Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Citra Satelit IKONOS (Studi Kasus di Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan)

(1)

PERENCANAAN PENGHIJAUAN

DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT IKONOS

(Studi Kasus di Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan)

SKRIPSI

Oleh:

RIO FRENKY SITANGGANG 031201033 / MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2007


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Citra Satelit IKONOS (Studi Kasus di Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan)

Nama : Rio Frenky Sitanggang NIM : 031201033

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( Ir. Rosihan Noor, Dipl.F ) ( Tengku Muhammad Aka, S.Hut )

Mengetahui

Ketua Departemen Kehutanan

Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP. 132 287 853


(3)

ABSTRACT

Urban area more knowledgeable with hot environmental atmosphere, because town planology do not follow regulation and order to cultivation of vegetation around settlement. Reboisation of town represent best alternative in creating urban area forest atmosphere, where the target and its target reached by hence needed inwrought and directional planning that is by exploiting Geographical Information System ( GIS) being based on computer by using satellite image of IKONOS.

Image of IKONOS Countryside of WEK II, District Of North Padangsidempuan , Padangsidempuan City , overlayed with digital map administration of Padangsidempuan City and interpretationed visually to get obyek-obyek along with its co-ordinate which checked by its truth pass ground check. Pursuant to criterion - criterion made competent place of reboisation location, there are 15 location at Countryside of WEK II, District Of North Padangsidempuan , Padangsidempuan City able to be made reboisation location which consist of arterial road and is small, where its reboisation form its green band. Excess of satellite image of IKONOS lay in its high resolution ( 1x1 m) while its weakness lay in its economic value which is costly enough, so that can only be used by sides owning high buy value.


(4)

ABSTRAK

Kawasan perkotaan lebih dikenal dengan suasana lingkungan yang panas, karena tata ruang kota tidak mengikuti aturan dan peraturan untuk melakukan penanaman vegetasi disekitar pemukiman. Penghijauan kota merupakan alternatif terbaik dalam menciptakan suasana hutan dikawasan perkotaan, dimana agar tujuan dan sasarannya tercapai maka diperlukan perencanaan yang terarah dan terpadu yaitu dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis komputer dengan menggunakan citra satelit IKONOS.

Citra IKONOS Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan, dioverlay dengan peta digital administrasi Kota Padangsidempuan dan diinterpretasi secara visual untuk mendapatkan obyek-obyek beserta koordinatnya yang dicek kebenarannya melalui cek lapangan (ground check). Berdasarkan kriteria – kriteria suatu tempat layak dijadikan lokasi penghijauan, terdapat 15 lokasi pada Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan yang dapat dijadikan lokasi penghijauan yang terdiri dari jalan besar dan kecil, dimana bentuk penghijauannya adalah jalur hijau. Kelebihan citra satelit IKONOS terletak pada resolusi spasialnya yang tinggi (1x1 m) sedangkan kelemahannya terletak pada nilai ekonominya yang cukup mahal, sehingga hanya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memiliki nilai beli yang tinggi.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Judul dari skripsi ini adalah “Perencanaan Penghijauan dengan Menggunakan Citra Satelit IKONOS (Studi Kasus di Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan)”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Rosihan Noor, Dipl.F selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Tengku Muhammad Aka, S.Hut selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang akan dijadikan dasar dalam kesempurnaannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Nopember 2007


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI……… ii

DAFTAR TABEL……… iv

DAFTAR GAMBAR………... v

DAFTAR LAMPIRAN……….. vi

PENDAHULUAN Latar Belakang………... 1

Tujuan Penelitian……… 3

Manfaat Penelitian………... 3

TINJAUAN PUSTAKA Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG)..…... 4

Sistem Satelit Ikonos……….. 9

Interpretasi Citra Satelit………... 12

Penghijauan Kota………... 14

Manfaat Bentuk-Bentuk Penghijauan Kota………. 15

Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Perencanaan Penghijauan Kota... 21

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian……….. 22

Bahan dan Alat……… 22

Metode Penelitian……… 23

Pengumpulan Data……… 23

Pengolahan Data……… 23

Digitasi Peta Dasar………. 23

Overlay……… 22

Interpretasi Citra……….. 25

Cek Lapangan (Ground Check)………. 26

Analisis Citra………. 26

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis……… 28

Kondisi Topografi dan Tanah………. 29

Iklim……… 29

Sosial Ekonomi……… 30

Struktur Penduduk……… 30

Pendidikan dan Mata Pencaharian……… 30


(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil……… 32

Pengumpulan Data……… 32

Overlay………. 34

Interpretasi Citra……….. 35

Cek lapangan……… 35

Analisis Citra……… 36

Pembahasan………. 38

Analisis Sistem Satelit Ikonos………... 38

Interpretasi Citra………... 39

Cek lapangan (Ground Check)………. 40

Analisis Citra……… 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………. 45

Saran………... 45

DAFTAR PUSTAKA………. 46


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Karakteristik Satelit Ikonos……… 9

2. Sarana dan Prasarana Kota Padangsidempuan………. 31

3. Hasil Kegiatan Cek Lapangan di Lokasi Penelitian………. 36


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Karakteristik Reflektansi Spektral Permukaan Bumi... 10

2. Proses Digitasi Peta Dasar menggunakan Software Arc View 3.3... 23

3. Langkah Kerja Penelitian………. 27

4. Peta Administrasi Kota Padangsidempuan……….. 32

5. Citra Ikonos Desa WEK II………... 33


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Lokasi Penghijauan Kota………. 48 2. Foto-Foto Kegiatan Cek Lapangan (Ground Check)……….. 49 3. Foto Satelit Ikonos………... 53


(11)

ABSTRACT

Urban area more knowledgeable with hot environmental atmosphere, because town planology do not follow regulation and order to cultivation of vegetation around settlement. Reboisation of town represent best alternative in creating urban area forest atmosphere, where the target and its target reached by hence needed inwrought and directional planning that is by exploiting Geographical Information System ( GIS) being based on computer by using satellite image of IKONOS.

Image of IKONOS Countryside of WEK II, District Of North Padangsidempuan , Padangsidempuan City , overlayed with digital map administration of Padangsidempuan City and interpretationed visually to get obyek-obyek along with its co-ordinate which checked by its truth pass ground check. Pursuant to criterion - criterion made competent place of reboisation location, there are 15 location at Countryside of WEK II, District Of North Padangsidempuan , Padangsidempuan City able to be made reboisation location which consist of arterial road and is small, where its reboisation form its green band. Excess of satellite image of IKONOS lay in its high resolution ( 1x1 m) while its weakness lay in its economic value which is costly enough, so that can only be used by sides owning high buy value.


(12)

ABSTRAK

Kawasan perkotaan lebih dikenal dengan suasana lingkungan yang panas, karena tata ruang kota tidak mengikuti aturan dan peraturan untuk melakukan penanaman vegetasi disekitar pemukiman. Penghijauan kota merupakan alternatif terbaik dalam menciptakan suasana hutan dikawasan perkotaan, dimana agar tujuan dan sasarannya tercapai maka diperlukan perencanaan yang terarah dan terpadu yaitu dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis komputer dengan menggunakan citra satelit IKONOS.

Citra IKONOS Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan, dioverlay dengan peta digital administrasi Kota Padangsidempuan dan diinterpretasi secara visual untuk mendapatkan obyek-obyek beserta koordinatnya yang dicek kebenarannya melalui cek lapangan (ground check). Berdasarkan kriteria – kriteria suatu tempat layak dijadikan lokasi penghijauan, terdapat 15 lokasi pada Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan yang dapat dijadikan lokasi penghijauan yang terdiri dari jalan besar dan kecil, dimana bentuk penghijauannya adalah jalur hijau. Kelebihan citra satelit IKONOS terletak pada resolusi spasialnya yang tinggi (1x1 m) sedangkan kelemahannya terletak pada nilai ekonominya yang cukup mahal, sehingga hanya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memiliki nilai beli yang tinggi.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan perkotaan lebih dikenal dengan suasana lingkungan yang panas disertai dengan pencemaran, baik pencemaran udara, air dan tanah. Keadaan ini terjadi karena tata ruang kota yang tidak mengikuti aturan dan peraturan yang berlaku. Banyak pemukiman penduduk dan sarana umum yang dibangun tanpa disertai penanaman vegetasi di sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan iklim mikro di kawasan tersebut menjadi lebih panas dibandingkan dengan pembangunan pemukiman dan sarana umum yang disertai dengan penanaman vegetasi disekitarnya.

