ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (STUDI KASUS KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2010 – 2014)

(1)

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

(Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 – 2014)

LEADING SECTOR BASED ANALYSIS OF REGIONAL DEVELOPMENT AND ITS SRATEGY

(Case Study of Ogan Komering Ulu Regency, Period 2010 – 2014)

Oleh

WAFIYULLOH MUBARROK 20120430094

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

LEADING SECTOR BASED ANALYSIS OF REGIONAL DEVELOPMENT AND ITS SRATEGY

(Case Study of Ogan Komering Ulu Regency, Period 2010 – 2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

WAFIYULLOH MUBARROK 20120430094

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii SKRIPSI

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

(Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 – 2014)

LEADING SECTOR BASED ANALYSIS OF REGIONAL DEVELOPMENT AND ITS SRATEGY

(Case Study of Ogan Komering Ulu Regency, Period 2010 – 2014)

Diajukan oleh

WAFIYULLOH MUBARROK 20120430094

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Dr. Nano Prawoto, SE.,M.Si. Tanggal 17 Juni 2016


(4)

iii

(Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 – 2014) LEADING SECTOR BASED ANALYSIS OF REGIONAL DEVELOPMENT

AND ITS SRATEGY

(Case Study of Ogan Komering Ulu Regency, Period 2010 – 2014) Diajukan oleh

WAFIYULLOH MUBARROK 20120430094

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 26 Juli 2016

Yang terdiri dari

Dr. Masyhudi Muqorobin, SE.,Akt.,M.Ec Ketua Tim Penguji

Dr. Imamudin Yuliadi, SE.,M.Si. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. NIK. 143.016


(5)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Wafiyulloh Mubarrok Nomor Mahasiswa : 20120430094

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA ( Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 – 2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 17 Juni 2016


(6)

v

baik, mereka itu adalah sebaik – baik makhluk. (QS Al-Bayyinah:7)

Dalam hidup nyata dan dalam perjuangan yang tak mudah, kita bukan tokoh dongeng dan mitos yang gagah berani dan penuh sifat kepahlawanan. Kita yang bukan tokoh mitos, yang punya anak, istri, dan keluarga mengenal rasa takut. Meskipun takut, kita jalan terus, berani melompati pagar batas ketakutan tadi, mungkin disitu harga diri kita ditetapkan. (Gus Dur)

Dalam hidup ini gunakan dua cermin : satu untuk melihat kekuranganmu dan satu lagi untuk melihat kelebihan orang lain. (Gus Mus)


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Ibunda dan Alm. Ayahanda tercinta.

2. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Dosen – dosen Program Studi Ilmu Ekonomi UMY.


(8)

vii

Ulu pada tahun 2010 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Shift Share, analisis Location Quotient, analisis Overlay, analisis Klassen Typology dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan meningkatkan daya saing perekonomian daerah.

Kata kunci : PDRB, Location Quotient, Shift Share, Overlay, MRP, Klassen Typology, SWOT.


(9)

viii

ABSTRACT

This research aims to analyze the leading sectors in the Regency of Ogan Komering Ulu. The analysis is done by comparing the GDP on the basis of Constant Prices of Ogan Komering Ulu in 2010 and GDRP on the basis of Constant Prices of South Sumatra Province in 2010. The used model is the Analysis Model of the Growth Ratio (MRP), analysis of Shift Share, analysis of Location Quotient (LQ), analysis of Overlay, analysis of Klassen Typology and SWOT analysis.

Based on the result of the SWOT analysis, the policy strategy of sector development which needs to be taken is to increase the economy of the region throght potential sector base, improve the quality of education and health services, improve the quality of public facilities and infrastructure and increase the competitiveness of the economy of the region.

Keywords : GDRP, Location Quotient, Shift Share, Overlay, MRP, Klassen Typology, SWOT.


(10)

ix

kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan dan Strategi Pengembangannya (Studi kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 –

2014)”. Shalawat dan salam senantiasa ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak – pihak terkait dalam memajukan sektor basis daerah.

Penyelesaian penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada :

1. Dr. Nano Prawoto, SE.,M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan kemudahan dalam penulisan.

2. Seluruh dosen program studi dan staf prodi Ilmu Ekonomi: Dr. Imamudin Yuliadi, SE.,M.Si., Dr. Masyhudi Muqorobin, SE.,Akt.,M.Ec., Dr. Lilies Setiartiti, Ayif Faturrahman, M.Si, Agus Tri Basuki, SE.,M.Si, Dimas Bagus W (kandidat Dr), dan dosen – dosen lain, Pak Umar, Pak Sahlan, yang telah memberikan bekal luar biasa.


(11)

x

3. Ibunda Jamiati dan Ayahanda Munir Thamrin (Alm) tercinta yang ikhlas merawat dan membesarkan dengan kasih sayang hingga detik ini

4. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam, khususnya Kepengurusan HMI Komisariat FE UMY Periode 1436-1437 H / 2015-2016 M. (Gilang, Luki, Rica, Dian, Anggi, Adiba, Donna, Junando, Bayu, Shiddiqi, Teguh. Jeje), dkk dan senior sekaligus mentor Muhibbuddin Ahmad AM, yang telah menemani dan berjuang bersama – sama.

5. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIE) UMY, (Fadly, Endah, Malik, Adilah, Nadia, Fitra, Weni, Haryadi, Yusuf Jr, Diyah, Ida, Wida, Thomi, Adin), dkk.

6. Keluarga Besar Generasi Bakti Negeri yang luar biasa. 7. Keluarga Besar BEM FE UMY 2012-2013 M.

8. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga skripsi ini selesai.

Sebagai penutup, dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 17 Juni 2016


(12)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Pembangunan Ekonomi ... 10


(13)

xii

3. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 15

4. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ... 18

5. Pengembangan Sektor Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Daerah ... 20

B. Penelitian Terdahulu ... 21

C. Model Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A. Obyek Penelitian ... 32

B. Jenis Data ... 32

C. Sumber Data ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

F. Metode Analisis Data ... 36

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 49

A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam ... 49

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 53

C. Perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 55

D. Pendidikan dan Kesehatan ... 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Analisis Model Rasio Pertumbuhan ... 62

B. Analisis Shift Share ... 65

C. Analisis Location Quotient ... 91


(14)

xiii

A. Simpulan ... 108 B. Saran ... 111 C. Keterbatasan Penelitian ... 112 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Penelitian Terdahulu ... 27

3.1 Klasifikasi sektor PDRB menurut Klassen Typology ... 46

3.2 Matrik SWOT ... 48

4.1 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Kegiatan Utama ... 54

4.2 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 55

4.3 Indikator Pendidikan Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 58

4.4 Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi di Kabupaten Ogan Komering Ulu 59 4.5 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 60

5.1 Hasil Penghitungan MRP ... 63

5.2 Hasil Penghitungan Shift Share ... 66

5.3 Hasil Penghitungan Indeks Location Quotient ... 92

5.4 Hasil Penghitungan Overlay ... 95

5.5 Klasifikasi Sektor PDRB Berdasarkan Klassen Typology ... 98


(16)

xv

1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi kabupaten Ogan Komering Ulu ... 5

1.3 Perbandingan PDRB Kabupaten/Kota se Sumatera Selatan ... 6

2.1 Kurva Productiont Possibility Frontier ... 11

2.2 Skema Kerangka Pemikiran ... 31

4.1 Peta Wilayah Provinsi Sumatera Selatan ... 49


(17)

(18)

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Shift Share, analisis Location Quotient, analisis Overlay, analisis Klassen Typology dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan meningkatkan daya saing perekonomian daerah.


(19)

ABSTRACT

This research aims to analyze the leading sectors in the Regency of Ogan Komering Ulu. The analysis is done by comparing the GDP on the basis of Constant Prices of Ogan Komering Ulu in 2010 and GDRP on the basis of Constant Prices of South Sumatra Province in 2010. The used model is the Analysis Model of the Growth Ratio (MRP), analysis of Shift Share, analysis of Location Quotient (LQ), analysis of Overlay, analysis of Klassen Typology and SWOT analysis.

Based on the result of the SWOT analysis, the policy strategy of sector development which needs to be taken is to increase the economy of the region throght potential sector base, improve the quality of education and health services, improve the quality of public facilities and infrastructure and increase the competitiveness of the economy of the region.


(20)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan satu kesatuan dengan pembangunan regional (daerah). Pembangunan nasional memiliki tujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata termasuk pemerataan hasil pembangunan maupun pendapatan antar daerah. Pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan dengan potensi dan karakteristik yang dimiliki masing – masing daerah, namun untuk mencapai sasaran yang diinginkan bukanlah pekerjaan yang mudah.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah salah satu tujuan dari pembangunan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga harus disertai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Ukuran ekonomi di daerah (provinsi atau kabupaten) menggunakan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam periode tertentu.

Untuk dapat melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi pada suatu negara, salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan keadaan dimana kegiatan perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat digunakan sebagai penentu arah pembangunan di masa yang akan datang.


(21)

2

Pada dasarnya upaya pembangunan daerah memiliki tujuan meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja yang dapat diakses oleh masyarakat di daerah. Dalam menempuh upaya tersebut, pemerintah dan masyarakat secara bersama – sama harus memiliki inisiatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pemerintah daerah harus mampu meningkatkan partisipasi masyarakat serta dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki mampu merancang sebuah strategi pembangunan perekonomian daerah.

Menurut Lincolin Arsyad (1999), penelitian yang mendalam tentang keadaan tiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan. Perbedaan yang terdapat pada masing – masing daerah akan membawa dampak pembangunan dengan corak yang berbeda pula. Selain itu, pembangunan yang berhasil pada suatu daerah belum tentu memberikan manfaat yang sama pada daerah lain. Kebijakan dalam pembangunan suatu daerah harus memperhatikan kondisi yang berkaitan dengan masalah, kebutuhan, dan potensi dari daerah yang bersangkutan.

Otonomi daerah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengefektifkan pembangunan daerah. Otonomi daerah memberikan output

daerah – daerah otonom yang mampu berkembang menyesuaikan kondisi yang dimiliki. Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang – Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah bentuk dukungan dari pemerintah terhadap perkembangan pembangunan perekonomian daerah.


(22)

Undang – Undang tersebut merupakan landasan bagi daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri dengan lebih mengandalkan potensi yang dimiliki daerah. Undang – Undang ini juga memberikan peranan yang lebih luas kepada pemerintah daerah untuk merancang pembangunan daerah yang sesuai dengan keinginan masyarakat sekitar.

Peranan pemerintah daerah semenjak diberlakukannya otonomi daerah menjadi semakin besar. Peranan tersebut diikuti pula dengan tantangan dan tuntutan untuk dapat membangunan daerah sesuai dengan corak daerah. Konsekuensi dari diberlakukannya otonomi daerah tersebut adalah pemerintah daerah harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat sekaligus menjalankan roda pemerintahan untuk mencapai pembangunan yang diinginkan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari kemajuan perekonomian suatu daerah. Indikator tersebut adalah pertumbuhan ekonomi secara agregat yang dapat dihitung melalui Produk Domestik Regional Bruto PDRB rata – rata yang tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Hal tersebut menunjukkan apabila suatu sektor memiliki kontribusi besar dan pertumbuhannya sangat lamban maka dapat menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara agregatif. Hal yang sebaliknya, apabila suatu sektor memiliki kontribusi yang besar terhadap totalitas pembangunan serta diikuti pertumbuhan yang cepat maka dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Analisis terhadap PDRB digunakan


(23)

4

sebagai alat ukur kontribusi yang menunjukkan kemampuan sumber daya yang dihasilkan oleh daerah.

Provinsi Sumatera Selatan memiliki karakteristik spesifikasi perekonomian yang dibangun dengan mengandalkan sektor pertambangan dan penggalian sebagai leading sektor. Hal tersebut tercermin dari besarnya sumbangan sektor pertambangan dan penggalian yang diwakili oleh pertambangan minyak, gas, dan panas bumi terhadap PDRB Sumatera Selatan.

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

GAMBAR 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Tahun 2011 – 2014 (persen)

Gambar 1.1 diatas menunjukkan selama tahun 2011 hingga 2014, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan sebesar 6,36 persen, kemudian meningkat pada tahun 2012 menjadi sebesar 6,83 persen.

2011 2012 2013 2014

Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera

Selatan

6.36 6.83 5.4 4.68

0 1 2 3 4 5 6 7 8


(24)

Selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi sebesar 5,4 persen dan tercatat pada tahun 2014 menjadi sebesar 4,68 persen.

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, memiliki luas wilayah 2.772,56 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 344.932 jiwa pada tahun 2014. Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan, dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Sumber : BPS Kab. Ogan Komering Ulu

GAMBAR 1.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2011 – 2014 (persen)

Jika diperhatikan selama periode 2011 hingga 2014, siklus ekonomi di Kabupaten Ogan Komering Ulu secara agregat cenderung mengalami penurunan. Perekonomian Ogan Komering Ulu pada tahun 2014 mengalami perlambatan dibanding pertumbuhan tahun – tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2014 mencapai

0 2 4 6

2011 2012 2013 2014

Laju pertumbuhan ekonomi


(25)

6

3,57 persen, sedangkan tahun 2013 sebesar 4,34 persen. Menurunnya pertumbuhan tersebut disebabkan menurunnya sumbangan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian.

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

GAMBAR 1.3

Perbandingan PDRB Kabupaten/Kota se Sumatera Selatan Tahun 2014 (miliar rupiah)

Gambar 1.3 menunjukkan jika ditinjau dari segi nilai PDRB dan andil terhadap pembentukan PDRB Sumatera Selatan, dapat digambarkan perbandingan besaran PDRB Kabupaten/Kota se Sumatera Selatan dimulai dari kontribusi yang terbesar yaitu Kota Palembang sebesar 78.173.101,40 juta rupiah sampai dengan yang terendah yaitu Kabupaten Empat Lawang sebesar 2.836.434 juta rupiah. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Kabupaten Pagar Alam tidak dimasukkan karena terbatasnya data penelitian yang belum dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten tersebut. 78173101.4 38459915.8 29383405 15902596 15380589 10516459 10327901 7970836 5868608 4682457 4498085 4097008 3549746 3338811 2836454 Palembang Musi banyuasin Muara Enim Ogan Komering Ilir Banyuasin Musi Rawas Lahat Ogan Komering Ulu Ogan Ilir Musi Rawas Utara Ogan Komering Ulu Selatan Prabumulih Penukal Abab Lematang Ilir Lubuk Linggau Empat Lawang


(26)

Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan daerah yang potensial untuk lebih dikembangkan dengan sektor – sektor unggulan yang menunjang, sangat diharapkan dengan adanya otonomi daerah ini akan tercapai otonomi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang baik pemerintah daerah dengan masyarakat untuk menggali potensi dan pengelolaan sumber – sumber pendapatan yang ada agar dapat meningkatkan perekonomian wilayah tersebut.

Selain penjelasan diatas, yang melatarbelakangi penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat sehingga membutuhkan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi. Pemenuhan ekonomi yang ingin dicapai harus berorientasi pada penambahan pendapatan. Konsekuensi dari penambahan pendapatan tersebut adalah pemerintah daerah harus mampu memfokuskan pengembangan pada sektor – sektor potensial yang memiliki dampak pengganda yang besar terhadap sektor – sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menarik untuk dilakukan

penelitian mengenai “Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor

Unggulan dan Strategi Pengembangannya : Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 –2014”.


(27)

8

B. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini, mengingat ruang lingkup pembangunan ekonomi daerah yang luas maka penelitian ini mengkaji sektor – sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan pendekatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2010 sampai dengan 2014.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut :

1. Sektor apakah yang memiliki potensi sebagai sektor basis serta yang memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing dan spesifikasi dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ), Shift Share,

Overlay serta Model Ratio Pertumbuhan (MRP)?

2. Sektor manakah yang dapat digunakan untuk memacu pengembangan pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis Klassen Typology? 3. Bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan

untuk pembangunan wilayah dengan bantuan analisis SWOT?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal – hal sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sektor yang memiliki potensi sebagai sektor basis serta yang memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing dan


(28)

spesifikasi dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ), Shift

Share, Overlay serta Model Ratio Pertumbuhan (MRP).

2. Untuk mengetahui sektor yang dapat digunakan untuk memacu pengembangan pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis

Klassen Typology.

3. Untuk mengetahui strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan bantuan analisis SWOT.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan dan implementasi teori – teori yang diterima pada saat kuliah di lapangan. 2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai kondisi perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ulu.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan masukan dalam penentuan kebijakan pemerintah terutama dalam bidang perekonomian.


(29)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Definisi Pembangunan ekonomi menurut Sajogyo (1985) adalah sebagai proses yang menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan (growth) ataupun perubahan (change) dalam kehidupan bersama (organisasi) sosial dan budaya. Hal ini tidak lain merupakan gambaran umum masyarakat luas (society). Sedangkan menurut Sukirno (1981), pembangunan ekonomi adalah perkembangan GDP yang berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan modernisasi dalam struktur ekonomi yang umumnya tradisional.

Menurut Lincolin Arsyad (1996), pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang dan disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Sedangkan menurut Sumitro Djoyohadikusumo (dalam Hudiyanto, 2013) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan alokasi sumber daya produktif (productive resources) diantara kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada


(30)

kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

Todaro dalam penjelasannya tentang pembangunan ekonomi mengklasifikasikan tiga nilai pokok dari pembangunan yaitu :

1) Masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs). 2) Masyarakat semakin variatif dalam memilih.

3) Meningkatkan harga diri masyarakat.

Dalam penelitian Imamudin Yuliadi (2014), pembangunan ekonomi bisa digambarkan melalui pergeseran kurva PPF ke kanan artinya kapasitas perekonomian semakin meningkat sehingga kemampuan memenuhi kebutuhan bagi masyarakat semakin meningkat. Dalam teori ekonomi kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa digambarkan dalam suatu kurva PPF (Production Possibility Frontier) seperti dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Kurva Production Possibility Frontier

Sumbu horisontal menunjukkan kemampuan memproduksi barang-barang industri sedangkan sumbu vertikal menunjukkan kemampuan memproduksi barang-barang pertanian. Kurva PPF menunjukkan kemampuan maksimal perekonomian dalam memproduksi berbagai kombinasi barang-barang

Pertanian

PPF

Industri 0


(31)

12

industri dan pertanian dengan sumber daya ekonomi yang dimiliki. Semakin besar PPF berarti semakin tinggi kemampuan tingkat produksinya dan semakin besar kekayaan negara tersebut. Dengan kemajuan teknologi kurva PPF dapat digeser ke kanan sehingga kapasitas produksinya menjadi semakin besar dan tingkat kesejahteraan masyarakat dapat bertambah baik (Gordon, 1993).

2. Pertumbuhan Ekonomi

Definisi pertumbuhan ekonomi menurut Kuznet (1871) adalah kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Sementara menurut Suryana (2000), kemampuan masyarakat dalam jangka panjang berdasarkan kemajuan teknologi, institusional, dan ideologis yang diperlukan. Terdapat tiga keomponen dalam definisi menurut Suryana tersebut. Pertama adalah kemampuan dalam penyediaan barang, meningkatnya kemampuan tersebut merupakan output dari manivestasi pertumbuhan ekonomi. Kedua, kemajuan teknologi merupakan faktor pertumbuhan ekonomi yang turut menyumbang kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Ketiga, penggunaan teknologi yang tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Menurut Sukirno (1994), faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah sebagai berikut :


(32)

1) Tanah dan kekayaan lain

Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa – masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.

2) Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor – faktor produksi yang tersedia.

3) Barang – barang modal dan tingkat teknologi

Barang – barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang – barang modal yang bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi.

4) Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan

Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi.

Sementara menurut Lincolin Arsyad (1999), faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat adalah :


(33)

14

1) Akumulasi Modal

Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisikal dan sumber daya manusia (human

resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari

pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Pabrik – pabrik, mesin – mesin, peralatan – peralatan, dan barang – barang baru akan meningkatkan stok modal (capital stock) fisikal suatu negara (yaitu jumlah nilai riil bersih dari semua barang – barang modal produktif secara fisikal) sehingga pada gilirannya akan memungkinkan negara tersebut untuk mencapai tingkat output yang lebih besar. Investasi jenis ini diklasifikasikan sebagai investasi di sektor produktif.

Investasi – investasi lainnya yang dikenal dengan sebutan infrastruktur sosial dan ekonomi yaitu jalan raya, listrik, air, sanitasi, dan komunikasi akan mempermudah dan menginvestasikan kegiatan – kegiatan ekonomi. Akumulasi modal akan menambah sumber daya – sumber daya baru (memperbaiki kualitas tanah yang rusak) atau meningkatkan kualitas sumber daya – sumber daya yang ada (irigasi, pupuk, pestisida dan lain – lain), tetapi ciri – cirinya yang utama bahwa investasi itu menyangkut suatu trade off antara konsumsi sekarang atau konsumsi masa yang akan datang memberikan hasil yang sedikit sekarang, tetapi hasilnya akan lebih banyak nanti.


(34)

2) Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan hal – hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor Force) secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja berarti semakin banyak faktor produksi tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik.

3) Kemajuan Teknologi

Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara – cara baru dan cara – cara lama yang diperbaiki dalam melakukan perkerjaan – pekerjaan tradisional, seperti cara menanam padi, membuat pakaian, atau membangun rumah. Ada tiga macam klasifikasi kemajuan teknologi yaitu : netral, hemat tenaga kerja

(labor saving) dan hemat modal (capital saving).

3. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Terdapat beberapa teori tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, antara lain sebagai berikut :

1. Teori Ekonomi Klasik

Menurut teori ini, peranan modal sangat penting bagi pembangunan ekonomi. Penggunan modal tersebut ditekankan untuk meningkatkan


(35)

16

penawaran yang tinggi sehingga meningkatkan permintaan yang tinggi. Namun dalam praktiknya, penawaran tinggi tersebut tidak diikuti dengan permintaan yang tinggi sehingga menyebabkan kelebihan produksi, pengangguran, dan deflasi.

2. Teori Basis Ekonomi

Teori ini dapat memperhitungkan adanya kenyataan bahwa dalam suatu kelompok industri bisa saja terdapat kelompok industri yang menghasilkan barang – barang yang sebagian diekspor dan sebagian lainnya dijual ke pasar lokal. Disamping itu, teori ini juga dapat digunakan sebagai indikasi dampak pengganda (multiplier effect) bagi kegiatan perekonomian suatu wilayah (Ambardi dan Socia, 2002).

