Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KINERJA KEUANGAN PT.PERKEBUNAN

NUSANTARA II TANJUNG MORAWA

GELADIKARYA

Oleh

LUMSEDIA SITOMPUL

NIM : 077007037

KONSENTRASI AKUNTANSI MANAJEMEN

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Gladikarya :

ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN

PT.PERKEBUNAN

NUSANTARA

II

TANJUNG MORAWA

Nama : Lumsedia Sitompul

NIM : 077007037

Program Studi : Magister Manajemen Konsentrasi : Akuntansi Manajemen

Disetujui, Komisi Pembimbing :

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng

Ketua

Dra. Sri Mulyani, Ak., MBA

Anggota

Ketua Program Studi Direktur

Prof.Dr.Ir.Darwin Sitompul,M.Eng Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya saya yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II TANJUNG MORAWA”

adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Januari 2012 Yang Membuat Pernyataan,


(4)

RIWAYAT HIDUP

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a : Lumsedia Sitompul

Tempat/Tanggal Lahir : Soposaba, 24 Nopember 1976 Nama Orangtua : Dahermin Sitompul

Une Nababan (almarhumah)

Nama Mertua : Jonggara Lumbantobing (almarhum) Rumina Sitorus

Nama Suami : Pantas Maruba Lumbantobing Nama Anak : 1. Marysa Stephanie Lumbantobing

2. Felix Leanmora Lumbantobing 3. Hardi Hotmora Lumbantobing

Riwayat Pendidikan :

1990 SD Negeri Pagaran Pisang Tapanuli Utara 1993 SMP Negeri Adiankoting Tapanuli Utara 1997 SMK Negeri 1 Sibolga

2001 Universitas Negeri Medan Fakultas Ilmu Sosial

2008 Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan :

2002-2003 Guru SLTP Negeri 1 Lumut Tapanuli Tengah 2002-2003 Guru SLTP Negeri 1 Pinang Sori

2003-2004 Guru SMK Karya Tua Sibuluan 2003 – sekarang Guru SMK Negeri 1 Sibolga


(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis perkebunan dengan mengelola komoditi tanaman kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu. Berdasarkan kinerja keuangan periode tahun 2005-2009 diperoleh bahwa terdapat penurunan laba bersih namun total asset meningkat. Ketidakseimbangan pertumbuhan ini jika terus menerus terjadi akan berdampak buruk bagi perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari rasio Return on Investment (ROI) dan Return on Equity (ROE). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif pendekatan kuantitatif dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa sesuai dengan SK Menteri BUMN No.Kep-100/MBU/2002.

Dari hasil penelitian laporan keuangan PT.Perkebunan Nusantara II tahun 2005-2009 diperoleh bahwa penurunan rasio ROI dipengaruhi oleh semakin menurunnya perolehan laba bersih perusahaan. Penurunan laba bersih dipengaruhi oleh faktor pendapatan perusahaan meliputi pendapatan penjualan, pendapatan harga pokok dan pendapatan luar usaha, beban biaya perusahaan meliputi biaya penjualan, biaya administrasi dan biaya bunga serta asset perusahaan meliputi valuta asing, piutang niaga dan uang muka leveransi dalam bentuk investasi. Sedangkan penurunan ROE juga dipengaruhi menurunnya laba bersih sehingga modal yang dikeluarkan perusahaan mengalami peningkatan. Modal perusahaan meliputi modal dasar, modal yang belum ditempatkan, cadangan umum dan laba rugi tahun. Penurunan laba bersih menyebabkan rasio ROI dan ROE PT.Perkebunan Nusantara II tahun 2005-2009 juga mengalami penurunan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Geladikarya yang

berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KINERJA KEUANGAN PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II TANJUNG MORAWA.”

Penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pertama-tama saya menghaturkan rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya dari lubuk hati terdalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Ketua Komisi

Pembimbing pada penulisan Geladikarya ini.

5. Ibu Dra. Sri Mulyani, Ak., MBA selaku Anggota Komisi Pembimbing pada penulisan Geladikarya ini.

6. Seluruh Staf Administrasi Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang turut membantu dalam penyelesaian Geladikarya ini.


(7)

7. Seluruh teman-teman pada Kelas Eksekutif Angkatan 12 Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 8. Direksi dan seluruh staf PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang

mengijinkan dan membantu penulis untuk mendapatkan data keuangan perusahaan.

Kemudian kepada keluarga saya, kedua orangtua tercinta Ayahanda Dahermin Sitompul dan Ibunda Une Nababan (almarhumah), Bapak mertua saya Jonggara Lumbantobing (almarhum) dan Ibu mertua saya Rumina Sitorus (Ompung Oloan), suami saya tercinta Pantas Maruba Lumbantobing,S,Sos yang selalu memberi dorongan dan motivasi kepada penulis selama mengikuti studi hingga dapat menyelesaikan Geladikarya ini. Khususnya kepada anak-anak yang kusayangi Marysa Stephanie Lumbantobing, Felix Leanmora Lumbantobing dan Hardi Hotmora Lumbantobing yang selalu memberikan inspirasi kepada penulis.

Keterbatasan kemampuan yang dimiliki membuat Geladikarya ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan.

Akhir kata, penulis berharap semoga Geladikarya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.

Medan, Januari 2012


(8)

DAFTAR ISI

Hal.

RINGKASAN EKSEKUTIF ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II KERANGKA TEORITIS ... 8

2.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 8

2.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 15

2.3. Kinerja Keuangan ... 16

2.4. Pengukuran Kinerja PT.Perkebunan Nusantara II ... 18

2.5. Jenis Rasio ... 20


(9)

2.7. Analisis Rasio Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN

No.Kep-100/MBU/2002 ... 29

2.8. Tingkat Kesehatan Perusahaan ... 36

2.9. Pengaruh Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Tingkat Kesehatan Perusahaan ... 38

2.10. Arti Penting Peramalan Bisnis dan Faktor Eksternal Perusahaan ... 40

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 45

4.1. Metode Penelitian ... 45

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

4.3. Metode Pengumpulan Data... 45

4.4. Jenis dan Sumber Data... 46

4.5. Metode Analisis Data ... 46

BAB V GAMBARAN UMUM PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II .... 47

5.1. Sejarah Perusahaan... 47

5.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 49

5.2.1 Visi Perusahaan ... 49

5.2.2. Misi Perusahaan ... 49

5.3. Struktur Organisasi ... 51

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 56


(10)

7.1. Kesimpulan ... 72 7.2. Saran ... 73


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penurunan Return on Investment (ROI) PT.Perkebunan

Nusantara II Tanjung Morawa Periode Tahun 2005-2009 ... 3

Tabel 2 Penurunan Return on Equity (ROE) PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Periode Tahun 2005-2009 ... 4

Tabel 3 Perbandingan Pertumbuhan Laba Bersih dan Total Aktiva ... 57

Tabel 4 Pertumbuhan Komponen-Komponen Total Aktiva ... 58

Tabel 5 Pertumbuhan Komponen-Komponen Total Passiva ... 59

Tabel 6 Pertumbuhan Perolehan Pendapatan Tahun 2005-2009... 60

Tabel 7 Pertumbuhan Pendapatan Setiap Tahun ... 61

Tabel 8 Pertumbuhan Beban Biaya Perusahaan Tahun 2005-2009 ... 61

Tabel 9 Pertumbuhan Beban Biaya Perusahaan Setiap Tahun... 62

Tabel 10 Pertumbuhan Modal Perusahaan Tahun 2005-2009 ... 63

Tabel 11 Pertumbuhan Modal Setiap Tahun ... 63

Tabel 12 Pertumbuhan Komponen Asset Perusahaan ... 64

Tabel 13 Pertumbuhan Asset Setiap Tahun ... 65

Tabel 14 Pertumbuhan Laba Rugi Perusahaan Periode 2005-2009 ... 66

Tabel 15 Perubahan Pertumbuhan Laba Rugi Perusahaan setiap Tahun ... 66

Tabel 16 Perbandingan Rugi Laba dan Neraca Keuangan ... 67

Tabel 17 Hasil Perhitungan Berdasarkan Rasio ROI ... 67


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 44 Gambar 2 Struktur Organisasi PT.Perkebunan Nusantara II ... 52


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Neraca Aktiva PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN II)

Tanjung Morawa Tahun 2005 - 2009 ... 77 Lampiran II Neraca Passiva PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN II)

Tanjung Morawa Tahun 2005 - 2009 ... 78 Lampiran III Laporan Laba Rugi PT.Perkebunan Nusantara II


(14)

RINGKASAN EKSEKUTIF

PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis perkebunan dengan mengelola komoditi tanaman kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu. Berdasarkan kinerja keuangan periode tahun 2005-2009 diperoleh bahwa terdapat penurunan laba bersih namun total asset meningkat. Ketidakseimbangan pertumbuhan ini jika terus menerus terjadi akan berdampak buruk bagi perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari rasio Return on Investment (ROI) dan Return on Equity (ROE). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif pendekatan kuantitatif dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa sesuai dengan SK Menteri BUMN No.Kep-100/MBU/2002.

Dari hasil penelitian laporan keuangan PT.Perkebunan Nusantara II tahun 2005-2009 diperoleh bahwa penurunan rasio ROI dipengaruhi oleh semakin menurunnya perolehan laba bersih perusahaan. Penurunan laba bersih dipengaruhi oleh faktor pendapatan perusahaan meliputi pendapatan penjualan, pendapatan harga pokok dan pendapatan luar usaha, beban biaya perusahaan meliputi biaya penjualan, biaya administrasi dan biaya bunga serta asset perusahaan meliputi valuta asing, piutang niaga dan uang muka leveransi dalam bentuk investasi. Sedangkan penurunan ROE juga dipengaruhi menurunnya laba bersih sehingga modal yang dikeluarkan perusahaan mengalami peningkatan. Modal perusahaan meliputi modal dasar, modal yang belum ditempatkan, cadangan umum dan laba rugi tahun. Penurunan laba bersih menyebabkan rasio ROI dan ROE PT.Perkebunan Nusantara II tahun 2005-2009 juga mengalami penurunan.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa merupakan salah satu perusahaan perseroan terbatas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang agribisnis perkebunan dengan mengelola komoditi tanaman kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu.

Dengan semakin majunya perkembangan dunia usaha, persaingan antar perusahaan semakin meningkat. Agar tetap bertahan dalam dunia bisnis, setiap perusahaan harus berhati-hati dalam mengambil keputusan terutama keputusan dalam bidang keuangan. Hal ini disebabkan karena kegagalan atau keberhasilan usaha hampir sebagian besar ditentukan oleh kualitas keputusan yang berkaitan dengan keuangan.

Laporan keuangan menyajikan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Posisi keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan neraca. Dalam laporan neraca tersebut dapat diketahui kekayaan atau asset perusahaan yang dimiliki (sisi aktiva) dan di sisi pasiva dapat diketahui dari mana dana-dana untuk membiayai aktiva (dari modal sendiri atau hutang) tersebut diperoleh sedangkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dapat dilihat dalam laporan laba rugi yang diterbitkan oleh perusahaan.

Untuk mengambil keputusan yang tepat diperlukan suatu informasi mengenai keuangan perusahaan yang tersedia tepat waktu, dapat ditelusuri kebenarannya, jelas, lengkap dan akurat. Dalam hal ini perusahaan akan


(16)

menyusun laporan keuangan yang dapat menggambarkan seluruh hasil kegiatan perusahaan pada akhir periode pembukuan. Laporan keuangan perusahaan itu disusun dengan maksud untuk memberikan informasi tentang hasil usaha, posisi finansial, dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi finansial kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan.

Agar pihak-pihak yang bersangkutan dapat memperoleh informasi yang memadai dan akurat maka perlu diadakan interpretasi terhadap laporan keuangan. Dalam menganalisis dan menginterpretasikan laporan keuangan yang bersangkutan maka digunakan metode-metode tertentu yang telah baku. Pada umumnya dalam menganalisis laporan keuangan digunakan analisis rasio yang terdiri dari atas rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas.

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan memang memberikan informasi posisi dan kondisi keuangan perusahaan akan tetapi laporan tersebut perlu dianalisa lebih lanjut dengan alat analisa keuangan yang ada untuk mendapatkan informasi yang lebih berguna dan lebih spesifik dalam menjelaskan posisi dan kondisi keuangan perusahaan. Adapun alat analisis yang dapat digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Analisa dengan rasio likuiditas akan memberikan informasi seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi.

Hasil analisis tersebut sangat penting artinya bagi pimpinan perusahaan untuk mengontrol kebijakan-kebijakan yang telah diambil baik kondisi keuangan yang lalu, saat ini maupun yang akan datang dalam rangka menjalankan operasi


(17)

perusahaan dan membantu dalam mengambil berbagai keputusan yang harus dilaksanakan secepat mungkin agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Setiap tahun posisi keuangan perusahaan akan terus berubah sesuai dengan operasional perusahaan, begitu pula dengan aktiva yang digunakan, terutama investasi atas aktiva tetap yang pada dasarnya jumlah dan nilainya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mempertinggi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan jumlah dan nilainya berkurang disebabkan oleh aktivitas perusahaan yang kurang baik atau kondisi lain yang kurang menguntungkan misalnya perekonomian negara yang tidak kondusif.

Namun demikian, dalam hal ini terlihat masalah yang timbul pada PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa yaitu bahwa perbandingan laba bersih terhadap total asset (return on investment disingkat ROI) selama 5 tahun terakhir (2005-2009) cenderung mengalami penurunan. Kinerja Keuangan PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa terlihat seperti pada tabel 1.

Tabel 1 : Penurunan Return on Investment (ROI) PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Periode Tahun 2005-2009 (dalam jutaan rupiah)

2005 2006 2007 2008 2009

Net Income 68,325 64,735 48,284 21,172 12,644 Total Asset 1.706.963 1.713.596 1.816.740 2.035.108 2.036.189

ROI 4,00% 3,78% 2,66% 1,04% 0,62%

Sumber : PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa (Data Diolah) ROI adalah salah satu rasio rentabilitas. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari seluruh aktiva


(18)

yang digunakan. ROI sebagai rentabilitas ekonomi yang dapat dihitung dengan rumus ROI = Net Income/Total Assets. Kecenderungan penurunan ROI pada PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa terjadi selama 5 tahun periode tahun 2005 hingga tahun 2009.

Dari tabel di atas terlihat bahwa return on investment (ROI) PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Penurunan ROI berarti menurunnya kemampuan perusahaan untuk mengelola asset dalam rangka meraih laba. Jika penurunan ini terus menerus terjadi tentu akan berdampak buruk bagi perusahaan.

Pada kurun waktu yang sama, terlihat pula bahwa Return on Equity (ROE) cenderung mengalami penurunan. ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur produktifitas dari dana-dana pemilik perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan rentabilitas dan efisiensi modal sendiri yang dapat dihitung dengan rumus Laba Bersih Sesudah Pajak / Modal Sendiri. Kecenderungan penurunan ROE PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa selama tahun 2005-2009 ditunjukkan dalam tabel 2.

Tabel 2 : Penurunan Return on Equity (ROE) PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Periode Tahun 2005-2009 (dalam jutaan rupiah)

2005 2006 2007 2008 2009

Laba Bersih

Sesudah Pajak 68.325 64.735 48.284 21.172 12.644 Modal Sendiri 123.550 58.815 107.099 128.271 157.410 ROE 55,30% 110,07% 45,08% 16,51% 8,03% Sumber : PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

Dari tabel di atas terlihat bahwa rasio ROE perusahaan selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2005, 2006 dan 2007


(19)

mengalami peningkatan yang sangat signifikan namun mengalami penurunan secara drastis pada tahun 2008 dan 2009. Kecenderungan penurunan rasio ROE menunjukkan menurunnya kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari segi produktivitasnya. Jika penurunan rasio ROE ini terus menerus terjadi tentu akan berdampak buruk bagi perusahaan.

