Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Perusahaan Di PTP Nusantara II (PERSERO)

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT KESEHATAN PERUSAHAAN

DI PTP NUSANTARA II (PERSERO)

TESIS

Oleh

SAHAT TIGOR PANJAITAN

097017047/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K

O L A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT KESEHATAN PERUSAHAAN

DI PTP NUSANTARA II (PERSERO)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHAT TIGOR PANJAITAN

097017047/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN PERUSAHAAN DI PTP NUSANTARA II (PERSERO)

Nama Mahasiswa : Sahat Tigor Panjaitan

Nomor Pokok : 097017047

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal 22 Maret 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Firman Syarief, M.Si, Ak

2. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang berjudul:

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN

DI PTP NUSANTARA II (PERSERO).

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 22 Maret 2011

SAHAT TIGOR PANJAITAN 097017047/Akt


(6)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN DI PTP NUSANTARA II (PERSERO)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris pengaruh faktor Keuangan (ROE, ROI, Rasio Kas, Rasio Lancar, Collection Period, Perputaran Persediaan, Perputaran Total Aset, Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset), Operacional (Produktivitas, Produksi, Biaya Tanaman, Biaya Pengolahan, dan Biaya Umum) dan Administrasi (Laporan Perhitungan Tahunan, Rancangan RKAP, Laporan Periodik dan Kinerja PKBL) terhadap tingkat kesehatan perusahaan di PTP. Nusantara II (Persero).

Obyek yang diambil sebagai sampel berjumlah 37 (tiga puluh tujuh) unit/kebun dengan periode penelitian antara tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Sampel diambil dengan metode sensus dengan kriteria unit/kebun yang menyampaikan laporan keuangan (PB.71 & LM) secara terus menerus. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Logistik Berganda (Binary Logistic

Regression).

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor Keuangan, Operasional dan Administarasi berpengaruh terhadap Tingkat Kesehatan secara simultan. Secara parsial menunjukkan hanya faktor Operasional (X2) dengan variasi yang terjelaskan yang dinyatakan dalam Model Cox & Snell R sebesar 94,9% sedangkan sisanya sebesar 5,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara beberapa faktor fundamental perusahaan yang paling dominan mempengaruhi tingkat kesehatan perusahaan adalah faktor Operasional (X2), hal ini sejalan dengan aktivitas perusahaan yang operasionlnya di bidang perkebunan. Dengan demikian bagi manajer keuangan dalam analisis fundamentalnya dapat mempertimbangkan faktor tersebut sebagai alat pertimbangannya dalam melihat tingkat kesehatan perusahaan.

Kata Kunci: Tingkat Kesehatan Perusahaaan, Faktor Keuangan, Faktor Operasional, Faktor Administrasi.


(7)

FACTORS INFLUENCES THE DEGREE OF THE HEALTH AT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) COMPANY

ABSTRACT

This Research aim to know and to explain the Infuence of Finance (ROE, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Collection Period, Inventory Turn over, Asset Turn over, Total Equity to Total Asset Ratio), Operational (Productivity, Production of Finished Goods, Plant Costs, Processing Costs, General Costs) and Administration (Annual Report, Company’s Financial Plan Budget, Periodic Reports, Performance of Environtment Development Program) to the degree of the health of PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) company.

Sampel used unit/estate which is merged during period 2004 - 2007, sampel used amount to 37 unit/estate. Sampel takes with by Sensus sampling method with criterion always prepared the financial statement. Model the analysis used in this research is Binary Logistic Regression Analysis Method.

Analysis result indicate that the Finance, Operational, Administration factor simultanly there are the influence significant to to the degree of the health of PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) company. Partially show only Operational factor (X2) with explained by variation the expressed Cox & Snell R model equal to 94,9% is while the rest equal to 5,1% influenced by other variable which is not explained by this research model. Research result pursuant to hypothesis test indicate that between some element fundamental factors is most dominant influence the degree of the health of PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) is Operational factor (X2). Thereby for finance managers have to can and listen carefully to see changes that happened in company especially for fundamental doing to consider for influence the degree of the health of company

Keywords: Degree of the Health Company, Finance Factor, Operational Factor, Administration Factor.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji yang tidak terhingga kepada yang Maha Kuasa atas karunia-Nya,

sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN DI PTP.

NUSANTARA II (PERSERO)” yang dikaji dengan beberapa pendekatan/analisis

sebagai aplikasi pengetahuan yang didapat oleh penulis selama mengikuti perkuliahan

pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara Medan. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya

sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM). Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, Selaku Ketua Program Studi

Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Pembimbing I, yang

telah banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Pembimbing II, yang telah banyak


(9)

6. Bapak/Ibu Dosen Penguji, Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, Dra. Tapi Anda Sari

Lubis, M.Si, Ak dan Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak yang telah banyak

memberikan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

7. Kepala Bagian Akuntansi, Kepala Urusan Akuntansi dan Karyawan Pimpinan

Angkatan 2000 beserta Karyawan Pimpinan/Karyawan Pelaksana PTP.

Nusantara II (Persero) di Tanjung Morawa.

8. Seluruh staf pengajar dan pegawai pada Sekolah Pascasarjana USU.

9. Rekan-rekan Mahasiswa Angkatan XVII Program Studi Magister Akuntansi

USU yang telah membantu penulis secara moril maupun material pada masa

perkuliahan dan dalam penyusunan tesis ini.

10.Buat abang/kakak keluarga ‘Opung Martha’Panjaitan: B. Panjaitan/I br. Siregar,

P br. Panjaitan/P. Gultom, R. br. Panjaitan, SE/A. Butar-butar, SH dan R. br.

Panjaitan/Parto.

11.Khusus buat isteri tercinta Drg. Riomsi Trisina br. Simangunsong dan anak

Martha Erika br. Panjaitan & Margareth Doroty br. Panjaitan yang telah

memberikan inspirasi dan menemani dalam penyusunan tesis ini serta semua


(10)

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tesis ini masih

banyak terdapat kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun untuk perbaikan tesis ini di masa datang.

Medan, Maret 2011

Sahat Tigor Panjaitan 091017047/Akt


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Sahat Tigor Panjaitan 2. Tempat/Tanggal lahir : Medan, 25-0-1975

3. Pekerjaan : PTP Nusantara II (Persero) 4. Agama : Kristen

5. Orang Tua - Ayah : R.B. Panjaitan (Alm) - Ibu : T. br. Sinurat (Alm)

6. Isteri : Drg. Riomsi Trisina br. Simangungsong 7. Anak : 1. Martha Erika br. Panjaitan

2. Margareth Doroty br. Panjaitan 8. Alamat : Jl. Ambai No. 78 Medan 9. Pendidikan :

a. SD : SD Negeri 060786 Medan - 1987 Medan b. SMP : SMP Negeri 10 Medan -1990

c. SMA : SMA Negeri 6 Medan - 1993 d. Universitas/Fakultas :

• FE USU Jurusan Akuntansi 1999

• Sekolah Pascasarjana (S2) Magister Sains (M.Si) Akuntansi Ilmu Ekonomi USU- 2011.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… i

ABSTRACT……… ii

KATA PENGANTAR……….. iii

RIWAYAT HIDUP……….. v

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……….... ix

DAFTAR GAMBAR………... xi

DAFTAR LAMPIRAN……….... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 4

1.3. Tujuan Penelitian………... 5

1.4. Manfaat Penelitian……….... 5

1.5. Originalitas……… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 7

2.1. Kerangka Teoritis………... 7

2.1.1. Tingkat Kesehatan Perusahaan..…..………... 7

2.1.2. Penggolongan Tingkat Kesehatan Perusahaan…..……. 7

2.1.3. Penilaian Kinerja Perusahaaan………... 8

2.1.3.1. Aspek keuangan………. 9

2.1.3.2. Aspek operasional……….. 17

2.1.3.3. Aspek administrasi………. 20


(13)

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)………… 33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……… 37

