a. Tipu muslihat, secara bahasa terdiri dari dua bahasa yaitu tipu dan muslihat. Tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur bohong, palsu dengan maksud
untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung. Muslihat adalah siasat ilmu perang, muslihatnya sangat halus.
22
b. Serangkaian kebohongan, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa serangkaian kebohongan adalah “rentetan pernyataan tentang sesuatu yang tidak
benar atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya”
23
. c. Membujuk, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menarik
kehendak orang yang bersifat mengiming-imingi, lebih tepat lagi jika yang dibujuk adalah seorang anak-anak sehingga mudah untuk mempengaruhinya.
24
2.2.3 Pengertian dan Unsur Tindak Pidana Pencabulan Menurut Pasal 82 UU
Perlindungan Anak Tahun 2002
Pasal 82 UU Perlindungan Anak Tahun 2002 memberikan ketentuan sebagai berikut :
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah dan paling
sedikit Rp 60.000.000,00 enam puluh juta rupiah.”
Unsur Pasal 82 UU Perlindungan Anak Tahun 2002, sebagai berikut : 1. Setiap orang
2. dengan sengaja 3. kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak 4. melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
22
Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,2012, hlm. 84.
23
Ibid., hlm. 85.
24
Ibid., hlm. 86.
Pengertian mengenai unsur pencabulan Pasal 82 UU Perlindungan Anak Tahun 2002, diuraikan sebagai berikut:
pencabulan adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan atau perbuatan keji dalam lingkup nafsu birahi kelamin. Misalnya
mencium, meraba buah dada wanita, meraba alat kelamin wanita atau laki-laki dan lain sebagainya. Bersetubuh boleh jadi masuk perbuatan
cabul tapi perbuatan cabul tidak selalu identik dengan bersetubuh. Perbuatan cabul tidak terjadi hubungan kelamin, sedangkan pada
persetubuhan harus terjadi hubungan kelamin.
25
2.3 Surat Dakwaan 2.3.1 Pengertian dan Syarat-Syarat Surat Dakwaan
a. Pengertian Surat Dakwaan Menurut Yahya Harahap surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat
rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan
bagi hakim dalam pemeriksaan di muka pengadilan.”
26
b. Syarat-syarat Surat Dakwaan Penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan harus memperhatikan
ketentuan yang diatur dalam Pasal 143 ayat 2 KUHAP mengenai isi surat dakwaan yang harus dipenuhi. Ketentuan yang diatur dalam Pasal 143 ayat 2 KUHAP
mengandung dua syarat, yaitu : 1. syarat formal, yaitu mengenai identitas tersangka yang lengkap, sebagaimana
diatur dalam 143 ayat 2 huruf a KUHAP yang ditentukan sebagai berikut : “nama Iengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;” 2. syarat materiil yaitu mengenai tindak pidana yang didakwakan kepada
tersangka, sebagaimana diatur dalam 143 ayat 2 huruf b KUHAP yang
25
Sunardi dan Fanny Tanuwijaya, op.cit., hlm. 95 101.
26
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 386.