Idealnya, perusahaan tetap mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan asset dan laba serta produktivitas dan efisiensi modal sendiri dari tahun ke tahun, kalau bisa meningkatkan profitabilitasnya. Kenyataan penurunan ROI dan ROE menunjukkan lemahnya kemampuan PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa untuk mempertahankan kinerjanya. Akibatnya profitabilitas perusahaan cenderung menurun. Bila kecenderungan penurunan profitabilitas tersebut terus terjadi akan berdampak buruk terhadap perusahaan.

Perbedaan karakteristik di antara jenis dan sumber modal, secara umum mempengaruhi aspek kehidupan perusahaan, yaitu : 1) terhadap kemampuannya untuk menghasilkan laba, dan 2) terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang/kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Hal ini berarti bahwa jumlah komposisi aktiva dan sumber permodalan yang digunakan (Modal Sendiri dan Hutang Jangka Panjang) merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi perusahaan yang salah satu indikatornya adalah perolehan pendapatan/laba.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas menjadi dasar pemikiran bagi penulis untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa.”


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat

dirumuskan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah

faktor-faktor yang menyebabkan kinerja keuangan (yang diukur melalui ROI dan ROE) pada PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa mengalami penurunan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa periode tahun 2005-2009 ditinjau dari Rentabilitas atau Profitabilitasnya.

1.4. Manfaat Penelitian

a. PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil alternatif keputusan dan perumusan kebijaksanaan sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi perusahaan khususnya yang terkait dengan keuangan. b. Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara

Sebagai bahan referensi penelitian dan rujukan tentang analisis kinerja keuangan perusahaan.

c. Penulis

Penelitian ini merupakan latihan dan pembelajaran dalam menerapkan teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan dan pengalaman.


(21)

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan PT.Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa periode 2005-2009 dengan melihat masalah efisiensi dan efektifitas ditinjau dari rentabilitas/profitabilitas dengan rasio ROI dan ROE.


(22)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang utama untuk menginformasikan informasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan dalam arti luas dinamakan pelaporan keuangan (financial reporting) yaitu laporan keuangan pokok yang dilengkapi dengan informasi keuangan lain yang dikomunikasikan melalui media informasi selain laporan keuangan pokok.

Sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang prestasi perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Laba perusahaan diperlukan untuk kepentingan kelangsungan hidup perusahaan dan ketidakmampuan perusahaan dalam mendapatkan laba akan menyebabkan tersingkirnya perusahaan dari perekonomian. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca. Hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan.

Laporan keuangan adalah hasil proses pencatatan akuntansi keuangan. Laporan keuangan itu berisi informasi tentang prestasi perusahaan di bidang keuangan pada masa lampau. Laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan perhitungan rugi – laba. Namun dalam praktek sering diikutsertakan beberapa laporan lain untuk memperjelas, misalnya laporan perubahan modal atau laporan laba yang ditahan, laporan perubahan modal kerja, perhitungan harga pokok, dan


(23)

lain-lain. Neraca memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Perhitungan rugi – laba menunjukkan hasil aktivitas perusahaan selama satu periode.

Laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampiran antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana (Ikatan Akuntan Indonesia, 1974).

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2002:2). Laporan keuangan merupakan bagian penting dari informasi keuangan bagi pimpinan perusahaan, investor, kreditur, pemerintah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dua buah laporan keuangan yang terpenting adalah neraca (balance sheet), dan perhitungan rugi – laba (income statement).

Selanjutnya laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan suatu transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2004:18).

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keuangan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, sebagai laporan arus kas (cash flow) atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk jadwal dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri


(24)

dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (Standar Akuntansi Keuangan, 2004).

Dari pengertian yang dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses akuntansi menghasilkan informasi yang terdiri dari :

1. Neraca yaitu yang menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu.

2. Laporan rugi laba yaitu laporan yang menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya selama periode tertentu.

3. Laporan perubahan modal yaitu laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal. Modal akhir periode menjadi modal awal periode berjalan. 4. Laporan arus kas yaitu menunjukkan arus dana dan

perubahan-perubahan dalam proses keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Selanjutnya, ada tiga jenis laporan keuangan pokok yang dihasilkan : 1. Neraca

Merupakan laporan keuangan secara sistematis tentang harta, utang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Secara spesifik neraca di maksudkan untuk membantu pihak eksternal untuk menganalisis likuidasi perusahaan dan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.

Neraca yaitu sebuah daftar yang memuat secara terperinci keadaan aktiva perusahaan, keadaan kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga, dan besar modal pemilik perusahaan itu pada suatu waktu tertentu.Sedang daftar yang memuat perincian tentang pendapatan perusahaan yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa dan tentang perincian beban yang


(25)

dipikul oleh perusahaan beserta besar laba bersih atau rugi bersih perusahaan selama suatu periode akuntansi disebut perhitungan rugi laba (Moechtar, 1994:48).

Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan harta yang dimiliki yang disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva merupakan investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut (Baridwan, 1988:15).

Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan sianya pada akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet (Munawir, 1981:13).

Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan informasi situasi posisi keuangan pada saat itu. Komponen laporan neraca terdiri atas :

a. Harta Aktiva (Assests)

Asset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak terwujud dan lain-lain.


(26)

b. Kewajiban atau Utang (Liabilities)

Kewajiban perusahaan adalah penyerahan harta atau jasa di masa yang akan datang. Atau kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan ekonomis di masa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk memberikan harta atau memberikan jasa kepada pihak lain di masa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian yang sudah terjadi.

Kewajiban dapat dikategorikan dalam 3 sifat yakni : (1) kewajiban itu benar ada, (2) kewajiban itu tidak dapat dihindarkan dan (3) kewajiban yang mewajibkan perusahaan telah terjadi. Sedangkan menurut jangka waktunya, kewajiban terdiri dari kewajiban jangka pendek (current liabilities) dan kewajiban jangka panjang (long term liabilities).

c. Modal (Equity)

Equity adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu perusahaan setelah dikurangi kewajibannya. Kategori modal bagi setiap perusahaan dapat berbeda yaitu pada perusahaan perseorangan, nilai modal ini merupakan modal pemiliknya sendiri, sedangkan dalam perusahaan perseroan terdiri dari modal setoran dan modal dari pendapatan (retained earnings)

Modal adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditanam atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir, 1981: 114).


(27)

Modal adalah elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca yang dapat berupa uang kas, bahan baku, mesin, gedung dan sebagainya. Sedangkan sumber dari modal adalah apa yang dilihat dalam pasiva suatu neraca, yaitu yang dapat berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Modal aktif adalah modal yang tertera di sebelah debet dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana seluruh funds yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan pengertian modal pasif ialah modal yang tertera di sebelah kredit neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana funds diperoleh (Riyanto, 2001:12). Modal yang terletak dalam aktiva suatu neraca dimana modal aktif, sedangkan modal yang terletak dalam pasiva suatu perusahaan disebut modal pasif. 2. Laporan Laba / Rugi

Merupakan laporan secara sistematis tentang penghasilan-penghasilan, biaya-biaya, serta laba / rugi bersih suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan ini dipandang sebagai laporan akuntansi paling penting dalam laporan tahunan. Sedangkan laba rugi adalah selisih positip atau selisih negatip yang diperoleh dari operasi dan non operasional perusahaan terhadap biaya dalam satu periode akuntansi yang menyebabkan perubahan dalam posisi equity (net assets) perusahaan.

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan penghasilan-penghasilan dan biaya-biaya dari unit usaha untuk suatu periode tertentu. (Baridwan, 1988:26). Dikatakan selanjutnya bahwa perhitungan rugi laba yang kadang disebut laporan pendapatan atau penghasilan dan biaya,


(28)

merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan dan juga merupakan tali penghubung dua neraca yang berurutan.

Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi/laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Munawir, 1981:26).

3. Laporan Arus Kas

Tujuan pokok aliran kas adalah memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembiayaan kas perusahaan salama periode tertentu. Tujuan kedua laporan arus kas adalah untuk memberika informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan dan operasi perusahaan pada periode tertentu.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dan proses akuntansi yang dapat digunakan untuk alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan suatu perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut (Munawir, 1997:2) adalah :

1. Pemilik Perusahaan

Pihak ini sangat berkepentingan untuk mengetahui suatu laporan keuangan perusahaannya, karena dengan melihat laporan keuangannya maka pemilik dapat menilai apakah dia benar-benar dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Kesuksesan ini biasanya dinilai dari laba yang diperoleh oleh perusahaan.


(29)

2. Manajer Perusahaan

Setelah mengetahui laporan keuangan, maka manajer dapat menilai kebijakan-kebijakan yang telah dijalankannya, dan jika ada kekurangan bisa untuk menyusun sistem kebijaksanaan yang lebih baik lagi.

3. Investor

Laporan keuangan berguna dalam hal keperluan mereka untuk menanamkan modal mereka ke suatu perusahaan.

4. Kreditur dan Banker

Berhubungan dengan pemberian kredit bagi suatu perusahaan. Dengan melihat laporan keuangan mereka bisa mengambil keputusan apakah akan menyetujui atau bahkan menolak pemberian kredit kepada perusahaan yang bersangkutan 5. Pemerintah

Pemerintah memerlukan laporan keuangan untuk menentukan berapa besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik perusahaan.

2.2.

Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (SAK, 2002:3).

Tujuan umum laporan keuangan (Harahap, 2004:98) adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan.


(30)

2. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba.

3. Memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam mencari laba.

4. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan yang dapat digunakan baik intern maupun ekstern perusahaan. Laporan keuangan dipersiapkan dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report, laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate) maupun pendapat pribadi (personal judgement).

2.3. Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan pada dasarnya terdapat dua perspektif utama yaitu perspektif keuangan dan non-keuangan, akan tetapi sehubungan dengan topik yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka akan difokuskan pada kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif keuangan. Istilah kinerja keuangan ini telah banyak dikenal oleh masyarakat pelaku ekonomi. Kinerja


(31)

keuangan merupakan tingkat prestasi (performance) yang dicapai oleh perusahaan, sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja memiliki beberapa pengertian; (a) sesuatu yang dicapai; (b) prestasi yang dihasilkan; dan (c) kemampuan kerja.

Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk mengevaluasi kinerja di masa yang lalu dengan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut (Lesmana dan Surjanto, 2003:4). Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap kinerja di masa yang lalu, dapat dilakukan prediksi terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang, sehingga evaluasi untuk nilai perusahaan dapat dilakukan dan keputusan investasi (termasuk kredit) dapat dilaksanakan saat ini.

Analisis kinerja perusahaan dapat dilihat dari berbagai sisi, salah satunya sisi keuangan. Menilai kinerja perusahaan dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan rasio keuangan (Lesmana dan Surjanto, 2003:5).

Meskipun penilaian kinerja dapat dilakukan dari kedua aspek tersebut (Keuangan dan non-keuangan) akan tetapi dalam penelitian ini difokuskan pada kinerja perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN-II) Tanjung Morawa ditinjau dari aspek keuangan, dengan sasaran umum penilaian kinerja difokuskan pada rentabilitas dengan rasio ROI dan ROE.


(32)

2.4. Pengukuran Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui oleh berbagai pihak, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan terutama terkait dengan pengambilan keputusan kedua pihak tersebut. Hal ini dipertegas oleh Van Home (1994:11) mengatakan bahwa kinerja keuangan meliputi tiga keputusan utama yaitu investment decision adalah keputusan yang berhubungan dengan struktur keuangan dan struktur modal, financial decision yaitu kemampuan untuk menentukan struktur keuangan dan struktur modal keuangan yang optimal, dan kekayaan para pemegang saham atau pemilik perusahaan, dividend decision yaitu keputusan yang berhubungan dengan pembagian keuntungan terhadap pemegang saham dan laba yang ditahan.

Meskipun terdapat beberapa kelemahan pada analisa laporan keuangan yaitu seringkali tidak mewakili hasil dan kondisi ekonomi yang sesungguhnya, karena laporan keuangan adalah hasil pencatatan masa lalu (history) dari business activity yang dilakukan oleh perusahaan, maka fokus analisis akan diarahkan pada hubungan dan indikator keuangan pokok yang memungkinkan analis dapat menilai kinerja masa lampau, sekarang, dan melakukan proyeksi masa yang akan datang. Tentunya penekanan pada manfaat serta keterbatasan yang dimiliki.

Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan melalui teknik analisa laporan keuangan, maka terdapat banyak teknik yang dapat dipakai. Teknik ini merupakan cara bagaimana kita melakukan analisa. Sebelum mengadakan analisa terhadap suatu laporan keuangan, penganalisa harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisa harus dapat menggambarkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan tersebut. Dengan


(33)

kata lain bahwa agar dapat menganalisa laporan keuangan dengan hasil yang memuaskan maka perlu mengetahui latar belakang dari data keuangan tersebut.

Penganalisa juga harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup di dalam mengambil suatu kesimpulan, di samping harus memperhatikan dan mempertimbangkan perubahan-perubahan kondisi perusahaan serta tingkat harga-harga yang terjadi. Oleh karena itu sebelum mengadakan perhitungan-perhitungan, analisa dan interpretasi penganalisa harus mempelajari atau mereview secara menyeluruh atau bila dipandang perlu dapat diadakan penyusunan kembali (reconstruction) dari data-data sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku dan tujuan analisa. Setelah mempelajari secara menyeluruh laporan keuangan, maka analisa dan interpretasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik analisa yang tepat dan disesuaikan dengan tujuan analisa.

Analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu.

Analisa hubungan berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa beberapa rasio secara


(34)

individu membantu dalam menganalisa dan menginterpretasikan posisi dan kinerja keuangan suatu perusahaan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan memberikan gambaran tentang baik atau buruknya kinerja keuangan suatu perusahaan.

Penggolongan angka rasio dapat ditinjau dari dua sisi yaitu berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah didasarkan pada tujuan penganalisa. Berdasarkan sumber datanya maka angka ratio terdiri dari; ratio-ratio neraca (balance sheet ratios) yaitu rasio yang semua datanya diambil atau bersumber dari neraca, rasio-rasio laporan rugi-laba (income statement ratio) yaitu angka-angka rasio yang semua datanya diambil dari laporan rugi-laba, rasio-rasio antar laporan (interstatement ratios), yaitu semua angka rasio yang datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan rugi-laba.

2.5. Jenis Rasio

Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio yang menurut penulisannya cocok untuk memahami perusahaan.umumnya rasio yang terkenal dan popular adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.


(35)

Di tinjau dari likuiditas, maka keadaan perusahaan dapat dibedakan :

a. Likuid yaitu perusahaan yang mampu memenuhi seluruh kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. b. Ilikuid yaitu perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban

keuangan, khususnya kewajiban jangka pendeknya. Disamping itu likuiditas digolongkan atas :

1) Likuiditas badan usaha, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada pihak luar perusahaan (kreditur).

2) Likuiditas perusahaan, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya kepada pihak dalam perusahaan

Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut : a) Current Ratio

Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Besar current ratio yang ideal belum ada suatu patokan yang pasti, namun standar umum yang digunakan 200% atau 2:1 yang berarti nilai aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar harus dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar. b) Quick Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid test rasio.


(36)

Untuk quick rasio ukuran berdasarkan prinsip hati-hati adalah 100% atau 1:1 dianggap cukup memuaskan didalam perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.

c) Cash Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera diuangkan. Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1,00 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash rationya, tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaiannya tergantung kebijakan perusahaan.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Besarnya ukuran umum yang dipakai adalah 200% atau 2:1 yang berarti dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan solvable bila rasionya kurang dari 200%.

Yang termasuk rasio solvabilitas antara lain : 1. Total Debt to Total Equity Ratio

Rasio ini membandingkan total utang dengan modal pemilik (ekuitas). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian setiap rupiah dari modal pemilik yang digunakan untuk menjamin utang. Semakin besar


(37)

rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang semakin kecil. Rasio diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.

2. Total Debt to Total Asset Ratio

Rasio ini membandingkan jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan. Dari rasio ini, dapat diketahui beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Biasanya, para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin rendah rasio utang perusahaan yang diberi kredit akan semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi

3. Long term Debt to Equity Ratio

Rasio ini membandingkan antara utang jangka panjang dan modal pemilik. Rasio ini menunjukan berapa bagian modal pemilik yang menjadi jaminan utang jangka panjang. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal pemilik untuk menutup utang jangka panjang. Semakin rendah rasio ini akan semakin aman bagi kreditur jangka panjang.

3. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan


(38)

perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Beberapa jenis rasio rentabilitas adalah sebagai berikut:

a. Net Profit Margin

Net profit margin adalah rasio yang membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dan penjualan bersih untuk menunjukan berapa bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba setelah bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar.

b. Return On Investment

Return on investment adalah salah satu bentuk dari rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.

c. Operating Income Rastio

Rasio ini membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi) dan penjualan bersih. Rasio ini menunjukkan berapa bagian penjualan netto yang merupakan laba usaha. Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin tinggi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan. d. Return On Equity

Rasio ini membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan


(39)

modal pemilik yang ditanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi keuntungan investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya. Dengan demikian, rasio ini sangat mendapat perhatian para investor.

Rasio profitabilitas/rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari modal sendiri dan modal pinjaman. Profitabilitas merupakan salah satu bagian dari analisa rasio keuangan yang mana analisa rasio keuangan adalah salah satu cara untuk menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan untuk menganalisa dan melihat kinerja perusahaan.

Menurut Weston dan Copeland (2002:232) bahwa profitabilitas (kemampulabaan) adalah merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan. Selanjutnya, Munawir (2004:86) mengatakan profitabilitas adalah sebagai perbandingan keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dipergunakan untuk menghasilkan keuntungan. Sedangkan menurut Kartadinata (2000:66), profitabilitas adalah merupakan perbandingan laba terhadap penjualan atau perbandingan laba terhadap aktiva.

Analisa rasio ini mempunyai keunggulan dibanding dengan teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan .


(40)

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

5. Menstandarisasi perusahaan.

6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan yang lainnya secara periodik.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

Disamping keunggulan dari teknik ini, teknik ini juga mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut:

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

1) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.

2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

3) Klasifikasi dalam laporan keuangan bias berdampak pada angka rasio. c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.


(41)

e. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik standar akuntansi yang dipakai tidak sama.

2.6. Analisis Rasio Keuangan

Mengadakan analisis terhadap hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi dalam suatu perusahaan. Untuk mengadakan interpretasi tersebut tentunya seorang analisis memerlukan suatu ukuran. Ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan dibidang keuangan adalah analisis keuangan. Rasio merupakan alat yang digunakan dalam artian relative maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Alwi, 1994:107). Rasio keuangan adalah rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam arithmaticalterm yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial (Riyanto, 2001:329).

Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu (Helfert, 1996 : 87). Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Syarif, 1998). Tujuan analisis rasio keuangan adalah untuk mengetahui hubungan-hubungan antara pos-pos neraca dan laba rugi dan merupakan alat untuk mengukur kemampuan dan kelemahan suatu perusahaan berdasarkan dari data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.


(42)

Menurut Riyanto (1996:331) analisis rasio keuangan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek. Rasio ini sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan maupun bagi kreditur jangka panjang dan pemegang saham untuk mengetahui prospek deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang. Rasio likuiditas terdiri dari current ratio, cash ratio dan quick ratio.

2. Rasio Leverage

Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui besarnya aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio leverage terdiri dari total debt to equity ratio, total debt to total capital assets, long term debt to equity ratio, dan time interest earned ratio.

Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%.

3. Rasio Aktifitas

Rasio aktifitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber dananya. Rasio ini terdiri dari inventory turnover, total asset turnover, receivaible turnover, average collection period dan working capital turnover.


(43)

2.7. Analisa Rasio Berdasarkan KEPMEN BUMN No. KEP-100/MBU/2002

Penilaian kinerja BUMN melalui Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-100/MBU/2002 tanggal 14 Juni 2002 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara, yakni :

a. Return on Equity (ROE)

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari investasi para pemilik (pemegang saham).

Untuk menghitung nilai ROE ini digunakan rumus :

% 100 x Sendiri Modal Pajak Setelah Laba E O R 

b. Return on Investment (ROI)

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber-sumbernya. ROI dihitung dengan cara:

Investasi Total

Income Operating

ROI

c. Rasio Kas

Rasio kas ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang akan jatuh tempo dengan kas yang dimiliki perusahaan (baik yang ada dalam perusahaan maupun yang ada di bank yang sewaktu-waktu dapat digunakan) dan surat berharga jangka pendek. Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus sebagai berikut :

100% x s Liabilitie Current Pendek Jangka Berharga Surat Bank Kas Kas


(44)

d. Rasio lancar

Current Ratio menunjukkan seberapa jauh kewajiban jangka pendek kepada kreditur dipenuhi oleh harta yang segera (biasanya satu tahun) menjadi kas. Atau dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus sebagai berikut :

% 00 1 x s Liabilitie Current Assets Current Ratio

Current 

e. Collection Period

Collection Period menunjukkan lamanya piutang dagang tersebut beredar sehingga menjadi kas. Untuk menghitung collection period digunakan rumus sebagai berikut :

% 100 x Usaha Pendapatan Total Usaha Piutang Total Period Collection 

f. Perputaran Persediaan

Perputaran Persediaan adalah berapa lama persediaan tersebut disimpan dalam satu tahun untuk mengetahui perputaran persediaan. Untuk menghitung perputaran persediaan digunakan rumus sebagai berikut :

hari 365 x Usaha Pendapatan Total Persediaan Total Persediaan Perputaran 

g. Perputaran Total Asset

Perputaran total asset adalah perbandingan antara pendapatan dengan total asset dengan rumus sebagai berikut :

% 100 x Employed Capital Pendapatan Total Asset Total Perputaran 


(45)

h. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset

Rasio ini menunjukkan seberapa besar porsi modal sendiri terhadap total asset. Rasio modal sendiri dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% 100 x Asset

Total

Sendiri Modal Total

TA /

TM 

Setiap perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba namun yang lebih penting lagi yaitu bagaimana perusahaan ini dapat melakukan efisiensi penggunaan modal. Sebab laba yang maksimal belumlah menunjukkan perusahaan tersebut telah bekerja dengan efisien, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana perusahaan dapat mempertinggi rentabilitas/profitabilitasnya

Penelitian ini akan berfokus pada analisa Rasio Profitabilitas. Ada banyak cara melakukan Analisa Rasio Profitabilitas seperti Profit Margin, BOPO, ROA, ROI, ROE dan EPS. Namun demikian Analisa Rasio Profitabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini akan difokuskan pada ROI dan ROE.

Defenisi ROI dan ROE yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Return On Investment (ROI)

Return on Investment termasuk ke dalam profitabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada. Rasio ini digunakan untuk mengukur kekuatan penghasilan dari aktiva. Rasio tersebut menyatakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh penghasilan terhadap operasi bisnis dan menjadi ukuran keefektifan manajemen. Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik, semakin besar semakin bagus (Mukhtaruddin, 2007).


(46)

ROI merupakan salah satu jenis rasio profitabilitas perusahaan, dimana semakin tinggi profitabilitas biasanya perusahaan akan lebih memilih menggunakan sumber dana internal dari laba ditahan, sehingga penggunaan hutang perusahaan akan berkurang. ROI merupakan perbandingan antara tingkat laba operasi setelah pajak dengan total investasinya. Skala pengukur ROI adalah rasio dengan satuan persen (%) (Brigham dan Houston, 2001).

Return on investment adalah salah satu bentuk dari profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir: 1981:89).

ROI tidak memberikan indikasi berapa lamanya suatu investasi. Namun demikian, ROI sering dinyatakan dalam satuan tahunan atau sering juga dinyatakan untuk suatu tahun kalendar atau fiskal.

