Konsep Dasar Bank Syariah

28 BAB III SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN GADAI EMAS PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI

A. Konsep Dasar Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah Ada beberapa definisi bank yang dikemukakan sesuai dengan tahap perkembangan bank. Untuk memberikan definisi yang tepat agaknya memerlukan penjabaran, karena definisi tentang bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian bank, yaitu : a. Menurut Prof G.M Veryn Stuart, bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperoleh dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. Martono, 2003 :20. b. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1992 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak Martono, 2003:20. c. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyakKasmir,2002:23. Sedangkan pengertian bank syariah menurut beberapa pendapat adalah sebagai berikut : a. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam Muhammad :2002. b. Menurut Sudarsono:2004, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariah islam. 2. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan bisnis,serta melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan ketika itu.Rasulullah sendiri pernah dititipi harta oleh orang-orang Quraisy pada waktu itu. Sehingga diberi gelar Al Amin karena terpercaya memegang amanah. Sedang dalam perkembangannya di zaman Bani Abbasiyah, orang yang mempunyai keahlian untuk menyimpan, menyalurkan dan mentransfer uang disebut jihbiz. Jihbiz berasal dari bahasa Persia yang berarti penagih pajak. Jihbiz dikenal sebagai suatu profesi penukaran uang yang tidak hanya melakukan penukaran uang tetapi juga melakukan fungsi penitipan dana, meminjamkan uang, dan melaksanakan jasa pengiriman uang. Jadi tiga fungsi utama perbankan dilakukan oleh satu individu JihbizA.Karim, 2007:76. Perbankan Syariah mulai dikenal pada dekade 1960-an dengan nama Mit Ghamr Bank. Bank tersebut beroperasi sebagai rural social banksemacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia di sepanjang delta sungai Nil. Lembaga ini dibina oleh Prof. Dr. Ahmad Najjar dan masih berskala kecil di Mesir. Namun institusi tersebut menjadi perintis perkembangan system financial dan ekonomi Islam Antonio, 2001:19. 3. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Namun lebih spesifik kajian tersebut dilakukan. Namun lebih spesifik kajian tersebut dilakukan pada tahun 1990. Pada lokakarya MUI 18-20 Agustus 1990 dengan tema Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor. Ditindaklanjuti dengan membentuk Tim Perbankan MUI pada amanat Munas IV MUI. Akhirnya pada 1 November 1991 ditandatangani Akta Pendirian PT. Bank Muamalat IndonesiaIbid, 2001:25. Pada tangggal 3 November 1991, dalam acara silaturrahmi Presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp 106.126.382.000,00. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan dan Makasar. Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah belum mendapatkan perhatian yang optimum dalam tatanan industry perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan system syariah ini hanya dikategorikan sebagai “bank dengan system bagi hasil”. Baru pada Undang-Undang No. 10 Tahun1998 tentang perbankan, keberadaan bank syariah mendapatkan porsi yang cukup besar. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hokum, serta jenis- jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang trsebut juga memberikan arahan bagi bank- bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi secara total menjadi syariah. Hingga Januari tahun 2009 telah ada 5 bank umum yang beroperasi berdasarkan syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI dan Bank Syariah Bukopin. Ditambah dengan 28 bank umum konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah seperti Bank IFI, Bank Danamon, BRI, BNI, BTN, Bank Permata, Bank CIMB niaga dan lain-lain, serta ratusan BPRS dan BMT. 4. Prinsip-Prinsip Umum Bank Syariah Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah. Prinsip itu berpedoman pada Al quran dan Hadits. Menurut Sutedi2009:32, prinsip yang diterapkan bank syariah meliputi: a. Prinsip Keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dan nasabah. b. Prinsip Kesederajatan Bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Ha ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko, dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank. c. PrinsipKetentraman Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsure riba serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman lahir maupun bathin. 5. Karakteristik Bank Syariah Menurut Sumitro 2004:19, ada beberapa hal yang menjadi cirri sekaligus yang membedakannya dengan bank konvensional adalah: a. Beban biaya yang telah disepakati bersama pada waktu akad, perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas wajar. b. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindarkan, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. c. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan pasti yang yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginys suatu proyek ysng dibiayai bank hanyalah Allah semata. d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk depositotabungan, oleh penyimpan dianggap sebagai titipan al-wadi’ah sedangkan bagi bank diangggap sebagai bank titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam sehingga kepada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti fixed return. e. Bank syariah tidak menerapkan jual beli atau sewa menyewa uang dari mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan atau dolar dengan dolar, yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang yang sama tidak dapat dipakai sebagai barangkomoditi. f. Adanya pos pendapatan berupa “Rekenig Pendapatan Non Halal” sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang tentunya menerapkan system bunga. Pos ini biasanya dipergunakan untuk menyantuni masyarakat miskin yang terkena musibah dan untuk kepentingan kaum muslimin yang bersifat social. g. Adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. h. Produk-produk bank syariah selalu menggunakan sebutan-sebutan yang berasal dari istilah Arab, misalnya al murabahah, al mudharabah, al ijarah dan lain sebagainya. i. Adanya produk khusus yang tidak terdapat di dalam bank konvensional, yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat social, dimana nasabah tidak tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya. j. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal atau memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan siap sewaktu-waktu apabila dana tersebut ditarik kembali sesuai dengan perjanjian. Ciri-ciri Bank Syariah seperti tersebut diatas bersifat universal dan kumulatif. Artinya bank syariah yang beroperasi dimana saja harus terdapat semua ciri tersebut. Apabila tidak, maka hilanglah identitas sebagai perbankan syariah. B. PRODUK DAN JASA PERBANKAN SYARIAH 1. Produk Penyaluran Dana Menurut Wirdyaningsih 2006:106, produk penyaluran dana pada nasabah secara garis besar dibagi menjadi empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu : a. Prinsip Jual Beli Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda transfer of property. Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. 1 Murabahah Jual Beli dengan Pembayaran Tangguh Sering juga disebut al Bal bitsaman ajil. Murabahah adalah aksi jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 Salam Jual Beli dengan Pembayaran di Muka Salam adalah akad jual beli muslam fiih barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. 3. Istishna’ Jual Beli berdasarkan Pesanan Istishna’ adalah akad jual beli antara al mustashni pembeli dan as shani produsen yang bertindak juga sebagai penjual. Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al mashnu barang pesanansesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. b. Prinsip Sewa Ijarah Transaksi ini dilandasi adanya perpindahan manfaat. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur objek sewa dan musta’jirpenyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya. c. Prinsip Bagi Hasil Syirkah 1.Musyarakah Kerjasama Modal Usaha Musyarakah adalah akad kerjasama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Pembiayaan dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau aktiva non kas termasuk aktiva tidak berwujud. 2 Mudharabah Kerjasama Mitra Usaha dan Investasi Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal pemilik dana dan mudharibpengelola dana dengan nisbah bagi hasilmenurut kesepakatan dimuka. Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana. d. Pinjam Meminjam Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Produk ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. 1 Hiwalah Alih Hutang Piutang Al Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Bertujuan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank akan dapat mengganti atas jasa pemindahan piutang. 2 Rahn Gadai Ar rahn adalah menahan salah satu harta dari si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. 3 Qardh Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Manfaat akad ini adalah memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapatkan talangan jangka pendek. 4 Wakalah Wakalah adalah nasabah memberiakn kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu. Islam mensyaratkan al wakalah karena manusia membutuhkannya. Tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan urusannya sendiri. Pada suatu kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk mewakili dirinya. Islam mensyariatkan wakalah karena manusia membutuhkannya. Tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan urusannya sendiri. 5 Kafalah Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. 2. Produk Penghimpunan Dana Penghimpunan dana atau disebut juga funding adalah kegiatan penarikan dana atau penghimpunan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi berdasarkan prinsip syariah. Berkaitan dengan kegiatan tersebut, dalam prinsip syariah dibedakan antara simpanan yang tidak memberikan imbalan dan simpanan yang mendapatkan imbalan. Prinsip operasional syariah yang diterapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadia’ah dan mudharabah. Prinsip wadi’ah yang cenderung digunakan oleh bank syariah di Indonesia untuk kegiatan penghimpunan dana melalui giro, sedangkan penghimpunan dana melalui tabungan cenderung menggunakan prinsip mudharabah. Prinsip-prinsip operasional syariah yang ada kegiatan penghimpunan dana dijelaskan antara lain: a. Prinsip Wadi’ah Menurut Antonio 2001:85, wadi’ah berarti titipan murni dari nasabah kepda bank atau pihak lain yang harus dijaga dan dikembalikan kepda penitip Penabung kapan saja ia inginkan. Wadiah terbagi atas dua yaitu : 1 Wadiah yadh dhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepda penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. 2 Wadiah yad-amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai si penitip mengambil kembali titipannya. Prinsip Wadiah yang lazim digunakan dalam perbankan syariah adalah wadiah yadh dhamanah. Yahya,2009:59. b. Prinsip Mudharabah Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Pihak yang menyediakan atau yang disebut dengan shahibul maal, sedangkan pihak yang mengelola usaha disebut mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah bagi hasil yang disepakati bersama sejak awal Yahya, 2009:59 c. Bai’al Murabahah Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. PSAK No.102. Menurut Wiyono 2001:15, Bai’al Murabahah adalah jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang yang dijual ditambah dengan sejumlah keuntungan ribhun yang disepakati oleh kedua belah pihak , pembeli dan penjual. Pada transaksi murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dapat dilakukan tunai, tangguh ataupun dicicil.

C. SISTEM AKUNTANSI 1. Pengertian Sistem Akuntansi