Pertumbuhan penduduk yang sangat besar yang diikuti dengan pendirian kawasan industri di daerah perkotaan mengharuskan adanya pendirian bangunan yang akan mengurangi ruang penanaman vegetasi. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya tingkat suhu lingkungan di kawasan perkotaan. Selain itu, penggunaan kendaraan bermotor serta zat-zat kimia yang berlebihan oleh penduduk dan industri membuat kapasitas pencemaran semakin tinggi.

Apabila permasalahan tersebut tidak ditanggapi dengan serius, maka tidak menutup kemungkinan akan timbul suatu permasalahan baru. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ada di daerah perkotaan tersebut. Salah satu tindakan untuk mengurangi suasana lingkungan yang panas dan sarat pencemaran, maka perlu diciptakan peranan hutan di dalam kawasan perkotaan. Penghijauan kota merupakan alternatif terbaik dalam menciptakan suasana hutan di kawasan perkotaan.


(14)

Penghijauan kota dapat menciptakan suasana hutan di kawasan perkotaan karena penghijauan kota dapat memberikan beberapa manfaat yang sama dengan manfaat hutan seperti manfaat estetis, orologis, hidrologis, klimatologis, edaphis, ekologis, protektif, hygienis dan edukatif. Adapun tujuan penghijauan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Dengan terciptanya suasana hutan di kawasan perkotaan melalui pelaksanaan penghijauan kota, maka permasalahan seperti suhu lingkungan yang panas dan sarat pencemaran dapat segera diatasi (Nazaruddin, 1996).

Untuk mendapatkan sasaran dan tujuan yang maksimal, penghijauan kota harus dilaksanakan dengan perencanaan yang terarah dan terpadu. Berdasarkan PP RI No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan kota, penyelenggaraan penghijauan kota meliputi penunjukan, pembangunan, penetapan dan pengelolaan. Agar perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan berbagai sarana serta media yang mendukung kesuksesan rencana tersebut.

Pada saat ini telah banyak teknologi yang diciptakan dan diterapkan sebagai sarana serta media dalam mendukung suatu perencanaan. Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan dalam bidang kehutanan terutama dalam perencanaan kehutanan. Dengan menggunakan data berupa citra satelit, peta dasar dan data penunjang lainnya yang dikelola dengan menggunakan sistem berbasis komputer menjadikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai teknologi yang memberikan kemudahan dan pemahaman yang baik bagi setiap perencana yang menggunakannya.


(15)

Sistem Informasi Geografis (SIG) akan mempermudah perencanaan penghijauan kota terutama dalam menentukan posisi geografis suatu lokasi dan menyajikan tampilan dari kawasan perkotaan tersebut. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) akan mendukung kelancaran perencanaan penghijauan kota, sehingga tujuan dan sasarannya akan tercapai.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan citra satelit IKONOS dalam perencanaan penghijauan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan penghijauan kota terutama bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas kehutanan.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Istilah penginderaan jauh dikenalkan di Amerika Serikat pada akhir tahun 1950-an untuk menarik dana dari instansi survei kelautan Amerika Serikat. Istilah ini didefenisikan oleh Parker pada tahun 1962, pada symposium pertama tentang penginderaan jauh untuk lingkungan di Michigan, yang meliputi pengumpulan data tentang obyek-obyek tanpa kontak langsung dengan alat pengumpulnya. Pada simposium tersebut, makalah yang disajikan meliputi interpretasi foto udara, fotografi udara, radar, dan penginderaan jauh sistem termal. Pada awal tahun 1970-an, istilah serupa digunakan di Perancis (teledetection), Spanyol (teleperception) dan Jerman (fenerkundung) (Jaya, 1997).

Manual of remote sensing (American Socciety of Photogrametry, 1983) menyatakan bahwa dalam pengukuran yang lebih luas, pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat obyek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung atau bersinggungan dengan obyek atau fenomena yang dikaji (Howard, 1996).

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna menghasilkan data yang bermanfaat untuk aplikasi dibidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya.

Tujuan penginderaan jauh ialah untuk mengumpulkan data sumberdaya alam dan lingkungan. Informasi tentang obyek disampaikan pengamat melalui


(17)

energi elektromagnetik yang merupakan pembawa informasi dan sebagai penghubung komunikasi. Oleh karena itu kita menganggap bahwa data penginderaan jauh pada dasarnya merupakan informasi intensitas panjang gelombang yang perlu diberikan kodenya sebelum informasi tersebut dapat dipahami secara penuh. Proses pengkodean ini setara dengan interpretasi citra penginderaan jauh yang sangat sesuai dengan pengetahuan kita mengenai sifat-sifat radiasi elektromagnetik (Wolf, 1993).

Pada berbagai hal, penginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses membaca. Dengan menggunakan berbagai sensor kita mengumpulkan data dari jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek, daerah atau fenomena yang diteliti. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan gelombang bunyi atau agihan energi elektromagnetik (Howard, 1996).

Dalam penginderaan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek di permukaan bumi. Rekaman tenaga ini setelah diproses membuahkan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh tersebut dapat berupa data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer, namun dapat berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual ini dibedakan lagi menjadi data citra dan non citra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau paling tidak gambaran

planimetrik. Sedangkan data non citra pada umumnya berupa garis atau grafik (Wibowo dkk, 1994).

Penginderaan jauh menggunakan data berupa citra dan non citra dengan keluaran terbaru untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Laju perubahan


(18)

permukaan bumi yang setiap saat semakin cepat, mengharuskan adanya data yang lebih baru lagi sehingga satelit melakukan perekaman kembali pada daerah yang dibutuhkan. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya yang relatif besar, sehingga masih banyak data lama yang digunakan oleh para pengguna dalam perolehan informasi. Selain itu, kegiatan perekaman yang dilakukan oleh satelit sangat dipengaruhi oleh alam, seperti keberadaan awan, hujan yang dapat meyebabkan citra yang dihasilkan rusak / cacat, sehingga tidak dapat digunakan dalam kegiatan interpretasi. Kesalahan juga dapat terjadi pada manusia sebagai pengguna ketika sedang melakukan interpretasi dengan menggunakan konsep penginderaan jauh (Riswan, 2001).

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan menganalisis informasi geografis. Dengan kemampuannya memanipulasi data, komputer dengan sistem informasi geografisnya dapat menghasilkan suatu informasi berharga yang diperoleh dari hasil analisis yang diprogramkan kepadanya. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) data spasial dari suatu wilayah dan data pendukung lainnya dapat dikumpulkan untuk dimasukkan dan disimpan dalam komputer (Riswan, 2001).

Sistem informasi geografis biasanya dikaitkan dengan suatu sistem berbasis komputer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan informasi spasial. Informasi spasial sendiri dapat diartikan sebagai informasi yang mengandung karakteristik kunci lokasi pada di bawah ataupun di atas permukaan bumi dimana lokasi tersebut didefenisikan dalam suatu sistem koordinat terkait bumi (Hendrarto, dkk.1997).


(19)

Manfaat utama penggunaan sistem informasi spasial dengan komputer dibandingkan dengan metode pembuatan peta tradisional dan masukan data manual atau informasi manual, adalah memperkecil kesalahan manusia, kemampuan memanggil kembali peta tumpangsusun dari data SIG secara cepat, menggabungkan tumpangsusun tersebut, tetapi penggabungan batas agak sulit, dan untuk memperbaharui dengan memperhatikan perubahan lingkungan, data statistik dan batas-batas dan area yang nampak pada peta. Pelabelan perubahan dapat dicek secara cepat pada layer video dari system tersebut (Howard, 1996).

Sistem Informasi Geografis (SIG) paling tidak terdiri dari sub sistem pemprosesan, sub sistem analisis data dan sub sistem yang menggunakan informasi. Sub sistem pemrosesan data mencakup pengambilan data, input dan penyimpanan. Sub sistem analisis data mencakup perbaikan, analisis dan keluaran informasi dalam berbagai bentuk. Sub sistem yang memakai informasi memungkinkan informasi relevan diterapkan pada suatu masalah (Lo, 1990).

Sistem Infomasi Geografis (SIG) dipergunakan untuk membentuk basis data kehutanan yang mantap sebagai bahan pengambilan keputusan perencanaan yang berkaitan dengan areal atau kawasan hutan. Karena data yang dikelola dalam basis data ini berkaitan dengan ruang atau posisi geografis data dimaksud, maka data ini disebut data spasial. Dengan adanya SIG, maka data dan informasi kehutanan baik yang bersifat deskriptif, maupun numerik/angka akan tertata dengan baik dan terpetakan secara rapi menggunakan teknologi digital, sehingga memudahkan kita untuk memperbarui dan mengaktualkan datanya (editing), serta mempergunakannya secara akurat dan cepat untuk keperluan analisis (Lillesand dan Kiefer,1990).