3.1. Kerangka Konseptual……… 37

BAB IV METODE PENELITIAN………... 39

4.1. Jenis Penelitian………... 39

4.2. Lokasi Penelitian………... 39

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… 40

4.4. Metode Pengumpulan Data………... 41

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Operasional... 41

4.6. Metode dan Analisis Data………... 50

4.6.1. Uji Asumsi Klasik... 50

4.6.2. Pengujian Hipotesis... 51

BAB V HASIL ANALISIS PEMBAHASAN……… 52

5.1. Deskripsi Variabel………. 52

5.2. Analisis Data... 53

5.2.1. Uji Asumsi Klasik... 53

5.2.1.1. Uji multikolinieritas... 53

5.2.1.2. Uji heteroskedastisitas……… 54

5.2.1.3. Uji autokorelasi... 55

5.3. Pengujian Hipotesis ………... 56

5.4. Pembahasan Hasil Penelitian... 59

5.4.1. Faktor Keuangan terhadap Tingkat Kesehatan Perusahaan ... 59

5.4.2. Faktor Operasional terhadap Tingkat Kesehatan Perusahaan... 60

5.4.3. Faktor Administrasi terhadap Tingkat Kesehatan Perusahaan ... 61


(14)

5.5. Keterbatasan Ruang Lingkup (Scope) Penelitian………. 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….... 62

6.1 Kesimpulan.………... 62

6.2 Keterbatasam………... 62

6.3 Saran………... 63


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Tingkat Kesehatan Perusahaan Kep-Men BUMN

No. 100 Tahun 2002... 2

1.2. Tingkat Kesehatan PTP Nusantara II (Persero) dari Aspek Keuangan... 3

1.3. Tingkat Kesehatan PTP Nusantara II (Persero) dari Aspek Operasional... 3

1.4. Tingkat Kesehatan PTP Nusantara II (Persero) dari Aspek Administrasi... 3

1.5. Tingkat Kesehatan PTP Nusantara II (Persero) Menurut SK. Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002... 4

2.1. Daftar Indikator dan Bobot Keuangan... 12

2.2. Daftar Skor Penilaian ROE... 13

2.3. Daftar Skor Penilaian ROI... 14

2.4. Daftar Skor Penilaian Rasio Kas... 14

2.5. Daftar Skor Penilaian Rasio Lancar... 15

2.6. Daftar Skor Penilaian Collection Period……….. 15

2.7. Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan……… 16

2.8. Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Aset……… 16

2.9. Daftar Skor Penilaian Total Modal Sendiri terhadap Total Aset….. 17

2.10. Daftar Skor Penilaian Produktivitas... 19

2.11. Daftar Skor Penilaian Hasil Jadi... 19

2.12. Daftar Skor Penilaian Biaya Tanaman... 19

2.13. Daftar Skor Penilaian Biaya Pengolahan... 20

2.14. Daftar Skor Penilaian Biaya Umum... 20

2.15. Daftar Indikator dan Bobot Aspek Administrasi... 20


(16)

2.17. Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Rancangan RKAP... 21

2.18 Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Laporan Periodik…………. 21

2.19. Daftar Penilaian Tingkat Pengembalian Dana PKBL……….. 21

2.20. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu... 36

4.1. Operasionalisasi Variabel... 46

5.1. Descriptive Statistic... 53

5.2. Dependend Variable Encoding... 53

5.3. Tolerance dan VIF Coefficient... 54

5.4. Autokorelasi dengan Durbin-Watson... 56

5.5. Kofisien Model Test Omnibus... 56

5.6. Model Cox & Snell R... 57

5.7. Uji Hosmer and Lemeshow... 58

5.8. Persamaan Variabel Diuji (Uji Wald)... 59


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konsep... 37

3.2. Model Multiple Discriminant Analysis untuk Memprediksi

Tingkat Kesehatan Perusahaan………. 38


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Deskriptif Statistik... 66

2. Dependent Variabel Encoding... 66

3. Iteration History... 66

4. Classification Table... 67

5. Variables in the Equation... 67

6. Iteration History a.b,c,d... 68

7. Omnibus Test of Model Coefficient... 69

8. Hosmer and Lemeshow Test... 69

9. Classification Table a... 70

10. Correlation Matrix... 70

11. Casewise List b... 71


(19)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN DI PTP NUSANTARA II (PERSERO)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris pengaruh faktor Keuangan (ROE, ROI, Rasio Kas, Rasio Lancar, Collection Period, Perputaran Persediaan, Perputaran Total Aset, Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset), Operacional (Produktivitas, Produksi, Biaya Tanaman, Biaya Pengolahan, dan Biaya Umum) dan Administrasi (Laporan Perhitungan Tahunan, Rancangan RKAP, Laporan Periodik dan Kinerja PKBL) terhadap tingkat kesehatan perusahaan di PTP. Nusantara II (Persero).

Obyek yang diambil sebagai sampel berjumlah 37 (tiga puluh tujuh) unit/kebun dengan periode penelitian antara tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Sampel diambil dengan metode sensus dengan kriteria unit/kebun yang menyampaikan laporan keuangan (PB.71 & LM) secara terus menerus. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Logistik Berganda (Binary Logistic

Regression).

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor Keuangan, Operasional dan Administarasi berpengaruh terhadap Tingkat Kesehatan secara simultan. Secara parsial menunjukkan hanya faktor Operasional (X2) dengan variasi yang terjelaskan yang dinyatakan dalam Model Cox & Snell R sebesar 94,9% sedangkan sisanya sebesar 5,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara beberapa faktor fundamental perusahaan yang paling dominan mempengaruhi tingkat kesehatan perusahaan adalah faktor Operasional (X2), hal ini sejalan dengan aktivitas perusahaan yang operasionlnya di bidang perkebunan. Dengan demikian bagi manajer keuangan dalam analisis fundamentalnya dapat mempertimbangkan faktor tersebut sebagai alat pertimbangannya dalam melihat tingkat kesehatan perusahaan.

Kata Kunci: Tingkat Kesehatan Perusahaaan, Faktor Keuangan, Faktor Operasional, Faktor Administrasi.


(20)

FACTORS INFLUENCES THE DEGREE OF THE HEALTH AT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) COMPANY

ABSTRACT

This Research aim to know and to explain the Infuence of Finance (ROE, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Collection Period, Inventory Turn over, Asset Turn over, Total Equity to Total Asset Ratio), Operational (Productivity, Production of Finished Goods, Plant Costs, Processing Costs, General Costs) and Administration (Annual Report, Company’s Financial Plan Budget, Periodic Reports, Performance of Environtment Development Program) to the degree of the health of PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) company.

Sampel used unit/estate which is merged during period 2004 - 2007, sampel used amount to 37 unit/estate. Sampel takes with by Sensus sampling method with criterion always prepared the financial statement. Model the analysis used in this research is Binary Logistic Regression Analysis Method.

Analysis result indicate that the Finance, Operational, Administration factor simultanly there are the influence significant to to the degree of the health of PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) company. Partially show only Operational factor (X2) with explained by variation the expressed Cox & Snell R model equal to 94,9% is while the rest equal to 5,1% influenced by other variable which is not explained by this research model. Research result pursuant to hypothesis test indicate that between some element fundamental factors is most dominant influence the degree of the health of PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) is Operational factor (X2). Thereby for finance managers have to can and listen carefully to see changes that happened in company especially for fundamental doing to consider for influence the degree of the health of company

Keywords: Degree of the Health Company, Finance Factor, Operational Factor, Administration Factor.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pendirian perusahaan mempunyai tujuan umum untuk memperoleh laba,

meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham, meningkatkan

kesejahteraaan pemegang saham dan dapat beroperasi berkelanjutan secara terus

menerus (going concern). Persaingan bisnis dalam industri khususnya manufaktur

semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian, mengakibatkan adanya

tuntutan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan inovasi, memperbaiki

kinerjanya, dan melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing.

Perkembangan dunia usaha dalam situasi perekonomian yang semakin terbuka

perlu dilandasi dengan sarana dan sistem penilaian yang dapat mendorong perusahaan

kearah peningkatan efisiensi dan daya saing. Dengan Keputusan Menteri Badan

Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 telah ditetapkan ketentuan tentang

ketentuan tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara.

Tingkat kesehatan perusahaan ditentukan oleh kinerja perusahaan baik itu

dari aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Tingkat kesehatan

perusahaan dari aspek keuangan dapat dilihat dari analisis rasio. Pada prinsipnya

analisis rasio adalah untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja keuangan dan

potensi atau kemajuan sebuah industri. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau


(22)

alat analisis beberapa rasio ini dapat menjelaskan keadaan posisi keuangan sebuah

industri. Rasio-rasio dapat bermanfaat menunjukkan kondisi keuangan atau kinerja

operasional dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan

tersebut yang pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analisis resiko dan peluang

bagi industri.

