Gambaran Kerangka Pemikiran Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

B. Gambaran Kerangka Pemikiran

Gambut Kondisi Anaerob Laju dekomposisi lambat Dekomposer Fungi Bakteri Pada tegakan di lahan gambut Laju dekomposisi meningkat Laboratorium Metode PDA Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi fungi pada kayu yang telah mengalami pelapukan pada hutan gambut.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai pengetahuan untuk mengetahui fungi-fungi yang terdapat pada pohon yang telah mengalami pelapukan di lahan gambut 2. Sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam pengolahan lahan gambut E. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Adanya fungi perombak bahan organik yang terdapat pada kayu yang telah mengalami pelapukan 2. Tidak adanya jenis-jenis fungi perombak bahan organik pada kayu yang telah mengalami pelapukan Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008 TINJAUAN PUSTAKA Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya penimbunanakumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organic di lantai hutan yang basahtergenang tersebut. Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin dan nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai batang, cabang dan akar besar. Secara ekologis, hutan rawa gambut merupakan habitat bagi spesies langka orangutan Pongo pygmaeus baik di Sumatera maupun Kalimantan, pemijahan ikan, reservoir air, yang ditumbuhi oleh vegetasi hutan hujan selalu hijau evergreen, serta sumber pencaharian penduduk sekitar Admin, 2008. Gambut terbentuk dari akumulasi bahan organik yang berasal dari sisa-sisa jaringan tumbuhanvegetasi alami pada masa lampau. Tanah gambut biasanya terbentuk di daerah cekungan atau depresi di belakang tanggul sungai yang selalu jenuh air karena drainasenya terhambat, sehingga proses dekomposisi terjadi sangat lambat. Lahan gambut mempunyai fungsi yang sangat penting dalam tata air kawasan sebab gambut bersifat seperti busa yang dapat menyerap kelebihan air dimusim hujan sehingga mencegah banjir dan melepaskan kandungan airnya secara perlahan dimusim kemarau. Rawa gambut juga menjadi tempat berlindung berbagai spesies langka, seperti Harimau Sumatera, Orang utan, ikan Arowana, dan Buaya Sinyulong. Berbagai jenis kayu yang memiliki nilai ekonomis tinggi Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008 juga dapat ditemukan di rawa gambut, antara lain Ramin Gonystylus sp., Kayu putih Melaleuca sp., Jelutung Dyera costulata dan Meranti rawa Shorea sp.. Fungsi-fungsi tersebut menyebabkan lahan gambut merupakan asset yang sangat penting bagi pembangunan nasional Departemen Dalam Negeri, 2004. Pemanfaatan lahan gambut untuk tetap dipertahankan sebagai habitat ratusan spesies tanaman hutan, merupakan suatu kebijakan yang sangat tepat. Disamping kawasan gambut tetap mampu menyumbangkan fungsi ekonomi bagi manusia di sekitarnya produk kayu dan non kayu secara berkelanjutan, fungsi ekologi hutan rawa gambut sebagai pengendali suhu, kelembaban udara dan hidrologi kawasan akan tetap berlangsung sebagai konsekuensi dari ekosistemnya tidak berubah. Mempertahankan lahan gambut untuk tetap menjadi habitat jenis pohon adalah beralasan. Hutan rawa gambut memiliki jenis pohon bernilai ekonomis tinggi, demikian pula satwa. Berdasarkan data pada salah satu HPH yang berlokasi di lahan gambut, diketahui bahwa populasi 10 jenis pohon bernilai ekonomis tinggi dan jenis yang dilindungi dengan diameter ≥ 20 cm rata-rata 21 pohonha dengan volume rata-rata 30,94 m3ha. Diantarake-10 jenis pohon tersebut terdapat 67,83 adalah ramin Gonystylus bancanus Kurz. Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan alami pohon-pohon bernilai ekonomis tersebut, maka “Wise Use of Tropical Peatland” hendaknya tidak lagi harus dipaksa untuk melakukan perubahan yang justru mengakibatkan munculnya permasalahan baru yang berdampak negatif bagi manusia dan lingkungan Limin, 2006. Dari segi keragaman hayati biodiversity hutan-hutan rawa gambut sangat penting. Dibandingkan dengan hutan-hutan dataran rendah pada tanah bermineral, jenis-jenis pohon yang bermutu dan tinggi di hutan rawa gambut lebih sedikit. Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008 Tetapi bagaimanapun hutan-hutan rawa gambut lebih mempunyai keragaman ekosistem dibanding yang lain di bumi ini. Jenis-jenis pohon endemik dalam jumlah yang banyak ditemukan di kawasan hutan-hutan rawa gambut, selain juga terdapat habitat penting bagi banyak pohon dan binatang yang terancam punah dan hanya dapat ditemukan di hutan-hutan dataran rendah. Beberapa jenis tanaman yang sudah semakin berkurang dan terancam punah seperti meranti Shorea spp., ramin Gonystylus spp. dan jelutung Dyera spp. biasa ditemukan di area konsesi. Dan juga beberapa binatang yang saat ini nyaris punah seperti harimau sumatera Panthera tigris sumatrae dan buaya muara Crocodylus porosus Miettinen,2004. Jenis-jenis Pohon di Lahan Gambut Adapun jenis pohon yang terdapat dalam hutan gambut adalah tumih Combretocarpus ratundus, mahang Macaranga spp., pulai Alstonia pneumatophora, milas Parastemon urophyllum, alam-suntai Palaquium spp., terentang Camnosperma coreaceum, geronggang Cratoxylon arborencens, simpur Dillenia excelsa, jelutung Dyera lowii, gelam Melaleuca cajuputi, ramin Gonystylus bancanus, meranti batu Shorea uliginosa. Pengenalan Fungi Jamur fungi adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati eucariotic, biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil,dinding selnya mengandung kitin, selulosa atau keduanya. Jamur adalah organism heterotrof absobtif, dan membentuk beberapa macam spora. Diantara sekitar seratus ribu jenis jamur, sebagian besar meluluh hidup sebagai saprobe yang berjasa karena Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008 melakukan dekomposisi bahan-bahan organic mati. Lebih kurang 50 jenis menyebabkan penyakit pada manusia, dan sekitar 50 jenis menyebabkan penyakit pada hewan, kebanyakan menimbulkan penyakit kulit. Diperkirakan bahwa lebih dari 8000 jenis jamur dapat menyebabkan dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan Semangun,1996 Hifa dapat dibedakan atas dua tipe hifa yang fungsinya berbeda, yaitu yang menyerap unsur hara dari substrat dan yang menyangga alat-alat reproduksi. Hifa umumnya rebah pada permukaan substrat atau tumbuh pada ke dalam substrat dan fungsinya untuk mengabsorbsi unsur hara yang diperlukan bagi kehidupan fungi disebut hifa vegetatif. Hifa yang umumnya tegak pada miselium yang terdapat di permukaan substrat disebut hifa fertil, karena berperan untuk reproduksi. Hifa-hifa yang telah menjalin suatu jaringan miselium makin lama makin tebal dan membentuk suatu koloni yang dapat dilihat dengan mata telanjang Semangun, 1996. Morfologi Fungi Bagian vegetatif pada jamur umumnya berupa benang-benang halus memanjang, bersekat septa atau tidak, dinamakan dengan hifa. Kumpulan benang-benang hifa tersebut dinamakan dengan miselium. Miselium dapat dibedakan menjadi dua tipe pokok. Yang pertama mempunyai hifa senositik coenocytic, yaitu hifa yang mempunyai banyak inti dan tidak mempunyai sekat melintang, jadi hifa ini berbentuk tabung halus yang mengandung protoplas dengan banyak inti. Pembelahan intinya tidak diikuti oleh pembelahan sel. Yang kedua mempunyai hifa seluler celluler, hifa terdiri dari sel-sel, yang masing-masing mempunyai satu atau dua inti. Semangun,1996 Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008 Fungi Kayu Sejumlah besar fungi dapat ditemukan pada kayu dan menyebabkan kerusakan berupa pelapukan kayu. Fungi tersebut mempunyai aktifitas selulolitik yang sangat kuat. Hidupnya bisa pada kayu dari pohon yang masih hidup, maupun pada kayu yang sudah mati. Sebagian besar diantaranya tergolong ke dalam Basidiomycota, antara lain, Volvariella volvaceae, Pleurotus flabelatus, Pleurotus sajor-caju, Lentinus edodus, Agaricus sp., dan Auricularia sp. Disamping itu banyak pula Hyphomycetes yang bersifat selulolitik, seperti Trichaoderma sp., Alternaria sp., Chaetomium sp., Cladosporium sp., Fusarium sp., Paecilonyces sp. yang tumbuh baik pada bahan kayu. Ada Ascomycetes yang hanya bisa tumbuh pada kayu untuk mendapatkan nutrient. Fungi kayu terutama mendegradasi lignin dan selulosa. Kayu terbentuk oleh lignin, selulossa, dan hemiselulosa Gandjar dkk., 2006. Pada kayu yang sudah mati dapat ditemukan Helotium citrinum yang membentuk apothecia kecil berwarna jingga, juga Chlorosplemium aeruginascens yang menghasilkan guratan-guratan berwarna hijau pada kayu dan pohon “Oak” di Eropa. Kayu demikian diminati oleh kalangan tertentu