perlakuan lama perendaman dengan ZPT berpengaruh sangat nyata terhadap parameter panjang akar. Pemberian hormon IBA dengan lama perendaman 3 jam
menghasilkan akar yang lebih panjang daripada perlakuan tanpa perendaman, perendaman 1 jam dan perendaman 2 jam pada umur 4 MST dan 12 MST.
Hasil penelitian Sudarmi 2008 tentang kajian konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan stek jarak pagar
Jatropha curcas
L. menunjukkan bahwa
konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan setek jarak pagar pada konsentrasi 100 ppm dimana diperoleh kemunculan tunas tercepat yaitu
22,917 hari; tunas terpanjang yaitu 78,583 cm; akar terpanjang yaitu 3,917; daun terluas yaitu 185,373 cm dan berat brangkasan segar terbesar yaitu 203,583 g.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengujian statistik ternyata perlakuan hormon IBA pada stek pucuk Meranti Putih
Shorea montigena
efektif untuk meningkatkan persentasi jadi setek yang berakar. Pada tingkat konsentrasi
100 ppm, setek yang berakar dapat mencapai 83,33 persen. Ini berarti hormon IBA berpengaruh positif dalam merangsang perakaran setek pucuk Meranti Putih
Shorea montigena
, sehingga proses perakaran menjadi lebih cepat dan mantap. Dengan perakaran yang mantap setek dapat menyerap unsur hara dan air untuk
mempertahankan kondisinya agar tidak menjadi layu dan mati Irwanto, 2001. Dalam penelitian Suyanti,
et al
. 2013 pada tanaman keji beling
Strobilanthes crispus
Bl menunjukkan bahwa pemberian IBA 75 ppm dapat
meningkatkan berat basah tanaman yaitu 8.84 g dan panjang akar tanaman yaitu 21.70 cm. Pemberian IBA 100 ppm dapat menghasilkan jumlah daun terbanyak
yaitu 32.33 helai dan jumlah akar terbanyak yaitu 53.67 helai. Pemberian IBA 175 ppm dapat meningkatkan berat kering tanaman yaitu 1.93 g.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Hasanah,
et al.
2007 tentang pembentukan akar pada setek batang nilam
Pogostemon cablin
Benth. setelah direndam IBA pada
konsentrasi berbeda menunjukkan bahwa persentase keberhasilan setek tertinggi pada setek batang yaitu 100 yang dicapai pada konsentrasi 25 ppm.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 25 meter di atas permukaan laut
pada bulan Agustus sampai Oktober 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain bahan tanam cabang sekunder dari jambu air deli hijau dengan pucuk dan tanpa pucuk, top soil dan
kompos sebagai campuran media tanam, IBA
Indole Butyric Acid
sebagai perangsang pertumbuhan, fungisida Dithane M-45, air untuk menyiram setek,
polibag ukuran 15 x 20 cm + 1 kg tanah sebagai wadah tanam, paranet 65 sebagai naungan, bambu sebagai kerangka naungan dan rumah plastik, plastik
bening sebagai atap rumah plastik, label sebagai penanda perlakuan. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain gunting setek sebagai
alat menggunting bahan setek, cangkul untuk mengaduk media tanam, ayakan untuk mengayak media tanam, meteran sebagai alat untuk mengukur luas lahan,
mistar untuk mengukur panjang tunas, timbangan analitik sebagai alat untuk menimbang kebutuhan IBA, handsprayer sebagai alat untuk menyemprotkan
fungisida dan menyiram tanaman, gelas ukur sebagai alat untuk menghitung volume akar, beaker glass sebagai wadah IBA dan alat-alat tulis.
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Bahan Tanam Setek T terdiri atas 2 taraf, yaitu : T
1
= Cabang sekunder dengan pucuk T
2
= Cabang sekunder tanpa pucuk Faktor II : Konsentrasi IBA K yang terdiri atas 4 taraf, yaitu :
K = 0 ppm
K
1
= 50 ppm K
2
= 100 ppm K
3
= 150 ppm
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 8 kombinasi, yaitu : T
1
K T
1
K
1
T
1
K
2
T
1
K
3
T
2
K T
2
K
1
T
2
K
2
T
2
K
3
Jumlah ulangan Blok : 3 ulangan
Jumlah plot : 24 plot
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah tanamanplot : 10 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 240 tanaman
Jumlah sampelplot : 5 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 120 tanaman
Universitas Sumatera Utara
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :
Y
ijk
= µ + ρ
i
+ α
j
+ β
k
+ αβ
jk
+ ε
ijk
i = 1,2,3 j = 1,2 k = 1,2,3,4
Dimana: Y
ijk
: Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan bahan tanam T taraf ke-j dan perlakuan
konsentrasi IBA K
ke-k dan pada ulangan ke-i µ
: Nilai tengah ρ
i
: Efek dari blok ke-i α
j
: Efek perlakuan bahan tanam pada taraf ke-j β
k
: Efek perlakuan konsentrasi IBA pada taraf ke-k αβ
jk
: Interaksi antara perlakuan bahan tanam taraf ke-j dan perlakuan lama konsentrasi IBA taraf ke-k
ε
ijk
: Galat dari blok ke-i, perlakuan bahan tanam taraf ke-j dan perlakuan konsentrasi IBA taraf ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata, dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Rataan Duncan Berjarak Ganda dengan taraf 5
Bangun, 1991.
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembuatan plot, naungan dan rumah plastik. Areal lahan dibersihkan dari gulma kemudian lahan diukur dan dilakukan
pembuatan plot dengan ukuran plot setiap perlakuan 150 x 60 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm. Naungan dibuat dari paranet hitam
65 dan bambu sebagai tiang, dengan tinggi 2 m, panjang 7 m dan lebar 6 m. Rumah plastik dibuat dari plastik bening dan bambu sebagai tiang.
Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan adalah top soil : kompos 2:1. Media yang telah dibersihkan diayak terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penghomogenan. Media
disterilkan dengan mencampurkan larutan Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 gl air yang diaplikasikan 1 minggu sebelum setek disemaikan. Polibag yang
digunakan ukuran 15 x 20 cm + 1 kg tanah. Media tanam diisi hingga 5 cm dari permukaan polibag.
Pembuatan Bahan Setek
Bahan setek yang digunakan berasal dari cabang sekunder yang dibedakan menjadi 2 bahan tanam yaitu cabang sekunder dengan pucuk dan cabang sekunder
tanpa pucuk, dengan panjang setek + 20 cm terdiri atas 4 mata tunas. Ukuran besar cabang yang diambil sebesar kelingking, diameter sekitar 1 cm dengan
warna daun hijau tua. Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh 1 cm dari mata tunas
yang paling atas. Bagian atas setek yang lebih muda ditandai dengan potongan
Universitas Sumatera Utara
miring untuk menghindari genangan air pada bagian atas setek sedangkan bagian bawah setek dipotong mendatar.
Pemberian Larutan Stok IBA
Setelah pemotongan bahan setek berdasarkan kriteria, dilakukan pemberian larutan stok IBA. Pemberian larutan stok IBA dilakukan dengan cara
perendaman. Sebelum perendaman bagian bawah setek dipotong miring kemudian diikat sesuai perlakuan lalu direndam pada wadah berisi larutan IBA sesuai taraf
perlakuan yaitu konsentrasi IBA 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan direndam selama 2 jam dengan pangkal stek yang terendam sedalam 2 cm, kecuali pada perlakuan
konsentrasi IBA 0 ppm hanya direndam air.
Penanaman Setek
Setelah dilakukan perendaman pada larutan stok IBA, bahan tanam setek langsung ditanam kedalam media tanam yang telah dilubangi secara tugal dengan
kedalaman 5 cm, bagian pangkal setek dimasukkan ke dalam lubang tanam dan media tanam sekitar pangkal setek ditekan agar menjadi lebih padat, kemudian
disiram dengan air dan ditempatkan didalam rumah plastik dibawah naungan.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan kondisi media tanam dan kondisi lingkungan. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan alat berupa handsprayer.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan jika diperlukan, disesuaikan dengan keadaan pertanaman. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut rumput
Universitas Sumatera Utara
didalam polibek dan pada plot tanaman.
Pengamatan Parameter Waktu Muncul Tunas HST
Waktu muncul tunas dilakukan dengan mengamati secara visual tunas yang muncul dari seluruh perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga
75 setek bertunas kemudian dirata - ratakan.
Persentase Setek Bertunas
Persentase setek bertunas dihitung dengan membandingkan antara jumlah setek yang menghasilkan tunas dan akar normal dengan jumlah setek yang
ditanam. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian. Persentase Setek Bertunas =
Jumlah stek tumbuh Jumlah stek yang ditanam
x 100
Panjang Tunas cm
Pengukuran panjang tunas diukur mulai dari pangkal tunas yang telah diberi tanda sampai titik tumbuh dengan menggunakan penggaris lalu dirata -
ratakan. Data parameter panjang tunas diambil pada akhir penelitian pada tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Jumlah Akar helai
Jumlah akar dihitung per helaian akar yang tumbuh pada tiga sampel destruktif dari setiap perlakuan, pengambilan data dilakukan pada akhir
penelitian.
Panjang Akar cm
Panjang akar dihitung dari akar terpanjang dengan menggunakan penggaris, pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada tiga sampel
destruktif di setiap perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
Volume Akar ml
Volume akar dihitung dengan terlebih dahulu mengeluarkan tanaman dari polibag dengan cara memasukkan polibag ke dalam ember berisi air, kemudian
mengoyak polibag dan membersihkan perakaran tanaman dari sisa media tanam secara perlahan dengan menggunakan air mengalir, lalu memotong bagian akar
tanaman kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi air. Volume akar merupakan selisih volume air setelah akar dimasukkan dengan volume air
sebelum akar dimasukkan. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Volume akar diperoleh dengan rumus : Volume akar ml = Volume
2
ml – Volume
1
ml dengan :
Volume
1
= Volume sebelum akar dimasukkan kedalam air Volume
2
= Volume setelah akar dimasukkan kedalam air
Bobot Kering Tunas g
Pengamatan bobot kering tunas dilakukan setelah kegiatan pengamatan parameter yang lain berakhir dengan memisahkan bagian tunas sesuai perlakuan
kemudian dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 65 C selama 24 jam lalu
ditimbang dengan timbangan analitik. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Bobot Kering Akar g
Pengamatan bobot kering akar dilakukan setelah kegiatan pengamatan parameter yang lain berakhir dengan memisahkan bagian akar sesuai perlakuan
kemudian dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 65 C selama 24 jam lalu
Universitas Sumatera Utara
ditimbang dengan timbangan analitik. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan hasil dari sidik ragam Lampiran 5-22 diketahui bahwa perlakuan bahan tanam setek berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar.
Pemberian konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap parameter volume akar, jumlah akar, rata
– rata panjang akar, dan bobot kering akar. Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap
parameter jumlah akar dan rata – rata panjang tunas.
Waktu Muncul Tunas HST
Data pengamatan dan hasil sidik ragam waktu muncul tunas bibit jambu air deli hijau Lampiran 5 - 7, menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek,
konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap waktu muncul tunas.
Waktu muncul tunas bibit jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Waktu muncul tunas HST setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 36,67
29,33 21,67
34,00 30,42
T
2
tanpa pucuk 33,33
25,67 23,33
32,00 28,58
Rataan 35,00
27,50 22,50
33,00 29,50
Tabel 1. menunjukkan waktu muncul tunas setek jambu air deli hijau cenderung lebih cepat pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
yaitu 28,58 HST yang berbeda tidak nyata dengan bahan tanam setek dengan
pucuk T
1
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. juga menunjukkan waktu muncul tunas jambu air deli hijau cenderung lebih cepat pada pemberian IBA 100 ppm K
2
yaitu 22,50 HST yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Persentase bertunas
Data pengamatan dan hasil sidik ragam persentase bertunas setek jambu air deli hijau Lampiran 8 dan 9, menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam
setek dan konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bertunas.
Persentase bertunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase bertunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 80,00
83,33 80,00
80,00 80,83
T
2
tanpa pucuk 73,33
80,00 96,67
86,67 84,17
Rataan 76,67
81,67 88,33
83,33 82,50
Tabel 2. menunjukkan persentase bertunas setek jambu air deli hijau
cenderung lebih tinggi pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
yaitu 84,17 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan setek dengan pucuk T
1
. Tabel 2. juga menunjukkan persentase bertunas setek jambu air deli hijau
cenderung tertinggi pada pemberian IBA 100 ppm K
2
yaitu 88,33 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Panjang Tunas cm
Data pengamatan dan hasil sidik ragam panjang tunas setek jambu air deli hijau lampiran 10 dan 11 menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek dan
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi IBA berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tunas, namun interaksi perlakuan berpengaruh nyata.
Panjang tunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Panjang tunas cm setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 11,13 ab
11,60 a 8,97 ab
7,79 b 9,87
T
2
tanpa pucuk 11,19 ab
8,37 ab 11,26 ab 11,21 ab 10,51
Rataan 11,16
9,98 10,11
9,50 10,19
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kelompok baris atau kolom menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 3. menunjukkan tunas terpanjang setek jambu air deli hijau pada penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk T
1
tertinggi diperoleh pada perlakuan konsentrasi IBA 50 ppm K
1
yaitu 11,60 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K
dan K
2
tetapi berbeda nyata dengan K
3
. Tabel 3. juga menunjukkan tunas terpanjang setek jambu air deli hijau
pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
tertinggi diperoleh pada perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm K
2
yaitu 11,26 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Kurva respon panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Kurva respon panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan
konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam
Gambar 1. menunjukkan bahwa hubungan panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek dengan pucuk
menunjukkan hubungan kubik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 125 ppm dengan panjang tunas setek jambu air deli hijau adalah
8.24 cm. Gambar 1. menunjukkan bahwa hubungan panjang tunas setek jambu air
deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek tanpa pucuk menunjukkan hubungan kubik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA
adalah 145 ppm dengan panjang tunas setek jambu air deli hijau adalah 16.85 cm.
Jumlah Akar helai
Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah akar setek jambu air deli hijau Lampiran 12 dan 13 menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek,
pemberian konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah akar.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah akar helai setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 8,11 de
11,00 c 15,44 b
5,11 f 9,92
T
2
tanpa pucuk 9,67 cd
14,00 b 22,22 a
6,11 ef 13,00
Rataan 8,89
12,50 18,83
5,61 11,46
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 4. menunjukkan jumlah akar setek jambu air deli hijau pada penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk T
1
terbanyak diperoleh pada perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm K
2
yaitu 15,44 helai yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 4. juga menunjukkan jumlah akar setek jambu air deli hijau pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
terbanyak diperoleh pada perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm K
2
yaitu 22,22 helai yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Kurva respon jumlah akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Kurva respon jumlah akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam
Gambar 2. menunjukkan bahwa hubungan jumlah akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek dengan pucuk
menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 75,45 ppm dengan jumlah akar setek jambu air deli hijau adalah
19,64 helai. Gambar 2. menunjukkan bahwa hubungan jumlah akar setek jambu air
deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek tanpa pucuk menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi
IBA adalah 72,76 ppm dengan jumlah akar setek jambu air deli hijau adalah 14,17 helai.
Panjang Akar cm
Data pengamatan dan hasil sidik ragam panjang akar setek jambu air deli hijau Lampiran 14 dan 15 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
IBA berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Perlakuan bahan tanam setek dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar.
Panjang akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Panjang akar cm setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 8,47
7,88 8,51
9,19 8,51
T
2
tanpa pucuk 8,37
8,13 11,00
9,01 9,13
Rataan 8,42 b
8,01 b 9,76 a
9,10 ab 8,82
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 5. menunjukkan akar setek jambu air deli hijau terpanjang pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm K
2
yaitu 9,76 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan K
dan K
1
, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan K
3
. Tabel 5. juga menunjukkan akar setek jambu air deli hijau cenderung lebih
panjang diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
yaitu 9,13 cm yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan
pucuk T
1
. Kurva respon panjang akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi
IBA dapat dilihat pada Gambar 3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Kurva respon panjang akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA
Gambar 3. menunjukkan bahwa hubungan panjang akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kubik dimana nilai
optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 108,33 ppm dengan jumlah akar setek jambu air deli hijau adalah 9,51 cm.
Volume Akar ml
Data pengamatan dan hasil sidik ragam volume akar setek jambu air deli hijau Lampiran 16 dan 17 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi
IBA berpengaruh nyata terhadap volume akar. Perlakuan bahan tanam setek dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar.
Volume akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Volume akar ml setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 2,22
2,11 2,89
1,89 2,28
T
2
tanpa pucuk 1,89
2,56 3,11
2,00 2,39
Rataan 2,06 bc
2,33 b 3,00 a
1,94 c 2,33
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 6. menunjukkan volume akar setek jambu air deli hijau terbesar diperoleh pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm K
2
yaitu 3,00 ml yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 6. juga menunjukkan volume akar setek jambu air deli hijau cenderung lebih besar diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk
T
2
yaitu 2,39 ml yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk T
1
. Kurva respon volume akar setek jambu air deli hijau dengan pemberian
konsentrasi IBA dapat dilihat pada Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Kurva respon volume akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA
Gambar 4. menunjukkan bahwa hubungan volume akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai
optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 103.5 ppm dengan volume akar setek jambu air deli hijau adalah 3.01 ml.
Bobot Kering Tunas g
Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering tunas setek jambu air deli hijau Lampiran 18 - 19, menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek,
konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tunas.
Bobot kering tunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Bobot kering tunas g setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 0,89
0,77 0,95
0,84 0,86
T
2
tanpa pucuk 0,89
0,79 1,13
0,76 0,89
Rataan 0,89
0,78 1,04
0,80 0,88
Tabel 7. menunjukkan bobot kering tunas jambu air deli hijau cenderung lebih besar pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
yaitu 0,89 g yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan
pucuk T
1
. Tabel 7. juga menunjukkan bobot kering tunas jambu air deli hijau
cenderung lebih besar pada pemberian IBA 100 ppm K
2
yaitu 1,04 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Bobot Kering Akar g
Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering akar setek jambu air deli hijau Lampiran 20 - 22, menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Perlakuan bahan tanam setek dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering akar. Bobot kering akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Bobot kering akar g setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda Bahan tanam setek
Konsentrasi IBA ppm Rataan
K K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 0,76
0,86 0,94
0,54 0,77
T
2
tanpa pucuk 0,65
0,79 1,37
0,66 0,87
Rataan 0,70 b
0,82 ab 1,15 a
0,60 b 0,82
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. menunjukkan bobot kering akar setek jambu air deli hijau terbesar diperoleh pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm K
2
yaitu 1,15 g yang berbeda tidak nyata dengan K
1
tetapi berbeda nyata dengan K dan K
3
. Tabel 8. juga menunjukkan bobot kering akar setek jambu air deli hijau
cenderung lebih besar diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
yaitu 0,87 g yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk T
1
. Kurva respon bobot kering akar setek jambu air deli hijau dengan
konsentrasi IBA dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kurva respon bobot kering akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA
Gambar 5. menunjukkan bahwa hubungan bobot kering akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kuadratik dimana
nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 72,14 ppm dengan bobot kering akar setek jambu air deli hijau adalah 24,92 g.
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan Pengaruh bahan tanam setek terhadap pertumbuhan setek jambu air deli
hijau
Syzygium samarangense
Blume Merr. Perry
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui, perlakuan bahan tanam setek berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar, dimana jumlah akar tertinggi
terdapat pada perlakuan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
yaitu 13,00 helai dan terendah terdapat pada bahan tanam setek dengan pucuk T
1
yaitu 9,92 helai. Hal ini terjadi karena bahan tanam setek dengan pucuk cenderung lebih cepat muncul
tunasnya karena auksin ditemukan dibagian pucuk tanaman, sehingga bahan tanam dengan pucuk mempunyai kemampuan menumbuhkan tunas yang lebih
cepat. Hal ini tentu akan berkorelasi positif terhadap parameter jumlah akar disebabkan oleh kecepatan perkembangan tajuk yang lebih dulu pada bahan tanam
dengan pucuk sehingga berpengaruh terhadap proses perkembangan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tohari 1992 yang menyatakan bahwa
pertumbuhan tunas dibatasi oleh suatu bagian yang relatif lebih besar akar, maka karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis akan digunakan oleh tunas itu sendiri,
dengan akibat berupa pertumbuhan akar secara relatif akan lebih tertekan daripada perkembangan tunas.
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui, perlakuan bahan tanam setek berpengaruh tidak nyata terhadap parameter waktu muncul tunas, persentase
bertunas, panjang tunas, panjang akar, volume akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar tetapi cenderung lebih tinggi pada perlakuan bahan tanam setek tanpa
pucuk T
2
. Hal ini disebabkan bahan tanam setek dengan pucuk mempunyai daun yang lebih luas permukaannya dan masih muda yang menyebabkan proses
transpirasi lebih besar dan respirasi lebih tinggi sehingga mengurangi cadangan
Universitas Sumatera Utara
makanan yang ada. Kerusakan akibat respirasi yang tinggi tidak mampu diatasi hanya dengan adanya auksin endogen pada pucuk tanaman untuk mampu lebih
cepat bertunas dan menumbuhkan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto 2001 yang menyatakan bahwa setek pucuk adalah bagian tanaman yang muda
sehingga mempunyai proses transpirasi yang besar dan stek mudah kehilangan air dan menjadi keringmati.
Pengaruh pemberian konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan setek jambu air deli hijau
Syzygium samarangense
Blume Merr. Perry
Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan pemberian konsentrasi IBA berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tunas dimana cenderung
lebih besar diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian IBA K . Hal ini
disebabkan hormon endogen yang terdapat pada bahan tanam sebenarnya sudah mampu menumbuhkan tunas, dimana tunas yang lebih dulu tumbuh akan lebih
panjang, sehingga tanpa pemberian IBA tunasnya juga akan cenderung lebih panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukmadi 2012 yang menyatakan
bahwa secara alamiah tanaman dapat mensintesis sendiri fitohormon auksin untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa pemberian IBA 100 ppm nyata meningkatkan jumlah akar, panjang akar, volume
akar, dan bobot kering akar. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menumbuhkan akar dibutuhkan tambahan auksin. Auksin biasanya ditemukan pada bagian pucuk
tanaman dan ditranslokasikan ke bagian lain yang membutuhkan. Dalam hal ini auksin pada bagian pucuk hanya mampu menumbuhkan tunas lebih dulu dan lebih
panjang tetapi jumlah auksin tersebut tidak mencukupi untuk mendorong pertumbuhan akar sehingga penambahan IBA 100 ppm nyata lebih meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan akar. Hal ini sesuai dengan literatur Irwanto 2001 yang menyatakan bahwa konsentrasi hormon IBA 100 ppm sangat efektif untuk
mempercepat proses perakaran sehingga stek mempunyai perakaran yang mantap dalam waktu singkat.
Pengaruh interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA terhadap pertumbuhan
setek jambu
air deli
hijau
Syzygium samarangense
Blume Merr. Perry
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
akar dan panjang tunas. Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah akar, dimana jumlah akar tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan T2K2 yaitu sebesar 22,22 helai dan terendah pada
kombinasi perlakuan T1K3 sebesar 5,11 helai. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
dengan pemberian IBA 100 ppm K
2
mampu menghasilkan jumlah akar yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya walaupun pemberian IBA bukan merupakan pemberian
konsentrasi terbesar, selain itu dapat pula dilihat bahwa bahan tanam setek tanpa pucuk mampu menghasilkan jumlah akar tertinggi karena respirasi yang terjadi
tidak terlalu tinggi sehingga cadangan makanan lebih besar yang dapat diguanakan untuk pembentukan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto
2001 yang menyatakan bahwa hormon auksin secara alami sudah terdapat dalam tanaman akan tetapi untuk lebih mempercepat proses perakaran stek maka perlu
ditambahkan dalam jumlah dan konsentrasi tertentu untuk dapat merangsang perakaran.
Universitas Sumatera Utara
Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas, dimana tunas terpanjang terdapat pada
kombinasi perlakuan T
1
K
1
yaitu 11,60 cm dan terendah pada kombinasi perlakuan T
1
K
3
sebesar 7,79 cm. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada perlakuan T
1
K
1
tunas sudah dapat tumbuh tanpa pemberian IBA karena pada bahan tanam setek dengan pucuk sudah terkandung auksin endogen, sehingga
dengan penambahan IBA 50 ppm sudah mampu memberikan pucuk yang lebih panjang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jumlah yang sangat kecil
penambahan IBA sudah mampu meningkatkan panjang tunas. Hal ini sesuai dengan literatur Irwanto 2001 yang menyatakan bahwa hormon auksin secara
alami sudah terdapat dalam tanaman. Didukung oleh Lawalata 2011 yang menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh aktif dalam konsentrasi rendah yang
merangsang, menghambat atau merubah pertumbuhan serta perkembangan tanaman secara kuantitatif dan kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Pertumbuhan setek jambu air deli hijau lebih baik menggunakan bahan tanam
setek tanpa pucuk daripada bahan tanam setek dengan pucuk. 2.
Pemberian IBA 100 ppm memberikan pertumbuhan setek jambu air deli hijau yang lebih baik daripada tanpa pemberian IBA ataupun pemberian IBA
50 ppm dan 150 ppm. 3.
Kombinasi perlakuan terbaik untuk pertumbuhan setek jambu air deli hijau adalah penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk dan pemberian IBA
100 ppm.
Saran
Disarankan penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk dan konsentrasi 100 ppm IBA untuk pertumbuhan setek jambu air deli hijau.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Al-Saif, A.M.H. 2011.
Effect Of Plant Growthregulators On Fruit Growth And Quality Development Of Syzygium Samarangense Water AppleWax
Apple
. Thesis. Faculty Of Science University Of Malaya Kuala Lumpur. Malaysia.
Aryo, K. A. 2012. Jambu Air Dalhari
Syzygium samarangense
. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Budianto, E. A., K. Badami., dan A. Arsyadmunir. 2013. Pengaruh Kombinasi Macam ZPT dengan Lama Perendaman yang Berbeda Terhadap
Keberhasilan Pembibitan Sirih Merah Piper crocatum Ruiz Pav Secara Stek. Agrovigor Vol. 6 No. 2 ISSN 1979 5777. Universitas
Trunojoyo, Madura.
Daulay, S.D. 2010. Pertumbuhan Setek Akar Sukun
Artocarpus communis
Forst. Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon. Skripsi. Program Studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Fanesa, A. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk Jeruk Kacang
Citrus Nobilis
L.. Jurusan