(20)

Kelemahan pemanfaatan SIG terletak pada terciptanya kesalahan-kesalahan yang dapat berupa kesalahan-kesalahan pada saat memasukkan data, kesalahan-kesalahan dalam penyimpanan data, kesalahan pada analisis data dan kesalahan pada sumber data. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dan perbaikan metoda pengumpulan data, sistematika kegiatan yang terarah, analisis dan modelling yang sesuai dengan masalah dan kalibrasi alat (Riswan,2001).

SIG tidak terlepas dari perangkat lunak yang digunakan dalam sistem komputerisasinya. Banyak perangkat lunak yang telah digunakan untuk mendukung kemudahan pengolahan data seperti ER Mapper, Map Info, Arc Info, ER DAS, Arc View dan Arc GIS. Arc View merupakan sebuah perangkat lunak pengolah data spasial yang memiliki berbagai keunggulan yang dapat dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial. Arc View memiliki kelebihan pada fasilitas pengolah data spasial seperti penajaman, penghalusan, penyaringan dan klasifikasi. Selain itu perangkat lunak ini sangat berperan dalam editing data digital berformat vektor, yang berkemampuan mengolah data digital dan editing serta layout hasil olahan data digital tersebut (Budiyanto, 2002).

Arc view juga memiliki kemampuan dalam pengolahan atau editing arc,menerima atau konversi dari data digital lain seperti CAD atau dihubungkan dengan data image seperti format JPEG, TIFF, atau image gerak. Kelemahan Arc view terletak pada kemampuannya yanghanya dapat mengolah data berbentuk digital. Apabila data yang ada bukan bersifat digital, maka perlu dilakukan pendigitasian. Selain itu, penggunaan layout pada Arc view tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan view . Oleh karena itu untuk mengubah penampilan layout, maka harus melakukan pengubahan pada view terlebih dahulu (Budiyanto,2002).


(21)

Sistem Satelit IKONOS

IKONOS adalah satelit milik Space Imaging (USA) yang diluncurkan Bulan September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000. Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image beresolusi tinggi 1x1 m. Dengan kedetilan/resolusi yang cukup tinggi ini membuat satelit ini akan menyaingi pembuatan foto udara. Satelit berada pada 681 km di atas permukaan bumi. Waktu revolusinya 98 menit dan resolusi temporalnya sekitar 3 hari. IKONOS adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m (hitam-putih) yang lebih detailnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Karakteristik satelit Ikonos

Kelas Panjang Gelombang Resolusi Spasial Pankromatik 0.45 - 0.90µm 1 x 1 meter

Band 1 0.45 - 0.53µm (biru) 4 x 4 meter Band 2 0.52 - 0.61µm (hijau) 4 x 4 meter Band 3 0.64 - 0.72µm (merah) 4 x 4 meter Band 4 0.77 - 0.88µm (infra merah dekat) 4 x 4 meter (Badan Geologi Jawa Timur, 2007).

Setiap tipe-tipe penggunaan lahan di permukaan bumi memiliki karakteristik reflektansi spektral yang dapat dideteksi oleh satelit. Radiasi yang dideteksi oleh sistem ini umumnya berupa refleksi cahaya (energi) matahari, panas yang dipancarkan oleh setiap obyek yang mempunyai suhu lebih besar dari 00 K, dan refleksi gelombang mikro. Karakteristik reflektansi dari tipe-tipe umum permukaan bumi dapat dilihat pada gambar berikut :


(22)

Gambar 1. Karakteristik Reflektansi Spektral Permukaan Bumi Sumber : Jaya (1997).

Satelit IKONOS memiliki empat band multispektral pada sinar tampak (biru, hijau dan merah) dan inframerah dekat, sehingga satelit ini dapat mendeteksi permukaan bumi seperti tanah, air jernih, tanah kering dan tanah lembab. Band penyerap klorofil terletak pada daerah sinar biru dan merah sedangkan reflektansi yang cukup signifikan terjadi pada daerah sinar hijau 0,5 µ m – 0,6 µm. Pada inframerah dekat, reflektansi dikendalikan oleh interaksi antara radiasi dan struktur sel daun. Tanaman berumur tua, atau berdaun lebat atau diselimuti oleh bulu daun yang rapat akan mempunyai reflektansi yang lebih tinggi (Jaya, 1997).

Keberadaan satelit IKONOS tidak terlepas dari karakteristik resolusinya. Resolusi dapat diartikan sebagai kerincian info dari data penginderaan jauh. Dalam konsep penginderaan jauh dikenal beberapa resolusi dari suatu satelit yaitu resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiometrik dan resolusi temporal.


(23)

1. Resolusi Spasial

Resolusi spasial adalah unit terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dibedakan berdasarkan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang ukurannya bisa diukur. Pada potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain film (jumlah pasangan garis yang bisa dibedakan per mm) dan skala. Skala adalah fungsi dari panjang fokus dan tinggi terbang. Grain film yang halus memberikan detail obyek lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi) dibandingkan dengan grain yang kasar. Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan resolusi yang lebih tinggi.

2. Resolusi spektral

Resolusi spektral merupakan interval panjang gelombang khusus pada spektrum elektromagnetik yang direkam oleh sensor, dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitif terhadap sensor. Semakin sempit lebar interval spektrum elektromagnetik maka resolusi spektral semakin tinggi. Resolusi spektral berbanding terbalik dengan resolusi spasial. Semakin tinggi nilai resolusi spektral, maka nilai resolusi spasialnya akan semakin kecil dan sebaliknya.

3. Resolusi radiometrik

Resolusi radiometrik merupakan jumlah nilai data yang dimungkinkan pada tiap band, ukuran sensitivitas sensor untuk membedakan aliran radiasi yang dipantulkan atau diemisikan dari suatu obyek pada permukaan bumi.

4. Resolusi Temporal

Resolusi temporal merupakan frekwensi suatu sistem sensor dalam merekam suatu areal yang sama, dengan kata lain resolusi temporal merupakan lamanya suatu sistem sensor untuk merekam kembali bagian daerah yang sama.


(24)

Meskipun benar bahwa resolusi yang tinggi akan memberikan data yang lebih banyak, tetapi itu tidak sinonim dengan meningkatnya jumlah informasi yang diperoleh. Dari segi teknis, pemakai dihadapkan pada pilihan untuk mengoptimalkan resolusi (spasial, temporal, spektral dan radiometrik), biaya untuk mendapatkan data dan pengolahan data tersebut. Meningkatnya resolusi membawa konsekwensi meningkatnya jumlah data yang harus diperoleh (Jaya,1997).

Interpretasi Citra Satelit

Dalam analisis citra dikenal 8 macam unsur interpretasi yaitu : 1. Warna dan rona

Warna dan rona merupakan tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek. Kontras warna dan sinar yang tegas dalam foto udara penting untuk identifikasinya dan tanpa kontras unsur-unsur pengenalan yang lain yaitu ukuran, bentuk, tekstur dan pola tidak akan bermanfaat.

2. Ukuran

Objek pada foto udara akan bervariasi sesuai dengan skala foto, sebab apabila skala citra berbeda maka ukuran sesuatu objek yang sama akan menjadi berbeda. Suatu objek dapat dibedakan dengan objek yang lain berdasarkan ukurannya, sebab pada dasarnya ukuran setiap objek yang terdapat di permukaan bumi adalah berbeda.

3. Bentuk

Merupakan kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu objek, sehingga bentuk dan ukuran sering berasosiasi sangat erat. Bentuk suatu objek sangat dipengaruhi juga oleh skala potret udara yang dipergunakan.


(25)

Semakin kecil skala potret udara maka akan semakin sukar mengenali suatu objek demikian juga sebaliknya.

4. Bayangan

Bayangan terjadi karena adanya sinar, bayangan yang terjadi sedikit banyak akan mengikuti bentuk objeknya. Jadi bayangan dapat digunakan untuk membedakan jenis suatu objek.

5. Tekstur

Tekstur adalah frekwensi perubahan rona dalam citra foto, atau pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan, sehingga sering dinyatakan dalam halus dan kasar. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.

6. Pola

Merupakan sebuah karakteristik makro yang digunakan untuk mendeskripsi tata ruang pada citra, termasuk di dalamnya pengulangan penampakan-penampakan alami. Pola sering diasosiasikan dengan topografi, tanah, iklim dan komonitas tanaman. Contohnya, susunan pohon-pohon menjadi suatu tegakan , apabila susunannya teratur maka objek baru yang terbentuk berupa tegakan hutan tanaman, atau kemungkinan perkebunan pohon-pohon besar.

7. Lokasi/situs

Setiap objek umumnya berlokasi atau di tempatkan pada lokasi yang sesuai. Oleh karena itu ada hubungan antara lokasi dengan sesuatu jenis objek tertentu. Contohnya, semua bangunan yang melintas di atas sungai akan dinamakan jembatan.


(26)

8. Asosiasi

Keterkaitan antara objek yang satu dengan yang lain dan adanya suatu objek merupakan petunjuk adanya objek yang lain. Sering bentuk, rona, pola, tekstur dan lokasi diasosiasikan dengan satu kelas objek yang tidak terekam atau kurang jelas tergambar pada citra (Hardjoprajitno dan Saleh, 1995).

Penghijauan Kota

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002 Tentang Dana Reboisasi, penghijauan dapat didefinisikan sebagai upaya pemulihan lahan kritis di luar kawasan hutan secara vegetatif dan sipil teknis untuk mengembalikan fungsi lahan. Sedangkan menurut Setiawan (2000), penghijauan adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan-kegiatan penanaman tanaman keras, rerumputan, serta pembuatan teras dan bangunan pencegah erosi lainnya diareal yang tidak termasuk areal hutan negara atau areal lain yang berdasarkan rencana tata guna tanah tidak diperuntukkan sebagai hutan.

Penghijauan dilakukan di tanah milik perorangan atau masyarakat. Usaha penghijauan ini merupakan tanggung jawab masyarakat sendiri. Namun, dalam pelaksanaannya biasanya terjalin kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pihak pemerintah melalui Dinas Kehutanan atau Dinas Pekerjaan Umum.

Penghijauan kota dapat didefinisikan sebagai penghijauan yang dilaksanakan di daerah perkotaan yang menjadi usaha dari masyarakat sendiri yang bekerjasama dengan pihak pemerintah setempat. Penghijauan kota dapat juga diartikan sebagai suatu upaya untuk menanggulangi berbagai penurunan kualitas lingkungan.


(27)

Pelaksanaan penghijauan di perkotaan bukan asal jadi, tujuan pelaksanaannya harus jelas sehingga diperlukan suatu pemikiran dan kerja keras perencana penghijauan di perkotaan agar terwujud suatu kota yang berwawaskan lingkungan. Penghijauan kota bertujuan mewujudkan suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan, suasana lingkungan yang asri, serasi dan sejuk berusaha ditampilkan kembali. Gedung perkantoran, rumah hunian, sarana umum, daerah aliran sungai, jalan raya, dan tempat lain di kota ditanami dengan aneka pepohonan. Hal ini dapat terjadi bila ada keseimbangan antara ketersediaan ruang terbuka hijau dengan ketersediaan ruang terbangun (Nazaruddin, 1996).

Ruang terbuka hijau merupakan areal yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman, sedangkan ruang terbangun merupakan bagian areal yang disiapkan untuk pembangunan gedung. Perbandingan pembangunan gedung dengan ruang terbuka harus seimbang. Untuk kategori penghijauan kota, persentase luas penghijauan paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat (PP RI No.63, 2002).

Manfaat dan Bentuk-Bentuk Penghijauan Kota

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.63 Tentang Hutan Kota, penghijauan kota memiliki beberapa manfaat yaitu :

1. memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika 2. meresapkan air

3. menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota 4. Mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia


(28)

Menurut Setiawan (2000) ada manfaat dari penghijauan yang dapat dirasakan dalam kehidupan bermasyarakat perkotaan baik secara langsung maupun tidak langsung, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Estetis

Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman-tanaman yang disengaja ditata sehingga tampak menonjol keindahannya. Warna hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk berpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan.

2. Manfaat Orologis

Perpaduan antara tanah dan tanaman merupakan kesatuan yang saling memberi manfaat. Pepohonan yang tumbuh diatas tanah akan mengurangi erosi. Manfaat orologis ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah, terutama longsor, dan menyangga kestabilan tanah.

3. Manfaat Hidrologis

Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan sehingga tidak mengalir dengan sia-sia melainkan dapat terserap oleh tanah. Hal ini sangat mendukung daur alami tanah sehingga daerah hijau menjadi sangat penting sebagai daerah persediaan air tanah.

4. Manfaat Klimatologis

Iklim yang sehat dan normal penting untuk keselarasan hidup manusia. Faktor-faktor iklim seperti kelembapan, curah hujan, ketinggian tempat, dan sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Efek rumah kaca akan dikurangi oleh


(29)

banyaknya tanaman dalam suatu daerah dan menambah kesejukan dan kenyamanan lingkungan.

5. Manfaat Edaphis

Manfaat edaphis berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa diperkotaan yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang tempat huniannya. Lingkungan hijau akan memberi tempat yang nyaman bagi satwa tanpa terusik.

6. Manfaat Ekologis

Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman atau manusia saja. Kesemua makhluk ini dapat hidup nyaman apabila ada kesatuan. Walaupun diberi tanggung jawab untuk menguasai alam, namun manusia tidak bisa sewenang-wenang merusaknya. Kehidupan makhluk hidup di alam ini saling ketergantungan. Apabila salah satunya musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu hidupnya.

7. Manfaat Protektif

Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang hari sehingga manusia memperoleh keteduhan. Pohon juga dapat menjadi pelindung dari terpaan angin kencang dan peredam dari suara kebisingan.

8. Manfaat Hygienis

Lambat laun udara perkotaan semakin tercemar yang dikenal juga dengan polusi. Dengan adanya tanaman, bahaya polusi ini mampu dikurangi karena dedaunan tanaman mampu menghasilkan oksigen, menyaring debu dan menghisap kotoran di udara. Semakin besar jumlah tanaman yang ada, maka semakin besar pula bahaya polusi yang dapat dikurangi.


(30)

9. Manfaat Edukatif

Semakin langka pepohonan yang hidup di perkotaan membuat sebagian warganya tidak mengenalnya lagi. Karena langkanya pepohonan tersebut maka generasi manusia yang akan datang tidak mengenal lagi sosok tanaman yang pernah ada. Sehingga penanaman kembali pepohonan di perkotaan dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam.

Menurut Nazaruddin (1996), beberapa lokasi di perkotaan yang menjadi perhatian utama untuk dihijaukan ialah daerah yang baru dibuka, jalan umum, lokasi kosong yang belum dibangun, daerah aliran sungai, halaman perkantoran dan perumahan, serta daerah kumuh yang umumnya tidak lagi memiliki ruang terbuka hijau.

Umumnya kegiatan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan kota yang hijau dan asri dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara-cara ini disesuaikan dengan lingkungan daerah yang akan dihijaukan. Oleh karena itu ada beberapa bentuk penghijauan kota yaitu diantaranya :

1. Hutan Kota

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0.25 hektar.

Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami


(31)

disini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur seperti taman. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran, dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di perkotaan. Hutan kota dapat dibuat berbentuk jalur, mengelompok, dan menyebar.

2. Taman Umum

Taman umum merupakan taman yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau untuk umum. Masyarakat dapat memanfaatkan taman umum untuk aneka keperluan, diantaranya sebagai tempat bersantai, berjalan-jalan, membaca dan sebagainya. Lokasi taman umum biasanya digelar di lokasi strategis yang banyak dilalui orang, seperti di pusat kota, dekat perkantoran, atau bahkan ditengah pemukiman penduduk. Jenis tanaman yang dapat ditanam di taman umum dapat berupa pepohonan dan tanaman hias yang memberikan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya.

3. Taman Halaman Perkantoran

Perkantoran di daerah pemukiman yang cukup baik umumnya memiliki halaman yang cukup luas. Bila ditata dengan baik, halaman tersebut dapat dijadikan taman yang indah. Taman perkantoran umumnya lebih mengutamakan keindahan fisiknya dan didomonasi oleh tanaman perdu dan tanaman hias. Adanya taman tersebut membuat penampilan gedung perkantoran menjadi lebih megah.

4. Penghijauan Pemukiman Penduduk

Halaman atau pekarangan rumah penduduk merupakan ruang terbuka hijau yang cocok untuk dilakukan penghijauan. Lokasi ini sesuai apabila ruang


(32)

terbuka tersebut memadai untuk dilakukan penanaman pepohonan atau tanaman hias. Pemukiman penduduk yang padat dan sarat tanpa ada halaman atau pekarangan dapat melakukan penghijauan dengan cara melakukan penanaman tanaman di dalam pot.Tanaman yang dapat ditanam umumnya tergolong tanaman berukuran kecil dan tanaman hias.

5. Jalur Hijau di Jalan Umum

Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon dibagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di tengah jalan untuk jalan raya maupun di kanan kiri jalan. Jalan protokol umumnya lebar dan terang dengan pandangan tidak terhalang. Biasanya di jalan protokol dilengkapi lampu jalan yang tidak boleh terhalangi oleh pepohonan yang terlalu rimbun, sehingga jalan protokol tidak boleh ditanami dengan vegetasi secara penuh. Jenis tanaman yang biasa di lokasi ini dapat berupa rumput, bunga-bungaan, atau tanaman hias kecil.

6. Penghijauan Daerah Aliran Sungai

Penghijauan daerah aliran sungai dilakukan pada tepian sungai. Penghijauan ini bermanfaat dalam penguat tebing sungai dan penanaman pepohonan akan terlihat lebih rapi dan indah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi


(33)

Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Perencanaan Penghijauan Kota

Meskipun secara keilmuan penginderaan jauh sering dipandang sebagai cabang ilmu geografi dengan penekanan pada pengamatan vegetasi dari suatu kejauhan, adanya kepentingan di bidang-bidang lainnya seperti kehutanan, menyebabkan aplikasi penginderaan jauh berkembang pesat pada sektor tersebut (Jaya,1997).

Untuk tujuan perencanaan hutan, penginderaan jauh dan SIG dapat digunakan sebagai sarana yang membantu pelaksanaan kegiatan penataan hutan, tata guna lahan dan tata ruang kota. Penghijauan kota sebagai salah satu dari bagian kegiatan tata guna lahan dan tata ruang kota dapat dilaksanakan dengan berbasiskan SIG dan penginderaan jauh terutama dalam penentuan lokasi penghijauan dengan menggunakan citra satelit. Manajemen dan sistem pengelolaan data harus mampu menyediakan data yang siap dan mudah digunakan sesuai dengan kebutuhan penyusunan rancangan rencana pengembangan perkotaan (Wikantiyoso, 2000).

Kemampuan SIG dalam pemrosesan data anatara lain ; pendigitan, update data digital, penghasil peta dan pemaparan informasi dalam peta, kajian lapangan, foto udara dan citra satelit. Penggunaan SIG memungkinkan variasi data dari berbagai sumber ini dipadukan di dalam informasi geografis (mapping) yang sama dan memberikan informasi terbaru untuk tujuan perencanaan dan perancangan kota (Wikantiyoso, 2000).


(34)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Pengolahan data dan analisis citra dilaksanakan di Laboratorium Inventarisasi Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Data dan citra yang digunakan mengambil lokasi di Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan, Kota Padangsidempuan. Penelitian ini dimulai pada Bulan Agustus 2007 sampai dengan Nopember 2007.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Citra IKONOS rekaman 2003

2. Peta Digital Administrasi Kota Padangsidempuan 2003

3. Data dasar yaitu kondisi umum wilayah penelitian, yang mencakup kondisi fisik lapangan (letak geografis, luas wilayah, tanah), kondisi sosial masyarakat (kepadatan penduduk, sarana dan prasarana, penggunaan lahan, sosial budaya)

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Personal Computer (PC) dengan perangkat lunak (software) Arc View 3.2 version

2. Global Positioning System (GPS) 3. Kamera


(35)

Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data utama dan data pendukung. Data utama berupa citra satelit dan peta digital administrasi Kota Padangsidempuan yang diperoleh dari pengolahan peta dasar. Data pendukung diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan internet.

Pengolahan Data

Digitasi Peta Dasar

Digitasi ini dilakukan untuk mengubah data spasial analog dari peta dasar yang digunakan ke dalam format peta digital yaitu penerjemah dalam koordinat (x,y). Kegiatan ini dilakukan dengan cara digitasi on screen dengan menggunakan Software Arc View 3.2. Proses digitasi peta pada penelitian ini dilakukan terhadap peta administrasi, seperti yang terlihat pada Gambar berikut:

Data raster Raster

Data vektor

Gambar 2. Proses Digitasi Peta Dasar Menggunakan Software Arc View 3.2 Cek Lapangan

Digitasi on Screen Input Peta

Peta Digital Peta Analog


(36)

2. Overlay

Citra IKONOS dioverlay dengan peta digital administrasi Kota Padangsidempuan untuk memperoleh tampilan obyek pada citra yang disertai dengan informasi koordinat lokasi objek. Pada tahap ini akan diperoleh peta geografis yang disertai dengan atribut-atributnya. Adapun langkah-langkah kegiatan overlay adalah sebagai berikut :

Buka program Arcview 3.2 version pilih new View


(37)

Buka View – Geoprocessing Wizard

• Pilih menu Intersect – Masukkan theme yang akan dioverlay - Next – Finish

3. Interpretasi Citra

Kegiatan interpretasi citra dilakukan dengan metode penafsiran visual. Analisis visual merupakan penafsiran dengan menginterpretasi objek pada citra dengan cara deteksi, identifikasi dan pemberian nama objek tersebut. Penamaan didasarkan pada kunci penafsiran dan referensi yang sudah ada. Kegiatan ini didasarkan pada elemen interpretasi citra, yaitu : ukuran, bentuk, bayangan, warna, tekstur, pola, lokasi, asosiasi, dan resolusi serta kenampakan lain pada


(38)

citra. Kegiatan penafsiran ini bertujuan untuk mendapatkan lokasi penghijauan yang sesuai dengan syarat penghijauan dilaksanakan. Pada tahap ini ditentukan posisi koordinat dari setiap objek yang diinterpretasi.

Cek Lapangan ( Ground Check )

Dari hasil interpretasi citra harus disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya sehingga perlu dilakukan pengecekan lapangan. Pengecekan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan alat Global Positioning System (GPS), dimana fungsinya dapat menentukan keberadaan lokasi contoh tersebut. Kesesuaian lokasi hasil interpretasi dapat diketahui dengan mencocokkan koordinat lokasi hasil interpretasi citra dengan koordinat pada GPS.

Analisis Citra

Citra IKONOS yang telah dioverlay dengan peta digital administrasi Kota Padangsidempuan yang menghasilkan peta geografis dan telah diinterpretasi secara penafsiran visual dan telah dicek kebenaran obyek-obyeknya dalam cek lapangan, dianalisis untuk mendapatkan kesesuaian koordinat dan lokasi penghijauan dengan bentuk-bentuk penghijauan. Pada tahap ini juga dilakukan penghitungan luas dari keseluruhan lokasi tersebut. Lokasi penghijauan yang telah ditentukan dianalisis bentuk-bentuk penghijauan yang sesuai dengan lokasi tersebut berdasarkan persyaratan penentuan lokasi penghijauan kota.


(39)

Langkah kerja pada penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Langkah Kerja Penelitian Citra

IKONOS Terkoreksi

Peta Digital Administrasi Kota Padangsidempuan

Overlay

Interpretasi Citra

Cek Lapangan

Analisis Citra


(40)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis

Kota Padangsidempuan merupakan hasil penggabungan Kecamatan Padangsidempuan Utara dengan Kecamatan Padangsidempuan Selatan yang terletak pada posisi 010 08’ 07” - 010 28’ 19” LU dan 98013’ 53” - 990 21’ 31” BT

dengan ketinggian 325 mdpl. Kota Padangsidempuan terdiri dari lima kecamatan yang meliputi 58 desa dan 20 kelurahan dengan luas wilayahnya 11.465,66 Ha. Batas-batas geografis kota ini meliputi :

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Padangsidempuan Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Padangsidempuan Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan

d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Siais Kabupaten Tapanuli Selatan

(BPS dan BPPD Kota Padangsidempuan, 2004).

Kecamatan Padangsidempuan Utara terletak pada posisi 010 24’ 37” LU

dan 990 13’ 13,4” BT dengan ketinggian 260 – 1100 mdpl yang terdiri dari 16

desa / kelurahan. Luas wilayahnya adalah 14,08 Km2 atau 1.408 Ha. Desa WEK II merupakan lokasi penelitian terletak di kecamatan Padangsidempuan Utara yang terdiri dari 5 lingkungan dengan luas wilayah 0,24 Km2 atau 24 Ha dimana rasio terhadap luas kecamatan adalah sebesar 1,71 %. Adapun batas-batas


(41)

geografis dari desa ini adalah ; sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Batang Ayumi Julu, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sitamiang dan Kelurahan WEK V, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan WEK III, Kelurahan WEK IV dan Kelurahan WEK VI, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan WEK I (BPS dan BPPD Kota Padangsidempuan, 2005).

Kondisi Topografi dan Tanah

Kota Padangsidempuan dikelilingi oleh daerah perbukitan dengan topografi datar sampai dengan bergelombang. Jenis tanah yang ada pada kawasan ini meliputi Podsolik Merah Kuning, Alluvial, Podsolik Coklat, Regosol dan Organosol. Jenis penggunaan lahan meliputi pedesaan 4.200 Ha, pertanian 2.800 Ha, karet 2.055 Ha, kelapa sawit 42 Ha dan pinang 35 Ha. Selebihnya merupakan lahan perkebunan buah-buahan dan lahan kosong (Azmil, 2007).

Iklim

Kota Padangsidempuan memiliki iklim tropis dimana terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Curah hujan berada pada minimum 967 mm/tahun dan maksimum 2235 mm/tahun, dimana musim hujan terjadi pada Bulan September sampai Bulan Pebruari. Musim kemarau terjadi pada Bulan Maret sampai Bulan Agustus. Suhu udara rata-rata sebesar 22,950

C. Keadaan hidrologi memperlihatkan adanya beberapa sungai di Kota Padangsidempuan antara lain Sungai Aek Siboutar dan Sungai Aek Batang (Azmil, 2007).


(42)

Sosial Ekonomi Struktur Penduduk

Kecamatan Padangsidempuan utara berdasarkan data statistik 2005 mempunyai jumlah penduduk 55.080 jiwa yang terdiri dari laki-laki 27.491 jiwa dan wanita 27.589 jiwa dengan angka kepadatan penduduk 3.912 jiwa / Km2 .

Penduduk di Kecamatan Padangsidempuan Utara mayoritas adalah suku Batak Mandailing. Agama yang dianut oleh masyarakat didominasi oleh Agama Islam yaitu 94,43 %, Kristen Protesten 3,76 %, Budha 1,21 % dan Hindu 0,01 %. Sarana ibadah yang terdapat di daerah ini meliputi Mesjid 50 unit, Langgar / Surau 36 unit, Gereja 5 unit dan Wihara 1 unit.

Pendidikan dan Mata Pencaharian

Berdasarkan data statistik 2004 persentase penduduk Kota Padangsidempuan usia 10 tahun keatas yang berpendidikan SD kebawah sebesar 40,09%, tingkat pendidikan SMP dan SMA / Kejuruan sebesar 53,23 % dan yang berpendidikan tamat perguruan tinggi ( DI,DII,DII,DIV/S1 ) sebesar 6,68 %.

Mata pencaharian penduduk Kota Padangsidempuan mayoritas adalah petani, hal ini dapat dilihat dengan besarnya luasan lahan pertanian yaitu sebesar 25 % dari kota Padangsidempuan. Sisanya berprofesi sebagai peternak, pegawai negri sipil, pegawai swasta, karyawan dan pedagang.

Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang kehidupan penduduk di Kota Padangsidempuan, maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan statistik 2004 sarana dan prasarana yang terdapat di kota ini dapat dilihat pada tabel berikut :


(43)

Tabel 2. Sarana dan Prasarana Kota Padangsidempuan

No Fasilitas Satuan Volume

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jalan • Aspal • Kerikil • Tanah • Tidak dirinci Sarana Pendidikan

• SD • SMP

• SMA / Kejuruan Sarana Kesehatan • RSU Pemerintah • RSU Swasta

• Rumah Bersalin Swasta • Puskesmas

• Puskesmas Pembantu • Posyandu

PT. Pos Indonesia Jasa Telekomunikasi

• Wartel

• Sambungan Telepon Perindustrian

PLN PDAM Hotel

Lembaga Keuangan / Koperasi • Bank • Pegadaian • Koperasi • Pasar Km Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit 227.000 30.000 74.496 20.000 88 27 36 1 2 3 7 24 21 1 92 7.308 2 1 1 27 10 2 172 5


(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah data utama berupa citra satelit IKONOS Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan dan peta digital administrasi Kota Padangsidempuan. Sedangkan data pendukungnya adalah berupa literatur kondisi umum lokasi Kota Padangsidempuan yang diperoleh dari Badan pusat Statistik dan informasi mengenai satelit IKONOS yang diperoleh dari internet. Citra satelit IKONOS Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan dan peta administrasi Kota Padangsidempuan dapat dilihat pada gambar berikut :


(45)


(46)

Overlay

Peta lokasi penelitian diperoleh dari hasil penggabungan (overlay) citra IKONOS Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan. Kegiatan penggabungan (overlay) ini menggunakan teknologi komputer dengan perangkat lunak (software) Arc View 3.3. Hasilnya berupa peta geografis yang disertai dengan berbagai atributnya yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :


(47)

Interpretasi Citra

Interpretasi citra dilakukan dengan metode penafsiran visual dengan cara deteksi, identifikasi dan analisis yang disertai dengan pemberian nama obyek. Penamaan didasarkan pada kunci penafsiran visual yang menggunakan elemen-elemen interpretasi citra yaitu : warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, lokasi/ situs, dan asosiasi. Adapun obyek-obyek pada citra IKONOS yang dapat diinterpretasi adalah :

a. Gedung Besar b. Gedung Kecil c. Perumahan d. Jalan Besar e. Jalan Kecil f. Sungai Besar

g. Sungai Kecil h. Jembatan i. Pepohonan j. Vegetasi Kecil k. Lahan kosong

Cek Lapangan ( Ground Check )

Cek lapangan ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisi serta keadaan lapangan yang sebenarnya dengan peta geografis penelitian. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2007. Koordinat lokasi penghijauan yang diperoleh disesuaikan nilainya dengan lokasi di lapangan dengan bantuan alat GPS (Global Positioning System). Lokasi penghijauan yang ada di lapangan didokumentasi dengan kamera digital dan dapat dilihat pada lampiran. Hasil kegiatan cek lapangan dapat dilihat pada tabel berikut :


(48)

Tabel 3. Hasil Kegiatan Cek Lapangan di Lokasi Penelitian

No X Y Keterangan

1 10 22’ 55.1” 990 16’ 03.4” Jalan Besar 2 10 22’ 46.6” 990 16’ 10.8” Jalan Besar 3 10

22’ 54.5” 990

16’ 12.1” Jalan Kecil 4 10

22’ 52.9” 990

16’ 12.9” Jalan Besar 5 10

22’ 43.1” 990

16’ 11.2” Jalan Besar 6 10 22’ 54.5” 990 16’ 20” Jalan Besar 7 10

22’ 37.5” 990

16’ 18.8” Jalan Besar 8 10

22’ 42.7” 990

16’ 17” Jembatan 9 10

22’ 59.15” 990

16’ 02.7” Batas Wilayah 10 10 22’ 54.5” 990 16’ 20” Batas Wilayah 11 10 22’ 37.5” 990 16’ 18.8” Batas Wilayah 12 10 22’ 38.8” 990 16’ 16.4” Batas Wilayah 13 10

22” 34.1” 990

16’ 11.3” Batas Wilayah 14 10

23’ 10” 990

16’ 02.7” Batas Wilayah 15 10

23” 02.7” 990

16’ 11.7” Batas Wilayah

Analisis Citra

Analisis dilakukan terhadap citra Ikonos yang telah digabung (overlay) dengan peta administrasi dan menghasilkan peta geografis yang disertai dengan atribut-atributnya dan telah diinterpretasi secara visual. Peta geografis ini telah memiliki koordinat pada setiap lokasi yang dapat dilihat pada komputer dengan perangkat lunak (software) Arc View 3.3. Hasil analisis yang diperoleh adalah obyek-obyek berupa lokasi yang dapat dilakukan kegiatan penghijauan beserta posisi geografis dan astronomisnya. Penentuan lokasi penghijauan ini dilakukan dengan memperhatikan apakah kondisi suatu tempat dapat dijadikan lokasi penghijauan yang didasarkan pada ada tidaknya vegetasi / tumbuhan yang ada disekitarnya seperti daerah yang baru dibuka, jalan umum, lokasi kosong yang


(49)

belum dibangun, daerah aliran sungai, halaman perkantoran dan perumahan, serta daerah kumuh yang umumnya tidak lagi memiliki ruang terbuka hijau.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, ada beberapa tempat pada Desa Wek II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan yang dapat dijadikan lokasi penghijauan yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Koordinat Lokasi dan Bentuk-Bentuk Penghijauan

No Nama

Obyek

Koordinat Lokasi Bentuk Penghijauan

X Y

1 Jalan Besar 10 22’ 55.1” 990 16’ 03.4” Jalur Hijau 2 Jalan Besar 10

22’ 46.6” 990

16’ 10.8” Jalur Hijau 3 Jalan Kecil 10

22’ 54.5” 990

16’ 12.1” Jalur Hijau 4 Jalan Besar 10

22’ 52.9” 990

16’ 12.9” Jalur Hijau 5 Jalan Besar 10 22’ 43.1” 990 16’ 11.2” Jalur Hijau 6 Jalan Besar 10

22’ 54.5” 990

16’ 20” Jalur Hijau 7 Jalan Besar 10

22’ 37.5” 990

16’ 18.8” Jalur Hijau 8 Jalan Kecil 10

22’ 34.1” 990

16’ 11.3” Jalur Hijau 9 Jalan Besar 10 22’ 38.8” 990 16’ 16.4” Jalur Hijau 10 Jalan Besar 10 23’ 10” 990 16’ 02.7” Jalur Hijau 11 Jalan Besar 10 23’ 02.7” 990 16’ 11.7” Jalur Hijau 12 Jalan Besar 10

23’ 04.1” 990

16’ 12.3” Jalur Hijau 13 Jalan Kecil 10

23’ 12.2” 990

16’ 14” Jalur Hijau 14 Jalan Besar 10

23’ 08” 990

16’ 16.1” Jalur Hijau 15 Jalan Besar 10 23’ 16.2” 990 16’ 18.3” Jalur Hijau

Luas wilayah lokasi penelitian adalah sebesar 55 Ha dengan wilayah yang sudah ditumbuhi pepohonan sekitar 6,75 Ha. Luas lokasi penghijauan yang diperoleh adalah sekitar 3.9 Ha. Luasan ini diperoleh dengan menggunakan komputer dengan perangkat lunak (software) Arc View 3.3.


(50)

Pembahasan

Analisis Sistem Satelit Ikonos

IKONOS merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat gambaran (image) beresolusi tinggi. Dengan kedetilan / resolusi yang cukup tinggi, yaitu pada resolusi spasialnya yang dapat merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1x1 m (hitam-putih) membuat satelit ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan perencanaan tata guna lahan maupun tata ruang kota. IKONOS berada pada ketinggian 681 km dari permukaan bumi dengan waktu revolusi 98 menit dan resolusi temporalnya sekitar 3 hari.

Tingginya kedetilan / resolusi spasial yang dihasilkan oleh satelit IKONOS membuat nilai komersil untuk setiap citra yang dihasilkan cukup tinggi. Nilai jual yang dihasilkan dalam membuat suatu citra dapat mencapai ratusan juta rupiah. Oleh karena itu diperlukan dana keuangan yang cukup besar untuk melakukan kegiatan perencanaan tata guna lahan maupun tata ruang kota apabila menggunakan satelit IKONOS untuk menghasilkan citra yang diinginkan. Hal ini memang cukup sebanding dengan kelebihan dari citra satelit itu sendiri yang memberikan kemudahan terutama kenampakan obyek pada wilayah yang digambarkannya.

Landsat TM (Thematic mapper) dan SPOT (System Pour 1’Observation de la Terre) merupakan satelit yang sering digunakan dalam kegiatan perencanaan tata guna lahan dan tata ruang kota. Menurut Jaya (1997), landsat TM memiliki kelebihan pada resolusi spektral dengan 6 saluran tampak / inframerah dan 1


(51)

saluran termal dengan resolusi spasialnya sebesar 30x30 m, sedangkan satelit SPOT memiliki 1 saluran tunggal resolusi spasial tinggi 10x10 m dan 3 saluran resolusi spasial rendah 30x30 m. Apabila dibandingkan, nilai spasial landsat TM dan SPOT masih jauh dibawah nilai spasial IKONOS yang dapat mencapai 1x1m.

Dalam hubungannya dengan interpretasi citra, IKONOS memberikan kemudahan bagi para penggunanya terutama dalam kegiatan interpretasi secara visual. Resolusi spasial sebesar 1 m memberikan kenampakan obyek yang sangat jelas dan dapat membedakan obyek yang satu dengan obyek yang lainnya. Agar kegiatan interpretasi visual semakin lebih mudah, maka digunakan unsur-unsur interpretasi citra seperti ; warna, bentuk, struktur, tekstur, pola, bayangan, lokasi dan asosiasi. Dengan demikian penggunaan citra satelit IKONOS sangat memberikan kemudahan bagi para penggunanya terutama dalam kegiatan perencanaan penghijauan kota beserta tata guna lahan dan tata ruang kota.

Interpretasi Citra

Interpretasi citra dilakukan dengan metode penafsiran visual yang didasarkan pada kunci interpretasi penafsiran visual yang menggunakan elemen-elemen interpretasi citra yaitu ; warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, lokasi dan asosiasi. Gedung besar dan kecil dapat dibedakan dengan memperhatikan ukuran dan bentuknya. Perumahan dapat ditentukan dengan memperhatikan bentuk, asosiasi dan pola dari penyusunan letaknya yang terdapat dipinggir jalan besar maupun jalan kecil. Jalan besar dan kecil ditentukan dengan memperhatikan bentuk, ukuran dan asosiasinya yang berada di dekat gedung maupun perumahan.


(52)

Sungai besar dan kecil dapat diidentifikasi dengan memperhatikan warnanya yang biasa berwarna biru dengan bentuk yang memanjang dengan ukuran lebar yang berbeda-beda. Sungai dapat melintas di daerah perumahan, jalan maupun di daerah yang bervegetasi. Setiap obyek yang melintas di atas sungai dapat dipastikan adalah jembatan, hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan elemen lokasi / situs.

Pohon dan vegetasi kecil dapat ditentukan dengan memperhatikan warnanya yang berwarna hijau, bentuk tajuknya yang bulat dan polanya yang menyebar atau berkumpul membentuk hutan. Pohon dan vegetasi kecil dapat dibedakan dari teksturnya, dimana tekstur vegetasi kecil lebih halus daripada tekstur pepohonan. Sedangkan lahan kosong diidentifikasi dengan memperhatikan warnanya yang coklat, karena tidak terdapat vegetasi di sekitarnya.

Cek Lapangan (Ground Check)

Resolusi spasial satelit IKONOS yang mencapai 1x1 m, memberikan kenampakan obyek pada citra sama dengan yang ada di lapangan. Oleh karena itu, kegiatan cek lapangan menjadi lebih mudah karena lokasi pada peta yang akan dicek kelihatan dengan jelas. Lokasi yang akan dicek menjadi lebih tepat dengan melakukan penyesuaian koordinat lokasi pada peta dengan koordinat lokasi di lapangan pada GPS.

Citra satelit IKONOS Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan dibuat pada tahun 2003. Setelah dilakukan pengecekan lapangan di tahun 2007 ini, situasi dan kondisinya tidak jauh berbeda dengan keadaan yang ada pada citra. Pengecekan lapangan dilakukan dengan membandingkan nilai koordinat lokasi pada peta dengan nilai koordinat di


(53)

lapangan pada GPS, dimana nilainya 90 % sama. Selain itu hal-hal lain yang sangat diperhatikan adalah keberadaan vegetasi pada lokasi yang akan dibuat sebagai tempat penghijauan.

Pada umumnya lokasi yang dicek adalah jalan umum, batas wilayah dan jembatan. Pada jalan-jalan umum masih sedikit ditemukan vegetasi yang ditanami disekitarnya. Ada juga beberapa vegetasi berpohon yang tumbuh di sekitar jalan, namun usianya sudah relatif tua dengan kondisi pohon yang sudah tidak memiliki daun lagi. Pohon-pohon tersebut umumnya berjenis palem raja, karena ukuran batangnya yang relatif besar dengan daunnya yang menyirip.

Batas-batas wilayah yang ada dilapangan ada yang berupa jalan, tugu, dan batas alam seperti hutan. Daerah aliran sungai (DAS) yang ada dilapangan tidak memungkinkan untuk dilakukan penghijauan karena lingkungannya yang langsung berhubungan dengan perumahan penduduk maupun gedung perkantoran. Kondisi di lapangan ini didokumentasikan dengan menggunakan kamera digital.

Analisis Citra

Lokasi penghijauan yang diperoleh dari hasil analisis citra keseluruhannya adalah berupa jalan. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya vegetasi atau pepohonan yang tumbuh mengikuti alur jalan tersebut. Oleh karena itu bentuk penghijauan yang sesuai dengan lokasi ini adalah bentuk jalur hijau, hal ini sesuai dengan pernyataan Nazaruddin (1996) bahwa penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon di bagian jalan yang disebut jalur hijau.

Luas lokasi yang akan dihijaukan adalah sekitar 3,9 Ha dengan luas wilayah yang sudah ditanami vegetasi berpohon adalah sekitar 6,75 ha sehingga total wilayah yang akan ditumbuhi vegetasi berpohon adalah 10,65 Ha. Luas


(54)

wilayah Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan adalah sebesar 55 Ha, maka luas wilayah yang bervegetasi pohon adalah sebesar 19,36 % dari total luas keseluruhan kawasan tersebut. Jumlah ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota, dimana persentase luas hutan di areal perkotaan paling sedikit 10 % dari wilayah perkotaan atau disesuaikan dengan kondisi setempat yang dapat berbentuk jalur, mengelompok dan menyebar.

Jalur hijau yang akan dibuat pada lokasi dapat berada di median atau tengah jalan untuk jalan raya atau jalan dua arah maupun di kanan atau kiri jalan. Apabila pada kanan kiri jalan sudah dibuat jalur khusus untuk pejalan kaki, tempat ini masih dapat pula ditanami pepohonan dengan menyesuaikan besar jalur khusus untuk pejalan kaki dengan luasan media tanam pepohonan. Hal ini harus dapat dibuat sedemikian rupa agar penanaman pepohonan tidak mengganggu para pejalan kaki.

Setiap jalan yang akan dibuat sebagai jalur hijau tidak memiliki lebar jalan yang sama. Oleh karena itu setiap jalan memiliki kriteria tertentu bagaimana teknik penanaman vegetasi yang sesuai dengan lebar jalan masing-masing. Untuk jalan protokol yang umumnya lebar dan terang dengan pandangan tidak terhalang, biasanya dilengkapi dengan lampu jalan yang tidak boleh terhalangi oleh pepohonan yang terlalu rimbun. Sehingga jalan protokol tidak boleh ditanami dengan vegetasi secara penuh.

Umumnya lebar jalan protokol memungkinkan untuk dibuatkan jalan dua arah yang ditengahnya dibuatkan marka jalan yang kadang berupa jalur hijau. Jalur di tengah jalan ini tetap dibuat terang agar tidak menghalangi pandangan.


(55)

Bila bagian tengah akan ditanami tanaman, jenis tanamannya biasanya berupa rumput, bunga-bungaan, atau tanaman hias yang kecil. Sedangkan di kanan-kiri jalan dapat ditanami pepohonan, tergantung situasi jalan protokol dimana jalan protokol yang melewati pemukiman atau perkantoran tidak bisa ditanami pohon yang rapat atau terlalu menutupi pandangan. Akan tetapi, jalan protokol menuju luar kota atau pemukiman yang tidak terlalu padat bisa ditanami tanaman yang agak rimbun.

Situasi penghijauan di jalan protokol berbeda dengan situasi penghijauan di jalan lingkungan (jalan menuju perumahan atau areal lain yang bukan merupakan jalan protokol). Fungsi jalan lingkungan merupakan tempat berjalan kaki antar masyarakat. Jalan seperti ini dibuat teduh untuk mendukung proses sosialisasi tersebut sehingga perlu dilakukan penanaman pepohonan.

Penghijauan dengan jalur hijau dengan tindakan penanaman pepohonan, harus menyesuaikan keadaan jalan dengan jenis pepohonan yang sesuai ditanam pada jalan tersebut. Beberapa tanaman pohon yang dapat ditanam pada jalur hijau diantaranya adalah :

1. Tanaman Pohon Besar :

a. Mahoni : Swietenia mahagoni b. Angsana : Pterocarpus indicus c. Saga : Adenenthera pavonina d. Asam Jawa : Tamarindus indica e. Palem Raja : Oreodoxa regia


(56)

2. Tanaman Pohon Sedang

a. Glodokan : Polyathia longifolia b. Pinus : Pinus merkusii c. Melinjo : Gnetum gnemon d. Tanjung : Mimusops elengi e. Mangga : Mangifera indica 3. Tanaman Pohon Kecil

a. Asam Londo : Keranji

b. Palem Jepang : Javanis caryota c. Palem Putri : Vitsia merini d. Pinang Jambe : Areca cathecu e. Palem Anggur : Maboksiani macaiuli


(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Lokasi-lokasi yang akan dilakukan kegiatan penghijauan adalah berupa jalan umum, sehingga bentuk penghijauan yang sesuai adalah jalur hijau

2. Keunggulan citra satelit IKONOS terletak pada nilai resolusi spasialnya yang tinggi (1x1 m), sehingga lebih mudah digunakan dalam kegiatan perencanaan penghijauan kota beserta perencanaan tata guna lahan dan tata ruang kota. Kelemahannya terletak pada nilai ekonominya yang cukup mahal, sehingga hanya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memiliki nilai beli yang tinggi

Saran

Citra satelit IKONOS yang digunakan dalam perencanaan penghijauan dibuat pada tahun 2003 dengan luas wilayah sebatas pedesaan. Agar informasi yang dihasilkan lebih kompleks, maka diperlukan penelitian yang sama dengan menggunakan citra satelit IKONOS tahun terbaru dengan luas wilayah yang lebih besar. Mengingat nilai jual citra satelit IKONOS yang relatif mahal, maka dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya perlu dilakukan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Azmil. 2007. Ketahanan Pangan Kota Padangsidempuan. Badan Informasi Komunikasi Sumatera Utara. Medan. (20102007).

Badan Informasi Komunikasi Sumatera Utara. 2007. Pemerintah Kota Padangsidempuan.

Badan Pusat Statistik Kota Padangsidempuan .2004.Kecamatan Padangsidempuan Utara Dalam Angka Tahun 2004. Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padangsidempuan. Padangsidempuan.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - . 2005. Kota Padangsidempuan Dalam Angka Tahun 2005. Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padangsidempuan. Padangsidempuan.

Badan Geologi Jawa Timur.2007.Mengamati Perkembangan Porong Dengan Ikonos. http://rovicky.wordpress.com (19032007).

Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Harjoprajitno, S dan Saleh, M. B. 1995. Penafsiran Potret Udara dan Penginderaan Jauh. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Hendrarto, G, Hartanto, S dan Endan, S. 1997. Remote Sensing and Geographic Information System BPPT Agency For The Assesment and Aplication Of Technology. Jakarta.

Howard, J. A.1996. Penginderaan Jauh Untuk Sumber Daya Hutan Teori dan Aplikasi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Jaya, N. S.1997. Penginderaan Jauh Satelit Kehutanan. Edisi I. IPB Press. Bogor Lillesand, T. M. dan Kiefer, R. W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi

Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Lo, C. P .1996. Penginderaan Jauh Terapan. Universitas Indonesia. Jakarta. Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002 Tentang Dana Reboisasi.


(59)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.

Riswan. 2001. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Konservasi dan Pengelolaan Lingkungan. Medan.

Setiawan, A.I. 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Wibowo, A, Djamaluddin, R dan Hendrarto, G. 1994. Remote Sensing and Geographic Information System BPPT Agency For The Assesment and Aplication Of Technology. Jakarta.

Wikantiyoso, R. 2000. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Pada Perencanaan dan Perancangan Perkotaan. Universitas Merdeka Press. Malang.

Wolf, P. R. 1993. Elemen Fotogrametri. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


(60)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penghijauan Kota

Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan


(61)

Lampiran 2. Foto-Foto Kegiatan Cek Lapangan (Ground Check)

Foto 1. Jalan Besar


(62)

Foto 3. Jalan Besar


(63)

Foto 5. Jalan Kecil

Foto 6. Jalan Kecil


(64)

Foto 7. Jembatan


(65)

Lampiran 3. Foto Satelit Ikonos


(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penghijauan Kota

Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan Lokasi Penghijauan


(2)

Lampiran 2. Foto-Foto Kegiatan Cek Lapangan (Ground Check)

Foto 1. Jalan Besar


(3)

Foto 3. Jalan Besar


(4)

Foto 5. Jalan Kecil

Foto 6. Jalan Kecil


(5)

Foto 7. Jembatan


(6)

Lampiran 3. Foto Satelit Ikonos