Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian buku I, PT. Citra

24 J. Satrio berpendapat untuk tidak mempersoalkan perbedaan pendapat penggunaan istilah tetapi akan menggunakan saja istilah yang sudah lazim dan banyak dipakai oleh para sarjana, sedangkan perjanjian atau persetujuan untuk overeenkomst. 17 Hilman Hadikusuma memberi penjelasan pengertian perikatan menurut hukum adat mengatakan : 18 Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa unsur-unsur perikatan ada 4 empat yaitu : “Perikatan menurut hukum adat adalah hubungan hukum diantara 2 dua pihak yang terjadi karena adanya perbuatan atau kesepakatan dalam bentuk persetujuan atau perjanjian karena adanya sesuatu kepentingan. Jadi adanya perikatan karena ada kesepakatan. Tetapi dalam hukum adat suatu perikatan dapat terjadi karena perbuatan sepihak atau karena kesepakatan dua pihak. Karena adanya perbuatan atau kesepakatan menyebabkan timbulnya “perhutangan” perorangan atau sekelompok orang”. 19 1. Hubungan Hukum. Maksudnya yaitu hubungan hubungan yang terjadi dalam lalu lintas masyarakat, hukum melekatkan “hak” pada satu pihak, dan melekatkan “kewajiban” pada pihak lainnya. Untuk menilai suatu hubungan hukum perikatan atau bukan, maka hukum mempunyai ukuran-ukuran kriteria tertentu. 17

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian buku I, PT. Citra

Aditya Bakti, 1995, selanjutnya disingkat J. Satrio, I, halaman 1. 18 Hilman Hadikusuma, Hukum Perekonomian Adat Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, 2001, halaman 65. 19 Mariam Darus Badrulzaman I, OpCit, halaman 1. 25 2. Kekayaan. Yang dimaksud dengan kriteria perikatan adalah ukuran-ukuran yang dipergunakan terhadap sesuatu hubungan hukum sehingga hubungan hukum itu dapat disebutkan suatu perikatan. Apa yang dipergunakan sebagai kriteria itu tidak tetap, dahulu yang menjadi kriteria ialah apakah sesuatu hubungan hukum itu dapat dinilai dengan uang atau tidak. Apabila hubungan hukum itu dapat dinilai dengan uang maka hubungan hukum itu adalah suatu perikatan. Kriteria itu semakin lama semakin sukar untuk dipertahankan, karena di dalam masyarakat terdapat juga hubungan hukum yang tidak dapat dinilai dengan uang, namun kalau terhadapnya tidak diberikan akibat hukum, rasa keadilan tidak akan dipenuhi, dan bertentangan dengan salah satu tujuan daripada hukum yaitu mencapai keadilan. Oleh karena itu sekarang kriteria di atas tidak lagi dipertahankan Sebagai kriteria, maka ditentukan bahwa sekalipun suatu hubungan hukum itu tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi kalau masyarakat atau rasa keadilan menghendaki agar suatu hubungan itu diberi akibat hukum, maka hukumpun akan melekatkan akibat hukum pada hubungan tadi. 3. Pihak-pihak. Yaitu hubungan hukum yang terjadi antara dua orang atau lebih. Pihak yang berhak atas prestasi, pihak yang aktif adalah kreditur atau siberutang dan pihak yang wajib memenuhi prestasi, pihak yang pasif adalah debitur atau si berhutang. Mereka ini yang disebut dengan subyek perikatan. 26 4. Prestasi Apabila dua orang mengadakan perjanjian ataupun apabila undang-undang dengan terjadinya suatu peristiwa menciptakan suatu perikatan, jelaskan bahwa maksud dari kedua orang tersebut maupun dari pembentuk undang- undang untuk mengikat kedua orang itu memenuhi kewajiban untuk memenuhi sesuatu disebut dengan prestasi.`

B. Asas Asas Perjanjian