1.1627 0.6034 0.9714 0.7820

6 Babi 0.4303 0.4040 0.3854 0.1953 0.2826 0.3395

7 Ayam 0.7685 0.8292 1.0051 0.9902 1.0908 0.9368