perlakuan  lama  perendaman  dengan  ZPT  berpengaruh  sangat  nyata  terhadap parameter panjang akar. Pemberian hormon IBA dengan lama perendaman 3 jam
menghasilkan  akar  yang  lebih  panjang  daripada  perlakuan  tanpa  perendaman, perendaman 1 jam dan perendaman 2 jam pada umur 4 MST dan 12 MST.
Hasil  penelitian  Sudarmi  2008  tentang  kajian  konsentrasi  IBA  terhadap pertumbuhan  stek  jarak  pagar
Jatropha  curcas
L.  menunjukkan  bahwa
konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan setek jarak pagar pada konsentrasi  100  ppm  dimana  diperoleh  kemunculan  tunas  tercepat  yaitu
22,917 hari; tunas terpanjang  yaitu 78,583 cm; akar terpanjang yaitu 3,917; daun terluas yaitu 185,373 cm dan berat brangkasan segar terbesar yaitu 203,583 g.
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  analisis  pengujian  statistik  ternyata perlakuan hormon IBA pada stek pucuk Meranti Putih
Shorea montigena
efektif untuk  meningkatkan  persentasi  jadi  setek  yang  berakar.  Pada  tingkat  konsentrasi
100  ppm,  setek  yang  berakar  dapat  mencapai  83,33  persen.  Ini  berarti  hormon IBA berpengaruh positif dalam merangsang perakaran setek pucuk Meranti Putih
Shorea  montigena
, sehingga proses  perakaran  menjadi  lebih cepat  dan  mantap. Dengan  perakaran  yang  mantap  setek  dapat  menyerap  unsur  hara  dan  air  untuk
mempertahankan kondisinya agar tidak menjadi layu dan mati Irwanto, 2001. Dalam  penelitian  Suyanti,
et  al
.  2013  pada  tanaman  keji  beling
Strobilanthes  crispus
Bl menunjukkan  bahwa  pemberian  IBA  75  ppm  dapat
meningkatkan berat  basah tanaman  yaitu 8.84  g  dan panjang akar tanaman  yaitu 21.70  cm.  Pemberian  IBA  100  ppm  dapat  menghasilkan  jumlah  daun  terbanyak
yaitu 32.33 helai dan jumlah akar terbanyak yaitu 53.67 helai. Pemberian IBA 175 ppm dapat meningkatkan berat kering tanaman yaitu 1.93 g.
Universitas Sumatera Utara
Hasil  penelitian  Hasanah,
et  al.
2007  tentang  pembentukan  akar  pada setek  batang  nilam
Pogostemon  cablin
Benth.  setelah  direndam  IBA  pada
konsentrasi  berbeda  menunjukkan  bahwa  persentase  keberhasilan  setek  tertinggi pada setek batang yaitu 100  yang dicapai pada konsentrasi 25 ppm.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera  Utara,  Medan  dengan  ketinggian  +  25  meter  di  atas  permukaan  laut
pada bulan Agustus sampai Oktober 2015.
Bahan dan Alat
Bahan  yang  digunakan  dalam  penelitian  antara  lain  bahan  tanam  cabang sekunder  dari  jambu  air  deli  hijau  dengan  pucuk  dan  tanpa  pucuk,  top  soil  dan
kompos  sebagai  campuran  media  tanam,  IBA
Indole  Butyric  Acid
sebagai perangsang  pertumbuhan,  fungisida  Dithane  M-45,  air  untuk  menyiram  setek,
polibag  ukuran  15  x  20  cm  +  1  kg  tanah  sebagai  wadah  tanam,  paranet  65 sebagai  naungan,  bambu  sebagai  kerangka  naungan  dan  rumah  plastik,  plastik
bening sebagai atap rumah plastik, label sebagai penanda perlakuan. Alat  yang  digunakan  dalam  penelitian  antara  lain  gunting  setek  sebagai
alat  menggunting  bahan  setek,  cangkul  untuk  mengaduk  media  tanam,  ayakan untuk  mengayak  media  tanam,  meteran  sebagai  alat  untuk  mengukur  luas  lahan,
mistar  untuk  mengukur  panjang  tunas,  timbangan  analitik  sebagai  alat  untuk menimbang  kebutuhan  IBA,  handsprayer  sebagai  alat  untuk  menyemprotkan
fungisida  dan  menyiram  tanaman,  gelas  ukur  sebagai  alat  untuk  menghitung volume akar, beaker glass sebagai wadah IBA dan alat-alat tulis.
