Pengaruh Pemberian Giberelin Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Pada Beberapa Varietas Kentang (Solanum Tuberosum L.)

(1)

PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA BEBERAPA

VARIETAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)

SKRIPSI

Oleh :

NATASSA K. BR. GINTING 060301007 / BDP – AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA BEBERAPA

VARIETAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)

SKRIPSI

Oleh :

NATASSA K. BR. GINTING 060301007 / BDP – AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Giberelin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Beberapa Varietas Kentang (Solanum tuberosum L.)

Nama : Natassa K. Br. Ginting

NIM : 060301007

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Jasmani Ginting, MP Ir. Asil Barus, MS

Ketua Angota

Mengetahui

Ir. T. Sabrina, M. Sc., Ph. D. Ketua Departemen Agroekoteknologi


(4)

ABSTRAK

NATASSA K. BR. GINTING: Pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas kentang, dibimbing oleh JASMANI GINTING dan ASIL BARUS.

Kentang merupakan sumber karbohidrat, mineral dan vitamin.Selain itu dapat dijadikan alternatif bahan pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kentang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian di Desa Gurusinga Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang berada ±1.340 m dpl dari bulan Desember 2010 sampai Maret 2011 menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas yang terdiri dari 2 varietas yaitu varietas granola dan varietas selek tani, faktor kedua konsentrasi giberelin dengan 4 taraf yaitu 0 mg/l, 5 mg/l, 10 mg/l dan 15 mg/l.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah batang utama, berat umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, berat umbi per plot, jumlah kelas umbi A, B, C, D dan produksi per hektar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil daun dan jumlah kelas umbi AA. Perlakuan giberelin berpengaruh nyata terhadap jumlah batang utama, berat umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, berat umbi per plot,jumlah kelas umbi B dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah klorofil dan jumlah kelas umbi AA, A, C, dan D.

Interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata untuk semua parameter yang diamati.


(5)

ABSTRACK

NATASSA K. BR. GINTING: The respons given giberelin of growth and

production some variety of potato, tuition of JASMANI GINTING and ASIL BARUS.

Potato constitute source of carbohydrate, minerals and vitamins, and else can be alternative food material substance. The objective of the research was to know the response given giberelin of growth and production some variety of potato. The research was done in land of farming in Gurusinga village, Berastagi, Karo, North Sumatera above ±1.340 metres above sea level from December 2011 to March 2011 use Randomized Block Design with two factor. The first factor was variety in two lwvwls namely: variety of granola and variety of selek tani. The second factor was concentration giberelin with four level namely: 0 mg/l, 5 mg/ l, 10 mg/l and 15 mg/l.

The result of the research showed that variety was significant on the total of plant hight, especial bar, tuber weight/sample, tuber total/sample, tuber weight/plot, tuber total class A, B, C, D and production/hectare, but not significant on leaf total chlorophyll and tuber total class AA. Giberelin showed significant of total especial bar, tuber weight/sample, tuber total/sample, tuber weight/plot, tuber total class B and production/hectare, but not significant on plant hight, leaf total chlorophyll and tuber total class AA, A, C, D.

The interaction between variety and giberelin showedthat no significant for all parameter.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Natassa K. Br. Ginting dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 22 Desember 1988 dari bapak M. Ginting dan ibu M. Br. Sebayang. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh adalah SD Ledjen Djamin Ginting Berastagi lulus tahun 2000, SLTP Negeri I Berastagi lulus tahun 2003, SMU Negeri I Berastagi tahun 2006. Terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006 melalu jalur PMDK

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di SIPEF Bukit Maraja pada bulan Juni-Juli 2009.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Giberelin Terhadap Pertumbuhan dan Poduksi pada

Beberapa Varietas Kentang (Solanum tuberosum L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Jasmani Ginting sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Asil Barus, Ms sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan

bimbingan selama persiapan penelitian sampai penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak M. Ginting dan ibu M. Br. Sebayang yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang, juga kepada adik saya Anastasia Br. Ginting yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan studi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua rekan – rekan stambuk 06 atas doa dan motivasi.

Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juni 2011


(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Pertumbuhan Kentang ... 9

Varietas ... 12

Giberelin ... 14

BAHAN DAN METODE ... 19

Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat Penelitian ... 19

Metode Penelitian... 19

PELAKSANAAN PENELITIAN ... 22

Persiapan Lahan ... 22

Pembuatan Bedengan dan Saluran Drainase ... 22

Persiapan Bibit ... 22

Pembuatan Larutan Giberelin ... 22

Perlakuan Bibit dengan Giberelin ... 23

Penanaman ... 23

Pemeliharaan Tanaman ... 23

Pemupukan ... 23

Penyiangan dan Pembumbunan ... 24

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 24

Panen ... 24


(9)

Tinggi Tanaman(cm) ... 25

Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3) ... 25

Jumlah Batang Utama per Sampel(batang) ... 25

Jumlah Umbi per Sampel (umbi) ... 25

Berat Umbi per Sampel (kg) ... 25

Berat Umbi Per Plot (kg)... 26

Jumlah Kelas Umbi per Plot (umbi)... 26

Produksi per Hektar (ton) ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

Hasil ... 27

Pembahasan ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan tinggi tanaman pada umur 9 MST pada berbagai perlakuan

varietas dan giberelin ……….. 28 2. Rataan jumlah batang utama per sampel pada umur 9 MST

pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin ………... 29 3. Rataan jumlah klorofil daun per sampel pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ……… 31

4. Rataan jumlah umbi per sampel pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ………. 32

5. Rataan berat umbi per sampel pada berbagai perlakuan varietas dan

giberelin ……….. 33

6. Rataan berat umbi per plot pada berbagai perlakuan varietas dan

giberelin ……… 36

7. Rataan jumlah kelas umbi AA per plot pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ………. 38

8. Rataan jumlah kelas umbi A per plot pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ………... 39

9. Rataan jumlah kelas umbi B per plot pada berbagai perlakuan pupuk kimia dan hayati……….. 40 10. Rataan jumlah kelas umbi C per plot pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ………... 42

11. Rataan jumlah kelas umbi D per plot pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ……… 43

12. Rataan produksi per hektar pada berbagai perlakuan varietas dan


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan tinggi tanaman kentang 9 MST (cm) dengan varietas

kentang ... 28

2. Hubungan Jumlah Batang Utama 9 MST (batang) dengan varietas kentang ... 30

3. Hubungan Jumlah Batang Utama 9 MST (batang) dengan giberelin ... 30

4. Hubungan Jumlah Umbi per Sampel (umbi) dengan varietas Kentang ... 32

5. Hubungan Jumlah Umbi per Sampel (umbi) dengan giberelin ... 33

6. Hubungan Berat Umbi per Sampel (kg) dengan varietas kentang... 34

7. Hubungan Berat Umbi per Sampel(kg) dengan giberelin ... 35

8. Hubungan Berat Umbi per Plot (kg) dengan varietas kentang ... 36

9. Hubungan Berat Umbi per Plot (kg) dengan giberelin ... 37

10. Hubungan Jumlah Umbi Kelas A (146-200 g per umbi) dengan varietas kentang ... 39

11. Hubungan Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) dengan Varietas kentang ... 40

12. Hubungan Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) dengan Giberelin ... 41

13. Hubungan Jumlah Umbi Kelas C (65-100 g per umbi) dengan Varietas kentang ... 43

14. Hubungan Jumlah Umbi Kelas D (<65 g per umbi) dengan Varietas Kentang ... 44

15. Hubungan Produksi Per Hektar (Ton) dengan Varietas kentang ... 46


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan Tanaman Per Plot ... 55

2. Bagan Percobaan ... 56

3. Deskripsi Varietas Kentang ... 57

4. Jadwal Kegiatan ... 59

5. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 3 MST (cm)………...60

6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang3MST ... 60

7. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 4 MST (cm) ... 61

8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 4MST ... 61

9. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 5 MST (cm) ... 62

10. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 5 MST ... 62

11. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 6 MST (cm) ... 63

12. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 6 MST ... 63

13. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 7 MST (cm) ... 64

14. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 7 MST ... 64

15. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 8 MST (cm) ... 65

16. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 8 MST ... 65

17. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 9 MST (cm) ... 66

18. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 9 MST ... 66

19. Data Pengamatan Jumlah Batang Utama 9 MST ... 67

20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Batang Utama 9 MST ... 67


(13)

22. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil Daun... 68

23. Bobot Umbi Per Sampel (kg) ... 69

24. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi Per Sampel ... 69

25. Jumlah Umbi Per Sampel (umbi) ... 70

26. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Per Sampel ... 70

27. Bobot Umbi Per Plot (kg) ... 71

28. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi Per Plot ... 71

29. Jumlah Umbi Kelas AA (>200 g per umbi) per plot ... 72

30. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas AA Per Plot ... 72

31. Jumlah Umbi Kelas A (146-200 g per umbi) Per Plot ... 73

32. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas A Per Plot ... 73

33. Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) Per Plot ... 74

34. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas B Per Plot ... 74

35. Jumlah Umbi Kelas C (65-100 g per umbi) Per Plot ... 75

36. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas C Per Plot ... 75

37. Jumlah Umbi Kelas D (<65 g per umbi) Per Plot ... 76

38. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas D Per Plot ... 76

39. Produksi Per Hektar (ton) ... 78


(14)

ABSTRAK

NATASSA K. BR. GINTING: Pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas kentang, dibimbing oleh JASMANI GINTING dan ASIL BARUS.

