Pengertian dan Unsur Tindak Pidana Persetubuhan Menurut Pasal 81

terberat” sampai dakwaan tindak pidana “yang teringan”. Pada lazimnya ditinjau dari teori dan praktek bentuk dakwaan subsidair diajukan, apabila peristiwa tindak pidana terjadi : 29 1. Menimbulkan suatu akibat, 2. Akibat yang timbul meliputi atau bertitik singgung dengan beberapa ketentuan pasal pidana yang hampir saling berdekatan cara melakukan tindak pidananya. d. Surat Dakwaan Kumulatif Bentuk surat dakwaan kumulatif yaitu surat dakwaan yang disusun berupa rangkaian dari beberapa dakwaan atas kejahatan atau pelanggaran. 30 Dakwaan kumulatif terdiri dari beberapa tindak pidana yang saling berdiri sendiri dan tidak berhubungan antara tindak pidana yang satu dengan lainnya, tetapi didakwakan sekaligus. 31 e. Surat Dakwaan Gabungan Bentuk dakwaan gabungan tumbuh dan berkembang dalam praktik yang asasnya merupakan bentuk dakwaan kumulatif, yang masing-masing dapat berdiriterdiri pula dari dakwaan subsidair atau alternatif atau dapat pula antara bentuk subsidair dengan kumulatif. 32 2.4 Pembuktian Dalam Perkara Pidana 2.4.1 Pengertian dan Sistem Pembuktian a. Pengertian Pembuktian Pembuktian menurut M. Yahya Harahap, “Pembuktian sebagai ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang, membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian merupakan suatu ketentuan yang mengatur alat-alat bukti 29 Ibid, hlm. 402. 30 Ibid, hlm. 404. 31 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik Dan Permasalahannya, Alumni, Bandung, 2007, hlm. 122. 32 Ibid, hlm. 124. yang dibenarkan undang-undang dan mengatur mengenai alat bukti yang boleh yang digunakan hakim guna membuktikan kesalahan terdakwa.” 33 b. Sistem Pembuktian Di dalam teori dikenal adanya 4 sistem pembuktian, yaitu : teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara positif, teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim, teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang logis, dan teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif. Keempat sistem pembuktian tersebut dapat diuaraikan sebagai berikut: 1. Teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara positif positief wettelijk bewijstheorie Dikatakan positif, karena hanya didasarkan kepada undang-undang saja. 34 Artinya jika telah terbukti suatu perbuatan sesuai dengan alat-alat bukti yang disebut oleh undang-undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan sama sekali. Sistem ini disebut juga teori pembuktian formal. 2. Teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim conviction intime Didasarkan kepada keyakinan hati nurani hakim sendiri dalam menetapkan terdakwa telah melakukan perbuatan yang didakwakan. 35 Pemidanaan dimungkinkan tanpa didasarkan kepada alat-alat bukti dalam undang-undang. Hakim dapat memidana terdakwa berdasarkan keyakinannya bahwa ia telah melakukan apa yang didakwakan. 3. Teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang logis laconviction raisonnee Hakim dapat memutuskan seseorang bersalah berdasar keyakinannya, keyakinan yang didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan suatu kesimpulan conclusie yang berlandaskan kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu. Putusan hakim dijatuhkan dengan suatu motivasi. Sistem 33 Lilik Mulyadi 2012, op. cit., hlm. 92. 34 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,2004, hlm.247. 35 Ibid.. hlm. 278.