Definisi Status Gizi Ambang Batas Indeks Antropometri Gizi Baku Rujukan Status Gizi

membersihkan dan mengurus rumah McIntosh dan Bauer, 2006. Pada kasus keluarga miskin, ditambah dengan penghasilan yang ada hanya dari sang ayah, tanpa ada pemasukan dari si ibu, tentu saja kebutuhan pangan anak tidak dapat terpenuhi secara maksimal. Ibu tidak dapat membeli makanan yang bergizi dan berimbang yang memiliki harga sedikit lebih mahal untuk memenuhi kebutuhan pangan anak mereka. Akibatnya pertumbuhan dan perkembangan anak tergangggu.

2.3 Status Gizi

2.3.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah suatu bentuk ekspresif atau perwujudan dari keadaan keseimbangan nutrisi dalam bentuk variabel tertentu Supariasa et al., 2001.

2.3.2 Penilaian Status Gizi

Status gizi dapat dinilai secara langsung dan secara tidak langsung Supariasa et al., 2001.

1. Penilaian status gizi secara langsung

a. Antropometri Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinnya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi adalah pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi seseorang Supariasa et al., 2001. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Metode ini yang paling banyak digunakan dalam program pemantauan gizi populasi dalam suatu masyarakat. Di dalam antropometri, diukur beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain: Umur U, Berat Badan BB, Tinggi Badan TB, Lingkar Lengan Atas LLA, lingkar kepala, lingkar dada dan jaringan lunak. Kombinasi antara dua parameter menjadi indeks antropometri yang sering digunakan adalah Berat Universitas Sumatera Utara Badan menurut Umur BBU, Tinggi Badan menurut Umur TBU, Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB Supariasa et al., 2001. Indikator BBU menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini saat diukur karena mudah berubah. Namun indikator BBU tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh U juga dipengaruhi oleh TB. Indikator TBU menggambarkan status gizi masa lalu, dan indikator BBTB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini Supariasa et al., 2001. Menurut Supariasa et al. 2001 setiap indikator memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, yaitu: • Berat Badan menurut Umur BBU Kelebihan indikator BBU yaitu dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek, dan dapat mendeteksi kegemukan. Sedangkan kelemahan indikator BBU yaitu interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat pembengkakan atau oedema, data umur yang akurat sering sulit diperoleh terutama di negara- negara yang sedang berkembang, kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepasdikoreksi dan anak yang bergerak terus, masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap sebagai barang dagangan Supariasa et al., 2001. • Tinggi Badan menurut Umur TBU Kelebihan indikator TBU yaitu dapat memberikan gambaran riwayat keadaan gizi masa lampau dan dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk. Sedangkan kelemahan indikator TBU yaitu kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok usia balita, tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini, memerlukan data umur yang sering sulit diperoleh di negara-negara berkembang, kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non professional Supariasa et al., 2001. Universitas Sumatera Utara • Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB Kelebihan indikator BBTB yaitu independen terhadap umur dan ras dan dapat menilai status kurus dan gemuk dan keadaan marasmus atau KEP berat lain. Sedangkan kelamahan indikator BBTB yaitu kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepasdikoreksi dan anak bergerak terus, masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan, kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok usia balita, kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non profesional, tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, normal atau tinggi Supariasa et al., 2001. Walaupun setiap indikator memiliki kelebihan dan kelemahan, indikator status gizi BBTB adalah indikator terbaik yang menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik Supariasa et al., 2001. b. Klinis Metode pengukuran ini berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai gejala klinis akibat defisiensi zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pada jaringan tubuh manusia, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral. Metode ini digunakan untuk survei klinis secara cepat untuk mendeteksi tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi Supariasa et al., 2001. c. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji di laboratorium yang dilakukan pada jaringan tubuh manusia. Jaringan-jaringan yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja, hati dan otot. Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan kekurangan gizi yang lebih spesifik Supariasa et al., 2001. Universitas Sumatera Utara d. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi khususnya jaringan dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti buta senja epidemik Supariasa et al., 2001.

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung

a. Survei Konsumsi Makanan Metode ini dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Hal ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi Supariasa et al., 2001. b. Statistik Vital Pengukuran statistik vital adalah dengan menganalisa beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi Supariasa et al., 2001. c. Faktor Ekologi Digunakan untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat Supariasa et al., 2001.

2.3.3 Ambang Batas Indeks Antropometri Gizi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, indeks antropometri yang sering digunakan sejak tahun 1972 untuk menilai status gizi adalah Berat Badan menurut Umur BBU, Tinggi Badan menurut Umur TBU, Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB Supariasa et al., 2001. Dari berbagai jenis indeks di atas, untuk mendapatkan status gizi seseorang dibutuhkan ambang batas. Terdapat tiga ambang batas yang digunakan para ahli gizi Supariasa et al., 2001, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Persen terhadap median Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Nilai median dikatakan sama dengan 100 untuk standar. Setelah itu, dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas. 2. Persentil Ambang batas selain persen terhadap median adalah persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari suatu populasi. National Centre for Health Statistics NCHS merekomendasikan persentil ke-5 sebagai batas gzi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik. 3. Standar Deviasi Standar deviasi atau Z-score, digunakan untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Z-Score digunakan di Indonesia sebagai ambang batas penentuan status gizi Menteri Kesehatan RI, 2002. Cara menghitung nilai Z-Score : Z-Score = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan

2.3.4 Baku Rujukan Status Gizi

Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku rujukan untuk penentuan status gizi dengan pengukuran antropometri yang digunakan di seluruh dunia adalah Harvard Boston, WHO-NCHS, Tanner dan Kanada Supariasa et al., 2001.

2.3.4.1 Baku Rujukan Klasifikasi Status Gizi di Indonesia

Berdasarkan Kepmenkes Nomor: 920MenkesSKVIII2002, klasifikasi status gizi yang digunakan di Indonesia adalah berdasarkan baku rujukan WHO-NCHS 1983 Menteri Kesehatan RI, 2002. Ambang batas yang digunakan adalah dengan Universitas Sumatera Utara menentukan Z-score atau standar deviasi SD. Berikut adalah tabel klasifikasi status gizi berdasarkan WHO-NCHS 1983: Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO-NCHS 1983 Indeks Status Gizi Ambang Batas BBU Gizi Lebih + 2SD Gizi Baik ≥ -2 SD sampai +2SD Gizi Kurang -2SD sampai ≥ -3SD Gizi Buruk -3SD TBU Normal ≥ 2SD Pendek -2SD BBTB Gemuk +2SD Normal ≥ -2SD sampai +2SD Kurus wasted -2SD sampai ≥ -3SD Kurus Sekali -3SD Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Keterangan : Ibu Ibu Bekerja Ibu Tidak Bekerja Penghasilan keluarga ↗ - Durasi pemberian ASI ↙ - Pola makan anak tidak teratur Kebutuhan pangan anak tercukupi Penghasilan keluarga ↙ Kebutuhan pangan tidak anak tercukupi Pola makan anak teratur Gizi anak baik Gizi anak lebih, kurang, atau buruk Gizi anak kurang atau buruk Gizi anak baik Status Gizi Anak Balita Universitas Sumatera Utara