Kentang merupakan sumber karbohidrat, mineral dan vitamin.Selain itu dapat dijadikan alternatif bahan pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kentang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian di Desa Gurusinga Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang berada ±1.340 m dpl dari bulan Desember 2010 sampai Maret 2011 menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas yang terdiri dari 2 varietas yaitu varietas granola dan varietas selek tani, faktor kedua konsentrasi giberelin dengan 4 taraf yaitu 0 mg/l, 5 mg/l, 10 mg/l dan 15 mg/l.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah batang utama, berat umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, berat umbi per plot, jumlah kelas umbi A, B, C, D dan produksi per hektar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil daun dan jumlah kelas umbi AA. Perlakuan giberelin berpengaruh nyata terhadap jumlah batang utama, berat umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, berat umbi per plot,jumlah kelas umbi B dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah klorofil dan jumlah kelas umbi AA, A, C, dan D.

Interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata untuk semua parameter yang diamati.


(15)

ABSTRACK

NATASSA K. BR. GINTING: The respons given giberelin of growth and

production some variety of potato, tuition of JASMANI GINTING and ASIL BARUS.

Potato constitute source of carbohydrate, minerals and vitamins, and else can be alternative food material substance. The objective of the research was to know the response given giberelin of growth and production some variety of potato. The research was done in land of farming in Gurusinga village, Berastagi, Karo, North Sumatera above ±1.340 metres above sea level from December 2011 to March 2011 use Randomized Block Design with two factor. The first factor was variety in two lwvwls namely: variety of granola and variety of selek tani. The second factor was concentration giberelin with four level namely: 0 mg/l, 5 mg/ l, 10 mg/l and 15 mg/l.

The result of the research showed that variety was significant on the total of plant hight, especial bar, tuber weight/sample, tuber total/sample, tuber weight/plot, tuber total class A, B, C, D and production/hectare, but not significant on leaf total chlorophyll and tuber total class AA. Giberelin showed significant of total especial bar, tuber weight/sample, tuber total/sample, tuber weight/plot, tuber total class B and production/hectare, but not significant on plant hight, leaf total chlorophyll and tuber total class AA, A, C, D.

The interaction between variety and giberelin showedthat no significant for all parameter.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberresum L.) bukan tanaman asli Indonesia, tetapi datang dari benua Eropa . Pusat keanekaragaman genetik kentang yang meruoakan sumber aslinya adalah Amerika Latin, yakni pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Banyak ahli menduga kentang dari Amerika Selatan Menebar ke Eropa melalui perdaganagan Spanyol. Dari spanyol menyebar ke Inggris selanjutnya Asia dan Afrika (Sunarjono, 2007)

Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum perang dunia II yang disebut Eugenheimer, yang merupakan hasil seleksi di negeri Belanda pada tahun 1890. Sesudah kemerdekaan, varietas-varietas kentang hasil silangan dalam negeri ditemukan dan sejak tahun 1963 lebih dari varietas-varietas unggul yang mempunyai kualitas ekspor di introduksikan dari belanda dan jerman (Soelarso, 1997).

Kentang adalah sumber karbohidrat. Ia juga kaya mineral dan vitamin. Khasiat dari kentang antara lain adalah mencegah kanker, pengobatan asam urat, ginjal, sistem lambung dan jantung, untuk kesehatan lever, jaringan otot, untuk proses peremajaan kulit. Kandungan gizi kentang dalam 100 gr kentang antara lain: Protein 2,00 gr, lemak 0,30 gr, karbohidrat 19,10 gr, kalsium 11,00 mg, fosfor 56,00 mg, serat 0,30 gr, besi 0,30 mg, vitamin B1 0.09 mg, vitamin B2 0,03 mg, vitamin C 16,00 mg, dan niacin 1,40 mg


(17)

Data dari Biro Pusat Statistik tahun 2009 menunjukkan bahwa luasan panen kentang di Sumatera Utara yaitu 8,013 Ha dengan produksi 120,587 ton dan produktivitas 16,17 ton/ha. Sedangkan di Jawa yaitu luasan panen 15,344 Ha dengan produksi 320,542 ton dan produktivitasnya 20,89 ton/ha. Dari data tersebut produksi kentang di Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan dengan di Sumatera Utara yaitu sebesar 4,72 ton/ha (http:/www.bps.co.id, 2010).

Pupuk buatan yang dibutuhkan tanaman kentang setiap hektar adalah Urea 300 kg, Sp-36 300 kg dan KCl 100 kg. Pupuk buatan digunakan sebagai pupuk dasar yang diberikan pada saat sebelum penanaman atau pada saat penanaman bibit kentang (Sunarjono,2007). Sedangkan dosis pemupukan yang digunakan di Kebun Percobaan Tanaman Buah dan Hortikultura di desa Tongkoh, Kecamatan Barus Jahe, kabupaten karo, Sumatera Utara adalah N 175 kg/ha, P2O5 90 kg/ha

dan K2O 135 kg/ha.

Secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan (hormon endogen). Tetapi karena pola budidaya yang kurang intensif yang disertai pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen tersebut menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan bunga/ buah, ukuran umbi/buah kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan hormon (selain kekurangan zat lainnya seperti unsur hara). Dengan penambahan hormon eksogen (ZPT) maka diharapkan menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman yang optimal

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah mampu mendorong, menghambat dan mengubah


(18)

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satunya adalah giberelin, giberelin dapat mempengaruhi antara lain : panjang batang atau ruas batang,

mendorong pembungaan, buah, tumbuhnya mata tunas yang dorman (Santoso dan Fatimah, 2004)

Salah satu fungsi giberelin adalah berperan dalam pemanjangan sel pertumbuhan mata tunas menjadi lebih baik dan dapat tumbuh lebih cepat. Dengan pertumbuhan tunas lebih baik, diharapkan jumlah stolon yang terbentuk akan lebih baik dan jumlahnya lebih banyak.

Kentang sudah menjadi alternatif diversifikasi pangan masyarakat Indonesia sehingga konsumsi bahan pangan berumbi semakin meningkat. Kentang tidak hanya untuk campuran sayur, sup atau membuat perkedel atau pastel, melainkan juga dijadikan keripik, french fries. Tanaman kentang memiliki banyak varietas antara lain : Varietas Granola yang merupakan varietas unggul karena produktivitasnya mencapai 30 ton/ha, tahan terhadap penyakit, warna kulit dan daging umbi kuning, bentuk relatif lonjong/ oval. Varietas desiree umbi lonjong, kulit merah, daging umbi kuning muda.

Salah satu komoditi andalan Sumatera Utara adalah kentang, yang diarahkan untuk pasar ekspor disamping memenuhi kebutuhan pasar domestik. Ekspor kentang menduduki peringkat pertama dalam hal volume maupun devisa diantara seluruh ekspor sayur-sayuran di Sumatera Utara. Tetapi Produksi kentang per Ha masih lebih rendah dibandingkan di Jawa bahkan di luar negeri. Dengan penggunaan ZPT giberelin dan varietas diharapkan dapat meningkatkan produksi kentang per Ha.


(19)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kentang.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas kentang (Solanum tuberosum L.)

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh Pemberian giberelin dan penggunaan varietas yang berbeda

serta interaksi kedua perlakuan terhadap terhadap pertumbuhan dan produksi kentang (Solanum tuberosum L.).

Kegunaan Penelitian

Untuk bahan dalam penyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (2002), kentang (Solanum tuberosum L.) memiliki sistematika sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisio : Angiospemae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberesum L.

Akar memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang bisa menembus sampai kedalaman 45 cm. Sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah dangkal. Akar berwarna keputih-putihan, halus dan berukuran sangat kecil. Dari akar-akar ini ada akar yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon) dan akhirnya menjadi umbi (Setiadi, 2009).

Batang yang berada di atas permukaan tanah berwarna hijau polos, hijau kemerahan, atau ungu tua. Penampang lintang batang berbentuk bulat atau bersudut. Batang yang bersudut dapat bersayap dan tidak bersayap, sayap dapat berupa lebar (> 0,5 cm) atau sempit (<0,5 cm) dan tepi sayap dapat lurus atau bergelombang. Tanaman berbentuk semak dan panjang batang 50 cm – 120 cm.


(21)

Pertumbuhan batang memiliki tiga tipe yaitu tegak, menyebar dan menjalar (Soelarso, 1997).

Daun majemuk menempel di satu tangkai (rachis). Jumlah helai daun umumnya ganjil, saling berhadapan dan di antara pasang daun terdapat pasangan daun kecil seperti telinga yang di sebut daun sela. Pada pangkal tangkai daun majemuk terdapat sepasang daun kecil yang disebut daun penumpu (stipulae). Tangkai lembar daun sangat pendek dan seolah-olah duduk. Warna daun hijau muda sampai hijua gelap dan tertutup oleh bulu-bulu halus (Sunarjono, 2007).

Bunga kentang berjenis kelamin dua (hermaphroditus atau bunga sempurna), warna mahkota bunga putih, merah jambu, atau ungu. Daun kelopak, daun mahkota dan benang sari masing-masing berjumlah 5 buah dengan satu buah putik. Mahkota berbentuk terompet dengan ujung seperti bintang, benang sari berwarna kuning melingkari putik. Bunga kentang tersusun dalam bentuk karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang. Satu karangan memiliki 1-30 bunga tapi umumnya 7-15 pada tiap karanagn bunga. Susunanya ada yang sederhana atau majemuk. Bunga kentang membuka pada pagi hari dan menutup pada sore hari yang berlangsung 3-7 hari (Soelarso, 1997).

Satu minggu setelah penyerbukan, bakal buah akan membesar dan berkembang menjadi buah. Buah berwarna hijau tua sampai keungu-unguan, berbentuk bulat, berukuran kira-kira 2,5 cm dan berongga dua. Buah kentang mengandung 500 bakal biji dan yang dapat berkembang menjadi biji hanyalah berkisar antara 100-300 biji. Buah bisa dipanen pada umur 6-8 minggu setelah penyerbukan (Setiadi, 2009).


(22)

Umbi terbentuk dari ujung stolon yang membengkak. Pada bagian ujung umbi terdapat banyak mata yang bersisik, sedangkan pada bagian pangkalnya atau tangkai umbi tidak ada matanya. Mata umbi tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Satu mata umbi bisa menghasilkan satu batang utama atau lebih (Sunarjono, 2007).

Syarat Tumbuh Iklim

Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap budi daya tanaman kentang. Di Indonesia, tanaman kentang di usahakan di daerah yang memiliki ketinggian 500 m – 3000 m di atas permukaan laut, dan pada ketinggian optimum antara 1000 m – 2000 m di atas permukaan laut (Soelarso, 1997).

Tanaman kentang memerlukan banyak air, terutama pada stadia berbunga, tetapi tidak menghendaki hujan lebat yang berlangsung terus-menerus. Curah huajn yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang ialah 2.000-3000 mm/tahun. Hujan lebat yang berkepanjangan menghambat pancaran sinar matahari, memperlemah energi surya, hingga fotosintesis tidak berlangsung optimal. Hal ini menyebabkan umbi yang terbentuk kecil dan produksinya rendah (Sunarjono, 2007).

Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar antara 15 – 180 C pada malam hari dan 24 – 300 C di siang hari. Namun kentang masih bisa hidup di daerah yang suhu udaranya terutama pada malam hari di bawah suhu ini. Ukuran iklim ini cukup dingin bagi Indonesia yang tergolong negara tropis dan


(23)

mempunyai suhu pada siang hari 24 – 350 C dan 15 – 240 C di malam hari (Setiadi, 2009).

Untuk pembentukan umbi, tanaman kentang menghendaki hari pendek, tetapi untuk pembentukan bunga tanaman menghendaki hari panjang 16-18 jam sehari. Di daerah tropok basah seperti di Indonesia, hari pendek disertai suhu tinggi akan mendorong pembentukan umbi yang optimal. Sebaliknya, bila hari lebih panjang pembentukan umbi akan terhampat, kadang-kadang tanaman tidak menghasilkan umbi (Sunarjono, 2007)

Tanah

Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai struktur cukup halus atu gembur, darinase baik, tanpa lapisan kedap air, debu atau debu berpasir dan sedikit kering. Lapisan keras akan menyebabkan genangan air dan perakaran kentang tidak dapat menembus lapisan kedap air. Lebih suka tanah vulkalis (andosol). Tanah lempung berpasir dan subur, rasa umbi lebih enak dan kandungan karbohidratnya lebih tinggi. Pada tanah liat yang berat, umbi cenderung berlemak dan aromanya berkurang (Soelarso, 1997).

Tanah yang gembur atau mengandung sedikit pasir,mengandung banyak humus merupakan tanah yang bisa menjaga kelembapan tanah ketika musim hujan. Kelembapan tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%. Kelembapan yang lebih dari ini menyebabkan kentang mudah terserang oleh penyakit busuk batang, leher akar atau umbi (Setiadi, 2009).

Tanaman kentang tumbuh pada tanah dengan pH antara 5-5,5. Pada tanah asam (pH kurang dari 5), tanaman sering mengalami gejalakekurangan Mg dan


(24)

keracunan Mn. Selain itu tanaman menjadi mudah terserang nematoda. Sementara itu pada tanah basa (pH lebih dari 7), sering timbul gejala keracunan unsur K dan umbinya mudah terserang penyakit kudis, sehingga tidak laku dijual (Sunarjono, 2007).

Pertumbuhan Kentang

Baik pembentukan ubi maupun umbi diikuti dengan penghentian pertumbuhan memanjang yang normal. Pada brambang penghentian ini bersifat sistemik dan sempurna, termasuk pula penghambatan pertumbuhan akar (Sideris, 1925) dan perombakan dalam daun maupun akar yang telah berkembang. Pada tanaman pembentuk umbi, terjadi hambatan pertumbuhan batang dimana akan terbentuk ubi, ini merupakan hambatan sistemik pertumbuhan vegetatif. Masa perkembangan ubi bersamaan waktunya dengan penghentian pertumbuhan bagian tanaman diatas tanah, diikuti senescence bagian tersebut pada akhir pembentukan atau pertumbuhan ubi (Heddy, dkk, 1994).

Pembelahan pada bakal umbi selanjutnya berlansung pada semua selnya, sehingga penampang melintang (diameter) umbi bertambah cepat. Ukuran umbi pada dasarnya tergantung pada aktivitas pembelahan sekunder yang terjadi pada semua sel umbi, tetapi laju pembelahan dan pembesaran sel tidak seragam pada semua bagian umbi. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan umbi adalah laju dan kuantitas fotisintat yang dipasok dari tajuk tanaman. Pada tanaman kentang, ukuran umbi rata-rata berbanding terbalik dengan jumlah umbi yang terbentuk. Pertumbuhan umbi akan terhenti jika tajuk tanaman mati karena pasokan fotosintat untuk menopang pertumbuhan umbi terhenti (Lakitan, 1996).


(25)

Usaha budidaya tanaman (bertanam) merupakan suatu kegiatan vital dalam kelangsungan hidup manusia yang menggunakan hasil tanaman sebagai bahan makanan utama dan untuk banyak keperluaan lain. Karena itu tujuan akhir dari segala upaya yang dilakukan pada setiap usaha bertanama, apapun yang dilakukan, adalah untuk mendapatkan hasil yang setinggi mungkin baik dari kuantitas maupun kualitas dan apakah itu berupa bagian generatif atau vegetatif tanaman (Sitompul dan Bambang, 1995).

Pertumbuhan dan mutu kentang dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti temperatur, kelembapan, cahaya, jenis tanah dan nutrisi. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kentang yang tak dapat dikendalikan: panjangnya bertumbuh musim, udara dan temperatur tanah, intensitas cahaya dan lamanya, kelembaban dan angin. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan panen dapat dikendalikan oleh penanam: varetas kentang, ukuran benih umbi, pemotongan umbi, jenis potongan umbi, ukuran potongan umbi, operasi penanam, tumbuhan berdiri,batang tanaman utama, kelembapan, nutisi, pengendalian hama, waktu penanaman dan tanggal panen. Hanya ketika semua faktor level optimum

maka akan didapat kentang berkwalitas dengan hasil yang menguntungkan

Pertumbuhan kentang terdiri dari 3 stadium pertumbuhan yaitu : 1. Stadium Awal Pertumbuhan

a. Bila jumlah suhu komulatif setelah penanaman (12-13 hari) tunas akan muncul pada permukaan tanah.

b. Pada saat bersamaan tumbuhnya tunas di permukaan tanah, tumbuh stolon. c. Sekitar 25 hari setelah bertunas, stolon mencapai jumlah terbanyak.


(26)

d. Setelah stadium primordia bunga, batang umbi akan memanjang dengan cepat.

2. StadiumTertinggi Pertumbuhan

a. Kira-kira 10-20 hari setelah tunas tumbuh, bentuk primordia bunga sudah dapat terlihat.

b. Di bagian dalam tanah, ujung stolon menebal mulai membentuk umbi. c. Kira-kira 20-25 hari setelah bertunas, umbi mulai membesar dan pada

stadium ini jumlah kentang dapat diperhitungkan. d. Umbi akan terus membesar sampai daun-daun mati.

e. Pertumbuhan batang paling aktif adalah pada sekitar 25-30 hari setelah bertunas

f. Biasanya, 45-50 hari setelah tumbuhnya tunas, pertumbuhan batang berhenti.

g. Pada stadium perhentian pertumbuhan batang, jumlah pengisapan air sangat tinggi. Bila pada saat ini persediaan air tidak mencukupi, pertumbuhan di permukaan tanah akan berkurang dan hasilnya akn menurun.

h. Pada iklim sejuk, kandungan zat tepung tinggi, sedangkan pada suhu tinggi akan menurun.

3. Stadium Penyempurnaan Umbi

a. Setelah 75-80 hari bertunas, daun-daun umumnya menguning sekitar 10 hari kemudian mati.


(27)

c. Kentang yang telah dipanen akan memasuki masa dormansi dan tidak bertunas lagi.

d. Masa dormansi berbeda-beda menurut varietasnya, tetapi umumnya sekitar 85-105 hari.

(Soelarso, 1997).

Varietas

Secara botani, varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas.Dalam merupakan unit terkecil dalam hierarki klasifikasi. Semua anggota spesies yang sama dapat secara alamiah saling kawin dan menghasilkan keturunan. Namun demikian, untuk sejumlah spesies tertentu terdapat variasi yang sangat jelas di dalamnya

Kelastarian sifat yang dimiliki suatu tanaman atau kelompok tanaman dari generasi ke generasi berikutnya sangat tergantung pada kombinasi gen yang terdapat dalam kromosom sel tanaman.Kombinasi atau kumpulan gen-gen tersebut pada suatu individu tanamandisebut genitipe. Perwujutan genotipe yang tanpak disebut phenotipe, yakni penampilan suatu genotipe tertentu pada lingkungan tempat tumbuh tanaman. Hal demikian dikenal sebagai interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan (Sitompul dan Bambang, 1995).

Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman. Suatu varietas unggul tidak selamanya


(28)

akan menunjukkan keunggulannya, tetapi makin lama akan menurun tergantung pada komposisis genetiknya (Mangoendidjojo, 2003).

Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda pada berbagai sifat tanaman yang mencakup berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat susunan selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Bambang, 1995).

Selain ditentukan oleh faktor kultur teknis, produksi tanaman kentang juga ditentukan oleh banyaknya tunas batang tersebut. Secara teoritis, makin banyak tunas bantang, makin banyak umbi yang terbentuk. Satu batang biasanya mempunyai 1-5 umbi. Penggunaan umbi belah (1/2 umbi, 1/3 umbi atau ¼ umbi) akan mengurangi jumlah tunas cabang, konsekuansinya jumlah umbi lebih sedikit (Sunarjono, 2007).

Varietas granola merupakan varietas unggul karena produktifitasnya bisa mencapai 30-35 ton/Ha. Dari jumlah ini, 20 ton berkualitas baik (AB), 5 ton kualitas sedang (C), 4 ton kualitas TO (campuran) dan 1 ton kualitas rindil. Granola juga tahan terhadap penyakit, bila varietas lain kerusakan akibat penyakit biasa 30%, granola hanya 10%. Umur panen normal adalah 90 hari, meskipun umur 80 hari sudah dapat dipanen. Warna kulit dan daging umbi kuning dan bentuk relatif lonjong atau oval (Setiadi, 2009)


(29)

Varietas Selek tani berbatang besar, berdaun rimbun, berbunga ungu, dan mudah berbuah. Tanaman tahan terhadap penyakit Phytophora infestans, penyakit layu dan virus daun menggulung dan penyakit kulit. Selek tani termasuk kentang berumur sedang (110 hari) dan produktivitasnya tinggi. Umbi Selek tani berbentuk oval sampai oval panjang, bermata dangkal, kulit berwarna kuning, dan dagingnya kuning.

Giberelin

Giberelin ditemukan di Jepang dalam penelitian mengenai penyakit padi yang menyebabkan tanaman tumbuh sangat tinggi. Tanaman tak dapat tegak dan kemudian mati akibat lemahnya batang dan kerusakan oleh parasit. Sejak 1890-an orang Jepang telah mengenal penyakit ini, disebut penyakit bakanae yang disebabkan oleh jamur Gibberella fujikuroi. Tahun 1926, ahli penyakit tanaman menemukan bahwa ekstrak dari jamur ini bila diberikan pada tanaman padiakan menyebabkan gejala yang sama dengan serangan langsung. Tahun 1930-an T. Yabuta dan T. Hayashi dapat mengisolasikan senyawa aktif dari jamur ini dan disebut dengan giberelin (lakitan, 1996).

Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :

1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.

2. Meningkatkan pembungaan.

3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan


(30)

lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah

4. Berperan pada pemanjangan sel.

5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.

Agar hormon tumbuhan yang terdapat dalam jumlah yang relatif sangat kecil bersifat aktif dan khas, dapat dipastikan harus ada tiga syarat utama dalam sistem respon yaitu:

1. Hormon harus ada dalam jumlah yang cukup dalam sel yang tepat.

2. Hormon harus dikenali dan diikat erat oleh setiap kelompok sel yang tanggap terhadap hormon (sel sasaran yang peka), diperlukan protein penerima yaitu suatu protein yang memilih suatu diantara molekul yang jauh lebih kecil. 3. Protein penerima harus bias menyebabkan perubahan metabolik lainyang

mengarah pada penguatan isyarat atau kurir hormon. Nyatanya, proses penguatan terjadi secara berurutan,sebelum respon terhadap terjadi.

(Santoso dan Fatimah, 2004).

Bila dormansi berakhir dengan adanya imbibisi air dan pada keadaan-keadaan tertentu dengan hilangnya inhibitor, biji kembali menjadi pusat aktivitas metabolisme yang tinggi. Sel-sel embrio membesar dan organel-organel


(31)

subselular terorganisasi. Pada beberapa tumbuhan aktivitas sitokinin meningkat dengan cepat segera setelah embrio menjadi turgid kembali. Pada biji serealia, gibberellin dilepaskan dari embrio dan diangkut ke endosperm dimana zat ini menyebabkan dimulainya perombakan simpanan pati dam protein. Gibberellin menginisiasi sintesa amilase, enzim pencerna, dalam sel aleuron, lapisan sel-sel paling luar dari endosperm. Giberelin juga terlibat dalam pengaktifan sintesa protease dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawa-senyawa gula dan asam-asam amino, zat-zat yang dapat larut yang dihasilkan oleh aktivitas amilase dan protease ditranspor ke embrio dan di sini zat-zat ini mendukung perkembangan embrio dan munculnya kecambah (Heddy, 1996).

Giberelin (GA) merupakan kelompok lainnya dari zat pengatur tumbuh atau hormon. Kelompok ini dicirikan dengan adanya struktur dasar kimia yang disebut rangka ’gibbane’. Meskipun telah banyak ditemukan berbagai bentuk GA dengan berbagai variasi aktivitas biologinya, ternyata hanya 2-3 saja yang dapat dikatakan komersil salah satunya Giberelin acid (GA3). Dari tanaman telah

dijumpai ±72 jenis GA. GA ada yang mengelompokan menjadi 2, yaitu : GA dengan jumlah karbon 19, merupakan kelompok yang paling aktif dan GA dengan jumlah karbon 20. GA sintetik yang paling banyak dipasaran dalah GA3 disusul

GA4, GA7 dan GA9 yang semuanya termasuk dalam kelompok berkarbon 19


(32)

GA3 yang lazim digunakan tampaknya yang paling lambat terurai, namun

selama pertumbuhan aktif, sebagian besar giberelin dimetabolismekan dengan cepat melalui proses hidroksilasi, menghasilkan produk yang tidak aktif. Juga, giberelin dengan mudah diubah menjadi konjugat yang sebagian besar tidak aktif. Konjugat ini mungkin disimpan atau dipindahkan sebelum dilepaskan pada saat dan tempat yang tepat. Konjugat yang dikenal meliputi glukosida, yang glukosanya dihubungkan dengan ikatan eter pada salah satu gugus –OH atau dengan ikatan ester pada gugus karboksil giberelin tersebut. Proses metabolik penting lainnya ialah perubahan giberelin yang aktif sekali menjadi kurang aktif (Salisbury and Ross, 1995).

GA dapat merangsang pertumbuhan batang pada strain pendek kacang kapri dan sebagian strain pendek jagung. GA juga mengingkatkan besaran daun beberapa jenis tumbuhan. Demikian juga besar bunga dan buah dapat ditingkatkan. Giberelin dapat pula memecahkan dormansi biji dan tunas pada sejumlah tanaman. Respon terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan sel dan pembesaran sel. Giberelin lebih efektif pada tanaman utuh (Heddy, 1996).

CH3 COOH

O=C

OH

CH2 H2

H2

H2 H

HO

Gibberellic-acid (GA3)


(33)

Biji yang belum matang mengandung giberelin dalam jumlah yang cukup tinggi dibandingkan dengan bagian tumbuhan lainnya. Daun muda diduga

menjadi tempat utama sintesis giberelin seperti halnya auksin. Akar juga mensintesis giberelin, namun giberelin eksogen menimbulkan efek kecil pada pertumbuhan akar, dan menghambat pertumbuhan akar, dan

menghambat pertumbuhan akar liar. Untuk giberelin, selain melalui difusi,

pengangkutan berlangsung melalui xilem dan floem dan tidak polar (Salisbury and Ross, 1995).

Aspek khusus dari pertumbuhan adalah dormansi (ketidak aktifan). Pada tanaman yang rontok tunas apikal menjadi dorman (tak aktif) setiap musim gugur dan pertumbuhan berlangsung hanya jika dormansi dipecahkan dengan proses dingin atau siklus gelap oleh cahaya yang tepat. Untuk beberapa tanaman, seperti birch dan sycamore (Eagles dan Wareing, 1964), giberelin mampu mengganti pemrosesan dingin atau cahaya, dengan hasil bahwa kapasitas tunas dipulihkan. Biji-biji juga sering memperlihatkan dormansi (Wilkins, 1989).

Pemberian giberelin langsung pada daun sedikit memaju pertumbuhannya Dan mempengaruhi bentuknya, sedangkan bila langsung diberikan pada akar, biasanya hampir tidak terlihat efeknya pada akar itu sendiri. Tapi, bila giberelin diberikan dengan cara apa pun di tempat yang dapat mengangkutnya ke aspek tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah pada pemanjangan batang dan (pada beberapa spesies) perkembangan daun muda. Pada spesies yang perkembangan daunnya berlangsung lebih cepat, terpacunya laju fotosintesis menghasilkan peningkatan keseluruhan pertumbuhan termasuk akar (Salisbury and Ross, 1995)


(34)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitia

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian di Desa Gurusinga,

Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan ketinggian

± 1.340 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga bulan Maret 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kentang varietas granola (G4), selek tani (G7), giberelin, NaOH, alkohol 96%, air, pupuk kandang,

pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, fungisida Manzate 82WP, insektisida Meotrin 50EC dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, tali plastik, bambu, timbangan, pacak sampel, plang nama, dan alat tulis dan peralatan lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor 1 : Varietas kentang (V) dengan 2 Taraf perlakuan yaitu : V1 : varietas granola


(35)

Faktor 2 : Konsentrasi giberelin (G) dengan 4 Taraf perlakuan yaitu : G0 : 0 mg/ liter

G1 : 5 mg/ liter G2 : 10 mg/ liter G3 : 15 mg/ liter

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 8 kombinasi yaitu :

V1G0 V2G0

VIGI V2G1

VIG2 V2G2

VIG3 V2G3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah kombinasi : 8 kombinasi

Jumlah plot penelitian : 24 petak

Jarak antar plot : 100 cm

Jarak antar ulangan : 150 cm

Jarak tanam : 100 cm x 40 cm

Jumlah tanaman/plot : 20 tanaman

Jumlah tanaman sampel : 6 tanaman

Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 144 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 440 tanaman


(36)

Model Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Dimana :

Yijk :Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan varietas pada taraf ke-j dan konsentrasi giberelin pada taraf ke-k

µ :Nilai tengah perlakuan

ρi :Pengaruh blok ke-i

αj :Pengaruh varietas pada taraf ke-j

βk :Pengaruh konsentrasi giberelin pada taraf ke-k

(αβ)jk :Pengaruh interaksi antara varietas pada taraf ke-j dan konsentrasi giberelin pada taraf ke-k

εijk :Pengaruh galat percobaan blok ke-i yang mendapat perlakuan varietas ke-j dengan konsentrasi giberelin pada taraf ke-k

Jika analisis data nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan yaitu uji Duncan dengan taraf 5 %.


(37)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari rerumputan, batuan dan sampah-sampah lainnya. Kemudian lahan diolah dengan menggunakan traktor yang bertujuan menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah lahan diolah kemudian dibuat plot sesuai dengan metode penelitian.

Pembuatan Plot dan Saluran Drainase

Plot berukuran lebar 240 cm, panjang 380 cm dan tinggi 25 cm dan jarak antar bedengan 100 cm. Selanjutnya dibuat saluran drainase pada pinggir lahan dengan lebar 50 cm yang lebih rendah dari lahan.

Persiapan Bibit

Bibit kentang yang digunakan adalah bibit yang berukuran 31-45 gram. Bibit yang digunakan adalah bibit yang mata tunasnya belum tumbuh yang akan siap tanamam 14 hari kemudian.

Pembuatan Larutan Giberelin

Giberelin yang digunakan adalah giberelin berbentuk serbuk dengan kandungan 96%. Setiap perlakuan dengan berat giberelin 5 mg/l (35 mg/7 l air), 10 mg (70 mg/l air) dan 15 mg (105 mg/l air). Giberelin di larutkan dengan menggunakan NaOH dan alkohol 96%, setelah giberelin larut maka dapat di campur dengan air sebanyak 7 liter.


(38)

Perlakuan Bibit dengan Giberelin

Bibit yang telah disediakan direndam dalam larutan giberelin selama 1 jam, sedangkan untuk perlakuan kontrol direndam dengan air selama 1 jam. Kemudian bibit ditiriskan dan dikering anginkan kemudian bibit disimpan kembali di dalam kardus dan diutup dibiarkan selama 14 hari

Penanaman

Sebelum penanaman dibuat lubang tanam sedalam 5-10 cm dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm. Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan bibit pada lubang tanam yang telah ditentukan. Masing-masing lubang dimasukkan bibit dengan posisi tunas menghadap keatas selanjutnya ditutup dengan tanah setebal ± 5 cm.

Pemeliharaan Tanaman Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sebanayak 1kg/lubang tanama dan pupuk Urea (15,2 gr/tanaman), SP-36 (10 gr/tanaman) dan KCL (9 gr/tanaman). Pupuk kandang dimasukkan pada lubang tanam bersamaan dengan pupuk Urea, SP-36 dan KCL kemudian di campurkan dengan tanah menggunakan cangkul dan ditutup dengan tanah yang berasal dari galian lubang tanam. Pupuk Urea diberikan 2 tahap yaitu pada saat sebelum penanaman dan pada saat tanaman berumur 4MST. Pemupukan urea pada tahap ke dua diberikan melingkar pada tajuk tanaman.


(39)

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma yang dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan yang dilakukan dengan cara mempertinggi permukaan tanah di sekitar tanaman sehingga lebih tinggi dari tanah sekelilingnya dan memperbaiki bentuk bedengan yang rusak. Pembumbunan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 30 HST bersamaan dengan pemberian pupuk susulan dan pada umur 60 HST.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan intensif dengan pemberian pestisida. Pengendalian penyakit dilakukan dengan fungisida Manzate 82WP dengan dosis 0,4 gr/liter air. Pengendalian hama dilakukan dengan insektisida Meotrin 50EC dengan dosis 2 ml/liter air. Pengendalian dilakukan dengan interval 1 minggu sekali dan pada tanaman yang terserang di lakukan 2 kali seminggu .Penyemprotan dilakukan merata sampai dibelakang sisi daun.

Panen

Pemanenan dapat dilakukan dengan kriteria daun menguning merata dan kulit umbi tidak mudah lecet sehingga tidak mudah terluka terkena gesekan dan batangnya telah menguning dan telah mencapai umur panen. Pemanenan dilakukan pada saat umur tanaman 97 hari. Umbi kentang dipanen dengan cara membongkar guludan secara hati-hati dengan menggunakan cangkul agar umbi tidak cacat.


(40)

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai ke titik tumbuhTanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tanaman dilakukan mulai umur 3 MST dengan interval 1 minggu sampai tanaman berumur 9 MST.

Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3)

Perhitungan jumlah klorofil yaitu dengan dengan menggunakan klorofil meter. Pengukuran dilakukan pada 10 daun pada setiap batang atau cabang tanaman per sampel dan dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 50HST.

Jumlah Batang Utama per Sampel (Batang)

Jumlah batang utama di hitung banyaknya jumlah batang yang muncul pada permukaan tanah yang dilakukan pada saat tanaman berumur 9 MST

Jumlah Umbi Per Sampel (Umbi)

Umbi dihitung seluruhnya pada setiap tanaman sampel dengan mengamati berapa banyak umbi yang terdapat pada setiap tanaman sampel. Dihitung setelah selesai panen.

Berat Umbi Per Sampel (Kg)

Berat umbi dihitung setelah selesai panen, dilakukan pada tanaman sampel pada setiap perlakuan. Umbi terlebih dahulu dibersihkan dari tanah yang menempel, kemudian ditimbang berat umbi setiap sampel.


(41)

Berat Umbi Per Plot (Kg)

Berat umbi dihitung setelah selesai panen, dilakukan pada setiap plot, kemudian ditimbang berat umbi seluruhnya.

Jumlah Kelas Umbi per Plot

Mutu umbi di amati kemudian dimasukkan ke dalam kelas-kelasnya yaitu:

Kelas AA (Super) : > 200 g/umbi

Kelas A : 146 – 200 g/umbi

Kelas B : 101 -145 g/umbi

Kelas C : 65 - 100 g/umbi

Kelas D : < 65 g/umbi

Produksi Per Hektar (Ton)

Dari hasil yang telah diperoleh dihitung produksi per hektar tanaman kentang untuk setiap perlakuan.


(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil analisis secara statistika menunjukkan perlakuan varietas berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah batang utama, berat umbi per tanaman sampel, jumlah umbi per tanaman sampel, berat umbi per plot, jumlah kelas umbi A, B, C, D dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah klorofil daun dan jumlah kelas umbi AA.

Giberelin berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah batang utama, berat umbi per tanaman sampel, jumlah umbi per tanaman sampel, berat umbi per plot,jumlah kelas umbi B dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah klorofil dan jumlah kelas umbi AA, A, C, dan D. Interaksi antara varietas dan giberelin menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman kentang umur 3 s/d 9 MST serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 5 s/d 18 yang menunjukkan perlakuan varietas berpengaruh pada umur 3 s/d 9 MST. Sedangkan perlakuan giberelin pada umur 3 s/d 9 MST serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Data rataan tinggi tanaman kentang umur 9 MST pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 1.


(43)

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada umur 9 MST (cm) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l)

Rataan

0 5 10 15

Granola 58.36 63.38 61.67 63.02 61.61 b

Selek tani 74.35 72.93 75.65 77.03 74.99 a

Rataan 66.36 68.16 68.66 70.03

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman 9 MST yaitu tertinggi pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 74.99 cm dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 61.61 cm.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa pemberian giberelin berpengaruh terhadap tinggi tanaman 9 MST pada tanaman kentang. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 70.03 cm dan berturut-turut diikuti oleh konsentrasi 10 mg/l yaitu 68.66 cm, 5 mg/l yaitu 68.16dan tanpa pemberian giberelin yaitu 66.36 cm.

Gambar 1. Hubungan Tinggi Tanaman 9 MST (cm) dengan Varietas Kentang.

Dari gambar 1 terlihat bahwa tinggi tanaman kentang 9 MST tertinggi pada varietas Selek tani diikuti oleh varietas Granola.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

Granola Selek tani

T inggi T ana m an (c m ) Varietas


(44)

Jumlah Batang Utama per Sampel (Batang)

Data pengamatan jumlah batang utama per sampel kentang pada umur 9 MST serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 19 s/d 20 yang menunjukkan perlakuan varietas dan giberelin berpengaruh nyata terhadap jumlah batang utama serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah batang utama.

Data rataan jumlah batang utama per tanaman sampel kentang umur 9 MST pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan Jumlah batang utama per tanaman sampel kentang umur 9 MST (batang) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin.

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 3.11 3.28 3.06 3.61 3.26 b

Selek tani 4.72 4.83 5.83 6.00 5.35 a

Rataan 3.92 c 4.06 c 4.44 b 4.81 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter jumlah batang utama 9 MST yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 5.35 batang dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 3.26 batang.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah batang utama 9 MST pada tanaman kentang. Jumlah batang terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 4.81 batang, dan berturut-turut diikuti oleh 10 mg/l yaitu 4.44 batang, 5 mg/l yaitu 4.06 batang dan tanpa pemberian giberelin yaitu 3.92 batang.