Aspek operasional melihat indikator yang meliputi unsur-unsur kegiatan yang

dianggap paling dominan dalam rangka menunjang keberhasilan operasi sesuai

dengan visi dan misi perusahaan. Sedangkan dalam aspek administrasi yang dinilai

adalah standar waktu penyampaian laporan tahunan yang telah diaudit oleh Kantor

Akuntan Publik atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Menurut Keputusan Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara), dalam

Keputusan Nomor: KEP-100/MBU/2002 tentang penilaian tingkat kesehatan

perusahaan dapat dijabarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.1. Tingkat Kesehatan Perusahaan Kep-Men BUMN No. 100 Tahun 2002

Tingkat Kesehatan Perusahaan

Kategori Kondisi Nilai (Skor)

Sehat AAA > 95

Sehat AA 80 < TS < = 95 Sehat A 65 < TS < = 80 Kurang Sehat BBB 50 < TS < = 65 Kurang Sehat BB 40 < TS <= 50 Kurang Sehat B 30 < TS <= 40 Tidak Sehat CCC 20 < TS <= 30 Tidak Sehat CC 10 < TS <= 20 Tidak Sehat C TS < = 10


(23)

Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disajikan hasil penilaian tingkat

Kinerja berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 PTP Nusantara II

(Persero) selama 3 tahun terakhir.

Tabel 1.2. Tingkat Kesehatan PTP Nusantara II (Persero) dari Aspek Keuangan

Tingkat Kesehatan Perusahaan Aspek Keuangan

Uraian Skor

2009 2008 2007

ROI 12 6,00 9,00

Cash Ratio 1,00 4,38 -

Collection Period 5,00 5,00 5,00

Inventory Turnover 5,00 5,00 5,00

Total Asset Turnover 3,50 4,50 4,00

Total Equity to Total Asset 4,00 4,00 4,00

Total Skor 30,50 24,50 27,00

Tabel 1.3. Tingkat Kesehatan PTP Nusantara II (Persero) dari Aspek Operasional

Tingkat Kesehatan Perusahaan Aspek Operasional

Uraian Skor

2009 2008 2007 Produktivitas (Kg/Ha) 2,18 2,18 1,44 Produksi Hasil Jadi (Kg) 1,44 2,11 1,22 Biaya Tanam (Rp/Kg) 2,25 2,33 1,80 Biaya Pengolahan (Rp/Kg) 2,25 2,08 1,43 Biaya Umum (Rp/Kg) 2,06 1,76 1,58

Total Skor 10,18 10,46 7,47

Tabel 1.4. Tingkat Kesehatan PTP Nusantara II (Persero) dari Aspek Administrasi

Tingkat Kesehatan Perusahaan Aspek Keuangan

Uraian Skor

2009 2008 2007 Penyampaian Laporan 9,00 9,00 9,00

Kinerja PKBL 4,00 4,00 4,00


(24)

Berdasarkan realisasi tingkat kesehatan PTP Nusantara II (Persero)

dibandingkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002, penilaian tingkat

kesehatan PTP Nusantara II (Persero) selama 3 tahun terakhir (2007 s.d 2009)

terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5. Tingkat Kesehatan PTP Nusantara II (Persero) Menurut SK. Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002

Uraian Tahun 2009 % Tahun 2008 % Tahun 2007 % Kinerja -Aspek Keuangan -Aspek Operasional -Aspek Administrasi 30.50 10.18 13.00 53.68 24.50 10.46 13.00 47.96 27.00 7.47 13.00 47.47 Tingkat Kesehatan “KURANG

SEHAT”

“KURANG

SEHAT”

“KURANG

SEHAT”

Kategori “BBB” “BB” “BB”

1.2. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui tingkat kesehatan perusahaan PTP Nusantara II (Persero),

peneliti melihat dan meneliti perkembangan tingkat kesehatan perusahaan

berdasarkan aspek keuangan, operasional dan administrasi yang tertera dalam

Laporan Manajemen (LM) kebun/unit selama 3 tahun terakhir yakni tahun 2007 s.d

tahun 2009 (setelah audit) membandingkannya dengan penilaian tingkat Kinerja

berdasarkan SK Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

“Apakah faktor-faktor (keuangan, operasional, administrasi) mempengaruhi tingkat


(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan

perusahaan di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) dari aspek keuangan,

operasional dan administrasi.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pemahaman tingkat kesehatan perusahaan.

2. Pihak Perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan penilaian tingkat

kesehatan perusahaan serta sebagai bahan evaluasi perusahaan dalam menilai

kondisi dan tingkat kesehatan perusahaan.

3. Dunia Penelitian dan Akademis

Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan ilmu

pengetahuan terutama dalam masalah kesehatan keuangan perusahaan dalam

lingkungan BUMN khususnya BUMN infrastruktur.

1.5. Originalitas

Penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian sebelumnya.

Setyaningrum (2000) melakukan penelitian tentang analisis perkembangan kinerja

keuangan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) divisi tanaman tahunan sebelum


(26)

working capital to total asset, collection period, total asset turn over, inventory turn over, collection period, ROE, ROA, dan net profit margin yang mengacu kepada

Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: Kep-215/BUMN/1999 tentang

penilaian tingkat kinerja BUMN. Analisis yang digunakan adalah analisis rasio,

analisis statistik dengan tingkat signifikasi = 5%. Hasil penelitian menunjukkan

adanya penggabungan (merger) PT. Perkebunan Nusantara X divisi tanaman

memiliki kinerja keuangan yang semakin baik namun belum mampu menciptakan

sinergi malalui peningkatan efisiensi dalam kegiatan operasional maupun skala

ekonomis.

Kristiono (2006) melakukan penelitian tentang analisis kesehatan keuangan

pada industri furniture di Surakarta dengan rasio keuangan dan model Z-score. Rasio

yang dipakai adalah likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas. Alat analisis

yang digunakan adalah ratio keuangan dan Z-Score. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa keadaan industri furniture di Surakarta kurang baik.

Sihombing (2008) melakukan penelitian tentang peranan analisis rasio

keuangan dalam memprediksi kesehatan perusahaan tekstil dan alas kaki yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta (2008) dengan Times series tahun 2004 sampai tahun

2006. Variabel yang digunakan adalah Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio,

net book value (NBV), Dividen Pay Out, Dividend Growth dan tingkat keuangan

yang diharapkan. Sebagai Variabel depeden adalah Harga Saham. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa nilai buku bersih saham (NBV = Net Book Value) mempunyai


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Tingkat Kesehatan Perusahaan

Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah suatu

keuangan dalam suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak. Hal ini dapat

dilakukan dengan membandingkan antara dua elemen yang ada atau disebut dengan

rasio. Dengan rasio itu kita dapat mengetahui tingkat rentabilitas, likuiditas dan

solvabilitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Peningkatan kinerja harus

selalu dikaitkan dengan penerapan prinsip efisiensi. Efisiensi artinya menampilkan

kinerja yang memuaskan suatu sistem bekerja sehingga hasilnya digunakan sebagai

sarana, daya dan dana yang dialokasikan untuk menyelenggarakannya (Siagian, 1996:

50).

2.1.2. Penggolongan Tingkat Kesehatan Perusahaan

Penggolongan tingkat kesehatan BUMN sudah diatur oleh pemerintah yang

dituangkan dalam SK Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:

KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.

Penggolongan tingkat kesehatannya, yaitu sebagai berikut:

a. SEHAT, yang terdiri dari:

AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95


(28)

A apabila 65 <TS< = 80

b. KURANG SEHAT, yang terdiri dari:

BBB apabila 50 <TS< = 65

BB apabila 40 <TS< = 50

B apabila 30<TS< = 40

c. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari:

CCC apabila 20 <TS< = 30

CC apabila 10 <TS< = 20

C apabila TS< = 10

2.1.3. Penilaian Kinerja Perusahaan

Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja

perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian:

a. Aspek Keuangan,

b. Aspek Operasional,

c. Aspek Administrasi.

