Tingkat kelerengan Slope Jenis tanah

4. Tingkat kelerengan Slope

Kelerengan merupakan faktor yang mempunyai peranan penting dalam menentukan daerah rawan banjir. Fase lereng digunakan baik sebagai lereng tunggal maupun sebagai lereng majemuk. Lereng majemuk adalah lereng dengan lebih dari satu arah dan ditunjukkan oleh daerah punggung dan lembah dalam satu deliniasi, sedangkan lereng tunggal relatif mempunyai arah lereng yang seragam. Kelas kelerengan yang berlaku di Indonesia Kelas Kemiringan keterangan I II III IV V 0 – 8 8 – 15 15 – 25 25 – 40 ≥ 40 Datar Landai Sedang Curam Sangat Curam

5. Jenis tanah

Jenis tanah merupakan faktor yang penting untuk menentukan daerah rawan banjir. Besar kecilnya tingkat bahaya erosi ditentukan oleh jenis tanah tersebut. Tingkat bahaya erosi menjadi lebih besar apabila jenis tanah tersebut mempunyai formasi kemiringan lereng besar. Demikian pula struktur vegetasi penutup tanah yang bertingkat-tingkat dapat menurunkan bahaya erosi daripada alahan dengan dominasi vegetasi pohon yang tidak atau kurang disertai serasah dan tumbuhan bawah Arsyad, 1989. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola data spasial atau data yang bereferensi geografis. Setiap data yang merujuk lokasi dipermukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial Universitas Sumatera Utara bereferensi geografis.Data GIS terdiri dari dua jenis yakni data grafis yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi dan data data tabular yang menyatakan nilai dari data grafis. Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatka data dari peta digital yang tersimpan dalam basisi data. Dalam SIG dunia nyata dijabarkan dalam data peta digital yang menggambarkan posisi dari ruang space dan klasifikasi, atribut data dan hubungan antar item data. Kerincian data dalam SIG ditentukan oleh besarnya satuan pemetaan terkecil yang dihimpun dalam basis data Budiyanto, 2002. Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yakni data grafis dan data atribut atau tabular. Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi. Sedangkan data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut Wayan, 2005. Sistem informasi geografis mempunyai kemampuan analisis terhadap data spasial untuk keperluan manipulasi maupun permodelan. Fungsi analisis ini dijalankan memakai data spasial dan data atribut dalam sistem informasi geografis menjawab berbagai pertanyaan yang dikembangkan dari data yang ada menjadi suatu persoalan yang relevan. Data spasial dan SIG hanya merupakan model penyajian yang merefleksikan berbagai aspek realitas dunia nyata., sedangkan untuk meningkatkan peranan data dalam pengambilan keputusan mengenai kenyataan tersebut, suatu model harus ditampilkan yang menggambarkan obyek – obyek termasuk manyajikan hubungan antar obyek Arifin dkk, 2006. Sistem informasi geografis paling tidak terdiri dari subsistem pemrosesan , subsistem analisis data dan subsistem yang menggunakan informasi. Subsistem pemrosesan data mencakup pengambilan data, input dan penyimpanan . Subsistem Universitas Sumatera Utara analisis data mencakup perbaikan, analisis dan keluaran informasi dalam berbagai bentuk. Subsistem yang memakai informasi memungkinkan informasi relevan diterapakan pada suatu masalah. Dalam rancangan sistem informasi geografis, komponen input dan output tertentu seringkali memiliki peranan dominan dalam membentuk arsitektur dari sisa suatu sistem. Hal ini penting untuk memahami mengenalai kedalaman prosedur yang dipakai dalam kaitannya dengan masalah input dan output data, juga organisasi data dan pemrosesan data Lo, 1996. Menurut Howard 1996, manfaat utama penggunaan sistem informasi spasial dengan komputer dibandingkan dengan metode pembuatan peta tradisional dan masukan data manual atau informasi manual adalah memperkecil kesalahan manusia, kemampuan memanggil kembali peta tumpangsusun dari simpanan data SIG seacra cepat, menggabungkan tumpangsusun tersebut, tetapi penggabungan batas agak sulit, dan untuk memperbaharui dengan memperhatiakan perubahan lingkungan data statistik dan batas-batas dan area yang nampak pada peta. Teknologi Sistem Informasi Geografis Menurut Howard 1996, teknologi yang digunakan dalam sistem informasi geografis memperluas penggunaan peta, model-model kartografi dan statistik spasial dengan memberikan kemampuan analisis, tidak hanya tersedia untuk pengembangan model medan komplek dan pengujian masalah bentang lahan serta masalah penggunaan lahan. Saat ini penggunaan SIG yang paling umum adalah untuk pembuatan peta tematik kota dan memberikan revisi peta-peta tersebut. Universitas Sumatera Utara Pengelolaan sistem informasi geografis SIG meningkat tajam sejak tahun 1980-an. Peningkatan pemakaian sistem ini terjadi di kalangan pemerintah, akademis atau bisnis terutama di negara-negara maju. Perkembangan teknologi dijital sangat besar peranannya dalam perkembangan penggunaan SIG dalam berbagai bidang. Hal ini dikarenakan teknologi SIG banyak mendasarkan pada teknologi dijital sebagai alat analisis Budiyanto, 2002. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat. Tujuan utama penginderaan jauh adalah mengumpulkan data sumberdaya alam lingkungan. Informasi tentang objek disampaikan ke pengamat melalui energi elektromagnetik. Yang merupakan pembawa informasi dan sebagai penghubung komunikasi. Oleh karena itu, penginderaan jauh pada dasarnya merupakan informasi sintesis panjang gelombang yang perlu diberikan kodenya sebelum informasi tersebut dapat dipahami secara penuh. Proses pengkodean ini setara dengan interpretasi citra penginderaan jauh yang sangat sesuai dengan pengetahuan kita mengenai sifat-sifat radiasi elektromagnetik Lo, 1996. Penginderaan jauh dari pesawat yang palin sesuai untuk kehutanan adalah foto udara. Secara operasional, data penginderaan jauh multispektral yang telah diguankan hanya terbatas pada penginderaan termal untuk mencegah bahaya kebakaran. Radar pandang sampling dari pesawat udara, sejauh ini hanya Universitas Sumatera Utara digunakan sesekali untuk pemetaan yang belum mempunyai peta di negara- negara berkembang. Perkembangan penginderaan jauh sistem pesawat udara untuk terapan kehutanan tidak sama dengan perkembangan penginderaan jauh sistem satelit beberapa tahun belakang ini. Terapan penginderaan jauh sistem satelit untuk bidang kehutanan berkembang sangat cepat selaras dengan perkembangan pemrosesan citra digital satelit sumberdaya bumi Howard, 1996. AHP Analitycal Hierarchy Process AHP Analitycal Hierarchy Process, disebut pula Proses Hierarki Analitik PHA, merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam ancangannya terhadap suatu masalah. Metode ini dapat menjelaskan suatu keadaan yang kompleks dan tidak terstruktur dengan cara : 1 membagi-bagi ke dalam bagian-bagiannya, 2 mengatur kembali bagian-bagian atau peubah tersebut ke dalam bentuk hierarki, kemudian 3 menetapkan suatu nilai numerik untuk setiap peubah tersebut melalui justifikasi penentuan tingkat kepentingannya, dan terakhir 4 melakukan sintesa untuk menentukan peubah yang mana mempunyai prioritas paling tinggi yang harus dikerjakan untuk memperoleh keluaran outcome yang diharapkan Triyana dan Saleh, 2003. Prinsip dasar dalam menggunakan metode AHP antara lain : 1. Prinsip penyusunan hierarki decomposision Untuk menerapkan metode AHP, pengambil keputusan harus dapat mendefenisikan permasalahan secara jelas dan rinci. Selanjutnya, dilakukan decomposision yaitu membagi-bagi permasalahan yang utuh dan komplek tersebut Universitas Sumatera Utara menjadi elemen-elemen pokok dan sub –sub elemen lainnya secara hierarkis. Dalam AHP, hierarki permasalahan yang disusun harus mencerminkan hubungan antara tujuan goal, kriteria, sub-kriteria dan alternatif. 2. Prinsip penetapan prioritas comparative judgement Setelah hierarki permasalahan terbentuk, selanjutnya pengambil keputusan harus menetapkan prioritas antar elemen. Dalam hal ini, harus dilakukan peniliaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupkan inti dari AHP, karena ini akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen tersebut. Untuk itu, pemgambil keputusan harus membuat pembandingan berpasangan antar elemen dalam suatulevel tertentu dalam kaitannya dengan pencapaian elemen di tingkat atasnya. Hal ini dapat dengan mudah dilakukan dengan menyajikannya dalam bentuk matriks pembandingan berpasangan pairwise comparison. Proses pembandingan berpasangan anatar elemen dapat dilakukan mulai dari puncak tingkat pertama hierarki untuk pembandingan antar kriteria. Kemudian, pada tingkat tepat dibawahnya tingkat kedua dilakukan pembandingan antar elemen. 3. Prinsip Konsistensi logika logical consistency Dalam prinsip konsistensi logika, AHP melibatkan aspek kuantitaf dan kualitatif dari pikiran manusi. Aspek kualitatif digunakan untuk mendefesinikan masalah dan struktur hierarkinya. Sedangkan aspek kuantitaitf digunakan untuk mengekspresikan justifikasi dan preferensi secara ringkas concisely. Proses AHP dirancang untuk menggabungkan kedua aspek tersebut. Dengan demikian aspek kuantitaif merupakan sebuah hal yang menasar untuk melakukan pengambilan Universitas Sumatera Utara keputusan dalam situasi yang kompleks dimana sangat penting untuk dapat menentukan prioritas Triyana dan Saleh, 2003. Universitas Sumatera Utara METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2008 di Kabupaten Deli Serdang, Karo dan Medan. Analisa data dilakukan di Laboratorium Inventarisasi Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Data spasial : peta digital jaringan Sungai, peta digital lereng , peta digital ketinggian, peta digital jenis tanah, peta digital administrasi dan citra landsat 5 TM tahun 2006 pathrow 12957 dan pathrow 12958. b. Data non spasial : penggunaan penutupan lahan, kelas kelerengan, jenis tanah, kejadian banjir dan curah hujan tahunan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Personal Computer PC, perangkat lunak GIS untuk menampilkan hasil, printer untuk mencetak datapeta, Global Positioning System GPS, dan Camera Digital . Metode Penelitian 1. Pengumpulan Data c. Pengumpulan data dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai BP. DAS Wampu-Sei Ular dan Badan Meteorologi dan Geofisika BMG Universitas Sumatera Utara dilakukan sebagai persiapan awal dari penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data spasial berupa peta digital jaringan sungai, peta digital lereng, peta digital ketinggian, peta digital jenis tanah. Peta digital administrasi dan citra landsat 5 TM tahun 2006 pathrow 12957 dan pathrow 12958, serta data non spasial berupa penggunaan penutupan lahan, kelas kelerengan, jenis tanah, kejadian banjir dan curah hujan tahunan.

2. Analisa Data