(45)

Gambar 2. Hubungan Jumlah Batang Utama 9 MST (Batang) dengan Varietas kentang.

Dari gambar 2 terlihat bahwa jumlah batang utama per sampel 9 MST terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

Hubungan jumlah batang utama kentang umur 9 MST dengan berbagai perlakuan giberelin dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Jumlah Batang Utama 9 MST (Batang) dengan Giberelin.

Gambar 3 menunjukkan hubungan jumlah batang utama per sampel pada berbagai perlakuan giberelin adalah linier yang artinya jumlah batang utama tanaman akan meningkat sejalan dengan bertambahnya konsentrasi giberelin.

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

Granola Selek tani

Ju m lah B at an g U tam a ( B at an g ) Varietas

ŷ= 0.061x + 3.847 r= 0.966 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

0 5 10 15 20

Ju m lah B at an g U tam a ( B at an g ) Giberelin (mg/l)


(46)

Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3)

Data pengamatan jumlah klorofil daun kentang kentang pada umur 50 HST serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 21 s/d 22 yang

menunjukkan perlakuan varietas dan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun.

Data rataan jumlah klorofil daun kentang umur 50 HST pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan Jumlah klorofil daun kentang umur 50 HST pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin.

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 50.97 49.47 49.62 50.06 50.03

Selek tani 49.86 48.68 50.23 49.91 49.67

Rataan 50.41 49.08 49.93 49.99

Dari Tabel 3 dapat dilihat varietas berpengaruh terhadap jumlah klorofil yaitu tertinggi pada tanaman kentang varietas Granola yaitu 50.03 dan diikuti oleh varietas Selek tani yaitu 49.67.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin bepengaruh terhadap jumlah klorofil daun. Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada konsentrasi tanpa pemberian giberelin yaitu 50.41 dan berturut-turut diikuti oleh 15 mg/l yaitu 49.99,10 mg/l yaitu 49.93 dan 5 mg/l yaitu 49.08.

Jumlah Umbi per Sampel (umbi)

Data pengamatan jumlah umbi per sampel kentang serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 23 s/d 24 yang menunjukkan perlakuan varietas dan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per sampel.


(47)

Data rataan jumlah umbi per sampel kentang pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan Jumlah umbi per sampel (umbi) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 8.11 10.33 10.89 12.28 10.4 b

Selek tani 15.44 16.22 16.89 18.56 16.78 a

Rataan 11.78 d 13.28 bc 13.89 b 15.42 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter jumlah umbi per sampel yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 10.67 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 10.4 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah umbi per sampel pada tanaman kentang. Jumlah umbi per tanaman sampel terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 15.42 umbi, dan berturut-turut diikuti oleh 10 mg/l yaitu 13.89 umbi, 5 mg/l yaitu 13.28 umbi dan tanpa pemberian giberelin yaitu 11.78.

Gambar 4. Hubungan antara Jumlah Umbi per Sampel (umbi) dengan Varietas kentang. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00

Granola Selek tani

Ju m lah U m b i p er S am p el (u mb i) Varietas


(48)

Dari gambar 4 terlihat bahwa jumlah umbi per tanaman sampel (umbi) terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

Hubungan jumlah umbi per tanaman sampel kentang berbagai perlakuan giberelin dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hubungan Jumlah Umbi per Sampel (umbi) dengan Giberelin.

Gambar 5 menunjukkan hubungan jumlah umbi per sampel (umbi) pada perlakuan giberelin adalah linier yang artinya jumlah umbi per sampel akan meningkat sejalan dengan bertambahnya konsentrasi giberelin.

Berat Umbi per Sampel (Kg)

Data pengamatan Berat umbi per sampel kentang serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 25 s/d 26 yang menunjukkan perlakuan varietas dan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat umbi per sampel.

Data rataan berat umbi per sampel tanaman kentang pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 5.

ŷ= 1.152x + 10.70 r= 0.976 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00

0 5 10 15 20

Ju ml ah U mb i p er S amp el ( u mb i)


(49)

Tabel 5. Rataan Berat umbi per sampel (kg) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin.

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 0.95 1.18 1.16 1.34 1.16 b

Selek tani 1.73 1.74 1.88 1.84 1.8 a

Rataan 1.34 d 1.46 bc 1.52 ab 1.59 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter berat umbi per tanaman sampel yaitu tertinggi pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 1.8 kg dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 1.16 kg.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap berat umbi per tanaman sampel pada tanaman kentang. Berat umbi per tanaman sampel tertinggi terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 1.59 kg, dan berturut-turut diikuti oleh 10 mg/l yaitu 1.52 kg, 5 mg/l yaitu 1.46 kg dan tanpa pemberian giberelin yaitu 1.34 kg.

Gambar 6. Hubungan antara berat umbi per sampel (kg) dengan Varietas.

Dari gambar 6 terlihat bahwa berat umbi per tanaman sampel (kg) terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00

Granola Selek tani

B er at U m b i p er S am p el ( k g ) Varietas


(50)

Hubungan berat umbi per tanaman sampel (kg) kentang berbagai perlakuan giberelin dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Hubungan Berat Umbi per Sampel (Umbi) dengan Giberelin.

Gambar 7 menunjukkan hubungan jumlah batang utama per tanaman sampel pada berbagai perlakuan giberelin adalah linier yang artinya jumlah batang utaman tanaman akan meningkat sejalan dengan bertambahnya konsentrasi giberelin.

Berat Umbi per Plot (kg)

Data pengamatan berat umbi per plot kentang serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 27s/d 28 yang menunjukkan perlakuan varietas dan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat umbi per plot.

Data rataan berat umbi per plot kentang pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 6.

ŷ= 0.016x + 1.355 r= 0.966 1,30 1,35 1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65

0 5 10 15 20

B er at U m b i p er S am p el ( k g ) Giberelin (mg/l)


(51)

Tabel 6. Rataan Berat umbi per plot (Kg) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 19.70 21.94 21.61 23.59 21.71 b

Selek tani 37.80 38.88 40.80 43.93 40.35 a

Rataan 28.75 c 30.41 b 31.20 b 33.76 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter berat umbi per plot (kg) yaitu tertinggi pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 40.35 kg dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 21.71 kg.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap berat umbi per plot (kg) pada tanaman kentang. Berat umbi per plot tertinggi terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 33.76 kg, dan berturut-turut diikuti oleh 10 mg/l

yaitu 31.20 kg, 5 mg/l yaitu 30.41 kg dan tanpa pemberian giberelin yaitu 28.75 kg.

Gambar 8. Hubungan antara Berat Umbi per Plot (kg) dengan Varietas kentang.

Dari gambar 8 terlihat bahwa berat umbi per plot (kg) tertinggi pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00

Granola Selek tani

B er at U m b i p er P lo t ( K g ) Varietas


(52)

Hubungan berat umbi per plot (kg) dengan berbagai perlakuan giberelin dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Hubungan berat umbi per plot (kg) dengan Giberelin.

Gambar 9 menunjukkan hubungan berat umbi per plot (kg) pada berbagai perlakuan giberelin adalah linier yang artinya berat umbi per plot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya konsentrasi giberelin.

Jumlah Umbi Menurut Kelasnya Per Plot. a. Jumlah Umbi Kelas AA (>200 gr per umbi)

Data pengamatan jumlah umbi kelas AA (>200 gr per umbi) serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 29 s/d 30 yang menunjukkan perlakuan varietas dan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Data rataan jumlah umbi kelas AA (>200 gr per umbi) kentang pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 7.

ŷ= 0.316x + 28.65 r = 0.958

28,00 29,00 30,00 31,00 32,00 33,00 34,00 35,00

0 5 10 15 20

B er at U m b i p er P lo t ( K g )


(53)

Tabel 7. Rataan jumlah umbi kelas AA (umbi) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/ l air) Rataan

0 5 10 15

Granola 6.33 10.00 7.00 10.67 8.50

Selek tani 9.67 9.67 11.00 10.00 10.08

Rataan 8.00 9.83 9.00 10.33

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter jumlah umbi kelas AA (umbi) yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 10.08 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 8.50 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah umbi kelas AA (umbi) pada tanaman kentang. Jumlah umbi kelas AA (umbi) terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 10.33 umbi, dan berturut- turut diikuti oleh 5 mg/l yaitu 9.83 umbi, 10 mg/l yaitu 9.00 umbi dan tanpa pemberian giberelin yaitu 8.00 umbi.

b. Jumlah Umbi Kelas A (146-200 g per umbi)

Data pengamatan jumlah umbi kelas A (146-200 g per umbi) serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 31 s/d 32 yang menunjukkan perlakuan varietas bepengaruh nyata terhadap jumlah umbi kelas A dan perlakuan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Data rataan jumlah umbi kelas A (146-200 g per umbi) kentang pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 8.


(54)

Tabel 8. Rataan jumlah umbi kelas A pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 10.33 9.67 11.33 10.67 10.5 b

Selek tani 13.67 14.33 13.33 14.67 14 a

Rataan 12.00 12.00 12.33 12.67

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter jumlah umbi kelas A (umbi) yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 14 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 10.5 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah umbi kelas A (umbi) pada tanaman kentang. Jumlah umbi kelas A (umbi) terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 12.67 umbi, dan berturut- turut diikuti oleh 10 mg/l yaitu 12.33 umbi, 5 mg/l yaitu 12.00 umbi dan tanpa

pemberian giberelin yaitu 12.00 umbi.

Gambar 10. Hubungan antara Jumlah Umbi Kelas A (146-200 g per umbi) dengan Varietas.

