Sifat Mekanis Mortar Kesimpulan

2.6.1. Pembuatan Silika Amorf dari Sekam Padi

Salah satu penelitian pembuatan silika amorf dari sekam padi oleh Harsono 2002. Pembakaran sekam padi dilakukan dalam tungku. Untuk mendapatkan silika yang reaktif suhu harus terkontrol. Pembuatan silika amorf ini dilakukan dengan terlebih dahulu melalui proses pengeringan yang bertujuan untuk mengeleminasi kandungan air dalam bahan dengan menguapkan air dalam dari permukaan bahan. Adanya sisa kandungan air dalam abu sekam padi dapat menghalangi proses difusi komponen- komponen kimia yang terkandung dalam sekam padi saat dipanaskan, sehingga berpengaruh pada kemurnian sekam. Sekam padi yang telah kering mengalami proses pengarangan di tungku pada suhu 300 o C dengan penahanan suhu selama 30 menit. Adapun tujuan perlakuan ini adalah supaya sekam yang dibakar menjadi karbon. Pembakaran sekam padi dalam tungku hingga menjadi karbon terjadi pada suhu 200 o C - 400 o C. Semakin besar temperatur untuk melakukan pengarbonan sekam, maka kecendrungan karbon semakin sedikit. Karbon dapat dihilangkan dengan cara memanaskan sampel pada temperatur 500 o C – 700 o C selama 1 jam. Penahanan suhu bertujuan untuk menghasilkan silika yang optimal Harsono, 2002.

2.7 Sifat Mekanis Mortar

2.7.1. Kuat Tekan

Kekuatan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan meterial dalam menahan pembebanan atau gaya-gaya mekanis sampai terjadi kegagalan. Nilai kuat tekan mortar didapatkan melalui tata cara pengujian standart, mengunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji sampai hancur. Kekutan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton atau mortar. Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Tanti Kartika Sitorus : Pengaruh Penambahan Silika Amorf Dari Sekam Padi Terhadap Sifat Mekanis Dan Sifat Fisis Mortar, 2009 USU Repository © 2008 Kuat tekan mortar atau beton diwakili oleh kuat tekan maksimum f c dengan satuan Nm 2 atau MPa Mega Pascal. Sebelum diberlakukannya sistem satuan SI di Indonesia, nilai tegangan menggunakan satuan kgfcm 2 Dipohusodo, 1999. Kekuatan tekan mortar ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat halus, air dan berbagai jenis campuran. Perbandingan dari air terhadap semen merupakan faktor utama didalam penentuan kekuatan mortar. Semakin rendah perbandingan air-semen, semakin tinggi kekuatan tekan. Suatu jumlah tertentu air diperlukan untuk memberikan aksi kimia di dalam pengerasan mortar, kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaan akan tetapi menurunkan kekuatan Chu-Kia Wang et al, 1994. Kuat tekan mortar dapat ditentukan dengan rumus, sebagai berikut : 2.1 Sumber : Dipohusodo, 1999 Dengan : f c = Kuat tekan MPa F = Gaya beban maksimum N A = Luas bidang permukaan m 2

2.7.2. Kuat Tarik

Kuat tarik adalah ukuran kuat mortar yang diakibatkan oleh suatu gaya yang cenderung untuk memisahkan sebagian mortar akibat tarikan. Untuk mengetahui mutu mortar biasanya dilakukkan pengujian. Uji kuat tarik dilakukkan dengan membuat Tanti Kartika Sitorus : Pengaruh Penambahan Silika Amorf Dari Sekam Padi Terhadap Sifat Mekanis Dan Sifat Fisis Mortar, 2009 USU Repository © 2008 mortar dalam bentuk seperti angka delapan. Benda uji ini setelah keras kemudian ditarik dengan uji cemen briquettes. Nilai kuat tarik yang diperoleh dihitung dari besar beben tarik maksimum N dibagi dengan luas penampang m 2 Tjokrodimulyo, 1996. Kelemahan struktur berbahan dasar betonmortar adalah kuat tarik yang rendah sehingga akan segera retak jika mendapat tegangan tarik. Beberapa penelitian terdahulu telah mengadakan percobaan-percobaan untuk memperbaiki sifat kurang baik, yaitu kuat tarik yang rendah dengan cara penembahan bahan tambahan, baik yang sifat kimiawi maupun fisikal pada adukkan McCormac, 2003. Kuat tarik mortar dapat diperoleh dengan rumus, sebagai berikut : 2.2 Sumber : Timoshenko, 2000 Dengan : = Kuat tarik MPa F = Gaya beban maksimum N A = Luas bidang tarik m 2

2.8. Sifat Fisis Mortar