Menurut Budhiharsono (2001) ada beberapa metode untuk memilih antara kegiatan basis dan nonbasis, yaitu :

1) Metode Pengukuran Langsung

Metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan – bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. Akan tetapi metode ini menguras biaya, waktu, dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat kelemahan tersebut, maka sebagian besar para ekonom wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung.

2) Metode Pengukuran Tidak Langsung


(36)

a. Metode melalui pendekatan asumsi, biasanya berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan nonbasis.

b. Motode Location Quotient dimana membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah tertentu dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama di wilayah atasnya. Asumsi yang digunakan adalah produktivitas rata – rata/konsumsi rata – rata antar wilayah yang sama. Metode ini memiliki beberapa kebaikan diantaranya adalah metode ini memperhitungkan penjualan barang – barang antara, tidak mahal biayanya dan mudah diterapkan.

c. Metode campuran merupakan penggabungan antara metode asumsi dengan metode Location Quotient.

d. Metode kebutuhan minimum melibatkan sejumlah wilayah yang sama dengan wilayah yang diteliti, dengan menggunakan distribusi minimum dari tenaga regional dan bukan distrribusi rata – rata.

3. Teori Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan langkah yang tepat untuk meminimumkan biaya produksi. Beberapa variabel yang mempengaruhi kualitas suatu lokasi seperti upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, pendidikan, dan pelatihan, kualitas pemerintah daerah dan tanggungjawab serta sanitasi. Namun teori ini memiliki


(37)

18

kelemahan yaitu pengaruh teknologi dan komunikasi modern yang turut mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu.

4. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki tempat yang didukung oleh sejumlah tempat yang menyediakan sumber daya industri dan bahan baku. Teori tempat sentral biasanya diterapkan pada pembangunan daerah, baik daerah pedesaan maupun perkotaan.

5. Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah – daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar mirip teori kausasi kumulatif. Dengan kata lain, kekuatan – kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan daerah – daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibandingkan daerah – daerah lainnya.

6. Teori Model Daya Tarik (Attraction)

Teori model daya tarik adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat atau teori ini disebut juga teori daya tarik industri. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasar terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan insentif.

4. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Dalam penelitian Agus Tri Basuki dan Utari Gayatri, definisi perencanaan pembangunan menurut Conyers & Hill (1994) adalah suatu


(38)

proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan – keputusan atau pilihan – pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Perencanaan ekonomi terdiri atas sederetan fungsi kewenangan masyarakat dalam menggunakan sumber daya ekonomi secara optimal untuk mencapai suatu tatanan yang lebih baik.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan dari suatu daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber – sumber daya swasta secara bertanggungjawab (Kuncoro, 2004). Tujuan perencanaan menurut Hatta adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro, perencanaan pada dasarnya berkaitan dengan dua hal, yaitu pertama adalah penentuan pilihan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Kedua, pilihan – pilihan diantara cara – cara alternatif yang efisien guna mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara – cara tersebut diperlukan kriteria tertentu yang sebelumnya harus dipilih terlebih dahulu.


(39)

20

5. Pengembangan Sektor Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Daerah

Menurut Sambodo dalam Usya (2006), sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah. Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor unggulan tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya :

a. Sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi.

b. Sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar.

c. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang.

d. Sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. Dalam penelitian Nadia (2015), data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu. Dengan bantuan PDRB maka dapat ditemukan sektor unggulan di suatu wilayah. Sektor unggulan adalah sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor, dan penciptaan lapangan kerja sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi daerah.


(40)

Sektor unggulan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan dibanding sektor – sektor yang lain karena terdapat faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi. Selain itu, pengembangan dalam peluang investasi juga dapat dilakukan dalam pengembangan sektor unggulan.

B. Penelitian Terdahulu

Agus Tri Basuki dan Utari Gayatri pada tahun 2009 melakukan penelitian yang berjudul Penentu Sektor Unggulan dalam Pembangunan Daerah : Studi Kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Metode analisis yang digunakan yaitu Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Shift Share,

Location Quotient, Overlay, Klassen Typology. Hasil dari penelitian tersebut adalah Sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan sangat dominan karena menunjukkan pertumbuhan dan kontribusi yang sangat besar terhadap pembentukan PDRB dan pembangunan di Kabupeten OKI. Sektor industri pengolahan menunjukkan sektor yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. Artinya, sektor ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan untuk menjadi sektor yang dominan. Sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa – jasa menunjukkan sektor yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar. Hal ini sangat memungkinkan sektor tersebut merupakan sektor yang mengalami penurunan yang salah satunya disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja.


(41)

22

Empat sektor lainnya, antara lain sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik; gas dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang tidak potensial baik dari segi pertumbuhan maupun dari kontribusi.

Afrendi Hari Tristanto pada tahun 2013 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Sektor Ekonomi Unggulan dalam Pengembangan Potensi

Perekonomian di Kota Blitar. Metode analisis yang digunakan adalah

Location Quotient (LQ), dan Shift Share. Hasil dari penelitian tersebut adalah berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ) yang termasuk kedalam sektor basis (LQ>1) yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan/kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa – jasa. Berdasarkan hasil perhitungan Shift Share yang termasuk kedalam sektor kompetitif yakni sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan hasil analisis menggunakan kedua alat yakni LQ dan Shift Share yang termasuk sektor ekonomi unggulan di Kota Blitar yakni sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/kontruksi. Kedua sektor tersebut termasuk sektor basis dan kompetitif.

Uray Dian Novita pada tahun 2013 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Penentu Sektor Unggulan Perekonomian Kota Singkawang dengan Pendekatan Sektor Pembentuk Produk Domestik


(42)

Quotient, Shift Share, Klassen Typology. Hasil penelitian tersebut adalah berdasarkan analisis Klassesn Typology menunjukkan bahwa sektor yang tergolong sektor maju dan tumbuh dengan cepat adalah sektor listrik, gas, dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan analisis Location Quotient menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa merupakan sektor basis. Berdasarkan analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang kompetitif. Berdasarkan analisis Overlay dari analisis gabungan tiga analisis yaitu LQ, Shift Share,

dan Klassen Typology dari semua sektor ternyata didapat bahwa sektor bangunan merupakan sektor unggulan yang memenuhi ketiga kriteria analisis diatas yaitu semua menunjukkan angka yang positif.

Rizky Firmansyah pada tahun 2013 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Penentu Sektor Unggulan Perekonomian dengan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dan Shift Share terhadap

Pertumbuhan Ekonomi (Studi di Kota Malang). Metode analisis yang

digunakan adalah Analitycal Hierarchy Process (AHP) dan Shift Share. Hasil penelitian tersebut adalah berdasarkan Analytical Hierarchy Process

(AHP), dengan kriteria sektor unggulan perekonomian diantaranya


(43)

24

perdagangan hotel restoran menduduki prioritas pertama secara global dengan bobot 33,1%, disusul sektor industri pengolahan 32,4%, sektor bangunan dan kontruksi 11,7%, sektor jasa – jasa menduduki prioritas terakhir dengan bobot 3,1%. Hasil analisis shift share untuk kontribusi PDRB di Kota Malang tahun analisis 2009 – 2010. Komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan nilai positif pada 6 sektor yang diteliti. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB di Kota Malang sebesar 38,18%, sektor pengolahan 8,82%, sektor jasa – jasa 12,58%, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan 8,82%, sektor pengangkutan dan komunikasi 4,80%, dan yang terakhir sektor bangunan dan kontruksi sebesar 2,61%. Struktur ekonomi Kota Malang mulai bergeser dari struktur industri ke struktur ekonomi yang bersifat pelayanan seperti perdagangan, hotel restoran, jasa – jasa, serta pengangkutan dan komunikasi. Hal ini seiring dengan pertumbuhan Kota Malang sebagai pusat bisnis, kota pendidikan, dan pariwisata. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB dari sektor industri pengolahan ke sektor perdagangan, hotel, restoran, jasa – jasa di Kota Malang.