Dari gambar 10 terlihat bahwa jumlah umbi kelas A (umbi) terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00

Granola Selek tani

Ju m la h K ela s A ( U m b i) Varietas


(55)

c. Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi)

Data pengamatan jumlah umbi kelas B (101–145 g per umbi) serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 33 s/d 34 yang menunjukkan perlakuan varietasi dan giberelin bepengaruh nyata terhadap jumlah umbi kelas B serta interaksi keduanya berpengaruh nyata.

Data rataan jumlah umbi kelas B (101–145 g per umbi) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Rataan jumlah umbi kelas B pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 7.00 9.00 13.33 12.33 10.42 b

Selek tani 17.67 20.00 19.33 25.33 20.58 a

Rataan 12.33 d 14.5 bc 16.3 b 18.83 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter jumlah umbi kelas B (umbi) yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 20.58 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 10.42 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah umbi kelas B (umbi) pada tanaman kentang. Jumlah umbi kelas B (umbi) terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 18.83 umbi, dan berturut- turut diikuti oleh 10 mg/l yaitu 16.3 umbi, 5 mg/l yaitu 14.5 umbi dan tanpa pemberian giberelin yaitu 12.33 umbi.


(56)

Gambar 11. Hubungan antara Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) dengan Varietas.

Dari gambar 11 terlihat bahwa jumlah umbi kelas B (umbi) terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

Hubungan jumlah umbi kelas B (umbi) dengan berbagai perlakuan giberelin dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Hubungan Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) dengan Giberelin.

Gambar 12 menunjukkan hubungan jumlah umbi kelas B pada berbagai perlakuan giberelin adalah linier yang artinya jumlah umbi kelas B akan meningkat sejalan dengan bertambahnya konsentrasi giberelin.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

Granola Selek tani

Jum la h K el as B ( um b i) Varietas

ŷ = 0.426x + 12.3

r = 0.996

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

0 5 10 15 20

Jum la h K el as B ( um b i) Giberelin (mg/l)


(57)

d. Jumlah Umbi Kelas C (65-100 g per umbi)

Data pengamatan jumlah umbi kelas C (65-100 g per umbi) serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 35 s/d 36 yang menunjukkan perlakuan varietas bepengaruh nyata terhadap jumlah umbi kelas C dan perlakuan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Data rataan jumlah umbi kelas C (65-100 g per umbi) kentang pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rataan jumlah umbi kelas C pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 8.33 13.33 10.67 13.33 11.42 b

Selek tani 23.33 23.67 27.00 28.33 25.58 a

Rataan 15.83 18.50 18.83 20.83

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter jumlah umbi kelas c (umbi) yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 25.58 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 11.42 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah umbi kelas C (umbi) pada tanaman kentang. Jumlah umbi kelas C (umbi) terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 20.83 umbi, dan berturut- turut diikuti oleh 10 mg/l yaitu 18.83 umbi, 5 mg/l yaitu 18.50 umbi dan tanpa pemberian giberelin yaitu 15.83 umbi.


(58)

Gambar 13. Hubungan antara Jumlah Umbi Kelas C (65-100 g per umbi) dengan Varietas.

Dari gambar 13 terlihat bahwa jumlah umbi kelas C (umbi) terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

e. Jumlah Umbi Kelas D (<65 g per umbi)

Data pengamatan jumlah umbi kelas D (<65 g per umbi) serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 33 s/d 34 yang menunjukkan perlakuan varietas bepengaruh nyata terhadap jumlah umbi kelas C dan perlakuan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Data rataan jumlah umbi kelas D (<65 g per umbi) kentang pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Rataan jumlah umbi kelas D pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 16.33 20.00 19.33 21.33 19.25 b

Selek tani 28.33 29.67 30.67 35.33 31 a

rata-rata 22.33 24.83 25.00 28.33

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

Granola Selek tani

Ju m la h K ela s u m b i C ( U m b i) Varietas


(59)

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter jumlah umbi kelas D (umbi) yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 31 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 19.25 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah umbi kelas D (umbi) pada tanaman kentang. Jumlah umbi kelas D (umbi) terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 28.33 umbi, dan berturut- turut diikuti oleh 10 mg/l yaitu 25.00 umbi, 5 mg/l yaitu 24.83 umbi dan tanpa pemberian giberelin yaitu 22.33 umbi.

Gambar 14. Hubungan antara Jumlah Umbi Kelas D (<65 g per umbi) dengan Varietas.

Dari gambar 14 terlihat bahwa jumlah umbi kelas D (umbi) terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

Produksi Per Hektar (Ton)

Data pengamatan produksi per hektar (Ton) kentang serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 35 s/d 36 yang menunjukkan perlakuan

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00

Granola Selek tani

Ju

m

la

h

K

ela

s D

(

U

m

b

i)


(60)

varietas dan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat produksi per hektar (Ton).

Data rataan produksi per hektar (Ton) kentang pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Rataan produksi per hektar (Ton) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas

Giberelin (mg/l)

Rataan

0 5 10 15

Granola 21.60 24.06 23.69 25.77 23.78 b

Selek tani 41.45 42.59 44.73 49.61 44.60 a

Rataan 31.53 d 33.33 bc 34.21 b 37.69 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter produksi per hektar (ton) yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek tani yaitu 44.60 ton dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 23.78 ton.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap produksi per hektar (ton) pada tanaman kentang. produksi per hektar (ton) terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 37.29 ton, dan berturut- turut diikuti oleh 10 mg/l yaitu 34.21 ton, 5 mg/l yaitu 33.33 ton dan tanpa pemberian giberelin yaitu 31.53 ton.


(61)

Gambar 15. Hubungan antara Produksi Per Hektar (Ton) dengan Varietas.

Dari gambar 15 terlihat bahwa jumlah umbi kelas D (umbi) terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

Hubungan produksi per hektar (Ton) dengan berbagai perlakuan giberelin dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Hubungan Produksi Per Hektar (Ton) dengan Giberelin.

Gambar 16 menunjukkan hubungan produksi per hektar (ton) pada berbagai perlakuan giberelin adalah linier yang artinya produksi per hektar (ton) akan meningkat sejalan dengan bertambahnya konsentrasi giberelin.

0 10 20 30 40 50

Granola Selek tani

P ro d uks i p er H ekt ar ( T o n) Varietas

ŷ= 0.387x + 31.28 r = 0.934

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 5 10 15 20

P ro d uks i p er H ekt ar ( T o n) Giberelin (mg/l)


(62)

Pembahasan

Pengaruh Perlakuan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang

Dari hasil analisis secara statistika menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah batang utama, berat umbi per tanaman sampel, jumlah umbi per tanaman sampel, berat umbi per plot, jumlah kelas umbi A, B, C, D dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah klorofil daun dan jumlah kelas umbi AA.

Varietas berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada varietas Selek tani (V2) dan terendah terdapat pada varietas Granola (V1) hal ini disebabkan kerena setiap varietas memiliki susunan genetik yang berbeda, sehingga menyebabkan adanya perbedaan ciri dan sifat pada tanaman. Sitompul dan Bambang (1995) yang menyatakan bahwa, perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik dalam suatu fase pertumbuhan yang berbeda mencakup berbagai bentuk dan fungsi tanaman sehingga menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan tanaman.

Varietas berpengaruh terhadap jumlah batang utama dimana jumlah batang utama tertinggi pada varietas Selek tani (V2) dan terendah pada varietas Granola (V1). Hal ini karena secara umum faktor generasi turut menentukan jumlah mata tunas yang terdapat pada umbi tanaman kentang. Jumlah mata tunas pada umbi akan menentukan jumlah batang utama yang tumbuh ke atas permukaan tanah. Semakin tinggi generasi suatu varietas dari tanaman kentang akan semakin banyak mata tunas pada umbi, sehingga jumlah batang utama kan semakin


(63)

banyak. Sumber bibit sebagai bahan pada penelitian ini yaitu varietas Granola pada generasi ke-4 (G4), sedangkanvarietas Selek tani generasi ke-7 (G7). Hal ini

berati bahwa jumlah batang utama akan lebih banyak pada varietas Selek tani. Sitompul dan Bambang (1995) menyatakan bahwa kelastarian sifat yang dimiliki suatu tanaman atau kelompok tanaman dari generasi ke generasi berikutnya sangat tergantung pada kombinasi gen yang terdapat dalam kromosom sel tanaman. Serta adanya interaksi antara faktor genetik dengan lingkungannya.

Jumlah klorofil daun pada masing-masing varietas yaitu varietas Granola (V1) dan varietas Selek tani (V2) adalah tidak berpengaruh. Hal ini berarti bahwa faktor genetik tanaman kentang merupakan faktor dominan yang menentukan jumlah klorofil yang terdapat pada tanaman. Sitompul dan Bambang (1995) menyatakan bahwa, perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik dalam suatu fase pertumbuhan yang berbeda mencakup berbagai bentuk dan fungsi tanaman sehingga menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan tanaman.

Varietas berpengaruh terhadap jumlah umbi per tanaman sampel, berat umbi per tanaman sampel, berat umbi per plot, dan produksi per hektar. Tertinggi pada varietas selek tani (V2) dan terendah pada varietas granola (V1). hal ini disebabkan oleh varietas Selek tani (V2) mempunyai produksi lebih tinggi dari varietas Granola (V1). Hal ini sesuai dengan literatur Mangoendidjojo, (2003) yang menyatakan varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman.


