Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bagja, Bukti. 2000. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penentuan Status Pemenuhan Kebutuhan Kayu Bakar di Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut PertanianBogor.

Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Dahlan, E.N. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor.

Dinas Pertamanan Pemko Medan. 2013. Menanti Terwujudnya Kota Yang Asri Dan Nyaman.

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. 2013. Luas Pola Ruang. Medan

Direktorat Jenderal Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No.033/TBM/1996. Departemen Pekerjaan Umum.

Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan. 2008. Menata Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jendral Departemen Pekerjaan Umum.

Harjoprajitno, S dan Saleh, M. B. 1995. Penafsiran Potret Udara dan Penginderaan Jauh. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Howard, J. A. 1996. Penginderaan Jauh Untuk Sumber Daya Hutan Teori dan Aplikasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Iwan. 2005. Penghijaun Perkotaan dan Manfaatnya Bagi Lingkungan Kota. Bogor Jaya, N. S. 2002. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Kehutanan. Bogor:

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Kantor Kecamatan Medan Tuntungan. 2014. Profil Kecamatan Medan Tuntungan. Medan

Kartasasmita, M. 2001. Prospek dan Peluang Industri Penginderaan Jauh diIndonesia. Jakarta: LISPI.

Lillesand, T. M. dan Kiefer, R. W. 1990. Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


(2)

Nasda. 2000. The Uses of the Japanese Earth Resources Satellite 1 (JERS-1) Tokyo. Japan

Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002. Tentang Dana Reboisasi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002. Tentang Hutan Kota.

Purwadhi F.S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Penerbit Grasindo. Jakarta. Riswan. 2001. Aplikasi System Informasi Geografis Untuk Konservasi Dan

Pengelolaan Lingkungan. Medan.

Rusdi. 2005. Perbandingan Klasifikasi Maximum Likelihood dan Object

Oriented pada Pemetaan Penutupan atau Penggunaan Lahan (Studi

Kasus Kabupaten Gayo Lues NAD, HTI PT. Wirakarya Sakti Jambi dan Taman Nasional Lorelindu Sulawesi Tengah). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setiawan, A.I. 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Sitorus, J. Dkk 2006. Kajian Model Deteksi Perubahan Penutup Lahan Menggunakan Data Inderaja Untuk Aplikasi Perubahan Lahan Sawa PUSBANGJA LAPAN. http://www.lapanrs.com/INOVS/PENLI/ ind / INOVS--PENLI— 255 --ind-- laplengkap--jansen_upap_ 2006 .pdf [ 25 Agustus 2008]

Sutanto. 1999. Penginderaan Jauh. Gadjah Mada University Press. Bandung. Undang-Undang No. 29 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang.

Wibowo, A, Djamaluddin, R dan Hendrarto, G. 1994. Remote Sensing and Geographic Information System BPPT Agency For The Assesment and

Aplication Of Technology. Jakarta.

Wijaya. C.I. 2005. Analisis Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Cianjur Jawa Barat Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Wolf, P. R. 1993. Elemen Fotogrametri. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


(3)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Data dan citra yang digunakan mengambil lokasi di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan Agustus 2014.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Ikonos tahun 2014, peta administrasi Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, dan data dasar kondisi umum wilayah penelitian yang mencakup kondisi fisik lapangan (letak geografis, luas wilayah, tanah) kondisi sosial masyarakat (kepadatan penduduk, penggunaan lahan dan sosial budaya).

Keterangan : MEDAN AMPLAS MEDAN AREA MEDAN BARAT MEDAN BARU MEDAN DELI MEDAN DENAI MEDAN HELVETIA MEDAN JOHOR MEDAN KOTA MEDAN KOTA BELAWAN MEDAN LABUHAN MEDAN MAIMUN MEDAN MARELAN MEDAN PERJUANGAN MEDAN PETISAH MEDAN POLONIA MEDAN SELAYANG MEDAN SUNGGAL MEDAN TEMBUNG MEDAN TIMUR MEDAN TUNTUNGAN

3 0 3 6 Miles

Peta Kota Medan

N

E W

S

Lokasi Penelitian ---> Kec. Medan Tuntungan


(4)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah personal computer (PC) dengan menggunakan software Arcview GIS 3.3, Global Positioning System (GPS), kamera, tally sheet, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap pengolahan data. Berikut ini akan dijelaskan secara lengkap teknis pelaksanaan dari masing-masing tahapan.

Tahap Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagai input atau masukan data yang terdiri dari dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari pengambilan beberapa titik koordinat di beberapa kelurahan yang tersebar di Kecamatan Medan Tuntungan , Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan studi literatur. Data sekunder terdiri dari :

Data spasial : Citra dari Bing Maps dan peta digital Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

 Data non spasial : Data tutupan lahan Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, data penghijauan Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dan studi literatur dari berbagai sumber.


(5)

Tahap Pengolahan Data 1. Pendownloadan Citra

Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat gambaran (image) beresolusi tinggi. Dengan kedetilan / resolusi yang cukup tinggi, yaitu pada resolusi spasialnya yang dapat merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1x1 m (hitam-putih) membuat satelit ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan perencanaan tata guna lahan maupun tata ruang kota. Tahap Pendowloadan citra adalah sebagai berikut:

1. Buka Software SAS Planet

2. Pilih daerah citra yang akan di download (Kecamatan Medan Tuntungan) 3. Selanjutnya citra yang telah dipilih di capture dengan selection manager lalu

pilih rectanguler selection

4. Selanjutnya pilih stitch yang ada di kotak dialog selection manager, lalu pilih level zoom 19, pilih output format, proyeksi mercator/WGS84, quality 100% 5. Kemudian klik start.

Gambar 3. Citra Ikonos Kecamatan Medan Tuntungan


(6)

2. Digitasi Peta Dasar

Digitasi ini dilakukan untuk mengubah data spasial analog dari peta dasar yang digunakan ke dalam format peta digital yaitu penerjemah dalam koordinat (x,y). Kegiatan ini dilakukan dengan cara digitasi on screen dengan menggunakan

Software Arc View 3.2. Proses digitasi peta pada penelitian ini dilakukan terhadap

peta administrasi, seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Proses Digitasi Peta Dasar Menggunakan Software Arc View 3.2

3. Overlay

Citra Ikonos dioverlay dengan peta digital administrasi Kota Medan untuk memperoleh tampilan obyek pada citra yang disertai dengan informasi koordinat lokasi objek. Pada tahap ini akan diperoleh peta geografis yang disertai dengan atribut-atributnya. Adapun langkah-langkah kegiatan overlay adalah sebagai berikut :

Buka program Arcview 3.2 version pilih new view

Peta Digital

Digitasi on screen

Cek Lapangan Peta Analog


(7)

Buka View – Geoprocessing Wizard

Pilih menu Intersect – Masukkan theme yang akan dioverlay - Next –

Finish

4. Interpretasi Citra

Kegiatan interpretasi citra dilakukan dengan metode penafsiran visual. Analisis visual merupakan penafsiran dengan menginterpretasi objek pada citra dengan cara deteksi, identifikasi dan pemberian nama objek tersebut. Penamaan didasarkan pada kunci penafsiran dan referensi yang sudah ada. Kegiatan ini didasarkan pada elemen interpretasi citra, yaitu : ukuran, bentuk, bayangan, warna, tekstur, pola, lokasi, asosiasi, dan resolusi serta kenampakan lain pada citra. Kegiatan penafsiran ini bertujuan untuk mendapatkan lokasi penghijauan yang sesuai dengan syarat penghijauan dilaksanakan. Pada tahap ini ditentukan posisi koordinat dari setiap objek yang diinterpretasi.

5. Cek Lapangan ( Ground Check )

Dari hasil interpretasi citra harus disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya sehingga perlu dilakukan pengecekan lapangan. Dimana Menurut Undang-Undang No 26 Pasal 29 Tahun 2007 Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Pengecekan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan alat Global Positioning System (GPS), dimana fungsinya dapat menentukan keberadaan lokasi contoh tersebut. Kesesuaian lokasi hasil


(8)

interpretasi dapat diketahui dengan mencocokkan koordinat lokasi hasil interpretasi citra dengan koordinat pada GPS.

5. Analisis Citra

Citra Ikonos yang telah dioverlay dengan peta digital administrasi Kota Medan yang menghasilkan peta geografis dan telah diinterpretasi secara penafsiran visual dan telah dicek kebenaran obyek-obyeknya dalam cek lapangan, dianalisis untuk mendapatkan kesesuaian koordinat dan lokasi penghijauan dengan bentuk-bentuk penghijauan. Pada tahap ini juga dilakukan penghitungan luas dari keseluruhan lokasi tersebut. Lokasi penghijauan yang telah ditentukan dianalisis bentuk-bentuk penghijauan yang sesuai dengan lokasi tersebut berdasarkan persyaratan penentuan lokasi penghijauan kota.

Langkah kerja pada penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 5. Bagan Kerja Penelitian Overlay

Interpretasi Citra

Cek lapangan

Analisis Citra Citra Ikonos Terkoreksi

Kecamatan Medan Tuntungan

Peta digital administrasi Kota Medan


(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Tuntungan adalah salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang terletak di wilayah Selatan Kota Medan. Secara administrasi Kecamatan Medan Tuntungan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Kecamatan Medan Tuntungan mempunyai luas sekitar 21,58 Km² yaitu sekitar 7,80% dari total luas Kota Medan yang terdiri dari 9 kelurahan dan terbagi atas 76 lingkungan. Luas wilayah dirinci per kelurahan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan Medan Tuntungan per Kelurahan

Kelurahan Jumlah

Lingkungan

Luas Km² Persentase

Baru Ladang Bambu 5 1,35 6,26%

Sidomulyo 4 0,87 4,03%

Lau Cih 3 1,50 6,59%

Namu Gajah 4 1,01 4,68%

Kemenangan Tani 5 1,50 6,95%

Simalingkar B 5 4,43 20,53%

Simpang Selayang 17 5,12 23,73%

Tanjung Selamat 9 3,00 13,90%

Mangga 24 2,80 12,97%

Jumlah 76 21,58 100,00%


(10)

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa Kelurahan dengan luas wilayah yang paling luas adalah Kelurahan Simpang Selayang yang terbagi atas 17 Lingkungan dengan luas wilayah mencapai 5,12 Km² atau sekitar 23,73% dari total luas Kecamatan Medan Tuntungan, kelurahan ini sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang. Sedangkan Kelurahan dengan luas wilayah yang paling kecil adalah Kelurahan Sidomulyo yang terbagi atas 4 Lingkungan dengan luas wilayah 0,87 Km² atau sekitar 4,03% dari total luas Kecamatan Medan Tuntungan, kelurahan ini sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang.

Keadaan Penduduk

Kecamatan Medan Tuntungan memiliki penduduk sebesar 70.073 jiwa yang terdiri atas 34.154 laki-laki dan 35.919 perempuan. Jika dalam satuan Kepala Keluarga, kecamatan ini memiliki penduduk sebesar 18.975 KK. Jumlah penduduk serta tingkat kepadatan penduduk dirinci per Kelurahan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 2. .Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, dan Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan

Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Luas Wilayah (Km²)

Kepadatan Penduduk (Km²)

Baru Ladang Bambu 2.839 1,35 2.103

Sidomulyo 1.658 0,87 1.906

Lau Cih 1.437 1,50 982

Namu Gajah 1.628 1,01 1.612

Kemenangan Tani 3.403 1,50 2.269

Simalingkar B 4.625 4,43 1.044

Simpang Selayang 15.405 5,12 3.009

Tanjung Selamat 9.262 3,00 3.087

Mangga 29.780 2,80 10.636

Jumlah 70.037 21,58 3.247


(11)

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa Kelurahan dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kelurahan Mangga yaitu sebesar 29.780 jiwa, sedangkan luas wilayahnya adalah keempat terluas yaitu sebesar 2,80 Km2, dengan jumlah penduduk 29.780 jiwa dan luas wilayah 2,80 Km2 tingkat kepadatan penduduk paling tinggi di Kecamatan Medan Tuntungan juga terletak pada kelurahan ini yaitu 10.636 jiwa/Km2. Sedangkan kelurahan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kelurahan Lau Cih yaitu sebesar 1.473 jiwa dengan luas wilayah kelima terluas yaitu sebesar 1,50 Km2, tingkat kepadatan penduduk terendah di Kecamatan Medan Tuntungan juga terletak pada kelurahan ini yaitu sebesar 982 jiwa/Km2.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kecamatan Medan Tuntungan cukup memadai. Bangunan sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas umum ataupun kejuruan baik negeri maupun swasta sudah tersedia. Begitu juga dengan fasilitas umum lainnya seperti pusat kesehatan, rumah ibadah, lapangan olah raga antara lain bola kaki, bola volley, bulu tangkis, tenis meja, futsal, pusat perbelanjaan seperti pasar tradisional, pertokoan, swalayan, SPBU, hotel, restoran dan bank sudah tersedia di kecamatan ini dengan jumlah yang mencukupi. Pembangunan fasillitas umum ini menyebar di seluruh daerah Kecamatan Medan Tuntungan. Sarana dan prasarana yang sudah tersedia di Kecamatan Medan Tuntungan sampai tahun 2014 dapat kita lihat pada Tabel 3 di bawah ini:


(12)

Tabel 3. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Tuntungan

Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

Taman Kanak-Kanak (TK) Swasta 26

Sekolah Dasar Negeri 22

Sekolah Dasar Swasta 12

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta 8

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Swasta kejuruan 5 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Swasta umum 6

Rumah Sakit 2

Puskesmas 4

Mesjid 37

Gereja 42

Lapangan olah raga 45

Pusat perbelanjaan 21

SPBU 4

Hotel/losmen 27

Restoran 5

Bank 2

(Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tuntungan, 2014)

Tabel 3 di atas menunjukkan Untuk Sekolah Taman Kanak-Kanak, 13 unit sekolah terdapat di Kelurahan Mangga, 5 unit sekolah terdapat di Kelurahan Tanjung Selamat, 3 unit sekolah terdapat di Kelurahan Kemenangan Tani, sedangkan 2 unit lainnya terdapat di Kelurahan Baru Ladang Bambu. Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 4 unit sekolah terdapat di Kelurahan Mangga, 2 unit sekolah terdapat di Kelurahan Kemenangan Tani, sementara Kelurahan Tanjung Selamat, Kelurahan Simpang Selayang, Kelurahan Simalingkar B, Kelurahan Namu Gajah, dan Kelurahan Lau Cih masing-masing memiliki satu unit sekolah. Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Kelurahan Mangga dan Kelurahan Kemenangan Tani masing-masing memiliki 4 unit sekolah, 2 unit terdapat di Kelurahan Tanjung Selamat, sedangkan Kelurahan Simpang Selayang dan Kelurahan Lau Cih masing-masing memiliki 1 unit sekolah.


(13)

Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah data utama berupa citra satelit Ikonos Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dan peta digital administrasi Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan data pendukungnya adalah berupa literatur kondisi umum lokasi Kecamatan Medan Tuntungan yang diperoleh dari kantor Kecamatan Medan Tuntungan dan informasi mengenai satelit Ikonos yang diperoleh dari internet. Citra satelit Ikonos Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dan peta administrasi Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 6 berikut :


(14)

Gambar 7 . Citra Ikonos Kecamatan Medan Tuntungan

Overlay

Peta lokasi penelitian diperoleh dari hasil penggabungan (overlay) citra Ikonos dan peta Kecamatan Medan Tuntungan. Kegiatan penggabungan (overlay) ini menggunakan teknologi komputer dengan perangkat lunak (software) Arc


(15)

View 3.3. Hasilnya berupa peta geografis yang disertai dengan berbagai atributnya

yang dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Peta Lokasi Penelitian

Interpretasi Citra

Interpretasi citra dilakukan dengan metode penafsiran visual dengan cara deteksi, identifikasi dan analisis yang disertai dengan pemberian nama obyek. Penamaan didasarkan pada kunci penafsiran visual yang menggunakan


(16)

elemen-elemen interpretasi citra yaitu : warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, lokasi/ situs, dan asosiasi. Adapun obyek-obyek pada Citra Ikonos yang dapat di interpretasi adalah :

a. Gedung Besar g. Sungai Kecil

b. Gedung Kecil h. Pepohonan

c. Perumahan i. Vegetasi Kecil

d. Jalan Besar j. Lahan kosong

e. Jalan Kecil k. Jembatan

f. Sungai Besar

Gedung besar dan kecil dapat dibedakan dengan memperhatikan ukuran dan bentuknya. Perumahan dapat ditentukan dengan memperhatikan bentuk, asosiasi dan pola dari penyusunan letaknya yang terdapat dipinggir jalan besar maupun jalan kecil. Jalan besar dan kecil ditentukan dengan memperhatikan bentuk, ukuran dan asosiasinya yang berada di dekat gedung maupun perumahan.

Sungai memiliki tekstur permukaan air yang seragam dengan rona yang gelap jika airnya jernih, atau cerah jika keruh. Arah aliran sungai ditandai oleh bentuk sungai yang lebar pada bagian muara, pertemuan sungai memiliki sudut lancip sesuai arah aliran. Sungai besar dan kecil dapat dilihat diidentifikasi dengan memperhatikan warnanya yang biasa berwarna biru dengan bentuk yang memanjang dengan ukuran lebar yang berbeda-beda. Sungai dapat melintas di daerah perumahan, jalan besar dan kecil maupun di daerah yang bervegetasi. Setiap obyek yang melintas diatas sungai dapat dipastikan adalah jembatan. Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan elemen lokasi atau situs.


(17)

Pohon dan vegetasi kecil dapat ditentukan dengan memperhatikan warnanya yang berwarna hijau, bentuk tajuknya yang bulat dan polanya yang menyebar atau mengumpul membentuk hutan ataupun mengumpul membentuk suatu perkebunan. Pohon dan vegetasi kecil dapat dibedakan dari teksturnya, dimana tekstur vegetasi kecil lebih halus daripada tekstur pepohonan. Sedangkan lahan kosong diidentifikasi dengan memperhatikan warnanya yang coklat yang membuktikan tidak adanya vegetasi atau tumbuhan hijau yang tumbuh disekitarnya.

Cek Lapangan ( Ground Check )

Cek lapangan ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisi serta keadaan lapangan yang sebenarnya dengan peta geografis penelitian. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2014. Koordinat lokasi penghijauan yang diperoleh disesuaikan nilainya dengan lokasi di lapangan dengan bantuan alat GPS (Global Positioning System). Lokasi penghijauan yang ada di lapangan didokumentasi dengan kamera digital dan dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan fakta di lapangan Kecamatan Medan Tuntungan tergolong daerah yang secara kehijauannya masih sangat seimbang. Hal ini didukung dengan data yang menunjukkan bahwa persentase Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebesar 23,25 %. Seperti yang diamanatkan dalam pasal 29 UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana dituliskan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota minimal sebesar 30% dari luas wilayah kota tersebut. Hasil kegiatan cek lapangan dapat dilihat pada Tabel 4.


(18)

Tabel 4. Hasil Kegiatan Cek Lapangan di Lokasi Penelitian

No Lokasi Koordinat Lokasi Keterangan

X Y

1. Tanjung Selamat 3° 32‘ 30.16” 98° 36‘ 45.68” Median Jalan 2. Tanjung Selamat 3° 32‘ 28.64” 98° 36‘ 59.47” Jalan Besar 3. Tanjung Selamat 3° 32‘ 28.28” 98° 37‘ 02.24” Jembatan 4. Tanjung Selamat 3° 32‘ 40.63” 98° 36‘ 18.04” Jalan Besar 5. Tanjung Selamat 3° 32‘ 35.05” 98° 36‘ 49.79” RTH 6. Simpang Selayang 3° 31‘ 21.04” 98° 37‘ 27.44” Jalan Besar 7. Simpang Selayang 3° 31‘ 55.42” 98° 38‘ 39.01” Jalan Besar 8. Simpang Selayang 3° 31‘ 55.13” 98° 38‘ 39.73” Jalan Besar 9. Simpang Selayang 3° 31‘ 48.04” 98° 38‘ 25.22” Jalan Besar 10. Simpang Selayang 3° 31‘ 24.20” 98° 37‘ 36.66” Jalan Besar 11. Baru Ladang Bambu 3° 29‘ 32.06” 98° 36‘ 02.05” Jalan Kecil 12. Baru Ladang Bambu 3° 29‘ 58.60” 98° 36‘ 07.09” Jalan Kecil 13. Baru Ladang Bambu 3° 29‘ 55.61” 98° 35‘ 59.57” Jalan Kecil 14. Baru Ladang Bambu 3° 29‘ 37.82” 98° 35‘ 53.77” Jalan Kecil 15. Baru Ladang Bambu 3° 30‘ 24.16” 98° 36‘ 12.20” Tanah Kosong 16. Simalingkar B 3° 30‘ 06.05” 98° 38‘ 56.15” Jalan Kecil 17. Simalingkar B 3° 31‘ 09.30” 98° 38‘ 47.54” Jalan Kecil 18. Simalingkar B 3° 29‘ 50.75” 98° 38‘ 43.66” Jalan Besar 19. Simalingkar B 3° 29‘ 53.81” 98° 38‘ 40.78” Tanah Kosong 20. Simalingkar B 3° 29‘ 19.90” 98° 38‘ 29.40” Lahan Pertanian 21. Namu Gajah 3° 31‘ 14.09” 98° 36‘ 26.42” Tanah Kosong 22. Namu Gajah 3° 31‘ 05.56” 98° 36‘ 25.67” Lahan Pertanian 23. Namu Gajah 3° 31‘ 02.93” 98° 36‘ 40.46” Jalan Kecil 24. Namu Gajah 3° 30‘ 59.11” 98° 36‘ 44.89” Perumahan 25. Namu Gajah 3° 31‘ 28.27” 98° 36‘ 13.46” Lahan Pertanian 26. Sidomulyo 3° 30‘ 12.38” 98° 36‘ 34.56” Jalan Kecil 27. Sidomulyo 3° 30‘ 24.41” 98° 37‘ 14.56” RTH

28. Sidomulyo 3° 30‘ 27.22” 98° 37‘ 11.50” Median Jalan 29. Sidomulyo 3° 31‘ 01.52” 98° 37‘ 03.29” Jalan Kecil 30. Sidomulyo 3° 30‘ 40.75” 98° 37‘ 13.80” Jembatan 31. Lau Cih 3° 30‘ 44.86” 98° 36‘ 56.41” Jalan Besar 32. Lau Cih 3° 30‘ 46.44” 98° 36‘ 55.84” Jalan Besar 33. Lau Cih 3° 31‘ 01.32” 98° 37‘ 03.29” Jalan Besar 34. Lau Cih 3° 30‘ 12.38” 98° 36‘ 36.14” Jalan Besar 35. Lau Cih 3° 30‘ 25.30” 98° 36‘ 40.54” Jalan Besar 36. Kemenangan Tani 3° 31‘ 24.24” 98° 37‘ 33.57” Jalan Kecil 37. Kemenangan Tani 3° 31‘ 28.60” 98° 36‘ 01.58” Lahan Pertanian 38. Kemenangan Tani 3° 31‘ 16.46” 98° 37‘ 33.57” Jalan Kecil 39. Kemenangan Tani 3° 31‘ 32.81” 98° 36‘ 57.92” RTH 40. Kemenangan Tani 3° 31‘ 03.22” 98° 37‘ 02.96” Jalan Besar 41. Mangga 3° 31‘ 06.67” 98° 37‘ 55.81” Jalan Kecil 42. Mangga 3° 31‘ 10.49” 98° 37‘ 37.06” RTH 43. Mangga 3° 31‘ 13.22” 98° 38‘ 03.08” Jalan Kecil 44. Mangga 3° 31‘ 18.66” 98° 38‘ 12.59” Jalan Kecil 45. Mangga 3° 31‘ 21.65” 98° 38‘ 08.23” Jembatan


(19)

Dari fakta dilapangan juga dapat dilihat bahwa keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Kecamatan Medan Tuntungan sudah sangat merata untuk setiap daerah Namun, dengan fakta bahwa Kecamatan Medan Tuntungan merupakan daerah yang sedang dalam proses berkembang, hal ini dapat memicu ketidakseimbangan antara pembangunan dan pelestariannya. Selain ittu pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dapat menyebabkan daerah yang dulunya hijau berganti menjadi kawasan perindustrian ataupun pemukiman.

Berdasarkan keadaan di lapangan lokasi yang dicek adalah jalan umum, RTH, median jalan, Lahan Pertanian , Tanah Kosong dan Gedung. Pada jalan umum di Kecamatan Medan Tuntungan sudah sangat banyak ditemukan vegetasi, tumbuhan hijau maupun pohon-pohon yang ditanami di sekitarnya, baik itu di median jalan maupun di sekitar kanan-kiri jalan. Pada median jalan tumbuhan hijau maupun pohon sudah sangat tertata rapi. Hal ini dapat kita jumpai pada hampir setiap Kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan. Pada Kelurahan Mangga baik itu di median jalan maupun di kanan-kiri jalan, tumbuhan hijau maupun pohon-pohon sudah sangat tertata rapi sehingga Kelurahan Mangga dapat dikategorikan sebagai daerah dengan tingkat kehijauan yang baik.

Tabel 5. Persentase RTH Kecamatan Medan Tuntungan per Kelurahan

Kelurahan Jumlah

Lingkungan

Luas Km² Persentase RTH

Baru Ladang Bambu 5 1,35 2,11%

Sidomulyo 4 0,87 2,50%

Lau Cih 3 1,50 1,01%

Namu Gajah 4 1,01 0,76,%

Kemenangan Tani 5 1,50 0,16%

Simalingkar B 5 4,43 9,49%

Simpang Selayang 17 5,12 0,32%

Tanjung Selamat 9 3,00 0,82%

Mangga 24 2,80 6,04%

Jumlah 76 21,58 23,25%


(20)

Pada Kelurahan Sidomulyo tergolong daerah yang cukup seimbang baik dari segi pembangunan maupun Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dari 9 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan, Kelurahan Sidomulyo dianggap sebagai daerah yang sedang dalam proses pembangunan. Dari hasil cek lapangan daerah ini sedang dalam proses pembangunan jalan, sehingga kadang kala dalam proses pembangunan keadaan kehijauan daerah ini kurang diperhatikan.

Kecamatan Medan Tuntungan dapat dikategorikan sebagai daerah dengan tingkat kehijauan yang cukup baik, namun, masi ada daerah yang median jalannya sama sekali belum ditanami tumbuhan hijau. Keadaan ini dapat dijumpai pada Kelurahan Lau Cih. Selain itu masih ada juga jalan umum yang vegetasi berpohonnya harus segera diperbaharui. Pohon yang umumnya terdapat di lokasi kanan kiri jalan adalah mahoni. Berikut adalah dokumentasi hasil kegiatan cek lapangan.


(21)

(c) (d)

(e)

Gambar 9. Dokumentasi Hasil Kegiatan Cek Lapangan (a). Cek lapangan di jalur hijau (b). Cek lapangan di RTH (c). Cek lapangan di jalur hijau (d). Cek lapangan di median jalan (e). Cek lapangan di lahan pertanian

Berdasarkan hasil cek lapangan, Mahoni (Swietenia macrophylla) merupakan jenis terbanyak yang ditemukan pada jalur hijau penelitian. Pada dasarnya mahoni juga merupakan tanaman yang cocok untuk ditanam di jalur hijau jalan karena memiliki akar dan cabang yang kuat sehingga tidak mudah patah sehingga menyebabkan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan. Hal ini sesuai dengan literatur Nazarudin (1996) yang menyatakan bahwa mahoni merupakan pohon yang pantas untuk dijadikan pohon pelindung karena memiliki perakaran dan percabangan batang yang kuat.

Angsana (Pterocarpus indicus) juga merupakan jenis yang banyak ditemui pada jalur penelitian. Hal ini dikarenakan angsana dianggap sebagai pohon


(22)

pelindung yang cukup banyak memberikan manfaat serta tergolong tanaman yang cepat tumbuh. Menurut Nazaruddin (1996) angsana mudah sekali tumbuh dan cepat besar, penampilannya sebagai pohon pelindung cukup menarik. Daunnya berwarna hijau segar dan berbentuk oval. Selain itu, menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) angsana (Pterocarpus indicus) ditanam pada jalur hijau jalan mempunyai fungsi sebagai peneduh, penyerap polusi dan pemecah angin. Menurut Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan (2008) terdapat beberapa kelemahan pohon angsana (Pterocarpus indicus) bila ditanam pada jalur hijau yaitu perakarannya yang tidak kuat dan umumnya percabangannya mudah patah. Selain itu, menurut Nazaruddin (1996) daun angsana cukup sering rontok di musim kemarau sehingga mengotori jalan.

Palem Raja (Oreodoxa regia) merupakan jenis yang banyak dijumpai pada median jalan di sekitar Kelurahan Simpang Selayang. Palem Raja sangat tepat ditanam pada median jalan, selain karena nilai estetika yang tinggi palem raja juga tidak memiliki cabang-cabang pohon sehingga pohon ini tidak menghalangi pandangan para pengendara dan menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan. Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) menyatakan bahwa pada jalur hijau, tanaman disediakan pada tepi jalan serta median dan pulau jalan. Pada jalur hijau jalan, tanaman pada jalur tepi memiliki fungsi antara lain sebagai peneduh, penyerap polusi udara, peredam kebisingan dan pemecah angin. Sedangkan, tanaman pada jalur median berfungsi sebagai penahan silau lampu kendaraan.


(23)

Analisis Citra

Setelah citra di download maka peta Kecamatan Medan Tuntungan tersebut diretifikasi agar terkoreksi secara geometris dan memiliki koordinat. Setelah citra dikoreksi, selanjutnya perlu dilakukan pengamatan kondisi lapangan (ground check) untuk mengamati setiap obyek yang ada di citra dan membuktikan bahwa kondisi di lapangan sesuai dengan kondisi yang ada di citra ataupun untuk mendapatkan kesesuaian koordinat dan lokasi penghijauan serta bentuk-bentuk penghijauan. Analisis dilakukan terhadap citra Ikonos yang telah digabung (overlay) dengan peta administrasi dan menghasilkan peta geografis yang disertai dengan atribut-atributnya dan telah di interpretasi secara visual. Peta geografis ini telah memiliki koordinat pada setiap lokasi yang dapat dilihat pada komputer dengan perangkat lunak (software) Arc View 3.3.

Dalam melakukan analisis citra, dapat dilakukan secara digital dan visual, Howard (1996) mendefenisikan analisis citra visual sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identifikasi objek. Hasil analisis yang diperoleh adalah obyek-obyek berupa lokasi yang dapat dilakukan kegiatan penghijauan beserta posisi geografis dan astronomisnya. Penentuan lokasi penghijauan ini dilakukan dengan memperhatikan apakah kondisi suatu tempat dapat dijadikan lokasi penghijauan yang didasarkan pada ada tidaknya vegetasi / tumbuhan yang ada disekitarnya seperti daerah yang baru dibuka, jalan umum, lokasi kosong yang belum dibangun, daerah aliran sungai, halaman perkantoran dan perumahan, serta daerah kumuh yang umumnya tidak lagi memiliki ruang terbuka hijau.


(24)

Berdasarkan analisis citra dan cek lapangan yang telah dilakukan, beserta data dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan ada beberapa tempat pada Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan yang dapat dijadikan lokasi penghijauan maupun untuk perbaikan penghijauan. yang dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 6. Koordinat Lokasi dan Bentuk-Bentuk Penghijauan

No Lokasi Nama

Objek

Koordinat Lokasi Bentuk Penghijauan

X Y

1. Lau Cih Jalan Besar 3° 30‘ 46.44” 98° 36‘ 55.84” Jalur Hijau 2. Lau Cih Jalan Besar 3° 30‘ 12.38” 98° 36‘ 36.14” Jalur Hjau 3. Namu Gajah Jalan Kecil 3° 31‘ 14.09” 98° 36‘ 26.42” Jalur Hijau 4. Namu Gajah Jalan Kecil 3° 31‘ 02.93” 98° 36‘ 40.46” Jalur Hijau 5. Simpang

Selayang

Jalan Besar 3° 31‘ 48.04” 98° 38‘ 25.22” Jalan Besar 6. Simpang

Selayang

Jalan Besar 3° 31‘ 21.04” 98° 37‘ 27.44” Jalur Hijau 7. Tanjung

Selamat

Jalan Besar 3° 32‘ 28.64” 98° 36‘ 59.47” Jalur Hijau 8. Tanjung

Selamat

Jalan Besar 3° 32‘ 40.63” 98° 36‘ 18.04” Jalur Hijau 9. Kemenangan

Tani

Jalan Kecil 3° 31‘ 16.46” 98° 37‘ 33.57” Jalur Hijau 10. Kemenangan

Tani

Jalan Kecil 3° 31‘ 24.24” 98° 37‘ 33.57” Jalur Hijau

Pemilihan lokasi ini sebagai perencanaan perbaikan di jalur hijau didasarkan atas data yang ditunjukkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (2014) yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan hasil cek lapangan yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa Kelurahan yang persentase Ruang Terbuka Hijaunya masih minim.


(25)

Tabel 7. Persentase RTH Kecamatan Medan Tuntungan per Kelurahan

Kelurahan Jumlah

Lingkungan

Luas Km² Persentase RTH

Baru Ladang Bambu 5 1,35 2,50%

Sidomulyo 4 0,87 2,85%

Lau Cih 3 1,50 1,50%

Namu Gajah 4 1,01 0,87,%

Kemenangan Tani 5 1,50 0,50%

Simalingkar B 5 4,43 9,50%

Simpang Selayang 17 5,12 0,50%

Tanjung Selamat 9 3,00 0,90%

Mangga 24 2,80 6,15%

Jumlah 76 21,58 25,27%

(Sumber : Hasil Perhitungan, 2014).

Berdasarkan Tabel diatas Kelurahan Tanjung Selamat, Kelurahan Kemenangan Tani, Kelurahan Lau Cih, dan Kelurahan Simpang Selayang adalah Kelurahan dengan persentase daerah yang memiliki tingkat kehijauan yang rendah. Tingkat kehijauan dari masing-masing Kelurahan dapat dilihat pada peta perencanaan penghijauan (Gambar 10). Terdapat peningkatan persentase Ruang Terbuka Hijau dari tahun 2013 sampai tahun 2014. Data dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan menunjukkan jumlah persentase RTH sebesar 23,25% dan data dari perhitungan analisis citra menunjukkan persentase 25,27%. Seperti yang diamanatkan dalam pasal 29 UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana dituliskan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota minimal sebesar 30% dari luas wilayah kota tersebut. Sehingga untuk memenuhi proporsi Ruang Terbuka Hijau seperti yang dituliskan pada pasal 29 UU No 26 Tahun 2007, maka perlu dilakukannya penghijauan didaerah ini.

Berdasarkan Tabel diatas maka dapat disimpulkan lokasi penghijauan dan perbaikan penghijauan yang diperoleh dari hasil analisis citra keseluruhannya adalah berupa jalan. Hal ini dapat dilihat dengan masih adanya beberapa jalan yang keadaan vegetasi atau pepohonan harus ditambah dan diperbaharui. Oleh


(26)

karena itu bentuk penghijauan yang sesuai dengan lokasi ini adalah bentuk jalur hijau, hal ini sesuai dengan pernyataan Nazaruddin (1996) bahwa penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon di bagian jalan yang disebut jalur hijau.

Perencanaan Penghijauan di Jalan Umum

Berdasarkan hasil cek lapangan dan hasil analisa citra secara keseluruhan maka perencanaan penghijauan yang utama dilakukan di Kecamatan Medan Tuntungan adalah perencanaan penghijauan di jalan umum. Perencanaan penghijauan di jalan umum maksudnya adalah perencanaan penghijauan yang akan dilakukan di sekitar jalan seperti median jalan dan kanan kiri jalan. Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon dibagian jalan yang disebut jalur hijau.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa jalan utama yang kondisi tanaman dan kondisi penghijauannya sudah perlu diperbaiki maupun ditambah lagi. Bahkan terdapat beberapa jalan yang tidak memiliki penghijauan. Oleh karena itu bentuk penghijauan yang sesuai dengan lokasi ini adalah bentuk jalur hijau.

Tabel 8. Perencanaan Penghijauan di Jalan Umum

No Nama Jalan Kelurahan Panjang

(m)

Keterangan 1, Jl. Bunga Malem Lau Cih 132,74 Jalan Besar 2. Jl. Bunga Ncole Kemenangan Tani 325,30 Jalan Kecil

Berdasarkan hasil cek lapangan dan analisis citra, Kecamatan Medan Tuntungan sebenarnya hampir memenuhi proporsi Ruang Terbuka Hijau yang diamanatkan dalam pasal 29 UU No. 26 Tahun 2007. Persentase Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebesar 23,25 %. Namun, walaupun


(27)

belum memenuhi proporsi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Tuntungan dalam segi kehijauannya sudah tergolong sangat baik.

Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat dua daerah yang akan dilakukan perencanaan penghijauan. Daerah yang pertama adalah di Kelurahan Lau Cih yaitu pada jalan bunga malem. Pada saat dilakukan cek lapangan, didaerah ini masih banyak median jalan yang belum ditanami pohon. Selain itu persentase RTH pada daerah ini juga masih tergolong minim yaitu sebesar 1,50% sehingga perlu dilakukannya perencanaan penghijauan. Selanjutnya pada Kelurahan Kemenangan Tani juga terdapat hal yang sama, dimana pada daerah ini juga masih minim Ruang Terbuka Hijau. Persentase Ruang Terbuka Hijau pada Kelurahan ini hanya sebesar 0,50% sehingga sangat perlu dilakukan perencanaan penghijauan.

Tingkat kehijauan dari masing-masing Kelurahan dapat dilihat pada peta perencanaan penghijauan (Gambar 10). Terdapat peningkatan persentase Ruang Terbuka Hijau dari tahun 2013 sampai tahun 2014. Data dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan menunjukkan jumlah persentase RTH sebesar 23,25% dan data dari perhitungan analisis citra menunjukkan persentase 25,27%. Seperti yang diamanatkan dalam pasal 29 UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana dituliskan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota minimal sebesar 30% dari luas wilayah kota tersebut. Sehingga untuk memenuhi proporsi Ruang Terbuka Hijau seperti yang dituliskan pada pasal 29 UU No 26 Tahun 2007, maka perlu dilakukannya penghijauan didaerah ini.


(28)

Gambar 10. Peta Perencanaan Penghijauan

Luas lokasi penelitian pada Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebesar 2158 Ha dengan luas Ruang Terbuka Hijau sebesar 545,326 Ha. Dengan luas Ruang Terbuka Hijau sebesar 545,326 Ha Kecamatan Medan Tuntungan belum memenuhi syarat proporsi Ruang Terbuka Hijau sebesar 30%.


(29)

Jumlah ini belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota, dimana persentase luas hutan di areal perkotaan paling sedikit 10 % dari wilayah perkotaan atau disesuaikan dengan kondisi setempat yang dapat berbentuk jalur, mengelompok dan menyebar.

Berdasarkan data diatas, maka akan didapatkan pula suatu bentuk penghijauan di tengah kota dengan bentuk penghijauan di jalur hijau. Karena penghijauan yang direncanakan berbentuk jalur maka sesuai dengan pernyataan Iwan (2005) yang menyatakan bentuk penghijauan kota dikelompokkan dalam 3 bentuk yaitu :

1. Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasinya terkonsentrasi pada suatu areal dengan jalan vegetasinya minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan.

2. Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu, dengan komunitas vegetasinya tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumput atau gerombolan-gerombolan kecil.

3. Berbentuk jalur, yaitu komunitas vegetasinya tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentuk sungai, jalan, dan pantai.

Pada perencanaan penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon dibagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau yang akan dibuat pada lokasi dapat berada di median atau tengah jalan untuk jalan raya atau jalan dua arah maupun di kanan atau kiri jalan. Apabila pada kanan kiri jalan sudah dibuat jalur khusus untuk pejalan kaki, tempat ini masih dapat pula ditanami pepohonan dengan menyesuaikan besar jalur khusus untuk pejalan kaki


(30)

dengan luasan media tanam pepohonan. Hal ini harus dapat dibuat sedemikian rupa agar penanaman pepohonan tidak mengganggu para pejalan kaki.

Setiap jalan memiliki kriteria tertentu bagaimana teknik penanaman vegetasi yang sesuai dengan lebar jalan masing-masing. Pada Jalan protokol umumnya lebar dan terang dengan pandangan tidak terhalang. Biasanya di jalan protokol dilengkapi lampu jalan yang tidak boleh terhalangi oleh pepohonan yang terlalu rimbun, sehingga jalan protokol tidak boleh ditanami dengan vegetasi secara penuh. Jenis tanaman yang biasa di lokasi ini dapat berupa rumput, bunga-bungaan, atau tanaman hias kecil.

Perencanaan Perbaikan di Jalur Hijau

Persentase Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Tuntungan yang belum memenuhi syarat untuk proporsi RTH pada wilayah kota, yaitu sebesar 25,27%, membuat perlu dilakukannya beberapa perencanaan penghijauan yang akan dilakukan pada daerah ini. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa jalan utama yang kondisi tanaman dan kondisi penghijauannya sudah perlu diperbaiki maupun diperbaharui lagi.

Pemilihan lokasi ini sebagai perencanaan perbaikan di jalur hijau didasarkan atas data yang ditunjukkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (2014) yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan hasil cek lapangan yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa Kelurahan yang persentase Ruang Terbuka Hijaunya masih minim.


(31)

Tabel 9. Perencanaan Perbaikan di Jalur Hijau

No Lokasi Nama

Objek

Koordinat Lokasi Bentuk Penghijauan

X Y

1. Lau Cih Jalan Besar 3° 30‘ 46.44” 98° 36‘ 55.84” Jalur Hijau 2. Namu Gajah Jalan Kecil 3° 31‘ 14.09” 98° 36‘ 26.42” Jalur Hijau 3. Namu Gajah Jalan Kecil 3° 31‘ 02.93” 98° 36‘ 40.46” Jalur Hijau 4. Simpang

Selayang

Jalan Besar 3° 31‘ 48.04” 98° 38‘ 25.22” Jalan Hijau 5. Simpang

Selayang

Jalan Besar 3° 31‘ 21.04” 98° 37‘ 27.44” Jalur Hijau 6. Tanjung

Selamat

Jalan Besar 3° 32‘ 28.64” 98° 36‘ 59.47” Jalur Hijau 7. Tanjung

Selamat

Jalan Besar 3° 32‘ 40.63” 98° 36‘ 18.04” Jalur Hijau 8. Kemenangan

Tani

Jalan Kecil 3° 31‘ 16.46” 98° 37‘ 33.57” Jalur Hijau

Berdasarkan Tabel diatas Kelurahan Tanjung Selamat, Kelurahan Kemenangan Tani, Kelurahan Lau Cih, dan Kelurahan Simpang Selayang adalah Kelurahan dengan persentase daerah yang memiliki tingkat kehijauan yang rendah. Tingkat kehijauan dari masing-masing Kelurahan dapat dilihat pada peta perencanaan penghijauan (Gambar 10). Seperti yang diamanatkan dalam pasal 29 UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana dituliskan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota minimal sebesar 30% dari luas wilayah kota tersebut. Sehingga untuk memenuhi proporsi Ruang Terbuka Hijau seperti yang dituliskan pada pasal 29 UU No 26 Tahun 2007, maka perlu dilakukannya penghijauan didaerah ini.

Berdasarkan Tabel diatas maka dapat disimpulkan perbaikan penghijauan yang diperoleh dari hasil cek lapangan keseluruhannya adalah berupa jalan hijau. Hal ini dapat dilihat dikarenakan masih adanya beberapa jalan yang keadaan vegetasi atau pepohonan yang harus diperbaharui karena sudah mengalami kerusakan. Perbaikan di jalur hijau ini sangat perlu dilakukan mengingat daerah


(32)

ini sudah mencukupi proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) sehingga nantinya persentase RTH pada daerah ini tidak mengalami penurunan yang diakibatkan oleh kerusakan pada jalur hijau.

Jenis yang ditanam di jalur hijau termasuk ke dalam jenis yang memiliki kriteria tanaman tepi jalan dan kriteria tanaman daerah tikungan atau persimpangan menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996). Jenis tanaman pada jalur hijau Kota Medan memiliki fungsi sebagai pohon peneduh, penyerap polusi udara, penyerap kebisingan, pemecah angin, pembatas pandang, pengarah pandangan dan pemben tuk pandangan. Kriteria tanaman dengan fungsi menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) dapat dilihat pada Lampiran.

Pembangunan jalur hijau bisa memungkinkan dimasukkan ke dalam upaya pengurangan emisi yang menghasilkan sesuatu. Dalam REDD (Reducing emissions from deforestrasion and forest degradation), banyak cara yang bisa dilakukan demi mengurangi emisi gas rumah kaca. Sehingga khusus perkotaan, dengan adanya peraturan yang mewajibkan kota memiliki ruang terbuka hijau akan memberi peluang untuk memanfaatkan sebagai sumber pendapatan kedepannya. Lingkungan kota akan menjadi lebih sehat dan dengan perawatan yang baik memungkinkan untuk fungsi yang lainnya.

Kecamatan Medan Tuntungan sendiri juga sebenarnya memliki rencana untuk menambah luasan Ruang Terbuka Hijau. Namun yang menjadi permasalahan adalah pembangunan Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk taman, jalur, hutan kota atau bentuk lainnya selalu dikebelakangkan dan lebih mengutamakan pembangunan bernilai ekonomi tinggi seperti gedung. Beragam cara yang dilakukan dan beragamnya masalah yang mungkin ditimbulkan dari


(33)

perluasan areal Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Medan Tuntungan maupun di Kota Medan akan memberikan pelajaran yang baik terhadap peningkatan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup di Kota Medan.

Jenis Tanaman Penghijauan

Penghijauan dengan jalur hijau dengan tindakan penanaman pepohonan, harus menyesuaikan keadaan jalan dengan jenis pepohonan yang sesuai ditanam pada jalan tersebut. Pada dasarnya tanaman yang ditanam di jalur hijau memiliki persyaratan tertentu sehingga tidak sembarangan dalam menanam tanaman di jalur hijau baik di tepi maupun di median jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) menjelaskan bahwa persyaratan utama dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan yaitu perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam perawatan, batang atau percabangan tidak mudah patah, dan daun tidak mudah rontok atau gugur. Selain itu, pemilihan tanaman jalan perlu mempertimbangkan faktor keamanan pemakai jalan. Dahlan (2004) juga menambahkan bahwa tanaman jalan sebaiknya tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, tahan terhadap hembusan angin lemah sampai sedang, buah berukuraSn tidak terlalu besar, serasah sedikit, teduh tapi tidak terlalu gelap, dan tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor serta memiliki ciri fisik yang menarik antara lain bentuk kanopi, warna daun serta bunga yang indah.


(34)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil cek lapangan dan analisis citra, Kecamatan Medan Tuntungan belum memenuhi proporsi Ruang Terbuka Hijau yang diamanatkan dalam pasal 29 UU No. 26 Tahun 2007 sebesar 30%. Persentase Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebesar 25,27%.

2. Lokasi-lokasi yang akan dilakukan kegiatan penghijauan adalah berupa jalan umum, sehingga bentuk penghijauan yang sesuai adalah jalur hijau. 3. Persentase Ruang Terbuka Hijau tertinggi terdapat pada Kelurahan

Mangga sebesar 6,15%, sedangkan persentase Ruang Terbuka Hijau terendah terdapat pada Kelurahan Kemenangan Tani, yaitu sebesar 0,50%.

Saran

1. Diharapkan kepada dinas terkait agar lebih memelihara tanaman dan melakukan perawatan khususnya bagi jenis pohon yang berada pada jalur hijau agar tidak membahayakan para pengguna jalan.

2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan citra satelit Ikonos terbaru dengan luas wilayah yang lebih besar agar informasi yang didapat lebih lengkap dan kompleks.


(35)

TINJAUAN PUSTAKA

Penghijauan Kota

Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara atau bentuk penghijauan kota, diantaranya ialah pembangunan hutan kota, jalur hijau, taman dipermukiman, penghijauan daerah aliran sungai, penghijauan dengan tanaman pot. Penghijauan kota menjadi suatu bentuk lingkungan biologi dengan beragam fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1996).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002 tentang dana reboisasi, penghijauan dapat didefenisikan sebagai upaya pemulihan lahan kritis di luar kawasan hutan secara vegetatif dan sipil teknis untuk mengembalikan fungsi lahan. Sedangkan menurut Setiawan (2000), penghijauan adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan-kegiatan penanaman tanaman keras, rerumputan, serta pembuatan teras dan bangunan pencegah erosi lainnya diareal yang tidak termasuk areal hutan negara atau areal lain yang berdasarkan rencana tata guna lahan diperuntukkan sebagai hutan.

Menurut Undang-Undang No 26 Pasal 29 Tahun 2007 Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera utara, kawasan Ruang Terbuka Hijau Medan tinggal 2,2 persen saja kini. Hal ini sangat jauh dari kebutuhan RTH yang diamanahkan oleh Undang-undang (UU) No 26 tahun 2007 tentang penataan


(36)

ruang serta peraturan daerah No 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah yang mengharuskan menyediakan RTH sebesar 30 persen.

Umumnya kegiatan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan kota yang hijau dan asri dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara-cara ini disesuaikan dengan lingkungan daerah yang akan dihijaukan. Oleh karena itu ada beberapa bentuk penghijauan kota yaitu diantaranya :

1. Hutan Kota

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002 tentang hutan kota, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun pada tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 hektar.

Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran, dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan air, lingkungan alami, serta perlindungan flora dan fauna di perkotaan. Hutan kota dapat dibuat berbentuk jalur, mengelompok, dan menyebar.

2. Taman Umum

Masyarakat dapat memanfaatkan taman umum untuk aneka keperluan, diantaranya sebagai tempat bersantai, berjalan-jalan, membaca dan sebagainya. Lokasi taman umum biasanya digelar di lokasi strategis yang banyak dilalui orang, seperti di pusat kota, dekat perkantoran atau bahkan ditengah pemukiman penduduk. Jenis tanaman yang dapat ditanam di taman umum dapat berupa


(37)

pepohonan dan tanaman hias yang memberikan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya.

3. Taman Halaman Perkantoran

Perkantoran di daerah pemukiman yang cukup baik umumnya memiliki halaman yang cukup luas. Bila di atas dengan baik, halaman tersebut dapat dijadikan taman yang indah. Taman perkantoran umumnya lebih mengutamakan keindahan fisiknya dan didominasi oleh tanaman perdu dan tanaman hias yang memberikan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya.

4. Penghijauan Pemukiman Penduduk

Halaman atau pekarangan rumah penduduk merupakan ruang terbuka hijau yang cocok untuk dilakukan penghijauan. Lokasi ini sesuai apabila ruang terbuka tersebut memadai untuk dilakukan penanaman pepohonan atau tanaman hias. Pemukiman penduduk yang padat dan sarat tanpa ada halaman atau pekarangan dapat melakukan penghijauan dengan cara melakukan penanaman tanaman di dalam pot.

5. Jalur Hijau Di Jalan Umum

Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon dibagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di tengah jalan untuk jalan raya maupun di kanan kiri jalan. Jalan protokol umumnya lebar dan terang dengan pandangan tidak terhalang. Biasanya di jalan protokol dilengkapi lampu jalan yang tidak boleh terhalangi oleh pepohonan yang terlalu rimbun, sehingga jalan protokol tidak boleh ditanami dengan vegetasi secara penuh. Jenis tanaman yang biasa di lokasi ini dapat berupa rumput, bunga-bungaan, atau tanaman hias kecil.


(38)

6. Penghijauan Daerah Aliran Sungai

Penghijauan daerah aliran sungai dilakukan pada tepian sungai. Penghijauan ini bermanfaat dalam penguat tebing sungai dan penanaman pepohonan akan terlihat lebi rapi dan indah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi (Nazaruddin, 1996).

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan (mengedit, memanipulasi, menyetarakan format, dan lain sebagainya) (Kartasasmita, 2001). Definisi lain yang dikemukakan oleh Jaya (2002) menjelaskan SIG sebagai sebuah sistem yang berbasis komputer, terdiri dari perangkat keras berupa komputer (hardware), perangkat lunak (software), data geografis dan sumber daya manusia (brainware), yang mampu merekam, menyimpan, memperbaharui, dan menganalisis dan menampilkan informasi yang berreferensi geografis. Bagja (2000) menyatakan SIG sebagai suatu sistem yang mampu mendeskripsikan obyek-obyek di permukaan bumi dalam tiga hal yaitu: data spasial yang berkaitan dengan koordinat geografi.

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan menganalisis informasi geografis. Dengan kemampuannya memanipulasi data, komputer dengan sistem informasi geografisnya dapat menghasilkan suatu informasi berharga yang diperoleh dari hasil analisis yang diprogramkan kepadanya. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) data spasial dari suatu wilayah dan data


(39)

pendukung lainnya dapat dikumpulkan untuk dimasukkan dan disimpan dalam komputer (Riswan, 2001).

Keuntungan GIS adalah kemampuan untuk menyertakan data dari sumber berbeda untuk aplikasi deteksi perubahan. Walaupun, penggabungan sumber data dengan perbedaan akurasi sering mempengaruhi hasil deteksi perubahan. Lo dan Shipman (1990) dalam Sitorus dkk (2006) menggunakan pendekatan GIS untuk menghitung dampak pengembangan kota baru di Hong Kong, melalui integrasi data multi-temporal foto udara pada land use dan menemukan bahwa overlay citra dengan teknik masking biner bermanfaat dalam menyatakan secara kuantitatif dinamika perubahan pada masing-masing kategori land use.

Kelemahan pemanfaatan SIG terletak pada terciptanya kesalahan- kesalahan yang dapat berupa kesalahan pada saat memasukkan data, kesalahan dalam penyimpanan data, kesalahan pada analisis data dan kesalahan pada sumber data. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dan perbaikan metoda pengumpulan data, sistematika kegiatan yang terarah, analisis dan modelling yang sesuai dengan masalah dan kalibrasi alat (Riswan, 2001).

SIG tidak terlepas dari perangkat lunak yang digunakan dalam sistem komputerisasinya. Banyak perangkat lunak yang telah digunakan untuk mendukung kemudahan pengolahan data seperti ER Mapper, Map Info, Arc Info

ERDAS, Arc View dan Arc GIS. Arc View merupakan sebuah perangkat lunak

pengolah data spasial yang memiliki berbagai keunggulan yang dapat dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial. Arc View memiliki kelebihan pada fasilitas pengolah data spasial seperti penajaman, penghalusan, penyaringan dan klasifikasi. Selain itu perangkat lunak ini sangat berperan dalam editing data


(40)

digital berformat vektor, yang berkemampuan mengolah data digital dan editing serta layout hasil olahan data digital tersebut (Budiyanto, 2002).

Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data berupa informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna menghasilkan data yang bermanfaat untuk aplikasi dibidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan dan bidang-bidang lainnya (Wolf, 1993).

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik. Tujuan utama penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumberdaya alam dan lingkungan. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya (Lo, 1995).

Penginderaan jauh mempunyai keunggulan dibanding dengan survai terrestrial secara langsung. Dari penginderaan jauh dapat dihemat baik biaya, tenaga maupun waktu karena beberapa parameter dari data dapat disadap secara langsung dari citra. Dari penginderaan jauh didapat pula kemudahan pengambilan sampel di lapangan untuk data-data yang belum dapat disadap oleh citra, yaitu dengan cara melihat gambaran wilayah secara umum daerah cakupan citra dan membuat zona-zona tertentu yang mempunyai karakteristik yang sama. Teknologi penginderaan jauh mempunyai peranan yang penting dalam hal ini. Pada


(41)

dasarnya, teknologi berbasis satelit ini menyajikan informasi awal kondisi wilayah. Keunggulan utamanya adalah menyajikan informasi aktual dan akurat tanpa adanya kontak langsung dengan obyek. Data satelit punya keunggulan dibandingkan peta atau foto udara, karena bisa menyajikan informasi tentang karakteristik spektral obyek di permukaan bumi yang tidak dapat ditangkap oleh mata telanjang (Nasda, 2000).

Tujuan penginderaan jauh ialah untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan. Informasi tentang objek disampaikan pengamat melalui energi elektomagnetik yang merupakan pembawa informasi dan sebagai penghubung komunikasi. Oleh karena itu menganggap bahwa data penginderaan jauh pada dasaranya merupakan informasi intensitas panjang gelombang yang perlu diberikan kodenya sebelum informasi tersebut dapat dipahami secara penuh. Proses pengkodean ini setara dengan interpretasi citra penginderaan jauh yang sangat sesuai dengan pengetahuan kita mengenai sifat-sifat radiasi elektromagnetik (Wolf, 1993).

Penginderaan jauh menggunakan data berupa citra dan non citra dengan keluaran terbaru untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Laju perubahan permukaan bumi yang setiap saat semakin cepat, mengharuskan adanya data yang lebih baru lagi sehingga satelit melakukan perekaman kembali pada daerah yang dibutuhkan. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya yang relatif besar, sehingga masih banyak data lama yang digunakan oleh para pengguna dalam perolehan informasi. Selain itu, kegiatan perekaman yang dilakukan oleh satelit sangat dipengaruhi oleh alam, seperti keberadaan awan, hujan yang dapat menyebabkan citra yang dihasilkan rusak atau cacat, sehingga tidak dapat digunakan dalam


(42)

kegiatan interpretasi. Kesalahan juga dapat terjadi pada manusia sebagai pengguna ketika sedang melakukan interpretasi dengan menggunakan konsep penginderaan jauh (Riswan, 2001).

Aplikasi data-data Penginderaan jauh lebih banyak dilakukan untuk identifikasi, deteksi, inventarisasi dan atau pemantauan sumber daya alam dan lingkungan tetapi aspek ketelitian geometris sebagai akibat proses koreksi geometris dan resampling jarang disinggung. Demikian juga untuk citra Landsat TM dan citra Radarsat. Untuk melakukan koreksi geometris citra diperlukan adanya titik-titik kontrol tanah yang dapat diidentifikasi pada citra. Tetapi jumlah titik kontrol tanah yang dibutuhkan untuk koreksi geometris agar menghasilkan ketelitian yang tinggi belum diketahui, demikian juga dengan metode transformasi yang dapat menghasilkan kesalahan yang minimal belum diketahui. Peta merupakan sumber data yang banyak digunakan untuk berbagai kepentingan. Pemerintah membutuhkan peta sebagai data dasar dalam pembuatan rencana kerja mereka berkaitan dengan kebijakan yang menyangkut wilayah mereka.

(Rusdi, 2005).

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) dalam Wijaya (2005) penginderaan jauh meliputi dua proses utama yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen proses pengumpulan data meliputi : a) sumber energi, b) perjalanan energi melalui atmosfer, c) interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, d) sensor wahana pesawat terbang dan/atau satelit, e) hasil pembentukan data dalam bentuk piktoral dan/atau bentuk numerik. Singkatnya, kita menggunakan sensor untuk merekam berbagai variasi pancaran dan pantulan energi elektromagnetik oleh kenampakan di muka bumi. Proses analisis data meliputi pengujian data dengan


(43)

menggunakan alat interpretasi dan alat pengamamatan untuk menganalisis data piktoral, dan komputer untuk menganalisis data sensor numerik dengan dibantu oleh data rujukan tentang sumberdaya yang dipelajari.

Aplikasi Penginderaan Jauh

Penggunaan data penginderaan jauh semakin populer dalam berbagai aplikasinya. Ada enam alasan yang dikemukakan oleh Sutanto dalam Pratondo (2001) mengapa penginderaan jauh semakin populer yaitu:

1. Citra menggambarkan obyek dan daerah yang mirip ujudnya dengan yang ada di permukaan bumi

2. Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi

3. Karakteristik obyek yang tampak oleh mata dapat diwujudkan dalam bentuk citra

4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit di jelajahi secara terestrial

5. Citra merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana

6. Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek sehingga memungkinkan untuk pemantauan suatu daerah

Salah satu bentuk aplikasi penginderaan jauh adalah untuk menentukan bentuk - bentuk penutupan lahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tertentu. Salah satu teknik dalam menentukan bentuk penutupan lahan adalah dengan menggunakan cara klasifikasi citra. Klasifikasi citra merupakan serangkaian tugas untuk merubah data digital menjadi kelas tertentu yang khasdan dapat memberikan informasi.


(44)

Keterkaitan Sistem Informasi Geografis ( SIG ) dan Penginderaan Jauh

Howard (1996) menyatakan keterkaitan SIG dan penginderaan jauh adalah sebagai berikut, informasi yang diturunkan dari analisis citra penginderaan jauh dilakukan untuk diintegrasikan dengan data yang disimpan dalam bank data SIG. Tujuan utama integrasi penginderaan jauh dan SIG berasal dari ahli penginderaan jauh. Keinginan ini ditunjukkan dalam pertumbuhan jumlah sistem analisis citra digital berkapasitas kecil dengan kemampuan SIG. Biasanya masukkan dari data penginderaan jauh (data rekaman) pada sistem SIG harus dilengkapi dengan intervensi manusia padaanalisisnya. Dalam klasifikasi dan ketepatan letak, analisis data penginderaan jauh lebih kasar dibandingkan klasifikasi yang dibutuhkan oleh para pengguna SIG. Hal ini disebabkan ukuran piksel dari data penginderaan jauh lebih kasar dari yang dibutuhkan di dalam sistem informasi geografis. Meskipun pengenalan pola dengan komputer memenuhi persyaratan beberapa kategori tematik, masalah dasar untuk sistem integrasi otomatis terletak pada perbedaan-perbedaan yang ada antara konteks spasial citra yang diperlukan interpretasi visual. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dalam perkembangan integrasi penginderaan jauh dan SIG adalah estimasi bahwa aliran data memiliki arah (dari sistem analisis penginderaan jauh ke sistem informasi geografis) yang sama. Aliran yang sebaliknya tidak diinginkan, tetapi juga realistis diperlukan dalam analisis penginderaan jauh. Hambatan utama terhadap pendekatan ini adalah biaya untuk membuat basis data digital SIG.


(45)

Sistem Satelit Ikonos

Ikonos adalah satelit milik space imaging (USA) yang diluncurkan bulan September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000. Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image beresolusi tinggi 1 x 1 m. dengan kedetilan atau resolusi yang cukup tinggi ini membuat satelit ini akan menyaingi pembuatan foto udara. Satelit berada pada 681 km di atas permukaan bumi waktu revolusinya 98 menit dan resolusi temporalnya sekitar 3 hari. Ikonos adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m hitam-putih (Badan Geologi Jawa Timur, 2007).

Keberadaan satelit IKONOS tidak terlepas dari karakteristik resolusinya. Resolusi dapat diartikan sebagai kerincian info dari data penginderaan jauh. Dalam konsep penginderaan jauh dikenal beberapa resolusi dari suatu satelit yaitu resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiometrik dan resolusi temporal. 1. Resolusi Spasial

Resolusi spasial adalah unit terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dibedakan berdasarkan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang ukurannya bisa diukur. Pada potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain film (jumlah pasangan garis yang bisa dibedakan per mm) dan skala. Skala adalah fungsi dari panjang fokus dan tinggi terbang. Grain film yang halus memberikan detail obyek lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi) dibandingkan dengan grain yang kasar. Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan resolusi yang lebih tinggi.


(46)

2. Resolusi Spektral

Resolusi spektral merupakan interval panjang gelombang khusus pada spektrum elektromagnetik yang direkam oleh sensor, dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitif terhadap sensor. Semakin sempit lebar interval spektrum elektromagnetik maka resolusi spektral semakin tinggi. Resolusi spektral berbanding terbalik dengan resolusi spasial. Semakin tinggi nilai resolusi spektral, maka nilai resolusi spasialnya akan semakin kecil dan sebaliknya.

3. Resolusi Radiometrik

Resolusi radiometrik merupakan jumlah nilai data yang dimungkinkan pada tiap band, ukuran sensitivitas sensor untuk membedakan aliran radiasi yang dipantulkan atau diemisikan dari suatu obyek pada permukaan bumi.

4. Resolusi Temporal

Resolusi temporal merupakan frekwensi suatu sistem sensor dalam merekam suatu areal yang sama, dengan kata lain resolusi temporal merupakan lamanya suatu sistem sensor untuk merekam kembali bagian daerah yang sama (Jaya,1997).

Interpretasi Citra Satelit

Interpretasi citra merupakan pembuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. Didalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan


(47)

menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya (Sutanto, 1999).

Dalam mengidentifikasi obyek dalam penginderaan jauh secara visual perlu dibantu dengan unsur-unsur intepretasi yang terdiri dari rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. Dalam analisis citra dikenal 8 macam unsur interpretasi citra, yaitu:

1. Warna dan Rona

Warna dan rona merupakan tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek. Kontras warna dan sinar yang tegas dalam foto udara penting untuk identifikasinya dan tanpa kontras unsur-unsur pengenal lainan lain yaitu ukuran, bentuk, tekstur dan pola tidak bermanfaat.

2. Ukuran

Objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto, sebab apabila skala citra berbeda maka ukuran sesuatu objek yang sama akan menjadi berbeda. suatu objek dapat dibedakan dengan objek yang lain berdasarkan ukurannya, sebab pada dasarnya ukuran setiap objek yang terdapat di permukaan bumi adalah berbeda.

3. Bentuk

Merupakan kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka sesuatu objek, sehingga bentuk dan ukuran sering berasosiasi sangat erat. Bentuk suatu objek ssangat dipengaruhi juga oleh skala potret udara yang dipergunakan. Semakin kecil skala potret maka akan semakin sukar mengenali suatu objek demikian juga sebaliknya.


(48)

4. Bayangan

Bayangan terjadi karena adanya sinar, bayangan yang terjadi sedikit banyak akan mengikuti bentuk objeknya. Jadi bayangan dapat digunakan untuk membedakan jenis suatu objek.

5. Tekstur

Tekstur adalah frekwensi perubahan rona dalam citra foto atau pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan, sehingga sering dinyatakan dalam halus dan kasar. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual.

6. Pola

Merupakan sebuah karakteristik makro yang digunakan untuk mendeskripsi tata ruang pada citra, termasuk di dalamnya pengulangan penampakan-penampakan alami. Pola sering diasosiasikan dengan topografi, tanah, iklim dan komunitas tanaman.

7. Lokasi / Situs

Setiap objek umumnya berlokasi atau di tempatkan pada lokasi yang sesuai. Oleh karena itu ada hubungan antara lokasi dengan sesuatu jenis objek tertentu. Contohnya semua bangunan yang melintas di atas sungai akan dinamakan jembatan.

8. Asosiasi

Keterkaitan antara objek yang satu dengan yang lain dan adanya suatu objek merupakan petunjuk adanya objek yang lain. Sering bentuk, rona, pola, tekstur diasosiasikan dengan satu kelas objek yang tidak terekam atau kurang jelas tergambar pada citra (Hardjoprajitno dan Saleh, 1995).


(49)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan dan perkembangan kota yang semakin pesat membawa konsekuensi makin meningkatnya kebutuhan lahan untuk mengakomodasi pembangunan dan perkembangan kota tersebut. Cerminan perkembangan pembangunan kota dapat terlihat pada pemandangan fisik kota yang mempunyai kecenderungan meminimalkan ruang terbuka hijau dan menghilangkan visualisasi alamnya. Lahan-lahan perkotaan banyak yang dialih fungsikan menjadi pemukiman, pertokoan, tempat industri dan lain-lain. Akibatnya, lahan terbuka hijau dan ruang terbuka hijau lainnya semakin terdesak dan sempit.

Selama ini keberadaan taman di Medan masih minim. Berdasarkan data Dinas Pertamanan Pemko Medan, hanya ada 19 taman di kota ini dengan luas keseluruhan sekitar 124.664 meter persegi dari luas Kota Medan yang mencapai 26.510 hektare (ha). Selain itu, Medan hanya memiliki enam taman air mancur yang berada di Taman Beringin, Taman Soedirman, Taman Teladan, Tugu Sister City, Tugu Adipura, Taman Kantor Pos, Taman Guru Patimpus, Taman Juanda, dan Taman Majestic. Sedangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Medan hanya berkisar 7,5%-10% (Dinas Pertamanan Pemko Medan, 2013).

Apabila permasalahan tersebut tidak ditanggapi dengan serius, maka tidak menutup kemungkinan akan timbul suatu pemasalahan baru. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ada di daerah perkotaan tersebut. Salah satu tindakan untuk mengurangi suasana lingkungan yang panas dan sarat pencemaran adalah dengan menciptakan peranan


(50)

hutan di dalam kawasan perkotaan. Penghijauan kota merupakan alternatif terbaik dalam menciptakan suasana hutan di kawasan perkotaan.

Untuk mendapatkan sasaran dan tujuan yang maksimal, penghijauan kota harus dilaksanakan dengan yang terarah dan terpadu. Berdasarkan PP RI No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, penyelenggaraan penghijauan kota meliputi penunjukan, pembangunan, penetapan dan pengelolaan. Agar perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan berbagai sarana media yang mendukung kesuksesan rencana tersebut.

Pada saat ini telah banyak teknologi yang diciptakan dan diterapkan sebagai sarana serta media dalam mendukung suatu perencanaan. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan dalam bidang kehutanan terutama dalam perencanaan kehutanan. Dalam menggunakan data berupa citra satelit, peta dasar dan data penunjang lainnya yang dikelola dengan menggunakan sistem berbasis komputer menjadikan SIG sebagai teknologi yang memberikan kemudahan dan pemahaman yang baik bagi setiap perencana yang menggunakannya.

Sistem Informasi Geografis akan mempermudah perencanaan penghijauan kota terutama dalam menentukan posisi geografis suatu lokasi dan menyajikan tampilan dari kawasan perkotaan tersebut. Pemanfaatan sistem informasi geografis (SIG) akan mendukung kelancaran perencanaan penghijauan kota, sehingga tujuan dan sasarannya akan tercapai.

Kecamatan Medan Tuntungan mempunyai fungsi sebagai kawasan campuran, dimana kawasan Kecamatan Medan Tuntungan yang didominasi oleh koridor jalan digunakan untuk perdagangan dan jasa. Sedangkan fungsi bangunan


(51)

lainnya adalah kantor, sekolah dan pemukiman. Oleh karena itu, Kecamatan Medan Tuntungan menjadi padat dan membutuhkan kenyamanan seperti ketersediaan ruang terbuka hijau, Sehingga sangat diperlukan perencanaan penghijauan pada daerah ini untuk memberikan manfaat secara ekologis, estetis, sosial maupu n ekonomi.

Perumusan Masalah

Permasalahan dari penelitian ini adalah Pertumbuhan penduduk yang sangat besar dan diikuti dengan pendirian kawasan industri di daerah perkotaan mengharuskan adanya pendirian bangunan yang akan mengurangi ruang penanaman vegetasi. Apabila permasalahan tersebut tidak ditanggapi dengan serius, maka tidak menutup kemungkinan akan timbul suatu pemasalahan baru. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ada di daerah perkotaan tersebut. Salah satu tindakan untuk mengurangi suasana lingkungan yang panas dan sarat pencemaran adalah dengan menciptakan peranan hutan di dalam kawasan perkotaan. Penghijauan kota merupakan alternatif terbaik dalam menciptakan suasana hutan di kawasan perkotaan.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menginterpretasi penutupan penggunaan lahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan.

2. Mengevaluasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan.


(52)

3. Mengidentifikasi daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah penghijauan.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dasar pengambilan keputusan dan perencanaan penghijauan kota terutama bagi dinas-dinas terkait.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pertumbuhan

Penduduk yang besar

Peningkatan bangunan yang pesat

Perencanaan Penghijauan Pemanfaatan SIG

Kondisi Kota yang Panas

Perlunya Penghijauan


(53)

MUARA SEH SURANTA TARIGAN. Perencanaan Penghijauan Dengan

Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Di bawah bimbingan SITI LATIFAH dan

RAHMAWATY.

Penghijauan kota merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk yang dapat dilakukan dengan banyak cara. Lahan-lahan perkotaan banyak yang dialihfungsikan menjadi pemukiman, pertokoan, tempat industri dan lain-lain. Akibatnya, lahan terbuka hijau dan ruang terbuka hijau lainnya semakin terdesak dan sempit. Apabila permasalahan tersebut tidak ditanggapi dengan serius, maka tidak menutup kemungkinan akan timbul suatu permasalahan baru. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ada di daerah perkotaan tersebut. Penghijauan kota merupakan alternatif terbaik dalam menciptakan suasana hutan di kawasan perkotaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daerah mana yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah penghijauan. Metode yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap pengolahan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecamatan medan tuntungan memiliki tingkat kehijauan yang relatif seimbang dengan data yang menunjukkan persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 25,27%. Daerah yang berpotensi dijadikan lokasi perencanaan penghijauan adalah Kelurahan Simpang Selayang, Kelurahan Tanjung Selamat, Kelurahan Lau Cih, Kelurahan Namu Gajah dan Kelurahan Kemenangan Tani.

Kata Kunci: Penghijauan, Sistem Informasi Geografis (SIG), Kecamatan Medan Tuntungan, Perencanaan.


(54)

MUARA SEH SURANTA TARIGAN. Reforestation Planning Using Geographic Information Systems (GIS) Applications. Case study Medan Tuntungan District, Medan. Supervisied by SITI LATIFAH and RAHMAWATY.

Urban reforestation is one of the efforts made to bring the city into an residential area that is environmentally sound with a beautiful atmosphere, harmonious and cool which can be done in many ways. Many urban lands were converted into residential functioned, shops, industrial premises and so on. As a result, green open land and other green open spaces increasingly pressured and narrow. If these problems are not taken seriously, then it is possible there will be a new problem. Therefore we need an appropriate action to overcome the existing problems in the urban areas. City reforestation is the best alternative in creating the atmosphere of forests in urban areas.

This research aimed to determine which area has the potential to be developed into a reforestation area. The method was divided into two phases of data collection and data processing stage. The results of this study indicated that the Medan Tuntungan district level has a greenish relatively balanced with data showing the percentage of green open space of 25.27%. Areas that could potentially be used as the location of the greening plan were Simpang Selayang Village, Tanjung Selamat Village, Lau Cih Village, Namu Gajah Village and Kemenangan Tani Village.

Keywords: Reforestation, Geographic Information Systems (GIS), Medan Tuntungan District, Planning.


(55)

PERENCANAAN PENGHIJAUAN DENGAN

MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS (SIG)

(Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi

Sumatera Utara)

SKRIPSI

Oleh :

MUARA SEH SURANTA TARIGAN 101201115 / MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(56)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

Nama : Muara Seh Suranta Tarigan

NIM : 101201115

Program Studi : Kehutanan

Minat : Manajemen Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Siti Latifah, S.Hut.,M.Si.,Ph.D Rahmawaty, S.Hut.,M.Si.,Ph.D NIP. 19710416 200112 2 001 NIP. 19740721 200112 200 1

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan

NIP.19710416 200112 2 001 Siti Latifah, S.Hut.,M.Si.,Ph.D


(57)

MUARA SEH SURANTA TARIGAN. Perencanaan Penghijauan Dengan

Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Di bawah bimbingan SITI LATIFAH dan

RAHMAWATY.

Penghijauan kota merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk yang dapat dilakukan dengan banyak cara. Lahan-lahan perkotaan banyak yang dialihfungsikan menjadi pemukiman, pertokoan, tempat industri dan lain-lain. Akibatnya, lahan terbuka hijau dan ruang terbuka hijau lainnya semakin terdesak dan sempit. Apabila permasalahan tersebut tidak ditanggapi dengan serius, maka tidak menutup kemungkinan akan timbul suatu permasalahan baru. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ada di daerah perkotaan tersebut. Penghijauan kota merupakan alternatif terbaik dalam menciptakan suasana hutan di kawasan perkotaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daerah mana yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah penghijauan. Metode yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap pengolahan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecamatan medan tuntungan memiliki tingkat kehijauan yang relatif seimbang dengan data yang menunjukkan persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 25,27%. Daerah yang berpotensi dijadikan lokasi perencanaan penghijauan adalah Kelurahan Simpang Selayang, Kelurahan Tanjung Selamat, Kelurahan Lau Cih, Kelurahan Namu Gajah dan Kelurahan Kemenangan Tani.

Kata Kunci: Penghijauan, Sistem Informasi Geografis (SIG), Kecamatan Medan Tuntungan, Perencanaan.


(58)

MUARA SEH SURANTA TARIGAN. Reforestation Planning Using Geographic Information Systems (GIS) Applications. Case study Medan Tuntungan District, Medan. Supervisied by SITI LATIFAH and RAHMAWATY.

Urban reforestation is one of the efforts made to bring the city into an residential area that is environmentally sound with a beautiful atmosphere, harmonious and cool which can be done in many ways. Many urban lands were converted into residential functioned, shops, industrial premises and so on. As a result, green open land and other green open spaces increasingly pressured and narrow. If these problems are not taken seriously, then it is possible there will be a new problem. Therefore we need an appropriate action to overcome the existing problems in the urban areas. City reforestation is the best alternative in creating the atmosphere of forests in urban areas.

This research aimed to determine which area has the potential to be developed into a reforestation area. The method was divided into two phases of data collection and data processing stage. The results of this study indicated that the Medan Tuntungan district level has a greenish relatively balanced with data showing the percentage of green open space of 25.27%. Areas that could potentially be used as the location of the greening plan were Simpang Selayang Village, Tanjung Selamat Village, Lau Cih Village, Namu Gajah Village and Kemenangan Tani Village.

Keywords: Reforestation, Geographic Information Systems (GIS), Medan Tuntungan District, Planning.


(59)

Penulis dilahirkan di Muara, Tapanuli Utara pada tanggal 15 November 1992 dari Ayah Erka Tarigan dan Ibu Mulya Ukur Ginting. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 064025 Medan pada tahun 1998-2004, kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 30 Medan pada tahun 2004-2007, lalu dilanjutkan di SMA Negeri 1 Pancur Batu pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di program studi Manajemen Hutan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) pada tahun 2012 di Taman Hutan Raya (Tahura), Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 2014, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani Banyuwangi Barat selama satu bulan.

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, penulis mengikuti kegiatan organisasi kampus, Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU dan Penulis pernah menjadi ketua Panitia Natal Kehutanan tahun 2012. Pada akhir studi, penulis melakukan penelitian dengan judul Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan.


(60)

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Judul Skripsi ini adalah “Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah penghijauan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta ayahanda Erka Tarigan dan Ibunda Mulya Ukur Br. Ginting beserta keluarga atas semua dukungan dan doanya.

2. Ibu Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing I) dan Ketua Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Ibu Rahmawaty, S.Hut.,M.Si.,Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing II) beserta staf pengajar.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini.

Medan, Oktober 2014


(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Judul Skripsi ini adalah “Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah penghijauan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta ayahanda Erka Tarigan dan Ibunda Mulya Ukur Br. Ginting beserta keluarga atas semua dukungan dan doanya.

2. Ibu Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing I) dan Ketua Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Ibu Rahmawaty, S.Hut.,M.Si.,Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing II) beserta staf pengajar.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini.

Medan, Oktober 2014


(2)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota ... 5

Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 8

Penginderaan Jauh ... 10

Aplikasi Penginderaan Jauh ... 13

Keterkaitan SIG dan Penginderaan Jauh... 14

Sistem Satelit Ikonos ... 15

Interpretasi Citra Satelit ... 16

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Metode Penelitian ... 20

Tahap Pengumpulan Data ... 20

Data Primer ... 20

Data Sekunder ... 20

Tahap Pengolahan Data ... 21

Pendownloadan Citra ... 21

Digitasi Peta Dasar ... 22

Overlay ... 22

Interpretasi Citra... 23

Cek Lapangan (Ground Check) ... 23


(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 25

Pengumpulan Data... ... 29

Overlay... ... 30

Interpretasi Citra ... 31

Cek Lapangan ... 33

Analisis Citra ... 39

Perencanaan Penghijauan di Jalan Umum ... 42

Perencanaan Perbaikan di Jalur Hijau ... 46

Jenis Tanaman Penghijauan ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(4)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Luas Wilayah Kecamatan Medan Tuntungan per Kelurahan... 25

2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, dan Kepadatan Penduduk... . 26

3. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Tuntungan... ... 28

4. Hasil Kegiatan Cek Lapangan di Lokasi Penelitian... ... 34

5. Persentase RTH Kecamatan Medan Tuntungan per Kelurahan... 35

6. Koordinat Lokasi dan Bentuk-Bentuk Penghijauan... ... 40

7. Persentase RTH Kecamatan Medan Tuntungan per Kelurahan... 41

8. Perencanaan Penghijauan di Jalan Umum... ... 42


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Kerangka Pemikiran ... 4

2. Peta Lokasi Penelitian ... 19

3. Citra Ikonos ... 21

4. Proses Digitasi Peta Dasar Menggunakan Software Arc View 3.2 ... 22

5. Bagan Kerja Penelitian... 24

6. Peta Administrasi Kecamatan Medan Tuntungan ... 29

7. Citra Ikonos Kecamatan Medan Tuntungan ... 30

8. Peta Lokasi Penelitian ... 31

9. Dokumentasi Hasil Kegiatan Cek Lapangan ... 36


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Zona Ruang Terbuka Hijau ... 54

2. Daftar Jalan di Kecamatan Medan Tuntungan ... 57

3. Jenis tanaman dan Fungsinya Pada Jalur Hijau ... 67

4. Jenis Tanaman Penghijauan Yang Cocok Untuk Jalur Hijau ... 68

5. Dokumentasi Cek Lapangan ... 71


Dokumen yang terkait

Sistem Informasi Geografis Penentuan Lokasi Hydrant Berbasis Web Dengan Metode Simple Additive Weighting di Wilayah Kota Medan

8 112 101

Studi Sistem Informasi Geografis (SIG) Bagi Perencanaan Penghijauan Di Kota Tebing Tinggi

1 68 58

Sistem Informasi Geografis Untuk Menentukan Rute Terpendek Menggunakan Algoritma Dijkstra Berbasis Web (Studi Kasus Pada Salah Satu Bimbingan Belajar Di Kota Medan)

10 104 128

Perencanaan Penghijauan Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kasus Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

6 84 63

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 11

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 2

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 4

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 14

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 2

Studi Sistem Informasi Geografis (SIG) Bagi Perencanaan Penghijauan Di Kota Tebing Tinggi

0 0 8