EVOLUSI HOME GARDEN Home Garden: Sebagai Salah Satu Sistem Agroforsetry Lokal

lebih dari 20 m dari permukaan tanah. Susunan stratifikasi tingkat teratas didominasi oleh kelapa, pinang, dan pohon-pohon lainnya. Tingkat tengahan diisi oleh tanaman buah-buahan seperti sirsak, mangga, pepaya, dan tanaman lainnya. Sedangkan tingkat terendah didominasi oleh sayur-sayuran, rempah-rempah, dan tanamn pagar Djuwanto, 1989.

III. KARAKTERISTIK HOME GARDEN

Home garden atau pekarangan merupakan suatu tipe hutan desa yang merupakan sistem yang bersih dan terpelihara dengan baik dan terdapat di sekitar rumah, berukuran kecil 0,1 ha, dipagari dan ditanami dengan berbagai jenis tanaman mulai dari sayur-sayuran sampai ke pohon yang berukuran sedang dengan ketinggian 20 m, dan banyak dilakukan oleh masyarakat di Pulau Jawa. Lapisan tanah di bawah 1,5 m biasanya didominasi oleh sayur-sayuran seperti bayam, buncis, ketimun, tomat, dan sebagainya serta spesies yang tergolong dalam famili zingiberaceae atau liliaceae, dan tumbuhan obat seperti Orthosiphon stamineus, sirih, serta herba. Komposisi kekayaan dan kerapatan tumbuhannya tergantung pada ketersediaan cahaya yang sampai ke permukaan. Lapisan kedua dari ketinggian 1,5 – 5 m didominasi oleh tanman pangan seperti kentang, singkong, pisang, pepaya, salak, tanaman hias, dan semak seperti Cordyline sp dan Plumeria spp. Lapisan yang lebih tinggi terdiri dari pohon yang ketinggiannya berbeda-beda dan terdiri dari beberapa lapisan tajuk seperti : Lapisaan yang lebih rendah merupakan pohon kecil seperti jeruk, jambu biji, kopi, dan coklat Lapisan tengah didominasi oleh berbagai jenis buah-buahan seperti nangka, mangga, rambutan, spesies legum, nira, dan manggis Lapisan tertinggi terdiri dari pohon durian atau kelapa yang ketinggiannya bisa mencapai 30 m. Menurut Widagda et-al 1984, struktur pekarangan tiap tahunnya sama, meskipun ada perbedaan–perbedaan menurut musim. Stratum terbawah dibawah satu materi didominasi oleh tanaman pangan yang mengandung zat perekat, sayur- sayuran dan rempah–rempah ,umpanya talas, lombok, terong, dan lengkuas. Stratum berikutnya antara satu dan dua meter juga didominasi oleh tanaman dengan zat perekat lainnya, umpamanya ganyong Canna edulis, Xanthosoma, singkong dan gembili Dioscorea esculenta. Tanaman yang biasanya banyak terdapat di ekarangan adalah singkong dan ganyong. Kedua jenis tanaman ini berkadar kalori tinggi, dan sangat penting sebagai pengganti beras. Stratum kedua dua sampai lima meter didominasi oleh pisang, pepaya dan pohon buah-buahan lainnya, umpamamnya nangka, pisitan, jambu, rambutan, dan tanaman lainnya seperti cengkeh. Stratum tertinggi, yaitu di atas 10 meter, didominasi oleh pohon-pohon kelapa dan pohon-pohon lainnya, umpamanya jeungjing Paraserianthes falcataria , untuk kayu bangunan dan kayu bakar. Struktur vertical seluruhnya menyerupai struktur hutan alam.

IV. EVOLUSI HOME GARDEN

Pekarangan adalah lahan sekitar rumah yang ditumbuhi campuran tanaman semusim dan tanaman keras, disertai adanya berbagai binatang, termasuk binatang liar dan ternak. Pekarangan merupakan suatu sistem dengan batas-batas tertentu, dan mempunyai manfaat ekonomi, biofisik, dan sosio-kultur bagi pemiliknya. Sitem 2002 digitized by USU digital library 3 pekarangan berasal dari Jawa Tengah dan meyebarkan ke Jawa Barat pada pertengahan abad kesembilan belas Terra, 1953. Home Garden berkembang dari respon masyarakat terhadap meningkatnya tekanan terhadap populasi dan berkurangnya ketersediaan lahan yang terjadi bersamaan dengan peningkatan jumlah penduduk di pedesaan, atau pedesaaan yang berubah menuju ke arah perkotaan. Di Jawa Barat evolusi pekarangan bekembang dalam sistem “Kebun-Talun– Pekarangan”. Widagda et al. 1984, melukiskan sistem kebun–talun yang terdiri dri tiga fase, yaitu kebun, kebun campuran, dan talun. Fase pertama, yang terbentuk sesudah menebang hutan, merupakan kebun, yang biasanya ditanami tanaman–tanaman semusim. Hasil tanaman dari kebun dikomsumsi sendiri oleh keluarga petani dan sebagian lagi di jual. Sesudah dua tahun, di kebun mulai tumbuh anakan tanaman keras. Makin lama ruangan bagi tanaman semusim makin berkurang. Maka mulailah terbentuk kebun campuran. Nilai ekonomi kebun campuran, kurang dari kebun. Akan tetapi biofisiknya meningkat, karena kebun campuran berperan penting dalam konservasi tanah dan air. Sesudah tanaman semusim dalam kebun campuran dipanen, lapangan biasanya ditinggalkan selama kurang lebih dua-tiga tahun, sehingga didominasi oleh tanaman keras. Fase ini disebut talun, yaitu tingkat klimaks dari sistem kebun talun. Struktur vertikal dari kebun- talun pada tiap fase suksesi, tidak sama. Pada fase kebun, yang didominasi oleh tanaman semusim, terdapat tiga strata. Stratum terbawah, terdiri dari tanaman-tanaman pendek atau melata. Umpamanya kacang tanah,kacang kedelai, ketimun, dan labu, yang menempati ruangan di bawah ketinggian 50 cm. Ruangan antara ketinggian 50 cm dan satu meter, ditempati oleh tanaman–tanaman sayuran seperti lombok dan terong. Stratum teratas ditempati oleh tanaman-tanaman jagung, tembakau, ubikayu, atau tanaman kacang- kacanagan yang merambat, seperti kecipir dan kacang panjang, yang merambat pada pancangan bambu. Stratifikasi pada kebun campuran lebih kompleks, karena terdiri dari campurn tanaman semusim dan tanaman keras. Dalam fase ini tanaman-tanaman yang tahan naungan, sepert italas, menempati ruangan di bawah satu meter. Sedangkan ubikayu merupakan stratum kedua, dari satu sampai dua meter. Lapaisan ketiga, di atas lima meter, ditempati oleh pisang dan pohon-pohonan. Dalam fase ini, terdapat susunan yang khas, yaitu terdiri dari rumpun-rumpun pisang ,pohon-pohonan yang tumbuh bertebaran dan tetumbuhan bawah yang kedap, terdiri dari macam-macam perdu dan tetumbuahan lainnya. Fase talun didominasi oleh campuran berbagai tanaman keras dari bambu, yang membentuk tiga strata juga. Bentuk talun dapat bermacam–macam, seperti pohon–pohonan yang menghasilkan kayu bakar atau kayu bangunan, kebun bambu atau suatu campuran pohon-pohon, termasuk pohon buah–buahan. Tahap akhir dari evolusi menuju ke pekarangan adalah pembangunan rumah pada kebun dan kegiatan intensifikasi semua kegiatan pemeliharaan tanaman pokok, tanaman komersil, tanaman tahunan, serta tanaman tua. Di luar Jawa pekarangan berkembang bersamaan dengan sistem pertanian yang dilakukan oleh masyarakat tradisional. Sebagai contoh di Sumatera terdapat Sistem “Kebun Multi Lapisan Tajuk”. Dalam sistem ini terdapat suatu integrasi yang erat antara jenis tanaman kehutanan dan tanaman perdagangan. Masyarakat membagi tata guna lahan atas tanah sawah, kebun pekarangan, kebun campuran antara lain terdiri dari kayu manis, jambu mente, kopi, tanaman buah-buahan, dan tanaman keras yang digunakan untuk perkakas Aliadi dan Jatmiko, 1999. 2002 digitized by USU digital library 4 Demikian halnya dengan masyarkat asli di Kalimatan Timur, mereka mengembangkan kebun pekarangan dari kebun buah. Pada masyarakat transmigrasi, pada lahan yang dimilikinya mereka mengembangkan usaha diversifikasi untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Beberapa tanaman perdagangan seperti kopi, coklat, kelapa, cengkeh, dan tanaman tahunan serta buah-buahan terus dikembangkan. Disamping itu mereka juga mengembangkan ternak seperti ayam dan bai oleh penduduk asli, sementara penduduk transmigran mengembangkan ternak seperti sapi, itik, ayam, dan kolam ikan.

V. PERANAN EKONOMI DAN SOSIAL HOME GARDEN