(64)

Varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per tanaman sampel, jumlah umbi kelas AA, kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Tertinggi pada varietas selek tani (V2) dan terendah pada varietas granola (V1), hal ini disebabkan karena jumlah tunas batang yang berbeda pada setiap varietas. Pada tanaman kentang jika jumlah tunas batang yang terdapat pada tanaman semakin banyak maka jumlah umbi yang akan terbentuk juga semakin banyak sehingga mempengaruhi jum;lah umbi untuk setiap kelas umbi. Hal ini sesuai dengan literature Sunarjono (2007) yang menyatakan selain ditentukan oleh faktor kultur teknis, produksi tanaman kentang juga ditentukan oleh banyaknya tunas batang tersebut. Secara teoritis, makin banyak tunas bantang, makin banyak umbi yang terbentuk.

Pengaruh Pemberian Giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi Kentang

Giberelin berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah batang utama, berat umbi per tanaman sampel, jumlah umbi per tanaman sampel, berat umbi per plot,jumlah kelas umbi B dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah klorofil dan jumlah kelas umbi AA, A, C, dan D. Giberelin berpengaruh nyata terhadap jumlah batang utama. Jumlah batang utama tertinggi pada perlakuan giberelin 15 mg/l air (G3) terendah pada perlakuan 0 mg/l air (G0), hal ini karena giberelin diberikan pada bibit yang mata tunasnya belum tumbuh, dimana giberellin dapat memecahkan dormansi dari mata tunas yang belum tumbuh. Hal ini sesuai dengan literatur Heddy (1996) yang menyatakan giberelin dapat pula memecahkan dormansi biji dan tunas pada


(65)

sejumlah tanaman. Respon terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan sel dan pembesaran sel. Dimana giberelin lebih efektif pada tanaman utuh.

Giberelin tidak berpengaruh terdapat parameter jumlah klorofil pada masing-masing varietas yaitu varietas Granola (V1) dan varietas Selek tani (V2). Hal ini disebabkan karena faktor genetik yang terdapat pada tanaman kentang lebih dominan terhadap jumlah klorofil daun. Sitompul dan Bambang (1995) menyatakan bahwa, perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik dalam suatu fase pertumbuhan yang berbeda mencakup berbagai bentuk dan fungsi tanaman sehingga menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan tanaman.

Giberelin berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per tanaman sampel. Jumlah umbi per tanaman sampel tertinggi pada perlakuan giberelin 15 mg/l air (G3) dan yang terendah pada perlakuan 0 mg/l air (G0). Hal ini karena giberelin yang diberikan pada bibit membantu meningkatkan jumlah batang, sehingga jumlah umbi yang dihasilkan ikut meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury and Ross (1995) yang menyatakan GA3 yang lazim digunakan

tampaknya yang paling lambat terurai, namun selama pertumbuhan aktif, sebagian besar giberelin dimetabolismekan dengan cepat melalui proses hidroksilasi, menghasilkan produk yang tidak aktif. Juga, giberelin dengan mudah diubah menjadi konjugat yang sebagian besar tidak aktif.

Rataan jumlah umbi kelas AA pada varietas Granola (V1) dan varietas Selek tani (V2) cenderung meningkat terdapat pada pemberian giberelin pada konsentrasi 15 mg/l kemudian diikuti oleh 5 mg/l, 10 mg/l dan tanpa pemebrian


(66)

giberelin. Hal ini berarti bahwa dengan pemberian giberelin 15 mg/l belum terdapat konsentrasi optimal untuk meningkatkan jumlah umbi kelas AA.

Rataan jumlah umbi kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D mempunyai pola yang sama yaitu semakin meningkat dengan bertambahnya konsentarsi giberelin yang diberikan. Hal ini berati bahwa giberelin dapat meningkatkan jumlah umbi tetapi belum mencapai konsentrasi yang optimal. Giberelin yang diaplikasikan pada bibit meningkatkan jumlah mata tunas pada bibit dengan peningkatan jumlah mata tunas maka jumlah batang utama yang tumbuh pada tanaman juga meningkat, sehingga jumlah umbi untuk kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D ikut meningkat. Heddy (1996) yang menyatakan giberelin dapat pula memecahkan dormansi biji dan tunas pada sejumlah tanaman. Respon terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan sel dan pembesaran sel. Dimana giberelin lebih efektif pada tanaman utuh.

Giberelin berpengaruh nyata terhadap berat umbi per tanaman sampel, berat umbi per plot dan produksi per hektar. Hal ini berhubungan dengan banyaknya batang utama yang ditentukan dengan jumlah mata tunas yang tumbuh pada bibit. Giberelin yang di aplikasikan pada bibit yang mata tunasnya belum tumbuh mendorong pertumbuhan mata tunas. Hal ini sesuai dengan literatur Heddy (1996) yang menyatakan gibberellin menginisiasi sintesa amilase, enzim pencerna, dalam sel-sel aleuron, lapisan sel-sel paling luar dari endosperm. Giberelin juga terlibat dalam pengaktifan sintesa protease dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawa-senyawa gula dan asam-asam amino, zat-zat yang dapat larut yang dihasilkan oleh aktivitas amilase dan protease ditranspor ke


(67)

embrio dan di sini zat-zat ini mendukung perkembangan embrio dan munculnya kecambah.

Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Varietas dengan Giberelin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang

Dari hasil pengamatan dan hasil sidik ragam secara statistik menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dengan giberelin berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Hal ini kemungkinan karena antara varietas dengan giberelin tidak saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.


(1)

Lampiran 35. Data Pengamatan Jumlah Umbi Kelas C (65-100 g per umbi) per plot

Perlakuan

Blok

Total Rataan

I II III

V1G0 10 5 10 25 8.33

V1G1 18 13 9 40 13.33

V1G2 10 12 10 32 10.67

V1G3 14 18 8 40 13.33

V2G0 25 19 26 70 23.33

V2G1 27 24 20 71 23.67

V2G2 34 22 25 81 27.00

V2G3 26 27 24 77 25.67

Total 164 140 132 436

Rataan 20.50 17.50 16.50 18.17

Lampiran 36. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas C per plot

Sidik Ragam db JK KT F.hit ket F.05

blok 2 69.33 34.67 2.74 tn 3.74

perlakuan 7 1172.67 167.52 13.23 * 2.77

V 1 1093.50 1093.50 86.33 * 4.60

G 3 46.67 15.56 1.23 tn 3.34

Linier 1 38.53 38.53 3.04 tn 4.60

Kuadaratik 1 6.00 6.00 0.47 tn 4.60

Kubik 1 2.13 2.13 0.17 tn 4.60

VxG 3 32.50 10.83 0.86 tn 3.34

Galat 14 177.33 12.67 Total 23 1419.33 61.71

FK = 7920.67 KK = 19.59% Keterangan * = nyata


(2)

Lampiran 37. Data Pengamatan Jumlah Umbi Kelas D (<65 g per umbi) per plot

Perlakuan

Blok

Total Rataan

I II III

V1G0 30 6 13 49 16.33

V1G1 25 14 21 60 20.00

V1G2 22 29 7 58 19.33

V1G3 18 29 17 64 21.33

V2G0 27 31 27 85 28.33

V2G1 30 29 30 89 29.67

V2G2 36 32 24 92 30.67

V2G3 39 37 30 106 35.33

Total 227 207 169 603

Rataan 28.38 25.88 21.13 25.13

Lampiran 38. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas D per plot

Sidik Ragam db JK KT F.hit ket F.05

blok 2 217.00 108.50 2.44 tn 3.74 perlakuan 7 951.96 135.99 3.06 * 2.77

V 1 828.38 828.38 18.66 * 4.60

G 3 109.13 36.38 0.82 tn 3.34

Linier 1 99.01 99.01 2.23 tn 4.60

Kuadaratik 1 1.04 1.04 0.02 tn 4.60

Kubik 1 9.08 9.08 0.20 tn 4.60

VxG 3 14.46 4.82 0.11 tn 3.34

Galat 14 621.67 44.40 Total 23 1790.63 77.85

FK = 15150.38 KK = 26.52% Keterangan * = nyata


(3)

Lampiran 39. Data Produksi per Hektar (Ton)

perlakuan Blok Total Rataan

I II III

V1G0 19.41 20.06 25.33 64.80 21.60

V1G1 23.88 25.96 22.35 72.19 24.06

V1G2 24.70 24.56 21.82 71.08 23.69

V1G3 21.93 27.69 27.69 77.31 25.77

V2G0 38.21 44.22 41.92 124.35 41.45

V2G1 48.08 42.58 37.12 127.78 42.59

V2G2 43.59 44.57 46.04 134.20 44.73

V2G3 48.57 48.22 52.03 148.82 49.61

Total 268.37 277.86 274.30 820.53

Rataan 33.55 34.73 34.29 34.189

Lampiran 40. Daftar Sidik Ragam Produksi per Hektar

Sidik Ragam db JK KT F.hit Ket F.05

blok 2 5.75 2.87 0.29 tn 3.74

perlakuan 7 2742.88 391.84 39.28 * 2.77

V 1 2599.38 2599.38 260.58 * 4.60

G 3 120.50 40.17 4.03 * 3.34

Linier 1 112.62 112.62 11.29 * 4.60

Kuadaratik 1 4.19 4.19 0.42 tn 4.60

Kubik 1 3.69 3.69 0.37 tn 4.60

VxG 3 23.00 7.67 0.77 tn 3.34

Galat 14 139.66 9.98 Total 23 2888.28 125.58

FK = 28052.90 KK = 9.24 % Keterangan * = nyata


(4)

Lampiran Gambar

Gambar Pembuatan Larutan Giberelin


(5)

Gambar : Aplikasi Giberelin pada bibit kentang varietas Granola dan Selek tani


(6)

Gambar Kelas umbi

Varietas Selek tani Varietas Granola