Untuk memperoleh aset maka suatu perusahaan memerlukan dana yang dapat diperoleh baik dengan melakukan hutang atau dari modal sendiri yang sumbernya adalah sisa laba ditahan. Aset yang diperoleh nantinya akan dijadikan sebagai sumber daya perusahaan untuk meningkatkan hasil usahanya. Rumusan Return on Investment menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dengan total aset yang dimiliki dan digunakan dalam kegiatan operasionalnya.

ROI (Return on Investment) merupakan salah satu indikator dari tingkat profitabilitas perusahaan. ROI merupakan perbandingan dari return


(47)

investasi terhadap total investasi perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi nilai Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan, karena semakin profitable suatu perusahaan, biasanya perusahaan cenderung untuk melakukan pendanaan yang bersumber dari laba ditahan dan modal sendiri (Brigham dan Houston, 2001). Nilai rata-rata ROI yang digunakan sebagai proksi untuk profitabilitas perusahaan memiliki nilai yang fluktuatif selama periode penelitian.

2. Return On Equity (ROE)

Return on Equity merupakan kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Return on Equity merupakan statistik yang mencerminkan keuntungan pemilik usaha. ROE mengukur pengembalian modal dari pemilik perusahaan (Mukhtaruddin, 2007).

Dalam melaksanakan operasi perusahaan, pemilik atau pemegang saham perusahaan menginginkan hasil yang optimal. Return on Equity dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan memberikan imbalan atau hasil kepada pemilik atau pemegang saham perusahaan. Rumusan ROE akan menghubungkan antara laba bersih dalam perhitungan rugi laba dengan equity yang ada dalam neraca.

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang ada untuk mendapatkan net income, dengan rumus :

Capital Equity

Income Net


(48)

Semakin tinggi angka pencapaian ROE menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik sehingga meningkatkan daya tarik saham yang ditawarkan di pasar modal.

Selanjutnya, rasio profitabilitas/rentabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen dalam mengelola perusahaan. Efektivitas yang dimaksud adalah meliputi kegiatan fungsional manajemen yang terdiri dari keuangan, pemasaran, sumber daya manusia dan operasional. Efektivitas pada faktor tersebut akan menyebabkan peningkatan atau penurunan laba bagi perusahaan. Penurunan laba yang berlangsung terus-menerus akan mengarah pada kebangkrutan perusahaan.

Menurut tujuannya, rasio keuangan khususnya perusahaan dikelompokkan sebagai berikut :

1. Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh. Rasio-rasio yang tergolong dalam rasio likuiditas ini adalah current ratio, quick ratio dan cash ratio. masing-masing rasio ini mempunyai perspektif yang berbeda dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan asumsi bahwa semua aktiva lancarnya dikonversi menjadi kas. Quick ratio/acid test ratio mempunyai tujuan yang sama dengan current ratio, akan tetap dalam perspektif yang lebih cepat yakni rasio ini tidak memperhitungkan persediaan, karena memerlukan waktu yang relatif lama


(49)

untuk dikonversi menjadi uang kas aehingga dengan demikian rasio ini lebih tajam dari current ratio. Cash ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan memperhitungkan aktiva yang paling likuid.

2. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaan. Efektivitas yang dimaksud adalah meliputi kegiatan fungsional manajemen yang terdiri dari keuangan, pemasaran, sumber daya manusia dan operasional. Efektivitas pada faktor tersebut akan menyebabkan peningkatan atau penurunan laba bagi perusahaan. Yang tergolong dalam rasio ini adalah ; (1) Net Profit Margin (NPM), (2) Return on Investment (ROI), (3) Return on Equity (ROE). Penurunan laba yang berlangsung terus menerus akan mengarah pada kebangkrutan perusahaan.

Pada umumnya rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal. Rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 1981:33). Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto, 2001:28). Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dengan persentase.


(50)

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa rentabilitas suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan yang bersangkutan untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena rentabilitas merupakan pencerminan efisiensi suatu perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya, maka cara menggunakan tingkat rentabilitas untuk ukuran efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang baik.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa rentabilitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan, sebagai suatu usaha efisiensi di mana setiap perusahaan dalam operasinya selalu berusaha meningkatkan labanya agar asset rentabilitas sesuai dengan standar.

3. Rasio Permodalan/solvabilitas digunakan untuk menggambarkan apakah permodalan perusahaan telah mencukupi untuk mendukung kegiatan usaha yang akan dilakukan secara efisien, apakah permodalan tersebut akan mampu untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, apakah kekayaan (kekayaan pemegang saham) semakin besar atau semakin kecil. 4. Rasio Efisiensi Usaha, digunakan untuk mengukur performance manajemen

apakah telah menggunakan semua faktor-faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna.

2.8. Tingkat Kesehatan Perusahaan

Kondisi kesehatan perusahaan dapat diukur berdasarkan analisa rasio-rasio keuangan pada umumnya rasio-rasio keuangan yang lazim dijadikan tolak ukur oleh para investor adalah seperti rasio untuk menilai tingkat liquiditas, solvabilitas, rentabilitas/profitabilitas, rasio aktivitas, dan rasio-rasio lain yang


(51)

sesuai dengan kebutuhan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio profitabilitas khususnya Return on Investment (ROI) dan Return on Equity (ROE). Salah satu cara untuk menilai tingkat kesehatan keuangan perusahaan adalah dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan dimasa lalu dan masa sekarang guna kepentingan dimasa yang akan datang dengan perhitungan rasio keuangan. Analisa keuangan juga dilakukan oleh pihak luar perusahaan untuk menentukan potensi penanaman investasi dan penilaian kemungkinan pemberian kredit serta untuk menilai kinerja perusahaan selama ini.

1. Tinjauan Tentang Tingkat Kesehatan Perusahaan

Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah suatu keuangan dalam suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara dua elemen yang ada atau disebut dengan rasio. Dengan rasio itu kita dapat mengetahui tingkat rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Peningkatan kinerja harus selalu dikaitkan dengan penerapan prinsip efisiensi. Artinya, dalam upaya menampilkan kinerja yang memuaskan suatu sistem bekerja gunakan sebagai sarana, daya dan dana yang dialokasikan untuk menyesedemikian rupa sehingga hasilnya menyelenggarakannya (Siagian, 1996:50).

2. Penggolongan Tingkat Kesehatan Perusahaan

Penggolongan tingkat kesehatan BUMN sudah diatur oleh pemerintah yang dituangkan dalam SK Menteri BUMN RI No.Kep-100/MBU/2002 sebagai berikut :


(52)

a. Sehat sekali, jika bobot kinerja tahun terakhir adalah diatas 110. b. Sehat, jika bobot kinerja tahun terakhir adalah diatas 100 sampai 110. c. Kurang sehat, jika bobot kinerja tahun terakhir adalah diatas 90 sampai 100 d. Tidak sehat, jika bobot kinerja tahun terakhir adalah kurang dari atau sama

dengan 90.

Sedangkan penilaian atas bobot dari jenis-jenis indikator kinerja adalah:

a. Indikator utama : 70 %

Terdiri dari tiga indikator yaitu :

1. Rentabilitas : 75 %

2. Likuiditas : 12,5 % 3. Solvabilitas : 12,5 %

b. Indikator tambahan : 30 %

Dari indikator-indikator tersebut, maka bobot penilaian menjadi : 1. Rentabilitas (75 % X 70 %) : 52,50 %

2. Likuiditas (12,5 % X 70 %) : 8,75 % 3. Solvabilitas (12,5 % X 70 %) : 8,75 % 4. Indikator tambahan 1 : 10 % 5. Indikator tambahan 2 : 10 % 6. Indikator tambahan 3 : 10 % Jumlah bobot : 100 %

2.9. Pengaruh Rentabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Tingkat Kesehatan Perusahaan

Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut sehat atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan


(1)

berpengaruh misalnya biaya usaha dengan cara memperbaiki sarana dan

fasilitas, atau memperbaiki peralatan-peralatan yang sudah rusak, sehingga

dapat menekan biaya tanpa perlu membeli yang baru lagi. Selain itu

perusahaan

mengurangi

jumlah

hutang

jangka

panjang

dan

mempertimbangkan untuk meninjau kembali biaya non usaha.