Muhammad Ghufron pada tahun 2008 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan

Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur. Metode analisis yang

digunakan adalah Analisis Location Quotient, Multiplier pendapatan, Shift


(44)

LQ terdapat tiga sektor unggulan Kabupaten Lamongan yang menjadi basis ekonomi daerah, yaitu sektor pertanian, sektor jasa – jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan enam sektor lainnya termasuk ke dalam sektor non basis yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada efek pengganda pendapatan sektor basis yang dihasilkan menunjukkan bahwa koefisien pengganda pendapatan selama tahun 2002 – 2006 lebih besar daripada efek pengganda pendapatan di sektor non basis. Hal ini menunjukkan minat masyarakat terhadap aktifitas ekonomi di sektor basis lebih besar. Hasil analisis shift share menunjukkan sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik begitu juga pada sektor jasa – jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Inti dari strategi kebijakan pembangunan adalah untuk meningkatkan potensi ekonomi daerah dengan memberdayakan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sektor unggulan daerah dan mengikutsertakan sektor non basis sebagai penunjang sektor unggulan.

Nadia Hilda Mariska pada tahun 2015 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan Daerah dan Strategi Pengembangannya : Studi Kasus di Kabupaten Jembrana Tahun

2010-2014. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Location

Quotient (LQ), Shift Share, Overlay, Model Rasio Pertumbuhan (MRP),


(45)

26

berdasarkan analisis MRP menunjukkan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan menonjol dari sektor ekonomi yang lain pada tingkat Kabupaten Jembrana maupun Provinsi Bali. Berdasarkan analisis Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor transportasi dan pergudangan karena memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB Provinsi Bali dan memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari sektor yang sama di tingkat Provinsi Bali. Berdasarkan analisis LQ menunjukkan enam sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan komunikasi dan sektor real estate. Berdasarkan analisis Overlay yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor transportasi dan pergudangan. Berdasarkan analisis Klassen Typology sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju. Berdasarkan analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya, meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dan peningkatan daya saing ekonomi.


(46)

TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis, Tahun,

dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

1. Agus Tri Basuki dan Utari Gayatri, 2009, Penentu Sektor Unggulan dalam

Pembangunan Daerah : Studi Kasus di

Kabupaten Ogan Komering Ilir

1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

2. Analisis Shift Share

3. Analisis Location Quotient

4. Analisis Overlay

5. Analisis Klassen Typology

Sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan sangat dominan. Sektor industri pengolahan menunjukkan sektor yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. Sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa

– jasa menunjukkan sektor yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar. Empat sektor lainnya, antara lain sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik; gas dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang tidak potensial baik dari segi pertumbuhan maupun dari kontribusi.

2. Afrendi Hari Tristanto, 2013, Analisis Sektor Ekonomi Unggulan dalam Pengembangan Potensi Perekonomian di Kota Blitar

1. Analisis Location Quotient (LQ) 2. Analisis Shift

Share

Dari hasil analisis menggunakan kedua alat yakni LQ dan Shift Share yang termasuk sektor ekonomi unggulan di Kota Blitar yakni (1) sektor listrik, gas, dan air bersih, (2) sektor bangunan/kontruksi. Kedua sektor tersebut termasuk sektor basis dan kompetitif

3. Uray Dian Novita, 2013, Analisis Penentu Sektor Unggulan Perekonomian Kota Singkawang dengan Pendekatan Sektor Pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

1. Analisis Location Quotient

2. Analisis Shift Share

3. Analisis menurut

Klassen Typology

1. Hasil analisis Klassesn Typology menunjukkan bahwa sektor yang tergolong sektor maju dan tumbuh dengan cepat adalah sektor listrik, gas, dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. 2. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa


(47)

28

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

merupakan sektor basis.

3. Hasil Shift Share

menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang kompetitif.

4. Hasil Overlay dari analisis gabungan tiga analisis yaitu LQ,

Shift Share, dan Klassen Typology

dari semua sektor ternyata didapat bahwa sektor bangunan merupakan sektor unggulan yang memenuhi ketiga kriteria analisis diatas yaitu semua menunjukkan angka yang positif.

4. Rizky

Firmansyah, 2013, Analisis Penentu Sektor Unggulan Perekonomian dengan Metode Analitycal Hierarchy Process

(AHP) dan Shift Share terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi di Kota Malang)

1. Analitycal

Hierarchy Process

(AHP) 2. Analisis Shift

Share

1. Dilihat dari hasil

Analytical Hierarchy Process

(AHP), dengan kriteria sektor unggulan perekonomian, sektor perdagangan hotel restoran menduduki prioritas pertama, disusul sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan kontruksi, sektor jasa – jasa menduduki prioritas terakhir.

2. Hasil analisis shift share

menunjukkan kontribusi Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengolahan, sektor jasa – jasa, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor bangunan dan kontruksi terhadap PDRB Kota Malang. 3. Struktur ekonomi Kota Malang mulai bergeser dari struktur industri ke struktur ekonomi yang bersifat pelayanan seperti perdagangan, hotel restoran, jasa – jasa, serta pengangkutan dan komunikasi. 5. Muhammad

Ghufron, 2008, Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis

1. Analisis Location Quotient

2. Multiplier

pendapatan

3. Analisis Shift

1. Terdapat tiga sektor unggulan Kabupaten Lamongan yang menjadi basis ekonomi daerah, yaitu sektor pertanian, sektor jasa – jasa dan sektor


(48)

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur Share

4. Analisis SWOT

perdagangan, hotel dan restoran. 2. Pada efek pengganda pendapatan sektor basis yang dihasilkan menunjukkan bahwa koefisien pengganda pendapatan selama tahun 2002 – 2006 lebih besar daripada efek pengganda pendapatan di sektor non basis. 3. Hasil analisis shift share

menunjukkan sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik begitu juga pada sektor jasa – jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran. 6. Nadia Hilda

Mariska, 2015, Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan Daerah dan Strategi Pengembangannya : Studi Kasus di Kabupaten Jembrana Tahun 2010-2014

1. Analisis Location Quotient (LQ)

2. Analisis Shift Share

3. Analisis Overlay

4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

5. Analisis Klassen Typology

6. Analisis SWOT

1. Hasil penelitian analisis MRP menunjukkan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi yang menonjol.

2. Hasil penelitian analisis

Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor transportasi dan pergudangan.

3. Hasil penelitian analisis LQ menunjukkan enam sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan komunikasi dan sektor real estate. 4. Hasil penelitian analisis

Overlay yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor transportasi dan pergudangan.

5. Hasil penelitian Klassen Typology sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju.

6. Hasil penelitian analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor


(49)

30

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya, meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dan peningkatan daya saing ekonomi.

C. Model Penelitian

Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat menunjukkan bahwa suatu daerah memiliki potensi ekonomi yang dilihat berdasarkan besarnya PDRB yang dihasilkan, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita. Untuk menentukan sektor basis dalam perencanaan pengembangan pembangunan daerah digunakan pengaruh variabel keunggulan kompetitif, spesialisasi dan pertumbuhan ekonomi persektor terhadap sektor basis yang signifikan dan disesuaikan dengan tipologi daerah yang bersangkutan.


(50)

Sumber : Nadiatulhuda Mangun, 2007 (diolah)

GAMBAR 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

Pembangunan dan Teori Pertumbuhan Ekonomi

Wilayah Pengembangan Potensi

Ekonomi Daerah Sektor Potensial Dalam

Pengembangan wilayah

Penentu Sektor dengan Keunggulan Kompetitif

dan Spesialisasi

Penentu Sektor Basis dan Potensial (Metode LQ dan

Overlay)

Tipologi Wilayah

Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Prioritas Pembangunan Daerah (SWOT)

Strategi Strengths-Opportunities

Strategi Weakness-Opportunities

Strategi Strengths-Threats

Strategi Weakness-Threats


(51)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ogan Komering Ulu yang merupakan salah satu kabupaten dari 17 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan daerah yang dijadikan objek penelitian karena potensi yang dimiliki. Berdasarkan letak geografis, luas wilayah dan populasi penduduk, menjadikan wilayah ini memiliki peranan penting dalam perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data – data pendukung yang diperoleh dari buku – buku, majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau dengan mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga yang dianggap kompeten berupa data PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan selama lima tahun.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berbagai macam sumber yang diperoleh melalui data sekunder yang berasal dari BPS Kabupaten Ogan Komering Ulu, BPS Provinsi Sumatera Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan sumber lain seperti internet dan studi


(52)

kepustakaan. Obyek penelitian ini adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan tahun 2010 dari tahun 2010 – 2014. Data yang digunakan terbatas pada tujuh belas sektor yang ada dalam komponen PDRB dengan melakukan perbandingan terhadap PDRB di tingkat Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan harga konstan 2010 dari tahun 2010 – 2014.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data atau informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan – laporan tertulis baik berupa angka maupun keterangan. Oleh karena itu, untuk kepentingan penelitian ini penulis menggunakan teknik dokumentasi. Pada penelitian ini metode dokumentasi dipakai untuk mengetahui data PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan data tahun terkini atas dasar harga konstan, gambaran umum dan kondisi umum perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ulu yang bersumber dari dokumentasi BPS dan BAPPEDA Kabupaten Ogan Komering Ulu serta data – data komoditas unggulan lainnya. Selain data – data laporan tertulis untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari sumber pustaka, media massa dan internet.


(53)

34

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Potensi Ekonomi

Jumlah kontribusi yang diberikan masing – masing sektor terhadap pendapatan daerah masing – masing kabupaten. Kontribusi ekonomi biasanya dihitung dengan jumlah PDRB yang dihasilkan.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Merupakan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah, yang dapat dilihat berdasarkan harga berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB dimaksudkan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang ada dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terpakai dalam penelitian ini adalah atas dasar harga konstan tahun 2010.

3. Sektor-sektor Ekonomi

Terdapat tujuh belas sektor ekonomi di masing – masing kabupaten/kota. Adapun sektor – sektor perekonomian dimaksud yakni:

- Pertanian, kehutanan dan perikanan - Pertambangan dan penggalian - Industri pengolahan

- Pengadaan listrik dan gas

- Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang - Konstruksi

- Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor - Transportasi dan pergudangan

- Penyediaan akomodasi dan makan minum - Informasi dan komunikasi


(54)

- Jasa keuangan dan asuransi

- Real estate

- Jasa perusahaan

- Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan - Jasa pendidikan

- Jasa kesehatan dan kegiatan sosial - Jasa lainnya

4. Sektor Basis dan Sektor Non Basis

Adalah sektor yang mampu mengekspor barang – barang dan jasa – jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan sektor yang sama pada lingkup yang lebih luas. Sektor basis ini bila nilai LQ>1. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan daerah itu sendiri dan sektor ini tidak dapat mengeskpor barang diluar daerah.Sektor non basis ini bila nilai LQ<1. 5. Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang memilki peranan relatif besar dibandingkan sektor – sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah.

6. Keunggulan Kompetitif

Suatu sektor mempunyai keunggulan kompetitif bila laju pertumbuhan sektor di tingkat kabupaten lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat provinsi (rij – rin) > 0.

7. Spesialisasi

Suatu sektor mempunyai spesialisasi bila variabel wilayah nyata lebih besar dari pada dengan variabel yang diharapkan (Eij –Eij’) > 0.


(55)

36

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis MRP merupakan alat analisis untuk melihat deskripsi kegiatan atau sektor ekonomi yang potensial berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik eksternal maupun internal (Yusuf, 1999).

Model analisis ini diturunkan dari persamaan awal komponen utama dalam analisis Shift and Share yaitu Differential Shift dan

Proportionality Shift. Secara matematis Differential Shift dapat ditulis sebagai berikut:

Dij =

[

∆�ij

� �

���

��� �

] � �

... (1)

Dan Proportionality Shift dapat ditulis secara matematis sebagai

berikut: Pij =

[

∆���

��� �

∆��

�� �

] � �

... (2) Sehingga dari persamaan di atas diperoleh rumus – rumus perhitungan sebagai berikut:

∆EIR = ��� � + � − ��� � ... (3)

∆�� = �� � + � − �� � ... (4)

Keterangan :

∆Eij : perubahan pendapatan kegiatan I di wilayah studi pada

periode waktu t


(56)

∆ER : perubahan PDRB di wilayah referensi

Eij : pendapatan kegiatan I di wilayah studi

EIR : pendapatan kegiatan I di wilayah referensi

ER : PDRB di wilayah referensi

t+n : tahun antara dua periode

Pendekatan analisis MRP ini dibagi menjadi dua rasio, yaitu: (1) rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPR) dan (2) rasio pertumbuhan wilayah

studi (RPS).

a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR)

(RPR) adalah perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan

kegiatan I di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi.

RPR

=

∆� � � � �⁄

∆�� �� �⁄

...

(5) Keterangan :

∆EiR : perubahan pendapatan kegiatan I di wilayah referensi

EiR : pendapatan kegiatan I awal periode penelitian di wilayah

referensi

∆ER : perubahan PDRB di wilayah referensi

ER(t) : PDRB pada awal penelitian wilayah referensi

Jika nilai RPR > 1 ϸ positif (+), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB total wilayah referensi.


(57)

38

Jika nilai RPR < 1 ϸ negatif (-), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih kecil dari pertumbuhan PDRB total wilayah referensi.

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS)

RPS adalah perbandingan antara laju pertumbuhan kegiatan I

wilayah studi dengan laju pertumbuhan kegiatan I di wilayah referensi.

RPS =∆� ⁄� �

∆ � � � �⁄

...

(6) Keterangan :

∆Eij : perubahan pendapatan kegiatan I di wilayah studi,

Eij(t) : pendapatan kegiatan I awal periode penelitian di wilayah

studi,

∆EiR : perubahan pendapatan kegiatan I di wilayah referensi,

EiR(t) : pendapatan kegiatan I awal periode penelitian di wilayah

referensi.

Jika nilai RPS > 1 ϸ positif (+), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.

Jika nilai RPS < 1 ϸ negatif (-), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi. Hasil dari analisis MRP ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


(58)

Klasifikasi 1, yaitu nilai RPR (+) dan RPS (+) berarti kegiatan tersebut

pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan yang menonjol dan demikian pula pada tingkat kabupaten. Kegiatan ini selanjutnya disebut dominan pertumbuhan.