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian
Penelitian  ini  menggunakan  Rancangan  Acak  Kelompok  RAK  dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Bahan Tanam Setek T terdiri atas 2 taraf, yaitu : T
1
= Cabang sekunder dengan pucuk T
2
= Cabang sekunder tanpa pucuk Faktor II : Konsentrasi IBA K yang terdiri atas 4 taraf, yaitu :
K = 0 ppm
K
1
= 50 ppm K
2
= 100 ppm K
3
= 150 ppm
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 8 kombinasi, yaitu : T
1
K T
1
K
1
T
1
K
2
T
1
K
3
T
2
K T
2
K
1
T
2
K
2
T
2
K
3
Jumlah ulangan Blok : 3 ulangan
Jumlah plot : 24 plot
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah tanamanplot : 10 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 240 tanaman
Jumlah sampelplot : 5 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 120 tanaman
Universitas Sumatera Utara
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :
Y
ijk
= µ + ρ
i
+ α
j
+ β
k
+ αβ
jk
+ ε
ijk
i = 1,2,3       j = 1,2     k = 1,2,3,4
Dimana: Y
ijk
:  Hasil  pengamatan  pada  blok  ke-i  akibat  perlakuan  bahan  tanam  T  taraf  ke-j dan perlakuan
konsentrasi IBA K
ke-k dan pada ulangan ke-i µ
:  Nilai tengah ρ
i
:  Efek dari blok ke-i α
j
:  Efek perlakuan bahan tanam pada taraf ke-j β
k
:  Efek perlakuan konsentrasi IBA pada taraf ke-k αβ
jk
:  Interaksi  antara  perlakuan  bahan  tanam  taraf  ke-j  dan  perlakuan  lama konsentrasi IBA taraf ke-k
ε
ijk
: Galat dari blok ke-i, perlakuan bahan tanam taraf ke-j dan perlakuan konsentrasi IBA taraf ke-k
Terhadap  sidik  ragam  yang  nyata,  dilakukan    analisis  lanjutan  dengan menggunakan  Uji  Beda  Rataan  Duncan  Berjarak  Ganda  dengan  taraf  5
Bangun, 1991.
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Persiapan  lahan  meliputi  pembuatan  plot,  naungan  dan  rumah  plastik. Areal  lahan  dibersihkan  dari  gulma  kemudian  lahan  diukur  dan  dilakukan
pembuatan  plot  dengan  ukuran  plot  setiap  perlakuan  150  x  60  cm  dengan  jarak antar plot  30 cm  dan jarak antar blok  50 cm.  Naungan dibuat dari paranet  hitam
65    dan  bambu  sebagai  tiang,  dengan  tinggi  2  m,  panjang  7  m  dan  lebar  6  m. Rumah plastik dibuat dari plastik bening dan bambu sebagai tiang.
Persiapan Media Tanam
Media  yang  digunakan  adalah  top  soil  :  kompos  2:1.  Media  yang  telah dibersihkan diayak terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penghomogenan. Media
disterilkan dengan mencampurkan larutan Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 gl air  yang  diaplikasikan  1  minggu  sebelum  setek  disemaikan.  Polibag  yang
digunakan ukuran 15 x 20 cm + 1 kg tanah. Media tanam diisi hingga 5 cm dari permukaan polibag.
Pembuatan Bahan Setek
Bahan setek yang digunakan berasal dari cabang sekunder yang dibedakan menjadi 2 bahan tanam yaitu cabang sekunder dengan pucuk dan cabang sekunder
tanpa  pucuk,  dengan  panjang  setek  +  20  cm  terdiri  atas  4  mata  tunas.  Ukuran besar  cabang  yang  diambil  sebesar  kelingking,  diameter  sekitar  1  cm  dengan
warna daun hijau tua. Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh 1 cm dari mata tunas
yang  paling  atas.  Bagian  atas  setek  yang  lebih  muda  ditandai  dengan  potongan
Universitas Sumatera Utara
miring untuk menghindari genangan air pada bagian atas setek sedangkan bagian bawah setek dipotong mendatar.
Pemberian Larutan Stok IBA
Setelah  pemotongan  bahan  setek  berdasarkan  kriteria,  dilakukan pemberian  larutan  stok  IBA.  Pemberian  larutan  stok  IBA  dilakukan  dengan  cara
perendaman. Sebelum perendaman bagian bawah setek dipotong miring kemudian diikat sesuai perlakuan lalu direndam pada wadah berisi larutan IBA sesuai taraf
perlakuan yaitu konsentrasi IBA 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan direndam selama 2 jam dengan pangkal stek yang terendam sedalam 2 cm, kecuali pada perlakuan
konsentrasi IBA 0 ppm hanya direndam air.
Penanaman Setek
Setelah  dilakukan  perendaman  pada  larutan  stok  IBA,  bahan  tanam  setek langsung ditanam kedalam media tanam yang telah dilubangi secara tugal dengan
kedalaman  5  cm,  bagian  pangkal  setek  dimasukkan  ke  dalam  lubang  tanam  dan media  tanam  sekitar  pangkal  setek  ditekan  agar  menjadi  lebih  padat,  kemudian
disiram dengan air dan ditempatkan didalam rumah plastik dibawah naungan.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman  dilakukan  dua  kali  sehari  yaitu  pada  pagi  dan  sore  hari  atau disesuaikan  dengan  kondisi  media  tanam  dan  kondisi  lingkungan.  Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan alat berupa handsprayer.
Penyiangan
Penyiangan  dilakukan  jika  diperlukan,  disesuaikan  dengan  keadaan pertanaman.  Penyiangan  dilakukan   secara   manual   dengan   mencabut rumput
Universitas Sumatera Utara
didalam polibek dan pada plot tanaman.
Pengamatan Parameter Waktu Muncul Tunas HST
Waktu  muncul  tunas  dilakukan  dengan  mengamati  secara  visual  tunas yang  muncul  dari  seluruh  perlakuan.  Pengamatan  dilakukan  setiap  hari  hingga
75  setek bertunas kemudian dirata - ratakan.
Persentase Setek Bertunas
Persentase setek bertunas dihitung dengan membandingkan antara jumlah setek  yang  menghasilkan  tunas  dan  akar  normal  dengan  jumlah  setek  yang
ditanam. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian. Persentase Setek Bertunas =
Jumlah stek tumbuh Jumlah stek yang ditanam
x 100
Panjang Tunas cm
Pengukuran  panjang  tunas  diukur  mulai  dari  pangkal  tunas  yang  telah diberi  tanda  sampai  titik  tumbuh  dengan  menggunakan  penggaris  lalu  dirata  -
ratakan.  Data  parameter  panjang  tunas  diambil  pada  akhir  penelitian  pada  tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Jumlah Akar helai
Jumlah  akar  dihitung  per  helaian  akar  yang  tumbuh  pada  tiga  sampel destruktif  dari  setiap  perlakuan,  pengambilan  data  dilakukan  pada  akhir
penelitian.
Panjang Akar cm
Panjang  akar  dihitung  dari  akar  terpanjang  dengan  menggunakan penggaris,  pengambilan  data  dilakukan  pada  akhir  penelitian  pada  tiga  sampel
destruktif di setiap perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
Volume Akar ml
Volume akar dihitung dengan terlebih dahulu mengeluarkan tanaman dari polibag  dengan  cara  memasukkan  polibag  ke  dalam  ember  berisi  air,  kemudian
mengoyak  polibag  dan  membersihkan  perakaran  tanaman  dari  sisa  media  tanam secara  perlahan  dengan  menggunakan  air  mengalir,  lalu  memotong  bagian  akar
tanaman kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi air. Volume akar merupakan  selisih  volume  air  setelah  akar  dimasukkan  dengan  volume  air
sebelum akar dimasukkan. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Volume akar diperoleh dengan rumus : Volume akar ml = Volume
2
ml – Volume
1
ml dengan :
Volume
1
= Volume sebelum akar dimasukkan kedalam air Volume
2
= Volume setelah akar dimasukkan kedalam air
Bobot Kering Tunas g
Pengamatan  bobot  kering  tunas  dilakukan  setelah  kegiatan  pengamatan parameter  yang  lain  berakhir  dengan  memisahkan  bagian  tunas  sesuai  perlakuan
kemudian  dikeringkan  dengan  cara  dioven  pada  suhu  65 C  selama  24  jam  lalu
ditimbang  dengan  timbangan  analitik.  Pengambilan  data  dilakukan  pada  akhir penelitian pada tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Bobot Kering Akar g
Pengamatan  bobot  kering  akar  dilakukan  setelah  kegiatan  pengamatan parameter  yang  lain  berakhir  dengan  memisahkan  bagian  akar  sesuai  perlakuan
kemudian  dikeringkan  dengan  cara  dioven  pada  suhu  65 C  selama  24  jam  lalu
Universitas Sumatera Utara
ditimbang  dengan  timbangan  analitik.  Pengambilan  data  dilakukan  pada  akhir penelitian pada tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan  hasil  dari  sidik  ragam  Lampiran  5-22  diketahui  bahwa perlakuan bahan tanam setek berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar.
Pemberian  konsentrasi  IBA  berpengaruh  nyata  terhadap  parameter  volume  akar, jumlah  akar,  rata
–  rata  panjang  akar,  dan  bobot  kering  akar.  Interaksi  antara bahan  tanam  setek  dan  pemberian  konsentrasi  IBA  berpengaruh  nyata  terhadap
parameter jumlah akar dan rata – rata panjang tunas.
Waktu Muncul Tunas HST
Data  pengamatan  dan  hasil  sidik  ragam  waktu  muncul  tunas  bibit  jambu air deli hijau Lampiran 5 - 7, menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek,
konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap waktu muncul tunas.
Waktu  muncul  tunas  bibit  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel  1.  Waktu  muncul  tunas  HST  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 36,67
29,33 21,67
34,00 30,42
T
2
tanpa pucuk 33,33
25,67 23,33
32,00 28,58
Rataan 35,00
27,50 22,50
33,00 29,50
Tabel  1.  menunjukkan  waktu  muncul  tunas  setek  jambu  air  deli  hijau cenderung lebih cepat pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
yaitu 28,58  HST  yang  berbeda  tidak  nyata  dengan  bahan  tanam  setek  dengan
pucuk T
1
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel  1.  juga  menunjukkan  waktu  muncul  tunas  jambu  air  deli  hijau cenderung lebih cepat pada pemberian IBA 100 ppm K
2
yaitu 22,50 HST yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Persentase bertunas
Data  pengamatan  dan  hasil  sidik  ragam  persentase  bertunas  setek  jambu air  deli  hijau  Lampiran  8  dan  9,  menunjukkan  bahwa  perlakuan  bahan  tanam
setek  dan  konsentrasi  IBA  serta  interaksi  keduanya  berpengaruh  tidak  nyata terhadap persentase bertunas.
Persentase  bertunas  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase bertunas  setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 80,00
83,33 80,00
80,00 80,83
T
2
tanpa pucuk 73,33
80,00 96,67
86,67 84,17
Rataan 76,67
81,67 88,33
83,33 82,50
Tabel  2.  menunjukkan  persentase  bertunas  setek  jambu  air  deli  hijau
cenderung  lebih  tinggi  pada  penggunaan  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk  T
2
yaitu  84,17    yang  berbeda  tidak  nyata  dengan  perlakuan  setek  dengan pucuk T
1
. Tabel 2. juga menunjukkan persentase bertunas setek jambu air deli hijau
cenderung  tertinggi  pada  pemberian  IBA  100  ppm  K
2
yaitu  88,33    yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Panjang Tunas cm
Data pengamatan dan hasil sidik ragam panjang tunas setek jambu air deli hijau lampiran 10 dan 11 menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek dan
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi  IBA  berpengaruh  tidak  nyata  terhadap  parameter  panjang  tunas, namun interaksi perlakuan berpengaruh nyata.
Panjang  tunas  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan  bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel  3.  Panjang tunas  cm  setek jambu  air deli hijau  pada  pemberian  IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 11,13 ab
11,60 a 8,97 ab
7,79 b 9,87
T
2
tanpa pucuk 11,19 ab
8,37 ab   11,26 ab    11,21 ab 10,51
Rataan 11,16
9,98 10,11
9,50 10,19
Keterangan  :  Angka  yang  diikuti  oleh  notasi  yang  berbeda  pada  kelompok  baris  atau  kolom menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Tabel  3.  menunjukkan  tunas  terpanjang  setek  jambu  air  deli  hijau  pada penggunaan  bahan  tanam  setek  dengan  pucuk  T
1
tertinggi  diperoleh  pada perlakuan konsentrasi IBA 50 ppm K
1
yaitu 11,60 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K
dan K
2
tetapi berbeda nyata dengan K
3
. Tabel  3.  juga  menunjukkan  tunas  terpanjang  setek  jambu  air  deli  hijau
pada  penggunaan  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk  T
2
tertinggi  diperoleh  pada perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm K
2
yaitu 11,26 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Kurva respon panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar  1.  Kurva  respon  panjang  tunas  setek  jambu  air  deli  hijau  dengan
konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam
Gambar  1.  menunjukkan  bahwa  hubungan  panjang  tunas  setek  jambu  air deli  hijau  dengan  konsentrasi  IBA  pada  bahan  tanam  setek  dengan  pucuk
menunjukkan hubungan kubik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah  125  ppm  dengan  panjang  tunas  setek  jambu  air  deli  hijau  adalah
8.24 cm. Gambar  1.  menunjukkan  bahwa  hubungan  panjang  tunas  setek  jambu  air
deli  hijau  dengan  konsentrasi  IBA  pada  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk menunjukkan hubungan kubik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA
adalah 145 ppm dengan panjang tunas setek jambu air deli hijau adalah 16.85 cm.
Jumlah Akar helai
Data  pengamatan  dan  hasil  sidik  ragam  jumlah  akar  setek  jambu  air  deli hijau  Lampiran  12  dan  13  menunjukkan  bahwa  perlakuan  bahan  tanam  setek,
pemberian  konsentrasi  IBA  serta  interaksi  keduanya  berpengaruh  nyata  terhadap jumlah akar.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan  bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel  4.  Jumlah akar  helai  setek  jambu air deli  hijau  pada pemberian  IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 8,11 de
11,00 c 15,44 b
5,11 f 9,92
T
2
tanpa pucuk 9,67 cd
14,00 b 22,22 a
6,11 ef 13,00
Rataan 8,89
12,50 18,83
5,61 11,46
Keterangan  :  Angka  yang  diikuti  oleh  notasi  yang  berbeda  pada  kolom  dan  baris  yang  sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Tabel  4.  menunjukkan  jumlah  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  pada penggunaan  bahan  tanam  setek  dengan  pucuk  T
1
terbanyak  diperoleh  pada perlakuan  konsentrasi  IBA  100  ppm  K
2
yaitu  15,44  helai  yang  berbeda  nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel  4.  juga  menunjukkan  jumlah  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  pada penggunaan  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk  T
2
terbanyak  diperoleh  pada perlakuan  konsentrasi  IBA  100  ppm  K
2
yaitu  22,22  helai  yang  berbeda  nyata dengan perlakuan lainnya.
Kurva  respon  jumlah  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  dengan  konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar  2.  Kurva  respon  jumlah  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  dengan konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam
Gambar  2.  menunjukkan  bahwa  hubungan  jumlah  akar  setek  jambu  air deli  hijau  dengan  konsentrasi  IBA  pada  bahan  tanam  setek  dengan  pucuk
menunjukkan  hubungan  kuadratik  dimana  nilai  optimum  pemberian  konsentrasi IBA  adalah  75,45  ppm  dengan  jumlah  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  adalah
19,64 helai. Gambar  2.  menunjukkan  bahwa  hubungan  jumlah  akar  setek  jambu  air
deli  hijau  dengan  konsentrasi  IBA  pada  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk menunjukkan  hubungan  kuadratik  dimana  nilai  optimum  pemberian  konsentrasi
IBA  adalah  72,76  ppm  dengan  jumlah  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  adalah 14,17 helai.
Panjang Akar cm
Data pengamatan dan hasil sidik ragam panjang akar setek jambu air deli hijau Lampiran 14 dan 15 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
IBA berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Perlakuan  bahan tanam setek dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar.
Panjang  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan  bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel  5.  Panjang  akar  cm  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 8,47
7,88 8,51
9,19 8,51
T
2
tanpa pucuk 8,37
8,13 11,00
9,01 9,13
Rataan 8,42 b
8,01 b 9,76 a
9,10 ab 8,82
Keterangan  :  Angka  yang  diikuti  oleh  notasi  yang  berbeda  pada  baris  yang  sama  menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Tabel  5.  menunjukkan  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  terpanjang  pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm K
2
yaitu 9,76 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan K
dan K
1
, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan K
3
. Tabel 5. juga menunjukkan akar setek jambu air deli hijau cenderung lebih
panjang  diperoleh  pada  penggunaan  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk  T
2
yaitu 9,13 cm yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan
pucuk T
1
. Kurva  respon  panjang  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  dengan  konsentrasi
IBA dapat dilihat pada Gambar 3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar  3.  Kurva  respon  panjang  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  dengan konsentrasi IBA
Gambar  3.  menunjukkan  bahwa  hubungan  panjang  akar  setek  jambu  air deli  hijau  dengan  konsentrasi  IBA  menunjukkan  hubungan  kubik  dimana  nilai
optimum  pemberian  konsentrasi  IBA  adalah  108,33  ppm  dengan  jumlah  akar setek jambu air deli hijau adalah 9,51 cm.
Volume Akar ml
Data pengamatan dan hasil sidik ragam  volume  akar  setek  jambu  air deli hijau Lampiran 16 dan 17 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi
IBA berpengaruh nyata terhadap volume  akar. Perlakuan  bahan tanam  setek  dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar.
Volume  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan  bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel  6.  Volume  akar  ml  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 2,22
2,11 2,89
1,89 2,28
T
2
tanpa pucuk 1,89
2,56 3,11
2,00 2,39
Rataan 2,06 bc
2,33 b 3,00 a
1,94 c 2,33
Keterangan  :  Angka  yang  diikuti  oleh  notasi  yang  berbeda  pada  baris  yang  sama  menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Tabel  6.  menunjukkan  volume  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  terbesar diperoleh  pada  perlakuan  pemberian  IBA  100  ppm  K
2
yaitu  3,00  ml  yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel  6.  juga  menunjukkan  volume  akar  setek  jambu  air  deli  hijau cenderung lebih besar diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk
T
2
yaitu  2,39  ml  yang  berbeda  tidak  nyata  dengan  penggunaan  bahan  tanam setek dengan pucuk T
1
. Kurva  respon  volume  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  dengan  pemberian
konsentrasi IBA dapat dilihat pada Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar  4.  Kurva  respon  volume  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  dengan konsentrasi IBA
Gambar  4.  menunjukkan  bahwa  hubungan  volume  akar  setek  jambu  air deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai
optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 103.5 ppm dengan volume akar setek jambu air deli hijau adalah 3.01 ml.
Bobot Kering Tunas g
Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering tunas setek jambu air deli hijau Lampiran 18 - 19, menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek,
konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tunas.
Bobot  kering  tunas  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel  7.  Bobot  kering  tunas  g  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Bahan tanam setek Konsentrasi IBA ppm
Rataan K
K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 0,89
0,77 0,95
0,84 0,86
T
2
tanpa pucuk 0,89
0,79 1,13
0,76 0,89
Rataan 0,89
0,78 1,04
0,80 0,88
Tabel  7.  menunjukkan bobot  kering tunas  jambu air deli hijau cenderung lebih  besar  pada  penggunaan  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk  T
2
yaitu  0,89  g yang  berbeda  tidak  nyata  dengan  penggunaan  bahan  tanam  setek  dengan
pucuk T
1
. Tabel  7.  juga  menunjukkan  bobot  kering  tunas  jambu  air  deli  hijau
cenderung  lebih  besar  pada  pemberian  IBA  100  ppm  K
2
yaitu  1,04  g  yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Bobot Kering Akar g
Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering akar setek jambu air deli  hijau  Lampiran  20  -  22,  menunjukkan  bahwa  perlakuan  pemberian
konsentrasi  IBA berpengaruh nyata terhadap  bobot kering akar. Perlakuan bahan tanam  setek  dan  interaksi  keduanya  berpengaruh  tidak  nyata  terhadap  bobot
kering akar. Bobot  kering  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  pada  pemberian  IBA  dan
bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Bobot kering akar g setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda Bahan tanam setek
Konsentrasi IBA ppm Rataan
K K
1
50 K
2
100 K
3
150 T
1
dengan pucuk 0,76
0,86 0,94
0,54 0,77
T
2
tanpa pucuk 0,65
0,79 1,37
0,66 0,87
Rataan 0,70 b
0,82 ab 1,15 a
0,60 b 0,82
Keterangan  :  Angka  yang  diikuti  oleh  notasi  yang  berbeda  pada  baris  yang  sama  menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Berganda Duncan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. menunjukkan bobot kering akar setek jambu air deli hijau terbesar diperoleh pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm K
2
yaitu 1,15 g yang berbeda tidak nyata dengan K
1
tetapi berbeda nyata dengan K dan K
3
. Tabel  8.  juga  menunjukkan  bobot  kering  akar  setek  jambu  air  deli  hijau
cenderung lebih besar diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
yaitu 0,87 g yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk T
1
. Kurva  respon  bobot  kering  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  dengan
konsentrasi IBA dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar  5.  Kurva  respon  bobot  kering  akar  setek  jambu  air  deli  hijau  dengan konsentrasi IBA
Gambar 5. menunjukkan bahwa hubungan bobot  kering akar setek jambu air  deli  hijau  dengan  konsentrasi  IBA  menunjukkan  hubungan  kuadratik  dimana
nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 72,14 ppm dengan bobot kering akar setek jambu air deli hijau adalah 24,92 g.
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan Pengaruh  bahan  tanam  setek  terhadap  pertumbuhan  setek  jambu  air  deli
hijau
Syzygium samarangense
Blume Merr.  Perry
Berdasarkan  hasil  sidik  ragam  diketahui,  perlakuan  bahan  tanam  setek berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar, dimana jumlah akar  tertinggi
terdapat pada perlakuan bahan tanam setek tanpa pucuk T
2
yaitu 13,00 helai dan terendah terdapat pada bahan tanam setek dengan pucuk T
1
yaitu 9,92 helai. Hal ini terjadi karena bahan tanam setek dengan pucuk cenderung lebih cepat muncul
tunasnya  karena  auksin  ditemukan  dibagian  pucuk  tanaman,  sehingga  bahan tanam  dengan  pucuk  mempunyai  kemampuan  menumbuhkan  tunas  yang  lebih
cepat.  Hal  ini  tentu  akan  berkorelasi  positif  terhadap  parameter  jumlah  akar disebabkan oleh kecepatan perkembangan tajuk yang lebih dulu pada bahan tanam
dengan  pucuk  sehingga  berpengaruh  terhadap  proses  perkembangan  selanjutnya. Hal  ini  sesuai  dengan  pernyataan  Tohari  1992  yang  menyatakan  bahwa
pertumbuhan tunas dibatasi oleh suatu bagian yang relatif lebih besar akar, maka karbohidrat  yang  dihasilkan  fotosintesis  akan  digunakan  oleh  tunas  itu  sendiri,
dengan akibat berupa pertumbuhan akar secara relatif akan lebih tertekan daripada perkembangan tunas.
Berdasarkan  hasil  sidik  ragam  diketahui,  perlakuan  bahan  tanam  setek berpengaruh  tidak  nyata  terhadap  parameter  waktu  muncul  tunas,  persentase
bertunas, panjang tunas, panjang akar, volume akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar tetapi cenderung lebih tinggi pada perlakuan bahan tanam setek tanpa
pucuk T
2
. Hal ini disebabkan bahan tanam setek dengan pucuk mempunyai daun yang  lebih  luas  permukaannya  dan  masih  muda  yang  menyebabkan  proses
transpirasi  lebih  besar  dan  respirasi  lebih  tinggi  sehingga  mengurangi  cadangan
Universitas Sumatera Utara
makanan  yang  ada.  Kerusakan  akibat  respirasi  yang  tinggi  tidak  mampu  diatasi hanya  dengan  adanya  auksin  endogen  pada  pucuk  tanaman  untuk  mampu  lebih
cepat bertunas dan menumbuhkan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto 2001  yang  menyatakan  bahwa  setek  pucuk  adalah  bagian  tanaman  yang  muda
sehingga mempunyai proses transpirasi yang besar dan stek mudah kehilangan air dan menjadi keringmati.
Pengaruh  pemberian  konsentrasi  IBA  terhadap  pertumbuhan  setek  jambu air deli hijau
Syzygium samarangense
Blume Merr.  Perry
Berdasarkan  hasil  sidik  ragam,  perlakuan  pemberian  konsentrasi    IBA berpengaruh  tidak  nyata  terhadap  parameter  panjang  tunas  dimana  cenderung
lebih  besar  diperoleh  pada  perlakuan  tanpa  pemberian  IBA  K .  Hal  ini
disebabkan  hormon  endogen  yang  terdapat  pada  bahan  tanam  sebenarnya  sudah mampu  menumbuhkan  tunas,  dimana  tunas  yang  lebih  dulu  tumbuh  akan  lebih
panjang,  sehingga  tanpa  pemberian  IBA  tunasnya  juga  akan  cenderung  lebih panjang.  Hal  ini  sesuai  dengan  pernyataan  Sukmadi  2012  yang  menyatakan
bahwa secara alamiah tanaman dapat mensintesis sendiri fitohormon auksin untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan  hasil  pengamatan  dan  sidik  ragam  diketahui  bahwa pemberian IBA 100 ppm nyata meningkatkan jumlah akar, panjang akar, volume
akar,  dan  bobot  kering  akar.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  untuk  menumbuhkan akar dibutuhkan tambahan auksin. Auksin biasanya ditemukan pada bagian pucuk
tanaman  dan  ditranslokasikan  ke  bagian  lain  yang  membutuhkan.  Dalam  hal  ini auksin pada bagian pucuk hanya mampu menumbuhkan tunas lebih dulu dan lebih
panjang  tetapi  jumlah  auksin  tersebut  tidak  mencukupi  untuk  mendorong pertumbuhan akar sehingga penambahan IBA 100 ppm nyata lebih meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan  akar.  Hal  ini  sesuai  dengan  literatur  Irwanto  2001  yang menyatakan  bahwa  konsentrasi  hormon  IBA  100  ppm  sangat  efektif  untuk
mempercepat proses perakaran sehingga stek mempunyai perakaran yang mantap dalam waktu singkat.