2.

Pada penelitian berikutnya, diharapkan dapat menganalisis BUMN lain

dengan periode amatan yang lebih diperpanjang (lebih dari 5 tahun) sehingga

dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai kinerja keuangan perusahaan

secara umum.

3.

Pada penelitian berikutnya, analisis penilaian kinerja perusahaan dilakukan

tidak hanya berdasar data-data historis, tetapi dilakukan dengan analisa yang

lebih mendalam mengenai aspek manajemen dan aspek-aspek yang lain dari

segi kualitasnya yang mempengaruhi kinerja keuangan sebuah perusahaan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafaruddin.

1994.

Alat-Alat Analisis dalam Pembelanjaan.

Edisi

Keempat. Yogyakarta: Andi Offset.

Arief, Sritua.

1993.

Metodologi Penelitian Ekonomi.

Jakarta: UI Press

Arsyad, Lincolin.

1995.

Peramalan Bisnis.

Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Brigman, Eugene F. dan Joel F. Houston.

2001.

Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan

. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Harahap, Sofyan Syafii.

2004.

Teori Akuntansi Laporan Keuangan.

Jakarta:

Bumi Aksara.

Helfert, Erich A.

1996.

Teknik Analisa Laporan Keuangan

, Edisi Indonesia oleh

Herman Wibowo. Jakarta: Erlangga.

Ikatan Akuntan Indonesia.

1999.

Standar Akuntansi Keuangan Buku 1 & 2.

Jakarta: Salemba Empat.

Kementerian BUMN.

2002.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Republik Indonesia Nomor.Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.

Jakarta.

Lesmana, Rico dan Rudi Surjanto

, 2003.

Financial Performance Analyzing

Pendoman Menilai Kinerja Keuangan.

Jakarta: Elexmedia Komputindo.

Moechtar, H.Z.A.

1994.

Dasar-Dasar Akuntansi.

Surabaya: Institut Dagang

Muchtar.

Mukhtaruddin dan Desmoon King Romaloo.

Akuntabilitas: Jurnal Penelitian

dan Pengembangan Akuntansi Vol.1 No.1 Januari 2007.

Munawir.

1992.

Analisa Laporan Keuangan

. Yogyakarta: Liberti.

PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa.

2005.

Laporan Tahunan

Neraca Komparatif

. Tanjung Morawa Medan.


(3)

PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa.

2009.

Laporan Tahunan

Neraca Komparatif

. Tanjung Morawa Medan.

Riyanto, Bambang.

1997.

Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan

. Edisi

Keempat. Yogyakarta: BPFE.

Riyanto, Bambang

. 2003.

Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan

, Edisi ke-4,

Cetakan ke-8. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.

Siagian, Sondang P.

1996. 2000.

Manajemen Abad 21

, Edisi Pertama. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sinulingga, Sukaria

. 2011

. Metode Penelitian.

Medan: USU Press Universitas

Sumatera Utara.

Van Home, James C.

1994.

Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan.

Edisi

Indonesia oleh Heru Sutajo. Jakarta: Salemba Empat.

Website : ptpn2.com

Weston, Fred

. 2001.

Manajemen Keuangan

. Jakarta: Lembaga Penerbit Liberty.

Zaki, Baridwan.

1988.

Intermediate Accounting Edisi Ketiga.

Yogyakarta:

Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.


(4)

LAMPIRAN I

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II TANJUNG MORAWA

NERACA AKTIVA

TAHUN 2005-2009

A K T I V A Per 31-12-2005 Per 31-12-2006 Per 31-12-2007 Per 31-12-2008 Per 31-12-2009

(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)

AKTIVA LANCAR

Kas dan Bank 21,983,934,651 8,931,862,291 21,115,153,974 30,181,346,597 23,476,308,492 Valuta Asing 124,218,458 77,248,422 6,720,948,538 11,705,834,336 20,126,645,844 Deposito Berjangka

Piutang :

Piutang Niaga 4,533,924,584 8,460,083,714 3,949,164,722 635,687,626 6,372,038,554 Piutang Antar Badan Hukum 10,670,746,215 12,648,018,065 12,010,728,093 8,442,741,562 9,180,353,356 Piutang Lain-Lain 32,908,554,159 23,847,523,995 5,273,258,046 6,154,811,098 8,477,787,262 Uang Muka pada Leveransir 627,107,248 4,202,288,419 854,011,439 4,810,524,841 4,940,516,086 Pinjaman Karyawan 3,187,184,799 5,121,455,289 8,114,726,657 7,839,669,512 5,473,906,761 Piutang Hubungan Istimewa 3,635,981,160 Panjar PPh Badan 19,747,407,617 22,347,749,805 21,459,641,499 22,061,253,755 36,776,869,105 Tagihan pada Pimpro PIR 214,432,026 230,652,626 230,652,626 230,652,626 230,652,626 Tagihan pada KKPA 51,722,433,912 51,722,433,912 47,503,433,912 42,403,433,912 40,692,308,627 Persediaan :

Bahan Baku & Pelengkap 26,239,381,174 33,823,392,912 26,761,709,460 50,151,069,584 24,625,081,123 Hasil Jadi 15,880,963,429 23,758,350,166 48,734,607,242 66,889,477,357 62,455,269,399 Biaya Dibayar Dimuka 246,558,474,158 209,874,092,563 210,956,271,410 235,323,459,647 190,399,855,065 Jumlah Aktiva Lancar 434,398,762,430 405,045,152,179 413,684,307,618 486,829,962,453 436,863,573,460

Penyertaan 2,996,202,978 2,996,202,987 2,996,202,978 2,178,669,420 2,178,669,420

AKTIVA TETAP

Tanah 18,576,648 18,576,648 18,576,648 18,576,648 18,576,648 Tanaman Menghasilkan 452,476,056,848 515,389,543,773 632,010,465,409 656,374,686,909 616,624,828,890 Tanaman Belum Menghasilkan 373,989,395,918 402,019,873,818 358,492,519,461 470,275,255,891 298,253,057,815 Bangunan 201,720,623,198 195,576,734,128 202,901,476,061 208,870,592,761 186,129,664,624 Mesin dan Perlengkapan Pabrik 570,924,630,909 584,947,439,564 604,026,503,512 649,885,658,474 580,198,557,200 Jalan, Jembatan dan Saluran Air 70,218,525,248 71,636,319,206 72,834,108,757 77,438,062,710 73,064,363,148 Alat-Alat Pengangkutan 74,864,332,570 77,858,255,281 98,093,688,786 99,135,581,986 86,704,079,297 Alat Pertanian dan Inventaris Kecil 41,985,144,710 42,191,024,813 43,236,967,401 46,652,081,220 44,100,712,477 Jumlah Aktiva Tetap 1,786,197,286,049 1,889,637,767,231 2,011,614,306,035 2,208,650,496,599 1,885,093,840,099

Akumulasi Penyusutan -767,974,839,688 -804,607,480,328 -858,330,087,088 -899,712,839,309 -803,650,136,759 Aktiva Dalam Konstruksi 4,822,053,025 2,931,614,368 3,436,922,648 2,890,374,379 1,651,541,903 Jumlah Aktiva Tetap Netto 1,023,044,499,386 1,087,961,901,271 1,156,721,141,595 1,311,828,031,669 1,083,095,245,243

Aktiva-Aktiva KSO 417,771,357,409 Akumulasi Penyusutan -151,486,231,210

266,285,126,199

Aktiva-Aktiva KSO 17,651,315,320 Akumulasi Penyusutan -10,578,170,942

7,073,144,378

AKTIVA TAK BERWUJUD

Hak Guna Usaha & Bangunan 89,578,795,289 95,387,629,585 100,099,068,849 112,492,428,608 129,387,534,287 Amortisasi Hak Guna Usaha -25,564,648,821 -35,376,406,630 -44,160,846,350 -53,242,456,894 -61,460,275,331

Jumlah Aktiva Tak Berwujud 64,014,146,468 60,011,222,955 55,938,222,499 59,249,971,714 67,927,258,956