Klasifikasi 2, yaitu nilai RPR (+) dan RPS (-) berarti kegiatan tersebut

pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan yang menonjol namun pada tingkat kabupaten belum menonjol.

Klasifikasi 3, yaitu nilai RPR (-) dan RPS (+) berarti kegiatan tersebut

pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan tidak menonjol sementara pada tingkat kabupaten termasuk menonjol.

Klasifikasi 4, yaitu nilai RPR (-) dan RPS (-) berarti kegiatan tersebut

pada tingkat provinsi dan pada tingkat kabupaten mempunyai pertumbuhan rendah.

2. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan teknik dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi suatu daerah sebagai perubahan atau peningkatan suatu indikator pertumbuhan perekonomian suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor


(59)

40

penyebab pertumbuhan berbagai faktor di suatu daerah dalam kaitannya dengan ekonomi nasional (Robinson Tarigan, 2004).

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu samalain (Lincolin Arsyad, 1999):

1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

2. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. 3. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam

menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dibandingkan dengan perekonomian di tingkat regional atau nasional. Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor


(60)

perbandingan yang dilakukan. Bila penyimpangannya positif, maka suatu sektor dalam daerah memiliki keunggulan kompetitif.

Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis Shift Share

sebagai berikut:

Dij = Nij + Mij + Cij ... (7) Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:

Dij = E*ij – Eij ... (8) Nij = Eij .rn ... (9) Mij = Eij (rin – rn) ... (10) Cij = Eij (rij – rn) ... (11) Dimana: rij, relatif mewakili laju pertumbuhan wilayah kabupaten dan laju pertumbuhan wilayah provinsi yang masing – masing didefinisikan sebagai berikut:

rij = �∗ −�

� ... (12) rin = �∗ �−� �

� � ... (13)

rn = �∗�−��

�� ... (14) Keterangan :

Eij : pendapatan sektor I di wilayah j (kabupaten) Ein : pendapatan sektor I di wilayah n (provinsi) En : pendapatan wilayah n (provinsi)

E*ij : pendapatan tahun terakhir

rij : laju pertumbuhan sektor I di wilayah j (kabupaten) rin : laju pertumbuhan sektor I di wilayah n (provinsi) rn : laju pertumbuhan pendapatan di wilayah n (provinsi)


(61)

42

Sehingga didapat persamaan shift share untuk sektor I di wilayah j (Soepomo, 1993) sebagai berikut:

Dij = Eij.rn + Eij(rin-rn) + Eij(rij-rin) ... (15) Keterangan :

Dij : perubahan variabel output sektor I di wilayah j Nij : pertumbuhan ekonomi nasional

Mij : bauran industri sektor I di wilayah j

Cij : keunggulan kompetitif sektor I di wilayah j Eij : pendapatan sektor I di wilayah j

Adapun dari rumus diatas diketahui ada 2 indikator dari hasil perhitungan shift share dalam perekonomian suatu daerah:

Jika nilai dari komponen pergeseran proporsional dari sektor > 0, maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian daerah, begitu juga sebaliknya.

Jika nilai komponen pergeseran differensial suatu sektor < 0, maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam perekonomian yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya.

3. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis LQ merupakan suatu alat analisis untuk menunjukkan basis ekonomi suatu wilayah terutama dari kriteria kontribusi. Alat analisis ini juga dipakai untuk mengukur konsentrasi dari suatu


(1)

Sektor 2012 2013 2014

Nij Mij Cij Dij Nij Mij Cij Dij Nij Mij Cij Dij

1 145700.2 -16186.4 5188.3 134702.1 121436.7 -3089.8 63645315 63763662 109285.8 -14569.2 -7355.51 87361.13 2 95230.77 -32514.3 -115144 -52427.2 71017.05 -24707.5 -1196048871 -1196048871 58247.45 -21786.6 -104312 -67850.9 3 65058.44 -9235.06 18079.26 73902.63 55530.85 -13265 409376598.1 409418864 51801.58 -1221.03 32807.63 83388.17 4 261.9445 165.0237 47.47621 474.4445 222.1406 52.60994 293676 293950.7 211.1676 188.788 32.34353 432.2991 5 640.8524 185.7897 -231.2 595.4416 528.982 -30.2133 -552760 -552262 482.6928 211.5269 -159.126 535.0936 6 51175.31 39592.43 -3273.23 87494.51 44149.78 31353.59 1423657 1499160 39953.08 -3344.98 252.9196 36861.02 7 60188.05 12079.27 -2851.09 69416.23 50397.52 6317.064 -3870227 -3813513 45747.57 -2210.51 1814.363 45351.42 8 6909.3 551.8403 459.5547 7920.695 5851.292 2314.574 -3162679 -3154513 5455.829 2913.023 356.1191 8724.972 9 7622.564 2380.299 -531.795 9471.068 6195.572 -2747.98 -914894 -911447 5670.105 1155.576 -163.955 6661.726 10 4029.857 873.6542 31.4993 4935.011 3377.197 452.4714 11569.38 15399.05 3161.92 2351.522 -157.75 5355.692 11 12784.65 17644.21 -10348.4 20080.47 10932.9 10111.88 -42518164.89 -42497120.12 9850.94 -1519.8 -190.718 8140.419 12 19605.89 8819.919 -1361.68 27064.12 16850.64 11254.28 -5177215 -5149110 15615.03 8612.418 -1464.13 22763.32 13 458.1655 130.0994 -124.235 464.0303 390.366 289.8083 -1093298 -1092618 359.071 116.2744 -12.3996 462.9458 14 11061.56 -7803.23 -66.7295 3191.598 8799.321 -7598.3 -87682.1 -86481 8071.751 3479.632 -1644.84 9906.542 15 12278.42 -479.685 -1066.23 10732.5 10606.73 9013.312 -11639958.13 -11620338.09 10901.6 27625.24 4518.406 43045.25 16 5662.527 1185.924 -200.172 6648.279 4712.329 170.3652 -1842478 -1837596 4448.424 4561.782 -627.258 8382.948 17 5258.655 -4411.54 -15.8323 831.2818 4247.098 -2366.25 -939849 -937968 3798.138 -1285.28 -5.29881 2507.561 PDRB 503927.1 12978.25 -111408 405497.1 415246.5 17524.92 -793143571.8 -792710800.4 373062.2 5278.345 -76310.9 302029.6

Keterangan : Nij adalah Komponen Pertmbuhan Nasional, Mij adalah Komponen Bauran Industri, Cij adalah Komponen Keunggulan Kompetitif, Dij adalah Komponen Pertumbuhan Daerah

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik dan Gas

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 6. Konstruksi

7. Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estate

13. Jasa Perusahaan

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa Lainnya


(2)

Analisis Location Quotient

Kategori Location Quotient Ket

2010 2011 2012 2013 2014

1 1,460798855 1,472369191 1,497776517 1,516925335 1,528618928 Basis

2 0,928091744 0,893042322 0,834726161 0,769121705 0,714098919 Nonbasis

3 0,649346807 0,671567399 0,693816583 0,727578846 0,75626043 Nonbasis

4 0,602520289 0,610285802 0,62629756 0,63683515 0,647931681 Nonbasis

5 1,132118873 1,140773684 1,131577501 1,136842053 1,132472857 Basis

6 0,879644283 0,8890294 0,89878437 0,907980931 0,918019406 Nonbasis

7 1,213972186 1,217782189 1,23226493 1,244189302 1,259822391 Basis

8 0,785496032 0,779506965 0,794491723 0,800316947 0,811241052 Nonbasis

9 1,297161523 1,304490744 1,318173268 1,330419164 1,343023149 Basis

10 0,268603544 0,270002844 0,274168637 0,276934705 0,279312617 Nonbasis

11 1,04077079 1,037307027 1,002715202 0,993562037 1,003386024 Basis

12 1,436941522 1,443791517 1,459018493 1,471471528 1,481232155 Basis

13 0,93379358 0,919094579 0,916927998 0,913370382 0,921801092 Nonbasis

14 0,66235904 0,663426609 0,673058411 0,679800726 0,680979257 Nonbasis

15 0,989911682 0,993929348 1,003150981 1,007799118 1,03560767 Basis

16 1,715698513 1,726538071 1,748403308 1,762483879 1,770724571 Basis

17 1,20698382 1,219677698 1,237633569 1,248640485 1,262006737 Basis

Keterangan : Nij adalah Komponen Pertmbuhan Nasional, Mij adalah Komponen Bauran Industri, Cij adalah Komponen Keunggulan Kompetitif, Dij adalah Komponen Pertumbuhan Daerah

19. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 20. Pertambangan dan Penggalian 21. Industri Pengolahan 22. Pengadaan Listrik dan Gas

23. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 24. Konstruksi

25. Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 26. Transportasi dan Pergudangan

27. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 28. Informasi dan Komunikasi

29. Jasa Keuangan dan Asuransi 30. Real Estate

31. Jasa Perusahaan

32. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 33. Jasa Pendidikan

34. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 35. Jasa Lainnya


(3)

Analisis Overlay

Sektor

MRP (RPs)

LQ

Nilai Nominal Nilai

Nominal

Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan 1.011 + 1.4953 +

Pertambangan dan Penggalian

-1.123 - 0.8278 -

Industri Pengolahan 1.565 + 0.6997 -

Pengadaan Listrik dan Gas 1.086 + 0.6248 -

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0.816 - 1.1348 +

Konstruksi 1.007 + 0.8987 -

Perdagangan Besar dan Eceran ;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0.989 - 1.2336 +

Transportasi dan Pergudangan 0.973 - 0.7942 -

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 0.974 - 1.3187 +

Informasi dan Komunikasi 0.991 - 0.2738 -

Jasa Keuangan dan Asuransi 0.843 - 1.0155 +

Real Estate 0.966 - 1.4585 +

Jasa Perusahaan 0.853 - 0.9210 -

Adminstrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

0.930 - 0.6719 -

Jasa Pendidikan 0.983 - 1.0061 +

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 0.968 - 1.7448 +


(4)

Analisis Klassen Typology

Kabupaten Ogan Komering Ulu Rerata Proporsi Rerata Pertumbuhan

28,94795143 5,290108338

18,78507978 -3,459936475

13,00587131 8,047318731

0,051550255 9,721014376

0,128770665 3,829791479

10,07476453 8,490653462

11,89353179 6,483715877

1,380868552 7,364146744

1,482822151 6,500289725

0,800760947 7,382098621

2,51866167 7,596474604

3,90350694 8,431698333

0,091666226 7,196421181

2,211508407 2,987425992

2,539699681 10,49802001

1,12678923 7,146569926

1,054853062 2,639877412

Provinsi Sumatera Selatan Rerata Proporsi Rerata Pertumbuhan

19,36190526 5,195626375

22,64088184 4,128730077

18,59828621 5,103614582

0,082423301 8,876516433

0,113484461 4,940213347

11,20385257 8,471369108

9,639898295 6,613910518

1,738161615 7,622803305

1,124386591 6,691558067

2,923702249 7,456433698

2,4829926 9,786550894

2,675199634 8,743645245

0,099548596 8,682774308

3,292918423 3,359326868

2,521897833 10,37047983

0,645669844 7,424919354

0,854792232 2,568571993

HASIL

PROPORSI PERTUMBUHAN

1,50 1,02

0,83 -0,84

0,70 1,58

0,63 1,10

1,13 0,78

0,90 1,00

1,23 0,98

0,79 0,97

1,32 0,97

0,27 0,99

1,01 0,78

1,46 0,96

0,92 0,83

0,67 0,89

1,01 1,01

1,75 0,96


(5)

Proporsi Pertumbuhan

�1 � ≥ 1

�1 � ≤ 1

∆�� ∆� ≥ 1

Sektor Maju: Pertanian, kehutanan, dan

perikanan Jasa pendidikan

Jasa lainnya

Sektor Sedang Tumbuh: Industri pengolahan Pengadaan listrik dan gas

Kontruksi

∆�� ∆� ≤ 1

Sektor Maju tetapi Tertekan: Pengadaan air, pengolahan sambah, limbah, dan daur ulang

Perdagangan besar dan eceran ; reparasi mobil dan sepeda motor

Penyediaan akomodasi dan makan/minum Jasa keuangan dan asuransi

Real estate

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

Sektor Tertinggal: Pertambangan dan

penggalian Transportasi dan

pergudangan Informasi dan komunikasi

Jasa perusahaan Administrasi pemerintah,

pertahanan dan jaminan sosial wajib


(6)

Analisis SWOT

Internal

Eksternal

STRENGTH (S)

1. Potensi SDA yang besar

di sektor basis (LQ>1)

2. Fasilitas pendidikan yang

memadai

3. Letak geografis

Kabupaten Ogan Komering Ulu yang strategis

4. Memiliki komoditas

perkebunan andalan dan unggulan

WEAKNESS (W)

1. Pemanfaatan dan

pengelolaan SDA belum optimal

2. Sarana dan prasarana

pembangunan di sektor basis masih minim

3. Kualitas SDM yang masih

rendah

OPPORTUNITIES (O)

1. Dukungan pemerintah

daerah dalam memajukan sektor basis

2. Perkembangan teknologi

di sektor basis

3. Kemitraan dan kerjasama

dengan pihak swasta atau pihak lain

4. Kebutuhan dan

permintaan sarana pembangunan

5. Kebutuhan dan

permintaan komoditas perkebunan yang tinggi

STRATEGI S-O

1. Meningkatkan potensi

SDA dengan

memanfaatkan dukungan pemerintah dan

perkembangan teknologi (S1, O1, O2)

2. Memanfaatkan letak

geografis untuk menggerakkan perekonomian

masyarakat (S3, S4, O5)

3. Meningkatkan mutu

pendidikan (S2, O3, O4)

STRATEGI W-O

1. Mengoptimalkan

pengelolaan SDA untuk membuka lapangan kerja dengan dukungan pemerintah (W1, O1, O5)

2. Memperbaiki sarana dan

prasarana, bekerjasama dengan swasta dan pihak lain (W2, O3, O4)

3. Meningkatkan kualitas

SDM yang sadar perkembangan teknologi (W3, O2)

THREATS (T)

1. Kondisi politik dan

keamanan yang tidak stabil

2. Persaingan antar wilayah

3. Bencana alam

4. Daya saing di era

globalisasi

STRATEGI S-T

1. Menciptakan iklim usaha

yang kondusif untuk mendorong

perekonomian

menghadapi persaingan di era globalisasi (S1, S3, T1, T2, T4)

2. Penyediaan sarana dan

prasarana

penanggulangan bencana alam (S2, T3)

STRATEGI W-T

1. Meningkatkan kualitas

SDM untuk bersaing di era globalisasi (W3, T2, T4)

2. Memperbaiki sarana dan

prasarana pembangunan serta mengoptimalkan pemanfaatan SDA untuk menghadapi persaingan antar wilayah (W2, T1, T2)

3. Pemberdayaan SDM

dalam menghadapi bencana dan gagal panen (W3, T3, T4)