Pengaruh interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA terhadap pertumbuhan
setek jambu
air deli
hijau
Syzygium samarangense
Blume Merr.  Perry
Berdasarkan  hasil  sidik  ragam  diketahui  bahwa  interaksi  antara  bahan tanam  setek  dan  pemberian  IBA  berpengaruh  nyata  terhadap  parameter  jumlah
akar dan panjang tunas. Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh  nyata
terhadap  parameter  jumlah  akar,  dimana  jumlah  akar  tertinggi  terdapat  pada kombinasi  perlakuan  T2K2  yaitu  sebesar  22,22  helai  dan  terendah    pada
kombinasi  perlakuan  T1K3  sebesar  5,11  helai.  Dari  data  tersebut  dapat  dilihat bahwa  perlakuan  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk  T
2
dengan  pemberian  IBA 100  ppm  K
2
mampu  menghasilkan  jumlah  akar  yang  lebih  tinggi  dibanding perlakuan  lainnya  walaupun  pemberian  IBA  bukan  merupakan  pemberian
konsentrasi terbesar, selain itu dapat pula dilihat bahwa bahan tanam setek tanpa pucuk  mampu  menghasilkan  jumlah  akar  tertinggi  karena  respirasi  yang  terjadi
tidak  terlalu  tinggi  sehingga  cadangan  makanan  lebih  besar  yang  dapat diguanakan  untuk  pembentukan  akar.  Hal  ini  sesuai  dengan  pernyataan  Irwanto
2001 yang menyatakan bahwa hormon auksin secara alami sudah terdapat dalam tanaman  akan  tetapi  untuk  lebih  mempercepat  proses  perakaran  stek  maka  perlu
ditambahkan  dalam  jumlah  dan  konsentrasi  tertentu  untuk  dapat  merangsang perakaran.
Universitas Sumatera Utara
Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh  nyata terhadap  parameter  panjang  tunas,  dimana  tunas  terpanjang  terdapat  pada
kombinasi  perlakuan  T
1
K
1
yaitu  11,60  cm  dan  terendah    pada  kombinasi perlakuan  T
1
K
3
sebesar  7,79  cm.  Dari  data  tersebut  dapat  dilihat  bahwa  pada perlakuan  T
1
K
1
tunas  sudah  dapat  tumbuh  tanpa  pemberian  IBA  karena  pada bahan  tanam  setek  dengan  pucuk  sudah  terkandung  auksin  endogen,  sehingga
dengan  penambahan  IBA  50  ppm  sudah  mampu  memberikan  pucuk  yang  lebih panjang.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  dalam  jumlah  yang  sangat  kecil
penambahan  IBA  sudah  mampu  meningkatkan  panjang  tunas.  Hal  ini  sesuai dengan  literatur  Irwanto  2001  yang  menyatakan  bahwa  hormon  auksin  secara
alami  sudah  terdapat  dalam  tanaman.  Didukung  oleh  Lawalata  2011  yang menyatakan  bahwa  zat  pengatur  tumbuh  aktif  dalam  konsentrasi  rendah  yang
merangsang,  menghambat  atau  merubah  pertumbuhan  serta  perkembangan tanaman secara kuantitatif dan kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Pertumbuhan setek jambu air deli hijau lebih baik menggunakan bahan tanam
setek tanpa pucuk daripada bahan tanam setek dengan pucuk. 2.
Pemberian IBA 100 ppm memberikan pertumbuhan setek jambu air deli hijau yang  lebih  baik  daripada  tanpa  pemberian  IBA  ataupun  pemberian  IBA
50 ppm dan 150 ppm. 3.
Kombinasi  perlakuan  terbaik  untuk  pertumbuhan  setek  jambu  air  deli  hijau adalah  penggunaan  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk  dan  pemberian  IBA
100 ppm.
Saran
Disarankan  penggunaan  bahan  tanam  setek  tanpa  pucuk  dan  konsentrasi 100 ppm IBA untuk pertumbuhan setek jambu air deli hijau.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Al-Saif,  A.M.H.  2011.
Effect  Of  Plant  Growthregulators  On  Fruit  Growth  And Quality  Development  Of  Syzygium  Samarangense  Water  AppleWax
Apple
. Thesis.  Faculty  Of Science University Of Malaya  Kuala  Lumpur. Malaysia.
Aryo,  K.  A.  2012.  Jambu  Air  Dalhari
Syzygium  samarangense
.  Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Budianto,  E.  A.,  K.  Badami.,  dan  A.  Arsyadmunir.  2013.  Pengaruh  Kombinasi Macam  ZPT  dengan  Lama  Perendaman  yang  Berbeda  Terhadap
Keberhasilan  Pembibitan  Sirih  Merah  Piper  crocatum  Ruiz    Pav Secara  Stek.  Agrovigor  Vol.  6  No.  2  ISSN  1979  5777.  Universitas
Trunojoyo, Madura.
Daulay,  S.D.  2010.  Pertumbuhan  Setek  Akar  Sukun
Artocarpus  communis
Forst.  Berdasarkan  Perbedaan  Jarak  Akar  Dari  Batang  Pohon.  Skripsi. Program Studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Fanesa, A. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan  Setek  Pucuk  Jeruk  Kacang
Citrus  Nobilis
L..  Jurusan