Penilaian tingkat kesehatan BUMN diterapkan bagi BUMN apabila hasil

pemeriksaan akuntan terhadap perhitungan keuangan tahunan perusahaan yang

bersangkutan dinyatakan dengan kualifikasi “Wajar Tanpa Pengecualian” atau

kualifikasi “Wajar dengan Pengecualian” dari Kantor Akuntan Publik (KAP) atau


(29)

2.1.3.1. Aspek keuangan

a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Mengadakan analisis terhadap hubungan dari berbagai pos dalam suatu

laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan kondisi keuangan

dan hasil operasi dalam suatu perusahaan. Untuk mengadakan interpretasi tersebut

tentunya seorang analisis memerlukan suatu ukuran. Ukuran yang umum digunakan

untuk mengetahui kinerja perusahaan di bidang keuangan adalah analisis keuangan.

Rasio merupakan alat yang digunakan dalam artian relative maupun absolute untuk

menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari

suatu laporan keuangan (Alwi, 1994: 107). Pengertian lain tentang rasio keuangan

menurut Horne dalam Kasmir (2008: 104) merupakan indeks yang menghubungkan

dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka

lainnya. Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan

yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu (Helfert,

1996: 87).

Subramanyam (2010: 43) membagi analisa rasio untuk diterapkan dalam tiga

area penting analisis laporan keuangan:

1. Analisis Kredit (Risiko)

a. Likuiditas. Untuk mengevaluasi kemampuan kewajiban jangka pendek.

b. Struktur modal dan solvabilitas. Untuk menilai kemampuan memenuhi


(30)

2. Analisis Profitabilitas

a. Tingkat pengembalian atas investasi (return on investment-ROI). Untuk

menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang.

b. Kinerja Operasi. Untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi.

c. Pemanfaatan aset (asset utilization). Untuk menilai efektivitas dan intensitas

dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turnover).

3. Valuasi. Untuk mengestimasi nilai instrinsik perusahaan (saham).

Bernsten dalam Mulyadi (2001: 75) membagi angka-angka keuangan ke

dalam beberapa bagian yaitu:

a. Rasio-rasio untuk menilai likuiditas,

b. Rasio-rasio untuk menilai struktur modal dan solvabilitas,

c. Return on Investment Ratios,

d. Rasio untuk menilai hasil produksi,

e. Rasio-rasio untuk menilai penggunaan aktiva tetap yaitu rasio perimbangan

antara penjualan dengan kas, persediaan, modal kerja, aktiva tetap dan

aktiva-aktiva lain. Tujuan analisis rasio keuangan adalah untuk mengetahui

hubungan-hubungan antara pos-pos neraca dan laba rugi dan merupakan alat

untuk mengukur kemampuan dan kelemahan suatu perusahaan berdasarkan

dari data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang

bersangkutan. Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa mengadakan

analisis rasio keuangan sangat penting artinya terutama bagi pihak-pihak yang


(31)

berdasarkan data laporan keuangan yang telah tersedia, yang terdiri dari

neraca dan laporan laba-rugi.

b. Keunggulan Analisis Rasio

Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan analisis

lainnya. Menurut Harahap (2007) keunggulan tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka/ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan

ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

laporan keuangan yang sangat rinci.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan

keputusan.

5. Lebih mudah membandingkan rasio secara periodik atau timelines.

6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa

yang akan datang.

c. Keterbatasan Analisis Rasio

Adapun keterbatasan analisis rasio (Harahap, 2000) itu adalah:

1. Kesulitan memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan

pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki aktivitas atau kapan keuangan juga menjadi


(32)

a. Bahan perhitungan rasio laporan keuangan itu banyak mengandung

taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan atau rasio adalah nilai cost (perolehan) bukan harga pasar.

c. Metode penelitian yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

d. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan,

kesulitan menghitung rasio.

e. Jika ada perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi

yang dipakai tidak sama, oleh karena itu jika dilakukan perbandingan,

bisa menimbulkan kesalahan.

d. Indikator Keuangan

Menurut SK Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:

KEP-100/MBU/2002 tanggal 04 Juni 2002 indikator dari aspek keuangan adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1. Daftar Indikator dan Bobot Keuangan

Indikator Bobot

1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 20

2. Imbalan Investasi (ROI) 15

3. Rasio Kas 5

4. Rasio Lancar 5

5. Collection Period 5

6. Perputaran Persediaan 5

7. Perputaran Total Aset 5

8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva 10


(33)

1. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE) ROE = Laba setelah Pajak X 100%

Modal Sendiri

Laba setelah pajak adalah laba setelah dikurangi dengan laba hasil penjualan

dari:

1. Aktiva Tetap.

2. Aktiva Non Produktif.

3. Aktiva Lain-lain.

4. Saham Penyertaan Langsung.

Tabel 2.2. Daftar Skor Penilaian ROE

ROE (%) Skor

15 < ROE 20

13 < ROE < = 15 18 11 < ROE < = 13 16 9 < ROE < = 9 14 7,9 < ROE < = 13 12 6,6 < ROE < = 7,9 10 5,3 < ROE < = 6,6 8,5 4 < ROE < = 5,3 7 2,5 < ROE < = 4 5,5 1 < ROE < = 2,5 4 0 < ROE < = 1 4

ROE < 0 0

2. ROI = EBIT + Penyusutan X 100% Capital Employed

EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan


(34)

1. Aktiva Tetap.

2. Aktiva Non Produktif.

3. Aktiva Lain-lain.

4. Saham Penyertaan Langsung.

Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi

Aktiva tetap dalam pelaksanaan.

Tabel 2.3. Daftar Skor Penilaian ROI

ROI (%) Skor

18 < ROI 15

15 < ROI < = 18 13,5 13 < ROI < = 15 12 12 < ROI < = 13 10,5

10,5 < ROI < = 12 9 9 < ROI < = 10,5 7,5

7 < ROI < = 9 6 5 < ROI < = 7 5 3 < ROI < = 5 5 1 < ROI < = 3 3 0 < ROI < = 1 2 ROI < 0 1

3. Rasio Kas = Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek X 100% (Cash Ratio) Hutang lancar

Tabel 2.4. Daftar Skor Penilaian Rasio Kas

Cash Ratio = x (%) Skor

x > =35 5

25 < = x < = 35 4 15 < = x < = 25 3 10 < = x < = 15 2 5 < = x < = 10 1 0 < = x < = 5 0


(35)

4. Rasio Lancar = Aktiva Lancar X 100% (Current Ratio) Hutang Lancar

Tabel 2.5. Daftar Skor Penilaian Rasio Lancar Current Ratio = x (%) Skor

125 < = x 5 110 < = x < = 125 4 100 < = x < = 110 3 95 < = x < = 100 2 90 < = x < = 95 1 x < = 5 0

5. Collection Periods (CP)

C P = Total Piutang Usaha X 365 hari Total Pendapatan Usaha

Tabel 2.6. Daftar Skor Penilaian Collection Periods

CP = x (Hari)

Perbaikan (Hari)

Skor

x <= 60 X >35 5 60 < x <= 90 30 < x <= 35 4,5 90 < x <= 120 25 < x <= 30 4 120 < x <= 150 20 < x <= 25 3,5 150 < x <= 180 15 < x <= 20 3 180 < x <= 210 10 < x <= 15 2,4 210 < x <= 240 6< x <= 10 1,8 240 < x <= 270 3 < x <= 6 1,2 270 < x <=300 1 < x <= 3 0,6 300< x 0 < x < =1 0

Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan

Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku.

6. Perputaran Persediaan (PP)

P P = Total Persediaan X 365 hari Total Pendapatan Usaha


(36)

Tabel 2.7. Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan

PP = x (Hari)

Perbaikan (Hari)

Skor

x <= 60 35 < x 5 60 < x <= 90 30 < x <= 35 4,5 90 < x <= 120 25 < x <= 30 4 120 < x <= 150 20 < x <= 25 3,5 150 < x <= 180 15 < x <= 20 3 180 < x <= 210 10 < x <= 15 2,4 210 < x <= 240 6< x <= 10 1,8 240 < x <= 270 3 < x <= 6 1,2 270 < x <=300 1 < x <= 3 0,6

300< x 0

Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi

pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang

setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku

cadang.

7. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)

TATO = Total Pendapatan X 100% Capital Employed

Tabel 2.8. Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Aset

TATO = x (%)

Perbaikan = X (%)

Skor

120< x 20 < x 5 105 < x <= 120 15< x <= 20 4,5

90 < x <= 105 10 < x <= 15 4 75< x <= 90 20 < x <= 25 3,5 60 < x <= 75 5 < x <= 10 3 40 < x <= 60 x <= 0 2,5

20 < x <= 40 x < 0 2 x < = 20 x < 0 1,5


(37)

8. Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Aset (TMS terhadap TA) TMS terhadap TA = Total Modal Sendiri X 100%

Total Aset

Tabel 2.9. Daftar Skor Penilaian Total Modal Sendiri terhadap Total Aset

TMS thd TA (%) = x Skor x < 0 0 0 < = x < 10 4 10 < = x < 20 6 20 < = x < 40 7,25 30 < = x < 20 10 40 < = x < 50 9 50 < = x < 60 8,5 60 < = x < 70 8 70 < = x < 80 7,5 80 < = x < 90 7 90 < = x < 100 6,5

2.1.3.2. Aspek operasional

Indikator yang dinilai dalam aspek operasional meliputi unsur-unsur kegiatan

yang dianggap paling dominan dalam rangka menunjang keberhasilan operasional

sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Jumlah indikator aspek operasional yang

digunakan untuk penilaian tingkat kesehatan setiap tahunnya minimal 2 (dua)

indikator dan maksimal 5 (lima) indikator, di mana apabila dipandang perlu

indikator-indikator yang digunakan untuk penilaian dari suatu tahun ke tahun

berikutnya dapat berubah. Misalnya, suatu indikator yang pada tahun sebelumnya

selalu digunakan dalam tahun ini tidak lagi digunakan karena dianggap bahwa untuk

kegiatan yang berkaitan dengan indikator tersebut perusahaan telah mencapai


(38)

dipandang lebih dominan pada tahun yang bersangkutan.

Di dalam aspek operasional ada beberapa indkator yakni: produktivitas,

produksi hasil jadi, biaya tanaman, biaya pengolahan dan biaya umum. Produktivitas

adalah perbandingan output (sawit, karet, tebu, tembakau) dalam kilogram/ton

terhadap input (luas lahan) dalam ha. Produksi hasil jadi adalah hasil dari kegiatan

bahan mentah menjadi hasil jadi (CPO, Gula, Karet Tembakau Ready Ball) dalam

kilogram. Biaya Tanam adalah adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan

kegiatan tanam di lapangan (dalam Rp) dibagi dengan pruduksi hasil jadi produk

tanaman yang bersangkutan. Biaya pengolahan adalah biaya sehubungan dengan

biaya yang terjadi dalam mengolah bahan mentah menjadi produk jadi di pabrik

(dalam Rp) dibagi dengan produk jadi (kilogram). Sedangkan biaya umum adalah

biaya yang terjadi di luar biaya tanam & biaya pengolahan (dalam Rp) dibagi dengan

produk jadi (Kilogram).

Klasifikasi skor aspek operasional menurut SK Menteri BUMN No.

Kep-100/MBU/2002 adalah sebagai berikut:

Indikator Bobot

1. Produktivitas Kg/Ha 3 2. Produksi Hasil Jadi (Kg) 3 3. Biaya Tanaman (Rp/Kg) 3 4. Biaya Pengolahan (Rp/Kg) 3 5. Biaya Umum (Rp/Kg) 3 15


(39)

1. Produktivitas

Tabel 2.10. Daftar Skor Penilaian Produktivitas

RKAP (%) = x Bobot Skor

0 - 10% > x = 100% x bobot 5 - 10% < x = 80% x bobot 10,1 - 20% < = x = 50% x bobot 20,1 keatas x = 30% x bobot

Jumlah Skor 3

2. Produksi Hasil Jadi

Tabel 2.11. Daftar Skor Penilaian Hasil Jadi

RKAP (%) = x Bobot Skor

0 - 10% > x = 100% x bobot 5 - 10% < x = 80% x bobot 10,1 - 20% < = x = 50% x bobot 20,1 keatas x = 30% x bobot

Jumlah Skor 3

3. Biaya Tanaman

Tabel 2.12. Daftar Skor Penilaian Biaya Tanaman

RKAP (%) = x Bobot Skor

10% < x = 100% x bobot

5 - 10%, x = 95% x bobot 0 - 5% < x = 90% x bobot 0 - 5% > x = 80% x bobot 5 - 10% < x = 60% x bobot 10 - 20% < x = 40% x bobot Di atas 20% > x = 20% x bobot


(40)

4. Biaya Pengolahan

Tabel 2.13. Daftar Skor Penilaian Biaya Pengolahan

RKAP (%) = x Bobot Skor

≥ 10% < x = 100% x bobot

5 - 10%, x = 95% x bobot 0 - 5% < x = 90% x bobot 0 - 5% > x = 80% x bobot 5 - 10% < x = 60 % x bobot 10 - 20% < x = 40% x bobot Di atas 20% > x = 20% x bobot

Jumlah Skor 3

5. Biaya Umum

Tabel 2.14. Daftar Skor Penilaian Biaya Umum

RKAP (%) = x Bobot Skor

10% < x = 100% x bobot

5 - 10%, x = 95% x bobot 0 - 5% < x = 90% x bobot 0 - 5% > x = 80% x bobot 5 - 10% < x = 60% x bobot 10 - 20% < x = 40% x bobot Di atas 20% > x = 20% x bobot

Jumlah Skor 3

2.1.3.3. Aspek administrasi

Dalam penilaian aspek administrasi, indikator yang dinilai dan masing-masing

bobotnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.15. Daftar Indikator dan Bobot Aspek Administrasi

Indikator Bobot

1. Laporan Perhitungan Tahunan 3

2. Rancangan RKAP 3

3. Laporan Periodik 3


(41)

1. Laporan Perhitungan Tahunan

Tabel 2.16. Daftar Skor Penilaian Waktu Penyampaian Laporan Audit

RKAP (%) = x Skor

- Sampai dengan akhir bulan keempat sejak tahun buku perhitungan tahunan ditutup

- Sampai dengn akhir bulan kelima sejak tahun buku perhitungan tahunan ditutup

- Lebih dari akhir bulan kelima sejak tahun buk perhitungan tahunan ditutup

3

2

0

2. Laporan Rancangan RKAP

Tabel 2.17. Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Rancangan RKAP

RKAP (%) = x Skor

- 2 bulan atau lebih cepat - Kurang dari 2 bulan

3 0

3. Laporan Periodik

Tabel 2.18. Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Laporan Periodik

RKAP (%) = x Skor

- Lebih kecil atau sama dengan 0 hari - 0< x < = 30 hari

- 0< x < = 60 hari - < 60 hari

3 2 1 0

4. Kinerja PKBL

Tabel 2.19. Daftar Penilaian Tingkat Pengembalian Dana PKBL

Tingkat Pengembalian (%) > 70 40 s.d 70 10 s.d 40 < 10


(42)

2.4.1. Kebangkrutan atau Kegagalan Usaha

Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah umum untuk menerangkan

keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (Karel & Prakash, 1987

dalam Lisetiaty). Para peneliti telah menggunakan istilah failure (kegagalan) dan bankruptcy (kebangkrutan) secara bergantian. Prediksi kebangkrutan usaha berfungsi

untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan

apakah akan mengalami kesulitan keuangan atau tidak di masa mendatang. Salah satu

indikator yang dipakai untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan adalah

indikator keuangan. Kebanyakan penyebab kebangkrutan dimulai dari adanya

kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang

menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Untuk menilai kesulitan keuangan yang

akan diderita oleh perusahaan terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan

panduan. Indikator pertama adalah informasi arus kas sekarang dan arus kas untuk

periode mendatang. Informasi arus kas memberikan gambaran sumber-sumber dan

penggunaan kas perusahaan. Sumber yang kedua adalah dari analisis posisi dan

strategi perusahaan dibandingkan dengan pesaing. Informasi ini memberikan

gambaran posisi perusahaan dalam persaingan bisnis yang merujuk pada kemampuan

perusahaan dalam menjual produk atau jasanya untuk menghasilkan kas (Darsono


(43)

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut:

1. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank). Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat

untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian

bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

2. Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan

tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau

tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang

menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan

untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan sedini mungkin dan kemudian

mengantisipasi kemungkinan tersebut.

3. Pihak pemerintah. Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai

tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misalnya pada sektor

perbankan). Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang

harus melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan

yang diperlukan bisa dilakukan lebih awal.

4. Akuntan, yang mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu

usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.

5. Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan

kebangkrutan dan biaya tersebut cukup besar. Apabila manajemen bisa

mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan

bisa dilakukan misalnya dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan


(44)

Darsono dan Ashari (2005), menyatkan bahwa secara garis besar penyebab

kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen

perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang

berhubungan langsung dengan operasional perusahaan atau faktor perekonomian

secara makro.

Berikut akan dijelaskan lebih lanjut pengertian kebangkrutan sebagai

kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti:

a. Kegagalan Ekonomi (Economic Failure)

Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti perusahaan kehilangan uang atau

pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri. Ini berarti

tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas

perusahaan lebih kecil dari kewajibannya. Kegagalan terjadi bila arus kas

sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan.

Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya

historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.

b. Kegagalan Keuangan (Financial Failure)

Kegagalan keuangan biasanya diartikan sebagai insolvensi yang membedakan

antara arus kas dasar dan sistem saham. Insolvensi atas arus kas ada dua bentuk

yaitu:

1) Insolvensi Teknis (Technical Insolvency)


(45)

kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva memenuhi total

hutang atau terjadi gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam

ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar yang telah ditetapkan bila

perusahaan mensyaratkan terhadap total aktiva yang diisyaratkan. Insolvensi

teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran

kembali pada tanggal tertentu.

2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan

Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai

kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional/nilai sekarang dari nilai

arus kas yang diharapkan terjadi jika penggunaan informasi teknologi tersebut

kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para

manajer pengguna kurang profesional.

c. Faktor Eksternal Perusahaan

1) Sektor Pelanggan

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat pelanggan, karena berguna untuk

menghindari kehilangan pelanggan, juga untuk menciptakan peluang, untuk

menemukan pelanggan baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan

sehingga akan menurunkan pendapatan yang diperoleh serta mencegah

pelanggan berpaling ke pesaing. Untuk itu perusahaan harus selalu

mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai


(46)

2) Sektor Pemasok

Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerjasama dengan baik karena

kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan

pembeliannya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini berhubungan

dengan perdagangan yang bebas.

3) Sektor Pesaing

Perusahaan juga jangan melupakan pesaing karena jika produk pesaing lebih

diterima masyarakat, perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan

mengurangi pendapatan yang diterima.

4) Sektor Debitur

Perusahaan harus mengantisipasi debitur menjaga agar debitur tidak

melakukan kecurangan dengan memanipulasi hutang. Terlalu banyak piutang

yang diberikan pada debitur dengan jangka waktu pengembalian yang lama

akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan

penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor

piutang yang dimiliki dan keadaan debitur agar bisa melakukan perlindungan

dini terhadap aktiva perusahaan.

5) Sektor Kreditur

Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal

terhadap kelangsungan hidup perusahaan.Untuk mengantisipasi hal tersebut,


(47)

hubungan baik dengan kreditur.

d. Faktor Internal Perusahaan

Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan dapat dicegah

melalui berbagai tindakan dalam perusahaan itu sendiri. Faktor internal ini

biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijakan manajemen yang tidak

tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu pada saat

yang diperlukan.

Lebih lanjut Darsono dan Ashari (2005) menjelaskan, faktor-faktor yang

menyebabkan kebangkrutan secara internal adalah:

1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.

Kebangkrutan bisa terjadi karena terlalu besarnya jumlah kredit yang diberikan

kepada para debitur yang pada akhirnya tidak bisa dibayar oleh para pelanggan

tepat pada waktunya, sehingga menimbulkan kredit macet, di mana kreditur,

pelanggan tidak mampu membayar hutang.

2) Manajemen tidak efisien

Banyak perusahaan yang gagal karena kurang adanya kemampuan pengalaman,

keterampilan sikap adaptip dan inisiatif dari manajemen. Ketidakefisienan

manajemen tercermin pada ketidakmampuan manajemen menghadapi situasi

yang terjadi diantaranya:

a) Hasil penjualan yang tidak memadai,

b) Kesalahan pada penetapan harga jual,


(48)

d) Struktur biaya,

e) Tingkat investasi dalam aktiva tetap,

f) Kekurangan modal kerja,

g) Ketidakseimbangan dalam struktur permodalan,

h) Sistem dan prosedur akuntansi yang kurang memadai,

i) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan.

Sangat penting bagi perusahaan untuk dapat mengetahui tanda-tanda

peringatan akan terjadinya kegagalan usaha/kebangkrutan. Menurut Bringham (2000)

terdapat empat hal yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan suatu

perusahaan yaitu:

a. Akal Sehat

Dalam menggunakan akal sehat tidak diperlukan analisis laporan keuangan

perusahaan yang perlu hanya mengamati kejadian yang menimpa perusahaan,

kemudian menarik kesimpulan apakah perusahaan tersebut akan bangkrut atau

tidak.

b. Rasio Keuangan

Penggunaan rasio keuangan dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan

perusahaan melalui quick ratio dan leverage ratio.

c. Judgement Approach untuk memprediksi kebangkrutan, yaitu suatu teknik yang

menggabungkan antara judgement perhitungan dan kuantitatif dari rasio keuangan


(49)

finansial.

d. Analisis Multi Diskriminan

Melalui pemakaian Z-Score yang dilakukan oleh Altman (1968), kesulitan

keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah. Tetapi

kesulitan semacam ini apabila tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan

tidak solvabel. Kalau tidak solvabel, perusahaan bisa dilikuidasi atau

direorganisasi. Likuidasi dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan

dengan nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi dipilih kalau perusahaan

masih menunjukkan prospek dan dengan demikian nilai perusahaan kalau

diteruskan lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau dilikuidasi.

Berikut ini beberapa alternatif perbaikan menurut Hanafi (2000) yaitu

berdasarkan besar kecilnya permasalahan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan,

yakni:

a. Pemecahan secara informal

1) Dilakukan bila masalah belum terlalu parah.

2) Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih

bagus cara dengan cara:

a) Perpanjangan (Extention)

Dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo hutang-hutang.

b) Komposisi (Composition)

Dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan, misal klaim hutang


(50)

hutang yang baru adalah 0,7 x 1.000 = 700.

b. Pemecahan secara formal

Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai jaminan

keamanan cara:

1) Apabila nilai perusahaan diteruskan > nilai perusahaan dilikuidasi.

Reorganisasi: dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang

layak.

2) Apabila nilai perusahaan diteruskan < nilai perusahaan dilikuidasi

Likuidasi: dengan menjual aset-aset perusahaan. Analisis kebangkrutan

dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda

awal peringatan kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan

tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen bisa melakukan

perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan pihak pemegang saham bisa melakukan

persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda

kebangkrutan tersebut dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data

akuntansi. Dalam praktik, dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan

keuangan sulit untuk diidentifikasikan. Kesulitan semacam ini bisa berarti

mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan

keuangan yang paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang

merupakan kesulitan yang paling berat. Dengan demikian kesulitan

keuangan bisa dilihat sebagai kontiniu yang panjang, mulai dari yang ringan


(51)

menggunakan pernyataan kebangkrutan sebagai definisi kebangkrutan.

Faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan

meliputi:

a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang

pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya.

Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya

keterampilan dan keahlian manajemen.

b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang

yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang

besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang

yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu

banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.

e. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan

perusahaan. Kecurangan dapat berupa manajemen yang korup atau memberikan

informasi yang salah pada pemegang saham atau investor. Kasus bank yang

melakukan pelanggaran batas maksimum pemberian kredit adalah contoh kasus

moral hazard di mana manajemen melakukan pelanggaran terhadap rambu-rambu

pengelolaan perusahaan. Kasus Enron adalah salah satu kasus di mana

manajemen melakukan kecurangan dengan menyembunyikan kerugian yang


(52)

Sedangkan, faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan

adalah sebagai berikut:

1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan

yang mengakibatkan pelanggan lari atau berpindah sehingga terjadi penurunan

dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu

mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai

dengan kebutuhan pelanggan.

2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan

baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak

menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu supplier sehingga risiko

kekurangan bahan baku dapat diatasi.

3. Faktor debitur juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitur tidak

melakukan kecurangan. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada debitur

dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak

aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan

kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitur

agar dapat melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.

4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap

kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam Undang-Undang No. 4 Tahun


(53)

mempailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus

bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan

kreditur.

5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu

memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut

perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai

tambah yang lebih baik lagi kepada pelanggan.

6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh

perusahaan. Kasus perkembangan pesat ekonomi Cina yang mengakibatkan

tersedotnya kebutuhan bahan baku ke Cina dan kemampuan Cina memproduksi

barang dengan harga yang murah adalah contoh kasus perekonomian global yang

harus diantisipasi oleh perusahaan. Tingginya kebutuhan baja di Cina yang

mengakibatkan harga baja naik tajam, mengakibatkan banyak industri pengecoran

logam di daerah Klaten bangkrut karena kenaikan biaya sehingga produknya tidak

menjadi kompetitif.

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Kristiono (2006) melakukan penelitian tentang analisis kesehatan keuangan

pada industri furniture Kota Surakarta dengan rasio keuangan dan model Z-Score.

Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas, rasio aktivitas,


(54)

furnitur tahun 2005. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas industri furnitur

di Surakarta (10 industri manufaktur) diambang kebangkrutan, yakni Z-Score < 2,90.

Sihombing (2008) melakukan penelitian tentang perananan analisis

rasio keuangan dalam memprediksi kesehatan 51 perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek. Penelitian dilakukan terhadap 51 sampel perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan data time

series dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Variabel yang digunakan adalah return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net book value (NBV), dividend payout ratio (DPR), dividend growth (GTH) dan tingkat pengembalian keuntungan

yang diharapkan (expected rate of return) sebagai variabel independen dan harga

saham penutupan perusahaan (closing stock price = CLP) sebagai variabel

dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk melihat

besarnya kontribusi masing-masing variabel secara individu dan secara simultan

dalam mempengaruhi harga saham. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Net Book

Value (NBV) mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham

perusahaan manufaktur. Hal ini berarti bahwa Net Book Value (NBV) merupakan

tolok ukur yang lebih baik dalam menilai harga saham perusahaan. Hasil pengujian

juga menunjukkan bahwa keenam variabel independen yaitu return on equity

(ROE), debt to equity ratio (DER), Net Book Value (NBV), dividend payout ratio

(DPR), dividend growth (GTH) dan tingkat keuntungan yang diharapkan (KSS)

berpengaruh secara simultan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang


(55)

Setyaningrum (2000) melakukan penelitian tentang analisis perkembangan

kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) divisi tanaman tahunan

sebelum dan sesudah merger. Rasio yang digunakan adalah debt equity ratio, cash

ratio, net working capital to total asset, collection period, total asset turn over, inventory turn over, collection period, ROE, ROA, dan net profit margin yang

mengacu kepada SK Meneg BUMN No: Kep-215/BUMN.1999 hal penilaian

tingkat kinerja BUMN. Analisis yang digunakan adalah analisis rasio, analisis

statistik dengan tingkat signifikasi = 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya

penggabungan (merger) PT. Perkebunan Nusantara X divisi tanaman memiliki

kinerja keuangan yang semakin baik namun belum mampu menciptakan sinergi


(56)

Tabel 2.20. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

Nama/ Tahun

Judul Penelitian

Variabel Hasil Penelitian

Kristiono (2006)

Analisis kesehatan keuangan pada industri

furniture kota Surakarta

Rasio likuiditas, solvabilitas, rasio aktivitas, profitabilitas, dan Z-Score.

Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas industri furnitur di Surakarta (10 industri manufaktur) diambang kebangkrutan, yakni Z- Score < 2,90. Daulat

Sihombing (2008)

Perananan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kesehatan 51 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Return on equity

(ROE), debt to equit

ratio (DER), net book value (NBV), dividend payout ratio (DPR), dividend growth (GTH)

dan tingkat pengembalian keuntungan yang diharapkan (expected

rate of return) sebagai

variabel independen dan harga saham perusahaan penutupan (closing stock price)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Net Book Value (NBV)

mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan manufaktur Ari Respasti Setyaningr um (2000) Analisis perkembangan kinerja

keuangan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) divisi tanaman tahunan

sebelum dan sesudah

merger

Debt equity ratio, cash ratio, net working capital to total asset, collection period, total asset turn over, inventory turn over, collection period, ROE, ROA, dan net profit margin

Hasil penelitian menunjukkan adanya penggabungan (merger) PT. Perkebunan Nusantara X divisi tanaman memiliki kinerja keuangan yang semakin baik namun belum mampu menciptakan sinergi melalui peningkatan efisien dalam kegiatan operasional maupun skala ekonomis


(57)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konsep terdapat pada Gambar 3.1 berikut:

Tingkat Kesehatan Perusahaan

(Y) Aspek Kesehatan (X1)

1. ROI (X1.1) 2. Cash Ratio (X1.2)

3. Collection Period (X1.3)

4. Inventory Turn Over (X1.4)

5. Total Asset Turn Over (X1.5)

6. Total Equity Turn Over (X1.6)

Aspek Operasional (X2)

1. Produktivitas (X2.1) 2. Produk Hasil Jadi ( X2.2) 3. Biaya Tanaman (X2.3) 4. Biaya Pengolahan (X2.4) 5. Biaya Umum (X2.5)

Aspek Administrasi (X3)

1. Laporan

PerhitunganTahunan (X3.1) 2. Rancangan RKAP (X3.2) 3. Laporan Periodik (X3.3) 4. Kinerja PKBL (X3.4)


(58)

Analisa yang dilakukan terhadap tingkat kesehatan perusahaan akan mengarah

kepada penarikan kesimpulan tentang kesehatan perusahaan dalam melaksanakan

aktivitas usahanya di unit (kebun). Tingkat kesehatan perusahaan dapat dilihat dari

aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi.

Dari aspek keuangan kerangka pemikiran teoritis untuk menganalisa kinerja

perusahaan dari aspek keuangan. Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis tersebut

bahwa rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan diwakili oleh Return On

Investment (ROI), Collection Period (CP), Inventory Turn Over (ITO), Total Asset Turn Over (TATO), dan Total Equity Turn Over pada laporan keuangan 2007

sampai tahun 2009.

Model Prediksi

P = Status Emiten akan

bangkrut atau tidak

Gambar 3.2. Model Multiple Discriminant Analyisis untuk Memprediksi Tingkat Kesehatan Perusahaan

X1.3

X1.2

X1.4

X1.1

1

X1.6

X1.5


(59)

Dari aspek operasional kerangka pemikiran teoritis untuk menganalisa

perusahaan dari aspek operasional. Dalam aspek operasional untuk mengukur kinerja

dalam operasional perusahaan yakni: Produktivitas (Kg/Ha), Produksi Hasil Jadi

(Kg), Biaya Tanaman (Rp/Kg), Biaya Pengolahan (Rp/Kg) dan Biaya Umum

(Rp/Kg). Sedangkan aspek administrasi menganalisa perusahaan dari laporan

(perhitungan tahunan, rancangan RKAP, periodik) dan kinerja PUKK.

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah teoritis

sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan

pengujian secara empiris. Rasio-rasio keuangan, operasional dan administrasi

dianalisis untuk dapat mengelompokkan apakah perusahaan SEHAT atau TIDAK

SEHAT. Dari rasio-rasio tersebut (keuangan, operasional dan administrasi) kemudian

dianalisis untuk menentukan rasio yang paling dominan dalam mengukur tingkat

kesehatan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

H1 : Faktor (keuangan, operasional dan administrasi) mempengaruhi tingkat


(60)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif yang bertujuan untuk

menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah aspek keuangan (ROE, ROI, rasio kas, rasio

lancar, Collection Period, perputaran persediaan, perputaran Total Asset,dan rasio

modal sendiri terhadap aktiva), aspek operasional (produktivitas, produksi hasil jadi,

biaya tanaman, biaya pengolahan, biaya umum) dan aspek administrasi (laporan

perhitungan tahunan, rancangan RKAP, laporan periodik & kinerja PKBL) sebagai

variabel independen, serta tingkat kesehatan perusahaan (Y) sebagai variabel

dependen.

4.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) dengan

pengamatan mulai dari tahun 2007 sampai 2009. Ruang lingkup penelitian ini adalah

laporan keuangan yang memenuhi kriteria variabel penelitian dan tetap


(61)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kebun/unit yang ada

di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) pada periode tahun 2007 sampai

dengan 2009. Sampel penelitian ditentukan sesuai dengan tujuan dan manfaat

penelitian. Untuk memenuhi tujuan dan manfaat penelitian penelitian maka kriteria

pemilihan sampel kebun/unit perusahaan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Kebun/Unit termasuk dalam perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

berturut-turut mulai tahun 2007 sampai dengan 2009. Hal ini dilakukan untuk

kekonsistenan laporan.

2. Unit/Kebun dalam perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

melaporkan laporan keuangan bulanan (Laporan Manajemen dan Neraca

Percobaan-PB 71) sampai dengan tahun 2007 sampai dengan 2009 (setelah

diaudit KAP) dan laporan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember

tahun 2007 sampai dengan 2009. Hal ini untuk menghindari bias angka laporan

keuangan karena perbedaan tanggal laporan keuangan.

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut di atas maka jumlah sampel dalam

penelitian ini diperoleh dan atau ditentukan sebanyak 37 unit/kebun di PTP.

Nusantara II (Persero), dengan observasi mulai dari tahun 2007-2009. Observasi

tersebut dilakukan dengan metode sensus dengan jumlah unit pengamatan sebanyak


(62)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh peneliti langsung dari objek penelitian (PT. Perkebunan Nusantara II

(Persero). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data akuntansi yakni

laporan keuangan unit/kebun berupa laporan PB-71 dan LM kebun periode tahun

2007-2009.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh data

sekunder yaitu dengan cara mempelajari berbagai dokumen yang diperoleh langsung

dari PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) baik berupa laporan, hasil pemeriksaan

keuangan oleh lembaga pemeriksa, maupun hasil-hasil penelitian-penelitian

terdahulu.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Operasional

Berdasarkan pendapat Singarimbun (2000: 45) definisi operasional adalah

unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen (bebas)

dan variabel dependen (terikat).

1. Variabel independen (bebas), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel

lain. Yang termasuk variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai


(63)

a. Variabel aspek keuangan (X.1), terdiri dari beberapa variabel yakni:

1. Return on Equity (ROE) (X1.1)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal

sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham,

baik saham biasa maupun saham preferen. ROE dapat dihitung dengan

rumus:

ROE = Laba setelah Pajak X 100% Modal Sendiri

2. Return on Investment (ROI) (X1.2)

ROI adalah sejumlah uang yang diperoleh investor sebagai keuntungan

alam investasi. ROI biasanya ditunjukkan sebagai persentase investasi total

tahunan. ROI dapat dihitung dengan rumus rumus:

ROI = EBIT + Penyusutan X 100% Capital Employed

3. Rasio Kas (X1.3)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan

yang disimpan di Bank. Rasio Kas (Cash Ratio) dapat dihitung dengan

rumus yaitu:

Rasio Kas = Kas + Bank + Surat Berharga J. Pendek X 100%


(1)

perusahaan. Tingginya faktor operasional perusahaan akan mempengaruhi kinerja perusahaan sehingga tingkat kesehatan akan membaik, hal ini akan menarik perhatian pihak ketiga (investor/rekanan) untuk menanamkan modalnya di PTP Nusantara II.

5.4.3. Faktor Administrasi terhadap Tingkat Kesehatan Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari perhitungan regresi logistik berganda pada model analisis terhadap variabel administrasi selama periode pengamatan (2007-2009) menunjukkan bahwa berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kesehatan perusahaan. Namun secara parsial sesuai hasil penelitian, variabel administrasi koefisiennya bernilai negatif sebesar -6,199 (signfikansi 0,849), di mana signifikansi ini berada di atas signifikansi 0,05 (5%) dan koefisien yang diterima oleh variabel ini adalah negatif. Dikarenakan koefisien tersebut adalah negatif dan signifikansinya berada di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak, berarti variabel aspek administrasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap tingkat kesehatan perusahaan PTP Nusantara II. Hal ini sejalan dengan skor maksimal yang diperoleh PTP Nusantara dari faktor administrasi yang terkait secara bersama-sama dengan faktor lainnya yakni faktor keuangan dan operasional. Faktor administrasi tidak bisa terlepas dari kedua faktor tersebut.

p d fMachine

A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease!

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, sim ply open the docum ent you want to convert, click “print”, select the

“ Broadgun pdfMachine printer” and that’s it! Get yours now!


(2)

5.5. Keterbatasan Ruang Lingkup (Scope) Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam scope penelitian yakni: Sampel perusahaan ada yang tidak menyajikan luas areal dan produksi. Hal ini menyulitkan dalam perhitungan faktor operasional berkaitan dengan produktivitas (Kg/Ha), produksi hasil jadi (Kg), biaya tanaman (Rp/Kg), biaya pengolahan (Rp/Kg) dan biaya umum (Rp/kg). Hal ini disebabkan tidak homogennya “core bisnis” perusahaan.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Secara simultan tingkat kesehatan perusahaan dalam hal ini: faktor keuangan, faktor Operasional dan faktor Administrasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap tingkat kesehatan perusahaan pada perusahaan PTP Nusantara II. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sihombing (2008).

2. Secara parsial variabel-variabel menunjukkan hasil yang berbeda.

a. Faktor Keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat tingkat kesehatan perusahaan.

b. Faktor Operasional berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan perusahaan.

c. Faktor Administrasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan perusahaan.

6.2. Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai keterbatasan pada sampel karena kebun/unit perusahaan yang tidak homogen dalam komoditi dan juga tidak semua kebun/unit

p d fMachine

A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease!

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, sim ply open the docum ent you want to convert, click “print”, select the

“ Broadgun pdfMachine printer” and that’s it! Get yours now!


(4)

menyajikan secara mendetail laba rugi sehingga menyulitkan dalam perhitungan beberapa rasio dari faktor keuangan.

Kedua, penelitian ini sedikit kesulitan dengan adanya penggabungan beberapa kebun/unit menjadi kebun/unit yang baru sehingga periode penyajian laporan keuangan kebun/unit yakni PB-71 dan LM ada yang tidak “time series” sehingga tidak bisa dijadikan sampel, walaupun “core bisnis”nya sudah homogen.

5.6. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian lanjut dapat dikembangkan lagi dengan pengambilan sampel yang lebih besar dan lebih homogen, sehingga penelitian tidak terbatas pada kebun/unit yang yang ada di PTP Nusantara II.

2. Bagi penelitian selanjutnya, dalam melihat tingkat kesehatan perusahaan hendaknya memasukkan variabel lain untuk faktor analisisnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bringham, Eugene F. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta.

Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Harahap, Sofyan. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi 1-6. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Helfert, Erich A. 1996. Teknik Analisis Keuangan. Terjemahan. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Raja Grafindo. Jakarta. Kristiono. 2006. Analisis Kesehatan Keuangan pada Industri Furniture di Kota

Surakarta dengan Rasio Keuangan dan Model Z-Skore. Tesis. Program Magister Manajemen Universitas Surakarta (Tidak dipublikasikan).

Lisetyati, Erni. 2005. Analisa Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan Bank. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Mamduh M. Hanafi. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Menteri Badan Usaha Milik Negara. 2002. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Jakarta.

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Kelima. Liberty. Yogyakarta.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.

p d fMachine

A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease!

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, sim ply open the docum ent you want to convert, click “print”, select the

“ Broadgun pdfMachine printer” and that’s it! Get yours now!


(6)

Santoso, Singgih. 2003. SPSS Versi 10, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Cetakan Keempat. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Setyaningrum, Ari R. 1992. Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Sebelum dan Sesudah Merger (Tidak dipublikasikan).

Siagian, Sondang. 2000. Manajemen Abad 21. Edisi Pertama. Bumi Aksara. Jakarta. Sihombing, Daulat. 2008. Peranan Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi

Kesehatan Perusahaan Tekstil dan Alas Kaki yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara (Tidak dipublikasikan). Medan.

Singarimbun, Masri. 2000. Metode Penelitian Survai. Edisi Pertama. LP3ES. Jakarta. Subramanyam, K.R. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Sepuluh. Salemba

Empat. Jakarta.

Syafaruddin Alwi. 1994. Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan. Edisi Keempat. Andi Offset. Yogyakarta.

________. 1994. Dasar-dasar Pembelanjan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.

Zaki, Baridwan. 2004. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. BPFE. Yogyakarta.