AKTIVA PAJAK TANGGUHAN 15,674,843,674 11,920,317,900 28,664,019,939 13,408,552,014 14,873,919,678

AKTIVA TETAP LAIN-LAIN


(5)

LAMPIRAN II

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II TANJUNG MORAWA

NERACA PASSIVA

TAHUN 2005-2009

P A S S I V A Per 31-12-2005 Per 31-12-2006 Per 31-12-2007 Per 31-12-2008 Per 31-12-2009

(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)

UTANG LANCAR

Kredit Modal Kerja 303,581,222,222 304,221,396,361 5,450,000,000 77,469,502,842 156,629,266,928

Hutang

Hutang Niaga 104,358,438,512 132,977,999,215 96,170,639,288 198,006,720,660 181,492,487,025 Hutang Pemborong 83,078,034,027 82,677,861,897 53,270,845,178 109,747,276,861 90,109,173,202 Hutang Lain-Lain 99,511,087,612 31,924,023,902 64,202,016,183 24,708,533,261 6,062,778,437 Panjar Penjualan 149,481,877,008 184,424,206,411 190,616,521,817 176,645,512,620 71,992,481,905 Hutang Jk Panjang Jatuh Tempo 15,534,867,406 29,908,137,364 Hutang Antar Badan Hukum 23,093,615,285 20,320,230,203 16,570,676,693 19,619,610,315 22,431,728,905 Panjar Pimpro PIR

Panjar KKPA/PKSR 18,612,975,284 18,612,975,284 16,393,975,284 13174260786 12,852,960,786 Biaya Yang Masih Harus Dibayar 118,548,779,090 157,745,241,714 185,310,258,579 145,677,627,650.0 114,659,373,701 Hutang Deviden/Tantiem 37,605,130,291 37,605,130,291 37,605,130,291 37,605,130,291

Hutang Pembangunan Semesta 451,527,199 451,527,199 451,527,199 451,527,199 451,527,199 Hutang Pajak Penghasilan 1,385,095,880 Hutang Pajak Lainnya 76,450,787,864 82,466,294,551 77,557,624,890 82,825,677,999 87,331,375,604 Iuran Dana Pensiun/Jamsostek 64,015,342,048 76,615,451,258 63,160,530,568 55,243,952,765 33,513,813,619 Hutang Imbalan Kerja Kary.Jatuh Tempo 51,666,186,349 Jumlah Hutang Lancar 1,078,788,816,442 1,130,042,338,286 806,759,745,970 956,710,200,655 860,486,386,904

HUTANG JANGKA PANJANG

Iuran Tambahan Dapenbun 108,221,246,241 125,692,770,464 195,852,984,599 229,619,270,046 242,518,313,630 Pinjaman Dalam Negeri 95,858,519,926 95,858,519,926 405,031,710,890 403,695,129,356 393,519,795,699 Pinjaman Luar Negeri

Kewajiban Imbalan Kerja 292,819,277,122 292,819,277,122 301,996,978,629 316,812,082,756 257,422,515,350 Jumlah Hutang Jangka Panjang 496,899,043,289 514,370,567,512 902,881,674,118 950,126,482,158 893,460,624,679

Hutang Tidak Lancar Lainnya 124,832,180,169

KEWAJIBAN PAJAK TANGGUNGAN 7,725,477,848 10,368,652,154 1,878,779,192,169

MODAL SENDIRI

Modal Dasar :

- Modal Saham Prioritas 250,000,000,000 250,000,000,000 250,000,000,000 250,000,000,000 250,000,000,000 - Modal Saham Biasa 750,000,000,000 750,000,000,000 750,000,000,000 750,000,000,000 750,000,000,000 Jumlah Modal Dasar 1,000,000,000,000 1,000,000,000,000 1,000,000,000,000 1,000,000,000,000 1,000,000,000,000

Modal Ditempatkan dan Disetor : - Modal Saham Prioritas 150,000,000,000 150,000,000,000 150,000,000,000 150,000,000,000

- Modal Saham Biasa 140,000,000,000 140,000,000,000 140,000,000,000 140,000,000,000 327,606,000,000 Jumlah Modal Dasar 290,000,000,000 290,000,000,000 290,000,000,000 290,000,000,000 327,606,000,000 Modal yang belum ditempatkan 710,000,000,000 710,000,000,000 710,000,000,000 710,000,000,000 672,394,000,000

Penyertaan Modal Pemerintah

Cadangan Umum 404,556,205,145 156,590,597,202 156,590,597,202 156,590,597,202 135,479,038,494

LABA YANG BELUM DIBAGI

Laba (Rugi) Tahun Lalu -254,715,615,862 -323,040,829,129 -387,775,608,348 -339,491,319,884 -318,319,124,956 Laba (Rugi) Tahun Berjalan -68,325,213,267 -64,734,779,219 48,284,288,464 21,172,194,928 12,644,309,402

Jumlah Modal Sendiri -323,040,829,129 -387,775,608,348 -339,491,319,884 -318,319,124,956 -305,674,815,554

Total Modal 123,549,768,073 58,814,988,854 107,099,277,318 128,271,472,246 157,410,222,940 J U M L A H P A S S I VA 1,706,963,105,652 1,713,596,546,806 1,816,740,697,406 2,035,108,155,059 3,790,136,426,692


(6)

LAMPIRAN III

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II TANJUNG MORAWA

LAPORAN RUGI – LABA

TAHUN 2005-2009

U R A I A N

PERIODE

2005

2006

2007

2008

2009

Penjualan Produksi

-Penjualan Ekspor dan Lokal

884,936,420

969,732,581

1,272,485,254

1,634,007,971

1,386,122,458

Harga Pokok Penjualan

772,156,837

791,069,039

936,186,935

1,307,763,026

1,154,597,026

Laba (Rugi) Usaha Kotor

112,779,583

178,663,542

336,298,319

326,244,945

231,525,432

Biaya Usaha

- Biaya Penjualan

32,612,236

33,031,191

34,196,375

32,954,042

34,918,561

- Biaya Administrasi

59,834,971

49,204,640

63,913,062

57,527,521

85,063,976

- Biaya Bunga

35,684,700

54,175,188

49,849,812

44,739,941

0

Jumlah Biaya Usaha

128,131,907

136,411,019

147,959,249

135,221,504

119,982,537

Laba Usaha Netto

-15,352,324

42,252,523

188,339,070

191,023,441

111,542,895

Biaya (Pendapatan) Non Usaha

- Biaya Non Usaha

57,366,665

84,581,215

112,479,266

145,962,718

105,672,903

- Biaya Bunga

0

0

0

0

62,818,574

- Biaya Pendapatan Non Usaha

-14,919,017

-15,672,389

-16,737,853

-16,841,152

-19,428,712

Jumlah Biaya (Pendpt) Non Usaha

42,447,648

68,908,826

95,741,413

129,121,566

149,062,765

Laba (Rugi) Seb.Beban (Pend)

Luar Biasa

-57,799,972

-26,656,303

92,597,657

61,901,875

-37,519,870

Biaya (Pendapatan) Luar Biasa

- Biaya Luar Biasa

12,133,351

31,680,776

81,557,940

42,438,439

23,231,246

- Pendapatan Luar Biasa

0

0

-10,132,218

-16,964,058

-73,315,153

Jumlah Biaya (Pendpt) Luar Biasa

12,133,351

31,680,776

71,425,722

25,474,381

-50,083,907

Laba (Rugi) Sebelum PPh

-69,933,323

-58,337,079

21,171,935

36,427,494

12,564,037

Kewajiban Pajak

PPh Badan

0

0

0

0

1,385,096

Pajak Tangguhan

9,654,293

15,674,844

0

15,255,468

0

Kewajiban (Pendapatan) Pajak

Tangguhan

-11,262,403

-9,277,144

-27,112,354

0

-1,465,368

Jumlah Pajak

-1,608,110

6,397,700

-27,112,354

15,255,468

-80,272

Laba (Rugi) Setelah Pajak

-68,325,213

-64,734,779

48,284,289

21,172,026

12,644,309

Sumber : PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa