Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Penghijauan Kota
Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota
menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana
yang asri, serasi dan sejuk dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara atau bentuk
penghijauan kota, diantaranya ialah pembangunan hutan kota, jalur hijau, taman
dipermukiman, penghijauan daerah aliran sungai, penghijauan dengan tanaman
pot. Penghijauan kota menjadi suatu bentuk lingkungan biologi dengan beragam
fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1996).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002
tentang dana reboisasi, penghijauan dapat didefenisikan sebagai upaya pemulihan
lahan kritis di luar kawasan hutan secara vegetatif dan sipil teknis untuk
mengembalikan fungsi lahan. Sedangkan menurut Setiawan (2000), penghijauan
adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan-kegiatan penanaman tanaman keras,
rerumputan, serta pembuatan teras dan bangunan pencegah erosi lainnya diareal
yang tidak termasuk areal hutan negara atau areal lain yang berdasarkan rencana
tata guna lahan diperuntukkan sebagai hutan.
Menurut Undang-Undang No 26 Pasal 29 Tahun 2007 Proporsi ruang

terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit
20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Berdasarkan data terakhir dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera utara, kawasan Ruang Terbuka Hijau
Medan tinggal 2,2 persen saja kini. Hal ini sangat jauh dari kebutuhan RTH yang
diamanahkan oleh Undang-undang (UU) No 26 tahun 2007 tentang penataan

Universitas Sumatera Utara

6

ruang serta peraturan daerah No 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah
yang mengharuskan menyediakan RTH sebesar 30 persen.
Umumnya kegiatan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan kota yang
hijau dan asri dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara-cara ini disesuaikan
dengan lingkungan daerah yang akan dihijaukan. Oleh karena itu ada beberapa
bentuk penghijauan kota yaitu diantaranya :
1. Hutan Kota
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002
tentang hutan kota, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan

pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah
negara maupun pada tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat
yang berwenang. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling
sedikit 0,25 hektar.
Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh
pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota
umumnya di daerah pinggiran, dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan air,
lingkungan alami, serta perlindungan flora dan fauna di perkotaan. Hutan kota
dapat dibuat berbentuk jalur, mengelompok, dan menyebar.
2. Taman Umum
Masyarakat dapat memanfaatkan taman umum untuk aneka keperluan,
diantaranya sebagai tempat bersantai, berjalan-jalan, membaca dan sebagainya.
Lokasi taman umum biasanya digelar di lokasi strategis yang banyak dilalui
orang, seperti di pusat kota, dekat perkantoran atau bahkan ditengah pemukiman
penduduk. Jenis tanaman yang dapat ditanam di taman umum dapat berupa

Universitas Sumatera Utara

7


pepohonan dan tanaman hias yang memberikan keindahan bagi setiap orang yang
melihatnya.
3. Taman Halaman Perkantoran
Perkantoran di daerah pemukiman yang cukup baik umumnya memiliki
halaman yang cukup luas. Bila di atas dengan baik, halaman tersebut dapat
dijadikan taman yang indah. Taman perkantoran umumnya lebih mengutamakan
keindahan fisiknya dan didominasi oleh tanaman perdu dan tanaman hias yang
memberikan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya.
4. Penghijauan Pemukiman Penduduk
Halaman atau pekarangan rumah penduduk merupakan ruang terbuka
hijau yang cocok untuk dilakukan penghijauan. Lokasi ini sesuai apabila ruang
terbuka tersebut memadai untuk dilakukan penanaman pepohonan atau tanaman
hias. Pemukiman penduduk yang padat dan sarat tanpa ada halaman atau
pekarangan dapat melakukan penghijauan dengan cara melakukan penanaman
tanaman di dalam pot.
5. Jalur Hijau Di Jalan Umum
Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon
dibagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di tengah jalan
untuk jalan raya maupun di kanan kiri jalan. Jalan protokol umumnya lebar dan
terang dengan pandangan tidak terhalang. Biasanya di jalan protokol dilengkapi

lampu jalan yang tidak boleh terhalangi oleh pepohonan yang terlalu rimbun,
sehingga jalan protokol tidak boleh ditanami dengan vegetasi secara penuh. Jenis
tanaman yang biasa di lokasi ini dapat berupa rumput, bunga-bungaan, atau
tanaman hias kecil.

Universitas Sumatera Utara

8

6. Penghijauan Daerah Aliran Sungai
Penghijauan daerah aliran sungai dilakukan pada tepian sungai.
Penghijauan ini bermanfaat dalam penguat tebing sungai dan penanaman
pepohonan akan terlihat lebi rapi dan indah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
tempat rekreasi (Nazaruddin, 1996).

Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang mampu
mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan (mengedit, memanipulasi,
menyetarakan format, dan lain sebagainya) (Kartasasmita, 2001). Definisi lain
yang dikemukakan oleh Jaya (2002) menjelaskan SIG sebagai sebuah sistem yang

berbasis komputer, terdiri dari perangkat keras berupa komputer (hardware),
perangkat lunak (software), data geografis dan sumber daya manusia (brainware),
yang mampu merekam, menyimpan, memperbaharui, dan menganalisis dan
menampilkan informasi yang berreferensi geografis. Bagja (2000) menyatakan
SIG sebagai suatu sistem yang mampu mendeskripsikan obyek-obyek di
permukaan bumi dalam tiga hal yaitu: data spasial yang berkaitan dengan
koordinat geografi.
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan menganalisis informasi
geografis. Dengan kemampuannya memanipulasi data, komputer dengan sistem
informasi geografisnya dapat menghasilkan suatu informasi berharga yang
diperoleh dari hasil analisis yang diprogramkan kepadanya. Dengan menggunakan
Sistem Informasi Geografis (SIG) data spasial dari suatu wilayah dan data

Universitas Sumatera Utara

9

pendukung lainnya dapat dikumpulkan untuk dimasukkan dan disimpan dalam
komputer (Riswan, 2001).

Keuntungan GIS adalah kemampuan untuk menyertakan data dari sumber
berbeda untuk aplikasi deteksi perubahan. Walaupun, penggabungan sumber data
dengan perbedaan akurasi sering mempengaruhi hasil deteksi perubahan. Lo dan
Shipman (1990) dalam Sitorus dkk (2006) menggunakan pendekatan GIS untuk
menghitung dampak pengembangan kota baru di Hong Kong, melalui integrasi
data multi-temporal foto udara pada land use dan menemukan bahwa overlay citra
dengan teknik masking biner bermanfaat dalam menyatakan secara kuantitatif
dinamika perubahan pada masing-masing kategori land use.
Kelemahan pemanfaatan SIG terletak pada terciptanya kesalahankesalahan yang dapat berupa kesalahan pada saat memasukkan data, kesalahan
dalam penyimpanan data, kesalahan pada analisis data dan kesalahan pada sumber
data. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dan perbaikan metoda pengumpulan
data, sistematika kegiatan yang terarah, analisis dan modelling yang sesuai dengan
masalah dan kalibrasi alat (Riswan, 2001).
SIG tidak terlepas dari perangkat lunak yang digunakan dalam sistem
komputerisasinya. Banyak perangkat lunak yang telah digunakan untuk
mendukung kemudahan pengolahan data seperti ER Mapper, Map Info, Arc Info
ERDAS, Arc View dan Arc GIS. Arc View merupakan sebuah perangkat lunak
pengolah data spasial yang memiliki berbagai keunggulan yang dapat
dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial. Arc View memiliki kelebihan
pada fasilitas pengolah data spasial seperti penajaman, penghalusan, penyaringan

dan klasifikasi. Selain itu perangkat lunak ini sangat berperan dalam editing data

Universitas Sumatera Utara

10

digital berformat vektor, yang berkemampuan mengolah data digital dan editing
serta layout hasil olahan data digital tersebut (Budiyanto, 2002).

Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data
berupa informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jauh tanpa sentuhan
fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya
diproses dan diinterpretasi guna menghasilkan data yang bermanfaat untuk
aplikasi dibidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan
dan bidang-bidang lainnya (Wolf, 1993).
Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan
informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan
fisik. Tujuan utama penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data
sumberdaya alam dan lingkungan. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa

bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data
yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan,
geografi, geologi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya (Lo, 1995).
Penginderaan jauh mempunyai keunggulan dibanding dengan survai
terrestrial secara langsung. Dari penginderaan jauh dapat dihemat baik biaya,
tenaga maupun waktu karena beberapa parameter dari data dapat disadap secara
langsung dari citra. Dari penginderaan jauh didapat pula kemudahan pengambilan
sampel di lapangan untuk data-data yang belum dapat disadap oleh citra, yaitu
dengan cara melihat gambaran wilayah secara umum daerah cakupan citra dan
membuat zona-zona tertentu yang mempunyai karakteristik yang sama. Teknologi
penginderaan jauh mempunyai peranan yang penting dalam hal ini. Pada

Universitas Sumatera Utara

11

dasarnya, teknologi berbasis satelit ini menyajikan informasi awal kondisi
wilayah. Keunggulan utamanya adalah menyajikan informasi aktual dan akurat
tanpa adanya kontak langsung dengan obyek. Data satelit punya keunggulan
dibandingkan peta atau foto udara, karena bisa menyajikan informasi tentang

karakteristik spektral obyek di permukaan bumi yang tidak dapat ditangkap oleh
mata telanjang (Nasda, 2000).
Tujuan penginderaan jauh ialah untuk mengumpulkan data sumber daya
alam dan lingkungan. Informasi tentang objek disampaikan pengamat melalui
energi elektomagnetik yang merupakan pembawa informasi dan sebagai
penghubung komunikasi. Oleh karena itu menganggap bahwa data penginderaan
jauh pada dasaranya merupakan informasi intensitas panjang gelombang yang
perlu diberikan kodenya sebelum informasi tersebut dapat dipahami secara penuh.
Proses pengkodean ini setara dengan interpretasi citra penginderaan jauh yang
sangat

sesuai

dengan

pengetahuan

kita

mengenai


sifat-sifat

radiasi

elektromagnetik (Wolf, 1993).
Penginderaan jauh menggunakan data berupa citra dan non citra dengan
keluaran terbaru untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Laju perubahan
permukaan bumi yang setiap saat semakin cepat, mengharuskan adanya data yang
lebih baru lagi sehingga satelit melakukan perekaman kembali pada daerah yang
dibutuhkan. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya yang relatif besar, sehingga
masih banyak data lama yang digunakan oleh para pengguna dalam perolehan
informasi. Selain itu, kegiatan perekaman yang dilakukan oleh satelit sangat
dipengaruhi oleh alam, seperti keberadaan awan, hujan yang dapat menyebabkan
citra yang dihasilkan rusak atau cacat, sehingga tidak dapat digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara

12


kegiatan interpretasi. Kesalahan juga dapat terjadi pada manusia sebagai
pengguna ketika sedang melakukan interpretasi dengan menggunakan konsep
penginderaan jauh (Riswan, 2001).
Aplikasi data-data Penginderaan jauh lebih banyak dilakukan untuk
identifikasi, deteksi, inventarisasi dan atau pemantauan sumber daya alam dan
lingkungan tetapi aspek ketelitian geometris sebagai akibat proses koreksi
geometris dan resampling jarang disinggung. Demikian juga untuk citra Landsat
TM dan citra Radarsat. Untuk melakukan koreksi geometris citra diperlukan
adanya titik-titik kontrol tanah yang dapat diidentifikasi pada citra. Tetapi jumlah
titik kontrol tanah yang dibutuhkan untuk koreksi geometris agar menghasilkan
ketelitian yang tinggi belum diketahui, demikian juga dengan metode transformasi
yang

dapat

menghasilkan

kesalahan

yang

minimal

belum

diketahui.

Peta merupakan sumber data yang banyak digunakan untuk berbagai kepentingan.
Pemerintah membutuhkan peta sebagai data dasar dalam pembuatan rencana kerja
mereka berkaitan dengan kebijakan yang menyangkut wilayah mereka.
(Rusdi, 2005).
Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) dalam Wijaya (2005) penginderaan
jauh meliputi dua proses utama yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen
proses pengumpulan data meliputi : a) sumber energi, b) perjalanan energi melalui
atmosfer, c) interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, d) sensor
wahana pesawat terbang dan/atau satelit, e) hasil pembentukan data dalam bentuk
piktoral dan/atau bentuk numerik. Singkatnya, kita menggunakan sensor untuk
merekam berbagai variasi pancaran dan pantulan energi elektromagnetik oleh
kenampakan di muka bumi. Proses analisis data meliputi pengujian data dengan

Universitas Sumatera Utara

13

menggunakan alat interpretasi dan alat pengamamatan untuk menganalisis data
piktoral, dan komputer untuk menganalisis data sensor numerik dengan dibantu
oleh data rujukan tentang sumberdaya yang dipelajari.

Aplikasi Penginderaan Jauh
Penggunaan data penginderaan jauh semakin populer dalam berbagai
aplikasinya. Ada enam alasan yang dikemukakan oleh Sutanto dalam Pratondo
(2001) mengapa penginderaan jauh semakin populer yaitu:
1. Citra menggambarkan obyek dan daerah yang mirip ujudnya dengan yang
ada di permukaan bumi
2. Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi
3. Karakteristik obyek yang tampak oleh mata dapat diwujudkan dalam
bentuk citra
4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit di
jelajahi secara terestrial
5. Citra merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana
6. Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek sehingga
memungkinkan untuk pemantauan suatu daerah
Salah satu bentuk aplikasi penginderaan jauh adalah untuk menentukan
bentuk - bentuk penutupan lahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik tertentu. Salah satu teknik dalam menentukan bentuk penutupan lahan
adalah dengan menggunakan cara klasifikasi citra. Klasifikasi citra merupakan
serangkaian tugas untuk merubah data digital menjadi kelas tertentu yang khasdan
dapat memberikan informasi.

Universitas Sumatera Utara

14

Keterkaitan Sistem Informasi Geografis ( SIG ) dan Penginderaan Jauh
Howard (1996) menyatakan keterkaitan SIG dan penginderaan jauh adalah
sebagai berikut, informasi yang diturunkan dari analisis citra penginderaan jauh
dilakukan untuk diintegrasikan dengan data yang disimpan dalam bank data SIG.
Tujuan utama integrasi penginderaan jauh dan SIG berasal dari ahli penginderaan
jauh. Keinginan ini ditunjukkan dalam pertumbuhan jumlah sistem analisis citra
digital berkapasitas kecil dengan kemampuan SIG. Biasanya masukkan dari data
penginderaan jauh (data rekaman) pada sistem SIG harus dilengkapi dengan
intervensi manusia padaanalisisnya. Dalam klasifikasi dan ketepatan letak,
analisis data penginderaan jauh lebih kasar dibandingkan klasifikasi yang
dibutuhkan oleh para pengguna SIG. Hal ini disebabkan ukuran piksel dari data
penginderaan jauh lebih kasar dari yang dibutuhkan di dalam sistem informasi
geografis. Meskipun pengenalan pola dengan komputer memenuhi persyaratan
beberapa kategori tematik, masalah dasar untuk sistem integrasi otomatis terletak
pada perbedaan-perbedaan yang ada antara konteks spasial citra yang diperlukan
interpretasi visual. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dalam perkembangan
integrasi penginderaan jauh dan SIG adalah estimasi bahwa aliran data memiliki
arah (dari sistem analisis penginderaan jauh ke sistem informasi geografis) yang
sama. Aliran yang sebaliknya tidak diinginkan, tetapi juga realistis diperlukan
dalam analisis penginderaan jauh. Hambatan utama terhadap pendekatan ini
adalah biaya untuk membuat basis data digital SIG.

Universitas Sumatera Utara

15

Sistem Satelit Ikonos
Ikonos adalah satelit milik space imaging (USA) yang diluncurkan bulan
September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000.
Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image
beresolusi tinggi 1 x 1 m. dengan kedetilan atau resolusi yang cukup tinggi ini
membuat satelit ini akan menyaingi pembuatan foto udara. Satelit berada pada
681 km di atas permukaan bumi waktu revolusinya 98 menit dan resolusi
temporalnya sekitar 3 hari. Ikonos adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi
yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan
sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m hitam-putih (Badan Geologi Jawa
Timur, 2007).
Keberadaan satelit IKONOS tidak terlepas dari karakteristik resolusinya.
Resolusi dapat diartikan sebagai kerincian info dari data penginderaan jauh.
Dalam konsep penginderaan jauh dikenal beberapa resolusi dari suatu satelit yaitu
resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiometrik dan resolusi temporal.
1. Resolusi Spasial
Resolusi spasial adalah unit terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan
bumi yang bisa dibedakan berdasarkan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang
ukurannya bisa diukur. Pada potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain
film (jumlah pasangan garis yang bisa dibedakan per mm) dan skala. Skala adalah
fungsi dari panjang fokus dan tinggi terbang. Grain film yang halus memberikan
detail obyek lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi) dibandingkan dengan grain
yang kasar. Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan resolusi yang
lebih tinggi.

Universitas Sumatera Utara

16

2. Resolusi Spektral
Resolusi spektral merupakan interval panjang gelombang khusus pada
spektrum elektromagnetik yang direkam oleh sensor, dimensi dan jumlah daerah
panjang gelombang yang sensitif terhadap sensor. Semakin sempit lebar interval
spektrum elektromagnetik maka resolusi spektral semakin tinggi. Resolusi
spektral berbanding terbalik dengan resolusi spasial. Semakin tinggi nilai resolusi
spektral, maka nilai resolusi spasialnya akan semakin kecil dan sebaliknya.
3. Resolusi Radiometrik
Resolusi radiometrik merupakan jumlah nilai data yang dimungkinkan
pada tiap band, ukuran sensitivitas sensor untuk membedakan aliran radiasi yang
dipantulkan atau diemisikan dari suatu obyek pada permukaan bumi.
4. Resolusi Temporal
Resolusi temporal merupakan frekwensi suatu sistem sensor dalam
merekam suatu areal yang sama, dengan kata lain resolusi temporal merupakan
lamanya suatu sistem sensor untuk merekam kembali bagian daerah yang sama
(Jaya,1997).

Interpretasi Citra Satelit
Interpretasi citra merupakan pembuatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek
tersebut. Didalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra dan berupaya
melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti
pentingnya obyek yang tergambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsir citra
berupaya

untuk

mengenali

obyek

yang

tergambar

pada

citra

dan

Universitas Sumatera Utara

17

menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi,
ekologi, dan disiplin ilmu lainnya (Sutanto, 1999).
Dalam mengidentifikasi obyek dalam penginderaan jauh secara visual
perlu dibantu dengan unsur-unsur intepretasi yang terdiri dari rona/warna, bentuk,
ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. Dalam analisis citra dikenal 8
macam unsur interpretasi citra, yaitu:
1. Warna dan Rona
Warna dan rona merupakan tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek.
Kontras warna dan sinar yang tegas dalam foto udara penting untuk
identifikasinya dan tanpa kontras unsur-unsur pengenal lainan lain yaitu ukuran,
bentuk, tekstur dan pola tidak bermanfaat.
2. Ukuran
Objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto, sebab apabila
skala citra berbeda maka ukuran sesuatu objek yang sama akan menjadi berbeda.
suatu objek dapat dibedakan dengan objek yang lain berdasarkan ukurannya,
sebab pada dasarnya ukuran setiap objek yang terdapat di permukaan bumi adalah
berbeda.
3. Bentuk
Merupakan kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka sesuatu
objek, sehingga bentuk dan ukuran sering berasosiasi sangat erat. Bentuk suatu
objek ssangat dipengaruhi juga oleh skala potret udara yang dipergunakan.
Semakin kecil skala potret maka akan semakin sukar mengenali suatu objek
demikian juga sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

18

4. Bayangan
Bayangan terjadi karena adanya sinar, bayangan yang terjadi sedikit
banyak akan mengikuti bentuk objeknya. Jadi bayangan dapat digunakan untuk
membedakan jenis suatu objek.
5. Tekstur
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona dalam citra foto atau
pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan, sehingga
sering dinyatakan dalam halus dan kasar. Tekstur merupakan hasil bentuk,
ukuran, pola, bayangan dan rona individual.
6. Pola
Merupakan

sebuah

karakteristik

makro

yang

digunakan

untuk

mendeskripsi tata ruang pada citra, termasuk di dalamnya pengulangan
penampakan-penampakan alami. Pola sering diasosiasikan dengan topografi,
tanah, iklim dan komunitas tanaman.
7. Lokasi / Situs
Setiap objek umumnya berlokasi atau di tempatkan pada lokasi yang
sesuai. Oleh karena itu ada hubungan antara lokasi dengan sesuatu jenis objek
tertentu. Contohnya semua bangunan yang melintas di atas sungai akan
dinamakan jembatan.
8. Asosiasi
Keterkaitan antara objek yang satu dengan yang lain dan adanya suatu
objek merupakan petunjuk adanya objek yang lain. Sering bentuk, rona, pola,
tekstur diasosiasikan dengan satu kelas objek yang tidak terekam atau kurang jelas
tergambar pada citra (Hardjoprajitno dan Saleh, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Sistem Informasi Geografis Penentuan Lokasi Hydrant Berbasis Web Dengan Metode Simple Additive Weighting di Wilayah Kota Medan

8 112 101

Studi Sistem Informasi Geografis (SIG) Bagi Perencanaan Penghijauan Di Kota Tebing Tinggi

1 68 58

Sistem Informasi Geografis Untuk Menentukan Rute Terpendek Menggunakan Algoritma Dijkstra Berbasis Web (Studi Kasus Pada Salah Satu Bimbingan Belajar Di Kota Medan)

10 104 128

Perencanaan Penghijauan Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kasus Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

6 84 63

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

3 29 65

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 11

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 2

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 4

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 2

Studi Sistem Informasi Geografis (SIG) Bagi Perencanaan Penghijauan Di Kota Tebing Tinggi

0 0 8