Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

Langkah yang dilakukan penulis untuk menganalisa bahan hukum yang akan dipakai dalam melakukan penelitian yaitu : a. pertama, penulis mengidentifikasi fakta-fakta hukum yang ada di dalam Putusan Perkara Nomor 180 Pid.B2014PN.RBI. dan memilah antara peristiwa yang dianggap sebagai fakta hukum dan peristiwa yang dianggap bukan fakta hukum. Penulis menetapkan fakta hukum yang ada sebagai isu hukum yang akan dipecahkan, yaitu : 1. Apakah pasal yang dijatuhkan oleh hakim dalam Putusan No. 180Pid.B2014PN.RBI telah sesuai dengan fakta yang terungkap di persidangan ? 2. Apakah pasal yang seharusnya dijatuhkan oleh hakim terhadap terdakwa dalam Putusan No. 180Pid.B2014PN.RBI sesuai dengan perbuatan terdakwa? b. kedua, penulis mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan isu hukum yang akan dipecahkan, yaitu: 1. Bahan hukum primer, yaitu KUHP, KUHAP, UU Perlindungan Anak Tahun 2002 dan Putusan Pengadilan Negeri Nomor 180Pid. B2014PN. RBI. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku hukum dan jurnal-jurnal hukum. c. ketiga, penulis melakukan telaah mengenai isu hukum yang diajukan dengan menggunakan analisis deduksi yaitu menyesuaikan premis mayor dengan premis minor. Aturan hukum sebagai premis mayor dan fakta hukum sebagai premis minor. d. keempat, penulis menarik kesimpulan untuk menjawab isu hukum. Penulis menggunakan silogisme untuk membuktikan apakah fakta hukum premis minor telah memenuhi unsur-unsur perbuatan yang diatur oleh undang-undang premis mayor. e. terakhir yaitu penulis memberikan preskripsi berdasarkan kesimpulan yang diperoleh.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anak dan Hak-Hak Anak 2.1.1 Pengertian Anak Pengertian anak sangatlah luas jika ditinjau dari beberapa ketentuan di dalam undang-undang atau perundang-undangan yang berlaku. Pengertian anak menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu sebagai berikut: 1. Undang –Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat 1 Undang –Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 enam belas tahun. Disimpulkan bahwa pengertian anak dibagi dua, yaitu anak laki-laki dan anak perempuan. Seseorang disebut anak laki-laki yang berusia dibawah 19 tahun dan seseorang yang disebut anak perempuan yang berusia dibawah 16 tahun. 2. Undang –Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat 2 memberikan ketentuan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin. 3. Undang –Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 delapan tahun tetapi belum mencapai umur 18 delapan belas tahun dan belum pernah kawin. 4. UU Perlindungan Anak Tahun 2002 Pasal 1 butir 1 memberikan ketentuan bahwa pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 9