terutama untuk benda- benda seni. Menurut Hunt dan Garra 1996, kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fungi pembusuk kayu ada empat macam, yaitu a, sumber-sumber energi dan bahan makan yang cocok; b kadar air kayu di atas titik jenuh serat kayu; c persediaan oksigen yang cukup; dan d suhu yang cocok. Kekurangan dalam Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008 salah satu persyaratan ini, akan menghalangi pertumbuhan suatu fungi, meskipun fungi tersebut telah berada dalam kayu. Banyak diantara jamur pelapuk kayu seperti Polyporus dan jamur mikoriza ektotrofik misalnya Boletus yang menghuni perakaran pohon-pohon dalam hutan termasuk dalam basidiomycetes tanah. Jamur-jamur tersebut membutuhkan vitamin-B dan faktor pertumbuhan khusus yang terkandung dalam cairan yang dikeluarkan akar untuk pertumbuhannya di dalam medium laboratorium. Walaupun demikian, Basidiomycetes biasanya dijumpai dalam tanah dalam tahap miselium dan dapat dikenali dari pembentuk n buah atau badan buah yang dihasilkannya pada permukaan tanah atau kayu yang melapuk Rao,1994. Satmoko 1995 menyatakan bahwa pelapukan kayu dapat terjadi pada pohon yang masih berdiri ataupunpada pohon yang telah ditebang. Semua kayu secara alamiahterbuka terhadap serangan fungi pelapuk kayu. Apabila pebusukan kayu telah dimulai dalam sepotong kayu maka kecepatan serta luasan kerusakan selanjutnya tergantung pada kondisi yang cocok bagi pertumbuhan fungi pelapuk tersebut. Pertumbuhan fungi pelapuk kayu membutuhkan makan yang terambil dari bahan organik, sedangkan dalam kayu ini mengandung sejumlah bahan karbohidrat, yang terdiri dari molekul kecilgula dan polisakarida seperti pati sebagai zat ekstraktif. Ini merupakan sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam mempertahankan hidupnya. Fungi penyebab lapuk atau pewarna pada kayu hanya merupakan jasad renik sederhana yang tidak berklorofil. Benang-benang hifa akan mengeluarkan enzim yang mampu Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008 memecahkan karbohidrat dan lignin menjadi molekul gula yang lebih sederhana sehingga dapat dimanfaatkan sebagai energi oleh fungi Satmoko, 1995. Fungi Tanah Actinomycetes adalah organisme tanah yang memiliki sifat-sifat yang umum dimiliki bakteri dan jamur tetapi juga mempunyai cirri khas yang cukup berbeda yang membatasinya menjadi satu kelompok yang jelas berbeda. Jumlah actinomycetes meningkat dengan adanya bahan organik yang mengalami dekomposisi. Lazimnya, actinomycetes tidak toleran terhadap asam dan jumlahnya menurun pada pH 5,0. Rentang pH yang paling cocok antara 5,0 dan 8,0. Tanah yang penuh berisi air tidak cocok untuk pertumbuhan actinomycetes sedangkan tanah gurun di daerah kering dan setengah kering mempertahankan populsai yang cukup besar, mungkin karena adanya ketahanan spora terhadap kekeringan. Kualitas dan kuantitas bahan organic yang ada dalam tanah tidak mempunyai pengaruh langsung dalam tanah karena kebanyakan jamur itu nutrisinya heterotrofik Rao,1994. Salah satu fungsi utama dari jamur berbenang dalam tanah adalah untuk menguraikan bahan organik dan membantu bongkah tanah. Disamping kemampuan ini, beberapa spesies tertentu dari Alternaria, Aspergillus, Cladosvorium, Dematium, Gliocladium, Helminthosporium, Humicola dan Metarhizium mengahasilkan bahan yang mirip dengan bahan humus dalam tanah dan karenanya mungkin penting dalam memelihara bahan organik tanah. Beberapa jamur yang mampu membentuk asosiasi ektotrifik dalam sistem perakaran pohon-pohon hutan seperti pinus, yang termasuk genus Boletus dan Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008 Lactarius dapat membantu memindahkan fosfor dan nitrogen dalam tanah ke dalam tubuh tanaman. Dalam banyak hal, pembentukan hutan baru itu sulit dilaksanakan kecuali jamur mikoriza secara buatan ditambahkan ke dalam tanah dengan cara inokulasi Rao,1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fungi Menurut Gandjar dkk., 2006, secara umum pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh substrat, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat pH, dan senyawa kimia di lingkungannya. Ranap Samosir : Identifikasi Fungsi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut, 2009 USU Repository © 2008 METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian